5 BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Pengertian dan Prinsip Arsitektur Informasi

BAB II TINJAUAN LITERATUR

2.1 Pengertian dan Prinsip Arsitektur Informasi

  Arsitektur informasi atau information architecture (IA) merupakan rancangan stuktur informasi dengan pemahaman bahwa arsitektur informasi fokus utamanya adalah stuktur itu sendiri dan diikuti dengan user interface yang mewakili tampilan dilayar, mengetahui dengan baik keinginan user berhubungan dengan konten dan fungsi struktur informasi serta mengetahui konten dan fungsionalitas yang didukung oleh struktur informasi itu sendiri. (Brown: 2010, 30) 1.

   The information architect’s primary focus is the structure itself and secondarily the user interface representing the structure on screen.

  2. The information architect has a good understanding of how people want to relate to the content and functionality contained in the structure.

  3. The information architect has a good understanding of the range of content and functionality to be supported by the structure.

  Istilah IA pertama kali dikemukakan oleh Richard Wurman pada tahun 1975 yang menggambarkan kebutuhan dalam mengubah data menjadi informasi. Hal ini tidak dapat langsung terwujud. Akan tetapi dengan adanya World Wide

  Web (www) yang muncul pada tahun 1990-an, istilah IA mulai menyebar secara

  luas. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan informasi yang semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat sehingga istilah IA pun menjadi istilah yang umum untuk digunakan.

  Wurman memberikan definisi mengenai arsitek informasi yang dikutip oleh Wei dalam bukunya yang berjudul Information Architecture: The Design and

  Integration of Information Space (2010, 1) yaitu: 1.

   The individual who organizes the patterns inherent in data, making the complex clear.

  2. A person who creates the structure or map of information which allows others to find their personal knowledge. st

  3. century professional occupation addressing the The emerging 21 needs of the age focused upon clarity, human understanding and the science of the organization of information .

  Pada saat ini IA memiliki peran yang sangat penting. Seperti yang dikemukakan oleh Wurman bahwa arsitek informasi merupakan seseorang yang yang mengatur pola pada data menjadi bentuk yang lebih mudah dimengerti, seseorang yang dapat menciptakan sebuah struktur yang dapat memudahkan orang lain dalam menemukan informasi serta seseorang yang menangani kebutuhan zaman yang berfokus kepada informasi sehingga arsitek informasi memiliki peran yang sangat penting dalam mengelola dan mengolah data menjadi bentuk informasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

  Pendapat Wurman mengenai arsitek informasi tersebut memunculkan pemikiran-pemikiran baru mengenai IA yang terus berkembang sehingga pada tahun 2006, Morville dan Rosenfeld dalam bukunya yang berjudul Information

  Architecture for World Wide Web (2006, 4), mengemukakan definisi mengenai

  IA, yaitu: 1.

  The combination of organization, labeling and navigation schemes

  within an information system. (Kombinasi organisasi, pelabelan dan

  skema navigasi dalam sistem informasi)

  2. The structural design of an information space to facilitate task

  completion and intuitive access to content. (Desain struktur ruang

  informasi untuk memfasilitasi penyelesaian tugas dan akses intuitif terhadap konten)

  3. The art and science of structuring and classifying websites and

  intranets to help people find and manage information. (Struktur seni

  dan penataan serta pengklasifikasian situs wend an intranet dalam membantu user menemukan dan mengelola informasi)

  4. An emerging discipline and community of practice focusing on bringing principles of design and architecture to the digital landscape.

  (Peraturan dan praktek yang berfokus pada prinsip desain dan struktur pandangan digital) Pada artikelnya yang berjudul Information Architecture in JASIST: Just

  Where Did We Come From?,

  Dillon (2002, 821) mengemukakan bahwa “IA is the

  term used to describe the process of designing implementating and evaluating information spaces that are humanly and socially acceptable to their intended stakeholder ”.

  Definisi yang dikemukakan oleh Morville sejalan dengan definisi yang dikemukan oleh Dillon bahwa IA terletak pada proses perancangan, pembuatan sampai kepada evaluasi dari struktur suatu situs web. IA memiliki hubungan yang erat antara konten dan user interface.

  Morvile dan Dillon mengemukakan bahwa IA terletak pada sebuah proses, akan tetapi definisi lain mengemukakan bahwa IA terletak pada stuktur desain sehingga mudah untuk ditelusur. Hal ini dikemukakan oleh Spencer (2010, 4) yang mengutip definisi IA oleh The Architecture Institute yang menyatakan bahwa IA sebagai: 1.

   The Principle of Object (Prinsip mengenai objek) 2. The Principle of Choice (Prinsip mengenai pilihan) 3. The Principle of Disclosure (Prinsip mengenai sikap)

  object memiliki pengertian bahwa konten merupakan objek yang nyata. Karena

  Prinsip pertama pada IA yang dikemukakan oleh Brown, the principle of

  8. The Principle of Growth (Prinsip mengenai perkembangan)

  penting)

   The Principle of Fronts Doors (Prinsip mengenai halaman kunjungan) 6. The Principle of Multiple Classification (Prinsip mengenai klasifikasi) 7. The Principle of Focused Navigation (Prinsip mengenai navigasi

  4. The Principle of Exemplars (Prinsip mengenai jenis) 5.

  Menurut Brown delapan prinsip IA, yaitu: 1.

   The structural design of shared information environments.

  Architecture , Dan Brown (2010, 30-31) mengemukakan beberapa prinsip IA yang dapat membantu pemahaman dalam membuat rancangan struktur informasi.

  ” Dalam sebuah artikel yang berjudul Eight Principles of Information

  objects, describing them clearly and providing ways for people to get to them.

  Selain mengutip defisini IA, Spencer (2010, 4) juga mengemukakan bahwa IA merupakan hal yang bersangkutan dengan, “organizing content or

  3. An emerging community of practice focused on bringing principles of design and architecture to the digital landscape.

  2. The art and science of organizing and labeling websites, intranets, online communities and software to support findability and usability.

  konten sebagai objek yang nyata, maka konten tersebut memiliki tempat tersendiri, memiliki lifecycle (siklus hidup), memiliki ciri khas serta memiliki perlengkapan. Konten tersebut juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kepada fungsi, tujuan dan struktur.

  Objek yang dimaksud adalah sebuah situs web yang pada dasarnya memiliki konten seperti: a.

  Struktur internal yang konsisten dan dikenali.

  b.

  Ciri khas tersendiri. Dalam membuat situs web, hal pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis situs web yang akan dibuat. Dengan menentukan jenis situs web yang akan dibuat, akan muncul pertanyaan, apa konten dari situs web tersebut?

  Misalnya saja situs web perpustakaan. Hal umum yang akan menjadi konten pada situs web perpustakaan yaitu: home, about dan web links. Bila perpustakaan tersebut memiliki ciri khas tersendiri, maka terdapat konten tambahan mengenai ciri khas yang ada.

  Pada prinsip kedua yaitu the principle of choice, hal yang dibahas adalah mengenai pilihan yang dapat diberikan kepada user. Hal ini juga berkaitan dengan menjaga agar pilihan tersebut terfokus pada pilihan tertentu saja.

  Pada dasarnya user senang akan banyaknya pilihan yang diberikan oleh sebuah halaman situs web. Karena user dapat memilih sendiri informasi sesuai dengan kebutuhannya. Disisi lain, user akan bingung untuk menentukan informasi yang sesuai karena banyaknya pilihan yang diberikan oleh sebuah halaman situs web.

  Dalam membuat situs web, akan lebih baik bila memberikan pilihan yang sedikit akan tetapi memiliki informasi yang benar-benar relevan sesuai dengan kebutuhan informasi yang diinginkan oleh user.

  Pada prinsip ketiga yaitu the principle of disclosure, dijelaskan bahwa IA merupakan rancangan struktur informasi yang memudahkan user dalam mendapatkan informasi. Dengan pengertian tersebut, pemahaman akan fungsi situs web adalah memberikan cukup informasi pada user. Sehingga informasi yang diperoleh dapat membantu user dalam menggali informasi lebih dalam lagi.

  Prinsip mengenai sikap ini berfokus kepada perilaku pencarian informasi. Akan lebih baik apabila dalam penelusuran informasi, halaman situs web yang dituju langsung mengarah pada informasi yang dibutuhkan. Prinsip ini dibangun dengan konsep bahwa penelusuran informasi yang lebih rinci dapat dilakukan dengan seketika. Sehingga antisipasi dapat dilakukan kepada user yang memang tertarik dan tidak tertarik pada hasil penelusuran yang dilakukan.

  Pada konteks prinsip keempat yaitu the principle of exemplars, dijelaskan bahwa konten dapat dipilih berdasarkan jenisnya. Untuk menunjukkan semua hal yang berkaitan pada konten, hal yang dapat dilakukan adalah dengan menyusunnya menjadi kelompok-kelompok tertentu sehingga terlihat sistematis.

  Menu pada situs web biasanya memiliki beberapa sub menu pendukung. Sub menu tersebut merupakan kelompok objek yang memiliki konten yang sama ataupun menyerupai. Pengelompokan jenis konten ini sering kali dilakukan untuk memudahkan user dalam penelusuran.

  Misalnya pada situs web perpustakaan, menu yang diberikan adalah:

  home, about dan web link. Pada menu about terdapat beberapa sub menu yang

  mengikuti, seperti: visi & misi, contact us dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan user dalam temu kembali informasi yang ada.

  Prinsip kelima yaitu the principle of front doors, menunjukkan bahwa dimungkinkan bagi user untuk dapat langsung mengunjungi halaman situs web tanpa harus melalui halaman awal (home). Pada dasarnya, kunjungan ke suatu situs web akan dimulai pada halaman awal situs web yang dituju. Gagasan mengenai front doors ini menjadi hal yang umum, karena beberapa situs web besar menemukan bahwa kunjungan pada situs web tersebut tidak dilakukan melalui halaman awal, melainkan melalui halaman lain website.

  Menurut Brown, prinsip ini menghasilkan 2 petunjuk, yaitu: 1.

  Halaman yang dituju membantu user dalam memahami bahwa ada informasi lain yang dapat ditemukan pada halaman tersebut.

2. Halaman awal tidak selamanya memiliki tugas sebagai gerbang awal antara user dan informasi yang ada.

  Kedua petunjuk tersebut memperlihatkan bahwa tidak selamanya halaman awal harus menunjukkan semua informasi yang ada pada sebuah situs web, halaman lain situs web juga memiliki tugas yang sama dalam menyebarkan informasi yang ada.

  Prinsip keenam yaitu the principle of multiple classification, dikemukakan bahwa menawarkan beberapa macam klasifikasi yang berbeda kepada user untuk mengakses konten situs web merupakan hal yang baik.

  Arsitektur informasi yang baik menunjukkan bahwa cara seseorang dalam mencari dan menemukan informasi tidaklah sama. Dengan adanya skema klasifikasi, hal ini dapat membantu user dalam menemukan cara lain atau cara yang lebih singkat dalam menemukan informasi yang ada pada sebuah halaman situs web.

  Skema klasifikasi merupakan cara singkat dalam melakukan penelusuran informasi dengan menggunakan kelompok konten yang ada pada sebuah situs web. Hal seperti ini dapat dilakukan dengan melakukan penelusuran dengan menggunakan judul, subjek ataupun topik sesuai dengan kebutuhan informasi yang diinginkan.

  Prinsip ketujuh yaitu the principle of focused navigation, menunjukkan bahwa kebanyakan dari sistem navigasi yang digunakan pada sebuah situs web adalah global navigasi. Apabila sebuah situs web memakai global navigasi dalam penelusuran, maka ketidak-efektifan dalam temu kembali informasi akan terjadi. Karena tidak semua informasi merupakan konten dari sebuah situs web. Dengan menggunakan global navigasi, menu navigasi yang ada akan kehilangan tujuannya dalam temu kembali informasi yang terdapat pada content.

  Brown mengemukakan 4 mekanisme navigasi, yaitu: 1.

  Topic Navigation: merupakan navigasi utama sebuah situs yang menyangkut semua area halaman situs web.

  2. Timely Navigation: menu singkat yang menyediakan link ke sub topik yang relevan.

  3. Signpost Navigation: menu yang muncul pada halaman yang menunjukkan bagaimana sebuah artikel diklasifikasikan.

  4. Marketing Navigation: menu singkat yang muncul berdampingan dengan menu navigasi topik yang menyediakan link ke halaman layanan yang diberikan oleh organisasi.

  Pada prinsip kedelapan yaitu the principle of growth, menerapkan bahwa konten yang dimiliki saat ini hanyalah sebagian kecil dari konten yang akan ditunjukkan setelahnya. Konsep pertumbuhan konten seperti ini akan menunjukkan bahwa situs web akan terus berkembang dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh user. Sehingga user akan terus menggunakan situs web tersebut sebagai tempat penelusuran informasi.

  Kelemahan desain arsitektur saat ini ada pada tempat penyimpanannya yang terbatas. Banyaknya informasi mempengaruhi ruang penyimpanan informasi itu sendiri. Dengan keterbatasan akan ruang penyimpanan informasi, sebuah situs web diharuskan untuk memberikan informasi yang up to date, sehingga informasi yang ada merupakan informasi terkini.

  Dari kedelapan prinsip yang dikemukakan oleh Brown, dapat dilihat bahwa IA memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah situs web. Hal ini juga tidak terkecuali untuk situs web perpustakaan.

2.2 Arsitektur Informasi Situs Web Perpustakaan

  Situs web perpustakaan berperan dalam menampilkan konten dan layanan yang ada disebuah perpustakaan melalui internet. Sehingga user dapat mengetahui apa saja konten dan layanan yang dapat dimanfaatkan. Hal ini dikemukakan oleh Maloney dan Bracke (2004, 146), “Library websites provide a display platform by

  which library content and services can be accessed through a common user interface.

  ” Berdasarkan hal yang dikemukakan oleh Maloney dan Bracke tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas dari sebuah situs web perpustakaan adalah menampilkan keseluruhan konten dan layanan dari sebuah perpustakaan. Dalam menampilkan konten dan layanan tersebut melalui internet, dibutuhkan IA dalam mendesainnya sehingga user dapat memanfaatkan konten dan layanan tersebut secara maksimal.

  Pada dasarnya, situs web perpustakaan memiliki beberapa konten penting di dalamnya. Salah satunya adalah koleksi. Pada umumnya, user yang mengakses situs web perpustakaan akan diarahkan pada koleksi digital dan layanan yang ditawarkan oleh perpustakaan. Situs web perpustakaan tidak hanya memiliki koleksi digital dan layanan, ada juga database, jurnal dan link-link edukasi lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh user. Semua hal tersebut tentu saja tidak dapat ditampilkan dalam satu layar halaman sepenuhnya. Maka dari itu, fungsi dari IA dipakai dalam menata tampilan pada situs web perpustakaan.

2.3 Penelitian Terdahulu

  Pada tahun 2008, Jennifer Duncan dan Wendy Holliday melakukan penelitian arsitektur informasi pada situs web Perpustakaan Utah State University. Dalam penelitian tersebut, Duncan melakukan beberapa tahapan pengumpulan informasi bagaimana perilaku user dalam mengakses situs web Perpustakaan Utah

  State University .

  Duncan membuat kelompok program pengambilan informasi berkaitan dengan situs web perpustakaan, yaitu:

  1. Collection Access (Akses Koleksi) Perpustakaan memiliki beberapa macam koleksi dengan lokasi yang berbeda sehingga diperlukan petunjuk dalam mengakses lokasi koleksi yang ada.

  2. Information about the Library (Informasi Tentang Perpustakaan) Seorang user membutuhkan informasi perpustakaan. Misalnya saja informasi mengenai jam buka perpustakaan, berita yang disediakan oleh perpustakaan ataupun letak perpustakaan.

  3. Service (Layanan) Perpustakaan memberikan layanan yang dapat membantu user dalam penelusuran informasi dan mengatasi kendala yang dialami oleh user pada saat penelusuran.

  4. Help (Bantuan) Perpustakaan menyediakan menu help untuk membantu user apabila terjadi kendala pada saat pe nulusuran, misalnya saja “tanya pustakawan” yang merupakan salah satu contoh bantuan yang dapat diberikan kepada

  user .

  Dengan menggunakan keempat kelompok pengambilan informasi tersebut, Duncan membuat arsitektur informasi baru yang lebih relevan bagi user Perpustakaan Utah State University.

  Penelitian tentang IA situs web perpustakaan juga dilakukan pada tahun 2005 oleh Heather Jeffcoat King dan Catherine M. Jannik. Mereka melakukan penelitian pada situs web Perpustakaan Georgia Tech. Menurut Heather dan Catherine, situs web Perpustakaan Georgia Tech sudah beberapa kali mengalami perubahan. Situs web perpustakaan ini pertama kali di publish pada tahun 1990- an. Pada awalnya tampilan situs web ini terdiri dari informasi tentang perpustakaan dan menyediakan akses ke katalog perpustakaan.

  Mengenai IA yang ada pada situs web Perpustakaan Georgia Tech, Heather dan Catherine berpendapat bahwa, “User insight provided the Library

  with design recommendations that attempted to guide the user through clear navigational choices.

  ” Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa desain dari navigasi perpustakaan yang jelas akan sangat membantu user dalam penelusuran informasi. Dengan begitu, Heather dan Catherine merekomendasikan rancangan IA situs web perpustakaan yang baru yang lebih relevan bagi user.

  Pada tampilan situs web perpustakaan yang direkomendasikan oleh Heather dan Catherine, IA dari situs web tersebut terlihat lebih kompleks. Menu navigasi yang dapat digunakan oleh user juga sudah lebih kompleks.

  The “Quick Catalog Search” was removed from the home page because all of the users treated it like a Google search, which ultimately led them down the wrong path, resulting in failed searches. The “Quick Links” mainly used by librarians were featured in a drop-down menu, thus cutting down on the clutter and reducing the distraction of our users . (Heather:

  2005, 5) Pendapat Heather dan Catherine tersebut menerangkan bahwa kotak pencarian cepat seperti halnya yang terdapat pada google, bukanlah suatu hal yang efektif untuk digunakan oleh user. Akan lebih baik bila menggunakan link cepat yang aksesnya langsung kepada perpustakaan sehingga lebih efektif untuk digunakan pada penelusuran.

  Tampilan situs web Perpustakaan Georgia Tech saat ini juga sudah mengalami perubahan. Tampilan yang baru menampilkan semua menu yang dapat diakses oleh user. Link yang dapat diakses terbagi dalam 3 katagori, yaitu:

  research tools, services dan about us. Ketiga menu tersebut memiliki submenu yang lebih kompleks lagi.

  Pada tahun 1999, Shelley dkk, melakukan penelitian terhadap Dalhousie

  University’s Web Site. Alasan Shelley memilih Dalhousie University’s Web Site

  adalah “Dalhousie University’s Web Site telah menerima penghargaan atas desain dan memiliki sistem navigasi yang mudah untuk digunakan oleh user ”, Pada penelitiannya mereka memakai metodelogi pegumpulan data berdasarkan: user

  performance , user perceptions dan user strategies.

  1. user performance: by assessing the number of questions for which answers were found, the time taken to answer the questions and the amount of time spent choosing from options on the second level menu.

  2. user perceptions: by assessing responses to a series of Likert-scaled question and analyzing the results from the open-ended survey questions.

  3. user strategies: by analyzing the paths taken to respond to questions

and user explanation of their approaches. (Shelley: 1999, 297)

  Pada proses pengambilan data tersebut, Shelley melakukan penilaian terhadap user performance dengan cara ditemukan atau tidak ditemukannya informasi yang ditelusur oleh user. Untuk user perceptions, penilaian dilakukan dengan cara efektif atau tidak efektifnya informasi yang ditemukan oleh user. Pada user strategies, Shelley dkk berpendapat bahwa ada 3 stategi yang dilakukan oleh user dalam mendapatkan informasi, yaitu: “(1)matched the concept behind the labels. (2)used a process of elimination and (3)used trial and error.

  ” Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Shelley merekomendasikan IA yang baru yang lebih efektif untuk

  Dalhousie University’s Web Site.

  Web 2.0 bukan merupakan hal baru bagi pengembang situs web. Shu mengutip pendapat Tim O’Reilly tentang Web 2.0 yang mengemukakan, “Web

  2.0 is a set of key principles demonstrating successful features of a new era of intenet companies/applications.

  ” Pada tahun 2008, Shu Liu melakukan penelitian terhadap situs web perpustakaan akademi. Pada penelitiannya, Shu mengidentifikasi 111 situs web perpustakaan akademi yang memiliki ciri tersendiri pada situs web perpustakaannya.

  Shu mengelompokkan komponen penelitiannya berdasarkan 3 kelompok, yaitu:

1. Content

  Identified by:

   Search/find resources by format Resources by subject/subject guides Research assistance/how do I…/help About (library)/library information Library services Search site, and/or site A-Z Ask a librarian/ask us News/announcements/events Contact us/suggestions Library account(s) Digital collections/web exhibits Portal by user types such as students, faculty, staff, alumni,

  friend and visitors 2.

  Design Patterns

  Appeared on library homepage:

   Columns by category Horizontal sections by category Mixed columns and horizontal sections Four equally divided sections ith sidebar(s) Mouse-over links with sidebar(s) 3. Innovative Features

  Menurut O’Reilly, beberapa perubahan yang terjadi dengan adanya web 2.0 adalah adanya revolusi dari Britannica Online menjadi Wikipedia, personal

  

web sites menjadi blogging, publishing menjadi participation, content

management system menjadi wikis, directories (taxonomy) menjadi tagging (“folksonomy”—general users’ classifications of internet resources), dan stickiness (static web pages, manual update) menjadi syndication (dynamic web pages, auto update) .

  Pada penelitiannya, Shu mengelompokkan beberapa ciri khas yang dimiliki oleh beberapa situs web perpustakaan. Hal tersebut dapat dilihat melalui tabel berikut ini:

Tabel 2.1. Penemuan Fitur Inovatif dari 111 Situs Web Perpustakaan Akademi

  

Innovative Features Discovered from 111 Academic Library Web Sites

A. U se of “Web 2.0” Tools

  MIT, U. of Oklahoma, U. of RSS for new library resources Saskatchewan, U. of Toronto, York U.

  Brigham Young U., U. of Minnesota, North California

  Blogs State, Temple, Texas A&M, Washington U. in St. Louis Colorado State (not linked

  Wikis from homepage), North Carolina State Arizona State (“The Library

  Podcats Channel”), MIT (coming later), Ohio State U. of Pennsylvania, U. of

  Personal Bookmarks/Tagging Saskatchewan

B. User Engagement

  U. of Toronto “Rate this page” “The Library Video (created by students,

  U. of Virginia for students!)” “What Students are Saying about

  Texas Tech LIBR1100…”

  Boston College “Question of the Week”

  C. Homepage Customization

  U. of Connecticut “Customize this site for…”

  D. Aggregated Resources

  Ohio State “Knowladge Bank” (IR model: DSpaces) “The Teaching Library” (for faculty and

  U. of Tennessee librarians to teach information literacy) Ohio U. “Info Tree” (subject resources)

  U. of Oklahoma “Knowladge Base” (library information) York U.

  “Library Survival Guide” (instructions)

  

Innovative Features Discovered from 111 Academic Library Web Sites

E. Single Sign-on

  F. Recommending Information

  Berdasarkan keterangan tersebut, Shu Liu merekomendasikan arsitektur informasi berkaitan dengan situs web perpustakaan akademi. Rekomendasi arsitektur informasi oleh Shu terdiri dari library homepage, library portal page dan

  Respond to users’ changing needs and give users opportunities to express, share and learn.

  c.

  way-finding effort and nurtures the formation and dissemination of knowledge, ideas and experiences.

  b. Design a seamless, one-stop information environment that minimizes user’

  library function and resources to providing targeted and customizable tools and services to libaray users.

  Penelitian yang dilakukan oleh Shu menghasilkan kesimpulan bahwa situs web perpustakaan akademik akan: a. Switch the focus from presenting information arranged according to

  “my library space”.

   Sumber: Shu Liu (2008, 9)

  “Popular Links” side bar U. of Toronto

  “Passport York” York U.

  H. Use of Familiar Format

  Library Virtual Tour Texas Tech, U. of Oklahoma Audio Tours, Library Tutorial Videos Arizona State

  G. Multimedia

  “Featured Resources” U. at Buffalo (SUNY), U. of California at Davis

  “Featured Item” Vanderbilt U. “Resources Spotlight” Brown U.

  “Top 10 Database” U. of Wisconsin-Madison

  Library hours in a calendar Texas Tech

2.4 Kerangka Arsitektur Informasi Situs Web Perpustakaan

  Dalam mendesain sebuah IA, diperlukan kerangka IA yang baik sehingga menghasilkan IA yang baik pula. Menurut Maloney dan Bracke (2004, 147), “Extended information architecture is the first half of the framework, and

  provides a complete conceptual design of the web site from the users' perspective.

  ” Dalam pendapat tersebut dinyatakan bahwa sebuah situs web haruslah menyediakan desain yang sesuai dengan pandangan user. Sehingga user merasa nyaman dalam menelusur informaasi.

  Maloney dan Bracke dalam artikelnya yang berjudul Beyond Information

  

Architecture: A Systems Integration Approch to Web-site Design menyebutkan

  bahwa kerangka IA pada perpustakaan memiliki 2 komponen yang saling terhubung, yaitu: the coordinating structure (struktur koordinasi) dan service

  elements (unsur layanan). Kedua komponen tersebut saling berkaitan membentuk

  hubungan yang selalu berulang. Hal ini ditunjukkan pada gambar berikut: Sumber: Maloney (2004, 148)

Gambar 2.1. Kerangka IA untuk mengembangkan desain konsep situs web

  Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam konsep desain IA, struktur koordinasi menunjukkan elemen layanan dan elemen layanan mendukung struktur koordinasi. Maka dari itu, kedua hal tersebut saling berkaitan.

  2.4.1 The Coordinating Structure

  Kerangka kerja menunjukkan pendekatan yang paling umum dalam suatu sruktur. Manfaat yang diberikan oleh kerangka kerja adalah memudahkan arsitek informasi dalam membuat sebuah desain IA berdasarkan hasil analisasi kebutuhan

  

user. Hal ini diperlukan untuk memudahkan user dalam melakukan penelusuran

dalam mendapatkan sebuah informasi di website.

  Menurut Maloney dan Bracke (2004, 147), struktur koordinasi pada kerangka IA memiliki 3 elemen penting, yaitu: (1)organization: mengacu pada pengelompokan logis dari konten dan layanan yang tersedia untuk pengguna. menghubungkan antara konten dan elemen layanan

  (2)navigational structure:

  pada situs serta antara kelompok di situs organisasi. (3)labeling: menyediakan rambu-rambu komunikasi pada website yang dapat membantu user.

  Ketiga elemen tersebut saling berkaitan karena fungsinya yang saling mendukung. Bila kehilangan salah satu dari elemen tersebut, maka struktur koordinasi tidak dapat berjalan dengan baik pada IA.

  2.4.2 Service Element

  Salah satu elemen yang paling penting dalam IA pada perpustakaan adalah layanan. Layanan memiliki peran yang besar dalam membantu user melakukan penelusuran pada halaman website.

  Pada penelitiannya, Maloney dan Bracke (2004, 148) membagi elemen layanan dalam dua tujuan ganda, yaitu: (1)fungsional and content requirement: mengekspresikan kebutuhan dan harapan user akan sebuah website. (2)content

  

specification and functional specification: menggambarkan konten yang tersedia

  dalam sistem serta menggambarkan kebutuhan pengguna dalam mendapatkan hasil penelusuran.

  Pada elemen layanan, hal yang ditekankan adalah kebutuhan akan user dalam mendapatkan informasi. Kebutuhan tersebut termasuk pada isi dari informasi serta cara penelusran informasi.

2.5 Komponen Sistem Arsitektur Informasi Situs Web Perpustakaan

  Situs web perpustakaan pada umumnya hanya menampilkan menu koleksi dan layanan saja. Hal tersebut merupakan IA yang sangat sederhana. Maloney dan Bracke mengatakan bahwa, “Sistem arsitektur perpustakaan tidak terbatas pada sistem yang ada, akan tetapi termasuk juga sarana dan prasarana, sistem induvidu dan akses data serta mekanisme penyimp anan.”

  Maloney dan Bracke memberikan gambaran komponen sistem arsitektur seperti yang tertera pada gambar berikut: Sumber: Maloney (2004, 150)

Gambar 2.2. Komponen Sistem Arsitektur

  Pada gambar tersebut, dapat dilihat bahwa komponen sistem arsitektur terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: aplikasi, infrastuktur inti serta informasi penyimpanan dan akses. Dari ketiga bagian tersebut, terdapat sub bagian yang disesuaikan dengan bagian utama. Dari gambar tersebut juga dapat diketahui bahwa sistem arsitektur memiliki bentuk yang sederhana.

2.6 Model Arsitektur Informasi Situs Web Perpustakaan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pengumpulan data yang telah dilakukan oleh Duncan pada situs web Perpustakaan Utah State University, Duncan memberikan beberapa rekomendasi IA situs web perpustakaan.

  Sumber: Duncan (2008, 309)

Gambar 2.3. Model 1-Narrow and Deep

  Pada model pertama, Duncan memberikan 4 menu utama yang diikuti oleh sub menu. Menu utama tersebut terdiri dari: finding, about, services dan help. Keempat menu utama tersebut memiliki beberapa sub menu. Pada gambar tersebut juga dapat dilihat bahwa sub menu pada menu utama memiliki beberapa sub menu pendukung.

  Sub menu pendukung seperti yang terlihat pada gambar diatas, merupakan hasil pengelompokkan informasi yang terdapat pada situs web Perpustakaan Utah

  State University . Pengelompokkan informasi tersebut bersifat sederhana akan tetapi memiliki informasi yang lengkap.

  Pada situs web perpustakaan biasanya IA yang ada hanya terbatas pada 2 tingkat saja, yaitu: menu dan sub menu. Sub menu pada situs web perpustakaan kebanyakan, tidak memiliki sub menu pendukung lainnya. Sehingga skema IA pada situs web perpustakaan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4. Skema IA 2 Tingkat

  Pada model IA situs web perpustakaan yang direkomendasikan oleh Jennifer dan Wendy, terdapat 3 tingkat IA. Sehingga sub menu yang dapat di akses oleh user lebih kompleks dan user diarahkan langsung pada kebutuhan informasi yang di inginkan. Skema IA pada model IA yang direkomendasikan oleh Jennifer dan Wendy dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.5. Skema IA 3 Tingkat

   Sumber: Duncan (2008, 310)

Gambar 2.6. Model 2-Wide and Swallow

  Bila pada model pertama Duncan memberikan 4 menu utama, pada model

  IA kedua diberikan 7 menu utama yang terdiri dari: finding, getting, about,

  services, support, help with research process dan help using the library. Pada

  model kedua ini, Duncan memberikan kelompok menu yang lebih spesifik dengan menambahkan 3 menu lain sebagai pendukung menu utama.

  Perbedaan tersebut tidak hanya pada menu utama yang bertambah. Pada sub menu juga terdapat perbedaan, misalnya: pada model pertama sub menu

  finding , tidak terdapat pembagian pada menu catalog. Berbeda pada model kedua

  dimana menu catalog terbagi lagi menjadi dua, yaitu: -ours dan –others.

  Pada model kedua ini juga dapat dilihat dengan jelas bahwa menu help merupakan fokus utama. Menu help terbagi menjadi dua bagian, yaitu: help with

  research process dan help using the library. Dengan adanya dua menu help yang

  lebih spesifik tersebut, user dapat memilih layanan bantuan yang lebih sesuai dengan kebutuhannya.

  Sumber: Duncan (2008, 310)

Gambar 2.7. Model 3-Task and Audience

  Pada model ketiga, Duncan menghilangkan salah satu menu yang terdapat pada model kedua. Pada model IA ketiga terdapat 6 menu utama, yaitu: finding,

  getting, about, help, support dan services for…

  Pada model ketiga IA ini, hal yang berbeda adalah menu help yang pada model kedua terbagi menjadi 2 bagian, kini menjadi satu menu utama. Menu layanan pada model ketiga lebih spesifik dari pada dua model sebelumnya.

  Pada model ketiga, menu

  services for… dirancang lebih spesifik dari pada

  model pertama dan kedua. pada model pertama dan kedua, sub menu pada menu

  services tidak terbagi seperti model ketiga. Contohnya yaitu: instruction pada

  menu pertama dan kedua merupakan sub menu utama dan tidak terbagi lagi, akan tetapi pada menu ketiga dibagi menjadi 2 bagian yaitu

  • –placing items on reserve dan schedule a Library class.
Duncan juga memberikan 2 model navigasi yang biasa digunakan oleh

  user dalam melakukan penelusuran. Kedua model navigasi tersebut, yaitu:

  Sumber: Duncan (2008, 311)

Gambar 2.8. Model A Menu Navigasi

  Pada model A dapat dilihat tampilan yang diberikan terlihat sederhana, akan tetapi tidak memunculkan semua sub menu yang ada dengan jelas. Berbeda dengan Model B yang menjabarkan sub menu yang ada pada menu utama. Dari kedua model tersebut, dapat diketahui ke efektifan penelusuran yang dapat dilakukan oleh user.

  Sumber: Duncan (2008, 312)

Gambar 2.9. Model B Menu Navigasi Desain IA lain direkomendasikan oleh Shelley berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukannya pada

  Dalhousie University’s Web Site. Shelley memberikan rekomendasi sebuah desain IA.

  Shelley (1999, 302-303) berpendapat bahwa situs web harus memiliki komponen seperti:

  1. Multiple Access Point

  Kelompok pengguna memiliki kebutuhan yang beragam dan memprediksi dan merancang solusi yang akan melayani individu yang tidak layak. Beberapa jalur dan beberapa cara mengakses jalur tersebut akan memberikan beberapa pilihan dan lebih mungkin untuk memenuhi luasnya keragaman pengguna.

  2. Search Engine

  Pengguna berharap untuk menemukan kata kunci pencarian, meskipun kata kunci pencarian tidak selalu relevan untuk semua masalah informasi.

  3. Site Map

  Merefleksikan struktur sebuah website yang dapat membantu pengguna dalam mengatasi kebingunan dalam penelusuran.

  4. Alphabetical Index

  Memiliki fungsi sebagai pemberi isyarat halamat apabila mesin pencari dan menu katagori gagal dalam penelusuran.

  5. Multiple Categorical Menu Structures

  Memberikan pendekatan tunggal dalam mengakses informasi dengan tidak membahas keragaman kelompok pengguna potensial dan kebutuhan mereka. Hal ini diperkuat dengan desain informasi.

  6. FAQ (Frequently Asked Questions) Memiliki fungsi sebagai jalur akses informasi.

  7. Navigation Aids

  Navigasi yang baik merupakan sebuah keharusan dalam sebuah website. Maka dari navigasi yang baik haruslah meliputi: a.

  Kemampuan untuk dapat mencapai top-level dari menu apa saja pada website.

  b.

  Kemampuan untuk dapat mengakses salah satu alat akses dari menu apa saja pada website.

  c.

  Kemampuan untuk menentukan lokasi suatu informasi dengan mudah dalam hierarki.

8. Information Design

  Jalaur pengguna mengandung 4 karakteristik, yaitu: skema, katagori, pelabelan dan presentasi. Dari kedua desain IA tersebut, desain IA yang direkomendasikan oleh Duncan lebih spesifik daripada desain yang direkomendasikan oleh Shelley. Shelly merekomedasikan desain IA hanya terbatas pada menu utama situs web. Berbeda dengan desain IA yang direkomendasikan oleh Duncan yang menggambarkan secara rinci menu utama dan sub menu yang dapat dimanfaatkan oleh user.

  Pada dasarnya, terdapat bermacam-macam model struktur arsitektur informasi. Struktur tersebut dibuat berdasarkan kebutuhan dari informasi situs web yang bersangkutan. Ada beberapa model struktur arsitektur informasi, seperti: Sumber: Duke University Library

Gambar 2.10. Arsitektur Informasi Duke University Library Sumber: Standford University Library

Gambar 2.11. Arsitektur Informasi Standford University Library

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Shu pada tahun 2008, Shu merekomendasikan arsitektur informasi situs web perpustakaan akademik sebagai berikut: Sumber: Shu (2008, 11)

Gambar 2.12. Library Homepage Sumber: Shu (2008, 12)

Gambar 2.13. Portal Page for Undergraduated Students

  Sumber: Shu (2008, 13)

Gambar 2.14. My Library Space

2.8 Responsif Situs Web Perpustakaan

  Perkembangan teknologi sampai saat ini memunculkan inovasi-inovasi baru mengenai alat yang dapat mengakses internet. Apabila sebelumnya alat untuk mengakses internet adalah komputer dan laptop, saat ini telah muncul smartphone yang juga banyak digunakan untuk mengakses internet.

  Marcote (2011, 9) mengemukakan bahwa terdapat 3 unsur terkait dengan responsif situs web, yaitu:

1. A flexible, grid-based layout 2.

   Flexible image and media 3. Media query, a modul from the CSS3 specifications Desain responsif situs web memanglah suatu keharusan pada saat ini.

  Dengan adanya desain situs web yang responsif, maka penelusuran yang dilakukan pada tablets dan smartphone dimungkinkan dengan tampilan yang sama seperti pada komputer dan laptop.

  Kesiapan dengan adanya situs web yang responsif dikemukakan oleh Reidsma (2014), yaitu:

  Not to mention that mobile-only sites serve a very particular problem that is common now: a proliferation of small screens. But these mobile sites do nothing for devices that will be released in the future with screens or interfaces that aren’t small touchscreens.

  Responsif situs web saat ini menjadi perhatian karena banyaknya masyarakat yang menggunakan smartphone dalam menelusur informasi. Dengan adanya perubahan perilaku dalam menemukan informasi, situs web perpustakaan haruslah mengimbangi diri dengan melakukan pengembangan situs web yang responsif sehingga user lebih mudah dalam mengakses informasi.

  Desain situs web perpustakaan yang responsif akan menampilkan ukuran file pada layar komputer dan smartphone sebesar 100%. Perubahannya adalah resonansi dari ukuran filenya saja. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini: Sumber: Anbu (2014, 3)

Gambar 2.15. Tampilan situs web pada desktop dan smartphone

  Dari gambar tersebut dapat dilihat perbedaan tampilan pada layar komputer dan smartphone. Dengan desain arsitektur yang sama, tampilan pada layar yang berbeda terlihat sama. Hal itulah yang menunjukkan adanya responsif pada situs web.

Dokumen yang terkait

Sosial Ekonomi Keluarga dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan

0 0 11

Sosial Ekonomi Keluarga dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan - Peranan Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Dalam Meningkatkan Kemandirian Masyarakat Melalui Credit Union Sumber Rejeki Pinang Baris Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Peranan Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Dalam Meningkatkan Kemandirian Masyarakat Melalui Credit Union Sumber Rejeki Pinang Baris Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan

0 0 10

Peranan Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Dalam Meningkatkan Kemandirian Masyarakat Melalui Credit Union Sumber Rejeki Pinang Baris Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan SKRIPSI

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon - Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 51

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

1 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernikahan 2.1.1 Pengertian Pernikahan - Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Usia Muda di Kelurahan Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

0 6 33

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Usia Muda di Kelurahan Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

0 0 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Andaliman - Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)

0 0 7