LAPORAN PENDAHULUAN Pola Gangguan NYERI

LAPORAN PENDAHULUAN
NYERI AKUT
10 Februari 2015

A. Konsep Dasar Teori

LAPORAN PENDAHULUAN
NYERI AKUT

1. Pengertian
Nyeri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perasaan yang tidak nyaman
dalam berespon terhadap stimulus yang berbahaya.
(Lynda Juall, Carpenitto Edisi 10. Hal 49)
Nyeri adalah suatu peristiwa yang tidak menyenangkan dan menimbulkan penderitaan
yang dirasakan mengerikan dan mengancam.
(George l Angle)
Nyeri adalah suatu refee untuk menghindari rangsangan dari luar tubuh untuk
melindungi tubuh dari bahaya.
(Sastra Negara )
Berdasarkan waktu kejadiannya nyeri dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Nyeri akut : keadaan ketika individu mengalami dan melaporkan adanya rasa

ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama 6 bulan
atau kurang.
(Lynda Juall, Carpenito Edisi 10 hal. 53)
b. Nyeri kronis : keadaan ketika seorang imdividu mengalami nyeri yang menetap atau
intermiten dan berlangsung lebih dari 6 bulan
Skala Nyeri
Tidak nyeri sedikit nyeri sedang parah/berat
Tidak nyeri nyeri ringan tidak nyaman mengganggu sangat mengganggu
0 : tidak nyeri 0 : tidak nyeri
1 : nyeri ringan 1 : sedikit nyeri
2 : tidak nyaman 2 : sedang
3 : mengganggu 3 : parah
4 : sangat mengganggu 4 : sangat parah
2. Etiologi
a. Intensitas teori
Timbulnya nyeri disebabkan oleh stimulus yang bertubi-tubi dari reseptor

b. Pattern Teori
Persepsi nyeri akibat intensitas stimulasi (waktu dan jumlah rangsangan yang terlibat)
Faktor -faktor yang mempengaruhi nyeri

Pengalaman nyeri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
a. Arti Nyeri
b. Persepsi Nyeri
c. Toleransi Nyeri
d. Lingkungan : kebisingan, kesendirian, cahaya sangat kurang
e. Umur
3. Proses Terjadi
Respon Nyeri timbul apabila suatu stimulus nyeri mengaktifkan reseptor nyeri.
Informasi dari reseptor nyeri mencapai sistem saraf sentral melalui serabut desenden.
Bila informasi telah sampai di hipotalamus, maka seseorang akan merasakan adanya
suatu sensori serta mempelajari tentang lokasi dan kekuatan stimulus. Bila informasi
telah sampai di korteks serebri maka seseorang menjadi lebih terlibat dengan sensori
nyeri mencoba menginterprestasikan arti nyeri dan mencari jalan untuk menghindari
sensori nyeri lebih lanjut.
4. Manifestasi Klinis
a. Mayor
(Simon, Nolan dan Bauman 1995)
Pengungkapan tentang descriptor nyeri (individu akan melaporkan bahwa nyeri masih
terasa)
b. Minor

– Mengatpkan rahang atau mengepalkan tangan
– Ansietas
– Peka rangsangan
– Menggosok bagian yang nyeri
– Mengorok
– Gangguan konsentrasi
– Perubahan pola tidur
– Menarik bila disentuh
– Mual dan muntah
– Dilatasi pupil
– Perut kembung
5. Pemeriksaan Diagnostik
– Pemeriksaan Kimia Klinik
6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a. Distraksi
Metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan pasien pada hal – hal lain
sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami.
b. Relaksasi
Metode untuk menghilangkan nyeri dengan teknik menarik nafas dalam – dalam


kemudian dihembuskan sambil dibiarkan tubuh kendor
c. Kompres hangat atau dingin
d. Stimulasi kulit
Stimulasi dapat dilakukan dengan cara pemberian kompres dingin, balsam, analgetik,
dan stimulasi kontra lateral (menstimulasi kulit pada arah yang berlawanan)
e. Placebo
Suatu bentuk tindakan misalnya pengobatan atau tindakan keperawatan yang
mempunyai efek pada pasien akibat sugesti pada kandungan fsik atau kimianya.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi analgetik.
B. Konsep Dasar Askep
I. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Alasan dirawat
1. Keluhan Utama
2. Riwayat nyeri
a. P (Provoking)
1. Berhubungan dengan aktivitas lingkungan ?
2. Menurut klien apa penyebab nyeri ?
3. Serangan tiba-tiba atau perlahan ?
b. Q (quality)

1. Bagaimana klien menggambarkan rasa nyeri ?
2. Seperti ditusuk – tusuk , di iris-iris, digigit semut, dll
c. R (Region)
1. Localiced pain : nyeri terbakar pada area
2. Projected pain : nyeri sepanjang saraf
3. Rediating pain : nyeri menyebar sekitar
4. Refered pain : nyeri dirasakan jauh
d. S (Severity/Skala)
1. Faktor yang membuat nyeri berat
2. Apa nyeri mengganggu aktivitas
3. Aktivitas hidup terganggu
e. T (timing)
Durasi
Data Subjektif
– Pasien mengeluh atau mengatakan tidak nyaman
– Pasien mengeluh nyeri atau sakit
Data Objektif
– Respon otonomi pada nyeri akut
• Tekanan darah meningkat
• Nadi meningkat

• Respirasi meningkat
• Dilatasi pupil
– Posisi melindungi yang sakit
– Menangis, merintih, gigi mencerengkam
– Perut kembung
– Mual dan muntah
– Malaise/Anoreksia

2 Diagnosa yang mungkin muncul (Lynda Juall, Carpenito)
Nyeri akut berhubungan dengan
a. Kontraksi uterus selama persalinan
b. Trauma pada perineum selama persalinan dan kelahiran
c. Inovasi uterus dan pembengkakan payudara
d. Trauma jaringan dan refee spasme otot sekunder terhadap fraktur kontraktur
e. Infamasi dari saraf, tendon, sendi dan otot
f. Keletihan, Malaise dan atau pruritus sekunder terhadap penyakit menular (cacar air,
hepatitis dan pankreatis )
g. Pengaruh dari kanker pada keadaan khusus
h. Kram abdomen, diare . muntah-muntah sekunder terhadap
gastroenteritis, infuenza,ulkus, gastrikum.

i. Infamasi dari spasme otot polos sekunder terhadap batu ginjal infeksi gastrointestinal
j. Kerusakan integritas kulit.
3. Perencanaan
a. Tujuan yang diharapkan :
1. Pasien tidak menunjukkan tanda nyeri
2. Pasien tidak nyeri
b. Kriteria hasil :
1. Skala Nyeri pasien mengecil atau menurun atau berkurang
2. Pasien tidak mersa nyeri
Intervensi
1. Observasi tanda-tanda vital
R= Untuk mengetahui kondisi pasien sehingga dapat menentukan rencana selanjutnya
2. Kaji skala nyeri
R= Untuk mengukur skala nyeri pasien
3. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur
R= istirahat untuk mengurangi intensitas nyeri
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin
R= posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta
mengurangi nyeri
5. Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam

R= relaksasi mengurangi ketegangan dam membuat perasaan lebih nyaman
6. Anjurkan metode distraksi
R= menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan pasien pada hal-hal lain sehingga
pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami
7. Beri kompres hangat atau dingin
R= Metode untuk menghilangkan nyeri dengan memberikan sensasi yang
menenangkan
8. Kolaborasi untuk pemberian analgetik
R= analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman
4.Implementasi
Sesuai dengan intervensi
5.Evaluasi
a. Nyeri pasien berkurang atau hilang
b. Skala nyeri mengecil atau menurun

Daftar Pustaka :
Lynda Juall, Carpenito Edisi 10 , Jakarta : EGC

2.


LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN NYERI

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN NYERI
by : Mas Irul
Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan
kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan.
Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan
merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan
individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada
klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan
kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien
yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh
Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia.

1.

DEFINISI



Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif
dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan


Teori Specificity “suggest” menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang muncul
karena adanya injury dan informasi ini didapat melalui sistem saraf perifer dan sentral melalui
reseptor nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik di spinal cord

Secara umum keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai apapun yg menyakitkan tubuh yg
dikatakan individu yg mengalaminya, yg ada kapanpun individu mengatakannya.

Nyeri → Perasaan atau keadaan emosi yang tidak menyenangkan karena potensial
kerusakan jaringan atau jaringan rusak.

Mc Coffery (1979) : suatu keadaan yg mempengaruhi seseorang, yg keberadaanya
diketahui hanya jika orang itu pernah mengalaminya

Wolf W. Feurst (1974) : suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yg

menimbulkan ketegangan

Arthur C. Curton (1983) : suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan
sedang rusak,dan menyebabkan individu tersebut bereaksi utk menghilangkan nyeri
2.

ETIOLOGI

1. Trauma. Trauma ini juga terbagi menjadi beberapa macam. Penyebab trauma ini terbagi menjadi :

1.
Mekanik. Rasa nyeri yang diakibatkan oleh mekanik ini timbul akibat ujung-ujung saraf
bebas mengalami kerusakan. Contoh dari nyeri akibat trauma mekanik ini adalah akibat adanya
benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
2.
Thermis. Nyeri karena hal ini timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan
akibat panas, dingin, misal karena api dan air.
3.
Khemis. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya kontak dengan zat kimia yang bersifat asam
atau pun basa kuat.
4.
Elektrik. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2. Neoplasma. Neoplasma ini juga terbagi menjadi dua yaitu :

Neoplasma Jinak.


Neoplasma Ganas.

3. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah. Hal ini dapat dicontohkan pada pasien
dengan infark miokard akut atau pun angina pektoris yang dirasakan adalah adanya nyeri dada
yang khas.
4. Peradangan. Nyeri yang diakibatkan karena adanya kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat
adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Contohnya adalah nyeri karena abses.
5. Trauma psikologis.

Tanda dan gejala

Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:



Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)


Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan
jari & tangan

Kontak dengan orang
Menghindari kontak sosial,

lain/interaksi

sosial

(Menghindari

percakapan,

Penurunan rentang perhatian, Fokus pd aktivitas menghilangkan nyeri)

Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi
sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau
menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu
letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat.
Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam
mengalihkan perhatian terhadap nyeri.
RESPON FISIOLOGIS TERHADAP NYERI
A. Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superfcial)

Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate

Peningkatan heart rate

Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP

Peningkatan nilai gula darah

Diaphoresis

Peningkatan kekuatan otot

Dilatasi pupil

Penurunan motilitas GI
B. Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)

Muka pucat

Otot mengeras

Penurunan HR dan BP

Nafas cepat dan irreguler

Nausea dan vomitus

Kelelahan dan keletihan


Meinhart & McCaferr mendiskripsikan 3 fase pengalaman nreri:
Fase antisipasi-----terjadi sebelum nyeri diterima
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase ini bisa mempengaruhi dua
fase lain. Pada fase ini memungkinnkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk
menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam
memberikan informasi pada klien.
Contoh: sebelum dilakukan tindakan bedah, perawat menjelaskan tentang nyeri yang nantinya akan
dialami oleh klien pasca pembedahan, dengan begitu klien akan menjadi lebih siap dengan nyeri
yang nanti akan dihadapi.
Fase sensasi-----terjadi saat nyeri terasa.
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat subyektif, maka tiap orang
dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara
satu orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak

akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya
rendah akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi tinggi
terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang yang toleransi terhadap
nyerinya rendah sudah mencari upay pencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda
merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu
dengan endorfin tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin merasakan
nyeri lebih besar.
Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi
dan gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk mengenali
pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus melakukan pengkajian secara teliti apabila
klien sedikit mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak mengekspresikan
nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu tentunya membutuhkan bantuan perawat
untuk membantu klien mengkomunikasikan nyeri secara efektif.

Fase akibat (aftermath)------terjadi ketika nreri berkurang atau berhenti
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih
membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga
dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami
episode nyeri berulang, maka respon akibat ((aftermath) dapat menjadi masalah
kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri
untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.

3. KLASIFIKASI

Klasifikasi
1. Menurut Tempat Nyeri.

nyeri

dibedakan

menjadi

:

1.
Periferal Pain. Periferal pain ini terbagi menjadi 3 yaitu nyeri permukaan (superfisial pain),
nyeri dalam (deep pain), nyeri alihan (reffered pain). Nyeri alihan ini maksudnya adalah nyeri yang
dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber nyerinya.
2.
Central Pain. Nyeri ini terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord,
batang otak.
3.
Psychogenic Pain. Nyeri ini dirasakan tanpa adanya penyebab organik, tetapi akibat dari
trauma psikologis.
4.
Phantom Pain. Phantom Pain ini merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak
ada lagi, contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat
dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa
nyeri pada area yang telah diangkat.
5.
Radiating Pain. Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.
2. Menurut Sifat Nyeri.



Insidentil. Yaitu sifat nyeri yang timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang.



Steady. Yaitu sifat nyeri yang timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama.


Paroxysmal. Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan biasanya
menetap selama 10 – 15 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul kembali.

Intractable Pain. Yaitu sifat nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh pada
arthritis, pemberian analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang
dapat mengakibatkan kecanduan.
3. Menurut Berat Ringannya Nyeri.
1.
Nyeri Ringan yaitu nyeri yang berada dalam intensitas yang rendah.
2.
Nyeri Sedang yaitu nyeri yang menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan juga reaksi
psikologis.
3.
Nyeri Berat yaitu nyeri yang berada dalam intensitas yang tinggi.
4. Menurut Waktu Serangan.
1.
Nyeri Akut. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Klien yang
mengalami nyeri akut pada umumnya akan menunjukkan gejala-gejala antara lain : respirasi
meningkat, Denyut jantung dan Tekanan darah meningkat, dan pallor.
2.
Nyeri Kronis. Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan
pada umumnya penderita sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan

4. PATOFISIOLOGI NYERI

Patofisiologi
nyeri
ini
dapat
digambarkan
sebagai
berikut
:
Reseptor nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor mencakup ujung-ujung saraf bebas yang berespon
terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan mekanis, deformasi, suhu yang ekstrim, dan
berbagai bahan kimia. Pada rangsangan yang intensif, reseptor-reseptor lain misalnya badan Pacini
dan Meissner juga mengirim informasi yang dipersepsikan sebagai nyeri. Zat-zat kimia
yang memperparah nyeri antara lain adalah histamin, bradikini, serotonin, beberapa prostaglandin,
ion kalium, dan ion hydrogen. Masing-masing zat tersebut tertimbun di tempat cedera, hipoksia, atau
kematian sel. Nyeri cepat (fast pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat A delta, nyeri lambat
(slow
pain)
disalurkan
ke
korda
spinalis
oleh
serat
C
lambat.
Serat-serat C tampak mengeluarkan neurotransmitter substansi P sewaktu bersinaps di korda
spinalis. Setelah di korda spinalis, sebagian besar serat nyeri bersinaps di neuron-neuron tanduk
dorsal dari segmen. Namun, sebagian serat berjalan ke atas atau ke bawah beberapa segmen di
korda spinalis sebelum bersinaps. Setelah mengaktifkan sel-sel di korda spinalis, informasi
mengenai rangsangan nyeri diikirim oleh satu dari dua jaras ke otak- traktus neospinotalamikus atau
traktus
paleospinotalamikus
(Corwin,
2000
:
225).
Informasi yang di bawa ke korda spinalis dalam serat-serat A delta di salurkan ke otak melalui seratserat traktus neospinotalamikus. Sebagian dari serat tersebut berakhir di reticular activating system
dan menyiagakan individu terhadap adanya nyeri, tetapi sebagian besar berjalan ke thalamus. Dari
thalamus, sinyal-sinyal dikirim ke korteks sensorik somatic tempat lokasi nyeri ditentukan dengan
pasti
(Corwin,
2000
:
225).

Informasi yang dibawa ke korda spinalis oleh serat-serat C, dan sebagian oleh serat A delta,
disalurkan ke otak melalui serat-serat traktus paleospinotalamikus. Serat-serat ini berjalan ke daerah
reticular dibatang otak, dan ke daerah di mesensefalon yang disebut daerah grisea periakuaduktus.
Serat- serat paleospinotalamikus yang berjalan melalui daerah reticular berlanjut untuk
mengaktifkan hipotalamus dan system limbik. Nyeri yang di bawa dalam traktus paleospinotalamik
memiliki lokalisasi yang difus dan berperan menyebabkan distress emosi yang berkaitan dengan
nyeri (Corwin, 2000 : 225).

FISIOLOGIS NYERI

Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun tidak ada satu teori
yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan atau diserap. Untuk
memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis berikut
ini:
Resepsi : proses perjalanan nyeri
Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri
Reaksi : respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri

1. RESEPSI
Stimulus (mekanik, termal, kimia) Pengeluaran histamin bradikinin, kalium Nosiseptor Impuls syaraf
Serabut syaraf perifer Kornu dorsalis medula spinalis Neurotransmiter (substansi P) Pusat syaraf di
otak
Respon
reflek
protektif

Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan
pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut
menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri,
maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer.
Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu
serabut A-delta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf
sampai ke kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan
menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P
ini menyebabkan transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus.
Hal ini memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system
saraf pusat. Setelah impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf
kemudian
akan
timbul
respon
refek
protektif.

Contoh:
Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi terbakar, tangan

juga melakukan refek dengan menarik tangan dari permukaan setrika.
Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau
berfungsi normal. Ada beberapa factor yang menggangu proses resepsi nyeri,
diantaranya sebagai berikut:





Trauma
Obat-obatan
Pertumbuhan tumor
Gangguan metabolic (penyakit diabetes mellitus)

Tipe serabut saraf perifer :
a. Serabut saraf A-delta :

Merupakan serabut bermyelin

Mengirimkan pesan secara cepat

Menghantarkan sensasi yang tajam, jelas sumber dan lokasi nyerinya

Reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam seperti ,
otot tendon dll

Biasanya sering ada pada injury akut

Diameternya besar
b. Serabut saraf C

Tidak bermyelin

Diameternya sangat kecil

Lambat dalam menghantarkan impuls

Lokasinya jarang, biasanya dipermukaan dan impulsnya bersifat persisten

Menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu hangat, dan
tekanan halus

Reseptor terletak distruktur permukaan.
NEUROREGULATOR Substansi yang memberikan efek pada transmisi stimulus
saraf, berperan penting pada pengalaman nyeri

Substansi ini titemukan pada nocicepåtor yaitu pada akhir saraf dalam kornu
dorsalis medula spinalis dan pada tempat reseptor dalam saluran
spinotalamik. Neuroregulator ada dua macam yaitu neurotransmitter dan
neuromodulator

Neurotransmitter mengirimkan impuls elektrik melewati celah synaptik
antara dua serabut saraf. contoh: substansi P, serotonin, prostaglandin

Neuromodulator memodifkasi aktivitas saraf dan mengatur transmisi
stimulus saraf tanpa mentrasfer secara langsung sinyal saraf yang melalui synaps.

Contoh: endorphin, bradikinin
Neuromodulator diyakini aktiftasnya secara tidak langsung bisa meningkatkan
atau menurunkan efek sebagian neurotransmitter

Teori gate control
Dikemukanan oleh Melzack dan wall pada tahun 1965

Teori ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan
dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.

Dalam teori ini dijelaskan bahwa Substansi gelatinosa (SG) yg ada pada
bagian ujung dorsal serabut saraf spinal cord mempunyai peran sebagai pintu
gerbang (gating Mechanism), mekanisme gate control ini dapat memodifkasi dan
merubah sensasi nyeri yang datang sebelum mereka sampai di korteks serebri dan
menimbulkan nyeri.

Impuls nyeri bisa lewat jika pintu gerbang terbuka dan impuls akan di blok ketika
pintu gerbang tertutup
Menutupnya pintu gerbang merupakan dasar terapi mengatasi nyeri
Berdasarkan teori ini perawat bisa menggunakannya untuk memanage nyeri
pasien
Neuromodulator bisa menutup pintu gerbang dengan cara menghambat
pembentukan substansi P.
Menurut teori ini, tindakan massase diyakini bisa menutup gerbang nyeri.
2. PERSEPSI
Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat individu
menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek. Persepsi
menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu
dapat bereaksi. Proses persepsi secara ringkas adalah sebagai berikut:

Stimulus nyeri Medula spinalis Talamus Otak (area limbik) Reaksi emosi Pusat
otak Persepsi

Stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus,
selanjutnya serabut mentrasmisikan nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk area
limbik. Area ini mengandung sel-sel yang yang bisa mengontrol emosi (khususnya
ansietas). Area limbik yang akan berperan dalam memproses reaksi emosi terhadap
nyeri. Setelah transmisi syaraf berakhir di pusat otak, maka individu akan
mempersepsikan nyeri.
REAKSI
Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fsioligis dan perilaku yang terjadi setelah
mempersepsikan nyeri.
Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang superfsial
menimbulkan reaksi ”fight atau fght”, yang merupakan sindrom adaptasi umum
Stimulasi pada cabang simpatis pada saraf otonom menghasilkan respon fsiologis,
apabila nyeri berlangsung terus menerus, maka sistem parasimpatis akan
bereaksi
Secara ringkas proses reaksi adalah sebagai berikut:


Impuls nyeri medula spinalis batang otak & talamus Sistem syaraf otonom
Respon fsiologis & perilaku

Impuls nyeri ditransmisikan ke medula spinalis menutju ke batang otak dan
talamus. Sistem saraf otonom menjadi terstimulasi, saraf simpatis dan parasimpatis
bereaksi, maka akan timbul respon fsiologis dan akan muncul perilaku.

5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RASA NYERI

1.
Usia. Usia dalam hal ini merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri
terutama pada anak dan orang dewasa (Potter & Perry (1993). Perbedaan perkembangan yang
ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang
dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak-anak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan
kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai
kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan
nyeri kepada orang tua atau perawat. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat
harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).
2.
Jenis Kelamin. Faktor jenis kelamin ini dalam hubungannya dengan faktor yang
mempengaruhi nyeri adalah bahwasannya laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara
signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin
merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan
tidakBOLEH menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama.
Penelitian yang dilakukan Burn, dkk. (1989) dikutip dari Potter & Perry, 1993 mempelajari kebutuhan
narkotik post operative pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria.
3.
Budaya. Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri.
Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini
meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991).Mengenali nilai-nilai
budaya yang memiliki seseorang dan memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai
kebudayaan lainnya membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan
harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan
mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam
mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku terhadap nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri
pasien (Smeltzer& Bare, 2003).
4.
Keluarga dan Support Sosial. Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri
adalah kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering
bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau melindungi. Ketidakhadiran keluarga
atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua
merupakan hal khusus yang penting untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter & Perry,
1993).
5.
Ansietas ( Cemas ). Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan
nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak memperlihatkan suatu
hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan
pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan
atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang
tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan secara aktual dapat menurunkan
persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan
mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer & Bare, 2002).

6.
Pola koping. Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit
adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol dan tidak
mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan jalan untuk
mengatasi efek nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping individu
selama nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan
bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana untuk mensupport klien dan menurunkan nyeri klien.

6. PENATALAKSANAAN NYERI
PENANGANAN NYERI
1.
FARMAKOLOGIS

SAID (Steroid Anti-Infamasion Drugs)
Dua jenis utama SAID murni:
1.
Agonis murni
2.
Kombinasi agonis-integonis

NSAID (Non Steroid Anti-Ifamasion Drugs)
1.
NON FARMAKOLOGIS
Penanganan fisik meliputi:

Message kulit


Stimulasi Kontralateral



Tens



Pijat refleksi



Plasebo



Stimulisasi elektrik



Akupuntur



Distraksi



Relaksasi



Komunikasi terapeutik



Hipnosis



Biofeedback

2.
Penanganan KOGNITIF
3.
REGIONAL ANALGESIA
Perjalanan nyeri impuls melalui saraf dengan cara memberikan obat pada batang
saraf.Obat ini dilakukan dengan cara disuntikkan pada situs dimana saraf terlindungi tulang
Terdiri atas 2 analgesia yaitu:

Analgesia Lokal


Analgesia Infiltrasi

MACAM SKALA NYERI
1.
SKALA NUMERIS
2.
SKALA DESKRIPTIF
3.
SKALA ANALOG VISUAL
4.
SKALA OUCHER
5.
SKALA WAJAH

SKALA NUMERIS

SKALA DESKRIPTIF

SKALA ANALOG VISUAL

SKALA WAJAH

SKALA OUCHER

ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan klien yang mengalami nyeri :
PENGKAJIAN
Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang efektif.
Nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada masing-masing
individu, maka perawat perlu mengkaji semua factor yang mempengaruhi nyeri, seperti factor
psikologis, fisiologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas dua
komponen utama, yakni:
Asuhan keperawatan klien yang mengalami nyeri :
PENGKAJIAN
Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien
Observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian adalah untuk
mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjektif.
HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI
Karakteristik Nyeri (PQRST)


P (Provokative) : faktor yg mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri



Q (quality):seperti apa-> tajam, tumpul, atau tersayat



R (region) : daerah perjalanan nyeri



S (severity/SKALA NYERI) : keparahan / intensitas nyeri



T (time) : lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri

Hal-hal yang perlu dikaji :
1.
Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik minta klien untuk menunjukkan area nyerinya, bisa
dengan bantuan gambar. Klien bisa menandai bagian tubuh yang mengalami nyeri.

2.
Intensitas
nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan terpercaya untuk menetukan
intensitas nyeri pasien.
3.
Kualitas
nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk. Perawat perlu mencatat katakata yang digunakan klien untuk menggambarkan nyerinya. Sebab informasi berpengaruh besar
pada diagnosis dan etiologi nyeri.
4.
Pola
Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri. Karenanya, perawat
perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang, dan
kapan nyeri terakhir muncul.
5.
Faktor
presipitasi
Terkadang, aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri sebagai contoh, aktivitas fisik yang
berat dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu, factor lingkungan ( lingkungan yang sangat dingin
atau sangat panas), stressor fisik dan emosionaljuga dapat memicu munculnya nyeri.
Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk. Perawat perlu mencatat katakata yang digunakan klien untuk menggambarkan nyerinya. Sebab informasi berpengaruh besar
pada diagnosis dan etiologi nyeri.
Pola
Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri. Karenanya, perawat
perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang, dan
kapan nyeri terakhir muncul.
Gejala yang menyertai
Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing, dan diare. Gejala tersebut dapat disebabkan awitan nyeri
atau oleh nyeri itu sendiri.
Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas harian klien akan membantu
perawat memahami perspektif klien tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji
terkait nyeri adalah tidur, napsu makan, konsentrasi, pekerjaan, hubungan interpersonal, hubungan
pernikahan, aktivitas dirumah, aktivitas diwaktu senggang serta status emosional.
Sumber koping
Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam menghadapi nyeri. Strategi tersebut
dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya atau pengaruh agama atau budaya.
Respon afektif
Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada situasi, derajat, dan durasi nyeri,
interpretasi tentang nyeri, dan banyak factor lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan
ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal pada klien.
OBSERVASI RESPON PERILAKU DAN FISIOLOGIS

Respon non verbal yang bisa dijadikan indicator nyeri. Salah satu yang paling utama adalah
ekspresi wajah.
Perilaku seperti menutup mata rapat-rapat atau membukanya lebar-lebar, menggigiti bibir bagian
bawah, dan seringai wajah dapat mengindikasikan nyeri.
Selain ekspresi wajah, respon perilaku lain yang dapat menandakan nyeri adalah vokalisasi
(misalnya erangan, menangis, berteriak), imobilisasi bagian tubuh yang mengalami nyeri, gerakan
tubuh tanpa tujuan (misalnya menendang-nendang, membolak-balikan tubuh diatas kasur), dll.

Sedangkan respon fisiologis untuk nyeri bervariasi, bergantung pada sumber dan durasi
nyeri.

Pada awal awitan nyeri akut, respon fisiologis dapat meliputi peningkatan tekanan darah,
nadi, dan pernafasan, diaphoresis, srta dilatasi pupil akibat terstimulasinya system saraf simpatis.

Akan tetapi, jika nyeri berlangsung lama, dan saraf simpatis telah beradaptasi, respon
fisiologis tersebut mungkin akan berkurang atau bahkan tidak ada. Karenanya, penting bagi perawat
untuk mengkaji lebih dari satu respon fisiolodis sebab bisa jadi respon tersebut merupakan indicator
yang buruk untuk nyeri.
PENETAPAN DIAGNOSIS
Menurut NANDA ( 2009-2011 ), diagnosis keperawatan untuk klien yang mengalami nyeri:

Nyeri akut


Nyeri kronis

Diagnosa
Nyeri akut b.d injuri fisik, pengurangan suplai darah, proses melahirkan
Nyeri kronik b.d proses keganasan§
Cemas b.d nyeri yang dirasakan§
Koping individu tidak efektif b.d nyeri kronik§
Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri muskuloskeletal§
Resiko injuri b.d kekurangan persepsi terhadap nyeri§
Perubahan pola tidur b.d low back pain§
o Perencanaan
Perawat mengembangkan perencanaan keperawatan dario diagnosa yang telah dibuat. Perawat
dan klien secara bersama-sama mendiskusikan harapan yang realistis dari tindakan mengatasi
nyeri, derajat pemulihan nyeri yang diharapkan, dan efek-efek yang harus diantisipasi pada gaya
hidup dan fungsi klien. Hasil akhir yang diharapkan dan tujuan keperawatan diseleksi berdasarkan
diagnosa keperawatan dan kondisi klien. Secara umum tujuan asuhan keperawatan klien dengan
nyeri adalah sebagai berikut:
Klien merasakan sehat dan nyaman§
Klien mempertahankan kemampuan untuk melakukan perawatan diri§
Klien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki saat ini§
Klien menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan nyeri§
Klien menggunakan terapi yang diberikan dengan aman di rumah§
Contoh rencana perawatan (Renpra):
Diagnosa

1.Nyeri akut b.d injuri fisik (pembedahan)
Kriteria hasil
Pain level, pain control dan comfort level dengan kriteria hasil:
Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi nyeri yang dirasakan§
Mendiskripsikan cara memanajemen nyeri§
Mengungkapkan kemampuan tidur dan istirahat§
Mendiskripsikan terapi nonfarmakologi untuk mengontrol nyeri§
TTV dalam batas normal§
Rencana tindakan
Manajemen nyeri:
Kaji nyeri yang dialami klien (meliputi PQRST)§
Observasi ketidaknyamanan nonverbal terhadap nyeri§
Kaji pengalaman masa lalu klien terhadap nyeri§
Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien§
Kolaborasi pemberian analgetik§
Ajarkan tehnik nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri§
Dst (lihat lebih lengkap di NIC)§
o Intervensi
Manajemen nyeri terdiri dari:
a.Farmakologis (kolaborasi)-------penggunaan analgetik
Mengganggu penerimaan/stimuli nyeri dan interpretasinya dengan menekan fungsi talamus & kortek
serebri.
b. Non farmakologi (mandiri)
Sentuhan terapeutik§
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai keseimbangan energi antara tubuh
dengan lingku;ngan luar. Orang sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan memberikan
sentuhan pada klien, diharapkan ada transfer energi dari perawat ke klien.
Akupresur§
Pemberian penekanan pada pusat-pusat nyeri
Guided imagery§
Meminta klien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan, tindakan ini memerlukan
suasana dan ruangan yang tenang serta konsentrasi dari klien. Apabila klien mengalami
kegelisahan, tindakan harus dihentikan. Tindakan ini dilakukan pada saat klien merasa nyaman dan
tidak sedang nyeri akut.
Distraksi§
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi visual
(melihatTV atau pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan
(massase, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur)
Anticipatory guidence§
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri. Contoh tindakan: sebelum
klien menjalani prosedur pembedahan, perawat memberikan penjelasan/informasi pada klien
tentang pembedahan, dengan begitu klien sudah punya gambaran dan akan lebih siap menghadapi
nyeri.
Hipnotis§
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.

Biofeedback§
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respon nyeri fisiologis
dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap respon tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi
ketegangan otot dan migren, dengan cara memasang elektroda pada pelipis.
Stimulasi§ kutaneus Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah cara
ini bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa dilakukan dengan
massase, mandi air hangat, kompres dengan kantong es dan stimulasi saraf elektrik transkutan
(TENS/ transcutaneus electrical nerve stimulation). TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan
menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar.

Peran perawat dalam mengatasi nyeri:

Mengidentifikasi penyebab nyeri


Kolaborasi dengan tim kes lain untuk pengobatan nyeri



Memberikan intervensi pereda nyeri



Mengevaluasi efektivitas pereda nyeri



Bertindak sebagai advokat jika pereda nyeri tidak efektif



Sebagai pendidik keluarga§ & pasien tentang manajemen nyeri

3.

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN Ny.M
DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI)
Di Bangsal BAKUNG RSUD WONOSARI
(Minggu ke-1 PKK KDM III)
Tugas Mandiri PKK KDM III

Disusun Oleh:
Tia Ramadhan (2520142562)
Kelas II C
AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan
alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu
dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling
sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita dan mencari upaya untuk
menghilangkannya.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri tersebut dan
mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri yang
dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Nyeri dapat diekspresikan melalui menangis,
pengutaraan, atau isyarat perilaku. Nyeri yang bersifat subjektif membuat perawat harus mampu
dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistic dan menanganinya.

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan dari laporan pendahuluan ini untuk mengetahui masalah kebutuhan dasar manusia
khususnya masalah gangguan rasa nyaman (nyeri).
b. Tujuan khusus
- Mengetahui definisi nyeri
- Mengetahui etiologi nyeri
- Mengetahui manifestasi klinik dari nyeri
- Mengetahui patofisiologi nyeri
- Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada pasien nyeri
- Mengetahui komplikasi nyeri
- Mengetahui penatalaksanaan nyeri
- Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien nyeri

BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
a. Pengertian nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya
orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz
Alimul, 2006).

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya
diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual
atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan. Serangan mendadak
atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat
diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional); awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat hingga akhir yang dapat diantisipasi
atau di prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronisserangan yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 3
bulan (NANDA, 2012).

b. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut
merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6
bulan dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung
cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.
B. Etiologi nyeri
1. Faktor resiko
a. Nyeri akut
 Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
 Menunjukkan kerusakan
 Posisi untuk mengurangi nyeri
 Muka dengan ekspresi nyeri
 Gangguan tidur
 Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
 Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)

b. Nyeri kronis
 Perubahan berat badan
 Melaporkan secara verbal dan non verbal
 Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
 Kelelahan
 Perubahan pola tidur
 Takut cedera
 Interaksi dengan orang lain menurun
2. Factor predisposisi
a. Trauma
b. Peradangan

c.
3.
a.
b.
c.
d.

Trauma psikologis
Factor presipitasi
Lingkungan
Suhu ekstrim
Kegiatan
emosi

C.
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Manifestasi klinik
Tanda dan gejala nyeri
Gangguam tidur
Posisi menghindari nyeri
Gerakan meng hindari nyeri
Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
Perubahan nafsu makan
Tekanan darah meningkat
Pernafasan meningkat
Depresi

b. Factor-faktor yang mempengaruhi nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya
adalah:
1. Arti Nyeri. Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri
merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan,merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di
pengaruhi lingkungan dan pengalaman.
2. Persepsi Nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektifdari seseorang yang
merasakan nyeri. Dikarenakan perawat tidak mampu merasakan nyeri yang dialami oleh pasien.
3. Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-obatan, hipnotis, gerakan atau
garakan, pengalihan perhatian,kepercayaan yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor yang
menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,nyeri yang kunjung tidak
hilang, sakit, dan lain-lain.
4. Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk responseseorang terhadap
nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk
respon nyeri yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperi arti nyeri, tingkat perspepsi
nyeri,pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa
takut, cemas, usia, dan lain-lain.

D. Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia seperti
Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan merusak
ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui
saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri.
Selain dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor

mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri
(Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).
E.
a.
b.
c.
d.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak

F.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Komplikasi
Edema Pulmonal
Kejang
Masalah Mobilisasi
Hipertensi
Hipertermi
Gangguan pola istirahat dan tidur

G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
 Monitor tanda-tanda vital
 Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
 Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang)
 Kompres hangat
 Mengajarkan teknik relaksasi
b. Penatalaksanaan medis
 Pemberian analgesic
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat
dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
 Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik seperti gula,
larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena
faktor persepsi kepercayaan pasien.
H. Pengkajian focus
a. Perilaku non verbal
Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain ekspresi wajah, gemeretak gigi,
menggigit bibir bawah, dll.
b. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri. Anjurkan pasien
menggunakan bahasa yang dia ketahui.

c.

Factor presipitasi

Beberapa factor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara lain lingkungan, suhu ekstrim,
kegiatan yang tiba-tiba.
d. Intensitas
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau dapat menggunakan skala
dari 0-10.
e. Waktu dan lama
Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa lama, bagaimana timbulnya, juga
interval tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
f. Hal yang perlu dikaji lainnya adalah karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : factor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/ intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/ frekuensi nyeri.
I. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul
1. Diagnose : nyeri akut
Batasan karakteristik :
a. Mengkomunikasikan descriptor nyer (misalnya rasa tidak aman nyaman, mual, kram otot)
b. Menyeringai
c. Rentang perhatian terbatas
d. Pucat
e. Menarik diri

a.
b.
c.
d.

Factor yang berhubungan :
Biologis
Kimia
Fisik
Psikologis

2. Diagnose : nyeri kronis
Batasan karakteristik :
Subyektif
a. Depresi
b. Keletihan
c. Takut kembali cidera
Obyektif
a. Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya
b. Anoreksia
c. Perubahan pola tidur
d. Wajah topeng
e. Perilaku melindungi
f. Iritabilitas
g. Perilaku protektif yang dapat diamati
h. Penurunan interaksi dengan orang lain

i.
j.
k.
l.

Gelisah
Berfokus pada diri sendiri
Respon yang dimediasi oleh saraf simpatis (suhu, dingin, perubahan posisi tubuh)
Perubahan berat badan

a.
b.
c.
d.

Factor yang berhubungan
Kanker metastasis
Cedera
Neurologi
Arthritis

J. Intervensi
1. Diagnose: nyeri akut
NOC:
- Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan psikologis
- Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
- Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan
-

NIC:
Pemberian analgesic : menggunakan agens-agens farmakologi untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri
Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat atau resep atau obat bebas secara aman
dan efektif
Manajemen nyeri : meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai pada tingkat kenyamanan
yang dapat diterima oleh pasien

2. Diagnose: nyeri kronis
NOC:
- Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan psikologis
- Tingkat depresi : keparahan alam perasaan melankolis dan kehilangan minat dengan peristiwa
hidup
- Pengendalian diri terhadap depresi : tindakan individu untuk meminimalkan melankolia dan
mempertahankan minat dengan peristiwa hidup
- Nyeri : respon seimbang psikologis, keparahan respon seimbang kognitif dan emosi yang dapat
diamati atau dilaporkan terhadap nyeri fisik
- Pengendalian nyeri : tindakan pribadi untuk mengen