BAB II GLOBALISASI: ANTARA LOKAL DAN GLOBAL - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kearifan Lokal, Penjualan Tanah dan Globalisasi: Studi Kasus atas Penjualan Tanah di Sungai Kajang

BAB II GLOBALISASI: ANTARA LOKAL DAN GLOBAL

1. Globalisasi: Sejarah dan Pengertian

1.1 Sejarah Globalisasi

  Sejarah globalisasi tidak diketahui secara pasti atau tercatat secara sama tentang awal mulanya. Globalisasi adalah konsep yang sangat luas yang tidak hanya terkait dengan penandaan akan keragamaan wilayah, budaya dan pelaku tetapi

  1

  juga terhadap perbedaan analisa yang dapat dipelajarinya. Ada yang menghitung fase terjadinya globalisasi dikaitkan dengan imperialisme Eropa pada abad 15 tetapi ada pula pandangan yang melihat sejarah globalisasi jauh ke belakang. Bagi Leonid Grinin dan Andrey Korotayev mereka mengusulkan sebuah sejarah globalisasi yang mengacu pada metodologi khusus dan pendekatan sistem dunia yang didasarkan pada

  2

  pengembangan hubungan spasial. Apabila dilihat pada pendekatan keterhubungan spasial maka dapat saja dilihat dari abad 4 sM yang ditandai dengan revolusi agrarian

  3

  sampai abad ke 21. Globalisasi dilihat sebagai bentuk proses interaksi, ketergantungan dan pengaruh suatu bangsa terhadap bangsa lainnya. Namun ada tiga peristiwa yang dipakai untuk menandai sejarah terjadinya globalisasi, yaitu: ekonomi,

  1 Jim Sheffield, Globalization: Yesterday, Today and Tommorow (United States of America: Emergent Publication, 2013), xx. 2 Sheffield, Globalization: Yesterday, Today and Tommorow 3 …, xx

  4

  teknologi dan politik. James Petras membagi sejarah globalisasi menjadi tiga fase

  5

  yaitu: 1.

  Fase pertama pada abad 15 yaitu globalisasi dikaitkan dengan peristiwa ekonomi dan politik imperialisme Eropa

  2. Fase kedua dibangun pada era inter imperial trade yaitu ditandainya kerjasama perdagangan antar kaum imperialis. Perdagangan antar negara di Eropa selanjutnya dengan Amerika (kemudian melibatkan Jepang). Dalam konteks ini globalisasi telah melibatkan kompetisi dan kolaborasi.

3. Fase ketiga yaitu fase international trade ditandai degan agen utama MNC

  (Multi National Company)/TNC yang telah menggantikan perusahaan dagang dalam mengeksploitasi tenaga kerja murah di dunia ketiga. Perdagangan internasional atas komoditi dari jaringan pasar global maupun regional telah memberikan karakter kelas dalam globalisasi.

  Sehingga globalisasi bukanlah merupakan gejala yang baru dan globalisasi juga tidak melibatkan berbagai macam perkembangan sosial, politik dan ekonomi.

  Walaupun globalisasi diperkirakan telah ada sejak abad 15 tetapi istilah globalisasi

  6 berkembang sekitar tahun 1980-an.

  Globalisasi telah menjadi paradigma yang paling berpengaruh dalam ilmu pengetahuan manusia sejak tahun 1990. Mengapa Globalisasi berkembang dengan

  4 5 Sejarah Globalisasi, Ali Sugihardhanto,dkk, Globalisasi Perspektif Sosialis (Jakarta: Penerbit Cubuc, 2001)158- 160. 6 cepat? Berikut ini merupakan beberapa penyebab globalisasi berkembang sedemikian

  7

  pesat:

  a. Perkembangan komunikasi informasi dan teknologi telah mendorong selama hampir 30 tahun terakhir ini membuat globalisasi berkembang sedemikian cepat. Bahkan dengan kehadiran internet semakin mempercepat dengan tiada lagi hambatan waktu dan jarak dalam mengantarkan pengiriman/ barang.

  b. Berkembangnya mobilitas pasar menjadi rangsangan bagi globalisasi. Hal ini dicontohkan dengan terjadinya perdagangan secara bebas dari satu negara ke negara lainnya maka mempermudaha perusahaan untuk mengembangkan investasinya dimanapun.

  c. Perkembangan produk keuangan yang dapat dilihat dengan kemudahan kredit untuk memperlancar perekonomian d. Perdagangan bebas selama 30 tahun terakhir telah mengakibatkan berkembangnya ekspor dan impor e. Pertumbuhan perusahaan multinasional dan bangkitnya perusahaan dengan merek-merek global seperti Microsoft, Sony dan MacDonalds.

1.2. Pengertian Globalisasi secara umum

  Globalisasi adalah kata yang paling sering menjadi acuan untuk menggambarkan dunia tanpa batas. Mencari arti dari globalisasi tidak bisa didefinisikan secara baku. Dalam konteks dunia saat ini terjadi kompleksitas dan beragam penjelasan tentang globalisasi. Ada yang melihat dan menyamakan globalisasi dengan westernisasi. Oleh karena itu pengertian globalisasi sangat 7 Globalization diakses pada 21 beragam dan tergantung dari latar belakang pemikir. Bagi mereka yang terinspirasi oleh pemikiran Marx melihat globalisasi sebagai ekspansi dari sistem kapitalis yang

  8

  terjadi di seluruh dunia. Globalisasi yaitu perubahan global itu ialah pengembangan spasial kapitalisme dunia yang cenderung terus berjalan tanpa ada kemungkinan

  9

  berhenti. Inilah kemudian yang menjadi ukuran dalam globalisasi bahwa yang

  10 ekonomis mulai menjadi budaya dan budaya mulai menjadi ekonomis.

  Globalisasi menunjuk kepada pengertian integrasi kepentingan pasar dalam

  11

  ekonomi global. Pasar yang dimaksud beragam sifatnya mulai dari perdagangan kapital, kredit dan asuransi, komoditas, penjualan minyak, kopi, emas dan pasar produksi yaitu teknologi. Sehingga perdagangan yang dipahami dalam globalisasi membuat dunia tanpa batas. Apa yang menjadi ‘tren’ di satu negara (umumnya negara maju) akan mudah diterima dan juga digemari di negara lain. Globalisasi tidak hanya dipahami sebagai teropong ekonomi dan budaya yang dilihat sebagai bentuk integrasi tanpa batas tetapi globalisasi menjadi sebuah fenomena. Globalisasi adalah sebuah fenomena sosial, ekonomi, budaya, maupun politik yang menyebar dan masuk ke

  12 wilayah-wilayah dunia yang terpencil sekalipun.

  13 Giddens melihat globalisasi sebagai konsekuensi modernitas. Globalisasi

  dapat didefinisikan sebagai intensifikasi relasi sosial sedunia yang menghubungkan 8 Frank J Lehner dan John Boli, The Globalization Reader (Australia: Blackwell Publishing, 2004), 55. 9 10 George Ritzer dan Barry Smart, Handbook Teori Sosial (Bandung: Mega Media, 2011), 921. 11 Ritzer, Teori Sosial…,922 Globalization 12 …www Retnowati, Agama dan Globalisasi: Refleksi Teori-Teori Globalisasi dan Relevansinya

  terhadap Persoalan-Persoalan Sosial, Gereja dan Masyarakat (Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 2015), 2. lokalitas yang saling berjauhan sedemikian rupa sehingga sejumlah peristiwa sosial dibentuk oleh peristiwa sosial dibentuk oleh peristiwa yang terjadi pada jarak bermil-

  14

  mil dan begitu pula sebaliknya. Pemahaman globalisasi tidak melulu tentang ekonomi global tetapi dari definisi yang diberikan oleh Giddens maka globalisasi adalah ketergantungan komunitas lokal dengan proses global kemodernan. Artinya terjadi proses transformasi ruang dan waktu dalam hidup manusia karena peristiwa yang jauh di suatu negara terkait atau tidak dapat mempengaruhi masyarakat di

  15 negara lain.

  Globalisasi menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari modernitas bahkan Giddens mengakui bahwa masa ini adalah masa modernitas akhir atau

  16

  modernitas tinggi. Giddens menolak menyebut era atau masa ini sebagai era post- modernisme, karena dengan menyebut istilah ini berarti menyangkal aktivitas

  17 intelektual yang terjadi pada masa modern awal.

  Bagi beberapa orang Globalisasi seringkali disamaartikan dengan kerusakan bagi dunia. Namun dalam kenyataannya banyak hal baik yang dihasilkan dari globalisasi.

  13 Roland Robertson, Globalization: Social Theory and Global Culture Theory, Culture and (Sage Publication: 1995),27. 14 Society Anthony Giddens, Konsekuensi-konsekuensi Modernitas (Bantul: Kreasi Wacana, 2017) 84. 15 Anthony, 16 Jalan Ketiga…,35.

  Dr. Akhyar Yusuf Lubis, Postmodernisme: Teori dan Metode (Depok: Raja Grafindo Persada, 2014), 140. 17

  18 Berikut ini merupakan hal positif dari Globalisasi, yaitu: 1.

  perkembangan pasar yang semakin efisien yaitu ada konsep kebutuhan dan ketersediaan yang membuat perekonomian terus bertumbuh seperti siklus yang tidak berhenti, membuat keterhubungan antara penyedia dan pembeli 2. perbaikan standar hidup yaitu menyediakan lapangan pekerjaan yang beragam, menyediakan infrastruktur dan memberi kesempatan bagi setiap orang meningkatkan kesehatan, pangan dan kebutuhan sehari-hari 3. relasi kerjasama keuntungan yaitu menciptakan peluang untuk kerjasama ekonomi dan melewati batas organisasi dan negara. Globalisasi telah membuka lebar jalinan interaksi dan transaksi antar individu, kelompok dan antar negara yang membawa implikasi politik, ekonomi, sosial dan budaya beserta IPTEK.

  19 Sementara itu dampak negatif dari Globalisasi yaitu sebagai berikut: 1.

  over-standar yang tidak membuka peluang kepada yang beragam dan kecil. Pada saat ini semua pengoperasian usaha menggunakan standar Microsoft Windows dan telah dipatenkan di seluruh dunia 2. banyaknya jenis pekerjaan yang akan menghilang atau menyusut karena terbukanya kemajuan teknologi yang tersebar luas

  18 Globalizationdiakses pada 21 Oktober 2017 19 Globalization diakses pada 21

  3. ketergantungan dalam globalisasi akan membawa efek domino dari negara-negara yang memiliki kekuatan jika suatu waktu terkena krisis ekonomi 4. menciptakan kesenjangan karena semakin jelas kompetisi antara yang mampu dan yang tidak mampu, antara yang menang dan kalah

  5. globalisasi juga berpengaruh terhadap ketidakseimbangan alam karena percepatan usaha dan pembukaan lahan untuk usaha, penambangan, dll.

  Berdasarkan pengertian umum yang telah disebutkan di atas maka diketahui globalisasi adalah terminologi yang paling banyak dibicarakan. Beberapa tokoh sosial era modern dan post modern pun membahas tentang globalisasi. Ada yang melihat globalisasi sebagai bentuk imperialisme, ancaman yang perlu ditentang. Namun tidak sedikit sosiolog yang menilai globalisasi secara positif yang memberi ruang untuk berkembangnya nilai-nilai lokal dan perbaikan taraf hidup manusia. Penulis menyadari banyak tokoh sosiologi yang membahas tentang globalisasi tetapi dalam

  bagian ini penulis mencoba untuk melihat dari sudut pandang Roland Robertson yang melihat globalisasi dalam pertemuan antara yang lokal dan global. Roland Robertson tidak melihat globalisasi sebagai sebuah bentuk ancaman tetapi sebagai bentuk proses kompresi dunia yang tidak terhindarkan.

2. Kekuatan Globalisasi

  Giddens menilai globalisasi sebagai konsekuensi modernitas tinggi

  

20

  digambarkan dengan metaphor Juggernaut. Juggernaut diibaratkan mesin raksasa 20 Istilah juggernaut berasal dari bahasa India Jagannath, “dewa dunia” dan merupakan titel

  Khrisna, patung dewa ini dibawa setiap tahun ke jalan-jalan di atas mobil besar, dimana para yang berlari cepat dengan tenaga yang besar secara kolektif, dimana individu dapat mengendalikannya atau malah terlindas olehnya ketika berusaha menahan laju mesin raksasa ini. Juggernaut menggilas siapapun yang melawannya dan kendati kadang- kadang berjalan di jalur lurus, ada kalanya berbalik arah secara drastis ke arah yang tidak dapat diperkirakan.

21 Perjalanan dengan juggernaut ini tidak dapat sepenuhnya

  dikendalikan karena terkait adanya faktor tidak terduga dan resiko tinggi. Globalisasi bergerak tiga arah, yang mempengaruhi posisi dan kekuatan negara-negara di seluruh dunia yaitu:

  22 1. Bergerak tersebar ke segala arah sebagai akibat teknologi informasi.

  Bahwa perputaran uang juga dipengaruhi oleh kecepatan informasi yang tersebar

  2. Menekan ke bawah: menciptakan tuntutan dan kesempatan baru untuk meregenerasikan identitas lokal: contoh bangkitnya nasionalisme Skotlandia sebagai respon terhadap proses struktural yang berlangsung di tempat lain

  3. Mendesak ke samping tiada lagi batas batas negara karena terciptanya wilayah ekonomi dan kultural yang baru.

  Kekuatan globalisasi pada umumnya berujud pada tiga bentuk yaitu kekuatan politik, kekuatan ekonomi dan kekuatan informasi teknologi.

  23 Globalisasi pada masa ini semakin menguat lebih dibanding masa sebelumnya.

  Beberapa faktor yang menjadikan globalisasi semakin menguat ialah:

  24 21 Anthony, Konsekuensi-konsekuensi Modernitas …,184. 22 Anthony, Jalan Ketiga…,35 – 37. 23 Nikolaus Powell Reressy, Tiga Kekuatan Globalisasi(diakses pada 26 November 2017)

  1. berfungsi dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya yang disebabkan peningkatan teknologi

  2. globalisasi beroperasi pada skala yang jauh lebih besar dan pengaruhnya bahkan terasa sampai ke wilayah terpencil sekalipun

  3. ruang lingkup koneksi global jauh lebih luas dan memiliki banyak dimensi seperti ekonomi, teknologi, politik, hukum dan sosial budaya

  4. Dinamis dan kompleksitas pelaku global dalam hubungan kebijakan.

  3. Globalisasi, Ekonomi dan Penjualan Tanah

  Salah satu pengaruh dan kekuatan dari globalisasi adalah ekonomi. Melihat kaitan globalisasi dengan ekonomi kembali kepada dua sisi penilaian baik yang negatif maupun positif. Bagi mereka yang berpangan positif atau pro globalisasi menilai bahwa globalisasi telah menurunkan angka kemiskinan dunia, bukti yang ditunjukkan melalui jumlah pendapatan orang perhari meningkat menjadi 2 USD.

  25 Mereka yang anti globalisasi justru berpendapat sebaliknya bahwa globalisasi membuat ketimpangan ekonomi semakin meningkat.

  26 Perdebatan antara dua

  kelompok ini terus berkembang untuk menunjukkan ada perbedaan cara pandang bagi negara negara maju dan negara berkembang.

  Peningkatan pendapatan per kapita negara-negara akan naik seiring dengan bertambahnya jumlah korporasi global. Perusahaan transnasional telah menjadi pihak yang mendapat keuntungan terbesar dari globalisasi.

  27 Bagaimana dengan nasib 24 United Nation,Globalization and Urban Culture (USA: UN-Habitat,2004), 2 25 Ahmad Safril, Isu – Isu Globalisasi Kontemporer (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), 2. 26 Safril, Isu- Isu Globalisasi Kontemporer…,3. 27 Safril, Isu-Isu Globalisasi Kont emporer…,9. usaha kecil, petani dan kelompok masyarakat asli yang bisa saja dirugikan? Berdasarkan data Global Trade Watch disimpulkan globalisasi telah meningkatkan

  28

  jumlah korporasi dan pihak korporasi adalah yang diuntungkan. Korporasi melakukan cara pengembangan dengan melakukan investasi yang didukung dengan

  29

free trade area sebagai pintu masuk untuk makin menguasai ekonomi dunia. Oleh

  karena itu globalisasi lebih banyak dinilai negatif daripada positif terutama untuk negara-negara berkembang.

  Kata kunci dari globalisasi ialah dunia tanpa batas sehingga perdagangan bebas menjadi cara perusahaan untuk mengembangkan usahanya ke belahan dunia manapun. Aspek ekonomi (uang) dinilai sebagai aspek yang dapat mengatur sektor

  30

  real di banyak negara. Inilah yang dipahami James Goldsmith bahwa ekonomi bukan lagi menjadi alat untuk mendatangkan kesejahteraan tetapi menjadi tujuan bagi

  31 setiap negara.

  Ukuran kesejahteraan dan kemajuan diukur berdasarkan perekonomian dan standar yang dibuat adalah dari negara maju. Oleh karena itu bagi negara berkembang atau negara dunia ketiga menjadi “ketinggalan” dalam hal ekonomi sehingga pemerintah negara berkembang berupaya untuk terlibat dalam permainan pasar bebas tersebut. Pasar bebas dilihat sebagai cara untuk membuat perekonomian negara- negara berkembang dan dapat meningkatkan pendapatan per kapita dengan melihat

  32

  perbandingan pada negara India dan China. Namun muncul kecurigaan terhadap 28 29 Safril, Isu – Isu Globalisasi Kontemporer…, 9-10. 30 Safril, Isu – Isu Globalisasi Kontemporer…, 10 -11. 31 Retnowati, Agama dan Globalisasi…,6.

  Agama dan Globalisasi…,40. 32 Retnowati, Safril, Isu – Isu Globalisasi Kontemporer…, 2 pasar bebas yang menempatkan negara berkembang semakin sulit untuk berkembang karena kekuatan ekonomi dipegang oleh negara maju. Joseph Stiglitz menyebutkan dengan kecurigaan bahwa niat baik dari negara maju untuk negara berkembang adalah

  33

  hasrat pengulangan kolonialisme dari negara maju ke negara berkembang. Pada kenyataannya masyarakat dari negara berkembang seringkali dilibatkan dalam proses

  34 pengadaaan tenaga kerja murah dan produksi bahan mentah.

  Salah satu cara negara untuk mengukur kemajuan adalah juga dengan menghitung pendapatan per kapita. Ukuran yang dipakai adalah ukuran yang dibuat oleh negara-negara maju. Untuk mengejar ketertinggalan ini maka pemerintah di negara berkembang berupaya untuk turut serta dalam perdagangan bebas. Salah satu cara juga untuk mengembangkan perekonomian negara ialah dengan mengizinkan investor asing atau perusahaan transnasional memainkan perannya di suatu wilayah.

  Harus diakui bahwa pertumbuhan ekonomi memang diperlukan untuk mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat. Pemahaman yang seringkali keliru dari pemerintah ialah kebijakan pemerintah seringkali menilai pertumbuhan ekonomi adalah ukuran

  35 pokok bagi keberhasilan suatu bangsa.

  Indonesia sebagai negara berkembang pun akhirnya memiliki pemahaman untuk mengembangkan perekonomian apalagi kekayaan alam Indonesia menempatkannya sebagai negara produksi bahan mentah. Salah satu cara mengentaskan kemiskinan dalam globalisasi adalah dengan menyediakan produksi bagi kebutuhan pasar. Inilah yang dicurigai Stiglitz dengan menyatakan bahwa 33 Joseph E. Stiglitz, Globalization and It’s Discontent (New York: Norton & Company, 2003)24. 34 – Isu Globalisasi Kontemporer…, 10. 35 Safril, Isu Retnowati, Agama dan Globalisasi…,44.

  globalisasi telah memaksa masyarakat berkembang untuk keluar dari kemiskinan atas

  36 bentuk kapitalisme dari negara maju.

  Proses percepatan pembangunan pada masa Soekarno adalah percepatan

  37 pembukaan usaha produksi yang dikenal dengan Nasionalisasi Perkebunan.

  Perkebunan menjadi salah satu sektor yang dinilai mampu untuk meningkatkan perekonomian atau pendapatan negara. Pada era orde baru perkebunan kemudian dibuka dalam skala besar. Pemerintah memberikan berbagai macam fasilitas kepada

  38

  pengusaha seperti perizinan dan deregulasi kebijakan. Kebijakan pemerintah pada masa orde baru menempatkan masyarakat lokal di wilayah yang memiliki hutan luas merelakan tanahnya untuk dikelola sebagai perkebunan, termasuk di Kalimantan Barat. Jika di era Sukarno nasionalisasi merupakan proyek utama maka di era

  39 Salah satu contoh ialah Soeharto konsep ‘tanah negara’ dijalankan oleh pemerintah.

  perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat yang didukung oleh Perda No. 8 Tahun 1994 tentang prioritas pembangunan sub sector perkebunan di Kalimantan Barat dan

  3636 37 Stiglitz, Globalization and It’s Discontents…,5.

  Anton P Widjaja, Menolak Takluk Panduan Pendidikan Aktivis Rakyat (Pontianak: Institut Dayakologi, 2008), 41. Pada era Soekarno tujuan dari Perkebunan Nasionalis ialah perkebunan milik pemerintah kolonial (Belanda) menjadi milik negara. 38 Anton P Widjaja, Menolak Takluk Panduan Pendidikan Aktivis Rakyat (Pontianak: Institut Dayakologi, 2008), 42. 39 Dominggus Elcid Li, “Tanah Ulayat, Kapitalisme Global dan Sikap Gereja”, kebijakan Perda No. 1 tahun 1995 tentang rencana tata ruang provinsi yang

  40 menyediakan 5.257.700 Ha untuk perkebunan.

  Pemerintah memainkan peranan penting atas pembukaan lahan di Kalimantan Barat sehingga akhirnya masyarakat menyerahkan lahan kepada perusahaan pemilik Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Kehadiran perusahaan HPH di Kalimantan Barat untuk perluasan perkebunan kelapa sawit memakai ladang dan hutan yang semula merupakan milik masyarakat adat. Kehadiran HPH dan kegiatan ekonomi dipandang penting untuk proses pembangunan nasional dan pembangunan daerah Kalimantan

41 Barat. Masyarakat di pedalaman Kalimantan Barat tidak menolak proses percepatan

  pembangunan ini dengan kerelaan mereka menyerahkan lahan atau hutan mereka

  42

  untuk digunakan pengembangan kelapa sawit. Sehingga penjualan tanah adalah bagian dari sistem yang didukung pemerintah untuk dalil percepatan pembangunan.

  Dalil percepatan pembangunan ini adalah bagian dari seluruh rangkaian kegiatan pasar (kapitalis) yang ada dalam arus globalisasi.

4. Globalisasi, Kearifan Lokal dan Glokalisasi

  Pada bagian sebelumnya telah disebutkan tiga pilar kekuatan globalisasi yaitu politik, ekonomi dan informasi teknologi yang dapat berpengaruh terhadap perubahan kebudayaan masyarakat di suatu negara/ wilayah. Seringkali pula globalisasi dicurigai sebagai bentuk penyebaran kebudayaan barat karena proses peradaban barat yang 40 Anton P Widjaja, Menolak Takluk Panduan Pendidikan Aktivis Rakyat (Pontianak: Institut Dayakologi, 2008), 43. 41 Syarif Ibrahim Alqadrie, Dampak Perusahaan Pemegang HPH dan Perkebunan (Pontianak: Institut

  terhadap Kehidupan Sosial dan Budaya di Kalimantan Barat Dayakologi, 2008), 221. 42 Alqadrie, Dampak Perusahaan Pemegang HPH...,223. lebih maju dan tiga pilar kekuatan tadi mampu menyebarkan budaya yang ada di negara-negara maju ke negara lain. Dalam proses penyebaran itu seringkali terjadi proses transfer budaya dari negara maju kepada negara berkembang dan dapat menimbulkan benturan budaya yang ada di suatu negara. Paul S.N Lee menemukan

  43

  ada empat cara budaya lokal merespon pengaruh globalisasi, yaitu: 1.

  Parrot pattern yaitu meniru secara penuh unsur budaya yang dibawa dari luar

  2. Amoeba pattern mengambil budaya asing dengan merubah bentuk tetapi mempertahankan isi

  3. Coral pattern mengambil budaya isi dengan cara merubah isi tetapi mempertahankan bentuknya

  4. Butterfly pattern yaitu menyerap budaya luar mengambil yang baik dan akhirnya menjadi bagian budaya lokal yang baru dan perubahan ini biasanya membutuhkan waktu yang lama. Kearifan lokal menjadi bagian dari budaya yang dipercayai dalam suatu komunal secara turun temurun.Kearifan lokal tidak hanya menyangkut tata cara atau kebiasaan karena kearifan lokal memiliki makna filosofis di dalamnya. Kearifan lokal dalam bahasa antropologi disebut dengan local genus. Menurut Haryati Soebadio diartikan dengan identitas budaya bangsa yang mampu bertahan dan

  local genus

  mengolah kebudayaan asing dan dapat bertahan karena sesuai dengan karakter

  44 komunal atau masyarakat di wilayah tersebut. 43 44 Safril, Isu – Isu Globalisasi Kontemporer…, 36.

  Ade Putri Royani, Glokalisasi: Belajar dari Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Kuta sebagai Model Pembangunan Berwawasan Lingkungan Dalam pengertian sosial perjumpaan yang universal dengan partikular. Seringkali terjadi benturan antara nilai universal yang dibawa oleh globalisasi dengan nilai partikular yaitu budaya di suatu wilayah. Hasil partikularisme ialah sikap-sikap orang yang lebih mengedepankan aspek-aspek personal dalam hubungan dengan orang lain dan lebih dilandasi hubungan emosional dibanding peraturan yang

  45

  berlaku. Aspek partikular terlihat dalam bentuk kearifan lokal di suatu wilayah terdorong atas rasa keterikatan dan relasinya dengan sesama.

  Universalisme seringkali dipertentangkan dengan partikularisme. Bagi kaum postmodernisme menolak pandangan universalisme karena dinilai mengabaikan

  46

  partikular, perbedaan dan lokalitas masyarakat. Bahkan dinilai pula partikular tidak mampu bertahan di tengah kompresi dunia yang terjadi dalam era saat ini

  

47

  sebagaimana yang dilihat oleh Bourricard. Robertson menyanggah pandangan mereka yang menonjolkan universalisme dengan dua jawaban, yaitu: Pertama, tradisi itu terus berkembang secara universalisme-partikularisme dengan ke-signifikansinya pun terus berlanjut (contoh: bentuk partikularisme-universalisme di Jepang dalam perjumpaan dengan budaya Cina); Kedua, yaitu kedua issu (partikular dan universal)

  48

  telah terikat bersama sebagai bagian dari perhubungan global. Sehingga pandangan Robertson ialah dinamika utama globalisasi ialah dunia yang terbuka terhadap

  (diakses pada 20 November 2017) 45 Ignasia Intan, Universalism versus Particularism dalam Pattern Variables menurut Talcott

  

Parson (diakses

pada 19 November 2017) 46 47 Robertson, Globalization: Social T heory and Culture…, 97. 48 Robertson, Globalization: Social Theory and Culture…, 101.

  49

  hubungan di sana-sini sehingga tercipta relativitas. Proses partikularisasi dari universal diartikan sebagai dasar dunia dari masalah universalitas yang menjadi landasan untuk mencari asas-asas global dan proses universalisme dari partikular pada

  50 universalitas global terjadi dalam bentuk presentasi identitas.

  Pembicaraan bagi sebagian besar pandangan melihat globalisasi sebagai proses yang akan menggeser lokalitas. Intrepretasi ini mengabaikan dua hal yaitu pertama mengabaikan keberadaan lokal dibangun berdasarkan basisnya; kedua adanya

  51 peningkatan minat spasial dan perluasan hubungan dalam kehidupan manusia.

  Inilah yang dimaksudkan Robertson bahwa tidak bisa mengabaikan etnik dan

  52 kewarganegaraan dalam konteks identitas dan kekhususan global.

  Dengan kehadiran globalisasi bukan berarti yang homogen dari suatu wilayah atau negara akhirnya menjadi hilang. Demikian pula dalam heterogenitas bukan berarti tidak ada homogenitas. Inilah yang dimaksudkan Robertson dengan saling

  53

  keterhubungan keterkaitan dari banyak budaya besar maupun kecil. Menurut

  54 Robertson tidak semua bentuk lokalitas itu adalah homogenisasi. Lokalitas dari

  masyarakat juga harus dicari “akar” atau “rumah bisa saja terjadi sebagai akibat heterogenisasi. Sehingga menurut Robertson antara homogenisasi dan heterogenisasi

  55 ialah ialah peresapan, saling melengkapi dan bercampur dalam dunia nyata. 49 Retnowati, Agama dan Globalisasi 50 …, 34.

  Retnowati, Agama dan Globalisasi 51 …, 34.

  

Mike Featherstone, Global ModernitiesTheory Culture and Society (London: Sage Publication, 1995),26. 52 53 Featherstone, Global Modernities Theory..,26. 54 Featherstone, Global Modernities Theory..,31. 55 Featherstone, Global Modernities Theory..,31. Robertson mengartikan konsep globalisasi mengacu pada dua hal yaitu

  56

  kompresi dunia dan intensifikasi kesadaran dunia secara keseluruhan. Penyebaran pemahaman tentang globalisasi terus berkembang terutama dalam dunia akademik.

  Menurut Robertson pengertian tentang globalisasi akhirnya menjadi kontradiktif namun memunculkan apa yang disebut dengan kesadaran global akan proses yang

  57 terjadi pada dunia akhir-akhir ini.

  Menurut Robertson ada empat titik fokus dalam proses globalisasi yang dominan terjadi sejak abad ke 16 yaitu: masyarakat yang dibentuk secara nasional,

  58

  sistem masyarakat internasional,individu dan umat manusia. Masing-masing titik ini telah mengkristal secara nyata dan meningkatkan masalah dalam proses globalisasi yang terus berlangsung. Pada akhirnya kecenderungan globalisasi adalah dunia

  59

  digiring menjadi singular atau menjadi entitas tunggal. Walaupun demikian tidak bisa diabaikan bermunculan kesadaran untuk memunculkan semangat identitas partikularnya.

  Globalisasi terus mengalami perkembangan dalam pemahaman dan penemuan kembali akan proses antara yang partikular di tengah universalisme. Berdasarkan babakan sejarah globalisasi terus berkembang karena pengaruh teknologi dan media

  60 massa mempunyai pengaruh kuat dalam proses perkembangan globalisasi.

  Robertson mengartikan globalisasi sebagai kompresi dunia secara keseluruhan dan itu pada akhirnya akan memunculkan penemuan akan lokalitas dalam pengertian 56 Lechner, 57 The Globalization Reader…,93.

  Lechner, 58 The Globalization Reader…,93. 59 Lechner, The Globalization Reader…,97. 60 Lechner, The Globalization Reader…,98.

  61

  umum ialah penemuan tradisi. Dengan terbukanya peluang untuk mendapatkan pengetahuan dan terbukanya keterhubungan antara yang satu dengan yang lainnya semakin membuat penemuan kembali yang partikular menjadi muncul sebagai bagian yang universal. Inilah yang dimaksudkan oleh Robertson situasi yang memungkinkan

  62 munculnya budaya pluralis.

  Menurut Robertson arus kultural global justru sering membangkitkan

  63

  kesadaran bentuk budaya lokal. Proses inilah yang dipahami Robertson bahwa istilah globalisasi sudah tidak tepat lagi untuk menggambarkan situasi dunia saat ini hingga akhirnya muncullah istilah glokalisasi. Glokalisasi lahir untuk membendung budaya yang semakin homogeni agar tidak masuk secara luas di masing-masing

  64 negara.

  Kata Glokalisasi dalam kamus Oxford merupakan kata yang dibentuk atas percampuran kata global dan lokal. Kata glokalisasi diadaptasi dari istilah pertanian

  65 yang terdapat di Jepang yaitu dochaku yang artinya menghidupi tanah sendiri.

  Berdasarkan pemikiran kaum post-modern glokalisasi memiliki pengaruh timbal- balik antara budaya global dan budaya lokal (lokal) sehingga budaya global tidak

  61 Featherstone, Global ModernitiesTheory, Culture and Society 62 …,35.

  Featherstone, Global ModernitiesTheory, Culture and Society 63 …,31.

  Mohammad Damami, Budaya Spiritual Dalam Konteks Era Globalisasi (diakses pada 19 November 2017) 64 Ade Putri Royani, Glokalisasi: Belajar dari Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Kuta sebagai Model Pembangunan Berwawasan Lingkungan , (diakses pada 18 November 2017) 65 sampai menghilangkan budaya lokal, namun di sisi lain budaya global menyerap

  66 unsur budaya lokal.

  Kata glokalisasi seringkali diminati dan diamati semata pada pengembangan

  67

  bisnis, pelayanan berbasis nilai lokal dan permintaan pasar khusus. Padahal tidaklah demikian dalam pengertian yang dimaksudkan oleh Robertson dengan glokalisasi.

  Bagi Robertson glokalisasi ialah bagaimana tema globallokal menjadi pembicaraan yang menjadi fenomena saat ini. Glokalisasi adalah globalisasi karena dalam globalisasi adalah percampuran dan keterhubungan antara yang lokal dengan global. Globalisasi telah memunculkan secara kelanjutan interpenetrasi dari global dengan

  68

  lokal dan universal dengan lokal. Nilai kearifan lokal bukanlah nilai using yang ketinggalan zaman sehingga ditinggalkan begitu saja tetapi dapat bersinergi dengan

  69

  nilai universal dan nilai modern yang dibawa oleh globalisasi. Ciri

  • –ciri dari

  70

  glokalisasi yang dimaksudkan oleh Robertson adalah sebagai berikut: 1.

  Dunia sedang berkembang menjadi pluralis, menghargai kepelbagian dan proses hibridasi

2. Individu dan kelompok memiliki keunikan dan kekuatan 3.

  Adanya saling ketergantungan dan keterhubungan yaitu partikular- universal

  66 Ade Putri Royani, Glokalisasi:Belajar dari Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Kuta sebagai Model Pembangunan Berwawasan Lingkungan , (diakses pada 18 November 2017) 67 Featherstone, Global ModernitiesTheory, Culture and Society 68 …,28. 69 Featherstone, Global ModernitiesTheory, Culture and Society …,30. 70 Safril, Isu- Isu Globalisasi…,41.

5. Rangkuman

  Sejarah globalisasi tidak diketahui secara pasti sejak kapan dimulainya Perbedaan pandangan tentang sejarah globalisasi dan beragamnya perhitungan waktu sejarah ini juga terjadi karena perbedaan banyak ahli dalam ilmu sosial tentang definisi globalisasi. Bagi sebagian besar ilmuwan sosial modern menghitung waktu globalisasi dimulai pada abad 15 yang ditandai dengan imperialisme Eropa.

  Globalisasi dilihat sebagai proses hubungan antar bangsa/ interaksi dan ketergantungan satu bangsa terhadap bangsa lain.

  Defini globalisasi pun beragam dari mereka yang melihat sebagai proses untuk menjadikan dunia satu tanpa batas. Dunia satu tanpa batas karena dilihat oleh pengaruh negara-negara besar terhadap negara kecil atau negara dunia ketiga. Proses modernisasi dilihat dalam kaitan globalisasi menjadi berkembang semakin cepat dan menyebar luas. Globalisasi juga dilihat sebagai proses dimana terjadi meliputi aspek politik, sosial, ekonomi dan budaya yang melintas hubungan satu dengan yang lainnya. Dalam aspek ekonomi adalah pasar dalam arti luas yang melintasi batas negara. Globalisasi membuat proses investasi yang terjadi di setiap negara dan negara pun menjadi alat untuk mengembangkan kebutuhan pengembangan ekonomi. Ketika negara membuka peluang untuk investasi maka terjadi proses pengizinan dan kemudahan bagi perusahaan yang nyata terlihat di negara berkembang ialah pertambangan dan perkebunan.

  Kata kunci dari globalisasi ialah dunia tanpa batas. Hadirnya globalisasi dipengaruhi dan turut mempengaruhi perkembangan informasi dan teknologi.

  Sehingga siapa yang tidak bisa mengikuti arus globalisasi ini akan tergilas oleh lajunya sedemikian cepat yang diibaratkan oleh Giddens sebagai Juggernaut. Tidak mengherankan lajunya globalisasi ini dicurigai sebagai bentuk imperialisme model baru, westernisasi yang akhirnya memandang globalisasi secara negatif. Laju globalisasi ini ditengarai karena percepatan arus informasi dan teknologi yang memang telah terlebih dahulu dikuasai oleh negara-negara maju. Apakah memang globalisasi menjadi sebuah ancaman? Apakah globalisasi memang suatu proses yang negatif? Apakah globalisasi menjadi sebuah proses penyatuan dunia menurut Barat yang menghilangkan akan penghargaan nilai-nilai lokal. Apakah yang universal ini akhirnya menyingkirkan atau meluruhkan yang partikular? Sudut pandang dan konteks seseorang berada dapat mempengaruhi cara pandangnya tentang globalisasi.

  Penulis sendiri mengakui sebagaimana yang disebutkan Giddens dan Robertson bahwa bicara globalisasi itu adalah proses keterhubungan dialektis dan timbal balik. Globalisasi memiliki nilai positif dan negatif dalam proses kehidupan masa kini. Bayangkanlah hidup yang kita jalani saat ini sangat ditentukan dan berpengaruh terhadap apa yang terjadi di luar lingkup kita pun sebaliknya.

  Keberadaan dan minat kita pada akhirnya juga membentuk bagaimana tanggapan pasar yang terjadi dalam era globalisasi. Sehingga yang global itu akhirnya memberi pengaruh bagi yang lokal dan sebaliknya yang lokal juga mempengaruhi yang global. Budaya lokal perlu memperkuat daya tahannya dalam menghadapi globalisasi. Ketidakberdayaan dalam menghadapi globalisasi sama saja dengan membiarkan

  71 pelenyapan atas sumber identitas lokal.

  Robertson memperjelas hubungan ini dengan menyatakan bahwa lebih tepat mengatakan globalisasi sebagai glokalisasi. Saat ini sudah tidak ada lagi batas antara dunia satu dengan yang lainya, manusia hidup dalam keragaman dan memberi ruang 71 Safril, Isu- Isu Globalisasi…,40. untuk penghargaan terhadap perbedaan. Yang universal berjalan bersama bahkan tumbuh karena pengaruh yang universal. Yang universal pun dipengaruhi oleh yang partikular. Istilah glokalisasi ialah percampuran dan keterhubungan antara yang global dengan yang lokal. Salah satu cara untuk mewaspadai kuatnya arus globalisasi yang bisa berdampak negatif ialah dengan mengembangkan kekuatan lokal. Kekuatan lokal yang dimaksudkan penulis ialah pemahaman terhadap nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki suatu suku atau bangsa.

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Tinggi Teologia Abdiel Melalui Analisis Balanced Scorecard

0 0 16

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN TATA KELOLA RUMAH SAKIT TERHADAP REPUTASI DALAM RANGKA PENINGKATAN KINERJA (Studi pada karyawan RSUD RAA Soewondo dan RSUD Kayen Kabupaten Pati) Proposal Tesis

0 0 14

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Tinggi Teologia Abdiel Melalui Analisis Balanced Scorecard

0 1 34

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 14

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BANK JATENG KUDUS

0 0 14

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 15

PENGARUH KUALITAS PRODUK, KEMASAN DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN (Studi Kasus Pada Konsumen Jenang Pj M Furqon Food Di Kudus)

0 0 13

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, JENIS KANTOR AKUNTAN PUBLIK, UKURAN DEWAN KOMISARIS, KONSENTRASI KEPEMILIKAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP REAKSI INVESTOR : STUDI PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REA

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Fear of Missing Out dengan Intensitas Penggunaan Media Sosial Instagram pada Mahasiswa di Universitas Kristen Satya Wacana

2 2 30

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kearifan Lokal, Penjualan Tanah dan Globalisasi: Studi Kasus atas Penjualan Tanah di Sungai Kajang

0 0 12