Peran pusat pengembangan pendamping usaha kecil dan menengah (P3UKM) dalam pengembangan UKM di kota Sukabumi

(1)

PERAN PUSAT PENGEMBANGAN PENDAMPING USAHA

KECIL DAN MENENGAH (P3UKM) DALAM

PENGEMBANGAN UKM DI KOTA SUKABUMI

Oleh:

RIDWAN FACHRUDDIN NIM: 104046101660

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt, karena dengan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sehingga dapat menyelesaikan Program Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam semoga Allah swt senantiasa curahkan kepada teladan kita sepanjang hidup Nabi Muhammad saw, semoga dengan membaca shalawat beliau kita memperoleh syafaatnya di hari kiamat nanti.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, membimbing dan memotivasi penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:

1. Orang tua tercinta, ayahanda Drs. H. Jazuli Azhari dan ibunda Hj. Didah Farida, S.Pd.I karena merekalah penulis dapat seperti sekarang. Adik- adikku tersayang Fajar Fitriadi, Fahmi Arvanriyadi, Fahri Ali Azhari dan Faiza Alisa Zulfa yang senantiasa menjadi motivasi hidup.

2. Prof. Dr. H. Amin Suma, S.H., M.A., M.M. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

3. Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Mu’min Rouf, M.A. selaku Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), beserta staf-staf di Program Studi Muamalat.

4. Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya bagi penulis.

5. Riki Koswara, S.IP. selaku pendamping individu UKM di Kota Sukabumi dan staf P3UKM Jawa Barat.

6. Pengurus Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Citra Insania Nurkamila, S.Ds yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi untuk senantiasa berbuat yang terbaik.

8. Bapak Marzuki Usman sebagai motivator hidup dan kehidupan. Teman-teman yang selalu mendukung dan membantu penulis baik moril maupun materiil seperti Koni Rumaini Aziz, Roni Hamdani, Sriliana, Darul Qatni, Cecep Suyudi, Hamba Fauzi dan Najibulmillah. Teman-teman di Ikatan Abituren Darul Arqam Muhammadiyah (IKADAM) Jakarta dan PP IPM.

9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal baik mereka diterima Allah swt dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Jakarta, 21 Jumadil Akhir 1432 H 25 Mei 2011 M


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR TABEL ... iii iv vi ix x

BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... D. Revieu Studi Terdahulu ... E. Metode Penelitian ... F. Pedoman Penulisan ... G. Sistematika Penulisan ...

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN UMKM

A. Pemberdayaan dan Pembinaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ... B. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ...

PROGRAM PENGEMBANGAN UMKM OLEH P3UKM DI

1 8 9 9 13 16 16

19 22


(8)

BAB IV

BAB IV

KOTA SUKABUMI

A. Profil P3UKM Jawa Barat ... B. Kegiatan Yang Telah Dilaksanakan ... C. Mitra Kerja ... D. Daftar Pendamping UKM ... E. Analisis SWOT ...

POLA DAN PERAN PENDAMPING INDIVIDU P3UKM DALAM PENGEMBANGAN UKM BINAAN DI KOTA SUKABUMI

A. Pola Pemberdayaan dan Pembinaan UKM oleh Pendamping Individu ... B. Pengaruh dan Peranan dalam Perkembangan UKM Binaan .... C. Potensi dan Masalah dalam Pelaksanaan Pendampingan UKM Binaan ... D. Alternatif Solusi Pengembangan Potensi dan Pemecahan Masalah ...

PENUTUP

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

37 43 48 51 60

63 80

85

88

90 91


(9)

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi P3UKM ……….……. 42 Gambar 3.2 Proses seleksi, pelatihan dan sertifikasi Jasa PUKM Mitra ………... 50 Gambar 4.1 Skema Pola Pendampingan UMKM ……….…. 65 Gambar 4.2 Jumlah Tenaga Kerja UKM Binaan ……….. 80 Gambar 4.3 Omzet UKM Pertahun ………...…… 82


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5

Jumlah unit usaha UMKM dan usaha besar Tahun 2008-2009 …. Kontribusi UMKM dan usaha besar terhadap tenaga kerja Tahun 2008-2009 ……….. Kontribusi UMKM dan usaha besar terhadap PDB Menurut harga berlaku tahun 2008-2009 ………. Kontribusi UMKM dan usaha besar terhadap PDB menurut harga konstan tahun 2008-2009 ………. Kontribusi UKM dan usaha besar terhadap total ekspor non migas tahun 2008-2009 ……….. Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank yang telah Bekerjasama dengan PUKM Mitra P3UKM Tahun 2004-2010 ………. Daftar Nama PUKM Mitra P3UKM Periode 2003-2010 ……….. Data UMKM Binaan PUKM Kota Sukabumi ………... Realisasi Pembiayaan/Kredit Perbankan Kepada UMKM Binaan Kota Sukabumi ………... Partisipasi UKM Binaan Dalam Pelatihan UKM …………..…… Partisipasi UKM Binaan Dalam Pameran UKM ……… Pelaksanaan Program Pendampingan Koperasi dan UKM Kota Sukabumi ………...

27 28 29 30 30 49 51 66 69 70 72 76


(12)

Tabel 4.6 Tabel 4.7

Perkembangan UKM Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ………. Perkembangan UKM Berdasarkan Omzet Usaha ………..

80 82


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perjalanan bangsa ini dalam membangun perekonomian nasional memang sangat panjang, dari mulai Orde Lama, Orde Baru hingga Orde Reformasi dan pascareformasi. Dari perjalanan yang amat panjang tersebut, lahirlah konsep ekonomi yang berlandaskan pada nilai-nilai pemberdayaan dan pembangunan masyarakat khususnya kelas menengah dan bawah yaitu Konsep Ekonomi Kerakyatan.

Konsep Ekonomi Kerakyatan adalah gagasan tentang cara, sifat, dan tujuan pembangunan dengan sasaran utama perbaikan nasib rakyat pada umumnya bermukim di pedesaan. Konsep ini mengadakan perubahan penting ke arah kemajuan, khususnya ke arah pendobrakan ikatan serta halangan yang membelenggu sebagian besar rakyat Indonesia dalam keadaan serba kekurangan dan keterbelakangan.1

Salah satu implikasi dari Konsep Ekonomi Kerakyatan adalah munculnya unit-unit usaha kecil yang bernama Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang selanjutnya disebut UMKM. Di negara-negara berkembang pada umumnya, dan

1

Sarbini Sumawinata, Politik Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 161.


(14)

Indonesia pada khususnya, UMKM merupakan salah satu pemain ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan meningkatkan distribusi pendapatan secara merata. Selain itu, UMKM juga memiliki peranan yang cukup strategis dalam memberdayakan ekonomi masyarakat di akar rumput yang sulit untuk masuk ke sektor-sektor formal.

Dalam kenyataannya, kontribusi UMKM yang cukup strategis dalam bidang penyerapan tenaga kerja dan peningkatan distribusi pendapatan belum mampu mendorong Pemerintah untuk memberikan perhatian yang lebih besar kepada sektor ini. Hal ini dapat dilihat dari perjalanan industrialisasi di Indonesia yang mengakibatkan UMKM kurang dianggap dan belum mendapatkan perhatian serta kebijakan yang optimal, sehingga industrialisasi sangat nyata dirasakan oleh usaha skala besar.

Menurut Didin Hafidhuddin (2002), kebijakan yang mengandung bias ini memberi dampak yang tidak terlalu favourable terhadap perkembangan serta pertumbuhan output di industri kecil dan rumah tangga. Padahal, kelompok ini sangat penting terutama karena menyerap jauh lebih banyak jumlah tenaga kerja dan secara potensial sangat berguna untuk meningkatkan tingkat efisiensi dan fleksibilitas industri nasional melalui fungsinya sebagai subkontraktor dari kelompok industri yang lebih besar.2

2

Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002) h. 85.


(15)

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan UMKM Republik Indonesia pada tahun 2009 dalam lingkup perekonomian nasional, usaha mikro menguasai pangsa pasar 98,88% dari jumlah pelaku ekonomi di Indonesia atau berjumlah 52.176.795 unit usaha. Usaha kecil berjumlah 546.675 unit usaha atau 1,04%, usaha menengah sekitar 41.133 unit atau 0,08% dan usaha besar berjumlah 4.677 usaha atau sekitar 0,01%. Namun dalam hal kontribusi terhadap total ekspor nonmigas sektor UMKM hanya menguasai 17,02% atau sebesar Rp. 162.254,5 milyar, sedangkan usaha besar menguasai 82,98% atau sebesar Rp. 790.835,3 milyar3

Di Kota Sukabumi, jumlah UKM yang tercatat sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Sukabumi Tahun 2009 berjumlah 15.441 unit. Namun sangat disayangkan bahwa pengembangan UKM di Kota Sukabumi masih belum optimal karena dari jumlah UKM yang ada, hanya sekitar 100 UKM yang telah mendapatkan pendampingan secara komprehensif.4

3 Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UMKM, “Microfinance in National

Government Projects.” Pada Indonesia Microfinance Conference II, 2 Desember 2009 (Jakarta: Indonesia Microfinance Association, 2009), h.21.

4

Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukabumi, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sukabumi: Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota


(16)

Hal inilah yang harus terus diperhatikan dan dikembangkan khususnya oleh pemerintah baik pusat maupun daerah berupa berbagai kebijakan yang mendukung pengembangan UMKM karena UMKM memiliki potensi dan peluang untuk terus berkembang bahkan mampu bersaing di tingkat regional dan internasional. Beberapa potensi dan peluang tersebut adalah :

1. UMKM merupakan mayoritas pelaku usaha di Indonesia. 2. Masih besarnya pangsa pasar dalam negeri bagi pelaku UMKM.

3. UMKM lebih banyak menggunakan bahan baku lokal dengan dukungan sumber daya alam Indonesia.

4. Komposisi modal sendiri lebih besar dari modal luar. 5. Kebutuhan pembiayaan tidak terlalu besar.

6. NPL/NPF kredit perbankan masih di bawah 5%. 7. Lebih fleksibel terhadap krisis ekonomi global.5

Beberapa kelemahan internal juga masih menjadi permasalahan mendasar yang harus segera diselesaikan sehingga terbentuk UMKM yang profesional dan berdaya saing internasional. Beberapa kelemahan tersebut adalah :6

1. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen.

5

Presentasi Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UMKM pada Indonesia Microfinance Conference II, Jakarta, 2 Desember 2009.

6

Presentasi Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan pada Indonesia Microfinance Conference II, Jakarta, 2 Desember 2009.


(17)

2. Kelemahan struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur akses terhadap sumber-sumber permodalan.

3. Kelemahan memperoleh peluang (akses pasar) dan memperbesar pangsa pasar.

4. Keterbatasan pemanfaatan akses dan dan penguasaan teknologi terapan. 5. Rendahnya kualitas SDM yang meliputi aspek kompetensi, keterampilan, etos

kerja, karakter, kesadaran akan pentingnya konsistensi mutu dan standarisasi mutu dan jasa, serta wawasan kewirausahaan.

6. Keterbatasan penyediaan bahan baku mulai dari jumlah yang dapat dibeli, standarisasi kualitas yang ada, maupun panjangnya rantai distribusi bahan baku.

7. Efisiensi kerja rendah atau pengelolaan usaha berbiaya tinggi sehingga kurang bisa diperhitungkan secara ekonomis7.

Pemerintah sebagai salah satu stakeholder pengembangan UMKM seharusnya tidak hanya fokus pada sektor pembiayaan atau permodalan sebagai salah satu komponen pengembangan UMKM, tetapi juga harus fokus pada berbagai sektor yang mendukung pengembangan tersebut, sektor tersebut antara lain administrasi, produksi, manajemen, pemasaran dan teknologi. Selain itu, pemerintah juga harus bersinergi dengan pihak swasta dalam proses

7

Tulus Tambunan dalam bukunya Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia; Beberapa Isu Penting, mengelompokkan masalah atau kelemahan UMKM ini kepada 5 (lima) bagian, yaitu kesulitan pemasaran, keterbatasan finansial, keterbatasan SDM, masalah bahan baku dan keterbatasan teknologi.


(18)

pendampingan dan pengembangan ini sehingga sesuai dengan amanat Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil.

Dalam rangka mengimplementasikan undang-undang dan peraturan pemerintah di atas, Bank Indonesia Wilayah Jawa Barat bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Jawa Barat bersinergi melakukan pembinaan dan pendampingan UMKM di Jawa Barat dengan membentuk lembaga bernama Pusat Pengembangan Pendamping UKM atau disingkat P3UKM yang bertugas mengembangkan dan memberdayakan pendamping UKM di kota dan kabupaten di Jawa Barat. P3UKM menaungi 112 pendamping dengan rincian 75 pendamping individu dan 37 pendamping lembaga di seluruh Jawa Barat.8

Penulis tertarik untuk meneliti mengenai pola dan peran pendampingan yang dilakukan oleh pendamping individu, karena selama ini penelitian lebih banyak dilakukan kepada pendamping UKM yang berbentuk lembaga. Dalam penelitian ini, penulis fokus membahas Program Pendamping UMKM yang dilakukan oleh pendamping individu/perorangan. Para pendamping yang menjadi mitra dari P3UMKM harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh P3UMKM yaitu :

8

Pusat Pengembangan Pendamping UKM, Buku Panduan P3UKM (Bandung: Pusat Pengembangan Pendamping UKM, 2010), h. 14.


(19)

a. Berpengalaman dalam pemberdayaan UMKM (minimal 3 UMKM). b. Memiliki komitmen yang jelas dalam pembinaan UMKM.

c. Menguasai teknis pendampingan terhadap UMKM. d. Mempunyai jaringan kerja yang luas.

e. Memiliki sumber pendanaan untuk pembiayaan operasional.9

Adapun layanan yang diberikan oleh Pendamping UMKM meliputi kegiatan antara lain :

1. Penyusunan rencana usaha

2. Penyusunan proposal kredit/pembiayaan 3. Penyusunan administrasi keuangan

4. Promosi dan pemasaran melalui pameran-pameran 5. Temu usaha10

Mengingat begitu pentingnya pertumbuhan dan perkembangan UMKM, maka semua faktor yang dapat memperngaruhinya harus terus diupayakan dan dibantu dengan serius dan konsisten dari semua pihak. Baik itu pemerintah, para pelaku UMKM, lembaga keuangan, swasta maupun masyarakat itu sendiri.

Atas latar belakang permasalahan mengenai pentingnya keberadaan UKM dan pengembangannya yang selama ini belum komprehensif serta faktor pendamping individu sebagai salah satu stakeholder yang sangat krusial, maka

9Ibid

, h.9.

10


(20)

penulis melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pendampingan UMKM di Jawa Barat dengan mengambil lokasi di Kota Sukabumi dalam sebuah skripsi dengan judul ”Peran Pusat Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan Menengah (P3UKM) Dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Sukabumi

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, sangat diperlukan pembatasan beberapa pembatasan dalam penelitiannya. Untuk itu penelitian ini dibatasi pada pola dan peran pendamping individu dalam hal ini Saudara Riki Koswara S.IP sebagai pendamping UKM yang bekerja untuk Pusat Pengembangan Pendamping UKM (P3UKM) Jawa Barat dan pengaruhnya terhadap perkembangan UKM binaan yang ada di Kota Sukabumi. Pemilihan penelitian terhadap pendamping individu dilakukan karena belum banyak penelitian sebelumnya yang dilakukan.

Dari uraian pembatasan masalah di atas, maka penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk-bentuk pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana pola pendampingan pendamping UKM yang dilakukan khususnya oleh pendamping individu terhadap UKM di Kota Sukabumi?

2. Bagaimana perannya dalam pengembangan UKM?

3. Bagaimana pengaruh pendampingan tersebut terhadap perkembangan UKM di Kota Sukabumi?


(21)

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pola pendampingan dan peran pendamping individu dalam pengembangan UKM di Kota Sukabumi.

2. Untuk mengetahui pengaruh dari pendampingan tersebut. Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

1. Adanya analisis dan pembuktian terhadap pola pendampingan dan pengembangan Pendamping Individu terhadap perkembangan UMKM Binaan di Kota Sukabumi.

2. Ditemukannya pengaruh-pengaruh positif terhadap pengelolaan UMKM Binaan di Kota Sukabumi.

3. Memperkaya literatur dan khasanah keilmuan terutama terkait dengan permsalahan Program Pendamping Individu UMKM dan Kinerja Pengelola UMKM Binaan di Kota Sukabumi serta sebagai bahan rujukan bagi peneliti sesudah penelitian ini yang mengambil tema dan permasalahan yang serupa.

D. Revieu Studi Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang membahas topik sejenis yang berkaitan dengan pengembangan UKM, diantaranya:

Pertama, dalam skripsi yang berjudul Peranan Perbankan Syariah Dalam Membangun Usaha Kecil dan Menengah (Studi Kasus Pada Industri Kecil Di Daerah Duri Kosambi) yang ditulis oleh Herni Murniasih (FSH UIN Syarif Hidayatullah/Muamalat/Perbankan Syariah, 2003) meneliti tentang pola


(22)

dan peran perbankan syariah dalam menyalurkan pembiayaan kepada UKM. Peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada pihak perbankan syariah dan para pengusaha UKM di Daerah Duri Kosambi, Tangerang. Penelitian ini memaparkan bahwa pola penyaluran pembiayaan secara syari’ah kepada pengusaha kecil dan menengah memiliki kekhususan, mengingat setiap jenis bidang usaha atau proyek yang akan dibiayai memerlukan skema fiqih yang spesifik. Pola penyaluran dana syari’ah memiliki keunggulan komperatif dibandingkan pola konvensional, karena pembiayaan berkaitan langsung dengan sektor riil dan ditujukan kepada usaha yang halal, tidak ada peluang melipatgandakan (compounding), serta lebih adil dalam mendapatkan keuntungan dan menanggung risiko, sesuai dengan prinsip bagi hasil. Hasil temuan penelitian ini menyatakan bahwa peranan perbankan syari’ah dalam membangun usaha kecil dan menengah di daerah Duri Kosambi belum optimal. Selama ini bank kurang memberikan informasi mengenai pola pembiayaan usaha kecil dan menengah. Permasalahan mendasar dalam penyaluran pembiayaan kepada pengusaha kecil dan menengah selain aspek permodalan, yakni kurangnya jiwa kewirausahaan, terbelakangnya teknis produksi serta lemahnya kemampuan dan pemasaran. Oleh karenanya, pola pembinaan, pengawasan dan pendampingan secara teknis harus selalu dilaksanakan dalam setiap aktivitas penyaluran pembiayaan. Di samping itu, hal-hal yang menyulitkan pengusaha kecil untuk mengakses kredit usaha kecil disebabkan karena adanya aturan atau tata cara permohonan kredit yang menurut kebanyakan pengusaha kecil


(23)

dirasakan terlalu panjang dan berbelit-belit. Kesulitan untuk mengakses fasilitas kredit semacam itu terutama sangat dirasakan oleh pengusaha kecil yang berada di sektor informal.

Dalam penelitian ini, peneliti masih berfokus pada lembaga keuangan saja, padahal pihak swasta yang telah melakukan pendampingan kepada UKM baik yang bersinergi dengan pemerintah maupun tidak harus diteliti juga sejauh mana peranan dan dampaknya. Penulis mencoba untuk meneliti lembaga atau individu yang memiliki kompetensi untuk mendampingi UKM tersebut.

Kedua, dalam skripsi yang berjudul Peranan BMT Dalam Memajukan Usaha Pedagang Kecil Di Sekitar Kampus UIN Syarif Hidayatullah (Studi Kasus. BMT Cita Sejahtera Ciputat Tangerang). Yang ditulis oleh Maria Ulfah (FSH UIN Syarif Hidayatullah/Muamalat/Perbankan Syariah, 2005) meneliti mengenai pola dan peran BMT dalam mengembangkan usaha kecil. Peneliti melakukan wawancara dan observasi kepada pihak BMT Cita Sejahtera dan para pengusaha kecil di Sekitar Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menjelaskan bahwa prinsip operasional BMT Cita Sejahtrera sebagai sebuah lembaga keuangan mikro syariah adalah menghimpun dana dari pihak ketiga (deposan) dan memberikan atau menyalurkan pembiayaan-pembiayaan kepada usaha-usaha produktif atau pedagang kecil dengan memadukan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Operasional tersebut dibarengi dengan prinsip-prinsip yang dipahami, seperti prinsip bagi hasil, prinsip jual beli dan prinsip nonprofit. Temuan dari penelitian ini menyatakan


(24)

bahwa kontribusi yang diberikan BMT Cita Sejahtera dalam bentuk pemberian dana pembiayaan sejumlah Rp 73.356.000,- (sampai akhir Desember 2005) dan disalurkan kepada para nasabah yang membutuhkan modal untuk meningkatkan kualitas usahanya. Dana ini sebagian besar (75%) ditujukan kepada para pedagang kecil yang menjalankan kegiatan usahanya di sekitar lokasi kampus UIN Jakarta. BMT Cita Sejahtera memberikan peran aktifnya kepada pedagang kecil tidak hanya dengan menyalurkan dana pembiayaan saja, tetapi juga kegiatan lain yakni memberikan bimbingan atau konsultasi usaha kepada para nasabah pembiayaan. Hal ini diharapkan bisa membantu mereka untuk terus meningkatkan dan memajukan usaha yang dijalankannya.

Penelitian ini juga membahas mengenai peran lembaga keuangan dalam pengembangan UKM khususnya pedagang kecil. Perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan terletak pada fokus lembaga atau individu yang diteliti, dimana saya meneliti mengenai lembaga atau individu non keuangan.

E. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi lapangan (field research). Studi lapangan dilakukan untuk melihat dan mengamati program, pola, dan pengaruh pendampingan yang dilakukan oleh pendamping individu yaitu Saudara Riki Koswara, S.IP serta mengumpulkan data-data yang diperlukan sebagai bahan analisis.


(25)

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Kualitatif dengan jenis deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam menganalisis, orang, objek dan kondisi yang bertujuan untuk menggambarkan deskripsi yang sistematis dari kondisi tersebut.

2. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah usaha-usaha mikro dan kecil binaan pendamping individu yang berlokasi di Kota Sukabumi yang berjumlah 25 unit. Dengan demikian, penulis melakukan teknik sensus karena populasi kurang dari 100.

3. Jenis data a. Data primer

Yaitu data yang bersumber dari data-data dan informasi-informasi yang diperoleh secara langsung dari pihak-pihak yang berkecimpung di lapangan.

b. Data sekunder

Data yang bersumber dari penelitian kepustakaan, berupa buku-buku, jurnal maupun data-data elektronik yang diambil dari internet yang membahas mengenai program dan pola pendampingan UKM.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : a. Observasi (pengamatan)


(26)

Pengamatan secara langsung kepada UKM mitra binaan Saudara Riki Koswara, S.IP yang berjumlah 25 unit untuk memperoleh data-data yang valid. Pengamatan ini dilakukan selama dua bulan mulai bulan November sampai Desember 2010 dengan melibatkan para pemilik UKM dan pendamping individu.

b. Wawancara (Interview)

Mengumpulkan informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan dan dijawab dengan lisan juga. Teknik yang digunakan berupa wawancara terbuka dimana jawaban yang diberikan oleh responden tidak terikat. Pertanyaan yang diajukan meliputi masalah pola pembinaan yang dilakukan Pendamping Individu serta pengaruh dan perkembangan yang dialami oleh mitra binaan sejak menjadi binaan Pendamping Individu yang meliputi permodalan, jumlah tenaga kerja, dan omset penjualan. Adapun yang menjadi responden dalam wawancara ini adalah Riki Koswara, S.IP selaku pendamping Individu.

c. Studi dokumentasi

Mengumpulkan data-data dari laporan dan dokumen-dokumen umum yang didapat dari pendamping individu atau dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.

5. Analisis Data

Dalam analisis data, ada beberapa tahapan yang akan dilakukan oleh penulis antara lain:


(27)

a. Reduksi Data

Proses reduksi data adalah proses katagorisasi data. Data yang didapat dari hasil observasi, dokumentasi dan wawancara akan diklasifikasikan mana data yang lebih penting untuk dianalisis. Data-data yang diperoleh tentang pola, peran dan pengaruh pendamping individu UKM akan dipilah dan dipilih untuk mana data yang benar-benar signifikan terhadap pengembangan UKM binaan.

b. Penyajian Data

Proses penyajian data adalah proses menyajikan data yang sudah tersusun sebagai hasil dari reduksi data sehingga mendapatkan data yang lebih terfokus. Data yang sudah spesifik tersebut akan disajikan oleh penulis untuk melihat bagaimana signifikansi peran dan pengaruhnya terhadap UKM binaan.

c. Analisis dan penarikan kesimpulan

Tahapan dari analisis data adalah menganalisis data-data yang sudah spesifik tentang pola, peran dan pengaruh pendamping individu dalam pengembangan UKM binaan. Dari hasil analisis terhadap data tersebut maka akan ditarik kesimpulan tentang penelitian ini.


(28)

Pedoman penulisan skripsi ini merujuk pada buku ”Pedoman Penulisan

Skripsi” yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

e. Sistematika Penelitian BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, revieu studi terdahulu, objek penelitian, metode penelitian, pedoman penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN UMKM

Pada bab ini diuraikan mengenai landasan teoritis tentang pemberdayaan dan pembinaan mulai dari pengertian, prinsip, tujuan, fungsi dan peran serta aspek-aspek pemberdayaan UMKM. Kemudian landasan teoritis tentang usaha mikro, kecil dan menengah mulai dari pengertian, peranan dan masalah-masalah yang dihadapi serta upaya pengembangannya.

BAB III PROFIL P3UKM DAN PROGRAM PENGEMBANGAN UMKM DI KOTA SUKABUMI

Bab ini menjelaskan mengenai program pengembangan UMKM di Kota Sukabumi yang meliputi:


(29)

b. Latar belakang, visi dan misi

c. Struktur organisasi dan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan d. Pola pemberdayaan dan pembinaan

BAB IV POLA DAN PERAN PENDAMPING INDIVIDU P3UKM DALAM PENGEMBANGAN UMKM BINAAN DI KOTA SUKABUMI

Pada bab ini diuraikan mengenai pola dan peran pendamping individu dalam pengembangan UKM serta pengaruh positif terhadap perkembangan UKM binaan di Kota Sukabumi.

BAB V PENUTUP

Bab terakhir dari laporan penelitian ini berisi kesimpulan dari pembahasan bab-bab sebelumnya. Penulis akan memberikan saran dan rekomendasi dengan harapan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.


(30)

BAB II

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN UMKM

A. Lembaga Pembinaan dan Pemberdayaan UMKM

1. Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian lembaga adalah badan atau organisasi yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha.11 Sedangkan individu adalah orang seorang atau pribadi orang (terpisah dari yang lain). Kata membina berarti membangun, mendirikan atau mengusahakan supaya lebih baik (maju, sempurna dan sebagainya). Kata berdaya memiliki arti berkekuatan, berkemampuan atau mempunyai akal (cara, muslihat) untuk menguasai sesuatu. Sedangkan pembinaan berarti proses, cara perbuatan membina atau usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang baik.12

Pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan atau meningkatkan kemandirian masyarakat. Dalam kerangka pembangunan nasional, upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari sisi. Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan masyarakat

11

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 512.

12


(31)

berkembang. Kedua, meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membangun melalui berbagai bantuan, pelatihan, pembangunan prasarana dan sarana baik fisik maupun sosial serta pengembangan kelembagaan. Ketiga, melindungi atau memihak yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan saing menguntungkan.13

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Pasal 1 Ayat 8 dijelaskan bahwa pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap usaha mikro, kecil dan menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 02 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberdayaan Business Development Services-Provider (BDS-P) Pasal 1 Ayat 8 dijelaskan bahwa untuk Pengembangan Koperasi dan UMKM (KUMKM), pembinaan dan pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melalui pemberian bimbingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah, sebagaimana diatur menurut Undang-Undang tentang Usaha Kecil.

2. Prinsip

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 4 menjelaskan bahwa prinsip pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah adalah Pertama, Penumbuhan kemandirian, kebersamaan dan

13

Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial; Kajian Ringkas Tentang Pembangunan Manusia Indonesia. (Jakarta: Kompas, 2007), h. 107.


(32)

kewirausahaan usaha mikro, kecil dan menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri. Kedua, Perwujudan kebijakan yang transparan, akuntabel dan berkeadilan. Ketiga, Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi usaha mikro, kecil dan menengah. Keempat, Peningkatan daya saing usaha mikro, kecil dan menengah, dan Kelima, Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian secara terpadu.

3. Tujuan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 5 menjelaskan bahwa tujuan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak swasta adalah Pertama, Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang dan berkeadilan. Kedua, Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha mikro, kecil dan menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Ketiga, Meningkatkan peran usaha mikro, kecil dan menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

4. Fungsi dan Peran

Lembaga pembinaan dan pengembangan memegang peranan yang sangat strategis dalam upaya pengembangan UMKM, yaitu sebagai salah satu lembaga pendukung dalam program pemberdayaan dan pengembangan UMKM di Indonesia.

5. Aspek Aspek Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 7 Ayat 1 menjelaskan bahwa pemberdayaan UMKM yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta harus mencakup berbagai aspek, yaitu: pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang dan dukungan kelembagaan. Sedangkan Pasal 16 Ayat 1 menjelaskan


(33)

bahwa pengembangan usaha meliputi aspek: produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, serta desain dan teknologi.

B. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Mobilitas dalam ekonomi sangat diperlukan bukan semata agar manusia tetap survival bahkan juga untuk mengembangkan dan meraih hidup yang lebih baik. Mobilitas semacam ini memperoleh ruang dalam al-Quran setidaknya dengan dua ungkapan utama, yaitu intishar fi al-ard dan hijrah.14 Allah SWT berfirman:





Artinya:

”Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumuah: 10)

Inilah letak keseimbangan yang diajarkan secara mendalam oleh Al-Quran. Keseimbangan hidup yang harus senantiasa diaplikasikan oleh seluruh umat Islam di muka bumi sepanjang hidupnya. Keseimbangan hidup antara kebutuhan jasmani dan ruhani, dimana kedua hal itu akan saling menunjang dalam proses mencapai keridhoan Allah SWT dan peran serta fungsi manusia sebagai

14

Zakiyuddin Baidhawy, Islam Melawan Kapitalisme; Konsep-Konsep Keadilan dalam Islam. (Yogyakarta: Resist Book, 2007), h. 100.


(34)

Nya di muka bumi yang harus menjaga dan merawat bumi dalam proses pemenuhan kebutuhan jasmani.











Artinya:

”Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi Ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh Telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nisa: 100)

Dalam ayat lain, Allah SWT menjelaskan secara detil bahwa penciptaaan bumi beserta isinya ditujukan untuk kemashlahatan manusia dan Allah SWT menganugerahkan manusia sumber daya untuk mengelolanya dengan baik.









Artinya:

”Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan Hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. al-Mulk: 15)

Ayat di atas merupakan ajakan bahkan dorongan kepada umat manusia secara umum dan kaum muslimin khususnya agar memanfaatkan bumi sebaik


(35)

mungkin dan menggunakannya untuk kenyamanan hidup mereka tanpa melupakan generasi sesudahnya. Dalam konteks ini, Imam Nahrowi dalam mukaddimah kitabnya Al-Majmu menyatakan bahwa umat Islam hendaknya mampu memenuhi dan memproduksi semua kebutuhan – walaupun jarum – agar mereka tidak mengandalkan pihak lain.15

Allah SWT menganugerahkan nikmat yang tak terhingga kepada seluruh umat manusia. Dia menciptakan bumi ini bulat, terapung-apung di angkasa luas, tetapi manusia tinggal di atasnya seperti berada di tempat yang datar terhampar, tenang dan tidak bergoyang. Dengan perputaran bumi terjadilah siang dan malam, sehingga manusia dapat bekerja di siang hari dan beristirahat di malam hari.

Dengan memahami ayat ini, ada beberapa hal yang dapat ditetapkan : 1. Allah SWT memerintahkan agar manusia berusaha dan mengolah alam

untuk kepentingan mereka guna mendapatkan rezeki yang halal. Hal ini berarti bahwa manusia yang tidak mau berusaha bertentangan dengan perintah Allah SWT.

2. Karena berusaha dan mencari rezeki merupakan perintah Allah SWT. Maka orang yang berusaha dan mencari rezeki itu adalah orang yang menaati Allah SWT.

15


(36)

Yang dimaksud dengan bekerja adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang, baik sendiri atau bersama orang lain, untuk memproduksi suatu komoditas atau memberikan jasa.16

Sebagai landasan teoritis mengenai UMKM, penulis akan membahas secara lebih mendalam mengenai pengertian usaha mikro, kecil dan menengah, peranan dan kontribusinya, permasalahan serta upaya-upaya pengembangannya. 1. Pengertian

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah Pasal 1 Ayat 1 yang dimaksud dengan usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan/atau badan usaha perseorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. Pasal 6 Ayat 1 menjelaskan bahwa kriterianya adalah sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

Sedangkan usaha kecil menurut UU No. 20 Tahun 2008 pasal 1 ayat 2 adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan atau badan usaha yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan tertentu. Pasal 6 Ayat 2 menjelaskan bahwa kriteria usaha kecil ini adalah sebagai berikut :

16

Yusuf Qardhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 51.


(37)

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tdak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Dengan menggunakan kriteria entrepreneurship, maka kita dapat membagi UMKM ke dalam empat bagian:

a. Livelihood Activities, UMKM yang masuk kategori ini pada umumnya bertujuan mencari kesempatan kerja untuk mencari nafkah. Para pelaku di kelompok ini tidak memiliki jiwa entrepreneurship. Kelompok ini disebut sebagai sektor informal. Di Indonesia jumlah UMKM kategori ini sangat besar.

b. Micro Enterprise, UMKM ini bersifat pengrajin dan tidak memiliki jiwa entrepreneurship. Jumlah UMKM ini di Indonesia juga cukup besar. c. Small Dynamic Entreprise, UMKM ini cukup memiliki jiwa

kewirausahaan. Banyak pengusaha skala menengah dan besar yang masuk kategori ini. Jika dididik dan dilatih dengan baik maka sebagian dari UMKM kategori ini akan masuk ke kategori keempat. Jumlah UMKM ini jauh lebih kecil dari jumlah UMKM yang masuk kategori satu dan dua. Kelompok ini sudah mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.


(38)

d. Fast Moving Entreprise, UMKM asli yang mempunyai jiwa kewirausahaan. Kelompok ini akan menghasilkan pengusaha skala menengah dan besar. Kelompok ini jumlahnya jauh lebih sedikit dari UMKM kategori satu dan dua.17

2. Kontribusi dan Peranan UMKM terhadap Perekonomian Nasional

UMKM memiliki peran dan kontribusi yang cukup besar dalam pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain : jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan total ekspor non migas. Berikut ini akan digambarkan perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan usaha besar dalam perekonomian Indonesia tahun 2008-2009

Tabel 2.1

Jumlah Unit Usaha UMKM dan Usaha Besar Tahun 2008-2009

No. Indikator Satuan

2008 2009 Perkembangan

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

1. Unit Usaha - Mikro - Kecil - Menengah - Besar

(unit) 51.414.262 50.847.771 522.124 39.717 4.650 98,90 1,02 0,08 0,01 52.769.280 52.176.795 546.675 41.133 4.677 98,88 1,04 0,08 0,01 1.355.018 1.329.024 24.551 1.416 27 2,64 2,61 4,70 3,57 0,58 Sumber: www.depdop.go.id/phocadownload/sandingan_data_umkm_2008-2009.pdf 17

Tiktik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 25-26.


(39)

Pertumbuhan unit usaha UMKM lebih tinggi dibandingkan dengan usaha besar. Dalam tabel ini dapat dilihat bahwa pertumbuhan UMKM dalam unit usaha mencapai 2,64% dari 51.409.612 unit pada 2008 menjadi 52.764.603 unit pada 2009, sedangkan usaha besar hanya 0,58 dari 4.650 menjadi 4.677. UMKM masih mendominasi pelaku usaha nasional dengan pangsa 99,99% sedangkan usaha besar hanya sebesar 0,01%.

Tabel 2.2

Kontribusi UMKM dan Usaha Besar Terhadap Tenaga Kerja Tahun 2008-2009

No. Indikator Satuan

2008 2009 Perkembangan

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

1. Tenaga Kerja - Mikro - Kecil - Menengah - Besar

(orang) 96.780.483 87.810.366 3.519.843 2.694.069 2.756.205 90,73 3,64 2,78 2,85 98.886.003 90.012.694 3.521.073 2.677.565 2.674.671 91,03 3,56 2,71 2,70 2.105.520 2.202.328 1.230 (16.504) (81.534) 2,18 1,51 0,03 (0,61) (2,96) Sumber: www.depdop.go.id/phocadownload/sandingan_data_umkm_2008-2009.pdf

Usaha mikro masih mendominasi unit usaha yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar yaitu sebesar 91,03% atau sebanyak 87.810.366 pekerja pada 2008 menjadi 90.012.694 pekerja pada 2009, hal ini semakin menguatkan bahwa UMKM merupakan unit usaha yang bersifat padat karya dan mampu mengurangi pengangguran. Sedangkan usaha besar hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 2,70% atau sebanyak 2.756.205 pekerja pada 2008 menjadi 2.674.671 pada 2009.


(40)

Tabel 2.3

Kontribusi UMKM dan Usaha Besar Terhadap PDB Menurut Harga Berlaku

Tahun 2008-2009

No. Indikator Satuan 2008 2009 Perkembangan

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

1. Unit Usaha - Mikro - Kecil - Menengah - Besar

(Milyar) 4.693.809,0 1.510.055,8 472,830,3 630.339,9 2.080.582,9 32,17 10,07 13,43 44,33 5.294.860,9 1.751.644,6 528.244,2 713.262,9 2.301.709,2 33,08 9,98 13,47 43,37 601.051,9 241.588,8 55.413,9 82.923,0 221.126,2 12,81 16,00 11,72 13,16 10,63 Sumber: www.depdop.go.id/phocadownload/sandingan_data_umkm_2008-2009.pdf

Pada tahun 2008, peran UMKM terhadap penciptaan PDB nasional menurut harga berlaku sebesar Rp. 2.613 triliun atau sekitar 55,67%. Kontribusi usaha mikro sebesar Rp. 1.510 triliun, usaha kecil sebesar Rp. 472 triliun dan usaha menengah sebesar Rp. 630 triliun. Sedangkan usaha besar berkontribusi sebesar Rp. 2.080 triliun atau sekitar 44,33%.

Sedangkan pada tahun 2009, kontribusi UMKM tercatat sebesar Rp. 2.993 triliun atau naik 14,54% dari tahun sebelumnya dengan rincian usaha mikro sebesar Rp. 1.751 triliun, usaha kecil sebesar Rp. 528 triliun dan usaha besar Rp. 713 triliun. Sedangkan usaha besar berkontribusi sebanyak 43,47% atau Rp. 2.301 triliun.

Tabel 2.4

Kontribusi UMKM dan Usaha Besar Terhadap PDB Menurut Harga Konstan


(41)

Tahun 2008-2009

No. Indikator Satuan 2008 2009 Perkembangan

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

1. Unit Usaha - Mikro - Kecil - Menengah - Besar

(Milyar) 1.997.938,0 655.703,8 217.130,2 292.919,1 832.184,8 32,82 10,87 14,66 41,65 2.088.292,3 682.462,4 225.478,3 306.784,6 873.567,0 32,68 10,80 14,69 41,83 90.354,3 26.758,6 8.348,1 13.865,5 41.382,2 4,52 4,08 3,84 4,73 4,97 Sumber: www.depdop.go.id/phocadownload/sandingan_data_umkm_2008-2009.pdf

Pada tahun 2008, peran UMKM terhadap penciptaan PDB nasional menurut harga konstan sebesar Rp. 1.165 triliun atau sekitar 58,35%. Kontribusi usaha mikro sebesar Rp. 655 triliun, usaha kecil sebesar Rp. 217 triliun dan usaha menengah sebesar Rp. 292 triliun. Sedangkan usaha besar berkontribusi sebesar Rp. 832 triliun atau sekitar 41,65%.

Sedangkan pada tahun 2009, kontribusi UMKM tercatat sebesar Rp. 1.214 triliun atau naik 4,20% dari tahun sebelumnya dengan rincian usaha mikro sebesar Rp. 682 triliun, usaha kecil sebesar Rp. 225 triliun dan usaha besar Rp. 306 triliun. Sedangkan usaha besar berkontribusi sebanyak 41,83% atau Rp. 873 triliun.

Tabel 2.5

Kontribusi UMKM dan Usaha Besar Terhadap Total Ekspor Non Migas

Tahun 2008-2009

No. Indikator Satuan 2008 2009 Perkembangan


(42)

1. Unit Usaha - Mikro - Kecil - Menengah - Besar

(Milyar) 983.540,4 16.464,8 40.062,5 121.481,0 805.532,1 1,67 4,07 12,35 81,90 953.089,9 14.375,3 36.839,7 111.039,6 790.835,3 1,51 3,87 11,65 82,98 (30.450,5) (2.089,5) (3.222,8) (10.441,4) (14.696,8) (3,10) (12,69) (8,04) (8,60) (1,82) Sumber: www.depdop.go.id/phocadownload/sandingan_data_umkm_2008-2009.pdf

Kontribusi UMKM terhadap total ekspor non migas pada tahun 2008 sebesar Rp. 178 triliun atau 18,10% dengan rincian usaha mikro sebesar Rp. 16 triliun, usaha kecil sebesar Rp. 40 triliun dan usaha menengah sebesar Rp. 121 triliun, sedangkan usaha besar mendominasi dengan kontribusi sebesar Rp. 805 triliun atau 81,90%.

Sedangkan pada tahun 2009, kontribusi UMKM sebesar Rp. 162 triliun atau 17,02% turun sebesar 8,85% dari tahun sebelumnya dengan rincian usaha mikro sebesar Rp. 14 triliun, usaha kecil sebesar Rp. 36 triliun dan usaha menengah sebesar Rp. 111 triliun. Adapun usaha besar berkontribusi sebesar Rp. 790 triliun atau 82,98%.

3. Masalah-Masalah yang Dihadapi

Permasalahan internal usaha mikro, kecil dan menengah meliputi: a. Rendahnya profesionalisme tenaga pengelola usaha UMKM.

b. Keterbatasan permodalan dan kurangnya akses terhadap perbankan dan pasar.

c. Kemampuan penguasaan teknologi yang masih kurang. Sedangkan permasalahan eksternal meliputi:


(43)

a. Iklim usaha yang kurang menguntungkan bagi pengembangan usaha kecil.

b. Kebijakan pemerintah yang belum berjalan seperti yang diharapkan c. Kurangnya dukungan.

d. Masih kurangnya pembinaan, bimbingan manajemen dan peningkatan sumber daya manusia.18

Beberapa hasil penelitian juga menyebutkan bahwa faktor kegagalan sektor usaha kecil untuk berkembang antara lain; Pertama, Lemahnya kemampuan di dalam pengambilan keputusan. Kedua, Ketidakmampuan dalam manajemen. Ketiga, Kurang berpengalaman. Keempat, Lemahnya pengawasan keuangan.19

Sedangkan kelemahan usaha kecil dapat dikategorikan ke dalam 2 aspek yaitu kelemahan stuktural dan kelemahan kultural.

1. Kelemahan Struktural

Merupakan kelemahan dalam struktur perusahaan, misalnya dalam bidang manajemen dan organisasi, pengendalian mutu, pengadopsian dan penguasaan teknologi, kesulitan mencari permodalan, tenaga kerja masih lokal dan terbatasnya akses pasar.

2. Kelemahan Kultural

18

Ahmad Erani Yustika, Perekonomian Indonesia; Deskripsi, Preskripsi dan Kebijakan. (Malang: Bayu Media Publishing, 2006), h. 41.

19


(44)

Kelemahan ini berdampak terhadap terjadinya kelemahan struktural. Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan lain guna memperoleh akses permodalan, pemasaran dan bahan baku, seperti:

a. Informasi peluang dan cara memasarkan produk.

b. Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah dan mudah didapat.

c. Informasi untuk mendapatkan fasilitas dan bantuan pengusaha besar dalam menjalin hubungan kemitraan.

d. Informasi tentang tata cara pengembangan produk, baik desain, kualitas maupun kemasannya.

e. Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan persyaratan yang terjangkau.20

4. Upaya-upaya Pembinaan dan Pengembangan

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta dalam upaya membina dan mengembangankan UMKM menjadi pelaku usaha yang tidak hanya tahan banting, juga menjadi pelaku yang profesional dan berdaya saing tinggi.

20

Suryana, Kewirausahaan; Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 121-122.


(45)

Sejarah mencatat, berbagai program pengembangan UMKM seperti Bimas (Bimbingan Masyarakat) tahun 1967, Kredit Investasi Kecil (KIK) tahun 1975, Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Kecil (P4K) tahun 1982, Kredit Kelayakan Usaha (KKU) tahun 199021 sampai program yang paling baru yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program-program tersebut hanya bersifat ad hoc dan tidak menggandeng stakeholder lain yang juga dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan UMKM secara maksimal.

Permasalahan UMKM tidak hanya terletak pada kesulitas permodalan22 semata, tetapi juga berbagai faktor teknis dan non teknis lainnya seperti administrasi, produksi, pemasaran, SDM, perizinan, dan teknologi. Sehingga, upaya-upaya pengembangannya pun harus meliputi berbagai faktor yaitu :

1. Permodalan

Faktor ini sudah menjadi perhatian serius khususnya oleh pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari berbagai program yang dikeluarkan mayoritas didominasi oleh program-program permodalan baik tanpa agunan maupun dengan agunan.

21

Krisna Wijaya, Analisis Pemberdayaan Usaha Kecil. (Bogor: Wirausaha Muda, 2002), h. 39-94.

22

Endah Widayati dan Pupu Marfuah dalam bukunya Are You An Entrepreneur? lebih luas menjelaskan permodalan bahwa permasalahan ini tidak hanya menyangkut finansial/keuangan, tetapi juga SDM, sarana/prasarana, sosial dan alam.


(46)

2. Administrasi

Membantu pelaku usaha kecil mengatur pembukuan dan memisahkan antara keuangan perusahaan dengan keuangan keluarga. 3. Produksi

Menggunaan teknologi tepat guna, sehingga lebih efisien dalam memproduksi barang/jasa yang dihasilkan.

4. Sumber Daya Manusia

Melakukan pendampingan berupa pelatihan dan pendidikan secara berkesinambungan mengenai konsep kewirausahaan dan faktor-faktor lainnya.

5. Pemasaran

Membantu pelaku usaha untuk lebih giat memasarkan produknya baik melalui media massa khusus UMKM maupun pameran dan temu usaha.

6. Perizinan

Menyederhanakan sistem perizinan dan mengurangi – bahkan menghilangkan – pungutan-pungutan liar yang masih sering terjadi. 7. Teknologi

Peran teknologi khususnya teknologi informasi sangat besar bagi perkembangan UMKM. Teknologi ini tidak hanya dimanfaatkan dalam hal produksi tapi juga untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan.


(47)

Menurut Khusnul Ashar (2006)23 Pada konteks pelaku usaha kecil, peran teknologi informasi sangat penting mengingat kompetitor atau pesaing UMKM tidak hanya dari bisnis lokal atau regional tetapi telah melibatkan pelaku usaha bisnis berskala internasional.

23

Khusnul Ashar et al, Analisis Makro dan Mikro; Jembatan Kebijakan Ekonomi Indonesia. (Malang: BPFE Unibraw, 2006), h. 156.


(48)

BAB III

GAMBARAN UMUM

LEMBAGA P3UKM DAN PENDAMPING INDIVIDU

A. Profil Pusat Pengembangan Pendamping UKM (P3UKM) Jawa Barat

1. Sejarah Singkat

Ide awal pembentukan P3UKM terinspirasi oleh Kesepakatan Bersama antara Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia dengan Gubernur Bank Indonesia tentang Penanggulangan Kemiskinan melalui Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), dimana Surat Kesepakatan Bersama tersebut ditandatangani 22 April 2002.

Dalam rangka implementasi Kesepakatan Bersama, maka pada tanggal 3 Oktober 2002 bertempat di kantor Bank Indonesia Bandung dilakukan diskusi mengenai pengembangan Service Provider Management Unit (SPMU) yang dikenal juga dengan sebutan Business Development Service Provider (BDSP), Inkubator Bisnis dan Pendamping UKM, dalam rangka meningkatkan akses UKM terhadap layanan pembiayaan dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya.24

Dalam diskusi yang melibatkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Bank Indonesia, Perbankan, Perguruan Tinggi, Inkubator Bisnis serta UKM terpilih,

24

Pusat Pengembangan Pendamping UKM, Buku Panduan P3UKM (Bandung: Pusat Pengembangan Pendamping UKM, 2010), h.1.


(49)

disepakati bahwa Service Provider Management Unit (SPMU) sebagai lembaga penyedia jasa yang bergerak di bidang pengembangan UKM perlu diberikan penguatan kompetensi, khususnya di bidang keuangan. Sedangkan untuk pengembangan SPMU perlu dibentuk Service Provider Management Center (SPMC)

Pengembangan Service Provider Management Unit (SPMU) diharapkan dapat mendekatkan hubungan UKM dengan perbankan yang terkendala, karena :

a. Adanya kesenjangan komunikasi antara UKM dengan perbankan.

b. Perbankan memiliki keterbatasan informasi dan sumber daya dalam melayani UKM.

c. Potensi jumlah BDSP atau Pendamping UKM cukup besar, namun jasa yang ditawarkan kurang relevan dengan kebutuhan UKM dan perbankan.25

Dalam diskusi tanggal 5 November 2002 di Kantor Bank Indonesia Bandung disepakati SPMC akan segera dibentuk dan pada tanggal 13-15 Desember 2002 diselenggarakan lokakarya penyusunan rencana operasional SPMC.

Pada tanggal 13 Februari 2003 bertempat di Gedung Bank Indonesia Bandung dilaksanakanlah penandatanganan Kesepakatan Bersama antara Deputi Gubernur Bank Indonesia, Bapak Maulana Ibrahim dengan Gubernur Jawa Barat, Bapak H. Nuriana tentang pembentukan Pusat Pengembangan

25


(50)

Lembaga Jasa Pengembangan Usaha (PPLJPU). Nama tersebut dipilih sebagai terjemahan dari SPMC. Pengkajian ulang terhadap nama PPLJPU pada akhirnya diganti menjadi Pusat Pengembangan dan Pendamping Usaha Kecil Menengah (P3UKM). Selanjutnya pada tanggal 31 Juli 2008 MoU diperbaharui oleh Gubernur Jawa Barat dan Deputi Gubernur Bank Indonesia.

Pada tanggal 11 Juli 2003, Gubernur Jawa Barat H. Danny Setiawan dan Deputi Gubernur Bank Indonesia Maulana Ibrahim meresmikan pendirian P3UKM dan dalam kesempatan ini diresmikan pula Anggota Dewan P3UKM Jawa Barat untuk pertama kalinya sebagai berikut :

Ketua : Dr. Sjoko Sarwono, SH, MA. (PBI Bandung)

Wk. Ketua : H. Remi Tjahari, SE (Ka. Dinas KUKM Prop. Jawa Barat) Anggota : Tb. Hisni (Ka. Biro Sarana Perekonomian Jawa Barat)

: Drs. Asmawi Syam, MM (Pinwil BRI)

: Ir. Hariharmono Busiri (PC Bandung Bank Bukopin) : Abas S. Somantri, S.Pd, M.Pd (Direktur Bank Jabar) : Albert A. A. Orah (Pinwil Bank Niaga)

: M. Budi Utomo (Pinwil Bank Danamon) : Drs. Darwin Suzandi, MBA (Pinwil BNI)

: Ir. Kemal Ranadireksa, MBA (Pinwil Bank Mandiri) : Hardi Juganda (Direktur Bank NISP)

: Drs. Yoyo Kartoyo, MM (Ketua Kadin Jawa Barat) : Herman Muhtar (Ketua Kadin Bandung)


(51)

: Dr. Rina Indiastuti (Ketua LP3E Unpad)

: Dr. ABM Witono Philosopy (Kepala UPTPB Unpar) : Ir. Tika Noorjaya (Wakil dari BDS Baden Wurttenberg) : Ir. H. Iwan Sofwan (Wakil dari Pusat Inkubator IKOPIN) : Ir. HR. Adang Akhdiyat, MM (Ketua Forum BDS)

: Ir. Yuliarso (Pincab Perum Sarana Pengembangan Usaha) : IGM Mardika, S.Sos (Pincab PT. Askrindo)

2. Visi dan Misi

Visi P3UKM adalah menjadi lembaga yang dapat mempererat hubungan antara PUKM dan UMKM dengan lembaga keuangan/perbankan. Sedangkan misinya menjadikan PUKM sebagai lembaga yang profesional dalam mengembangkan UMKM.26

3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan P3UKM adalah meningkatkan produktivitas dan kualitas PUKM sehingga dapat meningkatkan kemampuan akses UMKM terhadap layanan keuangan dari lembaga keuangan/perbankan.27

Adapun manfaat lembaga ini, sebagai berikut :

26

Ibid, h.8.

27


(52)

a. Bagi perbankan, dapat dijadikan sumber informasi mengenai PUKM untuk diajak bermitra dalam penyaluran kredit kepada UMKM sehingga dapat mengeliminasi risiko kredit/pembiayaan.

b. Bagi PUKM, dapat menjadi tempat konsultasi mengenai prosedur perkreditan perbankan dan pola pengembangan koperasi dan UMKM. c. Bagi UMKM, dapat menjadi sumber informasi mengenai PUKM yang

dapat membantu akses UMKM kepada perbankan.28 4. Struktur Organisasi

Penasehat : Gubernur Jabar dan Deputi Gubernur Bank Indonesia Dewan

Ketua Dewan : Pemimpin Bank Indonesia Bandung

Wakil Ketua : Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jawa Barat Anggota :

Pemerintah Propinsi Jawa Barat (Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat, Biro Sarana Perekonomian Jawa Barat, Dinas Indag Agro). Lembaga keuangan/Perbankan di wilayah Jawa Barat (pemimpin Bank Indonesia Tasikmalaya, pemimpin Bank Indonesia Cirebon, Bank Jabar, Bank NISP, Bank Mandiri, Bank BNI, Ban BRI, Bank CIMB Niaga, Bank Danamon, PT. Sarana Jabar Ventura, PNM). Asosiasi (Kadin Propinsi Jawa Barat, Kadin Kota Bandung). Perguruan Tinggi (PIBI IKOPIN). Lembaga Penjamin Kredit (Perum SPU dan PT. Askrindo)

28


(53)

Badan Pelaksana :

Orang-orang profesional dan berpengalaman dalam pengembangan UMKM.29

Gambar 3.1

Struktur Organisasi P3UKM

Sumber : Buku Panduan P3UKM

Pusat Pengembangan Pendamping UKM Tahun 2010 Hal. 10

5. Profil PUKM Mitra P3UKM

Untuk menjadi pendamping mitra P3UKM , ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu :

a. Berpengalaman dalam pemberdayaan UMKM.

29

Ibid, h. 8-9.

Tim Penasehat Dewan P3UKM

Sekretaris Dewan Badan Pelaksana

Manajer

Sekretaris

Divisi Administrasi dan keuangan

Koordinator Wilayah Kerja KBI Cirebon dan

Tasikmalaya

Divisi Pengembangan PUKM


(54)

b. Memiliki komitmen yang jelas dalam pembinaan UMKM. c. Menguasai teknis pendampingan terhadap UMKM. d. Mempunyai jaringan kerja yang luas.

e. Memiliki sumber pendanaan untuk pembiayaan operasional.30 6. Jasa-jasa yang diberikan oleh PUKM Mitra P3UKM

Adapun jasa yang diberikan oleh pendamping adalah: a. Penyusunan rencana usaha UMKM.

b. Penyusunan proposal kredit. c. Penyusunan laporan keuangan.

d. Monitoring dan supervisi kredit/pembiayaan. e. Pengembangan bisnis UMKM.31

7. Kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan

Tahun 2003

Fokus kegiatan P3UKM pada tahun 2003 adalah rekrutmen pegawai, membangun sistem dan perangkat operasi organisasi, sosialisasi lembaga P3UKM pada pihak perbankan, UKM dan PUKM. Dilanjutkan dengan penyusunan modul-modul pelatihan, pendataan terhadap PUKM yang tersebar di seluruh Jawa Barat dan pelatihan PUKM. Pada tahun 2003,

30

Ibid, h.9.

31


(55)

P3UKM berhasil mendata 125 PUKM, pelatihan dasar bagi 28 PUKM dan pelatihan jasa laporan keuangan bagi 21 PUKM.32

Tahun 2004

Pelatihan dan Akreditasi PUKM Mitra

Pelatihan PUKM pada tahun 2004 berupa pelatihan dasar untuk 22 PUKM pelatihan laporan keuangan untuk 22 PUKM, 10 PUKM memperoleh pelatihan jasa proposal kredit dan 18 PUKM mendapatkan pelatihan monitoring kredit.

Dari serangkaian pelatihan dan pembinaan yang telah dilakukan, ditetapkan sebanyak 21 PUKM mendapatkan akreditasi sebagai pendamping UKM dalam meningkatkan akses terhadap layanan pembiayaan perbankan dan lembaga keuangan lainnya.

Pengembangan Sistem Data dan Informasi (SIDAIN)

Mengingat pentingnya peranan teknologi informasi (TI) dalam sistem informasi organisasi, maka P3UKM berinisiatif mengembangkan Sistem Data dan Informasi (SIDAIN) yang diharapkan mampu menjadi pusat data dan informasi yang dapat diakses oleh pihak-pihak yang membutuhkan.33

Tahun 2005

32

Ibid, h.3.

33


(56)

Pelatihan dan Akreditasi PUKM Mitra

Pada tahun 2005 P3UKM menyelenggarakan pelatihan dasar bagi 13 PUKM dan pelatihan jasa lainnya bagi 26 PUKM Mitra. Selain itu, dilakukan pula proses akreditasi bagi 13 PUKM Mitra yang telah memenuhi persyaratan, sehingga secara keseluruhan P3UKM telah mengakreditasi 34 PUKM.

Sasaran Kinerja PUKM

Sebelumnya dalam visi, misi, tujuan dan manfaat P3UKM tidak dicantumkan usaha mikro sebagai sasaran kinerja PUKM, tetapi dalam Rapat Dewan P3UKM tanggal 1 Februari 2005 diamanatkan bahwa usaha mikro harus menjadi sasaran kinerja dari PUKM, sehingga sebutan bagi UKM berubah menjadi UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)

Program Kasku

Program Kasku (Kupon Akses Keuangan) diluncurkan dengan maksud untuk meningkatkan akses UMKM terhadap lembaga keuangan melalui pemanfaatan teknologi informasi. Pihak yang terlibat adalah tujuh bank sponsor (Bank Syarah Mandiri, Bank Mandiri, Bank BRI, Bank Bukopin, Bank Niaga, Bank Commonwealth dan Bank Jabar), Swisscontact, HU Pikiran Rakyat dan Radio Mara.34

Tahun 2006

34


(57)

Organisasi Pusat Pendampingan Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan Menengah

Pada tahun 2006 terjadi perubahan organisasi yang cukup besar, yaitu pergantian manajer, bergabungnya PT. Sarana Jabar Ventura, Dinas Indag Agro Jawa Barat, PNM, Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat sebagai anggota Dewan P3UKM, peleburan Divisi seleksi dan pelatihan, Divisi sertifikasi dan penelitian, serta Divisi supervisi ke dalam Divisi Pengembangan PUKM, serta pendirian Divisi Bisnis sebagai upaya mengantisipasi isu kemandirian P3UKM.

Pelatihan dan akreditasi PUKM Mitra

Pada tahun 2006 P3UKM menyelenggarakan pelatihan dasar bagi 105 PUKM dari KADIN dan sarjana pendamping. Selain itu, 2 PUKM Mitra telah memenuhi persyaratan diakreditasi.35

Tahun 2007

Organisasi Pusat Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan Menengah.

Bertambahnya anggota dewan P3UKM yaiu Pemimpin Bank Indonesia Cirebon dan Pemimpin Bank Indonesia Tasikmalaya.

Strategi Rekruitas PUKM Mitra

Strategi Rekruitasi PUKM Mitra P3UKM awalnya hanya ditujukan untuk PUKM lembaga yang dalam prosesnya melalui pelatihan dasar dan

35


(58)

proses akreditasi (single entry strategy), namun melihat perkembangan yang terjadi dibutuhkan strategi lain untuk meningatkan kualitas dan kuantitas PUKM. Pada tahun 2007 P3UKM memutuskan double entry strategy sebagai strategi rekruitasi selain dilakukan kepada PUKM lembaga juga perlu PUKM individu yang kemudian akan diwadahi dalam Associate Consultant P3UKM.

Pelatihan dan Akreditasi PUKM Mitra

Pada tahun 2007 P3UKM mengakreditasi 9 PUKM individu.36

Tahun 2008

Pendirian Kantor Cabang P3UKM

Untuk meningktakan produktivitas dan memperluas jangkauan P3UKM, maka didirikan kantor cabang P3UKM di Cirebon dan Tasikmalaya, kedua cabang tersebut berkantor di kantor Bank Indonesia Cirebon dan Tasikmalaya.

Pelatihan dan akreditas PUKM Mitra

Pada tahun 2008 P3UKM memberikan pelatihan dasar kepada 29 PUKM Mitra P3UKM dan mengakreditasi 3 PUKM individu.37

Tahun 2009

Fokus dalam meningatkan peran dan jumlah pendamping UMKM.

36

Ibid, h. 5.

37


(59)

Dalam usia yang ke-6 Pusat Pengembangan Pendamping UKM berupaya untuk meningkatkan pendampingan kepada UMKM untuk akses ke perbankan, melalui fasilitasi pendampingan PUKM target kredit pada tahun 2009 sebesar Rp. 250 milyar dan 6.000 debitur serta penambahan jumlah Pendamping UKM sebanyak 100% atau menjadi 90 PUKM (Pendamping UKM)

Koordinasi dengan dinas terkait di lingkungan pemerintah provinsi yang membina UMKM melalui sinergitas program kegiatan pembinaan dan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah di Jawa Barat. Pelatiah dan akreditasi PUKM Mitra

Pada tahun 2009 Pusat Pengembangan Pendamping UKM memberikan pelatihan dasar kepada 100 orang dalam 4 paket pelatiahan dan mengakreditasi 2 PUKM lembaga dan 38 PUKM individu.38

Kerjasama Lembaga

12 Agustus 2009 dilakukan penandatangan MoU antara Yayasan Batik Jawa Barat dengan Pusat Pengembangan Pendamping UKM dalam rangka pengembangan UKM Batik di Jawa Barat.

Kerjasama Kelembagaan

a. Lembaga keuangan : Allianz Life Indonesia

38


(60)

b. Pemerintah : Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota dan Kabupaten Bandung, Kementerian Perindustrian, BPPT, B2TTG LIPI, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

c. BUMN : Bio Farma, Pertamina, PTPN VIII

d. Perguruan tinggi : IKOPIN, Unpad, Unpar, ITB, Unisba, STT Tekstil e. Asosiasi : Kadin Provinsi Jawa Barat, Kadin Kota/Kab se-Jawa

Barat, LPNU Kota/Kab se-Jawa Barat, Perbarindo Jawa Barat.

f. Lembaga internasional: Swisscontact, IFC Pensa, GTZ, USAID, In Went

g. Swasta : HM Sampoerna, Bogasari Flour Mills

h. Media Massa : Tempo Inti Media, Radio Mara, Pikiran Rakyat39

Tabel 3.1

Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank

Yang Telah Bekerjasama Dengan PUKM Mitra P3UKM (Periode 2004-2010)

No. Nama lembaga No. Nama Lembaga

1 Bank Mandiri 19 Bank Ekspor Indonesia 2 Bank Syariah Mandiri 20 BCA

3 Bank Negara Indonesia 21 PT. SJV 4 Bank Rakyat Indonesia 22 Bank Saudara 5 Bank Jabar 23 Bank Artha Graha 6 Bank Jabar Syariah 24 Bank Bumiputera

7 BTPN 25 BTN

8 Bank Permata 26 Bank Commonwealth 9 Bank Bukopin 27 BNP

39


(61)

10 Bank Bukopin Syariah 28 Bank Danamon 11 Bank Muamalat 29 Bank Haga 12 Bank Niaga UKM Center 30 Bank Jasa Artha 13 Bank Niaga Syariah 31 BPR KS

14 Bank Mega 32 BPR Niaga Mitra 15 Bank NISP 33 BPR Swamitra 16 Bank Panin 34 BPR Kota Bandung 17 Bank Artos Indonesia 35 BPR Sadayana Artha 18 Bank Buana

Sumber : Buku Panduan P3UKM

Pusat Pengembangan Pendamping UKM Tahun 2010 Hal. 12

Gambar 3.2

Proses Seleksi, Pelatihan dan Sertifikasi Jasa PUKM Mitra

Laporan Bank Laporan PUKM Gagal Sumber : Buku Panduan P3UKM

Pusat Pengembangan Pendamping UKM Tahun 2010 Hal. 13 Publikas Sosialisasi dan Seminar Informasi Registrasi Calon PUKM Mitra Seleksi Penilaian

Pelatihan Ujian Akreditas

Pelatihan

Jasa*) Ujian

MoU (Bank + PUKM) Data dari Instansi Aplikasi Langsung Pengalaman pendamping UKM > 1 Thn Komitmen dalam pembinaan Basis Sertifikas Monitorin g dan Evaluasi Kemampuan membantu laporan keuangan UMKM Jumlah proposal kredit UMKM yang disetujui Bank Networking (lokal, nasional, internasional) Kemampuan membantu pengembangan bisnis UMKM Kualitas kredit UMKM binaan Standar Kinerja Pencabutan sertifikat


(62)

Tabel. 3.2

Daftra Nama PUKM Mitra P3UKM Periode 2003-2010

Wilayah Bandung, Tasikmalaya dan Cirebon

No Nama Bentuk Kota Alamat

1 Ahmad Radea Individu Kab. Sumedang Dsn. Sirnagalih RT. 02/X Ds. Mekargalih Kec. Jatinangor 2 Enung Supartini Individu Kab. Sumedang Dsn. Sirnagalih RT.

02/X Ds. Mekargalih Kec. Jatinangor 3 Sopari Individu Kota Bandung Komp. Surapati Core

blok AB-31

4 Cecep Parhanudin Individu Kab. Sukabumi Jl. Mawar No. 15 Perum Gunung Jaya Permai 5 Herry Marthadjaya Individu Kota Bandung Jl. Jupiter Utama II

E2-13 Ciateul No. 60 6 Agus Suhardi Individu Kab. Subang Komp. BTN Griya

Pesona Praja E5 No. 19 7 Dewi Reni Individu Kota Bandung Jl. Cikutra Baru Raya 1 8 Dedi Hidayat Individu Kab. Bandung Jl. Awibitung Gg.

Jembar III No. 26A 9 Taufik Suhadani Individu Kota Bandung Jl. Marga Indah I No. 7 10 George Zainal Haddy Individu Kota Bandung Jl. Ligarsari III No. 3 11 Cep Anton Firtana Individu Kota Bandung Jl. Cibiru Tonggoh 1 12 Umar Kusumah Individu Kota Bandung Jl. Kasuari I RT. 4/9


(1)

Lembaga penjaminan memberikan prioritas pelayanan dan kemudahan dan akses bagi usaha kecil yang dibina dan

dikembangkan untuk memperoleh jaminan pendanaan melalui :

a. perluasan fungsi lembaga penjaminan yang sudah ada dan atau pembentukan lembaga penjaminan baru;

b. pembentukan lembaga penjamin ulang untuk menjamin lembaga-lembaga penjaminan yang ada. Pasal 18

Lembaga pendukung lain berperan mempersiapkan dan menjembatani pembinaan dan pengembangan usaha kecil

melalui :

a. penyediaan informasi, bantuan manajemen dan teknologi kepada usaha kecil; b. pemberian bimbingan dan konsultasi melalui klinik konsultasi bisnis kepada usaha kecil;

c. pelaksanaan advokasi kepada berbagai pihak untuk kepentingan usaha kecil; d. pelaksanaan magang, studi banding dan praktek kerja bagi usaha kecil.

BAB IV KOORDINASI

Pasal 19

(1) Menteri mengkoordinasikan pembinaan dan pengembangan usaha kecil, baik yang dilakukan oleh pemerintah,

dunia usaha maupun masyarakat.

(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi penyusunan kebijaksanaan dan program pembinaan dan

pengembangan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi serta pengendalian umum terhadap pelaksanaan pembinaan dan pengembangan usaha kecil.

Pasal 20

(1) Menteri Teknis bertanggung jawab dalam memantau dan mengevaluasi pembinaan dan pengembangan usaha

sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

(2) Dalam rangka koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Menteri Teknis menyampaikan hasil

pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kepada Menteri. Pasal 21

Untuk menjamin kelancaran program, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pembinaan dan pengembangan usaha

kecil secara terpadu, Menteri dapat membentuk forum koordinasi pembinaan dan pengembangan usaha kecil baik di

tingkat pusat maupun ditingkat daerah dan anggotanya terdiri dari unsur pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.

BAB V

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 22

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

pelaksanaan pembinaan dan pengembangan usaha kecil yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah ini

dinyatakan tidak berlaku. BAB VI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 23


(2)

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya

dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 28 Pebruari 1998 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd. SOEHARTO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 Pebruari 1998

MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ttd. MOERDIONO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1998 NOMOR 46 PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998

TENTANG

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL UMUM

Upaya penumbuhan kemampuan dan ketangguhan usaha kecil yang memiliki jumlah besar dan terbesar luas di

seluruh tanah air, merupakan kegiatan yang tak dapat dipisahkan dari upaya menumbuhkan kemampuan,

ketangguhan dan ketahanan ekonomi nasional secara keseluruhan.

Kenyataannya menunjukkan, bahwa usaha kecil yang terdiri dari antara lain usaha kecil pemula, usaha kecil yang

belum layak usaha, usaha kerajinan rumah tangga, nelayan, dan petani tersebut, yang tersebar di seluruh pelosok

tanah air, belum mampu memupuk modal sendiri atau memanfaatkan sumber permodalan yang ada, memanfaatkan

peluang pasar, menata organisasi dan manajemen, apalagi menguasai teknologi. Didasari bersama bahwa usaha kecil

merupakan bagian integral dari usaha nasional sehingga perkembangan usaha kecil mempunyai pengaruh yang

sangat penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan pembangunan nasional, oleh karena itu peranan usaha

kecil dalam kegiatan pembangunan sosial ekonomi bangsa harus terus ditingkatkan. Di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, telah ditentukan bahwa usaha

kecil adalah

kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memiliki kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,-

(dua ratus juta rupiah) atau hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) serta

kepemilikannyapun telah ditetapkan pula dalam pasal 5 Undang-undang Usaha Kecil, adalah harus dimiliki oleh

Warga Negara Indonesia.

Kegiatan dan kebijaksanaan pemerintah yang telah dilaksanakan dalam upaya meningkatkan peran usaha kecil sesuai


(3)

dengan kegiatan usahanya yang terdapat diberbagai sektor, misalnya sektor pertanian, peternakan, pertambangan,

perindustrian, belum terlaksana secara optimal dan terpadu. Dalam pelaksanaan program pembinaan usaha kecil.

seakan-akan masing-masing pembina sesuai sektornya berjalan sendiri-sendiri, kurang terkoordinasi sehingga

efektivitas pembinaan masih perlu ditingkatkan.

Tidak adanya perlakuan tambahan di bidang perpajakan atau dalam rangka perolehan perizinan, atau permodalan

yang tidak mendukung, merupakan kendala bagi usaha kecil, sehingga sulit berkembang. Apabila dilihat dari

peningkatan produk, pemasaran, sumber daya manusia atau teknologi usaha kecil, kemampuan dan peran serta usaha

kecil pada kenyataannya masih jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan peningkatan kegiatan usaha menengah

atau usaha besar. Oleh karena itu, diperlukan satu petunjuk yang disusun secara lengkap dan teratur dalam satu

peraturan pelaksanaan pembinaan dan pengembangan usaha kecil. Sasaran umum pembinaan dan pengembangan

tersebut adalah terwujudnya usaha kecil menjadi usaha dan gerakan ekonomi rakyat yang lebih tangguh dan mandiri

serta memiliki daya saing tinggi serta dapat berkembang menjadi usaha menengah. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka materi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini

ditekankan pada tata

cara pembinaannya dan diatur pula mengenai koordinasi dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan yaitu

antara instansi terkait serta pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pembinaan dimaksud. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas

Pasal 2 Ayat (1) Yang dimaksud dengan :

1. Usaha kecil yang tangguh adalah usaha kecil yang memiliki daya tahan dan daya saing tinggi; 2. Usaha kecil yang mandiri adalah usaha kecil yang memiliki kemampuan memecahkan masalah

dengan bertumpu

pada kepercayaan dan kemampuan sendiri tanpa tergantung pada pihak lain. Ayat (2)

Dalam pembinaan dan pengembangan usaha kecil, perlu memperhatikan klasifikasi dan tingkat perkembangan usaha

kecil, tetapi dengan tetap menerapkan keluwesan dalam pembinaan sehingga tidak justru menghambat upaya

pembinaan dan pengembangan dimaksud. Ayat (3)

Cukup jelas Pasal 3 Ayat (1)

Bobot, intensitas, prioritas dan jangka waktu pembinaan dan pengembangan usaha kecil dimaksud merupakan satu

kesatuan rangkaian tindak yang dilakukan secara berkesinambungan untuk mewujudkan usaha kecil yang tangguh


(4)

dan mandiri serta agar dapat berkembang menjadi usaha menengah. Ayat (2)

Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas

Pasal 5 Cukup jelas

Pasal 6 Cukup jelas

Pasal 7 Huruf a Cukup jelas

Huruf b Cukup jelas

Huruf c Cukup jelas

Huruf d Cukup jelas

Huruf e Cukup jelas

Huruf f Cukup jelas

Huruf g Cukup jelas

Huruf h

Pemberian peluang pasar kepada usaha kecil perlu terus ditingkatkan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat,

sehingga usaha kecil dapat memanfaatkan pasar dan akses pasar. Pasal 8

Tujuan pengembangan sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan pengetahuan, profesional, keterampilan

serta jiwa wirausaha yang mempunyai tanggung jawab tinggi dalam mewujudkan usaha yang mandiri, produktif,

kreatif dan inovatif. Disamping itu, manajemen usaha kecil dapat dijadikan pedoman dalam pendidikan dan latihan

usaha kecil serta pemasyarakatan dan pembudayaan kewirausahaan. Pasal 9

Pengembangan teknologi usaha kecil oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dikembangkan di sentra-sentra

usaha termasuk didalamnya pengembangan desa cerdas teknologi, pusat desain nasional dan pemasyarakatan hak

atas kekayaan intelektual seperti hak cipta, paten dan merek. Pasal 10

Huruf a Cukup jelas

Huruf b Cukup jelas

Huruf c Cukup jelas

Huruf d Cukup jelas


(5)

Huruf e

Penyediaan dana dilakukan oleh Departemen teknis, Kantor Menteri Negara, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik

Negara, Badan Usaha Milik Daerah, melalui anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan

belanja daerah, anggaran perusahaan sesuai dengan program pembinaan dan pengembangan usaha kecil di masingmasing

sektor, sub sektor, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang

bersangkutan. Huruf f Cukup jelas

Huruf g Cukup jelas

Huruf h Cukup jelas

Pasal 11

Dalam rangka menyiapkan usaha kecil dalam menghadapi persaingan sehat diperlukan langkah-langkah dan kebijakan

pencadangan usaha bagi usaha kecil secara terpadu, sehingga usaha kecil dapat menjadi usaha yang tangguh dan

mandiri. Pasal 12 Cukup jelas

Pasal 13

Dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1993 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 menentukan bahwa pengeluaran berupa biaya yang

berkenaan dengan pekerjaan atau kerugian yang untuk memelihara penghasilan atau untuk pengembangan

perusahaan, dapat diperhitungkan sebagai pengurangan terhadap penghasilan bruto dalam rangka penetapan

Penghasilan Kena Pajak.

Pengeluaran tersebut meliputi antara lain biaya pengembangan sumber daya manusia dan pendidikan dan latihan

usaha kecil, pemberian modal usaha kecil, biaya survey pasar, seminar dan pameran usaha kecil, biaya pengembangan

teknologi usaha kecil, depresiasi atas aktiva tetap yang digunakan untuk pembinaan dan pengembangan usaha kecil

dan biaya untuk magang dan studi banding, konsultasi, penyuluhan, pendidikan dan pelatihan serta pembiayaan

lainnya. Pasal 14

Pembinaan dan pengembangan terhadap usaha kecil yang telah berhasil berkembang menjadi usaha menengah, masih

dapat dilanjutkan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun lagi untuk lebih memantapkan usahanya setelah menjadi usaha

menengah, dan selama kurun waktu 3 (tiga) tahun itu usaha menengah tersebut masih dapat memanfaatkan bantuan


(6)

Pasal 15

Yang dimaksud dengan lembaga pembiayaan dan lembaga penjaminan adalah lembaga yang sudah ada atau yang

akan dibentuk, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang dimiliki oleh pemerintah maupun

oleh dunia usaha. Sedangkan lembaga pendukung lainnya antara lain dapat berupa lembaga pendidikan dan

pelatihan, lembaga pengkajian, lembaga pemasaran dan informasi, klinik konsultasi bisnis, inkubator, lembaga

bantuan hukum dan pembelaan. Pasal 16

Lembaga pembiayaan menyediakan dukungan modal untuk pembinaan dan pengembangan usaha kecil antara lain

meliputi skim modal awal, modal bergulir, kredit usaha kecil, kredit program dan kredit modal kerja usaha kecil, kredit

kemitraan, modal ventura, dana dari bagian laba Badan Usaha Milik Negara, anjak piutang dan kredit lainnya untuk

peningkatan ekspor dan pengembangan teknologi usaha kecil. Pasal 17

Dalam pelaksanaan penjaminan usaha kecil, baik lembaga penjaminan yang dimiliki pemerintah maupun swasta

memberikan bantuan kemudahan berupa penyederhanaan tata cara atau persyaratan yang ringan serta pendirian

lembaga penjaminan usaha kecil di daerah, baik di Daerah Tingkat I maupun Daerah Tingkat II. Pasal 18

Cukup jelas Pasal 19 Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 20 Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 21 Cukup jelas

Pasal 22 Cukup jelas

Pasal 23 Cukup jelas