BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif Paradigma Kajian - Proses Pengungkapan Diri(Self Disclosure) Kaum Gay (Studi Kasus Tentang Pengungkapan Diri(Self Disclosure) Kaum Gay Di Kota Medan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif / Paradigma Kajian

  Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan-rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikiranya. Menurut teori ini, realitas tidak menunjukkan dirinya dalam bentuknya yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu melalui bagaimana cara seseorang melihat sesuatu (Morissan, 2009:107).

  Paradigmakonstruktivismedapatditelusuridaripemikiran Weber yang menjadicirikhasbahwa perilakumanusiasecara fundamental berbedadenganperilkualam.

  Manusiabertindaksebagai gen dalambertindakmengkonsruksirealitassosial. Cara konstruksiyandilakukankepadacaramemahamiataumemberikanmaknaterhadapperilakumereka sendiri.Weber melihatbahwaindividuyanmemberikanpengaruhpadamasyarakattetapidenanbeberapacatatan, bahwatindakansosialindividuberhubungandenganrasionalitas.Tindakansosial yang dimaksudolehWeber berupatindakan yang nyatadiarahkan kepada orang lain.

  Jugadapatberupatindakan yang bersifat membatin atau bersifat subjektif yang mengklaimterjadikarenapengaruhpositifdarisituasitertentu(Sani, 2007:1).

  Prinsipdasarkonstruktivismemenerangkanbahwatindakanseseorangditentukanolehkons truksidirisekaligusjugakonstruksilingkungandariperspektifdiri.Komunikasidapatdirumuskandi manaditentukanolehdiri ditengah pengaruhlinkunganluar. Padatitikinikitadapatmenemukakanteori Ron Herremengenaiperbedaanantarapersondanself

  person adalahdiri yang terlibatdalamlingkunganpublik,

  padadirinyatedapatatributsosialbudayamasyarakat. Sedangkanselfadalahdiri yang ditentukanolehpemikirankhasnyaditengahsejumlahsosialbudaya dimasyarakat (Ardianto, 2007:161).

  Paradigmakonstruktivismedimana kata kunciparadigmakonstrukstivismeadalahpendekatan personal melaluikomunikasi yang berbasispada “konsepdiri” paradigmadalammembangun (mengkonstruksi) pemahamanataumakna, secarabersama-samamelaluipemahamanberbasissubjek, denganmenggunakanelaborasikode yang manamenghargaiperasaan, kepentingan, dansudutpandang orang lain (Sani, 2007:5).

2.2 Kajian Pustaka

  Pada suatu penelitian harus memiliki landasan teori yang sesuai dengan masalah yang ditelitinya. Teori memberikan pemahaman dan penjelasan terhadap sesuatuyang sulit untuk dimengerti. Teori memberikan dasar dalam suatu penelitian untuk memprediksi dan merumuskan pernyataan-pernyataan yang menyangkut pemahaman pemikiran (Severin & Tankard, 2008:12-13).

  Teori merupakan posisi yang memberikan penjelasan atas suatu gejala. Teori memberikan suatu jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana. Teori merupakan penjelasan atas rumusan yang pada umunya benar (Soehartono, 2008:6). Landasan teori berfungsi sebagai dasar strategi dalam pelaksanaan penelitian dan sebagai tuntunan dalam memecahkan masalah penelitian (Kaelan, 2005: 240). Teori merupakan generalisasi yang menjelaskan pola-pola tetap, seperti perilaku komunikasi. Banyak uraian teoritis, namun teori hanya dipakai untuk uraian yang telah tersusun dengan baik dan kokoh (Bulaeng, 2004: 29).

  Ketika suatumasalah penelitian telah ditemukan, maka penelitian telah ditemukan, maka peneliti mencoba membahas masalah tersebut dengan teori-teori yang dipilihnya yang dianggap mampu menjawab masalah penelitian (Bungin, 2008:31).Setiap upaya untuk menjelaskan suatu pengalaman adalah teori, yaitu gagasan atau ide bagaimana sesuatu dapat terjadi. Setiap orang pada dasarnya menggunakan teori yang digunakan untuk memandu orang memahami berbagai hal dan memberikan keputusan mengenai tindakan apa yang harus dilakukan. Teori selalu berubah dari waktu ke waktu dan perubahan teori terjadi ketika orang menemukan hal baru atau mendapatkan perspektif baru.

  Menurut Jonathan H.Turner (West dan Turner, 2008:49), teori adalah proses pengembangan ide-ide yang akan membantu kita menjelaskan bagaimana dan mengapa sebuah kejadian terjadi. Jadi, sebelum peneliti melakukan penelitian hendaknya terus mengetahui teori-teori apa yang digunakan dalam menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah:

2.2.1 Komunikasi

  Komunikasi adalah suatu proses sosial. Komunikasi dikatakan sebagai suatu proses sosial karena melibatkan manusia serta interaksi. Artinya, komunikasi selalu melibatkan dua orang, yaitu pengirim dan penerima. Keduanya memainkan peranan yang penting dalam proses komunikasi. Ketika komunikasi melibatkan dua orang yang berinteraksi dengan berbagai niat, motivasi dan kemampuan. Kemudian, ketika komunikasi dipandang sebagai proses (process) karena komunikasi bersifat berkesinambungan dan tidak memiliki akhir.

  Komunikasi juga dinamis, kompleks dan senantiasa berubah. Oleh karena itu, komuikasi tidak memiliki awal dan akhir yang jelas (West dan Turner, 2008:6).

  Komunikasi dapat terjadi apabila didukung unsur-unsur komunikasi yaitu, sumber, pesan, media, penerima, efek dan umpan balik. Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok. Sumber sering disebut sebagai pengirim atau komunikator.

  Unsur pesan yang dimaksud adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Unsur media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari komunikator kepada komunikan. Unsur berikutnya adalah penerima atau komunikan, yaitu pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh komunikator. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih (Cangara, 2006:24).

  Penerima adalah unsur penting dalam proses komuikasi, karena dia yang menjadi sasaran dari komuikasi.Efek atau pengaruh sebagai unsur yang selanjutnya adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh bisa juga diartikan sebagai perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang akibat penerimaan pesan. Unsur terakhir, yaitu umpan balik (feedback) adalah salah satu bentuk dari pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi, sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan sampai pada penerima (Cangara, 2006:24).

2.2.2KomunikasiAntarPribadi

  Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal dan non verbal. Devito (1985:4) mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang. Berdasarkan defenisi Devito ini, komunikasi antar pribadi dapat berlangsung anatar dua orang yang memang sedang berduaan, misalnyasuami-istri, dua orang sahabat/teman dan antara dosen dengansalah seorang mahasiswanya.

  Menurut sifatnya, komunikasi antar pribadi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu komunikasi diadik (diadic communication) dan komunikasi kelompok kecil (small group

  

ommunication) . Komunikasi diadik adalah komunikasi yang berlangsung antar dua orang

  dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut pacedapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog dan wawancara. Percakapan berlangsung dalam situasi yang lebih bersahabat dan informal. Dialog yang berlangsung dalam situasi yang lebih intim lebih dalam dan personal, sedangkan wawancara berlangsung dalam situasi yang bersifat lebih serius (Cangara, 2006:32).

  Komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggotanya saling berinteraksi satu sama lain.

  Komunikasi kelompok kecil termasuk tipe komunikasi antarpribadi, kerana pertama anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka.

  Kedua, pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong dimana semua peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang sama, tanpa ada yang mendominasi. Ketiga, sumber dan penerima sulit diidentifikasi. Semua anggota bisa berperan sebagai sumber dan penerima. (Cangara, 2006:32).

  Sejarah aktivitas manusia berkomunikasi timbul sejak manusia diciptakan hidup di dunia ini. Manusia tidak dapat terlepas dari interaksi dengan manusia lain untuk melangsungkan kehidupannya. Dalam berinteraksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya tidak dapat terlepas dari kegiatan komunikasi. Manusia yang normal akan selalu terlibat komunikasi dalam melakukan interaksi dengan sesamanya sepanjang kehidupannya. berkomunikasi kita belajar tentang banyak hal. Belajar tentang diri sendiri dan orang lain, bergaul, bersahabat, berbagi pengetahuan pengalaman, berkasih sayang, membenci dan melestarikan peradaban manusia.

  Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi atau lewat teknologi canggih.

  Teori komunikasi antar pribadiyang digunakan pada penelitian ini adalah teori penetrasi sosial dan teori pengungkapan diri (self disclosure). Sedikit penjelasan teori penetrasi sosial adalahteori ini pada intinya menyatakan bahwa kedekatan antarpribadi itu berlangsung secara bertahap (gradual) dan berurutan yang di mulai dari tahap biasa-biasa saja hingga tahap intim sebagai salah satu fungsi dari dampak saat ini maupun dampak masa depannya.

  Teori pengungkapan diri (self disclosure)adalah Pada self disclosure orang membuka diri dan menyatakan informasi tentang dirinya pada lawan komunikasinya. Bahkan informasi yang di ungkapkan pun bukan informasi yang biasa-biasa saja melainkan informasi yang mendalam tentang dirinya.

  Terdapat tiga tingkatan analisis dalam melakukan prediksi yaitu kultural, sosiologis dan psikologis. Analisis pada tingkat kultural berarti keseluruhan kerangka kerja komunikasi yaitu kata-kata, tindakan-tindakan, postur, gerak-isyarat, nada, ekpresi wajah, penggunaan waktu, ruang, dan materi dan cara ia bekerja, bermain, bercinta, dan mempertahankan diri. Analisis pada tingkat sosiologis berarti prediksi komunikator tentang reaksi penerima atau

  

(receiver) terhadap pesan-pesan yang disampaikan didasarkan kepada keanggotaan penerima

  didalam kelompok sosial tertentu. Analisis pada tingkat psikologis berarti mengenai reaksi pihak lain atau penerima terhadap perilaku komunikasi kita didasarkan pada analisis dari pengalaman-pengalaman yang unik (Budyatna & Ganiem, 2011).

  Interaksi komunikasi antarpribadi terdapat karakteristik penting untuk menjelaskan hubungan antarpribadi. Hubungan antarpribadi berlangsung melalui beberapa tahap, mulai dari tahap interaksi awal sampai keputusan. Terdapat lima tahap yang menguraikan tahap- tahap penting dalam pengembangan hubungan (De Vito, 1997) yaitu sebagai berikut:

  1. Kontak (Contact) pada tahap pertama kita membuat kontak, ada beberapa macam persepsi alat indera yaitu melihat, mendengar, dan membaui seseorang. Tahap awal ini menentukan seseorang untuk memutuskan tetap melanjutkan ketahap berikutnya atau menghentikan langkahnya untuk melakukan komunikasi dengan lawan bicaranya.

  2. Keterlibatan (Invorment) yaitu tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh. Ketika kita mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan jugamengungkapkan diri kita. Bila ini termasuk kepada hubungan yang romantis anda akan melakukan kencan pada tahap ini.

  3. Keakraban (Intimacy), pada tahap keakraban, anda mengikat diri anda lebih jauh pada orang lain. Anda mungkin membina hubungan primer dimana orang lain menjadi sahabat baik atau kekasih anda.

  4. Perusakan yaitu dua tahap berikutnya penurunan hubungan, ketika ikatan diantara kedua pihak melemah. Pada tahap perusakan anda mulai merasa hubungan ini mungkin tidaklah sepenting yang anda pikirkan sebelumnya. Hubungan semakin berdua bertemu, hubungan atau interaksi antara individu semakin merenggang. Apabila tahap ini semakin parah sampai akhirnya timbul tahap akhir pemutusan.

  5. Pemutusan (Solution/Disolution) yaitutahap pemutusan adalah tahap pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak. Pemutusan bisa berupa dampak positif maupun dampak negatif.Begitu juga dalam pengungkapan diri kaum homseksual itu sendiri terhadap komunitasnya. Dimana dalam tahap pemutusan bisa dalam bentuk pemutusan hubungan dengan pasangan mereka untuk mengakhiri hubungan asmara maupun dalam bentuk pemutusan hubungan untuk kembali dalam keadaan penuh romantisme dengan melakukan perbaikan dalam hubunganya. Adapun yang menjadi tujuan komunikasi antar pribadi (Fajar 2009:78) adalah:

  1. Mengenal diri sendiri dan orang lain

  2. Mengetahui dunia luar

  3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna

  4. Mengubah sikap dan perilaku

  5. Bermain dan mencari hiburan 6. Membantu. Teori penetrasi sosial merupakan teori yang menjelaskan bagaimana dalam mengembangkan suatu hubungan. Daya tarik dalam teori ini adalah pndekatanya yang langsung pada pengembangan hubungan. Terdapat asumsi-asumsi yang mengarah teori penetrasi sosial ini yaitu: (1) hubungan-hubungan yang mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim, (2) secara umum, perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi, (3) perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan solusi, (4) pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan (West dan Turner, 2008:54).

  Teori penetrasi juga sering dikenal sebagai “teori kulit bawang”, karena setiap lapisanya menggambarkan kepribadian seseorang. Artinya, sebelum kita mengenal seseorang ada bagian-bagian luar dalam diri seseorang sebelum kita sampai pada intinya. Lapisan terluar seseorang yaitu citra publik (public image), merupakan sesuatu yang dapat dilihat orang lain secara langsung. Citra publik merujuk kepada fisik seseorang. Contoh, pengembangan hubungan antara Cathy dan Barbra, mahasiswa tahun pertama di Universitas Upon, yang secara acak ditempatkan sebagai teman sekamar di Blacstone Hall sebuah asrama dikampus yang seluruh penghuninya wanita (West dan Turner, 2008:205).

  Teori penetrasi sosial terdiri dari dari empat tahapan yang harus dilalui agar kita bisa lebih mengenal orang lain secara mendalam (West dan Turner 2008:205). Pertama, tahap orientasi: membuka sedikit demi sedikit. Dalam tahap ini seorang individu hanya membuka sedikit tentang dirinya, tidak membagi informasi secara berlebihan biasanya suasana masih canggung, sopan dan agak kaku. Tahap kedua, pertukaran penjajakan efektif yaitu munculnya diri. Dalam tahap ini, individu mulai lebih terbuka dengan orang lain dan suasananya sudah mulai mencair dan mulai terdapat pengguanaan kata-kata khusus diantara kedua individu.

  Tahap ketiga, pertukaran afektif yaitu komitmen dan kenyamanan. Dalam tahap ini mulai adanya persahabatan dan hubungan yang lebih erat atau intim. Kedua individu secara spontan dan kecanggungan sudah tidak ada sama sekali. Tahap keempat, pertukaran stabil yaitu kejujuran total dan keintiman. Dalam tahap terakhir ini, kedua individu sudah berada pada hubungan yang intim/ dekat/akrab.

  Sikap seseorang untuk terbuka atau tertutup merupakan suatu siklus dan siklus keterbukaan dan ketertutupan suatu pasangan memiliki polaperubahan reguler, atau perubahan yang dapat diperkirakan. Pada hubungan yang sudah sangat berkembang, siklus berangsung dalam periodewaktu yanglebih panjang daripada hubungan tahap awal (kurang berkembang). Alasanya, karena karena hubungan yang lebih berkembang rata-rata memiliki keterbukaan lebih besar daripada hubungan yang kurang berkembang (Morissan, 2009:189).

  Konsep Altman dan Taylor (dalamSupraktiknya,2009) mengajukan empat tahap

  1. Tahap orientasi yaitu tahap dimana komunikasi yang terjadi bersifat tidak pribadi (inpersonal).Para individu yangterlibat hanya menyampaikan informasi yang bersifat sangat umum saja. Jika tahap ini mereka terlibat merasa cukup mendapatkan imbalan dari interaksi awal, maka mereka akan melanjutkan ketahap berikutnya.

  2. Tahap pertukaran efek eksploratif (eksploratory affective axchange)yaitu tahap inidimana muncul gerakan menuju kearah keterbukaan yang lebih dalam.

  3. Tahap pertukaran efek (affective exchange) yaitu tahap munculnya perasaan kritis dan evaluatif pada yang lebih dalam. Tahap ketiga ini tidak akan dimasuki, kecuali para pihak pada tahap sebelumnyatelah menerima imbalan yang cukup berarti dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

  4. Tahap pertukaran stabil (stable exchange)yaitu adanya keintiman dan masing- masing tindakan mereka memberikan tanggapan yang sangat baik.

  Teori penetrasi sosial awal ini berperan penting dalam memusatkan perhatian pada perkembangan. Namun demikian, teori ini dapat memberikan penjelasan yang memuaskan terhadap praktik hubungan yang sebenarnya dalam kehidupan aktual sehari-hari. Gagasan yang menyatakan bahwa interaksi gerakmeningkat mulai dar tahap umum hingga tahap pribadi dalam suatu garis lurus (liner fashion) saat inisudah menjadi terlalu sederhana (Morissan, 2009:189).

  Perspektif teori penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan beberapa penjabaran sebagai (Burhan, 2003,132-141) yaitu Pertama, Kita lebih sering dan lebih cepat akrab dalam hal pertukaran pada lapisan terluar dari diri kita. Kita lebih mudah membicarakan atau ngobrol tentang hal-hal yang kurang penting dalam diri kita kepada orang lain, daripada membicarakan tentang hal-hal yang lebih bersifat pribadi dan personal. Semakin ke dalam kita berupaya melakukan penetrasi, maka lapisan kepribadian yang kita hadapi juga akan semakin tebal dan semakin sulit untuk ditembus. Semakin mencoba akrab ke dalam wilayah yang lebih pribadi, maka akan semakin sulit pula.

  Kedua , keterbukaan diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal balik), terutama

  pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori ini, pada awal suatu hubungan kedua belah pihak biasanya akan saling antusias untuk membuka diri, dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi semakin dalam atau semakin masuk ke dalam wilayah yang pribasdi, biasanya keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat dan tidak secepat pada tahap awal hubungan mereka dan juga semakin tidak bersifat timbal balik.

  Ketiga , penetrasi akan cepat di awal akan tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk kedalam lapisan yang makin dalam, tidak ada istilah “langsung akrab”.

  Keakraban itu semuanya membutuhkan suatu proses yang panjang. Biasanya banyak dalam hubungan interpersonal yang mudah runtuh sebelum mencapai tahapan yang stabil. Pada dasarnya akan ada banyak faktor yang menyebabkan kestabilan suatu hubungan tersebut mudah runtuh, mudah goyah. Akan tetapi jika ternyata mampu untuk melewati tahapan ini, biasanya hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih bermakna, dan lebih bertahan lama.

  Keempat , depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar.

  Maksudnya adalah ketika suatu hubungan tidak berjalan lancar, maka keduanya akan berusaha semakin menjauh. Akan tetapi proses ini tidak bersifat eksplosif atau meledak secara sekaligus, tapi lebih bersifat bertahap. Semuanya bertahap, dan semakin memudar.

  Teori penetrasi sosial memiliki kedalaman suatu hubungan itu adalah penting, tetapi keluasan ternyata juga sama pentingnya. Maksudnya adalah mungkin dalam beberapa hal tertentu yang bersifat pribadi kita bisa sangat terbuka kepada seseorang yang dekat dengan Mungkin kita bisa terbuka dalam urusan asmara, namun kita tidak dapat terbuka dalam urusan pengalaman di masa lalu atau yang lainnya.

  Teori komunikasi antar pribadi terdapat juga konsep pengungkapan diri(self

  

disclosure) merupakan proses mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi

  yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi untuk memahami suatu tanggapan terhadap orang lain dan sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap suatu kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan. Menurut (dalam Jhonson, 1981) juga menjelaskan tentang teori self disclosure atau pengungkapan diri adalah mengungkapkan reaksi atau tanggap terhadap situasi yang sedang kita hadapiserta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini. Self disclosure adalah jenis dari komunikasi dimana informasi mengenai diri kita yang biasanya disimpan atau dirahasiakan kita bagikan kepada orang lain (Devito, 1997: 231-232).

  Beberapa faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri/self disclosure (Devito, 1997:62) yaitu: (1)Besar kelompok yaitu pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil dibanding kelompok besar, (2)Perasaan menyukai yaitu seseorang membuka diri kepada orang-orang yang disukai atau dicintai, (3)Efek diadikyaitu, Seseorang melakukan pengungkapan diri bila orang yang menjadi lawan bicaranya melakukan pengungkapan diri juga. Efek diadik membuat orang menjadi aman dan dapat memperkuat perilaku pengungkapan diri seseorang, (4) Kompetensiadalah orang yang kompeten lebih banyak melakukan pengungkapan diri daripada orang yang kurang kompeten (5)Kepribadian, (6)Jenis kelaminyaitu faktor jenis kelamin merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam pengungkapan diri.

  Joseph Luft dan Harrington Ingham, mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. “Jendela” tersebut terdiri dari matrik 4 sel, masing-masing sel menunjukkan daerah self(diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari. Berikut ini disajikan gambar ke 4 sel tersebut (Rakhmat, 2004:80).

Tabel 2.2.1 Konsep Johari Window

  Sumber :

Rakhmat (2004 : 81)

  Setiap manusia pasti ingin menjalin sebuah komunikasi yang efektif, supaya apa yang disampaikan bisa dimengerti oleh orang lain dengan baik. Demikian juga dalam hal pengungkapan diri (Self Disclosure). Namun, ada beberapa hal yang dilakukan peneliti untuk mencapai pengungkapan diri (Self disclosure) yaitu teori Penetrasi sosial.

2.2.1.2 Gay

  Pengkategorian manusia berdasarkan jenis kelamin biologis yaitu perempuan dan laki-laki sesungguhnya tidaklah sampai disitu saja. Berdasarkan alat kelamin biologis kontruksi-kontruksi sosial budaya diciptakan seperti perempuan adalah istri sedangkan laki- laki adalah suami, perempuan adalah feminine sedangkan laki-laki adalah maskulin, Kontruksi-kontruksi ini sering dijadikan sebagai indikator mengkaji berbagai permasalahan manusia, karena kontruksi ini diciptakan seolah-olah bersifat kodrati dan tidak bisa dirubah.

  Secara umum, laki-laki memang mempunyai kecenderungan untuk menyukai perempuan dan perempuan menyukai laki-laki sebagai pasangan seksnya. Golongan yang umum ini adalah golongan yang berorientasiheteroseksual. Akan tetapi, ternyata dalam masyarakat manapun terdapat sebagian kecil yang berorientasi homoseksual atau menyukai sesama jenis. Menurut penelitian beal, Weinberg dan Hammer Smith (1981) di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 10% dari penduduk yang berorientasi homoseksual (Sarwono, 2002:186).

  Orientasi seksual dijelaskan sebagai sebuah objek impuls seksual seseorang: (jenis kelamin berlawanan), homoseksual (jenis kelamin sama) atau biseksual

  heteroseksual

  (kedua jenis kelamin) (Kaplan,1997). Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

  

Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJI, 1989:241) homoseskual adalah rasa tertarik secara

  perasaan (kasih sayang, hubungan emosional), baik secara predominan (lebih menonjol) maupun eksklusif (semata-mata) dengan atau tanpa hubungan fisik kepada sesama jenis.

  Secara singkat homoseksual dapat didefenisikan sebagai salah satu identitas seksual yang mengacu pada orang-orang yang memiliki dorongan impuls,preferensi,perilaku seksual dan ketertarikan fisik,emosi dan seksual yang memiliki jenis kelamin sama serta orang-orang yang mengidentifikasikan dirinya sebagai homoseksual.

  Homoseksual sendiri diklasifikasikan lagi kedalam dua bagian besar istilah yaitu gay dan

  . Gay adalah seorang laki-laki yang tertarik dengan laki-laki. Sedangkan, Lesbian

  lesbian

  adalah seorang perempuan yang tertarik dengan perempuan. perbedaan gay dan lesbian secara istilah hanya terletak di subjeknya saja yang ditarik dari sex atau alat kelamin biologis yang dimilikinya. Meskipun sebenarnya, dalam kajian-kajian seksualitas secara radikal defenisi gay dan lesbian ditarik juga tidak hanya dari jenis kelamin biologisnya saja tetapi dari jenis kelamin sosialnya (Butar-butar, 2014:50).

  Pemikiran yang selama ini ada di masyarakat yang mengatakan bahwa hanya ada laki- laki (maskulin) dan perempuan (feminim), heteroseksual (pasangan lawan jenis) telah menutup ruang untuk mengenal lebih banyak lagi perbedaan-perbedaan orientasi seksual dan identitas gender yang ada di lingkungan masing-masing, padahal justru dalam kenyataannya orientasi seksual dan identitas gender memang beragam.

  Penerimaan akan keberagaman orientasi seksual dan identitas gender itu yang menjadi persoalan. Kaum lesbian, gay, biseks, dan transgender (LGBT) dianggap sebagai penyakit, tidak normal, sesat, perilaku menyimpang, dosadan dilarang oleh agama. Hal inilah kemudian membuat kaum LGBT mengalami stigma, kekerasan dan diskriminasi dengan bentuk yang berbeda-beda. Pembenaran akan stigma tersebut kemudian membuat masyarakat berpikir bahwa kaumLGBT layak untuk disembuhkan dengan berbagai cara seperti dimasukkan ke rumah doa, dirawat di rumah sakit jiwa bahkan dipaksa dengan menggunakan berbagai tindakan kekerasan. Hal ini lah kemudian menimbulkan seseorang menjadi Homophobia.

  Homophobia adalah suatu sikap atau tindakan yang takut atau memberikan label

  negatif kepada individu maupun kelompok atas dasar orientasi seksual dan identitas gender seseorang seperti homoseksual “gay dan lesbian”, biseksual maupun transgender.

  Tindakan Homophobia juga dapat dituangkan dalam bentuk kata, kalimat, media maupun cara berpikir (Butar-butar, 2013).

  Sebagian masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa homoseksual, biseksual serta perilaku seks lainnya yang tidak sesuai dengan norma agama dan budaya sebagai perilaku yang menyimpang. Homoseksual sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang menyimpang karena perilaku seksual seperti ini belim berlaku secara umum dan dapat diterima oleh masyarakat (Puspitosari dan Pujileksono, 2005:44).

  Penyimpangan tersebut dapat terjadi akibat kelainan yang bersifat psikologis atau kejiwaan, dapat melalui faktor lingkungan pergaulan dengan kata lain penyakit gay atau homoseksual ini dapat menular, juga dapat terjadi akibat faktor genetik atau keturunan, dan bisa asaja karena keinginan individu itu sendiri untuk mencoba sesuatu yang baru yang belum pernah mereka rasakan. Faktor lingkungan juga bisa menyebabkan seseorang menjadi gay karena didikan orangtua mereka sejak kecil yang hancur “broken home”, pernah mengalami pelecehan seksual, memiliki lingkungan pergaulan yang mayoritas gay dan mempunyai sisi psikologis yang lemah atau mudah terpengaruh dan mempunyai trauma.

  Simbol-simbol atau kalimat yang sering disampaikan seorang gay kepada gay lainya yaitutop dan bottom. Top menunjukkan gay yang berperan sebagai laki-laki dalam hubungan intim, sedangkan bottom merujuk pada gay dalam hubungan itu berperan sebagai perempuan. Diam-diam luput dari perhatian publik, teknologi informasi telah menjadi bagian dari keseharian kehidupan gay di Indonesia. Salah satu momentumnya adalah hadirnya gadget berbasis android dengan harga terjangkau. Gay bisa mengunduh beragam aplikasi chatting yang memungkinkan satu sama lain terhubung, membina pertemanan maupun menjalin cinta, baik cuma semalam atau yang berkelanjutan.

  Bahasa gaul yang sering digunakan oleh kaum gay sebagian besar tidak sama dengan bahasa gaul yang digunakan oleh orang-orang pada umumnya. Bahasa gaul kaum selebritis ternyata mirip dengan bahasa gaul kaum gay dan juga bahasa gaul kaum waria atau banci (Mulyana, 2007:313). Melalui hiburan televisi bahasa gaul juga semakin diperkenalkan.

  Contoh, ketika selebriti berdialog mengucapkan kata “ember” yang artinya emang bener atau “akika” yang berarti aku. Contoh lainya, yaitu penggunaan bahasa gaul yang dipaki oleh mengucapkan kata “handphone” menjadi “ hampina” atau “ siapa” menjadi kata “sapose”. Bahasa gaul tidak hanya ditemukan di televisi tetapi juga diradio. Bahasa gaul digunakan sebagai bahasa pergaulan, karena sifatnya yang unik, aneh bila didengar, yang maknanya bisa bertentangan dengan arti yang lazim.

  Bahasa gaul ini tidak hanya alat komunikasi namun juga alat identifikasi. Kaum gay menggunakan bahasa gaul ini bisa jadi untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang

  

gay . Pengguna bahasa gaul juga dapat berguna untuk menumbuhkan eksistensi diri. Untuk

  bisa mengamati kaum gay dapat dilihat dari bahasa-bahasa istilah yang dipakai dalam berkomunikasi sehari-hari. Bahasa ini hanya digunakan antar komunitas mereka untuk menjaga rahasia identitasnya.

  Gay adalah salah satu bagian dari homoseksual. Gay seperti dapat dijelaskan bahwa

  seorang laki-laki yang tertarik dengan laki-laki. Dalam masyarakat biasanya orang tidak bisa membedakan antara gay dan waria, padahal keduanya adalah dua hal yang berbeda. Jika gay merujuk pada ketertarikan terhadap sesama laki-laki sedangkan waria adalah orang yang berpenampilan dan berperilaku berbeda dengan apa yang sudah dikontruksikan masyarakat terhadapnya berdasarkan jenis kelamin biologisnya. Jadi tidak mengherankan bahwa gay sering dipanggil dengan sebutan “ bencong atau waria” (Butar-butar 2013:38).

  Dalam penelitian ini penulis fokus kepada orientasi seksual gay. Gay adalah laki-laki yang tertarik secara emosional atau seksual kepada sesama laki-laki. Berikut adalah mitos dan fakta mengenai gay( Wood & Dow, 2006).

1.1 Mitostentang kaum gay sebagai berikut: 1.

  Gay sering diketahui dari cara berpakaian, sikap dan bergaul.

  2. Gay sering diidentikkan dengan feminim.

  3. Gay bisa disembuhkan dengan dimasukkan kepondok pesantren atau sekolah agama lainya.

  5. Kebanyakan gayadalah atheis.

  6. Seorang gay disembuhkan melalui terapi dari psikolog atau psikiater 7.

  Gay adalah penyimpangan sosial dan penyakit kejiwaan 8. Seorang gay dapat berubah menjadi heteroseksual jika dinikahi secara heteroseksual.

  9. Seorang gay berasal dari keluarga yang tidak harmonis (broken home).

  10. Gay adalah pendosa dan tidak bermoral.

  11. Gay menular.

  12. Pasangan gay tidak mampu merawat dan membesarkan anak.

1.2 Fakta tentang kaum gay sebagai berikut: 1.

  Cara berpakaian, sikap dan bergaul seorang apakah ia tampil maskulin, feminim (adrogin)tidak berhubungan dengan orientasi seksual seorang melainkan itu adalah ekspresi gender seseorang.

  2. Dikomunitas banyak gay yang maskulin.

  3. Tempat pesantren dan sekolah agama adalah tempat orang belajar ilmu agaman dan tidak bisa menyembuhkan, karenagay bukanlah penyakit atau hal-hal yang berkaitan dengan agama. Gay adalah orientasi seksual dan identitas gender yang sedang terberi sejak seseorang dilahirkan.

  4. Gay bukanlah kondisi dimana seseorangmanusia dimasuki roh jahat atau enegri negatif lainya sehingga membutuhkan proses pelepasan dengan menggunakan ritual-ritual tertentu.

  5. Setiap orang memounyai kepercayaan masing-masing seperti halnya dengan masyarakat secara umum banyak yang beragama dan taat melakukan ajaran agamanya bahkan gay yang menjadi pendeta, tokoh agama dan tokoh religius lainya.

  6. Menjadi gay bukanlah sebuah penyakit kejiwaan sehingga tidak perlu dibawa kepsikolog atau psikiater.

  7. Departemem kesehatan Republik Indonesia dalam buku Pedoman Penggolongan dan Diagonis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi II tahun 1983 dan 1993 (PPDGJ II dan III) disebutkan bahwa homoseksualitas bukanlah penyakit kejiwaan tetapi merupakan varian biasadari seksualitas manusia. Pedoman Penggolongan dan Diagonis Gangguan Jiwa (PPDGJ) ini menjadi acuan bagi para medis seperti dokter, psikologi, dan psikiater di indonesia. Penghapusan paham homoseksualitas sebagai gangguan jiwa adalah keputusan dari organisasi Kesehatan Sedunia (World Helath Organization) pada 17 Mei 1990.

  8. Banyak gay dipaksa menikah mengalami depresi danmemutuskan bercerai untuk kembalimenjadi dirinya sebagai gay.

  9. Banyak gay yang berasal dari keluarga yangharmonis dan banyak juga diantara mereka yang didukung oleh keluarga mereka, hanya saja kondisi di masyarakat sekitar yang menganggap hal tersebut tidak wajar sehinggabanyak orangtua yang menerima anaknya namun menutupinya.

  10. Pada kenyataanya gay adalah orang-orang yang menyenangkan. Secara moral mereka taat beragama dan menjalankanya dengan baik.

  11. Banyak gay yang berkawan dengan heteroseksual tapi tidak membuat merekan menjadi seorang gay. Menjadi seorang gay adalah perasaan pilihan hidup.

  12. Gay juga manusia yang penuh kasih dan bisa merawat seorang anak dengan baik.

  Pengungkapan diri (self disclosure) adalah jenis komunikasi. Istilah pengungkapan diri digunakan untuk mengacu pada pengungkapan informasi yang dilakukan secara sadar.

  Dimana segala sesuatu baik itu pikiran, perasaan dan perilaku yang diceritakan secara sadar dan terbuka kepada orang lain. Banyak hal yang diungkapkan tentang diri kita melalui ekspresi wajah, sikap, tubuh, pakaian, nada suara, dan melalui isyarat-isyarat non verbal lainnya yang tidak terhitung jumlahnya, meskipun banyak diantara perilaku tersebut tidak disengaja, namun penyingkapan diri yang sesungguhnya adalah perilaku yang disengaja.

  Proses pengungkapan diri(self disclosure) pada lambang verbal dan non verbal terjadi ketika partisipan komunikasi menggunakan kata-kata, baik itu melalui bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi non verbal adalah ketika partisipan komunikasi menggunakan simbol selain kata-kata seperti nada bicara, ekspresi wajah dan sebagainya (Kuswarno, 2009:103).

  Penelitian ini, peneliti lebih menekankan pengungkapan diri dengan pola komunikasi antarpribadi yang dilakukan dalam bentuk bagaimana proses terjadinya pengungkapan komunikasi diri yang dilakukan individu kepada komunitasnya. Dalam arti pengungkapan komunikasi antarpribadi bertujuan untuk mencari teman kencan, kekasih bahkan mereka mengungkapkan semua perasaan yang tertahan ketika kehidupan normal menuntut mereka untuk menutupi tingkah laku dan perilaku mereka dalam bermasyakat. Selain itu penelitian juga membahas mengenai penggunaan simbol dan bahasa yang digunakan dalam proses pengungkapan diri terbentuk sampai pada tahap terbentuknya hubungan antar sesama

  homoseksual itu.

2.2.3 Komunikasi Verbal

  Komunikasi verbal adalah proses penyampaianpesankepadakomunikasidalambentuk kata-kata secaralisanmaupunbentuktulisan. Komunikasi verbal memiliki tiga fungsi a) Penamaan yaitu fungsi bahasa yang mendasar mengidentifikasi objek, tindakan atau orang yang menyebut namanya sehingga dirujuk dalam berkomunikasi.

  b) Interaksi yaitu merujuk pada berbagai gagasan dan emosi yang dapat mengundang simpati pengertian ataupun kemarahan dan kebingungan.

  c) Transmisi informasi yaitu bahasa merupakan media menyampaikan informasi kepada orang lain. Bahasa media merupakan transmisi informasi yang bersifat lintas waktu, artinya melalui bahasa dapat disampaikan informasi yang menghubungkan masa lalu, masa kini, masa depan, sehingga memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi.

2.2.4 Komunikasi Non Verbal

  Komunikasinonverbaladalah proses penyampaianpesankepadakomunikandalambentukekspresiwajah, sentuhan, waktu, gerak, isyarat, perilaku, matadan lain-lain yang bias merangsangmaknadarikomunikantersebut. Proses pemaknaaninilah yang pastikitaalamidalamsegalaaspekkehidupankitadimanapunkitamenajalinkomunikasidengan orang yang terlibatlansungdalamkomunikasivervaldankomunikasinon verbal. Kesamaanpemaknaantehadap penggunaan simbol-simbol komunikasiverbal dannon verbalakanmembuatmudahberkomunikasiuntukmencapaipenertianbersama(Mulyana, 2007:259).

  Menurut Mark L. Knapp (dalam Rakhmat, 1994)ada lima fungsi komunikasi nonverbal yaitu sebagai berikut:

1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.

  Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.

  2. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.

  3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.” 4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata- kata.

5. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.

2.3 Model Teoretik

  Kerangka pemikiran adalah alur berpikir peneliti yang melatarbelakangi terjadinya penelitian tersebut. Berikut ini kerangka pemikiran yang terbentuk:

Gambar 2.1 Model Teoretik Pengungkapan diri (self

  disclourse) kaum gay Komunikasi Antar Pribadi 1. Komunikasi Verbal 2. Komunikasi NonVerbal

  Sumber: (Peneliti, 2015)

Dokumen yang terkait

Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon - Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 51

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

1 0 10

Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

1 1 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernikahan 2.1.1 Pengertian Pernikahan - Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Usia Muda di Kelurahan Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

0 6 33

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Usia Muda di Kelurahan Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

0 0 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Andaliman - Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)

0 0 7

5 BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Pengertian dan Prinsip Arsitektur Informasi

0 0 27

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Terumbu Karang - Persentase Tutupan dan Bentuk Pertumbuhan Karang Hidup di Perairan Pulau Ungge Kabupaten Tapanuli Tengah

0 3 9

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Pengertian Literasi Informasi - Evaluasi Literasi Informasi Dengan Menggunakan Empowering 8 Pada Pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan

0 0 17