pengembangan kurikulum anomali dosa memahami

PENGEMBANGAN KURIKULUM SERTA PRINSIP DAN LANDASANNYA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
DETIRA PUTRI
NPM : 1006010020

DOSEN PEMBIMBING : SRI MULIATIK, S.Pd
MATA KULIAH : BELAJAR PEMBELAJARAN

SEMESTER III
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AL WASHLIYAH
MEDAN
2011


1. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada
dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam
pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam
kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu,
dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi
penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga
pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan
dalam suatu pengembangan kurikulum.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok :
1. prinsip – prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas;
2. prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan
dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar
mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip
berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.

Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam
pengembangan kurikulum, yaitu :

1. Prinsip relevansi;
Secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen
kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal
bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan
dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi
psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
2. Prinsip fleksibilitas;
Yaitu dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat
luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaianpenyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta
kemampuan dan latar bekang peserta didik.

3. Prinsip kontinuitas;
Yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara
horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan
kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara
jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
4. Prinsip efisiensi;
Yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu,
biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya
memadai.

5. Prinsip efektivitas;
Yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan
yang

mubazir,

baik

secara

kualitas

maupun

kuantitas.

Ada berbagai prinsip pengembangan kurikulum yang merupakan kaidah yang menjiwai
kurikulum tersebut. Pengembangan kurikulum dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah
berkembang didalam kehidupan sehari-hari atau menciptakan prinsip-prinsip baru. Oleh sebab
itu, mungkin terjadi suatu kurikulum menggunakan prinsip yang berbeda dengan

kurikulum lain. Berbagai prinsip tersebut diantaranya yakni :
a. Prinsip relevansi
Apabila pengembangan kurikulum dengan memilih jabaran komponen-komponenkurikulum
agar sesuai (relevan) dengan berbagai tuntutan, maka pada saat itu ia sedang menerapkan
prinsip relevansi pengembangan kurikulum. Relevansi berarti sesuai antara komponen tujuan,
isi/ pengalaman belajar, organisasi, dan evaluasi kurikulum, dan juga sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Nana Sy Sukmadinata (1988:167-168) membedakan relevansi menjadi
dua macam, yakni relevansi keluar maksudnya
b. Prinsip Kontinuitas
c. Prinsip flesibilitas
2. Landasan Pengembangan Kurikulum
Ada empat landasan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
Landasan Filosofis, landasan Psikologis, landasan Sosiologis dan landasan Organisatoris.

1. Landasan Filosofis
Filosofis artinya berdasarkan filsafat. Sedangkan Filsafat itu sendiri berasal dari bahasa
yunani, yaitu dari kata “philos“ dan “sophia“. Philos, artinya cinta yang mendalam, dan
sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat secara harfiah dapat
diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan. Filsafat sangat penting karena harus
dipertimbangkan dalam mengambil keputusan tentang aspek kurikulum. Untuk itu tiap

keputusan harus ada dasarnya. Jadi filsafat adalah cara berfikir yang sedalam-dalamnya, yakni
sampai akar-akarnya tentang hakikat sesuatu.
Para pengembang kurikulum harus mempunyai filsafat yang jelas tentang apa yang mereka
junjung tinggi. Terdapat berbagai aliran filsafat yang masing-masing dengan dasar pemikiran
sendiri, berikut adalah beberapa aliran dalam filosofis pendidikan:
a. Aliran Perennialisme
Aliran ini bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui pengetahuan yang
abadi, universal dan absolut atau perennial. Kurikulum yang diinginkan oleh aliran ini terdiri
atas subyek atau mata pelajaran yang terpisah sebagai disiplin ilmu dengan menolak
penggabungan seperti IPA atau IPS. Hanya mata pelajaran yang sungguh mereka anggap
dapat mengembangkan kemampuan intelektual seperti matematika, fisika, kimia, biologi yang
diajarkan, sedangkan yang berkenaan dengan emosi dan jasmani seperti seni rupa, olah raga
sebaiknya dikesampingkan. Pelajaran yang diberikan termasuk pelajaran yang sulit karena
memerlukan intelegensi tinggi. Kurikulum ini memberi persiapan yang sungguh-sungguh bagi
studi diperguruan tinggi.
b. Aliran Idealisme
Filsafat ini berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari dunia supra-natural dari tuhan.
Boleh dikatakan semua agama menganut filsafat idealisme.filsafat ini umumnya diterapkan
disekolah yang berorientasi religius. Semua siswa diharuskan mengikuti pelajaran agama,
menghadiri khotbah dan membaca kitab suci. Biasanya disiplin termasuk ketat, pelangggaran

diberi hukuman yang setimpal bahkan dapat dikeluarkan dari sekolah.namun pendidikan
intelektual juga sangat diutamakan dengan menetukan satandar mutu yang tinggi.
c. Aliran Realisme
Filsafat realisme mencari kebenaran di dunia ini sendiri. Melalui pengamatan dan penelitian
ilmiah dapat ditemukan hukum-hukum alam. Mutu kehidupan senantiasa dapat ditingkatkan

melalui kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan hidup ialah memperbaiki
kehidupan melalui penelitian ilmiah.
d. Aliran Pragmatisme
Aliran ini juga disebut aliran instrumentalisme atau utilitarianisme dan berpendapat bahwa
kebenaran adalah buatan manusia berdasarakan pengalamannya. Tidak ada kebenaran mutlak,
kebenaran adalah tentatif (sementara) dan dapat berubah. Tugas guru bukan mengajar dalam
arti menyampaikan pengetahuan, melainkan memberi kesempatan kepada anak untuk
melakukan berbagai kegiatan guna memecahkan masalah. Pengetahuan yang diperoleh bukan
dengan mempelajari mata pelajaran, melainkan karena digunakan secara fungsional dalam
memecahkan masalah.
e. Aliran Eksistensialisme
Filsafat ini mengutamakan individu sebagai aktor dalam menentukan apa yang baik dan benar.
Norma-norma hidup berbeda secara individual dan ditentukan masing-masing secara bebas,
namun dengan pertimbangan jangan menyinggung perasaan orang lain. Tujuan hidup adalah

menyempurnakan diri, merealisasikan diri. Sekolah yang berdasarkan eksistensialisme
mendidik anaka aggar menentukan pilihan dan keputusan sendiri dengan menolak otoritas
orang lain. Ia harus bebas berpikir dan mengambil keputusan sendiri secara bertanggung
jawab. Sekolah ini menolak segala kurikulum, pedoman, instruksi, buku wajib, dll dari pihak
luar. Anak harus mencari identitasnya sendiri, menentukan standarnya sendiri dan
kurikulumnya sendiri. Dengan sendirinya mereka tidak dipersiapkan untuk menempuh ujian
nasional.
2. Landasan Psikologis
a. Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Implikasi dari perkembangan peserta didik terhadap pengembangan kurikulum yaitu:
Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat dan
kebutuhannya. Disamping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (Program inti) yang
wajib dipelajari setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran pilihan yang sesuai dengan
minat anak. Kurikulum disamping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan juga
menyediakan bahan ajar yang nersifat akademik. Bagi anak yang berbakat dibidang akademik
diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan selanjutnya. Kurikulum
memuat tujuan–tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai atau sikap, dan keterampilan
yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan batin.

b. Psikologi Belajar

Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam
tiga rumpun yaitu:
1) Teori Daya (Disiplin Mental).
Menurut teori ini sejak kelahirannya (heredities)anak telah memiliki potensi-potensi atau
daya-daya tertentu (Faculties) yang masing-masing memiliki fungsi tertentu, seperti
potensi/daya mengingat, daya berpikir daya mencurahkan pendapat daya mengamati, daya
memecahkan masalah, dan daya-daya lainnya. Karena itu pengertian mengajar menurut teori
ini adalah melatih peserta didik dalam daya- daya itu, cara mempelajarinya pada umumnya
melalui hapalan dan latihan.
2) Teori Behavorisme
Rumpun teori ini mencakup tiga teori, yaitu teori Koneksionisme atau teori Asosiasi, teori
Kondisioning, dan teori Reinforcement (Operent Conditioning), Rumpun teori Behaviorisme
berangkat dari asumsi bahwa individu tidak membawa potensi sejak lahir. Perkembangan
individu ditentukan oleh lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat) Teori Koneksionisme
atau teori Asosiasi adalah kehidupan tunduk kepada hukum stimulus-respon atau aksi-reaksi.
Belajar pada dasarnya merupakan hubungan antara stimulus-respon. Belajar merupakan upaya
untuk membentuk hubungan stimulus-respon. Belajar merupakan upaya untuk membentuk
hubungan stimulus-respon sebanyak-banyaknya.
3) Teori Organismik atau Gestalt
Teori ini mengacu kepada pengertian bahwa keseluruhan lebih bermakna dari pada bagianbagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian. Manusia dianggap sebagai mahluk

organisme yang melakukan hubungan timbal balik dengan lingkungan secara keseluruhan,
hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon.
3.Landasan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar
individu, antar golongan, antar lembaga sosial atau masyarakat. Di dalam kehidupan kita tidak
hidup sendiri, namun hidup dalam suatu masyarakat. Dalam lingkungan itulah kita memiliki
tugas yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sebagai bakti kepada
masyarakat yang telah memberikan jasanya kepada kita.

Tiap masyarakat memiliki norma dan adat kebiasaan yang harus dipatuhi. Norma dan adat
kebiasaan tersebut memiliki corak nilai yang berbeda-beda, selain itu masing-masing dari kita
juga memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Hal inilah yang menjadi
pertimbangan dalam pengembangan sebuah kurikulum, termasuk perubahan tatanan
masyarakat akibat perkembangan IPTEK. Sehingga masyarakat dijadikan salah satu asas
dalam pengembangan kurikulum.
Ada beberapa faktor yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan kurikulum dalam
masyrakat, antara lain ;
a. Kebutuhan masyarakat
Kebutuhan masyarakat tak pernah tak terbatas dan beraneka ragam. Oleh karena itu lembaga
pendidikan berusaha menyiapkan tenaga-tenaga terdidik yang terampil yang dapat dijadikan

sebagai penggali kebutuhan masyarakat.
b. Perubahan dan perkembangan masyarakat
Masayarakat adalah suatu lembaga yang hidup, selalu berkembang dan berubah. Perubahan
dan perkembangan nilai yang ada dalam masyarakat sering menimbulkan konflik antar
generasi. Dengan diadakannya pendidikan diharapkan konflik yang terjadi antar generasi
dapat teratasi.
c. Tri pusat pendidikan
Yang dimaksud dengan tri pusat pendidikan adalah bahwa pusat pendidikan dapat bertempat
di rumah, sekolah , dan di masyarakat. Selain itu mass media, lembaga pendidikan agama,
serta lingkungan fisik juga dapat berperan sebagai pusat pendidikan.
4. Landasan Organisatoris
Landasan ini berkenaan dengan organisasi kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum perlu
di susun suatu desain yang tepat dan fungsional. Dilihat dari organisasinya ada tiga tipe
bentuk kurikulum:
a. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah(separated subject
curriculum)
b.

Kurikulum


yang

berisi

sejumlah

hubungkan(Correlated curriculum)

mata

pelajaran

yang

sejenis

di

hubung-

c. Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/ hampir semua mata pelajaran(integrated
curriculum)

Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan
utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya;
dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi..Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan
secara ringkas keempat landasan tersebut.
1. Landasan Filosofis
2. Landasan Psikologis
3. Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu
rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa
pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan
masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan
lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal
dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan
masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan
sekaligus acuan bagi pendidikan. Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul
manusia-manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui
pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan
masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan
dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di
masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya
tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah
satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara
berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber
dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk
melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di
sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui
pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan
membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang
dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada
perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional
maupun global.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan
melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan
keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga
diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk
berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan
menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif terhadap
ketidakpastian.

Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang
transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena
itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan
hidup manusia.
Kurikulum merupakan wahana belajar-mengajar yang dinamis sehingga perlu dinilai
dan dikembangkan secara terus-menerus dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan yang
ada dalam masyarakat (Dekdibud, 1986:1). Agar pengembangan kurikulum dapat berhasil
sesuai dengan yang diinginkan, maka dalam pengembangan kurikulum diperlukan landasanlandasan kurikulum. Landasan-landasan tersebut antara lain :

a. Landasan filosofis
Pendidikan ada dan berada dalam kehidupan masyarakat sehingga apa yang dikehendaki oleh
masyarakat untuk dilestarikan diselenggarakan melalui pendidikan (dalam arti luasnya) (Raka
Joni, 1983:6). Landasan filosofis pengembangan kurikulum adalah hakekat realitas, ilmu
pengetahuan, sistem nilai, nilai kebaikan, keindahan, dan hakekat pikiran yang ada dalam
masyarakat. Secara logis dan realistis, landasan filosofis pengembangan kurikulum dari suatu
sistem pendidikan yang berbeda dengan sistem pendidikan yang lain. Juga landasan filosofis
pengembangan kurikulum dari suatu lembaga berbeda dengan lembaga yang lain.
b. Landasan Sosial-Budaya-agama
Realitas sosial-budaya-agama yang ada dalam masyarakat merupakan bahan kajian
pengembangan kurikulum untuk digunakan sebagai landasan pengembangan kurikulum. Nilai
sosial-budaya masyarakat bersumber pada hasil karya akal budi manusia sehingga dalam
menerima , menyebarluaskan, melestarikan / melepaskannya manusia menggunakan akalnya.
Oleh karena itu sosial budaya bersifat sementara bila dibandingkan dengan nilai agama karena
nilai agama berhubungan erat dengan kepercayaan. Untuk melaksanakan penerimaan,
penyebarluaskan, pelestarian, atau penolakan dan pelepasan nilai-nilai sosial-budaya-agama.
Maka masyarakat memanfaatkan pendidikan yang dirancang melalui kurikulum.
c. Landasan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni
Pendidikan merupakan usaha menyiapkan subjek didik (siswa) menghadapi lingkungan hidup
yang mengalami perubahan yang semakin pesat (Raka Joni, 1983:25).ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah nilai-nilai yang bersumber pada fikiran atau logika , sedangkan seni
bersumber pada perasaan atau estetika. Mengingat pendidikan merupakan upaya penyiapan
siswa menghadapi perubahan yang semakin pesat, termasuk didalamnya perubahan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni maka kurikulum haruslah berlandaskan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni (ipteks).
d. Landasan Kebutuhan Masyarakat
Adanya falsafah hidup, perubahan sosial-budaya-agama, perubahan ipteks dalam suatu
masyarakat akan merubah pula kebutuhan masyarakat. Selain itu, kebutuhan masyarakat juga
dipengaruhi oleh kondisi masyarakat itu sendiri. Adanya perbedaan antara masyarakat modern
dengan masyarakat pedesaan yang sebagian besar disebabkan oleh kualitas individu-individu
yang menjadi anggota masyarakat tersebut. Disisi lain kebutuhan masyarakat pada umumnya
juga berpengaruh terhadap anggota masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum

yang hanya berdasarkan pada ketrampilan dasar saja tidak akan memenuhi kebutuhan
masyarakat modern yang bersifat teknologis. Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan
pada pengembangan individu yang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan sosial
setempat. Dari uraian sebelumnya, jelaslah disini bahwa salah satu landasan pengembangan
kurikulum adalah kebutuhan masyarakat yang dilayani melalui kurikulum yang
dikembangkan.
e. Landasan Perkembangan Masyarakat
Salah satu ciri dari masyarakat adalah selalu berkembang. Mungkin pada masyarakat tertentu
perkembangannya sangat lambat, tetapi masyarakat lainnya cepat bahkan sangat cepat (Nana
Sy. Sukmadinata, 1988:66). Perkembangan masyarakat dipengaruhi oleh falsafah hidup, nilainilai, ipteks, dan kebutuhan yang ada dalam masyarakat. Untuk menciptakan proses
pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangannya
berupa kurikulum yang landasan pengembangannya berupa perkembangan masyarakat itu
sendiri.