Pengaruh Perubahan Budaya Terhadap Eksis (1)

Pengaruh Perubahan Budaya Terhadap Eksistensi
Rumah Gadang

Oleh
YUDI ARIADI
( 1400310044 )

Yudi ariadi,technopreneurship

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Minangkabau sebagai salah satu etnis di Indonesia mempunyai cara yang unik untuk
mengekspresikan budaya mereka melalui konstruksi bangunan. Ruang-ruang yang terbentuk dan
menjadi satu kesatuan sebagai tempat tinggal terlihat jelas di pengaruhi oleh sistem genealogis yang
mereka anut yaitu sistem matrilinieal. Demikian juga dengan bentuk desain yang tercipta, Bentukbentuk geometri yang dihasilkan terkesan unik dan tak biasa. Keduanya, bentuk dan arsitektur
tersebut merupakan satu kesatuan dalam konstruksi Rumah Gadang.
Rumah gadang merupakan salah satu ekspresi arsitektur minang kabau, mampu mencerminkan
kebijakan penggunaan bahasa arsitektural masyarakat etnis tersebut. Permasalahan yang ada adalah
rumah gadang dengan arsitektur asli saat ini sudah jarang ditemukan di daerah minang. Unsur-unsur

modern mulai mempengaruhi bahkan mengurangi eksistensinya sebagai salah satu karya berarsitektur
asli minang kabau. Perkembangan arsitektur rumah gadang yang ada sekarang terkesan salah kaprah.
Masyarakat minangkabau cendrung mengkrucutkan arsitektur rumah gadang mereka hanya sebatas
penerapan satu atau beberapa elemen rumah gadang pada bangunan gedung atau modern, Akibatnya,
Citra arsitektur minangkabau yang muncul seolah sudah cukup terwakili oleh satu atau beberapa
element rumah gadang, seperti atap gonjongnya saja. Ini sungguh tentu sangat menghawatirkan
karena secara tidak langsung masyarakat minang mulai mengubur jati diri arsitektur mereka.
Berdasarkan fakta-fakta tersebutlah, saya melakukan penelitian mengenai konstruksi rumah gadang,
guna mengetahui pengaruh kehidupan budaya masyarakat minang kabau dalam kebijakan yang
berkaitan dengan konstruksi serta permasalahan pengkrucutan citra arsitektur yang sudah di tuliskan
di atas.

1.2 Rumusan Masalah
Konstruksi rumah gadang dan cara berarsitektur asli minangkabau merupakan kekayaan arsitektural
yang harus tetap di lestarikan. Perubahan dan pergeseran pola kehidupan masyarakat pada masa
sekarang dapat mengacam eksistensi keduanya. Salah satu pergeseran pola kehidupan tersebut di
tandai dengan budaya tinggal secara tradisional di rumah gadang berkuraang, sehingga berdampak
pada pembangunan rumah gadang dengan konstruksi serta cara berarsitektur asli yang juga berkurang
bahkan hampir tidak ada. Melihat permasalahan tersebut, saya merasa tertarik untuk mengkaji lebih
dalam lagi arsitektur rumah gadang dan menjawab beberapa pertanyaan yang ada di pikiran saya

yaitu:
Bagaimana eksistensi rumah gadang dengan perkembangan zaman di tengah kehidupan
masyarakat minangkabau yang semakin modern?
1.3 Tujuan penelitian
Mengetahui bagaimana eksistensi rumah gadang dengan konstruksi saat ini serta penerapan
elemen arsitekturialnya pada bangunan modern.

Yudi ariadi,technopreneurship

1.4.Batasan masalah
Secara garis besar konstruksi Rumah Gadang di setiap daerah di minangkabau relatif sama, begitu
juga dengan fungsinya sebagai ruang hidup dan ruang bertepat tinggal. Namun tetap terdapat
peredaan dalam hal yang bersipat detail. Meskipun demikian, saat membahas arsitektur rumah gadang
beserta fungsinya di satu daerah di minang kabau,secara garis besar hal itu sudah cukup menjelaskan
apa yang ingin kita ketahui tentang rumah gadang sebagai ruang hidup dan ruang bertempat tinggal
masyarakat minang kabau secara umumnya.
Di dalam tulisan ini, akan dibahas konstruksi rumah gadang merujuk kepada penelitian di Nagari
Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Hal ini
mengingat di sana terdapat daerah yang di sebut dengan kawasan 1000 rumah gadang, ini merupakan
wisata yg sangat terkenal disana dan menjadi julukan untuk Kabupaten Solok Selatan.

Hal yang menjadi fokus pembahasan nantinya adalah konstruksi Rumah Gadang baik secara
Keruangan maupun Arsitekturial, Selain itu dalam tulisan ini juga akan dibahas proses perencanaan,
pembangunan , hingga penggunaan rumah gadang, selain itu akan dibahas juga penerapan elemen
arsitektural rumah gadang pada bangunan modern, Pembahasan tersebut hanya sebatas penerapan
salah satu elemen saja yaitu atap gonjong karena pencitraan bangunan modern dengan aksen atap
gonjong sangat sering di temui saat ini.

Yudi ariadi,technopreneurship

BAB 2
Literatur Review

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai bagaimana konstruksi rumah gadang yang sebenanya yang
saya peroleh dari berbagai sumber, agar bisa dijadikan acuan untuk membandingkan konstruksi rumah
gadang yang asli dengan bangunan bergonjong yang banyak di temukan saat ini.

2.1 Proses Pembangunan Rumah Gadang
Sebagai karya arsitektur yang merupakan representasi dari kehidupan budaya, Rumah Gadang tidak
hanya di lihat sebagai sebuah objek melainkan juga sebagai produk dari proses berbudaya yang telah
mengalami banyak penyesuaian terhadap kondisi masyarakat dan kondisi alam, dengan mempelajari

Rumah Gadang secara tidak langsung kita akan memahami bagaimana masyarakat minangkabau
membentuk jati diri sesuai dengan pandangan hidup mereka dan mengekspresikannya ke dalam
wujud Arsitektural. Dan kali ini akan dijelaskan sedikit tentang konstruksi rumah gadang dari mulai
proses perencanaan, pembangunan , hingga penggunaan rumah gadang

2.1.1 Perencanaan
Perencanaan pembangunan rumah gadang diawali dngan melakukan musyawarah antara sesama
saudara pada suatu kaum, kemudian di sampaikan kepada penghulu, setelah mencapai kata mufakat
maka pembangunanpun siap di lakukan. Pengerjaan di lakukan dengan cara gotong royong dan hanya
di dampingi oleh seorang tukang ahli dimlai dengan mengadakan musyawarah antar anggota keluarga
dari kaum yang bersangkutan, Oleh karena Rumah Gadang dimiliki bersama oleh suatu kaum, maka
tanah yang digunakan adalah tanah kaum. Lokasi di mana tanah kaum berada menentukan arsitektur
bangunan yang boleh dibangun, misalnya: Rumah Gadang bergonjong empat atau lebih hanya boleh
didirikan pada perkampungan yang berstatus nagari atau koto; untuk ukuran dusun, hanya boleh
bergonjong dua; dan di teratak tidak boleh didirikan rumah bergonjong.

2.1.2 Pencarian bahan
Bahan atau material yang di anggap paling penting dalam pembangunan rumah gadang adalah kayu
untuk tonggak, jenis dan kualitas kayu yang di gunakan pastilah sangat di perhitungkan karena terkait
dengan fungsinya sebagai penopang utama dari rumah gadang. Pencarian bahan untuk tonggak

merujuk terhadap saran dan pendapat dari tukang ahli, bahan atau kayu yang bisa di gunakan sebagai
tonggak tuopun tentu mempunyai kriteria tersendiri.
Pada saat menebang pohon untuk tonggak tuo, masyarakat percaya jika pucuk dari pohon patah maka
pohon tersebut tidak dapat di gunakan sebagai tonggak tuo walaupun syarat-syarat lain sudah
terpenuhi. Hal ini berdasarkan kepercayaan dari masyarakat bahwa jika pucuk dari pohon yang akan
di jadikan sebagai tonggak tuo patah, ditakutkan keluarga kaum yang mendirikan rumah gadang
nantinya tidak akan mempunyai penghulu untuk memimpin kaum.

Yudi ariadi,technopreneurship

Setelah kayu berhasil di tebang maka selanjutnya kayu di rendam di lumpur selama bermingguminggu bahkan berbulan bulan, tujuannya adalah agar kayu dapat bertahan lama, ketika peroses
membawa kayu ke perendaman biasanya di iringi dengan bunyia-bunyian, tujuannya agar orang
kampung tau dan ikut membantu. Perendaman kayu ini juga di lakukan Sambil menunggu
ketersediaan bahan-bahan yang lain seperti papan untuk dinding, ijuk untuk atap, kayu-kayu untuk
lantai dan rangka atap. ( Elza peldi taher 2005 )
2.1.3 Pembangunan
Apabila bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mendirikan rumah sudah tersedia, maka dimulailah
tahap pengolahan kayu. Tahap pertama adalah membuat tiang utama. Pembuatan tunggak tuo ini
diawali dengan mengadakan kenduri. Kenduri ini bertujuan agar pembangunan rumah berjalan
dengan lancar dan rumah yang dibangun memberikan ketentraman bagi penghuninya. Setelah tunggak

tuo selesai, maka para tukang mulai membuat bagian-bagian rumah yang lain sesuai dengan
keahliannya

Merangkai tonggak
( Nusyirwan, dkk, 1979)

Jika pembuatan bagian-bagian rumah telah selesai, maka dilanjutkan dengan menegakkan dan
merangkai bagian-bagian tersebut. Pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga dilakukan secara
gotong-royong, seperti ketika batagak tunggak (menegakkan tiang), yaitu tahap menegakkan seluruh
tiang dan merangkainya dengan balok-balok yang tersedia. Proses batagak tunggak biasanya diawali
dengan acara kenduri dan diakhiri dengan makan bersama.

Penegakkan rangkaian tonggak tuo,
( Nusyirwan, dkk.1979 )

Yudi ariadi,technopreneurship

tahapan selanjutnya adalah pemasangan atap, pemasangan atap meliputi pemasangan hiasan pada
ujung gonjong yang kemudian di lanjutkan dengan pemasangan ijuk sebagai penutup, ijuk di pasang
dua lapis yaitu lapisan dalam berupa ijuk kasar dan lapisan luar yang berupa ijuk halus. Setelah

pemasangan atap selesai tahap selanjutnya dalam pembangunan rumah gadang adalah pemasangan
dinding beserta bukaan seperti pintu dan jendela, ini menjadi pertanda bahwa pengerjaaan rumah
gadang sudah hampir selesai,
sebagai akses naik turun rumah, tangga merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam rumah
gadang, dengan selesainya pembuatan tangga maka selesailah keseluruhan peroses pembangunan, dan
rumah gadang pun sudah siap di huni.

2.1.4 Penggunaan
A. Sebagai Tempat Tinggal
Sebagai tempat tinggal Rumah Gadang tentu mempunyai aturan tersendiri seperti: pembagian tiap
kamar dalam rumah gadang juga mempunyai aturan tersendiri, perempuan yag sudah bersuami
mendapat jatah satu kamar, perempuan yang paling muda mendapat jatah kamar paling ujung dan
akan pindah ke tengah jika ada perempuan lain, adiknya, atau saudaranya yang telah menikah, peem
puan tua dan anak anak memperoleh kamar di dekat dapur, gadis remaja memperoleh kamar yang
sama di ujung yang lain, sedangkan laki laki tua, duda, dan bujangan tidur di surau milik kaumnya
masing - masing.
Tata cara bertamu dan menerima tamu hampir sama dengan cara bertamu pada umumnya namun yang
berbeda yakni seorang laki laki tidak diperbolehkn membaawa teman laki lakinya masuk di rumah
kediaman pribadinya, pertemuan antara laki laki tempatnya di masjid atau surau tak lazim
melakukannya di dalam rumah gadang. Aturan juga berlaku ketika keluargaa hendak makan, walupun

mereka tinggal di satu rumaha mereka jarang makan bersama, mereka hanya makan bersama ketika
ada acara tertentu, selebihnya mereka makan sendiri- sendiri di depan masing – masing, jika ada tamu
maka mereka akan makan di dalam kamar masiang – masing. ( Elza peldi taher 2005 )

B. Sebagai kelengkapan Adat
Selain sebagai Tempat Tiggal Rumah Gadang juga di gunakan sebagai tempat untuk acara adat seperti
acara perkawinan, penobatan penghulu dan tempat penghulu menerima tamu – tamu yang di hormati,
itu membuat rumah gadang sangat di sakralkan dan di anggap suci, sehingga orang orang yang ingin
memasuki rumah gadangterlebih dahulu harus memcuci kedua kakinya di luar, biasanya terdapat batu
ceper yang berisi air dan timba dari kayu yang berada di bawah tangga.

2.1.5 Kelengkapan Rumah Gadang
A. Rangkiang.
Setiap Rumah Gadang biasanya dilengkapi dengan rangkiang atau lumbung padi. Keberadaan
bangunan ini berfungsi untuk menopang kehidupan sosial dan ekonomi orang-orang yang hidup di
Rumah Gadang. Rangkiang biasanya dibangun di depan atau di samping Rumah Gadang.

Yudi ariadi,technopreneurship

Arsitektur rangkiang hampir sama dengan Rumah Gadang. Atapnya bergonjong dan dibuat dari ijuk.

Tinggi tiang penyangganya sama dengan Rumah Gadang. Pintunya kecil dan terletak pada bagian atas
dan salah satu dinding singkok (singkap). Tangga untuk menaiki rangkiang dapat dipindah-pindahkan,
dan bila tidak digunakan disimpan di bawah kolong Rumah Gadang. Bentuk dan jenis
rangkiang/lumbung padi ada tiga macam, yaitu:


Si tinjau lauik (si tinjau laut). Bangunan ini digunakan sebagai tempat menyimpan padi yang
akan dijual untuk keperluan bersama atau pos pengeluaran adat. Rangkiang ini, berbentuk
langsing, bergonjong dan berukir dengan empat tiang penyangga, dan letaknya di tengah
rangkiang yang lain..



Sibayau-bayau, yaitu tempat menyimpan padi yang akan digunakan untuk makan sehari-hari.
Tipenya gemuk dan berdiri di atas enam tiang. Letaknya di sebelah kanan Rumah Gadang.



Si tangguang lapa (si tanggung lapar), yaitu tempat untuk menyimpan padi cadangan yang
akan digunakan pada musim paceklik. Tipenya bersegi dan berdiri di atas empat tiangnya.

(gufron. 2007)

B. Ukiran pada dinding rumah gadang
Keistimiwaan rumah gadang tidak hanya terlihat dari bentuknya yang unik, tinggi, dan memanjang,
namun juga sebagai penyempurna tampilan rumah gadang di lengkapi dengan berbagai macam bentuk
ukiran di bagian dindingnya, Nama-nama ukiran yang menghiasi rumah gadang berasal dari tumbuhtumbuhan, binatang ataupun benda lainnya ( Drs. Risman Marah. 1987 )
C. Dapur
Dapur merupakan ruang masak seluruh keluarga yang tinggal di rumah gadang, penempatan dapur
biasanya sesuai dengan keinginan keluarga kaum pemilik rumah gadang, karena memang tidak ada
aturan baku yang mengaturnya, pada umumnya dapur terpisah dengan rumah gadang, aka tetapi masih
dalam jarak yang berdekatan

2.1.6 Pengaruh Lingkungan dan Sosial budaya Terhadap Desain Konstruksi Rumah Gadang
a. Atap
Atap rumah gadang melengkung seperti tanduk kerbau atau seperti susunan sirih dalam cerana.
Atapnya yang lancip atau runcing ke atas disebut dengan gonjong. Semakin ke atas semakin runcing
dan tajam. Hal tersebut mungkin juga berkaitan dengan lingkungan alam. Alam minangkabau,
khususnya bukit barisan, sering terjadi hujan. Dengan membentuk atap yang bergonjong ini, air hujan
yang turun dapat dengan mudah turun ke bawah. Atap tersebut pada mulanya terbuat dari ijuk, namun
sekarang mungkin sudah di ganti dengan menggunakan bahan lain seperti seng. Lengkungan pada

badan rumah gadang, landai seperti kapal banyak yang mengatakan bahwa bentuk rumah gadang
adalah tiruan dari bentuk sebuah lancang atau kapal.

b.lantai
Rumah gadang jika di lihat – lihat juga berbentuk panggung. Lantainya tinggi, atau agak di tinggikan
dari tanah, kira – kira dua meter. Hal ini mungkin berkaitan dengan lingkungan alam. Dahulunya,

Yudi ariadi,technopreneurship

minangkabau merupakan kawasan yang terdapat banyak binatang buas. Untuk menghindari binatang
buas itu, rumah tersebut harus ditinggikan. Di bagian bawah rumah gadang ini, biasanya juga di
jadikan sebagai tempat untuk memelihara ternak seperti ayam, kambing, atau kerbau.
c. Dinding
Pada bagian dinding Rumah Gadang di buat dari bahan papan, sedangkan bagian belakang dari
bahan bambu. Papan dinding dipasang vertikal, sementara semua papan yang menjadi dinding dan
menjadi bingkai diberi ukiran, sehingga seluruh dinding menjadi penuh ukiran.
Penempatan motif ukiran tergantung pada susunan dan letak papan pada dinding Rumah Gadang.
( Sudirman Ismael 2007 )

Yudi ariadi,technopreneurship

BAB 3
DATA
3.1 Kondisi Geografis dan Demografis Kabupaten Solok Selatan
3.1.1 Kondisi Geografis
Kabupaten Solok Selatan berada pada jajaran Pegunungan Bukit Barisan yang termasuk dalam daerah
Patahan Semangka. Posisi daerah secara geografis berada pada 01° 17’ 13” - 01° 46’ 45” Lintang
Selatan dan 100° 53’ 24”- 101° 26’ 27” Bujur Timur. Dengan luas wilayah lebih kurang 3.590 Km².
Tepatnya berada di bagian selatan Provinsi Sumatera Barat. Batas-batas wilayah Kabupaten Solok
Selatan adalah:
Secara administratif Kabupaten Solok Selatan berbatasan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Solok.
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Kerinci (Provinsi Jambi).
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan.
Sebelah Timur dengan wilayah Kabupaten Dharmasraya
Ibu kota Kabupaten Solok Selatan sendiri ditetapkan berkedudukan di Padang Aro. Jarak antara
Padang Aro dengan Kota Padang adalah 166 Km. Secara administratif, sejak tahun 2011 Kabupaten
Solok Selatan terdiri dari tujuh kecamatan, yaitu (i) Sangir, (ii) Sangir Jujuan, (iii) Sangir Balai
Janggo, (iv) Sangir Batang Hari, (vi) Sungai Pagu, (vi) Pauh Duo dan (vii) Koto Parik Gadang Diateh.
Secara keseluruhan kabupaten ini terdiri dari 39 nagari dan 220 jorong. Tiap kecamatan ini memiliki
luas yang bervariasi. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Sangir Balai Janggo dengan luas 686,94
km2 atau sekitar 20,53% dari luas keseluruhan Kabupaten Solok Selatan dan Kecamatan Sangir
dengan luas 632,99 km2. Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Sangir Batang Hari dengan luas
280,01 km2 dan Kecamatan Sangir Jujuan dengan luas 278,06 km2 atau 8,31% dari luas keseluruhan
Kabupaten Solok Selatan
3.1.2 Demografis
Jumlah penduduk Kabupaten Solok Selatan tahun 2011 sebanyak 147.369 jiwa, yang terdiri
dari 74.117 laki – laki dan 73.252 perempuan, sedangkan tahun sebelumnya tercatat sebanyak
144.281 jiwa (72.568 laki – laki dan 71.713 perempuan). Tingkat kepadatan penduduk pada tahun
2
2011 ini terhitung sebanyak 44,04 jiwa/Km .Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan
Sangir,yakni 39.034 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Sangir Jujuan
yakni 11.833 jiwa. Jumlah orang yang bekerja di Solok Selatan sebanyak 61.553 orang dengan
rincian 40.684 laki-laki dan 22.824 perempuan.
Dari jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Solok Selatan penduduk terbanyak terdapat di
Kecamatan Sangir dan Kecamatan Sungai Pagu, karena kepadatan penduduk tersebut maka
berkontribusi besar terhadap jumlah rumah penduduk yang ada, di Kecamatan Sangir dengan jumlah
8.567 buah rumah serta di Kecamatan Sungai Pagu sebanyak 7.003 buah rumah. Hal ini disebabkan

Yudi ariadi,technopreneurship

sifat perkotaan yang cukup mencolok di daerah ini serta kelengkapan fasilitas maupun prasarana
yang ada serta lokasi yang berdekatan dengan Kantor Bupati Solok Selatan membuatnya mampu
menarik penduduk untuk tinggal disana. Sedangkan rumah gadang yang ada di solok selatan hanya
berjumlah 449 unit, 130 di antaranya terdapat di kawasan 1000 rumah gadang.
Seperti kabupaten lainnya di sumatera barat, penduduk di solok selatan juga sebagian besar adalah
suku minangkabau, Namun, Kurang lebih dua pertiga dari jumlah keseluruhan anggota suku ini
berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota besar.
Menurut sensus tahun 1930, perantau tertinggi di Indonesia adalah orang Bawean (35,9 %),
kemudian suku Batak (14,3 %), lalu Banjar (14,2 %), sedangkan suku Minang hanya
sebesar10,5%.Namun Dari hasil studi yang pernah dilakukan oleh Mohctar Naim, 1973 (Merantau,
Minangkabau Voluntary Migration, University of Singapore), pada tahun 1961 terdapat sekitar 32 %
orang Minang yang berdomisili di luar Sumatera Barat, tetapi pada tahun 1971, jumlah itu meningkat
menjadi 44 %
Dalam etnis Minangkabau terdapat banyak suku Beberapa suku besar mereka adalah suku Piliang,
Bodi Caniago, Tanjuang, Koto, Sikumbang, Malayu, Jambak; selain terdapat pula suku pecahan dari
suku-suku utama tersebut.Tidak ada kekuasaan sosial dan politik lainnya yang dapat mencampuri adat
di sebuah nagari. Nagari yang berbeda akan mungkin sekali mempunyai tipikal adat yang berbeda.
( Buku Putih sanitasi kabupaten solok selatan tahun 2013 )

3.2 Perkampungan Tradisional Minang Kabau ( Nagari Koto Baru )
Di daerah koto baru terdapat banyak sekali rumah-rumah adat dan bangunan-bangunan bersejarah
yang masih bertahan sampai sekarang, yang paling terkenal adalah kawasan 1000 rumah gadang,
penetapan daerah ini sebagai kawasan wisata pertama kali di gagas oleh ibuk Mutia Hatta ketika dia
berkunjung pada tahun 2007 silam, kawasan 1000 rumah gadang ini pada akhirnya menjadi julukan
kabupaten solok selatan.
Di Solok selatan terdapat 449 unit rumah gadang dengan berbagai bentuk sebagian besar terdapat Di
wilayah ini yaitu sekitar 130 unit Rumah gadang, rumah gadang yang ada mempunyai bentuk yang
berbeda-beda Sesuai dengan suku yang ada, Ada 9 suku yang terdapat di kawasan wisata 1000 rumah
gadang yakni suku Melayu, Bariang, Durian, Koto Kaciak, Panai, Caniago, Kutianyie, Sikumbang,
dan Suku Kampai. ( antara news )

Yudi ariadi,technopreneurship

3.3 gambaran konsruksi rumah gadang
Ruangan dalam gadang ( tidak beranjuang)

Secara keruangan rumah gadang tidak beranjuang mempunyai denah yang sederhana dengan bentuk
dasar persegi panjang, jika di bagi menurut lanjar rumah gadang terdiri atas 4 bagian, ke empat lanjar
ini dari depan ke belakang disebut dengan balai,labuah,bandua,dan bilik , Bagian paling depan yaitu
balai merupakan ruangan yang bersipat umum dan merupakan ruang bersama bagi anggota kaum
Bagian kedua yaitu labuah merupakan bagian yang bisa di gunakan oleh semua anggota keluarga
dalam kehidupan sehari hari.Bagian bandua dan bilik memiliki lantai yang di tinggikan karena bandua
merupan ruangan yang cukup terhormat karena dijadikan tempat para ninik mamak duduk pada saat
ada acara adat, bandua juga merupakan area duduk bagi para tamu terhormat yaitu para suami dari
kaum perempuan dari anggota kaum dan tamu perempuan bandua juga merupakan tempat tidur bagi
anak lakilaki dan perempuan yang belum baligh.
Sementara biliak merupakan tempat tidur bagi anggota kaum yang perempuan bersama suaminya,
untuk menutup biliak pada malam hari biasanya di tutup dengan tirai namun pada siang hari ini di
buka dan isi di biliak dapat saja telihat dari luar, dari semua biliak dalamrumah gadang terdapat satu
biliak yang merrupakan biiak adat, biliak adat merupakan biliak yang tempatnya di tengah tengah dan
di fungsikan sebagai tempat di pasangnya kelambu adat saat di adakan acara adat seperti acara
perkawinan.

Yudi ariadi,technopreneurship

BAB 4
DISKUSI

4.1 Pergeseran Pola Kehidupan Budaya Masyarakat Minangkabau Dan Pengaruhnya Terhadap
konstruksi Rumah Gadang
Sudah menjadi kenyataan bahwa saat ini sangat jarang masyarakat yang mendirikan rumah gadang
dan tinggal di dalamnya secara bersama sama bersama keluarga kaum, pergeseran cara hidup ini jika
di tinjau lebih lanjut, ternyata merupakan dampak dari aturan yang ada dalam rumah gadang, ini
terjadi ketika ruah gadang sudah tidak mampu menampung jumlah anggota kaum yang semakin lama
semakin bertambah. Disamping itu dalam rumah gadang juga tidak terlalu banyak mempunyai ruang
private sehingga membuat anggota kaum ada yang mendirikan rumah baru, rumah yang didirikanpun
bukan lagi rumah gadang melainkan rumah milik pribadi bagi keluarga inti mereka saja dan ini akan
terus terjadi selama anggota kaum mempunyai keturunan dari garis ibu.
Faktor lain yang menjadi penyebab adalah kultur minangkabau yang gemar berdagang dan merantau,
dari data di atas pada tahun 1971 hampir separuh dari masyarakat minang berdomisili di luar sumatera
barat, ini tentunya membuat banyak rumah gadang yang di tinggalkan oleh pemiliknya dan di biarkan
begitu saja.

Iwarko 2010 dalam http://iwarko.blogspot.com/2010/05/rumah-gadang-nasibmu-kini.html di unduh
tanggal 10 february 20215
salah satu rumah gadang di nagari koto baru jorong 3 yang sudah tidak layak huni di biarkan lapuk
termakan usia
Di nagari koto baru memang masih banyak rumah gadang yang di tinggali oleh pemiliknya namun
keluarga yang tinggal di rumah gadang tersebut hanya keluarga inti saja, biasanya keluarga inti yang
belum mempunyai umah pribadi.
Selain cara hidup masyarakat yang memang mengalami pergeseran alasan lain rumah gadang di
biarkan kosong antara lain:
1. Kondisi rumah yang tidak kokoh lagi, termakan usia sehingga tidak layak huni.
2.Kebanyakan rumah gadang telah di tinggal merantau oleh kaum pemiliknya, Terlihat dari data studi
yang pernah dilakukan oleh Mohctar Naim, 1973 (Merantau, Minangkabau Voluntary Migration,

Yudi ariadi,technopreneurship

University of Singapore), pada tahun 1961 terdapat sekitar 32 % orang Minang yang berdomisili di
luar Sumatera Barat, tetapi pada tahun 1971, jumlah itu meningkat menjadi 44 %
3.Keluarga kaum pemilik rumah gadang tersebut sudah punah menurut garis keturunan ibu, sehingga
tidak ada lagi yang berhak menghuni rumah itu menurut ketentuan adat.
Pergeseran budaya masyarakat minang kabau seperti yang di uraikan di atas jelas sangat memberikan
pengaruh terhadap eksistensi rumah gadang serta fungsi yang di jalankannya. Hal ini sungguh sangat
menghawatirkan karena masyarakat sudah sangat jarang membangun rumah gadang dengan
konstruksi dan fungsi aslinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara lain:
1. Keluarga kaum yang bersangkutan sudah mempuyai rumah gadang walaupun tidak di huni
2. Pembangunan rumah gadang yang asli dinilai rumit dan membutuhkan waku yang lama
3. Material yang digunakan yang sesuai dengan kaidah arsitektur asli susah di dapatkan.

4.2. Pembangunan Rumah Gadang Dengan Arsitektur Modern
Pembangunan Rumah Gadang dengan arsitektur asli yang sangat rumit membuat masyarakat mencari
cara lain untuk tetap dapat memperlihatkan ciri khas arsitektur mereka, Salah satu cara tersebut adalah
dengan membuat bangunan bergonjong, kebanyaakan orang menilai bahwa bangunan tersebut sama
dengan rumah gadang padahal kedunya merupakan hal yang berbeda secara arsitekturial serta fungsi
yang di embannya.
4.2.1. Bangunan bergonjong di nagari koto baru
Di negari koto baru bangunan modern yang menerapkan atap
bergonjong terlihat di bangunan-bangunan pemerintah dan publik
seperti: kantor walinagari koto baru,pos kamling, dan kantor pos
yandu.Berikut penerapan bangunan modern dengan mengunakan
gonjong di nagari koto baru
1.Kantor wali nagari koto baru
kantor wali nagari merupakantempat mengurus segala kepentingan
negari secara administratif, dinding bangunan sudah menggunakan menerapkan sistem struktur dan
konstrusi dinding bata dengan rangka beton dan podasi batu yang tertanam ke tanah, komposisi dari
atap dan massa bangunan harus diperhatikan shingga ataop
gonjong tidak terkesan di paksakan dan hanya sebagai elemen
tambahan bukan merupakan dari kesatuan utuh bangunan.
Sumber gambar ( iwarko. Blogspot.com )

2. Pos kamling di Nagari Koto Baru Jorong Tiga
Dari komposisi bangunan dan atap, bangunan ini terlihat cukup seimbang, hanya saja
pengkombinasian antara unsur arsitektur asli dengan unsur modern terkesan dipaksakan dan keduanya
tidak terlihat sebagai satu kesatuan yang utuh.

Yudi ariadi,technopreneurship

Sumber gambar ( iwarko. Blogspot.com )

4.2.2 Bangunan Bergonjong dengan Arsitektur Modern di Sumatera Barat
1. Gedung Rektorat Universitas Andalas ( UNAND)
UNAND adalah salah satu universitas terkmemuka di sumatera barat, Namun tak hanya itu UNAND
juga di kenal dengan bangunan kampusnya yang unik dan tak biasa, bangunan yang terlihat di kampus
ini seperti bangunan biasa saja namun jika di amati secara teliti akan terlihat bentuk atap yang seolah
olah mewakili bentuk atap gonjong, hal ini terlihat dari bentuk segitiga yang merupakan bentuk dasar
dari atap gonjong, walupun segitiga tersebut tidak mempunyai garis lengkung layaknya atap gonjong

Menurut saya pencitraan atap gonjong pada bangunan cukup menarik karena yang terlihat hanya
‘seolah olah’ dengan desain seperti ini, bagian atap bangunan menampilkan siluet gonjong, elemen
segitiganya saja, namun siluet ini di buat selaras dengan badan bangunan sehingga terlihat sebagai
satu kesatuan yang selaras.

Berdasarkan uraian tersebut terlihat beberapa penerapan atap gonjong yang dinilai kurang tepat dan
terkadang di paksakan, atap gonjong sering kali hanya terlihat sebagai unsur tambahan yang tidak
menyatu dengan bagunan.

Melihat beberapa contoh seperti yang di jelaskan di atas, seharusnya ada aturan atau setidaknya
pertibangan yang matang mengenai bagaimana penerapan atap gonjong pada bangunan modern, hal
ini mengingat atap gonjong bukan merupakan desain yang ada begitu saja tetapi, berasal dari proses
berbudaya yang sangat panjang, oleh karenanya penghargaan terhadap nilai-nilai budaya juga di sertai
dengan penghargaan terhadap elemen arsitekturial sebagai produk berbudaya.

Yudi ariadi,technopreneurship

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1.KESIMPULAN


Rumah gadang sebagai salah satu gambaran arsitektur minagkabau merupakan hasil proses
berbudaya yang sangat panjang. Nilai budaya yang tergambar dalam pandangan dan cara
hidup masyarakat minang kabau memberikan pengaruh terhadap konstruksi dan arsitektur
rumah gadang, pandangan cara hidup tersebut juga mempengaruhi pembentukan ruangruang penunjang lainnya.



Pencitraan arsitektur minangkabau cendrung mengalami pengkrucutan ke arah penerapan
satu atau beberapa elemen saja, seperti penerapan atap gonjong, namun terkadang
penerapan atap gonjong ini terkesan salah kaprah dan tidak menyatu pada tempatnya, hal
ini menjadi ancaman terhadap eksistensi rumah gadang karena masyarakat merasa cukup

Yudi ariadi,technopreneurship

untuk menunjukkan cri khas bangunan mereka hanya dengan penerapan satu atau beberapa
elemen saja.

3.2.SARAN
Beberapa saran terkait permasalahan yang saya temui dalam penelitian ini antara lain:



Masyarakat dan Pemerintah Daerah sekitar harus tetap melakukan upaya pelestarian
rumah gadang dengan arsitektur asli, pemugaran dapat di lakukan atas inisiatip pemilik
rumah atau sebagai upaya tanggung jawab pemerintah Daerah.



Penerapan atap gonjong pada bangunan modern atau bangunan lain selain rumah gadang
harus di perhatikan kepantasannya, baik dari segi arsitektur maupun dari segi nilai-nilai
budaya.

Yudi ariadi,technopreneurship

DAFTAR PUSTAKA



Ismael sudirman,2007, Arsitektur Tradisional Minangkabau : Nilai-Nilai Budaya dalam
Arsitectur Tradisional Rumah Adat.
Elza peldi taher, “rumah gadang riwayatmu kini” dalam
http://minang.rantaunet.org/pipermail/planta_minang.rantaunet.org/2005november/005913.html di akses tanggal 10 februari 2015.



Nusyirwan, dkk. Arsitektur Minangkabau, laporan KKL departemen arsitektur ITB, 1979



Risman marah “ragam hias minangkabau” 1987 dalam http://e-



resources.pnri.go.id:2086/uploads/ebook/124/ di akses tanggal 11 february2015



Buku Putih sanitasi kabupaten solok selatan tahun 2013



gufron, “rangkiang” dalam http://ranah-minang.info/content.php?article.13 di akses taggal
10 februari 2015.

Yudi ariadi,technopreneurship