MAKALAH MEWUJUDKAN INDONESIA BEBAS DARI

MEWUJUDKAN
INDONESIA YANG BEBAS DARI NARKOBA
(Gerakan Pemberantasan Dimulai Dari Desa)

Oleh :
Yandi Novia
KETUA BIDANG PELAJAR DAN MAHASISWA
DPD KNPI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

DALAM KEGIATAN:
STUDI PEMBANGUNAN NASIONAL (SPN) KEPEMUDAAN TAHUN 2015
DI JAKARTA, 18 – 20 AGUSTUS 2015

1

MEWUJUDKAN
INDONESIA YANG BEBAS DARI NARKOBA
(Gerakan Pemberantasan Dimulai Dari Desa)

I.


Pendahuluan
Istilah narkoba saat ini telah menjadi istilah yang sangat akrab ditelinga
dan lidah. Jika dulu istilah ini hanya dikenal melalui media cetak dan
elektronik, dan hanya diketahui oleh kalangan medis saja, maka kini narkoba
bukan menjadi sebuah rahasia lagi, bahkan ada diantara mereka yang telah
mengkonsumsi narkoba. Narkoba bukan lagi hal baru, walapun baru mencuat
di masyarakat tahun 1998, hal ini karena dilatarbelakangi oleh banyaknya
peristiwa penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan obat-obatan
adiktif yang terjadi.
Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,
psikotropika dan bahan adiktif lainnya non tembakau dan alkohol) baik di
tingkat global, regional dan nasional, sejak lama telah menjadi kejahatan luar
biasa (extra ordinary crimes) yang terus mengancam dan telah merusak
sendi-sendi kehidupan manusia, berbangsa dan bernegara. Berbagai upaya
telah dilakukan secara bersama-sama dalam menanggulangi masalah tersebut,
namun demikian fenomena tersebut masih terus menyita fokus perhatian dari
pemerintah untuk dikurangi penurunannya hingga ke titik nol.
Narkoba diidentikkan dengan konotasi negatif. Narkoba lebih dikenal
sebagai obat terlarang berbahaya dan merusak, padahal zat ini tidak terlalu
berdampak buruk bagi manusia. Sejak abad-abad lampau zat-zat yang

1

akhirnya digolongkan jenis narkotika dan psikotropika telah digunakan
sebagai bahan penahan rasa sakit pada pengobatan luka, terutama pada saat
perang. Misalnya morphin, sejak abad ke-19 selalu menjadi bekal para tentara
yang berangkat ke medan perang di Eropa dan Amerika guna menghilangkan
nyeri apabila mereka terluka.
Di dunia medis narkotika sangat diperlukan karena keampuhannya
menghilangkan rasa nyeri. Disamping memberikan manfaat besar bagi
kehidupan manusia, zat ini ternyata juga memiliki efek besar bagi kehidupan
manusia, zat ini ternyata juga memiliki efek samping yang berbahaya, yaitu
menimbulkan ketagihan dan ketergantungan terhadap pemakai, penggunaan
narkotika mudah menimbulkan ketagihan karena dalam keadaan kurang
menentu dan depresi pemakai ingin mengalami euphoria lagi. Oleh sebab itu,
penggunanya harus di bawah pengawasan dokter.
Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang
biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan
untuk penyakit tertentu. Namun kini pemanfaatannya disalah gunakan
diantaranya dengan pemakaian yang telah diluar batas dosis/ over dossis.
Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam

tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga
jika disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan
fungsi sosial. Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-undang (UU)
untuk penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang
Psikotropika dan UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika.

2

Dewasa ini penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi
fenomena di masyarakat, tanpa mengenal usia dan golongan sosial, masalah
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah muncul sebagai momok
yang mengerikan, tidak saja bagi pemerintah Indonesia, tetapi juga bagi dunia
Internasional.
Dalam menanggulangi semakin maraknya kasus-kasus Narkoba,
pemerintah membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional (1999) dengan
tugas melakukan koordinasi baik tingkat pusat maupun daerah tentang
masalah Narkoba. Kemudian pada tahun 2002 pemerintah mengganti BKNN
menjadi Badan Narkotika Nasional dengan tugas selain koordinasi juga
operasionalisasi satuan tugas dan penegakan hukum.
II. Bagaimana dengan Indonesia?

Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan bahkan prediksi 2015 diperkirakan jumlah pengguna
narkoba di Indonesia akan mencapai 5,8 juta jiwa. Hal ini karena jumlah
pengguna narkotika untuk saat ini telah mencapi 4 juta jiwa.
Bahkan menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN) di dunia
berdasarkan data dari UNODC ada 315 juta orang usia produktif atau
berumur 15 sampai 65 tahun yang menjadi pengguna narkoba. Selain itu ada
200 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya akibat narkoba. Dalam kurun
waktu empat tahun terakhir, telah terungkap 108.107 kasus kejahatan narkoba
dengan jumlah tersangka 134.117 orang. Hasil pengungkapan tindak pidana

3

pencucian uang sebanyak 40 kasus dngan nilai aset yang disita sebesar
Rp163,1 miliar.
Upaya pencegahan telah dilakukan upaya peningkatan ekstensifikasi
dan intensifikasi komunikasi, informasi dan edukasi mulai dari kalangan usia
dini sampai dewasa di seluruh pelosok Indonesia. Pencegahan itu dilakukan
dengan memanfaatkan sarana media cetak, online, ekeltronik maupun tatap
muka secara langsung kepada masyarakat. Di sisi lain telah dibagun pula

kesadaran, kepedulian, dan kemandirian masyarakat dalam menjaga diri,
keluarga, dan lingkungannya dari bahaya narkoba.
Dalam hal upaya rehabilitasi selama kurun waktu 2010 sampai 2014
telah direhabilitasi sebanyak 34.467 residen baik melalui layanan rehabilitasi
medis maupun sosial di tempat rehabilitasi pemerintah maupun msyarakat.
Namun yang menjadi kendala dalam upaya memerangi narkoba, yaitu,
pertama, sampai saat ini pelayanan rehabilitasi medis maupun sosial di
Indonesia masih sangat terbatas. Sementara pengguna narkona sangat besar.
Masalah kedua adalah peredaran gelap narkoba. Dalam kurun waktu
empat tahun, telah terungkap kasus kejahatan narkoba dengan jumlah
tersangka dan barang bukti yang cukup besar, dan hasil ini masih relatif kecil
dibandingkan dengan jumlah narkoba illegal yang beredar di masyarakat.
Masalah lainnya yang tidak kalah penting adalah adanya stigma negatif
masyarakat terhadap pengguna narkoba. "Mereka dianggap penjahat dan
apabila mereka kambuh kembali dianggap residivis, mereka dikucilkan oleh

4

lingkungannya bahkan keluarganya sendiri, seharusnya mereka diselamatkan
dan dibimbing agar pulih dan mempunyai masa depan yang lebih baik.

III. Gambaran di Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah untuk tahun 2014 berada di 10 besar terbanyak di
Indonesia dengan menempati urutan ke-9. Sebagaimana yang disampaikan
oleh Ketua Umum Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kalteng Ir. H.
Achmad Diran pada sosialisasi bahaya narkoba di Aula Jayang Tingang 29
Januari 2015 yang lalu. Untuk kasus pengguna narkoba tercatat 34.543 orang,
sedangkan pengedar yang berhasil ditangkap sebanyak 239 orang.
Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah.
Mengingat hampir seluruh masyarakat dapat dengan mudah mendapat
narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Sehingga sudah
tidak asing terdengar peredaran narkoba juga terjadi di sel-sel penjara
dilakukan oleh oknum polisi, dan peredaran besar juga dilakukan di
rehabilitasi para pengguna narkoba.
Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih
sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja
maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang
terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk
mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan
keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya
untuk selalu menjauhi Narkoba.


5

Tahun 2014, Pelajar SMA tertinggi angka dalam penggunaan narkoba.
Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus
narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak, penyebaran HIV/
AIDS semakin meningkat dan mengancam. Penyebaran narkoba menjadi
makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba-coba mengisap
rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba menyusup zat-zat adiktif (zat
yang menimbulkan efek kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya.
Hal ini menegaskan bahwa saat ini perlindungan anak dari bahaya
narkoba masih belum cukup efektif. Walaupun pemerintah dalam UU
Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 dalam pasal 20 sudah menyatakan
bahwa

Negara,

pemerintah,

masyarakat,


keluarga,

dan

orang

tua

berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan
anak (lihat lebih lengkap di UU Perlindungan Anak). Namun perlindungan
anak dari narkoba masih jauh dari harapan.
Tentunya kita masih ingat pada dua tahun yang lalu, tepatnya tanggal
17 Juni 2013 pemuda Kalimantan Tengah melakukan Deklarasi Menyatakan
Perang Terhadap Narkoba dan menyongsong 2015 Kalteng bebas Narkoba,
diikuti oleh seluruh pelajar dan perwakilan mahasiswa se Kota Palangkaraya
di tribun Sanaman Mantikei.
Di waktu yang sama BNN Provinsi Kalimantan Tengah juga
mengadakan nonton bareng sebuah film dengan judul “Crossroad” sebuah
film berdurasi 30 menit, bercerita tentang bahaya Narkoba. Film ini


6

diproduksi oleh CV. Ant Republic dengan para kru dan aktor lokal Palangka
Raya.
Narkoba adalah isu yang kritis dan rumit yang tidak bisa diselesaikan
oleh hanya satu pihak saja. Karena narkoba bukan hanya masalah individu
namun masalah semua orang. Mencari solusi yang tepat merupakan sebuah
pekerjaan besar yang melibatkan dan memobilisasi semua pihak baik
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas lokal.
Adalah sangat penting untuk bekerja bersama dalam rangka melindungi anak
dari bahaya narkoba dan memberikan alternatif aktivitas yang bermanfaat
seiring dengan menjelaskan kepada anak-anak tentang bahaya narkoba dan
konsekuensi negatif yang akan mereka terima.
IV. Dari Mana Harus Memulai?
Pemberantasan penyalahgunaan narkoba, seharusnya dimulai dari
daerah pedesaan. Karena daerah pedesaan/ pelosok sangat jarang bahkan
hampir tidak pernah dilakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba, terutama
bagi para pemudanya. Pemuda desa sering kali menggunakan obat jenis
Zenith, Dextral, dan obat lainnya yang dioplos dengan berbagai macam

bahan/ zat adektif lainnya. Sebagai contoh yang sering dilakukan pemuda
daerah pedesaan, mengoplos obat Zenith dicampur obat Antimo, bahkan
menambahkan Autan, sehingga bisa dibayangkan tingkat bahaya yang akan
ditimbulkan dari reaksi obat-obat tersebut.
Hal ini baru awal, yang menjadi dasar mereka mengetahui dan
mendekati Narkoba jenis sabu-sabu ataupun ganja. Peredaran obat-obat

7

terlarang tersebut mudah untuk mereka dapati, bahkan sebagian menjual
layaknya berjualan sembako. Apalah daya masyarakat setempat untuk
menghentikan

peredaran

obat-obatan

terlarang

kalau


oknum

aparat

kepolisian, pemerintah desa, pemerintah kecamatan memilih untuk diam dan
bersikap acuh akan hal ini. Seakan-akan mereka membiarkan dengan terbuka
oknum masyarakat menjual obat-obatan terlarang ini.
BNN sama sekali tidak pernah melakukan penyuluhan Narkoba dari
desa ke desa, mereka lebih fokus pada penanggulangan ditingkat Kabupaten
semata, sehingga slogan Menuju Indonesia Bebas Narkoba hanya sebuah
mimpi panjang yang tidak akan pernah menjadi kenyataan.
Bandar Barkoba tidak hanya mengincar masyarakat perkotaan, bahkan
masyarakat buruh sawitpun kena imbasnya. Tidak jarang banyak buruh yang
dipecat, karena kedapatan mengkonsumsi obat-obatan terlarang ini. Hal ini
bukan menjadi rahasia lagi, namun hal ini tetap menjadi rahasia dikalangan
publik dan media, luput menjadi sorotan, karena pergerakan penanggulangan
Narkoba lebih fokus pada masyarakat perkotaan semata.
V. Kenapa Harus dimulai dari Desa?
Sebagai contoh, di Provinsi Kalimantan Tengah terutama daerah
pedesaan hanya berkisar antara 20% pelajar Sekolah Menangah Atas yang
meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi. Hal ini disebabkan berbagai
faktor, diantaranya ketidakmampuan dalam hal pembiayaan, faktor kemauan
dan dorongan dari keluarga yang sangat kurang, arus pergaulan bebas, faktor
ekonomi pekerja sawit yang bagi mereka menjanjikan.

8

Pertanyaan selanjutnya, apa yang bisa mereka pahami tentang bahaya
Narkoba dengan keadaan yang tidak pernah sama sekali mendapatkan
pendidikan tentang bahaya Narkoba itu sendiri? Apa yang mereka lihat dan
dengar di media televisi, itu yang akan mereka ikuti, karena anggapan mereka
merokok, minum-minuman keras, konsumsi obat-obatan terlarang, adalah
wujud dari dunia modern yang harus diikuti.
VI. Solusi
Berbicara BNN dengan seperangkat program kerjanya, lagi-lagi akan
bersentuhan dengan anggaran dan keterbatasan kemampuan dalam mereka
menjangkau area pencegahan dan pemberantasan narkoba. Maka dengan ini,
ada beberapa solusi yang coba penulis tawarkan, yakni :
1.

Membentuk gerakan masyarakat sadar bahaya narkoba, terutama di
daerah pedesaan, dengan memberikan bimbingan, pelatihan, dan
pendidikan. Diutamakan bagi para pemuda-pemudinya, pelajar SD, SMP,
hingga SMA.

2.

Memberikan bimbingan dan penjelasan serta meningkatkan kerjasama
kepada pihak Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, dan Aparat
Kepolisian agar tidak bersikap acuh akan kenakalan pemuda yang
membudayakan konsumsi obat-obatan terlarang.

3.

Merangkul LSM, Organisasi Mahasiswa, dan Organisasi Kepemudaan
agar turut andil dalam sosialisasi tentang bahaya penyalahgunaan
Narkoba.

9

4.

Menggalakkan kembali Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) di
desa-desa, tidak hanya menggalakkan di perkotaan semata.

10