Iman Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni

IMAN, ILMU PENGETAHUAN,
TEKNOLOGI, DAN SENI
Disusun sebagai Tugas
Mata Kuliah Pendidikan Etika Kristen

Disusun oleh :
1. Andreas Bayu W.

702012116

2. Christian Mensana

672012068

3. Puspita Laras Anggraini

562012018

4. Pedhipicuss SF

672012007


5. Ika Yuliana

562012008

6. David Bambang Tri

672012181

7. Yulius R. A. T.

672012103

8. Samodra T. B. K.

672012182

Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
April 2013


IMAN, ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN SENI
Iman menurut Ibrani 11:1 merupakan dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan
serta bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Iman dalam kehidupan ini diwujudkan
dalam bentuk percaya (believe), mempercayakan (trust), dan melakukannya (going). Banyak
yang menyebutkan pula bahwa iman merupakan fondasi serta dasar dalam bertindak.
Iman seringkali dikaitkan dengan sesuatu yang “tidak terlihat”, dalam hal ini
kepercayaan pada sesuatu yang dianggap sebagai “tuhan”. Hal ini tentu saja cukup bertolak
belakang dengan ilmu pengetahuan. Pada hakekatnya, ilmu pengetahuan merupakan
pengetahuan berdasar fakta-fakta serta telah dibuktikan dengan penelitian. Bentuk terapan
dari ilmu pengetahuan adalah teknologi.
Hubungan Iman dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dewasa ini teknologi semakin menguasai dunia. Hampir seluruh umat manusia di
dunia memanfaatkan teknologi dan terus berusaha memperdalam ilmu pengetahuan. Padahal
tak jarang orang yang berpikir berdasar ilmu pengetahuan kurang memperhatikan nilai-nilai
kepercayaan. Dan sebaliknya, orang-orang yang menganggap dirinya beriman terkadang
cenderung mengabaikan temuan ilmu pengetahuan. Sesungguhnya iman dan pengetahuan
tidak dapat disatukan begitu saja karena kedua unsur tersebut telah sama-sama ada sejak lama
dan berusaha untuk saling mendominasi. Hal tersebut dapat dilihat dari dominasi
penghukuman Galileo Galilei ketika ia mengemukakan bahwa Bumi berputar mengitari

matahari. Sebenarnya hal tersebut benar, tetapi menurut ahli-ahli Taurat saat itu, pendapat
Galileo Galilei salah. Ahli-ahli taurat beranggapan bahwa matahari-lah yang mengitari Bumi.
Sehingga Galileo Galilei dihukum mati. Contoh tersebut membuktikan bahwa dominasi iman
dan pengetahuan telah terjadi sejak lama.
Sehingga dalam hal ini diharapkan agama dapat menjadi pendorong perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta memberi landasan moral untuk pemanfaatannya bagi
kemasyarakatan.
Sebenarnya, Agama Kristen sendiri telah memberikan beberapa tuntunan yang jelas
tentang bagaimana cara kita menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan di masa modern ini,
seperti yang sudah tertera di dalam Alkitab, yaitu :

1. Teknologi adalah Tugas
Pengaruh kekristenan yang mendorong lahirnya IPTEK merupakan cermin sikap
kristiani yang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan Allah kepada manusia
sebagaiamana tertulis dalam Kejadian 1:28 “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman
kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah
itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang
yang merayap di bumi." Artinya, Tuhan memerintahkan kita seabagai manusia
untukmenguasai segala yang ada di bumi termasuk teknologi untuk memuji dan memuliakan
nama Tuhan.

2. Teknologi harus sesuai dengan nilai-nilai moral
Setiap orang percaya dapat menggali dan mempergunakan teknologi sesuai dengan
nilai nilai moral, dengan taat dan bertanggung jawab kepada norma-norma Allah. Teknologi
juga digunakan harus sesuai dengan norma norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Penyalah-gunaan teknologi dapat ditahan oleh penggunaan teknologi secara positif sesuai
dengan norma-norma Tuhan dan dengan perjuangan memberantas penyalahgunaan teknologi.
Selain itu sebenarnya sumber dari segala ilmu pengetahuan serta teknologi yang kita
miliki sekarang ini, semuanya bersumber dari Allah. Dalam Amsal 1 : 5 dikatakan “Baiklah
orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian
memperoleh bahan pertimbanngan” . Dari ayat ini kita bisa lihat bahwa Allah sebenrnya
menghendaki kita manusia terus mengembangkan diri, menambah ilmu, dan pengertian.Hal
ini berarti bahwa kita tidak perlu menjauhi IPTEK tapi justru terus mengmbangkannya
menjadi lebih baik lagi.
Namun, Ian G. Barbour mengemukakan 4 tipologi hubungan iman dan iptek dalam
kasus kekristenan:
1. Tipologi Konflik/Pertentangan
Tipologi ini menganggap bahwa ilmu pengetahuan dan iman saling bertentangan
bahkan bermusuhan. Tipologi ini dianut oleh kelompok materialisme ilmiah dan kelompok
literalisme kitab suci. Kelompok Materialisme Ilmiah beranggapan bahwa keyakinan agama
tidak dapat diterima karena agama bukanlah data yang dapat diuji dengan percobaan.

Sedangkan kelompok Literalisme Kitab Suci beranggapan teori ilmiah melambungkan
filsafat materialisme dan merendahkan perintah moral Tuhan.
Sesungguhnya, sikap yang merasa dirinya yang paling benar dan menyalahkan orang
lainlah yang membuat konflik iman dan ilmu pengetahuan terjadi.

2. Tipologi Independensi/Perpisahan
Tipologi ini menganggap masing-masing pihak perlu mengurusi bidang sendiri
dengan metode sendiri serta tak saling mengganggu. Satu pihak tak boleh ikut campur dalam
bidang lain. Tiap-tiap bidang punya yurisdiksi sendiri. Hal ini juga didorong oleh keinginan
menghindari konflik dan saling menyalahkan.
Contohnya : seorang yang ingin mengubah gaya hidupnya dari gaya hidup penuh iptek ke
gaya hidup pelayanan iman atas kemauannya sendiri tidak boleh diganggu, karena
keinginannya merupakan sebuah keputusan yang sifatnya pribadi.
3. Tipologi Dialog
Sebelum tahun 1950an ada perbedaan yang tajam antara Iptek dan Teologi, karena
Iptek dianggap seluruhnya obyektif dan Teologi seluruhnya subyektif. Ternyata asumsi itu tak
seluruhnya benar. Sebab Iptek juga didasarkan pada praduga (paradigma teoritis dan
imajinasi kreatif ). Sebaliknya iman pun tak seluruhnya subyektif, tapi juga empiris atau ada
kriteria ilmiah. Ada banyak bidang dimana Iptek dan Teologi dapat berdialog dan saling
memperkaya untuk lebih memanusiakan manusia dan menjaga kelestarian alam. Contohnya :

teologi lingkungan, teologi pembebasan dll.

4. Tipologi Integrasi
Adanya Integrasi/penyatuan antara iman dan teologi ada tiga versi, yaitu :
a. Teologi natural/alamiah
Contohnya : eksistensi Allah dapat disimpulkan dari bukti-bukti rancangan alam
yang sudah ada seperti ada matahari pasti ada bulan dll.
b.

Teologi tentang alam
Maksudnya sumber utama teologi di luar Iptek, namun teori-teori ilmiah dapat
mempengaruhi perumusan ulang dari doktrin-doktrin tertentu dalam agama.
Seperti penciptaan, khususnya penciptaan dan hakikat manusia.

c. Sintesa sistematis
Dalam sintesa sistematis dijelaskan baik ilmu maupun agama, keduanya samasama menyumbang untuk pengembangan dari suatu matafisik yang inklusif,
seperti dalam filsafat proses. Maksudnya sama-sama membangun sesuatu hal dari
yang dasar menjadi lebih kompleks, seperti perkembangan proses penyebaran
agama-agama di dunia.


Hubungan Iman dengan Seni
Seni dan iman (agama) memiliki kesamaan dalam arti keduanya merupakan “ways of
seeing the life” dan “ways of interpreting and meaning the life”. Seni diperlukan untuk
memperkaya kita dalam melihat hidup, menafsirkan dan memaknainya. Agama dan iman pun
menawarkan hal yang sama. Seharusnya keduanya dapat berdiri sejajar, saling menopang dan
berdampingan untuk lebih dapat memaknai hidup ini. Namun tak jarang ditemui bahwa
manusia terlalu mencintai karya seni dan berakibat pada keinginan bergantung pada bendabenda bernilai seni. Bahkan ketika karya seni seperti patung-patung disembah dan dianggap
“tuhan”, maka akan menimbulkan dosa. Setiap ciptaan yang dijadikan berhala merupakan
pengkhianatan terhadap Sang Pencipta. Pemberhalaan karya seni dalam bentuk simbolsimbol religius seperti salib dan patung tak hanya terjadi dalam kehidupan gereja abad
Pertengahan tetapi juga terus berlangsung hingga kini. Yang disebut jimat merupakan seni
rupa berbentuk simbol-simbol agama yang diberhalakan, yang dianggap memiliki kesaktian
ilahi. Pendewaan materialisme terhadap karya-karya seni garda depan adalah juga bentuk
pemberhalaan yang lain.
Dampak IPTEK
Masyarakat kini tak dapat terpisahkan dari teknologi, tanpa pandang status. Internet dan
gadget telah menjadi “makanan sehari-hari” para remaja. Televisi pun jadi lahapan anakanak. Dari yang muda hingga yang tua telah menikmati perkembangan teknologi yang ada.
Namun, perkembangan IPTEK tak sepenuhnya memberi dampak positif.
Berikut beberapa isu yang beredar mengenai dampak dari internet.



Erotisme dan pornografi makin diperkuat di internet



Bentuk-bentuk praktek spiritual mendapatkan sarana untuk mengkomunikasikan
ajaran mereka



Orang mencari kebenaran dan kebutuhan jiwa mereka di internet: mereka adalah
jiwa-jiwa di internet (cyber souls)



Mereka menemukan komunitas virtual mereka di internet melalui forum,
blog,chatting, dsb
Ketergantungan yang sangat tinggi generasi muda di masa modern ini terhadap

teknologi telah menciptakan suatu sifat atau karakter yang sangat berbeda dengan generasi
muda pada tahun- tahun sebelumnya. Dapat disimpulkan generasi modern saat ini memiliki

10 sisi gelap, yaitu :

1. Mereka tidak suka membaca serta komunikator yang buruk. Psikiater

Edward

Hallowell dalam bukunya CrazyBusy menyebutkan mereka sebagai generasi yang
memiliki kelainan kekurangan perhatian (attention deficit disorder). Mereka
menghabiskan waktu lebih banyak di dunia maya sehingga nilai ujian mereka di
kelas menjadi buruk sekali.
2. Mereka generasi layar kaca (screenagers), kecanduan internet,

kehilangan

keterampilan sosial, dan tak memiliki waktu untuk kegiatan olahraga dan kebugaran
jasmani. Ketika mereka menjadi ketagihan video game, hasilnya menjadi bertambah
parah, sama seperti pengaruh alkohol dan obat-obatan.
3. Mereka tak memiliki rasa malu. Terutama para remaja putri, tidak malu mengunggah
(upload)


gambar-gambar provokatif diri mereka secara online. Para remaja ini tak

menyadari bahwa informasi-informasi yang terlalu rinci dan pribadi yang mereka
posting di internet dapat saja berbalik mengejar mereka, seperti saat mereka
memasuki perguruan tinggi, melamar pekerjaan, atau menjadi target para fedofilia,
dan agen pemasaran online.
4. Karena orangtua mereka terlalu melindungi mereka, mereka menjauhi dunia nyata
dan takut memilih jalan hidup mereka. Mereka tak mampu mandiri.
5.

Mereka mencuri. Mereka dengan mudahnya mengunduh musik, mempertukarkan,
dan berbagi ke sesama teman, tanpa rasa hormat sedikitpun kepada pencipta dan
pemiliknya.

6. Mereka suka menggertak dan menekan teman secara online. Sebagai contoh delapan
remaja, enam diantaranya putri, memukul seorang remaja pada bulan April 2008 dan
mengunggahnya di YouTube.
7. Mereka kejam. Berbagai permainan video games yang mengumbar kekerasan dan
kekejaman telah mendidik mereka menjadi generasi yang menyukai kekejaman,
kekerasan, kesadisan, kebrutalan dan seksualitas.

8. Mereka bukan pekerja keras dan akan menjadi pekerja yang buruk.
9. Mereka generasi paling narsis, “Generasi Me”. Kata “narsis” mengacu kepada
perasaan cinta terhadap diri sendiri. Media jejaring sosial, seperti MySpace atau
Facebook, telah memperkuat sifat narsis remaja saat ini untuk mencuri perhatian
orang kepada diri mereka sendiri.
10. Mereka tak memiliki nilai-nilai dan bersifat tak peduli terhadap orang lain.
Ketertarikan mereka hanya pada budaya populer, selebriti, dan teman mereka.

Dahulu Albert Enstein pernah berkata, “teknologi dapat membuat yang jauh menjadi
dekat dan yang dekat menjadi jauh”. Dalam hal ini maksud dari Albert Einstein adalah bahwa
dengan teknologi seperti handphone, gadget, dll dapat membuat yang jauh menjadi dekat.
dimaksudkan sebagai membuat orang yang jauh dari kita menjadi dekat dengan kita, dengan
sms, chatting, telponan membuat seseorang serasa dekat dengan kita, tetapi dapat membuat
yang dekat menjadi jauh. Layaknya

orang yang bertemu dengan kita setiap hari yang

bertatap muka secara langsung, belum tentu kita bercakap-cakap atau berelasi dengan nya,
padahal dia ada di sekitar kita.

Kesimpulan
Iman merupakan dasar dari segala sesuatu yang tidak terlihat yang kita percaya dan
kita harapkan. Dan terkadang orang yang menganggap dirinya beriman kurang
memperhatikan temuan teknologi, begitu pula sebaliknya. Sebenarnya sejak dulu iman
dengan IPTEKS berusaha untuk saling mendominasi satu sama lain. Namun kenyataannya
kini teknologi telah menyentuh segala aspek kegiatan manusia.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2