MAKALAH OBSERVASI PASAR WATES INDONESIA

MAKALAH
OBSERVASI PASAR WATES
Mata Kuliah : Praktik Bisnis Retail
Dosen Pembimbing : Penny Rahmawaty M.Si

Disusun oleh :
1. Annisa Dwi Handini

(14810134039)

2. Galang Saka Mega Perwira

(14810134043)

3. Handika Arisdianto

(14810134045)

4. Ariabima Fajar Baihaqi

(14810134051)


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI D3-MANAJEMEN PEMASARAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

BAB I
PASAR TRADISIONAL
A. PENGERTIAN PASAR
1. Kotler, 2002
Pasar adalah suatu tempat fisik dimana pembeli dan penjual berkumpul
untuk mempertukarkan barang dan jasa.
2. W.Y. Stanton
Pasar yaitu tempat yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan,
mempromosikan, serta mendistribusikan barang dan jasa
Pasar dalam pengertian ekonomi adalah situasi seseorang atau lebih pembeli
(konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua
pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas)
barang dengan kualitas tertentu yang menjadi objek transaksi.
B. FUNGSI PASAR

Pasar berfungsi sebagai tempat atau wadah untuk pelayanan bagi masyarakat.
Hal ini dapat dilihat dari berbagai segi atau bidang, diantaranya :
a. Segi ekonomi
Merupakan tempat transaksi atara produsen dan konsumen yang
merupakan komoditas untuk mewadahi kebutuhan sebagai demand dan
suplai.
b.

Segi sosial budaya
Merupakan kontrak sosial secara langsung yang menjadi tradisi suatu
masyarakat yang meruoakan interaksi antara komunitas pada sektor informal
dan formal.

c. Arsitektur
Menunjukan ciri khas daerah yang menampilkan bentuk-bentuk fisik
bangunan dan artefak yang dimiliki.

C. PENGERTIAN PASAR TRADISIONAL
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik

Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios,
los, dan tenda yang dimilki/ dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya
masyarakat, atau koperasi dengan usaha skal kecil, menegah, dengan usaha skala
kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar
menawar.
D. CIRI-CIRI PASAR TRADISIONAL
Ciri-ciri pasar tradisional adalah sebagai berikut:
1. Pasar tradisional dimiliki, dibangun dan atau dikelola oleh pemerintah daerah.
2. Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli. Tawar menawar ini
adalah salah satu budaya yang terbentuk di dalam pasar. Hal ini yang dapat
menjalin hubungan sosial antara pedagang dan pembeli yang lebih dekat.
3. Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama. Meskipun semua
berada pada lokasi yang sama, barang dagangan setiap penjual menjual barang
yang berbeda-beda. Selain itu juga terdapat pengelompokan dagangan sesuai
dengan jenis dagangannya seperti kelompok pedagang ikan, sayur, buah, bumbu,
dan daging.
4. Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan lokal.Barang dagangan
yang dijual di pasar tradisonal ini adalah hasil bumi yang dihasilkan oleh daerah
tersebut. Meskipun ada beberapa dagangan yang diambil dari hasil bumi dari
daerah lain yang berada tidak jauh dari daerah tersebut namun tidak sampai

mengimport hingga keluar pulau atau negara.
E. KELAS PASAR
 Kelas I
Luas lahan dasaran minimal 2000m2. Tersedia fasilitas : tempat parkir, tempat
bongkar muat, tempat promosi, tempat pelayanan kesehatan, tempat ibadah,

kantor pengelola, KM/WC, sarana pengamanan, sarana pengolahan kebersihan,
sarana air bersih, instalasi listrik, dan penerangan umum.
 Kelas II
Luas lahan dasaran minimal 1500m2. Tersedia fasilitas : tempat parkir, tempat
promosi, tempat pelayanan kesehatan, tempat ibadah, kantor pengelola, KM/WC,
sarana pengamanan, sarana pengolahan kebersihan, sarana air bersih, instalasi
listrik, dan penerangan umum.
 Kelas III
Luas lahan dasaran minimal 1000m2. Tersedia fasilitas : tempat promosi,
tempat ibadah, kantor pengelola, KM/WC, sarana pengamanan, sarana air bersih,
instalasi listrik, dan penerangan umum.
 Kelas IV
Luas dasaran minimal 500m2. Tersedia fasilitas : tempat promosi, kantor
pengelola, KM/WC, sarana pengamanan, sarana air bersih, instalasi listrik, dan

penerangan umum.
 Kelas V
Luas dasaran minimal 50m2. Tersedia fasilitas: sarana pengamanan dan
sarana pengelola kebersihan.

BAB II
HASIL OBSERVASI
A. KETERANGAN OBSERVASI
 Lokasi Observasi: Pasar Wates, Yogyakarta
 Alamat Observasi: Jl. Diponegoro, Wates
 Waktu Observasi: Sabtu, 17 September 2016
 Narasumber:
1. Bapak Juni (Koordinat Pasar Wates Tahun 2013-Sekarang)
2. Ibu Sinta (Pemilik Toko Klontong Pasar Wates Lantai 2)
3. Bapak Franki (Pedagang Kaki Lima Pasar Wates)
B. DAFTAR PERTANYAAN YANG DIAJUKAN
a. Pengelola
1. Organisasi Pasar?
2. Kelas Pasar?
3. Jumlah Kios dan Pedagang Kaki Lima (PKL)?

4. Harga Sewa Kios dan Pedagang Kaki Lima (PKL)?
5. Harga Iuran?
6. Fasilitas Pendukung?
7. Penataan Barang Dagangan?
8. Prosedur Berjualan?
9. Permasalahan Yang Sering Timbul?
b. Penjual
1. Harga Sewa Kios dan Pedagang Kaki Lima (PKL)?
2. Harga Iuran?
3. Keadaan Pasar?
4. Keamanan?
5. Kebersihan?
6. Pengawasan?
7. Permasalahan?

C. HASIL OBSERVASI
1. Organisasi Pasar Wates
a. Paguyuban, paguyuban dipasar wates bersifat sosial yang beranggotakan para
penjual. Para penjual bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah-masalah
pribadi mereka pada saat berjualan. Paguyuban ini juga bersimpatik kepada

semua penjual ketika mereka sedang sakit atau sedang terkena musibah,
mereka menyisihkan uang dan menjenguk penjual yang sakit atau terkena
musibah. Hal ini dilakukan untuk menjaga silaturahmi para penjual di Pasar
Wates agar selalu kompak dan memelihara asas kekeluargaan.
b. APPSI (Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia)
APPSI dibentuk sebagai wadah aspirasi perjuangan pedagang pasar tradisional
menempa dan menempatkan diri guna menampung, menyalurkan dan
memperjuangkan aspirasi pedagang pasar secara konstitusional dan
institusional untuk menciptakan pemerataan kesempatan berusaha.
c. Keamanan
Pasar Wates memiliki 15 Anggota Satpam, Masing-masing dibagi menjadi 3
Shift (Pagi, Siang dan Malam). Satpam berfungsi sebagai anggota keamanan
guna menertibkan para penjual dan pembeli yang melakukan tindakan
kecurangan, pemalakan ataupun pencurian.
d. Kebersihan
Pasar Wates memiliki beberapa petugas yang bekerja 2 Shift, yaitu Waktu
Pagi (06:00) dan Waktu Siang (12:00). Organisasi kebersihan ini tetap
berjalan dengan semestinya karena untuk menciptakan kondisi pasar yang
bersih dan nyaman bagi para penjual yang mendatangi pasar tiap harinya.
2. Kelas Pasar

Pasar Wates merupakan pasar tradisional kelas 1, karena luasnya lebih dari 2000
m2 dan memiliki fasilitas-fasilitas yang cukup lengkap dipasar untuk para
pembeli dan penjual.
3. Jumlah Kios dan PKL
Pasar Wates memiliki jumlah 178 kios dan kurang lebih 48 orang pedagang kaki
lima yang berjualan diluar sekitar pasar.

4. Harga Sewa Kios dan PKL
Harga Sewa Semua Kios tidak ditentukan oleh koordinat pasar, karena kios sudah
dibeli dan disewakan kepada penjual lain secara personal dan pribadi.Hal ini
membuat harga kios berbeda harga terhadap kios yang lainnya. Harga kios
ditentukan /kapling. Harga kapling bawah (lantai dasar) sekitar Rp2.300.000,00
/kapling. Harga kapling atas (lantai 2) sekitar Rp2.200.000,00 /kapling.
Perkapling memiliki ukuran 2x2 meter dan dalam jangka waktu 20 tahun.
5. Harga Iuran
Harga Iuran yang dilakukan adalah untuk biaya retribusi kebersihan
a. Kios: Rp7.500,00/bulan
b. PKL : Rp900,00/hari
6. Fasilitas Pendukung
Fasilitas yang dimiliki pasar wates adalah: kamar mandi/toilet (lantai dasar dan

atas), tempat beribadah (Mushola), pos keamanan, listrik, area parkir, air bersih
dan kantor koordinat pasar.
7. Penataan Barang Dagangan
Koordinat pasar telah menata sebaik mungkin untuk denah berjualan, seperti para
penjual daging (ayam,sapi dan ikan) berada di sisi dalam lantai dasar, hal ini
dilakukan agar bau daging tidak menempel pada produk-produk lain. Namun
tetap masih ada penjual yang kurang tertib dalam menjualkan barang
dagangannya. Seperti para penjual baju dan makanan ringan yang saling
bersebelahan.
8. Prosedur Berjualan
Setiap para penjual yang ingin berjualan di pasar wates, harus melaporkan diri ke
kantor koordinat pasar untuk mendata nama para penjual serta wajib membayar
iuran.
9. Pengawasan
Pengawasan dilakukan kurang lebih dalam setahun 2 kali, kegiatan pengawasan
meliputi: Pengecekan kandungan/zat pada makanan, pemeriksaan masa
kadaluarsa bagi makanan, pemeriksaan minuman yang mengandung alcohol atau
obat-obatan terlarang serta pengawasan terhadap kebersihan lingkungan pasar.

Pengawasan tersebut dilakuakn oleh dinas BPOM setempat maupun Koordinat

Pasar Wates.
10. Permasalahan yang sering timbul
Sudut pandang pengelola dan pedagang:

a. Para pedagang masih banyak yang belum melaporkan diri ke kantor koordinat
pasar. Hal ini terjadi karena sewa kios dijual oleh para pedagang langsung
tanpa laporan kepada koordinat pasar, sehingga terjadi kesalahan komunikasi
antar pemilik kios, pedagang dan koordinat pasar.
b.

Para pedagang yang didalam pasar masih mengeluh atas pelanggaran yang
dilakukan pedagang diluar pasar (PKL) yang berjualan hingga melebihi batas
waktu yang ditentukan bersama sehingga para pembeli enggan untuk masuk
kedalam pasar. Adapun waktu berjualan yang telah dimusyawarahkan oleh
para anggota pedagang pasar wates, antara lain:
i. Pasar Pagi : jam 03:30 – 07:00 WIB
ii. Pasar Siang : jam 07:00 – 17:00 WIB

c. Pembagian zona atau penataan pasar yang kurang tertib, pengelola sudah
memberikan informasi tentang zona dagang, namun para pedagang masih ada

yang melanggarnya. Hal ini akan berimbas pada para pembeli yang akan
kebingungan ketika ingin membeli barang yang diinginkan, karena posisi kios
yang masih kurang tertata berdasarkan zona.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil observasi, kita dapat menyimpulkan bahwa Pasar Wates adalah
pasar tradisional kelas I, yang cukup tertata dengan rapih mulai dari organisasi,
keamanan hingga kebersihannya. Pasar Wates juga mempunyai fasilitas
pendukung yang dapat digunakan untuk para pembeli maupun penjual sehingga
membuat mereka nyaman untuk berbelanja. Hal ini membuktikan bahwa Pasar
Wates adalah pasar yang cukup diperhatikan oleh pemerintah, khususnya oleh
Disperindag. Pasar Wates dibangun untuk mensejahterahkan masyarakat Wates
dari segi perekonomian, termasuk dengan melakukan aktivitas bisnis retail.

DOKUMENTASI OBSERVASI DI PASAR WATES

1.

3.

2.

4.

6.

5.

7.

Keterangan:
1. Wawancara dengan Bapak Juni (Koordinator Pasar Wates)
2. Wawancara dengan Ibu Sinta (Penjual Toko Kelontong Pasar Wates Lt. 2)
3. Wawancara dengan Bapak Franki (Pedagang Kaki Lima)
4. Kondisi Pasar Wates Lt. dasar
5. Pintu Masuk Utama Pasar wates
6. Karcis Retribusi Sampah/Kebersihan
7. Karcis Berjualan Di Pasar Wates (PKL)