Pengaruh Jaringan Transportasi Terhadap id

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014
Kata Pengantar

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan hidayahNya makalah Morfologi Kota ini dapat terselesaikan. Makalah ini berbicara mengenai
aspek transportasi pada salah satu kota sedang atau kota menengah di Indonesia.
Dengan acuan studi kasusnya adalah “Kota Pekanbaru”. Jenis transportasi yang akan
dibahas disesuaikan dengan keadaan eksisting Kota Pekanbaru itu sendiri. Yaitu
Pertumbuhan yang Didorong oleh Perkembangan Jaringan Jalan, Pertumbuhan yang
Didorong oleh Perkembangan Jaringan Transportasi Laut, Pertumbuhan yang Didorong
oleh Perkembangan Jaringan Transportasi

Rel, Pertumbuhan yang Didorong oleh

Perkembangan Jaringan Transportasi Udara.
Terima kasih untuk dosen pembimbing terkait pembuatan makalah ini yaitu Rulli
Pratiwi Setiawan ST. MT dan Winni Sharfina, ST.MT yang telah memberikan arahan dalam
pembuatan tugas Morfologi Kota ini. Serta beberapa referensi lainnya yang menjadi
acuan makalah ini. Makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga masih membutuhkan
pembenahan dan kritik saran dari para pembaca. Untuk kebaikan makalah Morfologi ke
depannya.


Surabaya, 3 Nopember 2014

Penulis

2|P a ge

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014
Daftar Isi

Kata Pengantar ..............................................................................................................................1
Daftar Isi ........................................................................................................................................3
BAB I ..............................................................................................................................................4
Pendahuluan..................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan ......................................................................................................................4
1.3 Sistematika Pelaporan ..............................................................................................................5
BAB II .............................................................................................................................................6
Aspek Transportasi yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kota .........................................................6

2.1 Gambaran Umum Sejarah Pertumbuhan Kota ..........................................................................6
2.2 Pertumbuhan Kota ...................................................................................................................8
2.2.1 Pertumbuhan yang Didorong oleh Perkembangan Jaringan Jalan ..........................................8
2.2.2 Pertumbuhan yang Didorong oleh Perkembangan Jaringan Transportasi Laut .......................9
2.2.2.1 Pelabuhan Sungai Duku ................................................................................................... 11
2.2.2.2 Pelabuhan Perawang ....................................................................................................... 12
2.2.3 Pertumbuhan yang Didorong oleh Perkembangan Jaringan Transportasi Rel ...................... 14
2.2.3.1 Sejarah Pengembangan Jalur Kereta Api ........................................................................... 14
2.2.3.2 Kondisi Eksisting Sisa-Sisa Jalur Kereta Api ........................................................................ 17
2.2.3.3 Hubungan Jalur Kereta Api dengan Perkembangan Bentuk Kota Pekanbaru ..................... 17
2.2.4 Pertumbuhan yang Didorong oleh Perkembangan Jaringan Transportasi Udara .................. 18
BAB III .......................................................................................................................................... 20
Kesimpulan .................................................................................................................................. 20
Daftar Pustaka ............................................................................................................................. 21

3|P a ge

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014
BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan sebuah kota selain ditinjau dari sejarah dan periodesasinya dapat
pula dilihat dari tahapan bentuk pertumbuhannya. Kota tumbuh sepanjang waktu dengan
berbagai cara karakteristik serta kekuatan yang mendorong pertumbuhannya. Salah
satunya adalah perkembangan transportasi. Terdapat beberapa pandangan yang
berkaitan dengan perubahan suatu kawasan dan sekitarnya sebagai bagian dari suatu
kawasan perkotaan yang lebih luas. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perubahan
akibat pertumbuhan daerah di kota tersebut, apabila terletak di daerah pantai yang
landai, pada jaringan transportasi dan jaringan hubungan antar kota, maka kota akan
cepat tumbuh sehingga beberapa elemen kawasan kota akan cepat berubah.
Dan inilah yang terjadi pada Kota Pekanbaru. Kota Pekanbaru berkembang dengan
eksistensi transportasinya yaitu dimulai dari tepian Sungai Siak. Pelabuhannya yang
sangat ramaii serta diperkuat dengan sektor baharinya membuat Kota Pekanbaru
dijadikan pusat perdagangan dari Selat Malaka hingga Petapahan. Sarana transportasi
yang digunakan adalah transportasi air. Seiring majunya pertumbuhan kota, maka
berkembanglah jalan-jalan sebagai perluasan kota seperti Jalan Sudirman dan lain-lain.
Perkembangan Kota Pekanbaru bertambah pesat selama orde baru. Dari data statistik
Kota Pekanbaru memiliki sektor perdagangan terlihat dominan dalam penyumbang PDRB
kotamadya yaitu 39,17%. Pertumbuhan kota Pekanbaru yang sangat pesat ini sangat

dipengaruhi oleh perkembangan transportasinya sendiri.

1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pertumbuhan di suatu kota yang dipengaruhi oleh aspek
transportasi.
2. Mengidentifikasi aspek dan jenis transportasi utama pada Kota Menengah di
Indonesia.

4|P a ge

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014

1.3 Sistematika Pelaporan

Bab I berisi mengenai pendahuluan yaitu latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika
pelaporan.
Bab II berisi mengenai pembahasan dan di dalamnya terdapat Aspek Transportasi yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Kota.

Bab III berisi Gambaran Umum Sejarah Pertumbuhan Kota, dan pertumbuhan kota yang
dipengaruhi oleh:
a. Pertumbuhan yang Didorong oleh Perkembangan Jaringan Jalan
b. Pertumbuhan yang Didorong oleh Perkembangan Jaringan Transportasi Laut
c. Pertumbuhan yang Didorong oleh Perkembangan Jaringan Transportasi Rel
d. Pertumbuhan yang Didorong oleh Perkembangan Jaringan Transportasi Udara
Bab IV adalah penutup yang berisi tentang kesimpulan.

5|P a ge

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014
BAB II
Aspek Transportasi yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kota

2.1 Gambaran Umum Sejarah Pertumbuhan Kota
Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota, bisa dipengaruhi oleh banyak aspek
yang salah satunya adalah transportasi. Seperti kita lihat sejarah tumbuhnya Kota
Pekanbaru sangat dipengaruhi oleh kegiatan transportasi dimana dari fungsi Sungai Siak
sebagai sarana transportasi dalam mendistribusikan hasil bumi dari pedalaman dan

dataran tinggi Minangkabau ke wilayah pesisir Selat Malaka. Pada abad ke-18, wilayah
Senapelan di tepi sungai Siak, menjadi pasar (pekan) bagi para pedagang. Seiring dengan
berjalannya waktu, daerah ini berkembang menjadi tempat pemukiman yang ramai. Pada
tanggal 23 Juni 1784, berdasarkan musyawarah "Dewan Menteri" dari Kesultanan Siak,
yang terdiri dari datuk empat suku (Pesisir, Limapuluh, Tanah Datar, dan Kampar),
kawasan ini dinamai dengan Pekanbaru, dan dikemudian hari diperingati sebagai hari jadi
kota ini.

Peta 2.1 Posisi Kota Pekanbaru yaitu pada Sungai Siak nya

6|P a ge

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014

Untuk jenis tranportasi lainnya yaitu penghubung jalan. Jalan yang mulai dirintis
yaitu Jalan Asia (Jalan Sudirman), serta jalan-jalan penghubung lainnya. Seiring
berjalannya waktu, pembukaan jalan ini terus berkembang dan membawa dampak
pertumbuhan Kota Pekanbaru itu sendiri. Dimana tidak hanya bergantung pada
transportasi airnya saja namun angkutan daratnya berkembang pesat.

Selepas kemerdekaan Indonesia, berdasarkan Ketetapan Gubernur Sumatera di
Medan tanggal 17 Mei 1946 Nomor 103, Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang
disebut Haminte atau Kotapraja. Kemudian pada tanggal 19 Maret 1956, berdasarkan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 Republik Indonesia, Pekanbaru (Pakanbaru)
menjadi daerah otonom kota kecil dalam lingkungan Provinsi Sumatera Tengah.
Selanjutnya sejak tanggal 9 Agustus 1957 berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19
Tahun 1957 Republik Indonesia, Pekanbaru masuk ke dalam wilayah Provinsi Riau yang
baru terbentuk. Kota Pekanbaru resmi menjadi ibu kota Provinsi Riau pada tanggal 20
Januari 1959 berdasarkan Kepmendagri nomor Desember 52/I/44-25. Sebelumnya yang
menjadi ibu kota adalah Tanjungpinang (kini menjadi ibu kota Provinsi Kepulauan Riau).
Pekanbaru dihubungkan oleh jaringan jalan yang tersambung dari arah Padang di
sebelah barat, Medan di sebelah utara, dan Jambi di sebelah selatan. Terminal Bandar
Raya Payung Sekaki merupakan pusat pelayanan transportasi antar kota dan antar
provinsi, yang telah direncanakan pemerintah setempat menjadi sarana orientasi dan
perpindahan antar moda transportasi dengan akses ke sistem jaringan transportasi
regional, bandara, dan pelabuhan.
Bandara Sultan Syarif Kasim II menjadi salah satu bandar udara tersibuk di
Sumatera dan dicanangkan akan menjadi salah satu bandara internasional di pulau
Sumatera. Berdasarkan data yang diperoleh dari Angkasa Pura II pada tahun 2011
penumpang yang melalui bandara ini mencapai angka 1.259.993 penumpang per tahun.

Pelabuhan Pekanbaru yang terletak di tepi Sungai Siak dan berjarak 96 mil ke
muara sungai, menjadi sarana transportasi untuk komoditi ekspor seperti kelapa sawit.
Selain itu, pelabuhan ini juga menghubungkan Pekanbaru dengan kawasan di Kepulauan
Riau, seperti Tanjungpinang dan Batam.

7|P a ge

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014
Selain itu, Transmetro Pekanbaru merupakan sarana transportasi massal jalur
darat di Kota Pekanbaru, sekaligus sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi tingkat
kemacetan di kota ini. Namun pada masa pendudukan tentara Jepang, dilakukan
pembangunan rel kereta api yang menghubungkan Pekanbaru menuju Padang melalui
Sawahlunto. Proyek ini sebelumnya telah direncanakan pada masa pemerintahan HindiaBelanda dan diselesai pada 15 Agustus 1945 walau sampai sekarang jalur ini tidak pernah
diaktifkan lagi.

2.2 Pertumbuhan Kota
2.2.1 Pertumbuhan yang Didorong oleh Perkembangan Jaringan Jalan
Di zaman penjajahan Jepang yaitu pada tahun 1942, terjadi perluasan Kota
Pekanbaru ke arah timur. Jalan yang mulai dirintis Jalan Asia (sekarang, Jalan Sudirman),

serta penghubung jalan lainnya seperti sekarang bernama Jalan Ir.Juanda, Jalan Setia
Budi, Jalan Hasanudin, Jalan Tengku Umar, Jalan HOS, Cokroaminoto, Jalan Gatot Subroto,
Jalan Imam Bonjol dan sebagian Jalan Sisingamangaraja. Pembukaan jalan ini
mengakibatkan

berkembangnya

sistem

transportasi,

dimana

awalnya

hanya

menggunakan angkutan air tetapi dengan adanya pembukaan jalan mengakibatkan
pemanfaatan sarana angkutan darat baik mobil, bendi, ataupun sepeda.
Pekanbaru dihubungkan oleh jaringan jalan yang tersambung dari arah kota

Padang di sebelah barat, Medan disebelah utara, dan Jambi di sebelah selatan . Adapun
Terminal Bandar Raya Payung Sekaki merupakan pusat layanan transportasi antar kota
dan antar provinsi, baik di Pulau Sumatra maupun Pulau Jawa. Terminal ini juga dirancang
dengan sistem perpindahan antar moda transportasi, dengan akses ke sistem jaringan
transportasi regional, bandar udara dan pelabuhan. Selain oplet, bus kota, ojek , dan
taksi, transportasi lokal juga dilayani oleh transmetro. Transmetro Kota Pekanbaru, yang
mulai beroperasi pada tanggal 18 juni 2009, merupakan sarana transportasi cepat masal
jalur darat di , yang juga berfungsi sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi tingkat
kemacetan kota.
Pada tahun 1997, Kota Pekanbaru masih relatif terbelakang dalam hal
perkembangan kotanya. Kota Pekanbaru dirasa hanya menjadi pusat kota yang stagnan.

8|P a ge

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014
Namun pada Tahun 2014, Jalan Jenderal Soedirman menjadi pusat kota terdapat hotel
dan perkantoran dan juga apartemen bertingkat. Pasar modern juga berkembang juga
berada di jalan jendral soedirman banyak masyarakat yang berdagang sekitar jalan
tersebut dan pendapatanya dari tahun ke tahun semakin meningkat .

Dijalan utama Soedirman juga telah dibangun 2 fly over. Yang terletak dipersimpangan
Tuanku Tambusai dan Imam Munandar jalan layang ini bertujuan untuk mengurai arus
kendaraan dari arah bandara menuju pusat kota ataupun sebaliknya . Selain itu untuk
mengembangkan wilayah Rumbai dibagian timur juga dibangun jembatan tambahan yang
melintasi sungai Siak .
Selain jalan layang di Kota Pekanbaru juga terdapat Riau Main Stadium yang
berada di Jalan Ahmad Yani dengan adanya stadium ini Jalan Ahmad Yani menjadi
berkembang karena banyak masyarakat yang berdagang di daerah itu.

Gambar 2.1 Jalan Soedirman 1997

Gambar 2 1. Jaringan Jalan di Kota Pekanbaru 2014

Sumber: Google.com

2.2.2 Pertumbuhan yang Didorong oleh Perkembangan Jaringan Transportasi
Laut
Kota Pekanbaru tidak terlepas dari keberadaan Sungai Siak sebagai sarana
transportasi

yang menunjang pertumbuhan kota tersebut. Sejak dulu, sungai Siak

merupakan urat nadi ekonomi di dataran Riau terutama Pekanbaru. Transportasi melalui
Sungai Siak merupakan salah satu transportasi andalan. Sebagai sarana transportasi,
pelabuhan tentu ikut terlibat di dalam rantai perniagaan. Keberadaan pelabuhan penting
juga bagi roda perekonomian pada wilayah-wilayah di sekitarnya.

9|P a ge

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014

Gambar 2 2. Sungai Siak
Sumber: Google.com

Peta 2.2 Posisi Sungai Siak
Sumber: Dokumen Penulis

Pekanbaru memiliki sebuah pelabuhan konvensional yang diusahakan pemerintah
sebagai pelabuhan kelas II berfungsi sebagai pintu gerbang perdagangan di Provinsi Riau.
Pelabuhan Pekanbaru adalah pelabuhan sungai terletak di bagian Timur Pulau Sumatera,
secara administrative merupakan bagian dari Kota Pekanbaru. Secara geografis berada
pada posisi 000 32’ 29’’ LU dan 1010 26’ 21’’ BT. Alur pelayarannya cukup panjang dengan
jarak tempuh ± 160 Km (96 mil) dari muara Sungai Siak. Pelabuhan Pekanbaru telah
berperan sejak lama mendukung perekonomian Pemerintah Kota Pekanbaru serta
pengembangan moda transportasi laut yang menghubungkan pulau-pulau dan pelabuhan
di kawasan Indonesia bagian Barat.

10 | P a g e

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014
Komoditi hinterland yang menonjol berasal dari sektor pertanian dengan berbagai
jenis produksi antara lain hasil perkebunan, kehutanan dan tanaman pangan.
Pengembangan hinterland-nya mengarah ke sektor industri dan perdagangan kelapa
sawit.
Namun demikian bila ditinjau dari lokasinya, pengembangan pelabuhan yang
terletak di tengah Kota Pekanbaru ini akan sulit dilakukan karena kendala lahan yang
sangat terbatas. Karena alas an tersebut, maka pada Tahun 2005 Pemerintah Kota Pekan
baru bersama instansi terkait membuat suatu kebijakan dalam mengembangkan
Pelabuhan Pekanbaru dengan membangun infrastruktur pelabuhan di Kecamatan Lima
puluh yang bernama Pelabuhan Sungai Duku demi menunjang kegiatan naik turun
penumpang. Untuk menunjang kegiatan bongkar muat barang dan peti kemas
dikembangkannya Pelabuhan Perawang dengan pembangunan lapangan penumpukan
peti kemas.

2.2.2.1 Pelabuhan Sungai Duku
Pelabuhan Sungai Duku adalah pelabuhan pemberangkatan yang terletak di
jantung Kota Pekanbaru, Ibukota Provinsi Riau. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan
pemberangkatan domestic dan internasional. Pelabuhan ini dilengkapi dengan adanya
terminal penumpang dan dermaga. Terminal Pelabuhan Sungai Duku adalah prasarana
transportasi untuk keperluan singgah, menurunkan penumpang dan atau barang dari
kapal atau sebaliknya dan mengatur kedatangan dan pemberangkatan penumpang pada
jalur lalulintas Sungai Siak di daerah Pekanbaru. Dari segi arsitektural, terminal ini bukan
hanya sebagai tempat transisi, melainkan juga berfungsi sebagai landmark atau pintu
gerbang Kota Pekanbaru.

Gambar 2 5. Pelabuhan Sungai Duku
Sumber: Google.com

Gambar 2 6. Suasana penumpang di Pelabuhan Sungai
Duku, Kota Pekanbaru

11 | P a g e

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014
Pemberangkatan domestik di pelabuhan ini dengan tujuan Kabupaten Bengkalis,
Kota Selat Panjang, Kabupaten Siak dan sekitarnya. Untuk internasional, pelabuhan ini
melayani pelayaran internasional seperti ke Malaka dan Malaysia.
Pelabuhan ini memiliki areal parkir yang memadai. Setiap harinya pelabuhan ini
melayani kapal-kapal yang berangkat dan berlabuh di Kota Pekanbaru. Kapal-kapal yang
dating ke pelabuhan ini berasal dari dalam dan luar negeri. Untuk dalam negeri, kapalkapal tersebut dating dari Batam, Selat Panjang, Tanjung Balai Karimun dan lain-lain.
Armada yang terdapat di pelabuhan ini antaralain, speedboat Alita Ekspress, Bengkalis
Wisata Ekspress, Siak Wisata, Trubuk Ekspress, Jelatik, Garuda dan Forti.

2.2.2.2 Pelabuhan Perawang
Pelabuhan Perawang adalah pelabuhan yang dikhususkan sebagai tempat bongkar
muat barang dan peti kemas yang ada di Pekanbaru. Setelah Pemerintah Kabupaten
membangun Jembatan Sungai Siak, maka kapal besar tidak dapat lagi merapat di
Pelabuhan Pekanbaru. Oleh karena itu, pelabuhan yang akan mendorong perekonomian
masa depan Propinsi Riau selain Pelabuhan Sungai Duku adalah Pelabuhan Perawang.
Asset-asset di Pelabuhan Perawang berupa dermaga dengan panjang 88 m 2,
lapangan penumpukan (container yard) seluas 5.000 m2 serta kantor dan sebuah mess.
Realisasi arus bongkar muat peti kemas konvensional dermaga umum Perawang tahun
2007 pada Dermaga Umum (isi) sebesar 5.565 box darianggaran 7.489 box atau sebesar
73,41% sedangan Dermaga Umum (kosong) sebesar 3.891 box darianggaran 3.319 box
atausebesar 117,23%.

Gambar 2 7. Pelabuhan Perawang

12 | P a g e

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014
Rencana kedepan untuk meningkatkan fasilitas pelabuhan di Perawang dalam
jangka waktu dekat atau menengah diprioritaskan adalah pembangunan perpanjangan
dermaga, penambahan luas lapangan penumpukan (container yard), pembuatan talud
serta pengaspalan jalan masuk areal pelabuhan sepanjang 1 Km.
Pada Mei 2012 lalu, telah diresmikannya Terminal Petikemas Perawang.
Pengoperasian Terminal Peti kemas ini menjawab tuntutan perkembangan perekonomian
di daerah Pekanbaru yang semakin pesat pertumbuhan industrinya serta jawaban atas
pemberlakuan Undang-Undang Nomor 17/2088 tentang pelayaran yang membuka
kompetisi bisnis pelabuhan. Terminal yang berlokasi di Sungai Siak, Kecamatan Tualang
Siak ini merupakan wujud dukungan implementasi program Pemerintah yaitu Program
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Keberadaan Terminal Peti kemas Perawang ini sekaligus sebagai upaya
memperkuat konektivitas nasional, yang terintegrasi secara local dan terhubung secara
global (locally integrated globally connected) dalam mendukung percepatan ekonomi
nasional. Harapannya, Terminal Petikemas Perawang yang merupakan Terminal Peti
kemas pertama di Pekanbaru ini akan semakin mendorong pertumbuhan ekonomi
Provinsi Riau.

Peta 2.3 Letak Pelabuhan yang ada di Kota
Pekanbaru

13 | P a g e

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014
2.2.3 Pertumbuhan yang Didorong oleh Perkembangan Jaringan Transportasi
Rel
2.2.3.1 Sejarah Pengembangan Jalur Kereta Api
Berawal dari masa kependudukan Jepang pada tahun 1942 di Indonesia. Berlanjut
pada tahun 1943 dimana Jepang mulai melakukan pembangunan jalur kereta api
Pekanbaru(Riau)Muaro Sijunjung (Sumatera Barat). Sebelumnya pihak Belanda juga
merencanakan jaringan rel kereta api Pekanbaru–Muaro di tahun 1920, tetapi
dikarenakan kondisi lapangan yang cukup sulit dilakukan pembangunan sehingga tidak
terlaksana sampai akhirnya terjadi Perang Dunia II pada 1945. Rencana pemerintah
kolonial Belanda yaitu melakukan pembangunan jaringan rel kereta api yang
menghubungkan pantai timur dan pantai barat Pulau Sumatera. Salah satunya adalah
jalur PekanbaruMuaro.
Namun hambatan yang begitu berat sehingga membutuhkan banyak terowongan,
menembus hutan dan sungai serta harus membangun banyak jembatan sehingga rencana
tersebut sekedar tersimpan di arsip Perusahaan Negara Kereta Api Hindia Belanda
(Nederlands-Indische Staatsspoorwegen).
Kemudian Jepang merealisasikannya dengan pertimbangan pada saat itu bahwa
banyak kapal-kapal jepang yang berhasil ditenggelamkan oleh kapal selam sekutu
sehingga dengan jalur kereta ini, jepang ingin menghubungkan antara Samudera Hindia
dan Selat Malaka. Maka pengangkutan logistik dan tentara melalui laut dapat
dikurangi.Sebab Jepang membutuhkan jalur transportasi yang menghindari Padang dan
Samudera India karena dijaga ketat kapal perang Sekutu. Selain itu, Jepang perlu
angkutan yang efektif dan efisien untuk mengangkut batubara dari Ombilin ke Pekanbaru
untuk selanjutnya dibawa ke Singapura. Keyakinan Jepang juga didasari pengalaman
mereka dalam proyek Death Railways Burma-Siam yang dapat selesai dalam 18 bulan.
Pembangunan dimulai pada September 1943. Tenaga kerja yang digunakan oleh jepang
adalah tenaga kerja Romusha yang didatangkan dari Jawa dan daerah lainya serta para
tawanan perang sekutu. Para Romusha membangun fasilitas perkeretaapian dan badan
jalan rel di Pekanbaru. Kemudian pada Mei 1944 para tawanan perang mulai
berdatangan. Tetapi sebagian romusha dan tawanan perang tidak pernah sampai ke
14 | P a g e

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014
Pekanbaru karena terbunuh ketika kapal yang mereka tumpangi tenggelam terkena
serangan Sekutu. Dan sebagian besar romusha pekerja rel ini berakhir kehilangan nyawa
karena kurang makan, penyakit dan perlakuan kejam tentara Jepang.
Material kereta api seperti rel, lokomotif dan gerbong didatangkan juga dari
tempat lain, termasuk beberapa lokomotif bekas Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) and
Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS). Akhirnya jalur rel kereta api selesai
pada 15 Agustus 1945, bersamaan dengan penyerahan Jepang kepada Sekutu. Ternyata
jalur ini hanya digunakan antara Mei 1945 – Agustus 1945 untuk pengangkutan batu bara.
Setelah itu jepang dipaksa angkat kaki oleh Sekutu dengan dijatuhkannya bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki. Dan lebih ironis lagi, jalan kereta api ini tidak pernah digunakan
untuk tujuannya semula, membawa batubara dari Sawah Lunto, Sumatera barat ke
Pekanbaru. Kereta api yang melalui jalan rel ini hanya kereta api pengangkut tawanan
perang yang telah dibebaskan. Tidak lama setelah itu jalan rel ini ditinggalkan begitu saja.
The Death Railways Pekanbaru-Muaro peninggalan Jepang pun terlantar. Hingga puluhan
ribu korban yang berjatuhan tak mendapat tempat dalam ingatan, bahkan hilang dari
sejarah bangsa ini seiring kurang terekamnya pengangkatan rel di tahun 1975 oleh
penduduk sekitar, untuk dijual sebagai besi tua.

Peta 2.4 Lokasi Kota Pekanbaru ditinjau dari
keselurahan Provinsi Sumatera

15 | P a g e

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014

Peta 2.5 Jalur Rel Kereta Api PekanbaruMuaro (ditandai garis hitam)
Sumber: Arsip Pemerintah Kota Pekanbaru

Gambar 2.8 Peta Kota Pekanbaru, Riau
Sumber: Dinas Tata Kota Pekanbaru

16 | P a g e

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014
2.2.3.2 Kondisi Eksisting Sisa-Sisa Jalur Kereta Api
Seperti pada penjelasan di atas mengenai hilangnya jalur kereta api di Pekanbaru,
Riau, bahwa hingga saat ini belum ada jalur kereta api baru sebagai akses transportasi
darat. Adapun sisa-sisa jalur kereta api yang berhasil diamankan hanya sebuah lokomotif
tua yang kemudian diresmikan sebagai Monumen Lokomotif di Jl. KH. Nasution, Simpang
Jalan, Kota Pekanbaru, Riau.

Gambar 2.9 Monumen Lokomotif Pekan Baru, Riau
Sumber: dokumentasi malaikat02.blogspot.com/2013/05

2.2.3.3 Hubungan Jalur Kereta Api dengan Perkembangan Bentuk Kota
Pekanbaru
Dilihat dari sejarah pembangunan Jalur Kereta Api di Pekanbaru bahwa jalur atau
rel kereta api yang saat itu dibangun hanya untuk mempermudah pemindahan dan
pengumpulan batubara demi keuntungan pihak Jepang semata. Sedangkan Kota
Pekanbaru tumbuh, yang semua terdiri dari dua kecamatan hingga sekarang terdapat 12
kecamatan, diakibatkan pembangunan jalan raya sebagai jalur darat di awal
perkembangan kota pada tahun 1950-an. Dengan adanya jalan raya ini, mempermudah
pergerakan masyarakat di darat. Padahal sebelumnya mengandalkan sarana transportasi
air di sepanjang Sungai Siak sejak tahun 1784. Sehingga jalur kereta api Pekanbaru-Muaro
tidak memiliki pengaruh signifikan pada perkembangan bentuk kota Pekanbaru. Terlebih
lagi keberadaannya yang sudah lama hilang sejak tahun 1975. Namun bila ditinjau dari
nilai sejarah bangsa Indonesia, peristiwa yang terjadi pada masa silam di Pekanbaru
mengenai jalur rel kereta api, menyimpan nilai sejarah yang tinggi dan mengingatkan
17 | P a g e

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014
betapa kelamnya masa penjajahan serta besarnya pengorbanan penduduk Indonesia
pada waktu itu.

2.2.4 Pertumbuhan yang Didorong oleh Perkembangan Jaringan Transportasi
Udara
Saat ini Pekanbaru telah berkembang pesat menjadi sebuah kota perdagangan
yang cukup prospek mengingat posisinya berada pada jalur internasional yang strategis.
Salah satu yang mengalami perkembangan adalah bandar udara. Saat ini Pekanbaru
memiliki bandar udara yang bernama Sultan Syarif Kasim II. Bandar udara ini merupakan
bandar udara tersibuk kedua di Pulau Sumatra setelah Bandara Polonia (Medan). Jumlah
penumpang tahunan di bandara ini bahkan telah melebih 1,6 juta pada tahun 2005. Hal
ini dapat dibuktikan langsung di situs Angkasapura II. Sungguh mengesankan, karena
ternyata bandar udara Pekanbaru lebih sibuk daripada bandar udara di Padang ataupun
di Palembang. Merujuk kembali, populasi Pekanbaru yang terbilang kecil berbanding
kedua kota tersebut.

Gambar 2.10 Kenampakan Fisik Depan Bandara Sultan Syarif Kasim II
Sumber: Google.com

Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II adalah sebuah bandar udara
yang terletak di Kota Pekanbaru dan sebelumnya bernama Bandara Simpang Tiga.
Bandara ini dulunya merupakan bandara peninggalan sejarah dari zaman kemerdekaan
melawan penjajah Belanda dan Jepang. Saat itu di sebut “Landasan Udara” dimana
landasan tersebut masih terdiri dari tanah yang di keraskan dan di gunakan sebagai
Pangkalan Militer. Awalnya, landasan pacunya adalah dari Timur menuju Barat dengan

18 | P a g e

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014
nomor runway 14 dan 32. Pada awal kemerdekaan di bangun landasan pacu baru yang
terbentang dari arah utara menuju selatan dengan nomor runway 18 dan 32. Panjang
landasan lebih kurang 800 meter dengan permukaan landasan berupa kerikil yang di
padatkan. Pada tahun 1950 landasan pacu di perpanjang menjadi 1.500 meter, dan pada
tahun 1967 landasan di mulai proses pengaspalan Runway, Taxi, dan Apron setebal 7 cm
serta pertambahan panjang landasan sepanjang 500 meter.
Pada tahun 1960, Pemerintah mengoperasikan bandara ini menjadi bandara
Perintis dan merubah nama dari Landasan Udara menjadi “Pelabuhan Udara Simpang
Tiga”. Nama Simpang Tiga diambil karena lokasinya berada tiga jalan persimpangan yaitu
jalan menuju Kota Madya Pekanbaru, Kabupaten Kampar dan Kabupaten Indragiri Hulu.
Berdasarkan Rapat Kepala Kantor Perwakilan Departemen Perhubungan tanggal 23
Agustus 1985 nama Pelabuhan Udara Simpang Tiga diganti menjadi Bandar Udara
Simpang Tiga terhitung tanggal 1 September 1985. Pada 1 April 1994 Bandar Udara
Simpang Tiga bergabung dengan Manejemen yang di kelolah oleh PT. Angkasa Pura II
(Persero). Dan di sebut dengan Kantor Cabang Bandar Udara Simpang Tiga Yang kelak
berubah nama menjadi Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II yang di tetapkan melalui
keputusan Presiden No.Kep.473/OM.00/1988-AP II tanggal 4 April 1998 dan di resmikan
oleh Presiden Republik Indonesia Abdurrahman Wahid pada tanggal 29 April 2000.
Pada tahun 2009, telah mulai dilakukan perluasan di beberapa bagian fisik
bandara, salah satunya terminal. Terminal yang baru terbangun bisa menampung sekitar
dua setengah juta penumpang per tahunnya. Dilengkapi 24 konter check-in dan tiga
garbarata, terminal ini melayani lima rute domestik dan tiga rute internasional. Dalam
rangka persiapan sebagai embarkasi haji di tahun 2013, maka PT Angkasa Pura II sedang
memperpanjang landasan pacu bandara menjadi 2.620 meter. Dengan runway sepanjang
ini, bandara Pekanbaru ini sudah bisa didarati pesawat berbadan lebar, seperti Boeing
737.

19 | P a g e

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014
BAB III
Kesimpulan
Dapat dikatakan bahwa di Kota Pekanbaru terrmasuk kota yang terus mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Terkait jumlah penduduk, infrastruktur maupun aspek
transportasi di dalamnya. Kota Pekanbaru mengandalkan empat jenis transportasi, yaitu
penghubung yaitu jalan, transportasi laut yaitu pelabuhan, transportasi udara yaitu bandara.
Tentu, Kota Pekanbaru memiliki alasan tersendiri mengapa keempat elemen jenis transportasi ini
disediakan di Kota Pekanbaru ini. Untuk transportasi yang paling dominan kegiatannya adalah,
transportasi laut karena dipengaruhi oleh Sungai Siak yang selalu menjadi sentra utama
perdagangan sejak zaman Belanda. Ada dua jenis pelabuhan yang ada di Kota Pekanbaru yaitu,
Pelabuhan Sungai Duku dikhususkan untuk pelabuhan yang mengangkut penumpang. Dan
Pelabuhan Perawang difokuskan untuk bongkar dan angkut barang di Kota Pekanbaru. Dengan ini,
sangat terlihat bahwa, kesuksesan transportasi laut di Kota Pekanbaru.
Perkembangan Kota lainnya juga ditinjau dari potensi transportasi lainnya yaitu darat.
Setelah dibangunnya Jalan Jenderal Soedirman membuat Kota Pekanbvaru semakin ramai dan
mengakibatkan banyak penduduk yang datang ke kota ini dengan mudahnya. Tidak menutup
kemungkinan transportasi udara juga memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat baik itu nasional maupun internasional.

Dapat dikatakan bahwa jalur kereta api Pekanbaru-Muaro tidak memiliki pengaruh
signifikan pada perkembangan bentuk kota Pekanbaru. Terlebih lagi keberadaannya yang
sudah lama hilang sejak tahun 1975. Jalur kereta api yang saat ini masih ada dijadikan
sebagai bentuk sejarah dari Kota Pekanbaru itu sendiri.

20 | P a g e

[MORFOLOGI KOTA-ASPEK TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
KOTA PEKANBARU] January 1, 2014
Daftar Pustaka

Anonim. Kembangkan Pelabuhan Kerawang.
http://waskitaadiguna.blogspot.com/2010/04/kembangkan-pelabuhan-perawang-dan3.html. Diakses pada tanggal 4 Desember 2014.
Dampak

Pengembangan

Pelabuhan

Pekanbaru

di

Kawasan

Pasar

Bawah

http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/33964/4/Dampak-Pengembangan-PelabuhanPekanbaru-Di-Kawasan-Pasar-Bawah-%28jurnal%29.pdf. Diakses pada tanggal 4 Desember
2014.
Fahmi, Khairul. 2009. Pengembangan Kawasan Studi, Kota Pekanbaru. Universitas Indonesia

21 | P a g e