Pestisida Nabati Tanaman Pacing. pdf

Biologycal Control Day Dies Natalis IMHPT 32 FAPERTANUNEJ

PEMANFAATAN TANAMAN PACING (Coscus speciosus) SEBAGAI
PESTISIDA NABATI PENGENDALI HAMA WERENG HIJAU
(Nephotettix virescens) PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa) RAMAH
LINGKUNGAN
(Teknik Pengendalian OPT Ramah Lingkungan)

Oleh :
Ahmad Khanafi

23030113120025

2013

Muhamad Ghazi Agam SAS

23030114190073

2014


Vq Pinasthika

23030114190085

2014

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
i

HALAMAN PENGESAHAN
1

t.

T-_ l__1
Juuur

PE}vfANFAATAi{ TAi{AiviAi'i PACNC

(Coscus speciosus) SEBAGAI PESTISIDA
NABATI PENGENDALI HAMA WERENG
.
/rf
1 ,
r!!l
4!r
\
.rrr.l.r\\J
F'AijA
V\epnurcuw vuescerw,l ntr\A
TANAMAN PADI (Oryza sativa) RAMAH
LINGKUNGAN

2. Ketua Kelompok
a.

h
c.
d.

e

3.
4.

Nama
NTM

Ahmad Khanaft
23030r 1ll?.Ofi?5

Jurusan
Perguruan Tinggi

Pertanian
Universitas Diponegoro

Alamat Rumah dan
No.Telp/FIp


JI. Diponegoro No. 57 Kp. Sancfangan R_T,01
RW.I[ Kec. Wonosalam Kab. Demak 59571 /
083838832140

f.

Alamat Email
Anggota Kelompok/Penulis
Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
!-

u. a.YTTt
ttrr

c.

hanafi ahmad@ student. und ip. ac. i d

2

trr.

Budi Adi Kristanto, M.S.
.

I

T AAA

AA

IYJ6|.J/|-IJ IYvJUJ

Alamat dan No. Telp

I

VVZ

Jl. GemahsariVlV307 Perum PT

Semarang / 08156527723

Kini

Jaya

Semarang, 16 Oktober 2Al5

Ketua

Dosen Pendamping

Ir. Budi Adi Kristar{o. M.S.
NtP. 19650104 WqA0l 2 fiAt

b0lKhanafi

230301l3na02s

Menyetujui,

Bidang Kemahaiswaan

:-Tffio'li teeTaz t ool

LEMBAR PERJVYATAAII ORISINALITAS KART-A

LOMBA KARYA TULIS ILMIAII BIOLOGYCAL COIi{TROL DAY

PEMANFAATAN TANATVA\ PACING
(Coscus speeiosus) SEBAGN PESTISIDA
NABATI PENGENDALI Ft{\T{ \\ERENG
HIJAU (Nephotettix viresceru r PADA
TANAMAN PADI (Oryza suivai RTMAH

Judul KaryaTulis

LINGKUNGAN
Nama Ketua

Ahmad Khanafi


Nam Anggota

l.

Muhamad GhaziAgam SAS

2.YqPinasthika

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bah* a kary a tulis
dengan judul tersebut diatas memang benar merupakan karya orisinil )ang dibuat
oleh penulis dan belum pernah dipublikasikan dan atau dilombalian

di

kegiatan "Lomba Karya Tulis Ilmiah Biologycal Control Da\ "

luar

yang


diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Hama Penyakit Tumbuhan GMPT).
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember. Demikian

pernyataan

ini kami

pelanggaran

di dalamny4 maka kami siap untuk didiskualifikasi dari kompetisi

buat dengan sebenarny4 dan apabila terbukti terdapat

ini sebagi bentuk pertanggungjawaban kami.

Semarang, 19 Oktober 2015

Menyetujui,
Dosen Pembimbing


Ir. Budi Adi Kristanto. M.S.
NIP. 19580413 19E303 | 002

Ketua Tim

Ahmad Khanafi

NrM.

n$atlj.l2aazs

lll

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas berkat,
rahmat, dan limpahan karuniaNya Karya Tulis Ilmiah ini dapat kami selesaikan.
Karya Tulis Ilmiah ini kami buat dalam rangka mengikuti Lomba Karya Tulis
Ilmiah Mahasiswa Nasional yang diadakan oleh Ikatan Mahasiswa Hama

Penyakit Tumbuhan (IMHPT), Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Jember dengan tema “Inovasi Teknologi Pengelolaan OPT
(Organisme

Pengganggu

Tumbuhan)

Untuk

Mendukung

Pertanian

Berkelanjutan”.
Kami harapkan penulisan Karya Ilmiah ini dapat memberikan informasi
yang bermanfaat bagi pembaca, serta dapat menginspirasi setiap pembaca untuk
dapat melakukan gerakan sederhana untuk menciptakan ketahanan pangan di
Indonesia. Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing Bapak Ir. Budi
Adi Kristanto, M.S. yang telah membimbing kami dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini serta teman-teman yang turut membantu.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila ada
kesalahan dalam penulisan Karya Tulis ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Semarang, Oktober 2015

Tim Penyusun

iv

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................

ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................

1

1.1. Latar Belakang ...................................................................................
1.2. Rumusan Masalah ..............................................................................
1.3. Tujuan ................................................................................................
1.4. Manfaat ..............................................................................................

1
3
3
3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................

4

2.1. Wereng Hijau (Nephotettix virescens) ............................................... 4
2.2. Gejala yang Ditimbulkan Wereng Hijau (Nephotettix virescens) .......... 5
2.3. Tanaman Pacing (Costus speciosus) .................................................. 6
2.4. Kandungan Kimia Tanaman Pacing (Costus speciosus) ................... 6
2.5. Penggunaan Pestisida Nabati dalam Pengendalian Hama ................. 7
2.6. Manfaat Penggunaan Pestisida Nabati ............................................... 7
2.7. Cara Mengaplikasikan Pestisida Nabati ............................................ 8
2.8. Cara Kerja Pestisida Nabati ............................................................... 8
BAB III METODE PENULISAN ......................................................................

9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 10
4.1. Proses Pembuatan Pestisida Nabati ................................................... 10
4.2. Pelaksanaan ........................................................................................ 11
4.3. Pengaruh Pestisida Nabati terhadap Tanaman ................................... 13
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 15
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 15
5.2. Saran .................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... 18
LAMPIRAN .......................................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Wereng Hijau (Nephotettix virescens) .............................................

4

Gambar 2. Serangan Wereng Hijau Vektor Virus Tungro .................................

5

Gambar 3. Tanaman Pacing (Costus speciosus) ................................................

6

Gambar 4. Diagram Proses Pembuatan Pestisida Nabati ................................... 10
Gambar 5. Siklus Hidup Wereng Hijau (Nephotettix virescens) ....................... 12

vi

PEMANFAATAN TANAMAN PACING (Coscus speciosus) SEBAGAI
PESTISIDA NABATI PENGENDALI HAMA WERENG HIJAU
(Nephotettix virescens) PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa) RAMAH
LINGKUNGAN
Ahmad Khanafi, Muhamad Ghazi Agam SAS, Vq Pinasthika
hanafiahmad@student.undip.ac.id, agamghazi@gmail.com,
vqpinasthika@yahoo.co.id
Universitas Diponegoro
Abstrak
Produksi padi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya serangan hama
wereng hijau yang merupakan vektor utama virus tungro. Penggunaan pestisida
kimia berdampak negatif terhadap lingkungan. Karya tulis ini bertujuan untuk
memberikan informasi tentang pemanfaatan tanaman pacing sebagai pupuk nabati
yang ramah lingkungan bagi lingkungan. Metode penulisan yang digunakan
adalah studi literatur atau kajian pustaka. Langkah I melakukan identifikasi
masalah, langkah II mengumpulkan berbagai rujukan dan langkah III
mengembangkan kerangka. Tanaman Pacing berpotensi dijadikan sebagai
pestisida nabati pengendali wereng hijau dengan tahapan persiapan alat bahan,
penakaran bahan, penumbukan, penambahan air leri dan tetes tebu terakhir
dengan fermentasi. Tanaman pacing mengandung bahan aktif saponin, flafonoid
dan tanian. Tanin yang diproduksi bekerja sebagi zat yang dapat menyusutkan
jaringan kulit. Alternatif untuk mengendalikan hama wereng hijau yaitu dengan
memanfaatkan senyawa beracun yang ada pada tanaman pacing, karena memiliki
kemampuan menekan hama wereng hijau dan melestarikan lingkungan.
Kata kunci : padi, wereng hijau, pupuk nabati pacing

vii

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jumlah penduduk yang semakin meningkat menuntut tersedianya bahan
pangan yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk untuk kelangsungan
hidupnya. Salah satu bahan pangan yang menjadi kebutuhan penduduk adalah
beras. Beras menjadi penting dalam kebutuhan pangan penduduk karena menjadi
salah satu penyedia gizi berupa karbohidrat yang sangat digemari oleh sebagian
masyarakat di Indonesia. Akan tetapi dengan pola konsumsi beras yang sangat
tinggi tidak diimbangi dengan produksi yang tinggi, sehingga pemerintah
Indonesia sendiri kualahan memenuhi kebutuhan beras didalam negeri. Jalan satusatunya adalah dengan mengimpor beras dari negara lain guna mencukupi
kebutuhan beras yang semkain meningkat. Banyak sekali faktor yang
mempengaruhi tingkat produksi beras di Indonesia antara lain tanah yang
semakain susah ditanamai kembali karena penggunaan bahan kimia yang
berlebihan, cuaca yang sering berubah-ubah, tingkat resistensi hama dan penyakit
tanaman, serta biaya pemeliharaan yang tidak sedikit.
Hama penurun produksi padi di Indonesia adalah wereng hijau (Nephotettix
virescens). N. virescens merupakan anggota famili Cicadellidae, Ordo Hemiptera
yang hidup di pertanaman padi dan menjadi vektor penular virus tungro. Diantara
vektor virus tungro yang ada di Indonesia, N. Virescens adalah vektor terpenting,
karena paling efektif menularkan virus tungro dan populasinya dominan diantara
4 vektor lain. Indeks penyakit tungro pada tanaman padi dapat terjadi sejak
tanaman di persemaian. Menurut Hasanuddin (2009) pada daerah pertanaman padi
yang ditanam serempak, infeksi penyakit tungro sebagian besar mulai terjadi
setelah tanam. Kehilangan hasil akibat infeksi penyakit tungro bervariasi
tergantung pada periode pertumbuhan tanaman saat terinveksi, lokasi dan titik
inveksi, musim tanam, dan varietas. Semakin muda tanaman terinfeksi, maka
semaikin besar presentase kehilangan hasil yang ditimbulkan.
Luas serangan virus tungro dari tahun ketahun mengalami peningkatan,
untuk wilayah Jawa Timur tahun 2005 luas serangan mencapai 955,04 ha, tahun
2006 bertambah menjadi 1.150,10 ha. Prakiraan kehilangan hasil tahun 2005

2

sebesar 1.354,37 ton, tahun 2006 meningkat menjadi 1.718,05 ton, angka
kenaikan kehilangan hasil mencapai 26,85% (Anonim, 2006). Soedarto et al.
(2001) dalam Widiarta (2005) mengemukakan bahwa dalam kurun waktu 10
tahun terakhir secara nasional luas serangan penyakit tungro mencapai 17.504
ha/tahun, dengan estimasi nilai kehilangan hasil mencapai Rp. 14,10 miliar/tahun.
Tinggi rendahnya kerugian yang diakibatkan oleh serangan tungro yang
ditularkan oleh serangga ini tergantung dari jumlah populasi wereng hijau sebagai
vektor virus tungro, bentuk virus yang menyerang, tingkat ketahanan varietas
tanaman dan waktu terjadinya infeksi. Perkembangan wereng hijau berkorekasi
positif dengan keberadaan penyakit tungro di lapangan khususnya dari spesies N.
virescens terutama stadia imago, karena stadia imago tiga kali lebih efektif
didalam menularkan penyakit tungro dari pada stadia nimfa, karena stadia imago
mobiltasnya lebih tinggi untuk bergerak menghisap tanaman yang sakit (Anonim,
1977). Infeksi yang terjadi akibat serangga ini dapat terjadi mulai dari persemaian
sampai umur 60 hari setelah tanam, dimana pada stadium ini tanaman sangat
rentan (Sama, 1990).
Penggunaan biofarmaka sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama
wereng hijau sangat potensial. Sayangnya bahan-bahan tersebut masih jarang
digunakan petani. Apabila petani banyak memanfaatkan pestisida nabati,
penggunaan pestisida kimia dapat ditekan dan biaya pertanian bisa ditekan
sehingga menambah pemasukan, kelestarian lingkungan dan tingkat keamanan
tanaman terhadap residu pestisida kimia tidak ada.
Pestisida nabati memiliki beberapa fungsi, antara lain: Repelan, yaitu
menolak kehadiran serangga. Misal dengan bau yang menyengat. Antifidan
mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot, merusak
perkembangan telur, larva, dan pupa, menghambat reproduksi serangga betina,
racun syaraf, megacaukan sistem hormone didalam tubuh serangga. atraktan
pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga,
mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri (Gapoktan, 2009)
Penggunaan pestisida kimia di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis
hama dan 72% agen pengendali hayati. mengingat semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat atas dampak yang diakibatkan oleh penggunaan pestisida

3

kimia yang dapat merusak lingkungan, diperlukan pengganti pestsida yang ramah
lingkungan. salah satu alternatif pilihannya adalah penggunaan pestisida hayati
tumbuhan (Gapoktan, 2009). Tanaman yang berpotensi menjadi pestisida nabati
adalah tanaman Pacing (Costus speciosus). Kandungan senyawa kimia saponin,
flavonoid, tanin dan senyawa-senyawa polifenol dalam tanaman pacing berpotensi
dapat mengusir hama wereng hijau.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagi berikut:
1. Bagaimana proses pembuatan pestisida nabati tanaman pacing dilakukan?
2. Bagaimanakah pengaruh pestisida nabati tanaman pacing terhadap hama
wereng hijau, lingkungan dan tingkat keamanan tanaman?
3. Bagaimanakah cara mengaplikasikan pestisida nabati tanaman pacing
terhadap tanaman padi yang paling efektif?
1.3. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini sebagai
berikut :
1. Mengetahui proses pembuatan pestisida nabati tanaman pacing.
2. Mengetahui pengaruh pestisida nabati tanaman pacing terhadap hama
wereng hijau dan tingkat keamanan tanaman.
3. Mengetahui cara mengaplikasikan pestisida nabati tanaman pacing
terhadap tanaman padi.
1.4. Manfaat
Manfaat penelitian ini sebagai berikut :
1. Meningkatkan hasil dan kualitas tanaman padi melalui penggunaan
pestisida nabati tanaman pacing.
2. Pengembangan teknologi tepat guna yang aman dan ramah lingkungan.
3. Mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai ilmu terapan berbasis
teknologi masyarakat.
4. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengelola kearifan lokal
yang ada di Indonesia.

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Wereng Hijau (Nephotettix virescens)
Wereng hijau atau Green leafhopper adalah wereng daun. Peranan wereng
hijau dalam sistem pertanaman padi menjadi penting karena wereng hijau
merupakan vektor penyakit tungro (Athwal et al., 1971). Sebagai hama, wereng
hijau banyak ditemukan pada sistem sawah irigasi teknis, ekosistem tadah hujan,
tetapi tidak lazim pada ekisistem padi gogo. Wereng hijau menghisap cairan dari
dalam daun bagian pinggir, tidak menyukai pelepah, ataupun daun-daun bagian
tengah. Wereng hijau menyebabkan daun-daun padi berwarna kuning sampai
kuning orange, penurunan jumlah anakan, dan pertumbuhan tanaman terhambat
(memendek).

Pemupukan

unsur

nitrogen

yang

tinggi

sangat

memicu

perkembangan wereng hijau (Syam dan Diah, 2005).

Gambar 1. Wereng Hijau (Nephotettix virescens)
Wereng betina bertelur 100 – 200 butir yang menetas sesudah sekitar satu
minggu. Telur

biasanya diletakkan pada pelepah daun dalam barisan yang

jumlahnya lebih kurang 25 butir. Nimfanya mula-mula berwarna putih, kemudian
berubah menjadi hijau. Nimfa ini akan menjadi dewasa kurang lebih dalam waktu
3 minggu, dan umur wereng dewasa kurang lebih 4 minggu (Widiarta et al.,
1995). Perkembangan wereng hijau pada tanaman padi sawah dimulai pada
tanaman padi yang baru ditanam yang berasal dari daerah sekitar sawah dan

5

tanaman padi inang lainnya. Pada satu musim tanam populasinya dapat mencapai
3 generasi (Pracaya, 2008).
2.2. Gejala yang Ditimbulkan Wereng Hijau (Nephotettix virescens)
Wereng hijau (Nephotettix sp.) merupakan salah satu hama utama yang
sering menyebabkan kerusakan pada tanaman padi, karena hama tersebut dapat
menularkan (vektor) penyakit tungro, dengan rentang efisiensi penularan antara
35 – 83% (Ling, 1970). Pada saat ini yang mendominasi komposisi spesies
wereng hijau di Indonesia adalah Nephotettix virecens (Siwi dan Tantera, 1982)
dan telah menyeabkan kerusakan pada hampir semua daerah penghasil beras di
Indonesia (Anonim, 1997).
Gejala yang timbul akibat serangan wereng hijau yang membawa virus
tungro tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil, jumlah anakan tidak atau sedikit
berkurang. Warna daun berubah menjadi kuning kemerah-merahan atau oranye
mulai dari ujung daun. Daun muda mungkin menjadi belang atau bergaris-garis
hijau pucat. Malai tanaman yang terinfeksi biasanya kecil dan keluar tidak
sempurna.

Bulir-bulirnya

tertutup

bercak

coklat

dan

beratnya

kurang

dibandingkan bulir normalnya (Pracaya, 2008).

Gambar 2. Serangan Wereng Hijau Vektor Virus Tungro
Tanaman padi yang terinfeksi biasanya hidup hingga fase pemasakan.
Pembungaan yang terlambat bisa menyebabkan tertundanya panen. Malai
seringkali kecil, steril dan keberadaanya tidak sempurna. Tanaman tua yang
terinfeksi bisa tidak menimbulkan gejala serangan sebelum panen tetapi gejala
akan terlihat saat singgang yang tumbuh setelah panen. Semakin muda umur

6

tanaman yang terserag dan semakin rentang varietas padi maka semakin berat
infeksi penyakit virus tungro ini. Serangannya dapat merusak pertanaman yang
sangat luas dalam waktu yang sangat singkat (Pracaya, 2008).
2.3. Tanaman Pacing (Costus speciosus)
Tanaman pacing (Costus speciosus) berupa herba tahunan, tegak, tinggi
mencapai 0,5 – 4 meter. Batangnya mengandung air dan mudah dipatahkan, dari
luar kasar dan dari dalam licin dan mengkilat. Batang tanaman pacing terutup oleh
pelepah daun, dan berwarna hijau keunguan. Daun merupakan daun tunggal,
berwarna hijau, berbentuk lonjong sampai lanset memanjang, tersusun secara
spiral melingkari batang. Ujung daun meruncing, tepi rata, pangkal daun tumpul,
panjang daun mencapai 11 – 28 cm dan lebarnya 8 – 11 cm. Permukaan daun
bagian bawah berbulu lembut, sedangkan permukaan atas beralur dan bertangkai
pendek.
Perbungaan berbentuk bulir besar yang terletak pada ujung batang.
Tanaman pacing memiliki bunga berwarna putih atau kuning. Mahkota berbentuk
tabung, panjang lebih kurang 1 cm dan diameter 5 mm. Panjang benangsari 6 cm,
ujungnya runcing, berwrna hijau dan putik tersumbul diatas kepala sari berwarna
putih. Tanaman pacing memiliki buah berbentuk bulat telur dengan warna merah.
Biji kecil dan keras berdiameter lebih kurang 2 mm berwarna hitam.

Gambar 3. Tanaman Pacing (Costus speciosus)
2.4. Kandungan Kimia Tanaman Pacing (Costus speciosus)
Rimpang dan biji tanaman pacing mengandung diosgenin (sapogenin
stetoid),

tigogenin,

diosin,

grasilin,

sitosterol,

metiltriakontan,

8-

7

hidroksitriakontan-25-on, 5 – alfa – stigmast – 9 (11) – en – 3 – beta – on – 24 hidroksitriakontan-26-on, dan 24-hidroksihentriakontan-27-on.
Selain itu rimpang juga mengandung saponin, flavonoida, dan tanin. Daun
mengandung saponin, flavonoida, dan tanin. Batang juga mengandung saponin,
flavonoida, dan tanin. Bunga mengandung saponin, flavonoida dan senyawasenyawa polifenol.
2.5. Penggunaan Pestisida Nabati dalam Pengendalian Hama
Penggunaan pestisida di lingkungan pertanian menjadi masalah yang sangat
dilematis, terutama pada tanaman pangan yang sampai saat ini masih
menggunakan pestisida kimia secara intensif. Di satu pihak dengan pestisida maka
kehilangan hasil yang diakibatkan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dapat
ditekan, tetapi akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti
berkembangnya ras hama yang resisten terhadap insektisida, resurjensi hama,
munculnya hama sekunder, terbunuhnya musuh alami hama dan hewan bukan
sasaran lainnya, serta terjadinya pencemaran lingkungan (Prijino, 1994).
Sedangkan di lain pihak tanpa pestisida akan sulit menekan kehilangan hasil yang
diakibatkan OPT (Kardinan, 2001).
Guna mewujudkan tanaman pangan yang bebas residu bahan kimia dan
pestisida menghasilkan produk yang aman dikonsumsi maka penerapan usaha tani
berbasis organik (Pertanian Organik) merupakan suatu keharusan (Anonim,
2004). Untuk itu penggunaan pestisida nabati dikalangan petani perlu digalakkan
begitu pula budidaya tanaman organik sebagi respon perlunya kesehatan
konsumen dan produsen, serta juga sebagi upaya untuk membuat pertanian yang
berwawasan lingkungan (Rizal dan Tahjadi, 2001).
2.6. Manfaat Penggunaan Pestisida Nabati
Pestisida nabati merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tanaman atau tumbuhan. Pestisida nabati memiliki beberapa manfaat diantaranya :
1. Murah dan mudah dibuat oleh petani
2. Relatif aman terhadap lingkungan
3. Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman
4. Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama
5. Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain

8

6. Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida
kimia (Novian, 2002).
2.7. Cara Mengaplikasikan Pestisida Nabati
Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot
(sparayer) gendong pada umumnya. Namun apabila tidak dijumpai alat semprot,
aplikasi

pestisida

nabati

dapat

dilakukan

dengan

bentuan

alat

kuas

penyabut/pengecat dinding atau merang yang diikat (Flint dan Bosch, 1992).
Penyemprotan dilakukan pada pagi/sore hari dengan konsentrasi 400 cc
cairan (= 1,5 gelas aqua) dicampur 14 – 15 liter air tawar pada umur 10 hari setela
tanam, 30 hari setelah tanam dan 40 hari setelah tanam (Parnata, 2004).
2.8. Cara Kerja Pestisida Nabati
Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangga hama dan
penyakit melalui kerja yang unik, yaitu melalui perpaduan berbagai cara atau
secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu :
1. Merusak perkembangan telur, larva dan pupa
2. Menghambat pergantian kulit
3. Mengganghu komunikasi serangga
4. Menyebabkan serangga menolak makan
5. Mengusir serangga
6. Menghambat perkembangan patogen penyakit
7. Memblokir kemampuan serangga.
(Djafarudain, 2000).

9

BAB III
METODE PENULISAN
Dalam penyusuna Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pemanfaatan
Tanaman Pacing (Coscus speciosus) sebagai Pestisida Nabati Pengendali Hama
Wereng Hijau (Nephotettix virescens) pada Tanaman Padi (Oryza sativa)” metode
penulisan yang digunakan adalah studi literatur atau kajian pustaka. Langkahlangkah penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut :
Langkah I

: Melakukan identifikasi mengenai permasalahan yang terjadi di
Indonesia.

Langkah II

: Mengumpulkan berbagai rujukan dari berbagai pustaka hyang
mendukung bahasan mengenai permasalahan pestisida kimia,
menelisik informasi dari lingkungan sekitar khususnya daerahdaerah, dan menganalisis pustaka yang tepat dijadikan dasar dalam
penyusunan karya tulis ini.

Langkah III

: Mengembangkan kerangka tulisan menjadi Karya Tulis Ilmiah
yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Tinjauan Pustaka,
Metode Penulisan, Hasil dan Pembahasan.

10

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Proses Pembuatan Pestisida Nabati
1. Melakukan persiapan dengan menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Menyiapkan dan menakar bahan yang akan digunakan, masing-masing
bahan dutakar sesuai dengan kebutuhan.
3. Membuat adonan pestisida nabati :
a. Kumpulkan tanaman pacing (batang, akar, daun, bunga) menjadi satu.
b. Tumbuk dengan menggunakan alat tumbuk yang sudah disediakan
.(jangan menggunakan alat tumbuk yang mudah berkarat supaya bahan
tidak terkontaminasi).
c. Masukkan bahan yang telah ditumbuk kedalam timba.
d. Tambahkan air leri dan tetes tebu aduk dengan pengaduk hingga
bercampur menjadi satu.
4. Proses fermentasi pestisida nabati
Setelah bahan tercampur di dalam ember, tutup rapat dengan penutupnya
dan lubangi tutup ember untuk memasukkan selang, jangan sampai selang
menyentuh bahan dan hubungkan selang kedalam botol air mineral untuk
mensuplai oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba. rapatkanlah celah-celah
selang dan timba penutupnya menggunakan plastisin untuk menjaga
kerapatan supaya pembuatan pestisida nabati tidak terkontaminasi udara
luar. Data selengkapnya bisa dilihat pada bagan di bawah ini :
Menyiapkan
alat dan bahan

Takar bahan yang
akan digunakan

Tumbuk semua
bahan

Tutup timba
dengan rapat

Tambahkan air
leri dan tetes tebu

Masukan hasil
tumbukan ke
timba

Gambar 4. Diagram Proses Pembuatan Pestisida Nabati

11

4.2. Pelaksanaan
1. Pembuatan Lahan Persemaian
Pembuatan lahan persemaian dilaksanakan adalah untuk keperluan
perkecambahan bibit. Pembuatan lahan persemaian sudah selesai saat 5-7 hari
sebelum lahan digunakan (sebelum tabur benih). Pekerjaan yang dilakukan dalam
pembuatan adalah mula-mula lahan dibuat membujur dari utara ke selatan, dengan
panajang lahan 1 m, dan lebar 1 m. Payungan menghadap timur dengan tinggi 100
cm bagian depan dan 80 cm bagian belakang. Atap payungan terdiri dari dua
lapisan yaitu lapisan bawah terdiri dari plastik transparan putih dan lapisan atas
terdiri dari atap lalang. Pada lahan persemaian permukaan harus rata dan halus,
diisi dengan media campur dengan komposisi tanah : kompos sebanyak 5 : 3, pada
setiap sisi diberi bambu untuk menahan media campuran. tinggi media campuran
6 cm.
2. Persiapan Bibit Padi
Benih padi varietas IR-64 terlebih dahulu direndam dalam air selama 2
hari. Benih yang telah berkecambah ditaburkan secara merata pada media
persemaian. Bibit yang berumur 21 hari siap untuk di pindahkan ke ember
perlakuan.
3. Penanaman Bibit Padi
Setelah 21 hari di pembibitan tanaman padi dapat dipindahkan pada ember
perlakuan yang telah di sesuaikan dengan kondisi lingkungan padi untuk tumbuh.
Ember berisi media tanamn seperti top soil (tanah), kompos, dan air. Tanaman
yang digunakan adalah tanaman padi yang meiliki besar, diameter dan tinggi
batang yang seragam atau hampir sama.
4. Pemeliharaan Tanaman
Perawatan dikaukan setiap hari dengan penyiraman sebanyak 2 kali jika
cuaca panas, dan 1 kali sehari bila cuaca mendung. penyisipan dilakuakn pada
tanaman yang mengalami kegagalan pertumbuhan (mati). Waktu penyisipan
selambat-lambatnmya seminggu setelah tanam.
Penyiangan dilakukan satu kali dalam 1 minggu tergantung pada keadaan
gulma dalam ember. penyiangan dikaukan dengan pencabutan langsung gulma
yang dianggap mengganggu tanaman.

12

5. Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk NPK (12,5 : 7,5 : 10) dan
pupuk KNO3. Pupuk NPK dengan dosis 20 g/ember yang diberikan dua kali,
pertama pada saat bibit padi ditanam pada ember perlakuan sebanyak 10 g. dan
setelah bibit berumur 40 HST sebanyak 10 g/ember ditaburkan disekitar tanaman.
Pupuk KNO3 diberikan pada umur tanaman 30 HST sebanyak 10 g/ember
diberikan dengan cara ditabur di sekitar tanaman (dibuat melingkar).
6. Penyediaan Hama Wereng Hijau
Hama wereng hijau dibiakkan dari telur yang didapat dari dauan tanaman
padi yang ada di lapangan kemudian dimasukkan kedalam kurungan dengan
tinggi 1,5 m, lebar 0,5 m dan panjang 0,5 m yang berisi tanaman padi sebagai
tempat hidup sementara wereng hijau. wereng hijau diinfestasikan pada tanaman
padi yang telah berumur 30 HST sebanyak 30 ekor wereng hijau/ember perlakuan
(Kawabe, 1985).

Gambar 5. Siklus Hidup Wereng Hijau (Nephotettix virescens)
7. Aplikasi Pestisida Nabati
Pestisida nabati tanaman pacing yang sudah disiapkan dimasukkan ke
dalam handsprayer. Aplikasi dilakukan satu hari setelah wereng hijau disebarkan
pada tanaman padi. Larutan disemprotkan pada tanaman yang berada dalam

13

embersesuai dengan perlakuan masing-masing. Saat penyemprotan dilakukan,
tanaman dalam ember disungkup agar pestisida yang diaplikasikan tepat sasaran.
Aplikasi dilakukan sebanyak 3 hari sekali dan jumlah aplikasi sebanyak 3 x
aplikasi (Gapoktan, 2009).
4.3. Pengaruh Pestisida Nabati terhadap Tanaman
Tumbuhan biofarmaka yang memiliki bahan aktif alkaloid dapat
merangsang kelenjar endoktrin untuk menghasilkan hormon ekdison, peningkatan
hormon tersebut dapat menyebabkan kegagalan metamorfosis, sehingga
penyemprotan pestisida nabati dari tumbuhan biofarmaka yang beracun dapat
memutuskan atau menggagalkan metamorfosis serangga. Sedangkan tumbuhan
biofarmaka yang berasa pahit mengandung bahan aktif saponin, havonoid dan
poufenol. Saponin yang terdapat dalam tumbuhan biofarmaka tersebut dapat
menurunkan tegangan permukaan selaput kulit serangga. Pengaruh saponin terjadi
pada fase larva atau ulat sedangkan pada fase pupa tidak berpengaruh karena
kulitnya lebih keras. Rasa pahit yang dikeluarkan oleh alkaloid dapat mencegah
serangga memakan tanaman. Untuk tanaman Pacing mengandung bahan aktif
saponin, flafonoid dan tanin. Tanin yang diproduksi tersebut bekerja sebagai zat
yang dapat menyusutkan jaringan kulit, sehingga zat ini dapat menghambat ulat
yang menyebabkan jaringan kulit ulat menjadi mengkerut dan lebih kering.
Penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan hama mempunyai
dampak negatif terhadap komponen ekosistem hayati lainnya seperti terbunuhnya
musuh alami, resurgensi dan resistensi hama serta pencemaran lingkungan akibat
pestisida seperti punahnya spesises. Meskipun hewan mampu beradaptasi, harus
diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya. Bila batas tersebut
terlampaui, hewan tersebut akan mati. Menyebabkan terjadinya peledakan hama
akibat mematikan predator. Jika predator punah maka serangga dan hama akan
berkembang tanpa kemdali. Keseimbangan lingkungan terganggu. Punahnya
spesies tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai
menjadi berubah. Akibatnya keseimbangan lingkungan, daur materi, dan daur
bloge kimia menjadi terganggu. Selain itu penggunaan pestisida kimia juga
menyebabkan kesuburan tanah berkurang serta menimbulkan keracunan dan
penyakit.

14

Alternatif lain untuk mengendalikan hama yaitu dengan memanfaatkan
senyawa beracun yang terdapat pada tumbuhan yang dikenal dengan pestisida
nabati. Penggunaan pestisida nabati mempunyai kemampuan menekan hama
tanaman dan melestarikan populasi musuh alami.

15

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Padi merupakan tanaman yang menjadi bahan pokok karbohidrat
masyarakat Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi padi adalah
semakin banyaknya hama dan berkurangnya musuh alami yang diakibatkan dari
penggunaan pestisida kimia. Hama utama padi adalah wereng hijau. Hal ini
dikarenakan wereng hijau menjadi hama utama pembawa vektor virus tungro.
Solusi tepat untuk mengendalikan hama wereng hijau adalah dengan
menggunakan pestisida nabati. Tanaman pacing memiliki kandungan saponin,
flafonoida, dan tanin sehingga dapat dijadikan sebagai pestisida nabati. Senyawa
aktif dalam tanaman pacing diduga dapat mengusir bahkan membunuh hama
wereng hijau.
5.2. Saran
Masyarakat seharusnya lebih mementingkan kelestarian lingkungan dengan
tidak menggunakan pestisida kimia sebagai pengendali hama tanaman padi.
Karena Pestsidia kimia memiliki dampak negatif yang lebih banyak dibandingkan
dengan dampak positifnya dan mengganti pestisida kimia dengan pestisida nabati
yang ramah lingkungan.

16

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1997. Pengendalian Tungro. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman
Pangan. Jakarta.
Anonim. 1997. Beberapa Hama dan Penyakit Padi. Direktorat Jendral Tanaman
Pangan. Jakarta.
Anonim. 2004. Buku Pedoman Non Kimia. Departemen Pertanian. Jakarta.
Anonim. Laporan Tahunan 2006. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura Jatim. Dinas Pertanian Privinsi Jawa Timur. Bali Proteksi
Tanaman Pangan dan Hortikultura. 227 hal.
Athwal, D.S., M.D. Pathak., E.H. Bcalangco and C.D. Pura. 1971. Genetics of
Resistance to Brown Planthopper and Green Leafhopper in Oryza sativa L.
Crop Science 11.
Djafarudain. 2000. Dasar-dasar Pengendali Penyakit Tanaman. Bumi Aksara.
Jakarta.
Flint, M., R.V. Bosch. 1992. Pengendalian hama Terpadu. Kanisus. Yogyakarta.
Gapoktan. 2009. Pengendalian Hama dan Penyakit dengan Pestisida Nabati.
http://gapoktantanimaju.blogspot.com/2009/01/pestisida-nabati.html
diunduh tanggal 04 Oktober 2015.
Ir. Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kardinan, A., Ruhnayat, A. 2003. Mimba Budidaya dan Pemanfaatannya. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Kawabe. 1985. Mechanism of Varietal Resitance to the Green Leafhopper
(Nephotettix cinciteps Uhier). JARQ.
Ling, Kc. 1979. Rice Virus Desease. IIR.
Novian. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida ramah Lingkungan.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Parnata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Prijono, D., Hasan, E. 1993. Pengaruh Ekstrak Nimba Terhadap Perkembangan
dan Mortalitas Croccidolania binotalis. Priseding Seminar Hasil Penelitian
dalam rangka Pemanfaatan Pestisida Nabti. Bogor 1-2 Desember 1993.
Sama, S. 1990. Laporan Serangan Tungro pada PB 36. di Daerah Bali. Baliitan
Maros.
Siwi, S.S., I.D.M. Tantera. 1982. Pergeseran Dominasi Species Wereng Hijau di
Indonesia serta Kemungkinan Peranannya dalam Penyebaran Virus Tungro.
Journal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1 (2).
Widiarta, I.N. 2005. Wereng Hijau (Nephotettix virescens Distant): Dinamika
Populasi dan Strategi Pengendaliannya sebagai Vektor Penyakit Tungro.
Balai Penelitian Padi, Jalan Raya No 9, Sukamandi Kotak Pos 11, Subang
(Jurnal Litbang Pertanian, 24 (3), 2005.

17

Widiarta, I. N., A. Hasanudin dan Yulianto. 1995. Keadaan Penyakit Pada Padi
Sawah di Jawa barat dan Jawa Tengah. Kongres Nasional XIII dan Seminar
Ilmiah PFI. Mataram.

18

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Ketua Pelaksana
Nama

: Ahmad Khanafi

TTL

: Demak, 23 Juli 1995

Jenis Kelamin

: Laki-laki

NIM

: 23030113120025

Fakultas/Program Studi

: Peternakan dan Pertanian/S-1 Agroekoteknologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Diponegoro

Alamat Asal

: Jl. Diponegoro No.57 RT.01 RW.III Demak

Alamat Kos

: Jl. Baskoro No. 39 Tembalang Semarang

No. HP

: 083838832140

E-mail

: hanafiahmad@student.undip.ac.id

Riwayat Pendidikan
1. MI MIFTAHUSSALAM 1 WONOSALAM DEMAK
2. MTs NU JOGOLOYO WONOSALAM DEMAK
3. MADRASAH ALIYAH NEGERI DEMAK
4. UNIVERSITAS DIPONEGORO
Riwayat Organisasi
1. Bendahara Dewan di Racana Diponegoro (Pramuka Undip)
2. Staf Ahli Inforkom KMNU UNDIP
3. Anggota UKM Rebana Diponegoro University

19

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Anggota
Nama

: Muhamad Ghazi agam SAS

TTL

: Sukabumi, 20 Juni 1996

Jenis Kelamin

: Laki-laki

NIM

: 23030114140073

Fakultas/Program Studi

: Peternakan dan Pertanian/S-1 Agroekoteknologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Diponegoro

Alamat Asal

: Jalan Patin No. 5 RT.30 RW.10 Sukabumi.

No. HP

: 089520416257

E-mail

: agamghazi@gmail.com

Riwayat Pendidikan
1. SDN Gunung Puyuh CBM
2. SMP Negeri 2 Kota Sukabumi
3. SMA Negeri 3 Kota Sukabumi
4. Universitas Diponegoro
Riwayat Organisasi
1.
2.

Eksekutif Muda BEM FPP UNDIP

20

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Anggota
Nama

: Vq Pinasthika

TTL

: Semarang, 06 Juni 1996

Jenis Kelamin

: Perempuan

NIM

: 23030114140085

Fakultas/Program Studi

: Peternakan dan Pertanian/S-1 Agroekoteknologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Diponegoro

Alamat Asal

: Puri Pudak Payung A 18 Banyumanik Semarang

No. HP

: 085600223729

E-mail

: vqpinasthika@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan
1.

SD Islam Al-Ashar 14 Semarang

2.

SMP N 21 Semarang

3.

SMA N 1 Semarang

4.

Universitas Diponegoro

21

LAMPIRAN
1.

Scan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM)

22

2.

Scan/foto Bukti Pembayaran

23
FORMULIR PENDAFTARAN
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA NASIONAL DIES NATALIS 32
IMHPT PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
BIOLOGYCAL CONTROL DAY

A. Sub Tema yang dipilih
B. Biodata Ketua
1. Nama lengkap
2. Tempat dan tanggal lahir
3. Jenis kelamin
4. PTN/PTS
5. Jurusan/fakultas
6. No. Telp/HP
7. Email
8. Alamat rumah
C. Biodata Anggota 1
1. Nama lengkap
2. Tempat dan tanggal lahir
3. Jenis kelamin
4. PTN/PTS
5. Jurusan/fakultas
6. No. Telp/HP
7. Email
8. Alamat rumah
D. Biodata Anggota 2
1. Namalengkap
2. Tempat dan tanggal lahir
3. Jenis kelamin
4. PTN/PTS
5. Jurusan/fakultas
6. No. Telp/HP
7. Email
8. Alamat rumah

: Teknik Pengendalian OPT Ramah Lingkungan
: AHMAD KHANAFI
: Demak, 23 Juli 1995
: Laki-laki
: Universitas Diponegoro
: Pertanian/Fakultas Peternakan dan Pertanian
: 083838832140
: hanafiahmad@student.undip.ac.id
: Jl. Diponegoro No. 57 Kp. Sandangan RT.01 RW.III
Kec. Wonosalam, Kab. Demak 59571
: MUHAMAD GHAZI AGAM SAS
: Sukabumi, 20 Juni 1996
: Laki-laki
: Universitas Diponegoro
: Pertanian/Fakultas Peternakan dan Pertanian
: 08952016257
: agamghazi@gmail.com
: Jalan Patin No. 5 RT.30 RW.10, Perum Bumi Babakan
Damai, Cisaat, Kab. Sukabumi, Jawa Barat
: VQ PINASTHIKA
: Semarang, 06 Juni 1995
: Perempuan
: Universitas Diponegoro
: Pertanian/Fakultas Peternakan dan Pertanian
: 085600223729
: vqpinasthika@yahoo.co.id
: Puri Pudak Payung Asri 18 Pudak Payung Banyumanik
Semarang 50265