TUGAS AKHIR EKA CAHYA NINGSIH

TUGAS AKHIR PENERAPAN AKAD HIWALAHUNTUK BIAYA PENDIDIKAN DI PT.BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAHBANK AMAN SYARIAH SEKAMPUNG

Oleh:

EKA CAHYA NINGSIH NPM. 13109508

Program :D-III PerbankanSyariah Jurusan: SyariahdanEkonomi Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1438 H / 2017 M

TUGAS AKHIR PENERAPAN AKAD HIWALAH UNTUK BIAYA PENDIDIKAN DI PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAHBANK AMAN SYARIAH SEKAMPUNG

DiajukanUntuk MemenuhiTugas dan Memenuhi SebagianSyaratMemeprolehGelarAhliMadya(A. Md.)

Oleh:

EKA CAHYA NINGSIH

NPM. 13109508

Pembimbing 1 : Dr. Hj.Tobibatussaadah,M.Ag

Pembimbing 2 : Imam Mustofa M.SI

Program :D-III PerbankanSyariah Jurusan: SyariahdanEkonomi Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1438 H / 2017 M

PERSETUJUAN

JudulTugasAkhir : PENERAPAN AKAD HIWALAH UNTUK BIAYA PENDIDIKAN DI PT. BPRS BANK AMAN SYARIAH SEKAMPUNG

Nama : EKA CAHYA NINGSIH NPM

: 13109508 Program Studi

: Diploma Tiga (D-III) PerbankanSyari’ah Jurusan

: Syari’ahdanEkonomi Islam

MengetahuidanMenyetujui,

UntukdimunaqosyahkandalamsidangmunaqosyahFakultas Syari’ahdanEkonomiIslam IAINMetro.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj.Tobibatussaadah,M.Ag Imam Mustofa, M.SI NIP.19701020 199803 2 002

NIP. 19820412 200901 1 016

ABSTRAK PENERAPAN AKAD HIWALAH UNTUK BIAYA PENDIDIKAN DI PT. BPRS BANK AMAN SYARIAH SEKAMPUNG

Oleh : EKA CAHYA NINGSIH NPM. 13109508

Hiwalahadalahakadpengalihanutangpiutangnasabah (munhil)kepada bank (muhal’aliah).

bank agar membayarkanterlebihdahulupiutangnyaatastransaksi yang halal denganpihak yang berhutang(munhil).Selanjutnya

Nasabahmemintabantuankepada

bankakanmenagihkepadapihak yang berhutangtersebut. Atasbantuannyamembayarkanterlebihdahulupiutangnasabah, bank dapatmembebankanfeejasapenagihan.Biayapendidikanadalahsuatupermasalahanse hinggamembutuhkandanauntukmemenuhikebutuhanpendidikan

agar sistempendidikansesuaidengantujuan

ditargetkan, secaraoperasionalpengalokasianbiayapendidikanmemerlukanperhatiantersendirise hinggaakadhiwalah

yang

adauntukbiayapendidikan agar segeraterpenuhikarenadanahiwalahtersebutsangatbermanfaatbagiaktivitaspendidik an

yang

yang ada.Penelitianinibertujuanuntukmelihatbagaimanapenerapanakadhiwalahuntukbia yapendidikan di PT. BPRS Bank AmanSyariahSekampungberlangsung.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (fieldresearch) yang bersifat deskriptif. Sumber data yang diperoleh melalui sumber data primer dan sekunder, dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara dan dokumentasi. Teknis analisis data yang digunakanadalah analisis kualitatif dengan menggunakan metode berpikir induktif.

penelitian ini bahwapenerapanakadhiwalahuntukbiayapendidikan di PT. BPRS Bank AmanSyariahSekampungmenggunakanpolaproduktif.Pengelolaandilaksanakanden ganmemberikandanatalanganuntukbiayapendidikankepadanasabah agar nasabah yang

Hasil

dari

tidakmampudapattetapmelanjutkansekolahtanpadibebankanpadabiaya. Penerapan akad hiwalah untuk biaya pendidikan sudah sesuai dengan syariah islam, dimana terpenuhinya rukun dan syarat akad hiwalah yang sesuai dengan syariah islam yaitu bertemunya muhil (nasabah), muhal (lembaga pendidikan), muhal’alaih (PT. BPRS Bank Aman Syariah) dalam suatu majlis untuk mencapai kesepakatan akad hiwalah, kemudian kesepakatan tersebut dituangkan secara tertulis ke dalam suatu akad pembiayaan, Sehingga dengan adanya PT. BPRS Bank Aman Syariah nasabah dengan mudah mendapatkan pembiayaan hiwalah (talangan)hal itu juga menyebabkan banyaknya minat nasabah terhadap akad hiwalah yang digunakan untuk biaya pendidikan.

ORISINILITAS PENELITIAN

Yang betandatangan di bawahini: Nama

: EKA CAHYA NINGSIH NPM

: 13109508 Program

: Diploma Tiga (D-III) PerbankanSyariah Jurusan

: SyariahdanEkonomi Islam

MenyatakanbahwaTugasAkhirinisecarakeseluruhanadalahhasilpenelitiansayakecu alibagian-bagiantertentuyang dirujukdarisumbernyadandisebutkandalamdaftarpustaka.

Metro, 2017

Yang menyatakan

EkaCahyaNingsih NPM. 13109508

MOTTO

“ Hai

beriman, apabilakamubermu'amalah[ 179] tidaksecaratunaiuntukwaktu yang

orang-orang

yang

ditentukan, hendaklahkamumenuliskannya.

danhendaklahseorangpenulis di antarakamumenuliskannyadenganbenar...” (Al Baqarah : 282)

[179] Bermuamalahialahsepertiberjualbeli, hutangpiutang, atausewamenyewadansebagainya.

PERSEMBAHAN

Dengan segenap jiwa dan ketulusan hati, kupersembahkan buah karya ini teruntuk orang-orang yang kucintai yang selalu hadir dan mewarnai hari-hariku dalam menghadapi kerasnya hidup ini, yang selalu menguatkan saat diri ini mulai lemah. Kupersembahkan bagi mereka yang selalu mendukung dan mendo’akanku di setiap waktu dalam setiap tapak kehidupanku, khususnya untuk:

1. Ayahanda dan Ibunda (Bapak Suradal dan Ibu PujiatiS.Pd), kakek dan Nenek, yang tidak pernah lelah untuk mendo’akan dan mendukung ananda baik dalam bentuk moril maupun materil dan selalu mencurahkan kasih sayang, motivasi, perhatian yang tidak terbatas untuk ananda. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala selalu mencurahkan kasih sayang kepada mereka.

2. Adik-adikku tersayang Aprilia Elda Dwi Yanti dan Muhammad Fikri fauzan yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepadaku.

3. Anakku tercinta Akifa Naila Rasyid yang selalu memberi kasih sayang tiada terbatas.

4. Rekan-rekan seperjuangan untuk besar D3 Perbankan Syariah angkatan 2013 yang telah memberikan dukungan. Semoga kalian bisa melanjutkan mimpi- mimpi kalian dan menjadi orang yang bisa di banggakan.

5. Almamater Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro tempatku menggali ilmu dan mempertajam intelektual yang kubanggakan.

KATA PENGANTAR

Segala puji peneliti haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, baik kesehatan jasmani maupun kesehatan dalam berpikir sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Penerapan Akad HiwalahUntuk Biaya Pendidikan Di PT. BPRS Bank Aman Syariah Sekampung”.

Shalawat serta salam saya panjatkan kepada sang revolusioner dunia yakni Nabi Muhammad SAW. Dengan perantara Beliaulah kita bisa mengenal mana yang baik dan mana yanng buruk dalam Islam.

Sebagai bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga (D3) Perbankan Syariah, Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam Institut Agama Islam Negri (IAIN) Metro guna memperoleh Sarjana Amd.

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, peneliti telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, tidak lupa peneliti menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag, selaku RektorIAIN Metro.

2. Ibu Siti Zulaikha, S.Ag, MH, selaku Dekan Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Metro.

3. Ibu Zumaroh, SE.I.,ME.Sy, selaku Ketua Program Studi D-III Perbankan Syari’ah IAIN Metro.

4. Ibu Dr. Hj.Tobibatussaadah,M.Ag Selaku Dosen Pembimbing Iyang telah memberikan bimbingan serta pengarahan yang sangat berharga.

5. Bapak Iman Mustofa, M.S.Iselaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan yang sangat berharga.

6. Bapak dan Ibu Dosen/Karyawan IAIN Metro yang telah menyediakan waktu dan fasilitas guna menyelesaikan Tugas Akhir ini.

7. Bapak Sugiyanto, A.Md E.Syselaku Direktur PT. BPRS BANK Aman Syariah Sekampung beserta seluruh karyawan PT. BPRS BANK Aman Syariah Sekampung.

8. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada peneliti.

Peneliti menyadari bahwa penelitian Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu diperlukan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Akhirnya peneliti berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk banyak pihak dalam memahami ilmu pengetahuan Perbankan Syariah.

Metro, Februari 2017 Penulis,

EkaCahyaNingsih

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. BPRS Bank Aman Syariah Sekampung .................................................................................... 36

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SuratPembimbingTugasAkhir Lampiran 2 Surat Redaksi Judul Lampiran3 Outline Lampiran4SuratTugas Lampiran5SuratIzin Research Lampiran6SuratKonfirmasiIzinPenelitian Lampiran7SuratKeteranganBebasPustaka Lampiran8AlatPengumpul Data Lampiran9FormulirKonsultasiBimbinganTugasAkhir Lampiran10Contoh Fasilitas Pembiayaan Hiwalah Lampiran11 BrosurPT. BPRS Bank Aman Syariah Sekampung

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Di zaman sekarang sudah banyak berdiri lembaga-lembaga keuangan, baik yang bersifat konvensional maupun syariah. Disamping itu antara keduanya mempunyai konsep yang sedikit berbeda, namun pada asalnya keduannya itu mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh keuntungan. Berbagai badan usaha yang tumbuh subur dinegara kita ialah perbankan syariah.Islam datang dengan membawa pemahaman tentang kehidupan yang membentuk pandangan hidup tertentu dan dalam bentuk garis hukum yang global. Islam memandang bumi dengan segala isisnya meripakan amanah Allah kepada sang khalifah agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan bersama.Untuk mencapai tujuan suci ini, Allah memberikan petunjuk melalui para rosul-Nya petunjuk tersebut meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik akidah, akhlak, maupun syariah. 1

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa,dalam lalu lintas pembayaran. 2 Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai salah satu lembaga kepercayaanmasyarakat yang kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah, dituntut agar selaludapat mengemban amanah dari para pemilik dana dengan

Muhammad Syafii Antoni, Bank Syariah Dari Teori Dan Praktik, (Jakarta : Gema Insane Press),h. 3. 2 Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers,2009),h. 7 .

cara menyalurkannyauntuk usaha produktif dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. BPRS berdiri berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Pada pasal 1 (butir 4) UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa BPRS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selanjutnya diatur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam hal ini, secara teknis BPR Syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan sebagaimana BPR konvensional,

yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah terutama bagi hasil. 3

Produk-produk yang ditawarkan BPRS secara garis besar adalah : Mobilisasi dana mayarakat bank akan menggerakan dana masyarakat dalam berbagai bentuk seperti menerima simpanan wadi’ah, adanya fasilitas tabungan dan deposito berjangka fasilitas ini dapat digunakan untuk menitip shadaqah, infaq, zakat, persiapan ongkos naik haji mobilisasi dana meliputi : Simpanan Amanah, Tabungan Wadiah, Deposito Mudharabah. Penyaluran dana yang meliputi : Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Bai Bitsamann Ajil, Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Qardhul Hasan, Pembiayaan Istishna’, Pembiayaan Al-Hiwalah.

3 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pada Pasal 1 (Butir 4) Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan .

Jasa perbankan lainya secara bertahap bank akan meneyediakan jasa untuk memperlancar pembayaran berupa proses transfer dan inkaso, pembayaran rekening listrik, telepon, bank juga mempersiapkan bentuk pelayanan berupa dana talang berdasarkan bai salam. Penyaluran dana yang meliputi: Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Bai Bitsaman Ajail, Pembiayaan Murabahah,

Pembiayaan Istishna’, Pembiayaan al-Hiwalah. 4

Islam senantiasa berubah sesuai dengan kebutuhan dan taraf peradaban umat. Allah SWT berfirman :

Artinya: dan kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan aa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan

4 www. wordpress.com/2010/11/28/bank-perkreditan-rakyat-bpr-syariah/ .

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan menginggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba- lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu

perselisihkan itu. (Al-Maidah : 48) 5

Hiwalah adalah akad pengalihan utang piutang nasabah (munhil) kepada bank (muhal’aliah). Nasabah meminta bantuan kepada bank agar membayarkan terlebih dahulu piutangnya atas transaksi yang halal dengan pihak yang berhutang (munhil). Selanjutnya bankakan menagih kepada pihak yang berhutang tersebut. Atas bantuannya membayarkan terlebih dahulu piutang nasabah, bank dapat membebankan fee jasa penagihan.Penetapan dilakukan dengan memperhatikan besar kecilnya resiko tidak terbayarkan piutang.Pada bank syariah,hiwalah merupakan akad pelengkap yang dimaksud untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan (tolong menolong ) dan tidak

untuk mencari keuntungan. 6 Hubungan hukum antara nasabah dengan bank syariah adalah

hubungan kontraktual. Dalam bahasa Indonesia istilah kontrak sama pengertiannya dengan perjanjian. Kedua istilah tersebut merupakan terjemahan dari “contract” dalam bahasa inggris dan “overeenkomst” dalam bahasa belanda.Kontrak atau perjanjian disebut dengan akad yang berarti

5 6 QS. Al-Maidah (48) . Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta : Ekonisia, 2005),

h. 71.

ikatan atau simpul tali.Kata akad secara terminology adalah perikatan anatara ijab (penawaran) dengan Kabul (penerimaan) secara yang dibenarkan syara. 7

Ketuntuan hiwalah harus adanya pihak pertama (muhil) yaitu orang yang menghiwalahkan (memindahkan) utang, harus adanya pihak kedua (muhal) yaitu orang yang dihiwalahkan (orangyang mempunyai utang kepada muhil), harus adanya pihak ketiga ( muhal alaih) yaitu orang yang menerima hiwalah, ada piutang muhil kepada muhal, ada piutang muhal alaih kepada muhail, ada sighat hiwalah yaitu ijab dari muhil dengan kata-kata “akuhiwalahkan utangku yang hak bagi engkau kepada fulan” dan Kabul dari muhal dengan kata-katanya, “aku terima hiwalah engkau”.

Bank Aman Syariah merupakan badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan BPRS merupakan singakatan dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sedangkan Aman Syariah merupakan nama dari badan usaha tersebut. PT. BPRS Bank Aman Syariah merupakan badan usaha dalam bidang perbankan syariah yaitu mengenai pembiayaan dan simpanan dengan prinsip Syariah. Melihat Bank Bank lain banyak yang menggunakan simpanan pendidikan disini Dalam operasioanalnya PT.BPRS Aman Syariah Sekampung dikelola oleh Direksi dan jajaran karyawan, diawasi oleh Dewan Komisaris serta Dewan Pengawas Syariah (DPS).PT. BPRS Aman Syariah memiliki produk-produk penghimpunan dana dan pembiayaan. Produk

7 A. Shomad, Hukum Islam Pernormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum, (Jakarta : Prenada Media,2010),h. 177.

penghimpunan dana antara lain : Tabungan Wadiah (TAWA), Tabungan Idul Fitri (TIFI), dan Deposito Mudharabah. Sedangkan produk pembiayaan PT. BPRS Aman Syariah antara lain menggunakan akad: Murabahah (Jual Beli), Mudharabah (Bagi Hasil), Musyarakah (Bagi Hasil), Al-Ijarah(Sewa), dan Hiwalah (Talangan).Hiwalah di bank Aman syariah disebut akad pemberian jasa talangan dalam waktu tertentu melalui pembayaran ujroh / upah.Maksud “manfaat” adalah berguna, yaitu talangan yang mempunyai banyak manfaat dan selama menggunakannya sesuai keperluan misal untuk talangan untuk dana pendidikan anak sekolah, biaya pernikahan, dan pembayaran hutang dan biaya perjalanan.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti ingin mengetahui bagaimana penerapan akad hiwalah berlangsung di PT.BPRS Bank Aman Syariah Sekampung sesuai tidak dengan syariat islam.

B. Pertanyaan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengemukakan

pertanyaan masalah yang akan diajukan dalam penelitian tugas akhir ini, yaitu: Bagaimana penerapan akad hiwalahuntuk biaya pendidikan diPT.BRPS Bank Aman Syariah Sekampung ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan peneliti di atas maka, penelitian memiliki tujuan yaitu untuk mengetahuiakadhiwalah untuk biaya pendidikan di PT. BPRS Bank Aman Syariah Sekampung.

2. Manfaat Penelitian

a. Teoritis Adapun manfaat yang diharaokan didalam penelitian ini adalah : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang bagaimana penerpan akad hiwalah untuk biaya pendidikan yang ada di PT.BPRS Bank Aman Syariah Sekampung.

b. Praktis Memperjelas pengetahuan tentang peran pemindahan dana dari individu kepada individu yang lain atau juga kelompok menurut perbankan syariah agar sesuai dengan prinsip syariah.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti termasuk jenis penelitian lapangan (field research).Jenis dan sifat penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif, terperinci dan 1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti termasuk jenis penelitian lapangan (field research).Jenis dan sifat penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif, terperinci dan

Adapun maksud dari pengertian di atas adalah penelitian ini merupakan penelitian yang akan mempelajari secara mendalam tentang penerapan akad hiwalahuntuk biaya pendidikan yang berlangsung di PT. BPRS Bank Aman Syariah Sekampung.

2. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif.Secara harfiah

penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu. 9 Dalam

penelitian macam ini landasan teori mulai diperlukan tetapi bukan digunakan sebagai landasan untuk menentukan kriteria pengukuran

terhadap gejala yang diamati dan akan diukur. 10 Sedangkan penelitian kualitatif menurut Lexy J. Moleong adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya prilaku, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. 11 Metode kualitatif memungkinkan

peneliti untuk melihat perilaku dalam situasi yang sebenarnya tanpa

8 Husani Usman, Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Social, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) h. 5.

9 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian Dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011) h. 97. 10 Ibid. 11 Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) h. 6.

adanya rekayasa yang terkadang terjadi pada penelitian eksperimental dan survey. 12

Jadi, penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang penjabarannya tertuang dalam bentuk kalimat, bukan angka. Bila diterapkan pada penelitian ini bahwa penelitian ini akan menggambarkan atau menjabarkan mengenai Penerapan Akad HiwalahUntuk Biaya Pendidikan Di PT. BPRS Bank Aman Syariah Sekampung.

3. Sumber Data Menurut Lofland da[n Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. 13 Adapun sumber data yang akan

digunakan pada penelitian ini yaitu:

a. Sumber Data Primer Sumber data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari inidividu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan

oleh peneliti. 14 Jadi sumber data primer adalah responden yang memberikan informasi terkait dengan objek penelitian secara

langsung di lokasi penelitian. Adapun sumber data primer dari penelitian ini diperoleh dengan cara memberikan pertanyaan secara lisan kepadaPimpinan

12 Morissan, Metodologi Penelitian Survey, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 22. 13 Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif., h. 157.

14 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skirpsi Dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) h. 42.

Direktur, Customer Service dan Account Officer serta Nasabah PT. BRPS Bank Aman Syariah.

b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder merupakan sumber data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel

atau diagram-diagaram 15 . Jadi sumber data sekunder merupakan subjek atau sumber informasi yang diperoleh secara tidak langsung

pada lokasi penelitian atau sumber lain selain sumber data primer. Untuk memperoleh data sekunder ini peneliti mengambil sejumlah jurnal, buku-buku, brosur, website, dan contoh penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini seperti buku karya.

4. Teknik Pengumpulan Data Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode sebagai berikut:

a. Metode Interview (Wawancara) Metode interview merupakan teknik pengumpulan data dimana pewawancara (peneliti atau yang diberi tugas melakukan pengumpulan data) mengajukan suatu pertanyaan kepada yang

diwawancarai. 16 Suharsini Arikunto membedakan wawancara (interview) menurut pelaksanaanya menjadi 3 macam yaitu:

1) Interview bebas (tanpa pedoman pertanyaan)

15 Ibid. 16 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 224.

2) Interview terpimpin (menggunakan daftar pertanyaan)

3) Interview bebas terpimpin (pedoman pertanyaan hanya secara garis besar). 17

Jadi wawancara yang digunakan peneliti adalah interview bebas terpimpin, dimana peneliti menyiapkan pertanyaan-pertanyaan secara garis besar terkait dengan strategi rekrutmen karyawan.

Dalam hal ini, peneliti langsung mengajukan pertanyaan kepada manajer dan karyawanPT.BPRS Bank Aman Syariah Sekampung tentang Penerapan akad hiwalah untuk baiaya pendidikan di PT.BPRS Bank Aman Syariah Sekampung.

b. Metode Dokumentasi Metode Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. 18 Cara yang dilakukan peneliti adalah dengan membaca berbagai literatur yang

berkaitan dengan masalah penelitian untuk mendapatkan dan melengkapi data-data secara teoritis yang erat hubungannya dengan hal-hal yang sedang diteliti melalui buku, diktat dan catatan ilmiah

5. Teknik Analisa Data Teknik analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, menemukan pola, memilah-milahnya menjadi

17 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1998), h. 145.

18 Ibid., h. 188.

satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang dapat diceritakan. 19 Data yang diperoleh dari wawancara dan dokumentasi dari para wirausahawan

di Desa akan diolah dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Metode kualitatif maksudnya data yang diperoleh diuraikan sedemikian rupa dan disertai pembahasan dan kemudian hasil analisa tersebut dilaporkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan keterangan dengan mengacu pada bagian teori dengan pokok masalah.

Untuk menganalisa data, peneliti menggunakan cara berfikir induktif yaitu berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa yang khusus konkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum. 20

Metode induktif digunakan untuk menilai fakta-fakta empiris, kemudian dicocokkan dengan landasan yang ada. Oleh karenanya induktif pada penelitian ini, bahwa peneliti akan menyampaikan serta menggambarkan suatu fakta konkrit mengenai persepsi wirausahawan di Desa Pugungraharjo terhadap nilai uang yang kemudian ditarik kesimpulan umum tentang hal tersebut.

E. Sistematika Pembahasan

19 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian., h.248. 20 Sutresno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1980), h. 42.

Sistematikapembahasan pada Tugas Akhir yang berjudul “Penerapan Akad Hiwalah Untuk Biaya Pendidikan Di PT. BPRS Bank Aman Syariah Sekampung”.

Pada BAB I Pendahuluan diawali dengan Latar Belakang Masalah yang berisi pembahasan tentang alasan dalam memilih permasalahan terkait judul dengan mengungkapkan objek kajian, gambaran teori sampai pada permasalahan. Selanjutnya diisi dengan pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian dan diakhiri dengan metode penelitian.Pada bagian metode penelitian dijelaskan secara rinci, mulai dari jenis dan sifat penelitian, sumber data yang dijadikan pokok penelitian (primer dan sekunder), teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Pada BAB II berisi landasan teori yang berisi tentang pengrtian, dasar hukum , rukun, syarat akad dan berlangsungnya pembiayaan hiwalah.

Pada BAB III berisi pembahasan penelitian tentang sejarah berdirinya PT. BPRS BankAman Syariah Sekampung, Visi dan Misi PT. BPRS Bank Aman Syariah Sekampung, Organisasi PT. BPRS Bank Aman Syariah Sekampung, Produk-produk Layanan PT. BPRS Bank Aman Syariah Sekampung, Serta bagaimana penerapan akad hiwalah untuk biaya pendidikan di PT. BPRS Bank Aman Syariah Sekampung.

Pada BAB IV adalah Penutup.Bagian ini berisi penyajian kesimpulan dilanjutkan dengan saran.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Prinsip-prinsip Akad Hiwalah

1. Pengertian akad Hiwalah

a. Pengertian akad Secara umum, pengertian akad dalam arti luas hampir sama dengan pengertian akad dari segi bahasa menurut pendapat ulama Syafi’iyah,Malikiyah dan Hanabilah,

yang artinya: “Segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang berdasarkan keimanannya sendiri, seperti wakaf, talak, pembebasan atau sesuatu yang pembentukannya membutuhkan keinginan dua orang seperti jual beli, perwakilan, dan gadai.” 21

Pengetian akad dalam arti khusus yang dikemukakan ulama fikih yang artinya : “Perikatan yang ditetapkan dengan ijab-qabul berdasarkan ketentuan syara’ yang berdampak pada objeknya.” Serta “Pengaitan ucapan salah seorang yang akad dengan yang lainnya

21 Rachmat Syafe’I, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia), h. 43.

secara syara’ pada segi yang tampak dan berdampak pada objeknya.” 22

Dalam menjalankan usahanya, berbagai akad yang ada pada BMT mirip dengan akad yang ada pada bank pembiayaan rakyat Islam. Adapun akad-akad tersebut adalah: pada sistem operasional BMT, pemilik dana menanamkan uangnya di BMT tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan

bagi hasil. 23

b. Pengertian hiwalah Secara bahasa pengalihan hutang dalam hukum islam disebut sebagai hiwalah yang mempunyai arti lain yaitu Al-intiqal dan Al- tahwil, artinya adalah memindahkan dan mengalihkan yang dimaksud adalah memindahkan hutang dari tanggungan muhil (orang yang berhutang) menjadi tanggungan muhal'alaih (orang yang melakukan

pembayaran hutang). 24 Al-hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang

berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam istilah para ulama, hal ini merupakan pemindahan beban utang dari muhil (orang yang berhutang) menjadi tanggungan muhal ’alaih (orang yang berkewajiban membayar hutang). Secara sederhana, hal ini dapat dijelaskan bahwa A (muhal) memberi pinjaman kepada B (muhil),

22 23 Ibid, h. 44. Nurul Huda Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, ( Jakarta : Kencana Prenada

Media Group, 2010), h. 366. 24 Sayyidsabiq,Fikih Sunnah 13 (Bandung : PT Al Ma’rif, Cet 1, 1987) Media Group, 2010), h. 366. 24 Sayyidsabiq,Fikih Sunnah 13 (Bandung : PT Al Ma’rif, Cet 1, 1987)

B tidak mampu membayar utangnya pada A, ia lalu mengalihkan beban utang tersebut pada C. Dengan demikian, C yang harus membayar utang B kepada A, sedangkan utang C sebelumnya pada B dianggap selesai. 25

2. Prinsip akad Hiwalah Pada prinsipnya akad hiwalah difungsikan untuk menyediakan dana sebagai pengganti pembayaran utang yang timbul sehingga bisnis pemilik utang/usaha tetap berjalan. Dalam lembaga keuangan Syariah, pembiayaan dengan menggunakan akad hiwalah didasarkan atas hukum ta’awun (saling tolong menolong) untuk menciptakan kemaslahatan. Hiwalah dikenal dengan istilah factoring atau anjak piutang yaitu sebagai kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Dengan demikian dalam prakteknya akad Hiwalah dalam perbankan syariah terdiri dari tiga pihak, yaitu: Bank sebagai faktor (muhal ‘alaihi), Nasabah selaku klien (muhil), Customer sebagai pihak yang memiliki utang.

Implementasi Akad Hiwalah dalam produk-produk perbankan syariah dapat berupa:

25 Muhammad Syafi’i Antoni, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insane,2001),H. 126 25 Muhammad Syafi’i Antoni, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insane,2001),H. 126

b. Post-dated check, di mana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.

c. Bill Discounting, secara prinsip bill discounting serupa dengan Hiwalah. Hanya saja dalam bill discounting, nasabah harus membayar fee, sedangkan permbahasan fee tidak didapati dalam kontrak Hiwalah. 26

B. Dasar Hukum Akad Hiwalah

1. Al-Qur’an

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun

perempuan dan meminjam kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi

mereka pahala yang banyak,” (Q.S Al Hadid: 18) 27

2. Al- Hadis

26 Http://Viewislam.Wordpress.Com/2009/04/15/Konsep-Akad-Hiwalah-Dalam-Fiqih- Muamalah/ 27 QS. Al- Hadid (18)

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf telah

menceritakan kepada kami Sufyan dari Ibnu Dzakwan dari Al A’raj dari Abu Hurairah radliallohu ‘anhu dari Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Menunda membayar hutang bagi orang kaya adalah kezhaliman dan apabila seorang dari kalian hutangnya dialihkan kepada orang kaya, hendaklah ia ikuti”.

3. Ijma’ Para ulama telah menyepakati bahwa al-hiwalah boleh dilakukan. Hal ini didasarkan pada akibat manuusia yang tidak bisa hidup tanpa bantuan sesame saudaranya. 28 Karena, tidak ada manusia satu pun

yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, saling tolong menolong sangat dianjurkan dalam agama islam untuk mempererat tali ukhuwah (persaudaraan).

C. Rukun, Syarat dan Pembagian Akad Hiwalah

1. Rukun dan syarat akad hiwalah Transaksi hawalah dianggap sah apabila memenuhi rukun dan

syarat yang telah ditentukan, berikut ini beberapa rukun dan syarat agar hiwalah dapat dilaksanakan dengan baik diantaraannya. 29

a. Rukun hiwalah

28 Sayyidsabiq,Fikih Sunnah 13 (Bandung : PT Al Ma’rif, Cet 1, 1987), h.42. 29 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 208.

1) Para pihak yang melakukan akad al-hiwalah antara lain mual, muhil, dan muhal’alaih. Syarat- syarat pihak yang melakukan akad antara lain :

a) Cakap dalam melakukan hukum, baligh dan berakal. Dengan demikian, al-hiwalah tidak sah bila dilaksanakan oleh anak kecil/ orang gila.

b) Kerelaan masing-masing yang terlibat dalam akad al-hawalah

c) Persetujuan adanya pengalihan hutang dari pihak kedua yaitu muhil kepada muhal’alaih untuk membayar utangnya kepada muhal

2) Adanya utang muhil kepada muhal. Utang piutang tersebut telah ada sebelum akad al-haawalah dilaksanakan.

3) Adanya utang muhal’alaih kepada muhil. Utang piutang ini juga sudah terjadi sebelum akad al-hiwalah dilaksanakan. Jumlah utang muhil kepada muhal dan utang muhal’alaih kepada muhil jumlahnya tidak harus sama.

4) Sighat (ijab Kabul). Ijab Kabul ini harus dinyatakan secara tertulis.

b. Syarat-Syarat Hiwalah Syarat hiwalah ini berkaitan dengan Muhil, Muhal, Muhal Alaih dan Muhal Bih (hutang yang dipindahkan).

1) Syarat Muhil (Pemindah Hutang) Ia disyaratkan harus dengan dua syarat : 1) Syarat Muhil (Pemindah Hutang) Ia disyaratkan harus dengan dua syarat :

b) Kerelaan Muhil. Ini disebabkan karena hiwalah mengandungi pengertian pelupusan hak milik sehingga tidak sah jika ia dipaksakan. Ibn Kamal berkata dalam al Idah bahawa syarat kerelaan pemindah hutang diperlukan

ketika berlaku tuntutan. 30

Mayoritas ulama Hanafiah, Malikiah dan Syafi’iah berpendapat bahwa kerelaan muhal (orang yang menerima pindahan) adalah hal yang wajib dalam hiwalah karena hutang yang dipindahkan adalah haknya, maka tidak dapat dipindahkan dari tanggungan satu orang kepada yang lainnya tanpa kerelaannya. Demikian ini karena penyelesaian tanggungan itu berbeda-beda, bisa mudah, sulit, cepat dan tertunda-tunda. Hanabilah berpendapat bahwa jika muhal ‘alaih (orang yang berhutang kepada muhil) itu mampu membayar tanpa menunda-nunda dan tidak membangkang, muhal (orang yang menerima pindahan) wajib menerima pemindahan itu dan tidak

30 Nizaruddin,”Hiwalah Dan Aplikasi Dalam Lembaga Keuangan Syariah”, Hiwalah,Sharia Financial Institions(Metro:STAIN Jurai Siwo Metro) ,h. 7 .

diisyaratkan adanya kerelaan darinya. Mereka mendasarkan hal ini kepada hadist yang telah disebutkan di atas.

Alasan mayoritas ulama mengenai tidak adanya kewajibanmuhal (orang yang menerima pindahan) untuk menerima hiwalah adalah karena muhal ‘alaih kondisinya berbeda-beda ada yang mudah membayar dan ada yang menundanunda pembayaran. Dengan demikian, jika muhal ‘alaih mudah dan cepat membayar hutangnya, dapat dikatakan bahwa muhal wajib menerima hiwalah. Namun jika muhal ‘alaih termasuk orang yang sulit dan suka menunda-nunda memayar hutangnya, semua ulama

berpendapat muhal tidak wajib menerima hiwalah. 31 Persyaratan yang berkaitan dengan Muhil, ia disyaratkan

harus, pertama, berkemampuan untuk melakukan akad (kontrak). Hal ini hanya dapat dimiliki jika ia berakal dan baligh. Hawalah tidak sah dilakukan oleh orang gila dan anak kecil karena tidak bisa atau belum dapat dipandang sebagai orang yang bertanggung secara hukum. Kedua, kerelaan Muhil. Ini disebabkan karena hawalah mengandung pengertian kepemilikan sehingga tidak sah jika ia dipaksakan. Di samping itu persyaratan ini diwajibkan para fukoha terutama untuk meredam rasa

31 Nizaruddin, Hiwalah Dan Aplikasi Dalam Lembaga Keuangan Syariah., h. 8 .

kekecewaan atau ketersinggungan yang mungkin dirasakan oleh Muhil ketika diadakan akad hawalah.

2. Pembagian Akad hiwalah Ditinjau dari segi obyek akad, mazhab hanafi membagi dua bentuk hiwalah, yaitu: 32

a. Hiwalah Haq ( pemindahan hak ), yaitu apabila yang dipindahkan merupakan hak menurutt utang.

b. Hiwalah dain ( pemindahan utang ), yaitu jika dipindahkan itu kewajiban untuk membayar utang. Ditinjau dari sisi lain hiwalah dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Pemindahan sebagai ganti dari pembayaran utang pihak kedua, yang disebut hiwalah muqayyadah (pemindahan bersyarat)

b. Pemindahan utang yang tidak ditegaskan sebagai ganti dari pembayaran utang pihak pertama kepada pihak kedua yang disebut hiwalah mutlaqah (pemindahan mutlak).

D. Tujuan, manfaat dan tata cara pelaksanaan akad Hiwalah

1. Tujuan dan manfaat Tujuan hiwalah adalah untuk membantu supplier

mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan piutang. Untuk mengantisipasi risiko kerugian yang akan timbul, bank perlu

32 Mardani, Fiqih Ekonomi Syriah Fiqih Muamalah (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012), H. 269.

melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang berhutang dan kebenaran transaksi antara yang memindahkan piutang dengan yang

berhutang. 33 Seperti yang diuraikan diatas akad hiwalah dapat memberikan banyak sekali manfaat dan keuntungan, diantaranya:

a. Memungkinkan penyelesaian utang dan piutang dengan cepat dan simultan

b. Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan

c. Dapat menjadi salah satu fee-based incomel sumber pendapatan non pembiayaan bagi bank syariah.

d. Bagi pihak nasabah selaku klien dari bank akan mendapatkan instancash sehingga dapat meningkatkan cash flow perusahaan.

2. Tata cara pelaksanaan Hiwalah merupakan pengalihan hutang orang yang berhutang

kepada orang lain yang wajib menanggungnya, atau dalam istilah bahasa arab adalah pemindahan beban hutang dari muhil ( orang yang berhutang ) menjadi tanggungan muhal’alaih ( orang yang berkewajiban membayar hutang).

33 Adiwarman Karim, Bank Islam, ( Jakarta : Pt Rajagrafindo Persada,2004),h. 95.

Kontrak hiwalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada hal-hal berikut ini: 34

a. Factoring/anjak piutang, dimana nasabah yang memiliki piutang kepada pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank. Bank lalu membayar piutang tersebut dan bank menagihnya dari pihak ketiga tersebut,

b. Post-dated check, diman bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut,

c. Bill discounting, secara prinsip, billdiscounting serupa dengan hiwalah,hanya saja, dalam billdiscounting, nasabah harus membayar fee, sedangkan pembahasan fee tisak didapati dalam kontrak hiwalah.

34 Ismail,Perbankan Syariah, h. 209.

Keterangan:

a. Supplier menyuplai barang / memberikan hutang kepada nasabah. Setelah jangka waktu penagihan, supplier menagih nasabah untuk membayar hutang. Nasabah tidak sanggup membayar hutangnya, kemudaian nasabah meminta bantuan kepada bank untuk membayarkan hutangnya ke supplier. Atas persetujuan bersama antara supplier, nasabah, dan bank. Bank mambayarkan hutangnnya nasabah ke supplier.

b. Supplier menagih hutangnya nasabah ke bank.

c. Bank membayarkan hutangnya nasabah ke supplier. (disinilah terjadi akad hiwalah

d. Setelah membayarkan hutangnya nasabah ke supplier, bank menagih hutang ke nasabah

e. Nasabah membayar hutang ke bank dengan cara diangsur/kredit.

E. Berahirnya akad hiwalah dan beban muhil setelah akad hiwalah.

1. Berahirnya akad hiwalah Akad hiwalah akan berakhir oleh hal-hal berikut ini : 35

a. Karena dibatalkan atau fasakh. Ini terjadi jika akad hiwalah belum dilaksanakan sampai tahapan akhir lalu difasakh. Dalam keadaan ini hak penagihan dari Muhal akan kembali lagi kepada Muhil.

b. Hilangnya hak Muhal Alaih karena meninggal dunia atau bangkrut atau ia mengingkari adanya akad hiwalah sementara Muhal tidak dapat menghadirkan bukti atau saksi.

c. Jika Muhal alaih telah melaksanakan kewajibannya kepada Muhal. Ini berarti akad hiwalah benar-benar telah dipenuhi oleh semua pihak.

d. Meninggalnya Muhal sementara Muhal alaih mewarisi harta hiwalah karena pewarisan merupakah salah satu sebab kepemilikan. Jika akad ini hiwalah muqoyyadah, maka berakhirlah sudah akad hiwalah itu menurut madzhab Hanafi.

e. Jika Muhal menghibahkan atau menyedekahkan harta hiwalah kepada Muhal Alaih dan ia menerima hibah tersebut.

f. Jika Muhal menghapusbukukan kewajiban membayar hutang kepada Muhal Alaih.

35 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Perbankan Syari’ah, ( Jakarta : Zikrul Hakim),h . 30.

2. Beban Muhil Setelah Akad Hiwalah Apabila hiwalah berjalan sah, dengan sendirinya tanggung jawab muhil gugur. Andaikata muhal ‘alaih mengalami kebangkrutan atau membantah hiwalah atau meninggal dunia, maka muhal tidak boleh kemali lagi kepada muhil, hal ini adalah pendapat ulama jumhur. 36

Menurut madzhab Maliki, bila muhil telah menipu muhal, ternyata muhal ‘alaih orang fakir yang tidak memiliki sesuatu apapun untuk membayar, maka muhal boleh kembali lagi kepada muhil. Menurut imam Malik, orang yang menghiwalahkan hutang kepada orang lain, kemudian muhal ‘alaih mengalami kebangkrutan atau meninggal dunia dan ia belum membayar kewajiban, maka muhal tidak boleh

kembali kepada muhil. 37 Abu Hanifah, Syarih dan Ustman berpendapat bahwa dalam

keadaan muhal ‘alaih mengalami kebangkrutan atau meninggal dunia, maka orang yang menghutangkan (muhal) kembali lagi kepada muhil untuk menagihnya.

a. Syarat Muhal (Pemiutang Asal) Ia terdiri dari tiga syarat :

1) Ia harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan kontrak. Ini sama dengan syarat yang harus dipenuhi oleh Muhil.

36 Sayyidsabiq, Fikih Sunnah 13, h. 42. 37 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada,2002), h.103

2) Kerelaan dari Muhal karena tidak sah jika hal itu dipaksakan.

3) Penerimaan penawaran hendaklah berlaku dalam majlis aqad. Ini adalah syarat beraqad. 38

Mayoritas ulama Malikiah, Syafi’iah dan Hanabilah berpendapat bahwa tidak ada syarat kerelaan muhal ‘alaih, ini berdasarkan hadist yang artinya: jika salah seorang diantara kamu sekalian dipindahkan hutangnya kepada orang kaya, ikutilah (terimalah). (HR.Bukhari dan Muslim). Di samping itu, hak ada pada muhil dan ia boleh menerimanya sendiri atau mewakilkan kepada orang lain. Hanafiah berpendapat bahwa diisyaratkan adanya kerelaan muhal ‘alaih karena setiap orang mempunyai sikap yang berbeda dalam menyelesaikan urusan hutang piutangnya, maka ia tidak wajib dengan sesuatu yang bukan menjadi kewajibannya. Pendapat yang rajih (valid) adalah tidak disyaratkan adanya kerelaan muhal ‘alaih. Dan muhal ‘alaih akan membayar hutangnya dengan jumlah yang sama kepada siapa saja dari keduanya.

b. Syarat Muhal Alaih (Penerima Pindah Hutang)

1) Sama dengan syarat pertama bagi Muhil dan Muhal iaitu berakal dan baligh.

38 Wahbah Zulaihi, Al-Fiqh Al Islamy Wa Addillatuh, Juz 5, Dar Al-Fikr, Damaskus, 1986, h. 143

2) Kerelaan. Kalau ada unsur-unsur paksaan dala penerimaan pindah hutang, aqadnya tidak sah Ulama Maliki tidak mensyaratkan kerelaan bagi penerima hiwalah.

3) Penerimaan hendaklah dibuat dalam majlis aqad. Menurut Abu Hanifah da Muhammad, syarat ketiga ini adalah syarat

beraqad. 39 Persyaratan yang berkaitan dengan Muhal Alaih. Pertama, sama dengan syarat pertama bagi Muhil dan

Muhal yaitu berakal dan balig. Kedua, kerelaan dari hatinya karena tidak boleh dipaksakan. Ketiga, ia menerima akad hawalah dalam majlis atau di luar majlis.

c. Syarat Muhal Bih (Hutang). Para ulama sekata bahawa hutang yang dipindahkan memenuhi dua syarat:

1) Ia hendaklah hutang yang berlaku pada pemiutang da pemindah hutang. Sekiranya ia bukan hutang, kedudukan aqadnya menjadi perwakilan. Implikasinya, hiwalah dalam bentuk baran yang ada tidak sah, karena ia tidak sabit dalam tanggungan.

2) Hutang tersebut hendaklah berbentuk hutang lazim. Hutang yang tidak lazim tidak sah dipindahkan, seperti bayaran ganjaran yang mesti dibayar oleh hamba makatab (hamba yang dibenarkan menebus diri dengan bayaran), karena

39 Wahbah Zulaihi, Al-Fiqh Al Islamy Wa Addillatuh, Juz 5, Dar Al-Fikr, Damasku., h. 167 39 Wahbah Zulaihi, Al-Fiqh Al Islamy Wa Addillatuh, Juz 5, Dar Al-Fikr, Damasku., h. 167

jaminan, ia tidak sah juga untuk dipindah-pindahkan. 40 Persyaratan yang berkaitan dengan Muhal Bih. Pertama, ia

harus berupa hutang dan hutang itu merupakan tanggungan dari Muhil kepada Muhal. Kedua, hutang tersebut harus berbentuk hutang lazim artinya bahwa hutang tersebut hanya bisa dihapuskan dengan pelunasan atau penghapusan.

F. Pembiayaan pendidikan dengan akad hiwalah Factor biaya memegang peranan yang sangat penting dalam

pembangunan pendidikan. Melihat sangat pentingnya peranan biaya pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di satu sisi, sedangkan di sisi yang lain masih banyak orang yang belum mengenal dan

memahami kompleksitas biaya pendidikan. 41 Melihat sangat pentingnya peranan biaya pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di

satu sisi, sedangkan di sisi yang lain masih banyaknya orang yang belum mengenal dan memahami kompleksitas biaya pendidikan.

Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung dan tidak langsung, biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan-kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat pembelajaran, sarana belajar, biaya trasportasi, gaji guru, baik yang

40 Ibid, h. 148. 41 I Nyoman Natajaya,”Factor Biaya Sebagai Masukan Dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan”,Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran Ikip Negri Singaraja,(Fakulta Pendidikan Ips IKIP Negri Singaraja), No. 1 Th, XXXVI Januari 2003.

dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua maupun sendiri. Sedangan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang yang dikorbankan oleh siswa selsma belajar. Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain, yaitu sisi anggran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur. Sedangkan anggaran dasar pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan

setiap tahun untuk kepentingan sekolah. 42 Masalah pendidikan adalah suatu gejala universal yang melanda

setiap Negara, baik Negara maju maupun Negara berkembang. Pada sisi lain mutu pendidikan sebagai upaya dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas meruoakan tuntutan yang harus seiring dengan laju pembangunan bangsa. Disamping itu, kebijakan UUSPN No. 2 1989 tentang penyelenggaraan pendidikan yang diatur melalui sistem pendidikan nasional, yang secara nyata melibatkan berbagai kompnen pendidikan seperti : penyediaan sarana dan pra-sarana baik fisik maupun non-fisik, samapi saat ini juga masih merupakan masalah yang memerlukan cara pengaturan yang efektif dan efesiensi agar pelaksanaan sistem pendidikan nasional dapat

berjalan sesuai dengan tujuan yang ditargetkan. 43 Semua permasalahan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut, jika ditelaah secara mendalam akhirnya

akan mengarah pada satu bagian yang mndasar, yaitu penyediaan dana atau

43 www.fifianggrn/2015/tentang-biaya-pendidikan. Lantip Diat Prasojo,”Financial Resources Sebagai Factor Penentu Dalam

Implementasi Kebijakan Pendidikan, Jurnal Internasional”(Yogyakrta:Fakultas Ilmu Pendidikan) Implementasi Kebijakan Pendidikan, Jurnal Internasional”(Yogyakrta:Fakultas Ilmu Pendidikan)

Mengacu pada konsep efektivitas dan efesiensi, tentunya secara operasional pengalokasian biaya pendidikan memerlukan perhatian tersendiri karena sektor pendidikan merupakan sector pelayanan public yang tidak mudah disejajarkan dengan bentuk perusahaan pada kepentingan politik yang menyentuh berbagai lapisan masyarakat. Besarnya anggaran biaya pendidikan dan makin berkembangnya tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap sector pendidikan adalah konsekuensi politis dimana profesiobalisme pengelolaan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah semakin diperlukan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, yang pada operasionalnya memiliki perbedaan

pengertian untuk setiap periode/tahap pembangunan. 45 Biaya pendidikan di tentukan oleh berbagai faktor, anatara lain :

besar kecilnya sebuah institusi pendidikan, jumlah siswa, tingkat gaji guru atau dosen yang disebabkan oleh bidang keahlian atau tingkat pendidikan, ratio siswa perbandingan guru/ dosen, kualifikasi guru, tingkat pertumbuhan penduduk (hhususnya dinegara berkembang), perubahan kebijakan dari penggajian/ pendapatan. Sistem biaya pendidikan merupakan proses diaman pendapatan dari sumber daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoprasionalkan sekolah. Sitem biaya pendidikan sangat berfarisasi

44 Nanang Fattah,”pembiayaan pendidikan landasan teoridan studi empiris”,pendidikan dasar,Nomor 9 april 2008 45