PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA PAKAN PEMBESARAN IKAN BANDENG DALAM KERAMBA JARING APUNG DI LAUT

  Penggunaan probiotik pada pakan pembesaran ikan .... (Abdul Malik Tangko)

PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA PAKAN PEMBESARAN IKAN

BANDENG DALAM KERAMBA JARING APUNG DI LAUT

  • ) * ) * * )

  Abdul Malik Tangko , Abdul Mansyur , dan Reski

ABST RAK

  Penelit ian t elah dilaksanakan di Teluk Labuange, Kabupat en Barru, Sulawesi Selat an

  3

  selam a 3 bulan. Penelitian m enggunakan keram ba jaring apung ukuran 1x 1x 1,2 m yang dit ebar i ik an bandeng uk ur an 9 0 —1 0 0 g/ ek or sebanyak 2 5 ek or / k er am ba. Sebagai perlakuan adalah penambahan probiotik (Haimix - S) dalam pakan masing- masing perlakuan A (kontrol tanpa probiotik); B (0,1%); C (0,2%); dan D (0,3%/ kg pakan) m asing- m asing perlak uan t erdiri at as t iga ulangan dalam rancangan acak lengk ap. Hasil penelitian m enunjukkan bahwa perlakuan C m em berikan respon pertum buhan harian t erbaik, dan berbeda nyat a (P< 0,05) dengan perlakuan A, B, dan D. Unt uk sint asan sem ua perlakuan m em berikan respon yang sam a (tidak berbeda nyata) (P> 0,05). Sedang rasio konversi pakan t erbaik diperoleh pada perlakuan C dan D, dan berbeda nyat a (P< 0,05) dengan perlakuan A dan B. Kisaran nilai beberapa variabel kualitas air yang diukur selam a penelitian m asih berada dalam batas- batas yang layak untuk m enunjang pertum buhan ikan uji.

  

ABST RACT : The used of probiotic on feed for milkfish grow- out. By: Abdul

M alik T angk o, Abdul M ansyur, and Resk i

This experiment was conducted at Labuange Bay, Barru Regency, South Sulawesi for

three months. The aims of this experiment was to find out the effect of the used

probiotic (Haimix-S) in feed for milkfish grow-out cultured in floating cages in the sea.

Completely Randomized Designed were used in this experiment, 12 floating cages

  3

each zise 1x1x1.2 m with mesh size 1.5 inch. Were stocked with 25 ind. of milkfish.

  

Three dosages of probiotic (Haimix-S) were tested namely A without probiotic (0.0%),

B (0.1%), C (0.2%), and D (0.3%) per kg. each treatment in triplicated. The results of

this experiment showed that the best of daily growth rate were founded at the

treatment C and significantly different with the other treatments. The average of

survival rate were 97.4-%-100% and it was not significantly different (P>0.05). There

was also showed not significantly different (P>0.5%) on feed conversio ratio between

treatment C and B, but there were significantly different (P<0.05) with the treatment

A and D.

  KEYWORD S: pr obiot ic, m ilk f ish, gr ow - out , f loat ing cage

PENDAHULUAN alt ernat if yang dapat dilakukan unt uk dapat

  m en ek an h ar g a p ak an ad al ah d en g an Dalam budi daya ikan secara intensif, pakan mengurangi atau mengganti bahan baku impor m erupakan kom ponen biaya produksi yang d engan b ahan b ak u lok al yang p ot ensial.

  Beb er ap a b ahan b ak u lok al yang t er sed ia p al i n g t i n g g i yai t u 6 0 %—7 0 % d ar i b i aya secara m em adai dan harganya relat if m urah op er asional. Hal ini d iseb ab k an t ingginya unt uk dijadikan sebagai bahan penggant i di harga bahan baku pakan yang sam pai saat ini
  • * ) sebagian besar m asih diim por. Salah sat u antaranya kepala udang, bungkil kelapa sawit,
  • * * ) Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros Universitas Hasanuddin, Makassar
  •   J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 33--40

      dedak , m aupun lim bah pet ernak an sepert i darah hewan (Ahm ad et al., 2000). Beberapa p en el i t i seb el u m n ya t el ah m en co b a m e- m anfaatkan bahan baku lokal tersebut di atas yang t ersedia dalam jum lah yang m em adai sebagai bahan penggant i bahan baku im por u n t u k p ak an i k an , d an t er n yat a m am p u m enekan biaya pakan hingga 40%; walaupun diakui bahwa kualit asnya relat if lebih rendah jika dibandingkan dengan kualitas bahan baku impor (Palinggi, 1993; Laining & Rachmansyah, 2 0 0 2 ). Sal ah sat u p en yeb ab r en d ah n ya kualit as sebagian bahan baku lokal sebagai bahan pakan ikan diduga disebabkan bahan dasar yang berbeda sert a proses penangan- annya, m ulai dari penyiapan bahan sam pai pembuatan bahan baku yang belum sempurna sehingga dapat berpengaruh terhadap kualitas pakan yang dihasilkan, dan pada akhirnya akan berpengaruh t erhadap pert um buhan ik an/ organisme peliharaan.

      Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk m eningkat kan kualit as pakan adalah dengan m enam bahkan bahan adit if berupa probiot ik yang berisi m ikroba pengurai ke dalam pakan yang d ap at b er f ungsi unt uk m em p er b aik i k u al i t as p ak an d en g an car a p en g u r ai an , seh i n g g a d ap at m en i n g k at k an k ecer n aan pakan. Probiot ik didef inisikan yait u suple- m ent asi sel m ikroba ut uh (t idak harus hidup) at au kom ponen sel m ikroba pada pakan at au lingkungan hidupnya yang m engunt ungkan inangnya (Fuller, 1987 dalam Iriant o, 2003; Gr am et al., 1 9 9 9 dalam Ir i an t o , 2 0 0 3 ). Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam bidang akuakult ur penggunaan probiot ik bert ujuan unt uk m enjaga keseim bangan m ikroba, dan pengendalian pat ogen dalam saluran pen- cernaan, air serta lingkungan perairan melalui proses biodegradasi. Probiot ik selain dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pakan juga dapat dipakai untuk memperbaiki kualitas air sehingga dapat m eningkat kan kecernaan. Wan g et al. (1 9 9 9 ) dalam Ir i an t o (2 0 0 3 ) m en g at ak an b ah wa Bacillus sp p . seb ag ai prebion dapat digunakan unt uk m em perbaiki kualit as air m elalui penyeim bangan populasi mikroba dan mengurangi jumlah patogen, dan secara bersam aan m engurangi penggunaan senyawa- senyawa kim ia dan m eningkat kan pert um buhan sert a kesehat an hewan inang.

    BAHAN DAN METODE

      Salah sat u jenis probiot ik yang saat ini b an yak d i p asar k an d en g an n am a d ag an g Haim ix - S, diduga dapat digunakan sebagai suplem en yang dapat m em perbaiki kualit as pakan, sehingga dapat meningkatkan kecerna- an pakan khususnya pada ikan. Palinggi (1993) m engat ak an b ahwa nilai k ecer naan suat u bahan makanan menggambarkan kemampuan ik an dalam m encerna suat u m ak anan dan kecernaan itu sendiri ditentukan oleh kualitas makanan yang diberikan. Haimix- S adalah salah satu jenis probiotik komersial yang dijual bebas di pasar. Bahan ini dom inan m engandung bakt eri Lactobacillus. Bakt eri ini m erupakan sal ah sat u m i k r o o r g an i sm e f er m en t asi , sehingga bila terdapat dalam bahan m akanan at au p ak an m ak a ak an d ap at m el ak u k an perbaikan mutu pakan sehingga dapat mening- kat kan kecernaan yang pada gilirannya dapat meningkatkan pertumbuhan. Mikroorganisme ini j uga banyak digunak an dalam indust ri m akanan seperti pem buatan keju, yogurt dari susu, t em pe, dan t ape (Buckle et al., 1987). Selain itu, bakteri ini juga dapat m engham bat p er t u m b u h an b eb er ap a m i k r o o r g an i sm e pat ogen yang t idak dik ehendak i di dalam bahan atau pakan (Petersen, 1971).

      Penelit ian penggunaan probiot ik berupa Hai m i x - S b er t u j u an u n t u k m en g et ah u i pengaruh penambahan probiotik dalam pakan dari bahan baku lokal terhadap pertumbuhan, sintasan, rasio konversi pakan, dan kecernaan p ak an i k an b an d en g . Hasi l p en el i t i an i n i diharapkan sebagai bahan inf orm asi dalam memperbaiki mutu pakan ikan bandeng dalam keramba jaring apung.

      Penelit ian t elah d ilak sanak an d i Teluk Labuange Kabupat en Barru, Sulawesi Selat an selam a t iga bulan, dengan m enggunakan 12 unit keramba jaring apung ukuran 1x 1x 1,2 m

      3

      yang terbuat dari jaring polietilen ukuran mata 1,5 inci. Masing- m asing keram ba diisi hewan uji berupa ikan bandeng ukuran 90—100 g/ ekor sebanyak 25 ekor dan diset pada sebuah rakit di m ana 20 cm dari perm ukaan keram ba m encuat k e p er m uk aan sehi ng g a vol um e keramba adalah 1 m

      3

      . Sebagai perlakuan adalah pemberian probiotik berupa Haimix - S dengan komposisi seperti pada Tabel 1, ke dalam pakan yaitu: A kontrol tanpa probiotik (0,0%), B (0,1%), C (0,2%), dan D (0,3%/ kg pakan). Masing- masing p er l ak u an t er d i r i at as t i g a u l an g an d an d i r an can g d al am b en t u k acak l en g k ap (Gasperz, 1991). Pem berian probiotik dengan cara mencampur secara merata dengan bahan baku pakan, kem udian dicetak m enggunakan m esin pencet ak pakan, selanjut nya dikering- kan hingga siap diberikan kepada hewan uji. Pem berian pakan dilakukan dua kali sehari

      Penggunaan probiotik pada pakan pembesaran ikan .... (Abdul Malik Tangko)

      pada pagi dan sore hari secara satiasi. Adapun analisis pr ok sim at pak an uj i dapat dilihat pada Tabel 2. Untuk menjaga agar sirkulasi air dalam keram ba t et ap lancar m aka dilakukan pem bersihan jaring secara kont inyu dengan cara m enyikat jaring sem inggu sekali, sert a p enggant ian j ar ing secar a p er iod ik sek ali sebulan. Selanjutnya jaring- jaring yang kotor d ij em ur d an d ib er sihk an unt uk p er siap an pemakaian berikutnya.

      Peubah yang diam at i m eliput i: laju per- t um buhan harian dengan f orm ula Hopkins (1992), sintasan dengan Effendie (1979), rasio konversi pakan dengan Sedgwick (1979), dan kecernaan pakan dengan Lovell (1981). Selain i t u j u g a d i l ak u k an p en g am at an t er h ad ap peubah kualit as air m eliput i suhu, salinit as, ok sigen t erlarut , pH, k ecepat an arus, dan k ecer ah an u n t u k m en g et ah u i k el ayak an habit at bagi k ehidupan ik an uj i. Sam pling pert um buhan dilakukan set iap 14 hari sekali d en g an m en g g u n ak an t i m b an g an OHAUS ket elit ian 0,1 g sedang sint asan dan rasio konversi pakan dihitung pada akhir penelitian. Per h i t u n g an FCR d al am p en el i t i an i n i d i asu m si k an b ah w a sem u a p ak an yan g diberik an dapat dik onsum si oleh ik an uj i, karena sisa pakan yang sudah hancur di dasar k er am b a d an b er cam p u r d en g an p ar t i k el lainnya sepert i kot oran ikan bahan organik sert a pakan t idak dim akan dan t erbawa arus k eluar k eram ba sangat sulit dik um pulk an. Un t u k m en g et ah u i p en g ar u h p er l ak u an t erhadap laju pert um buhan harian, sint asan, rasio konversi pakan, dan kecernaan pakan t erhadap hewan uji m aka dilakukan analisis ragam dengan bantuan paket program statistik (M. Sust at ). Bila d ip er oleh p engar uh yang nyat a dari perlakuan m aka dilakukan dengan uji lanjutan Tukey untuk mengetahui pengaruh perbedaan antar perlakuan. Sedang kelayakan habit at unt uk m endukung kehidupan hewan uji dianalisis secara deskript if.

      HASIL DAN BAHASAN Per t um b uhan

      Hasil perhitungan terhadap laju pertumbuh- an harian ikan uji diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan C yaitu 1,6%/ hari; kemudian disusul masing- masing perlakuan D yaitu 1,3%/ hari; B yaitu 1,2%/ hari; dan terendah pada perlakuan A t anpa pem berian probiot ik yait u 1,1%/ hari (Tabel 3). Hasil analisis ragam t erhadap laju

      Tabel 1. Komposisi bahan dalam setiap gram Haimix- S/ g

      Table 1. Material composition of Haimix-S/g

    Sum ber (Source): Yast ar In t er n at i o n al Co . Lt d Si n g en

    Pharm aceut ical Works, Taiwan

      Ko mp o sisi Com posit ion Ka nd ung a n In g r ed ien t Lac tob ac illu s Po w de r 4×1 0

      5 c e ll Dex tro se 8 0 mg

      Asc o rbic Ac id 3 0 mg Bio diastase 1 5 mg Nic otinamide 1 0 mg Ly c ine HCL 1 0 mg Dib asic 1 0 mg Dex trin e 1 0 mg Mon on itrate 2 mg Pan tote n ate 2 mg Lac tose 1 mg Vitamin B 1 mg Vitamin E 1 mg Fo lic Asid 0 .5 mg Vitamin A 2 ,500 Iu Vitamin D 2 00 Iu

      J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 33--40

      

    56

      Sum ber: Laborat orium Nut risi BRPBAP, Maros (2001) Source: Nutrition Laboratory of BRPBAP, Maros (2001)

      A ( 0,0%) B ( 0.1%) C ( 0.2%) D ( 0.3%) Lama pemeliharaan (hari) Rearing period (Days) Bobot aw al (Initial weight ) (g/ ind.)

    104.3

      89.7

      96.6

      92.3 Bobot akhir (Final weight ) (g/ ind.) 193.5 179.6 225.8 195.2 Laju pertumbuhan harian (%/ hari) Daily growth rate (%/day) Sintasan (Survival rate ) (%)

      

    98.6

    a

      100.0 a

      97.3 a

      98.6 a

      Rasio konv ersi pakan (Feed Conversion Ratio ) (FCR)

      56

      0.15

      56

      56 Paramet er Pa r a m et er s Perlakuan H aimix-S ( %/ kg p akan) T r ea t m en t Ha im ix-S (%/ kg of f eed )

      

    2.4

    a

      1.9 ab

      1.3 c

      1.6 bc

      

    1.1

    a

      1.2 a

      1.6 b

      1.3 a

      Tabel 3. Laju pert um buhan harian, sint asan, dan rasio konversi pakan pada budi daya ikan bandeng selam a percobaan

      0.19 Energi (kal./ g)(Energy ) (Cal./g) 4,908.40 4,872.60 4,295.90 4,985.60 Perlakuan H aimix-S ( %/ kg p akan) T r ea t m en t Ha im ix-S (%/ kg of f eed ) Ko mp o sisi Com posit ion ( %)

      0.07

      p er t um b uhan har ian m enunj uk k an b ahwa p er lak uan C m em p er lihat k an r espon per - tumbuhan terbaik dan berbeda nyata (P< 0,05) d engan p er lak uan lainnya. Sed ang ant ar a perlakuan A, B, dan D m em berikan respon p er t u m b u h an yan g t i d ak b er b ed a n yat a (P> 0 , 0 5 ) w al au p u n ad a k ecen d er u n g an p er t u m b u h an i k an yan g d i b er i k an p ak an mengandung probiotik lebih tinggi dari kontrol (Tab el 3 ). Hal ini m enggam b ar k an b ahwa pemberian probiotik berupa Haimix- S ke dalam pakan pada budi daya bandeng dalam keramba jaring apung di laut, dapat memberikan respon yang positif terhadap pertum buhan. Rendah- nya laju pert um buhan harian yang diperoleh pada perlakuan dengan pem berian Haim ix - S 0 ,1 % d i d u g a d i seb ab k an j u m l ah b ak t er i p engur ai Lactobacillus yang d it am b ahk an m elalui pakan di dalam pencernaan m akanan relatif sedikit, sehingga belum optimal di dalam

      13.60 Abu (Ash )

      Tabel 2. Analisis proksimat pakan yang dicobakan selama penelitian

      

    Table 2. Proximate analysis of the experiment diet were used during the experi-

    ment A ( 0.0%) B ( 0.1%) C ( 0.2%) D ( 0.3%)

      Protein ( Crude protein )

      

    29.40

      29.80

      29.50

      29.40 Lemak (Crude fat )

      

    13.80

      13.60

      13.60

      

    11.80

      

    0.23

      12.10

      12.10

      11.90 Air (Water )

      

    2.90

      3.30

      3.70

      3.10 Nitrogen Bebas Ekstrak

      

    44.70

      44.43

      44.65

      44.91 Nitrogen Free Ekstract Serat kasar (Fibre )

      

    Table 3. Daily growth rate, survival rate and feed conversion ratio of milkfish cul-

    ture during the experiment Nilai dalam baris yang sam a dan diikut i oleh huruf yang sam a t idak berbeda nyat a (The similar superscripts in the same row are not significantly different) (P< 0.05)

      Penggunaan probiotik pada pakan pembesaran ikan .... (Abdul Malik Tangko)

      melakukan penguraian terhadap bahan pakan. Beg i t u j u g a d en g an d o si s 0 , 3 % j u st r u didapat k an laj u pert um buhan harian yang su d ah cen d er u n g m u l ai m en u r u n , h al i n i d i d u g a d i seb ab k an o l eh j u m l ah b ak t er i pengurai di dalam t ubuh t erlalu berlebihan, akibat nya t erjadi penyerapan energi kem bali oleh m ikroorganism e Lactobacillus itu sendiri t erhadap suplai m akanan yang seharusnya dialokasikan oleh hewan uji untuk pertumbuh- an, akibatnya pertumbuhan hewan uji menjadi lam bat . Hal ini erat kait annya dengan hasil penelit ian Buckle et al. (1987) yang m enya- takan bahwa mikroorganisme termasuk bakteri

      Lactobacillus j u g a m em b u t u h k an su p l ai

      m akanan yang cukup sebagai sum ber energi dan penyedia unsur- unsur kim ia dasar unt uk p er t u m b u h an sel n ya. Ko n sep p en er ap an probiotik adalah m em perbaiki keseim bangan m ik roorganism e dalam sist em pencernaan (usus) inang sehingga dapat m eningkat kan daya cerna.

      Si n t a sa n

      Tingkat sint asan yang diperoleh selam a penelit ian berada pada kisaran 97,3% sam pai 100%, t ert inggi diperoleh pada perlakuan B (1 0 0 %); k em udian disusul m asing- m asing perlakuan A (98,6%); D (98,6); dan C (97,3%). Nam un hasil analisis r agam m enunj uk k an b ah w a p er l ak u an yan g d i co b ak an t i d ak m em berikan pengaruh yang nyat a (P> 0,05) terhadap sintasan ikan bandeng (Tabel 3). Hal ini diduga disebabkan ikan bandeng t ahan t er h ad ap p en yak i t , j u g a d u k u n g an d ar i lingkungan perairan yang selama pemeliharaan berlangsung tidak mengalami perubahan atau goncangan drast is yang dapat m enyebabkan ikan menjadi sakit atau mati. Hasil pengukuran p eu b ah k u al i t as ai r sel am a p en el i t i an berlangsung selalu dalam bat as- bat as yang layak unt uk m enunjang kehidupan ikan uji (Tab el 5 ). Hal i n i d i p er k u at d en g an h asi l penelitian sebelumnya oleh Irianto (2003) yang m engat ak an bahwa penggunaan probiot ik sebagai suplem en dalam pakan selain dapat menekan mortalitas ikan peliharaan, juga dapat memperbaiki kualitas lingkungan perairan.

      Rasio Konversi Pakan

      Pascual (1984) mengatakan bahwa semakin rendah nilai rasio konversi pakan suatu pakan, m aka sem akin baik pakan t ersebut karena hanya sedikit jum lah pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan bobot tertentu dari suatu or ganism e. Selanj ut nya Schm it t ou (1 9 9 1 ), mengatakan bahwa tinggi rendahnya nilai rasio k o n ver si p ak an d ap at d i p en g ar u h i o l eh beberapa faktor terutama kualitas dan kuantitas pakan, spesies ikan, ukuran ikan, serta kualitas p er air an. Nilai r asio k onver si p ak an yang d i p er ol eh sel am a p er cob aan p er l ang sung pada masing- masing perlakuan adalah A (2,4), B (1,9), C (1,3), dan D (1,7). Rasio konversi pakan t erbaik diperoleh pada perlakuan C yait u 1,3; kem udian disusul perlakuan D 1,7; B 1,9; dan yang terburuk A yaitu 2,4. Hasil analisis ragam m en u n j u k k an b ah w a p er l ak u an C r asi o konversi pakan pada 1,3 dan D t idak m em - perlihat kan perbedaan yang nyat a (P> 0,05), nam un k ed uanya b er b ed a nyat a (P< 0 ,0 5 ) dengan perlakuan A. Sem ent ara perlakuan B t idak berbeda nyat a dengan perlakuan D dan A, t et ap i m em p er l i hat k an p eng ar uh yang sangat nyat a (P< 0,01) dengan perlakuan C t erhadap rasio konversi pakan (Tabel 3). Hal ini m enunjukkan bahwa pada dosis 0,2% dan 0 ,3 % p r o b i o t i k / k g p ak an k i n er j a m i k r o - organism e bakteri Lactobacillus adalah sam a, dalam m elakukan ferm entasi untuk m em per- baiki kualitas pakan sehingga dapat meningkat- kan kecernaan pakan berjalan secara optim al.

      Kecer naan Pak an Kecer naan bahan k er ing

      Hasi l p en el i t i an m en u n j u k k an b ah w a penambahan Haimix - S 0,1 dan 0,2%/ kg pakan pada budi daya bandeng dapat m eningkatkan kecernaan bahan kering jika dibandingkan dengan perlakuan 0,3% dan kont rol (Tabel 4). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa nilai k ecer n aan b ah an k er i n g p ak an d en g an penam bahan Haim ix - S 0,1 dan 0,2% berbeda nyata (P< 0,05) dengan perlakuan lainnya. Nilai kecernaan bahan kering t ert inggi diperoleh pada perlakuan C yaitu 40,3%, kemudian diikuti perlakuan B yait u 36,3%; D yait u 24,28%; dan terendah pada perlakuan tanpa probiotik yaitu 1 3 ,9 5 %. Ti n g g i n ya n i l ai k ecer n aan b ah an kering pada perlakuan B dan C ini (Tabel 4) sebagai akibat dari akt ivit as m ikroorganism e

      Lactobacillus di dalam m em perbaik i m ut u

      pakan, sehingga pakan m udah dicerna oleh ikan.

      Kecernaan prot ein

      Persent ase kecernaan prot ein pakan oleh i k an b an d en g t er t i n g g i d i p er o l eh p ad a perlakuan C yait u 61,03%, kem udian disusul perlakuan B (54,93%), D (53,93%), dan terendah pada kont rol (49,19%). Hasil analisis ragam

      J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 33--40

      A (0.0%) 13.95 + 6.47 c

      50. 02 + 3.49 b

      53.93 + 2.27 b

      D (0.3%) 24.28 + 6.60 b

      58.91 + 6.16 a

      61.03 + 0.21 a

      C (0.2%) 40.30 + 3.49 a

      55.17 + 2.04 ab

      54.93 + 5.48 ab

      B (0.1%) 36.30 + 3.12 a

      40.24 + 4.53 c

      49.19 + 4.46 b

      

    Table 4. Apparent digestibility coefficient dry matter, protein, and energy on milkfish

    during the experiment Bahan kering ( Dr y m a t t er ) Pro t ein ( Pr ot ein ) Energ i ( En er g y )

      menunjukkan bahwa antara perlakuan B dan C tidak berbeda nyata (P> 0,05) namun perlakuan C berbeda nyata (P< 0,05) dengan perlakuan A dan D. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Haim ix - S sebanyak 0,1 dan 0,2%/ kg pakan m em berikan respon yang t erbaik khususnya di dalam m eningkat kan kecernaan prot ein. Ti n g g i n ya n i l ai k ecer n aan p r o t ei n p ad a perlakuan B dan C ini (Tabel 4) sebagai akibat dari aktivitas mikroorganisme di dalam mem- perbaiki m ut u pakan, sehingga pakan m udah dicerna oleh ikan dan pada gilirannya respon pertumbuhan ikan bandeng pada perlakuan ini lebih t inggi

      Gas o k si g en t er l ar u t yan g d i m o n i t o r selam a percobaan berada pada kisaran 3,0— 4,5 m g/ L, dengan rat a- rat a harian 4,0 m g/ L. Tabel 4. Koefisien kecernaan bahan kering, protein, dan energi pada budi daya bandeng selam a percobaan

      Pengukuran salinitas yang dilakukan setiap hari berkisar antara 28,2—33,3 ppt (Tabel 5). Kisaran nilai tersebut layak untuk mendukung k eh i d u p an d an p er t u m b u h an i k an u j i , m engingat ikan bandeng m am pu m ent olerir perubahan salinit as m ulai dari 0—158 ppt ; sehingga areal budi dayanya pun cukup luas m eliput i perairan t awar, payau, hingga k e perairan laut (Liao, 1991).

      C, dan sangat layak unt uk m en d u k u n g p er t u m b u h an i k an u j i . Bo yd (1982) mengatakan bahwa suhu yang optimal untuk pertumbuhan ikan berkisar antara 25°C— 32°C. Selain it u, f lukt uasi suhu yang t erjadi j ug a sang at k ecil, sehing g a p eng ar uhnya terhadap kehidupan ikan uji dapat diabaikan.

      o

      C—30

      o

      Kisaran suhu yang dim onitor berada pada kisaran 27

      Wardoyo (1981) mengatakan bahwa untuk d ap at m en g el ol a su m b er d aya p er i k an an dengan baik, maka salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah kualitas airnya. Selanjut- nya Boyd (1982) m engat ak an bahwa suhu adalah merupakan salah satu variabel kualitas perairan yang perlu diperhatikan, karena akan banyak berpengaruh t erhadap pert um buhan d an k eh i d u p an o r g an i sm e p el i h ar aan . Beberapa variabel kualit as air yang diam at i selam a penelit ian ini berlangsung m eliput i: salinit as, suhu, gas ok sigen t er lar ut , p H, kecerahan, dan kecepat an arus (Tabel 5).

      Kualit as Per air an

      Kondisi ini m enyebabkan pert um buhan ikan bandeng pada perlakuan Haim ix - S 0,2% lebih tinggi.

      Hasi l p en el i t i an m en u n j u k k an b ah w a k ecer n aan en er g i i k an b an d en g t er t i n g g i diperoleh pada perlak uan C yait u 58,91%; kem udian disusul dengan perlakuan B yait u 55,2%; D yaitu 50,1%; dan A yaitu 40,24%. Hasil analisis ragam m enunjukkan bahwa ant ara p er l ak u an B d an C t i d ak b er b ed a n yat a (P> 0,05), nam un k eduanya berbeda nyat a dengan perlakuan lainnya. Hal ini m enunjuk- kan bahwa pemberian Haimix - S sebanyak 0,1 dan 0,2%/ kg pakan m em berikan respon yang t erbaik khususnya di dalam m eningkat kan kecernaan energi. Secara keseluruhan dapat dikat akan bahwa akt ivit as m ikroorganism e pada perlakuan B dan C dalam m em perbaiki mutu pakan berjalan secara optimal, sehingga dapat m eningkat kan kecernaan baik bahan kering, prot ein, m aupun energi. Tingginya nilai kecernaan bahan kering, prot ein, dan energi it u sangat erat kait annya dengan nilai rasio konversi pakan yang diperoleh, di m ana semakin tinggi nilai kecernaan pakan maka nilai rasio konversinya juga akan sem akin kecil.

      Kecernaan energi

      Ko ef isien kecernaan ( Appa r en t d ig est ib ilit y coef f icien t ) ( %) Perlakuan T r ea t m en t Nilai dalam baris yang sam a dan diikut i oleh huruf yang sam a t idak berbeda nyat a The similar superscripts in the same row are not significantly different (P> 0.5)

      Penggunaan probiotik pada pakan pembesaran ikan .... (Abdul Malik Tangko)

      

    Table 5. The range of water quality variables were monitored during the

    experiment Kisaran Rat a-rat a Ra ng e Aver a g e

      4.0 Suhu (Temperature ) ( o

      33.2 Gas oksigen terlarut (Dissolved oxygen ) (mg/ L) 3.0--4.5

      Salinitas (Salinity) (ppt) 28.2--33.3

    C) 27.0--30.0

      Kecepat an ar us yang diper oleh ber ada pada kisaran 12—40 cm / dt. dengan rata- rata h ar i an 1 5 cm / d t . d an m asi h l ayak u n t u k m endukung kehidupan ikan uji. Kecepat an arus yang t inggi 40 cm / dt , diperoleh hanya pada saat m usim bar at yang ber langsung selama 3 bulan dalam setahun mulai dari bulan November sampai akhir Februari setiap tahun. Ah m ad et al. (1 9 9 1 ) m en g at ak an b ah wa kecepat an arus yang ideal unt uk lokasi budi daya laut adalah 15 cm / dt .

      Kh u su s u n t u k b u d i d aya i k an d en g an sistem keramba jaring apung disarankan untuk dit em pat kan pada perairan yang jernih, oleh karena pada budi daya ikan dengan sist em k er am ba j ar ing apung, per t um buhan ik an sepenuhnya t ergant ung pada k ualit as dan k uant it as pak an yang diberik an, sehingga kalau dit em pat kan pada perairan yang keruh d i k h aw at i r k an ak an b an yak p ak an yan g terbuang tidak term akan karena tidak terlihat oleh ikan ut am anya pakan t enggelam . Selain it u, j uga dapat m engganggu proses f ot o- sint esis unt uk penyediaan oksigen.

      15.0 Variab el ( Va r ia b les)

      4.5 Kec epatan arus (Current velocity ) (c m/ dt.) 12.0--40.0

      8.5 Kec erahan (Transparency ) (m) 2.3--6.0

      28.5 pH 8.4--8.9

      3

      ser t a pergant ian jaring yang rut in secara periodik sekali dalam sebulan. pH juga ikut berpengaruh t erhadap per- tumbuhan ikan, karena setiap jenis dan ukuran ikan mempunyai toleransi yang berbeda- beda t er h ad ap p er u b ah an p H. Hasi l p en el i t i an sebelumnya oleh Wardoyo (1981) mengatakan bahwa k isaran pH yang layak unt uk m en- dukung kehidupan organisme perairan adalah 5—9. Hasil pengukuran t erhadap pH selam a p er co b aan i n i b er l an g su n g b er ad a p ad a kisaran 8,4—8,9 dengan rat a- rat a harian 8,5 dan layak untuk mendukung kehidupan ikan uji.

      Kecerahan dapat dijadikan sebagai indi- kat or k esuburan suat u perairan, walaupun kecerahan it u sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya partikel- partikel lumpur dan plankton. Kecerahan perairan yang diukur selama percobaan berada pada kisaran 2,3—4,5 m dengan rata- rata harian 4,5 m dan merupakan kecerahan yang ideal untuk lokasi budi daya ikan dengan sistem keram ba jaring apung.

      NACA, Bangkok, Thailand. 48 pp. Tabel 5. Kisaran nilai peubah kualitas air yang dimonitor selama percobaan berlangsung

      KESIMPULAN

      on Management Strategies for Sustainable Sea Farming and Grouper Aquaculture.

      2000. The availability and use of fish feed local ingredient s for hum pback grouper grow- out. Proceeding of Regional Workshop

      Flukt uasi gas oksigen t erlarut yang t erjadi selam a percobaan berlangsung sangat kecil, hal ini disebabkan karena kepadat an yang d i ap l i k asi k an h an y a 2 5 ek o r / m

      Operasional Pembesaran Ikan Kerapu dalam Keramba Jaring Apung. Bad an

      Sunyot o, B. Slam et , Mayunar, R. Purba, S. Di ani , S. Rej ek i , S.A. Pr anowo, d an S. Mu r t i n i n g si h . 1 9 9 1 . Petunjuk Teknis

      DAFTAR PUSTAKA Ahmad, A., P.T. Imanto, Muchari, A. Basyarie, P.

      Pemberian Haimix- S dengan dosis 0,2%/ kg pakan pada budi daya bandeng dengan sistem keram ba jaring apung m em berikan respon yang terbaik terhadap laju pertumbuhan harian, rasio konversi pakan dan kecernaan pakan baik bahan kering, protein, m aupun energi.

      Litbang Pertanian. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai Maros. 49 pp. Ahm ad, T., Rachm ansyah., and N.N. Palinggi.

      J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 33--40

      Indonesia, Edisi Akuakultur. 8(2): 45—51.

      Makalah Training Analisa Dampak Lingkungan, kerja sama PPLH- UNDP- PSL IPB

      Schmittou, H.R. 1991. Cage culture. A method of fish production in Indonesia. FRDP, Cen- tral Research Institute for Fisheries Jakarta, Indonesia. 114 pp. Wardoyo, S.T.H. 1981. Kriteria kualitas air untuk k ep er l u an p er t an i an d an p er i k an an .

      Aquaculture. 16: 7—30.

      Tesi s Pr og r am Pasca Sar j an a. In st i t u t Pertanian Bogor. 57 pp. Sedgwick, R.W. 1979. Influence of dietary pro- t ei n an d en er g y o n g r o w t h , f o o d consum t ion and f ood conver sion ef f i- ciency in Penaeus merguiensis de Man.

      Bungkil Kedele dengan Ragi terhadap Pertumbuhan Pasca Larva Udang Windu.

      Palinggi, N.N. 1993. Pengaruh Pergantian

      mentation. Connection The AVI Publishing Co. USA. 282 pp.

      work of Aqriculture Centre in Asia, Philip- pines, Doc.Ref. No.Aquat rain/ NACA/ 84- 089. 34 pp. Petersen, C.S. 1971. Microbiology of Food Fer-

      Sugfo, Penaeus monodon. UNDP/ FAO Net

      Pascual, F.P. 1984. Nutrien and Feeding of

      Mc Vey, J. P. (eds.), CRC Handbook of Mari- cult ure Vol.II. Finfish Aquaculture. CRC Press Inc. Boca Raton Florida. p. 91—115. Laining, A. dan Rachmansyah. 2002. Komposisi nutrisi beberapa bahan baku lokal dan nilai kecernaan prot einnya pada ikan kerapu bebek, Cromileptis altivelis. J. Pen. Per.

      Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet , and M.

      ies and Alied Aquaqult ure Int ernat ional Centre for Aquaqulture. Auburn University. 65 pp. Liao, I.C. 1991. Milkfish cult ure in Taiwan. In

      Nutrition Studies. Departem ent of Fisher-

      Bulaksumur Yogyakarta. 125 pp. Lovell, R.T. 1981. Fish Feed Analisis and Fish

      Irianto, A.H. 2003. Probiotik Akuakultur. Cetakan I. Penerbit Gadjah Mada Universit y Press.

      Hopkins, K.P. 1992. Reporting Fish Growth. A Review of t he Basic in Journal of World Aquacult ure Societ y. p. 54—59.

      Percobaan. Penerbit Armico Bandung. 632 pp.

      Cetakan I. Penerbit Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 pp. Gasp er z , V. 1 9 9 1 . Metode Perancangan

      Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan.

      for Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam. 318 pp.

      Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Penerbit Uni- versitas Indonesia. Jakarta. 623 pp. Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management

      Bogor, 19- 31 Januari 1981. 41 pp.