LAPORAN PRAKTIKUM DASAR DASAR ILMU TAN

Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah

PROFIL TANAH

NAMA

: ADINDA ASRI LARASWATI

NIM

: G11115305

KELOMPOK

: 15

KELAS

:F


ASISTEN

: NUR SYAHIRA BINTI TAHIR

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan
menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsurunsur esensial); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme)
yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif
(pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman (Hanafiah, 2004).
Tanah berasal dari pelapukan batuan dngan bantuan tanaman dan organisme

membentuk tubuh unik yang menyelimuti lapian batuan. Proses pembentukan
tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai
tubuh alam yang terdiri atas lapian-lapisan atau disebut sebagai horison. Setiap
horison dapat menceritakan asal dan proses-proses kimia, fisika dan biologi yang
telah dilalui tubuh tanah tersebut (Purwowidodo, 1991).
Tanah sebagai media tumbuh mempunyai empat fungsi utama, yaitu sebagai
tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran, penyedia kebutuhan primer
tanaman untuk melaksanakan aktivitas metabolismenya baik selama pertumbuhan
maupun untuk berproduksi, penyedia kebutuhan sekunder tanaman yang berfungsi
dalam menunjang aktivitasnya supaya berlangsung optimum, dan habitat biota
tanah baik yang berdampak positif maupun yang berdampak negatif (Hanafiah,
2004).
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan
kedalman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan
penelitiannya (Sutejo & Kartasapoetra, 1991).
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan pengamatan profil tanah
dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah. Dari pengambilan
sampel tanah yang dilakukan pada berbagai lapisan tanah tersebut kita dapat
mengetahui karakteristik tanah, tekstur, warna, dan pH tanah.

I.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan praktikum ini untuk mendemonstrasikan bagaimana profil tanah
dibuat dan diamati; mendemonstrasikan kepada mahasiswa kenampakan dari
profil tanah secara utuh; menjelaskan bagaimana pencirian horizon-horizon tanah;
mendemonstrasikan dan menjelaskan pembentukan tanah dari bahan induknya;
dan bagaimna mencatat hasil pengamatan suatu profil tanah.
Kegunaan praktikum ini untuk membantu kita dalam memperoleh gambaran
tentang sifat-sifat tanah, terutama yang erat kaitannya dengan pertumbuhan
tanaman dan dengan pencandraan itu akan memungkinkan kita lebih mengetahui
tentang sifat dari tiap horizon.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Profil Tanah
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan
cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalman
yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitiannya
(Sutejo & Kartasapoetra, 1991).
Menurut Brady (1974) setiap tanah itu, horison-horisonnya mencirikan dan

sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tingkat tinggi. Pada suatu profil
tanah yang lengkap dapat kita lihat beberapa lapisan yang membentuk tanah.
Adanya lapisan-lapisan dalam tanah ini karena berlangsungnya perombakan yang
tidak sama. Lain halnya pada tanah yang tergolong entisol, disini lapisan-lapisan
merupakan hasil penimbunan bahan yang berasal dari tempat lain. Lapisan-lapisan
yang terbentuk sebagaimana kita lihat pada profil tanah dapat dikatakan tidak
selamanya tegas dan nyata sehingga kerap kali batas-batasnya agak kabur dan
kejadian demikian akan menyulitkan dalam penelitian (Sutejo & Kartasapoetra,
1991).
Pada umumnya penelaahan laisan-lapisan pembentuk tanah ditekankan pada
ketebalan solum tanah (medium bagi pertumbuhan tanaman) yang diukur
ketebalannya itu mulai dari lapisan batu-batuan sampai ke permukaan tanah.
Setelah diketahui solum tanah itu kemudian dapat ditentukan tebalnya lapisan atas
tanah (top soil) dan lapisan bawahnya (sub soil) yang satu dengan lainnya akan
menunjukkan

perbedaan

atau


kekhususan

yang

mencolok

(Sutejo

&

Kartasapoetra, 1991). Tentang hal ini dapat ditemukan sebagai berikut:
a. Lapisan atas tanah (top soil) yang ketebalan solumnya sekitar 20 – 35 cm
merupakan tanah yang relatif lebih subur jika dibandingkan dengan sub soil,
banyak mengandung bahan organik dan biasanya merupakan lapisan olah
tanah bagi pertanian yang banyak memungkinkan keberhasilan usaha
penanaman diatasnya. Pada tanah litosol ketebalan solum tanah biasanya
kurang dari 25 cm.
b. Lapisan atas tanah merupakan media utama bagi perkembangan akar tanaman
yang kita budidayakan, dengan kandungan unsur-unsur haranya yang tinggi


serta tingkat kelembaban tanahnya menguntungkan bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pengolahan tanah yang baik (pengolahan dan
pemberian bahan organik) akan lebih memperbaiki sifat fisik tanah itu,
sedangkan kesuburan dan produktivitasnya akan lebih dapat ditingkatkan
dengan

beberapa

perlakuan,

seperti

pemberian

pupuk,

pemulasan,

pengapuran, pengeringan atau pembasahan dan lain sebagainya.
c. Akan tetapi dalam ketahanan, tanah lapisan atas biasanya lebih rapuh, lebih

mudah terangkut dan hanyut dibanding dengan sub soil, terutama pada
permukaan tanah yang mempunyai kemiringan (slope), hanya dengan
beberapa perlakuan pula (pemulasan, penterasan, penanaman rumputrumputan dan lain-lain maka keadaan top soil akan dapat lebih dipertahankan.
Biasanya profil tanah memiliki horison-horison O –A – E – B - C – R. Solum
Tanah atau empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca terdiri dari: O – A
– E – B, Lapisan tanah atas (Top Soil) meliputi: O – A, Lapisan tanah bawah
(Sub Soil) meliputi : E – B.
Meskipun tanah terdiri dari beberapa horizon, namun bagi tetanaman yang
sangat penting adalah horizon O – A (lapisan atas) yang biasanya mempunyai
ketebalan dibawah 30 cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi,
palawija dan sayuran yang paling berperan adalah kedalaman di bawah 20 cm.
Oleh karena itu, istilah ‘kesuburan tanah’ biasanya mengacu kepada ketersediaan
hara pada lapisan setebal ini, yang biasanya disebut sebagai ‘lapisan olah’. Namun
bagi tetanaman perkebunan dan kehutanan (pepohonan) untuk jangka panjang
lapisan tanah bawah juga akan menjadi sumber hara dan air (Hanafiah, 2004).
II.2 Sifat-Sifat Tanah
2.2.1 Sifat Fisik Tanah
1.

Tekstur


Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada
kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan
relatif pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan

kimia penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur ini
menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi (Tan, 1992).
2.

Struktur
Menurut

Pandutama

pengelompokan/pengaturan

(2003)
partikel

struktur

tanah

tanah

kedalam

agregat

adalah
atau

kumpulan yang mantap. Struktur yang baik ditandai dengan penetrasi air
menjadi lebih baik, kemampuan tanah memegang air tinggi, mudah untuk
digarap, mudah ditembus akar, air dapat mengalir dengan baik,
tersedianya nutrisi dan internal drainasenya bagus.
3.

Konsistensi
Menurut L.D. Baver dalam “Soil Physics” (1965), konsistensi tanah
dapat ditakrifkan sebagai daya kohesi dan adhesi tanah pada berbagai

kelembaban.
Menurut Baver pula, Atterberg (tokoh pemula peneliti dan yang
menggolong-golongkan konsistensi tanah dalam kaitannya dengan kadar
lengas) telah melakukan klasifikasi dan penetapan konsistensi tanah
sebagai berikut:

a. Konsistensi lekat, memili tanda-tanda dapat melekati atau melengketi macammacam bahan (benda) yang mengenainya.
b. Konsistensi liat atau plastik, memiliki tanda-tanda liat dan atau kemampuan
untuk diubah-ubah bentuknya.
c. Konsistensi lunak, memiliki tanda-tanda kegemburan.
d. Konsistensi keras, memiliki kekhususan sebagai gumpalan tanah yang keras,
dan bila dibelah akan pecah-pecah.
4.

Porositas

Porositas adalah total pori dalam tanah yaitu ruang dalam tanah yang ditempati
oleh air dan udara. Pada keadaan basah seluruh pori baik makro, meso, maupun
mikro terisi oleh air, pada keadaan kering pori makro dan sebagian pori meso
terisi oleh udara. Porositas perlu diketahui karena merupakan gambaran aerasi dan

drainase tanah (Foth, 1994).

Pori tanah adalah ruang antara butiran padat tanah yang pada umumnya pori
kasar ditempati udara dan pori kecil ditempati air, kecuali bila tanah kurang.
Porositas tanah adalah persentase volume tanah yang ditempati butiran padat
(Pairunan, 1985).
Tanah dengan struktur lemah atau kersai pada umumnya mempunyai
porositas yang terbesar. Pengolahan tanah untuk sementara waktu dapat
memperbesar porositas, namun dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan turunnya porositas. Oleh karena itu, untuk memperbesar porositas
tanah tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan penambahan bahan organik
atau melakukan pengolahan tanah secara minimum. Pengolahan tanah berlebih
akan menyebabkan rusaknya struktur tanah. Nilai porositas dapat diperoleh jika
diketahui nilai bulk density dan partikel densitynya (Hardjowigeno, 2010).
5.

Suhu

Suhu tanah demikian berpengaruh pada tanaman, pengukuran biasanya dilakukan
pada kedalam 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100cm. Pengaruh suhu tanah
terhadap tanaman yaitu pada perkecambahan biji, pada aktivasi mikroorganisme,
dan perkembangan penyakit tanaman. Faktor pengaruh suhu tanah yaitu faktor
luar (eksternal) dan faktor dalam (internal). Faktor eksternal yaitu radiasi matahari
keawanan,curah hujan, angin dan kelembapan udara sedangkan faktor internal
yaitu tekstur tanah, struktur dan kadar air tanah, kandungan bahan organik dan
warna tanah (Ance, 1986).
6.

Warna tanah
Warna tanah yang sering kita jumpai adalah warna kuning, merah, coklat,
putih, dan hitam serta warna-warna tanah di antara warna-warna tersebut,
sedangkan yang berwarna hijau dan lembayung jarang sekali ditemui.
Warna tanah itu tidak murni, dalam suatu warna coklat misalnya, di sana
sini sering terdapat tambahan berupa kumpulan titik dan corengan merah,
kuning, atau warna gelap (hitam). Warna coklat merupakan warna dasar,
sedangkan warna merah, kuning, ataupun hitam merupakan warna noda
atau warna bercak (Kohnke, 1968).

2.2.2 Sifat Kimia Tanah
1.

Derajat Kemasaman Tanah (pH)

pH tanah adalah satuan derajat yang dipergunakan untuk menentukan tingkat
keasaman atau kebasaan terhadap tanah. pH tanah sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak
langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun.
Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk
tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH
lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi,
asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu
tanaman (Hardjowigeno, 2010).
2.

C-Organik

Bahan organik tanah merupakan hasil perombakan dan penyusunan yang
dilakukan jasad renik tanah, senyawa penyusunnya adalah tidak jauh berbeda
dengan senyawa aslinya, yng tentunya dalam hal ini ada berbagai tambahan bahan
seperti glukosamin (hasil metabolis jasad renik) (Sutedjo & Kartasapoetra, 1991).
Sifat fisika yang dipengaruhi bahan organik adalah kemantapan agregat
tanah, dan selain itu sebagai penyedia unsur-unsur hara, tenaga maupun
komponen pembentuk tubuh jasad dalam tanah (Brady, 1974).
3.

N-Total

Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot
tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah, 2004).
Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah (bahan organik halus
dan bahan organik kasar), pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara, pupuk,
dan air hujan (Hardjowigeno, 2010).

III. METODOLOGI

III.1

Letak Geografis dan Administrasi

Letak astronomis lokasi pengamatan profil tanah berada antara 05o 07’ 658” LS
dan 119o 28’ 778” BT. Letak geografis dengan batas administratifnya yaitu
Sebelah Utara berbatasan dengan kebun tebu dan sebelah Selatan berbatasan
dengan pemukiman.
III.2

Tempat dan Waktu

Praktikum pengamatan profil tanah bertempat di Ex farm Universitas Hasanuddin
Kelurahan Tamalanrea, Makassar. Dilaksanakan pada hari Minggu, 11 Oktober
2015, pukul 07.30 WITA sampai selesai.
III.3

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah peralatan mekanik yang terdiri dari cangkul, linggis
dan skop, peralatan deteksi yaitu pisau lapangan, meteran gulung, dan lup. Bahanbahan yang digunakan meliputi profil tanah, dan gambar-gambar profil tanah dari
foto-foto dan literatur.
III.4

Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.

III.4.1 Penggalian Profil
1. Dalam membuat lubang penampang harus besar, supaya orang dapat dengan
mudah

duduk

atau

berdiri

didalamnya,

agar

memudahkan

dalam

pengamatannya.
2. Menggai tanah dengan ukuran penampang 1m x 50 cm dan pengamatan
dipilih pada sisi lubang yag mendapat penerangan dari sinar matahari yang
cukup.
3. Tanah bekas galian tidak ditumpuk diatas sisi penampang pengamatan.

4. Penampang pewakil adalah tanah yang belum mendapat gangguan, misalnya
timbunan serta jauh dari pemukiman.
5. Jika berair, maka air yang berada dalam penampang dikeluarkan sebelum
pengamatan.
6. Melakukan pengamatan profil tanah pada sinar matahari yang cukup (tidak
terlalu pagi atau sore).
III.4.2 Pengambilan Sampel Tanah Utuh
1. Ratakan dan bersihkan lapisan yang akan diambil, kemudian letakkan ring
sampel tegak lurus.
2. Tekan ring sampel sampai ¾ bagiannya masuk ke dalam tanah.
3. Letakkan ring sampel lain tepat diatas ring sampel pertama, kemudian tekan
lagi sampai bagian bawah dari ring sampel kedua masuk ke dalam tanah (± 10
cm).
4. Ring sampel beserta tanah di dalamnya digali dengan skop atau linggis.
5. Pisahkan ring kedua dari ring sampel pertama dengan hati-hati, kemudian
potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawah ring smpel
sampai permukaan tanah rata dengan permukaan ring sampel.
6. Tutuplah ring sampel denga plastik, lalu simpan dalam tempat yang telah
disediakan.
III.4.3 Pengambilan Sampel Tanah Terganggu
1. Ambil tanah dengan pisau sesuai dengan lapisan yang akan diambil, mulailah
dengan lapisan yang paling bawah.
2. Masukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Pengamatan Profil Tanah
Lapisan

I

II

III

Kedalaman Lapisan

0-35

35-50

> 50

Batasan Lapisan

Berangsur

Berangsur

Berangsur

Topografi Batas Lapisan

Berombak
Pasir
berlempung

Berombak

Berombak

Lempung berdebu

Lempung berdebu

Struktur

Sangat kasar

Kasar

Halus

Konsistensi

Kering teguh

Lembab gembur

Lembab lepas

Tekstur

Sumber : Data primer, 2015
IV.2Pembahasan
4.2.1 Kedalaman Lapisan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap lapisan memiliki kedalaman
lapisan yang berbeda. Pada lapisan I memiliki kedalaman lapisan 0-35 cm, lapisan
II memiliki kedalaman lapisan 35-50 cm, sedangkan pada lapisan III memiliki
kedalaman lapisan > 50 cm. Pengukuran kedalaman lapisan ini menggunakan bar
yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Hal ini didukung oleh Kartasapoetra dan
Mulyani (1987) yang menyatakan bahwa lapisan tanah atas (top soil) memiliki
ketebalan solum sekitar 20 sampai 35 cm.
4.2.2 Batasan Lapisan
Pada batasan lapisan ini, dapat dilihat pada tabel bahwa pada lapisan I, II, dan III
memiliki batas lapisan yang sama, yaitu berangsur. Lapisan I hingga lapisan IV
memiliki beberapa batasan lapisan yang berangsur. Hal ini sesuia dengan pendapat
Hardjowigeno (2007) bahwa dalam pengamatan tanah di lapangan ketajaman

peralihan hrizon dibedakan kedalam tiga tingkatan yaitu nyata, jelas berangsur
dan baur.
4.2.3 Topografi Batas Lapisan
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa topografi batas lapisan pada lapisan I, II,
dan III sama, yaitu berombak. Dalam pengamatan di lapangan, diperoleh bahwa
batasan antar lapisan kurang tegas atau baur dengan topografi batasan lapisan
yang berombak. Adanya batasan dan topografi lapisan lapisan ini sesuai dengan
Kartasapoetra dan Mulyani (1987) yang menyatakan bahwa lapisan-lapisan yang
terbentuk pada profil tanah dapat dikatakan tidak selamanya tegas dan nyata tetapi
kerap kali batas-batasnya agak kabur.
4.2.4 Tekstur
Lapisan I, II, dan III memiliki tekstur yang berbeda-beda. Pada lapisan I
bertekstur pasir berlempung. Karena pada saat pengamatan tekstur tanah dengan
menggunakan indera perasa yaitu dengan membasahi sedikit media tanah dan
dibentuk pita dengan memelintir tanah dengan ibu jari dan telunjuk, pita ini tak
dapat terbentuk sehingga dikatakan bertekstur pasir berlempung. Pada lapisan II
dan III bertekstur lempung berdebu, karena tanah ini dapat membentuk pita yang
lemah dengan ukuran