Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) Siswa Kelas VI SDN 2 Banua Hanyar Kecamatan Pandawan

  

Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Model Student Teams

Achievement Divisions (STAD) Siswa Kelas VI SDN 2 Banua

Hanyar Kecamatan Pandawan

  • Saprudin

  

Sekolah Dasar Negeri Banua Hanyar Pandawan

Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan

  • • Terima: 29-07-2018 • Revisi: 25-08-2018 • Terbit Daring: 28-08-2018

  

Abstrak

Bahan pelajaran IPS dengan cakupan beragam dan luas menyebabkan guru di SDN 2 Banua Hanyar merasa kesulitan dalam

menyajikannya secara baik dan menarik. Karenanya guru lebih sering mengajar melalui metode yang kurang bervariasi.

Penggunaan model pembelajaranpun jarang bahkan tidak pernah dilakukan. Pembelajaran menjadi terkesan monoton dan

membosankan siswa. Akibatnya siswa mengalami kesulitan memahami materi pelajaran. Mengatasi hal ini dilakukan

pembelajaran dengan model STAD. Tujuan penelitian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar materi kenampakan

alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas dilakukan dalam 2 siklus,

setiap siklus terdiri atas 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data berupa aktivitas

dan hasil belajar siswa diperoleh melalui pengamatan dan penilaian, dianalisis secara deskriptif. Penelitian pada semester I

tahun 2016/2017 dengan subjek 15 siswa. Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam

mengikuti kegiatan dengan model STAD dapat meningkat dari 60,00% pada siklus I menjadi 86,00% pada siklus II. Hasil

belajar siswa dapat ditingkatkan dari nilai rata-rata 68,33 ketuntasan 46,67% (tidak tuntas) pada siklus I menjadi 80,33

ketuntasan 93,33% (tuntas belajar) pada siklus II. © 2018 Rumah Jurnal. All rights reserved Kata-kata kunci: Hasil belajar, IPS, STAD. * ———

  Korespondensi. Saprudin; E-mail: saprudin@gmail.com

1. Pendahuluan

  Pendidikan di sekolah perlu diorientasikan untuk memberdayakan siswa sebagai basis pembelajaran yang bertujuan mengembangkan potensi dan kreatifitas siswa. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah bergantung pada guru. Guru sebagai pengajar harus mampu menjadi fasilitator dalam belajar, moderator belajar, serta inovator dan evaluasi belajar yang objektif dan komprehensif. Pembelajaran adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar (Sardiman, 2001). Jadi, kegiatan pembelajaran pada dasarnya adalah upaya guru menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga terjadi perubahan tingkah laku dan mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

  Fungsi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar adalah untuk mengembangkan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial serta wawasan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia di masa lampau dan masa kini.

  Sedangkan tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari serta mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini (GBPP Kurikulum Pendidikan Dasar, 1999).

  Bahan pelajaran IPS yang cakupannya beragam dan luas serta tuntutan kurikulum yang sarat dengan muatan yang harus disampaikan kepada siswa dengan alokasi waktu yang terbatas, menyebabkan guru mengalami kesulitan dalam menyajikan bahan ajar

  IPS dengan baik, menarik, dan menantang minat belajar siswa. Hal demikian membuat sebagian guru seperti di SDN 2 Banua Hanyar menempuh jalan pintas dalam membelajarkan IPS. Guru lebih sering menyajikannya melalui metode yang kurang bervariasi. Penggunaan model pembelajaranpun jarang bahkan tidak pernah dilakukan. Pembelajaran menjadi berlangsung searah terkesan monoton dan membosankan siswa. Belajar menjadi kurang bermakna dan siswa mengalami kesulitan memahami materi pelajaran.

  Hasil belajar IPS materi kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga menunjukkan bahwa masih banyak siswa kelas VI SDN 2 Banua

  Hanyar yang nilainya di bawah KKM dengan ketuntasan hanya 53,33%. Data ini menggambarkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah dan perlu adanya upaya perbaikan pembelajaran, di antaranya adalah dengan menggunakan model pembelajaran. Menurut Kaniawati (2010) model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu kerangka konseptual untuk merancang kegiatan pembelajaran yang melukiskan arah pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan berbagai pendekatan, metode, dan keterampilan pembelajaran.

  Model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kenampakan alam dan keadaan sosial negara- negara tetangga adalah Student Teams Achievement Divisions (STAD). Model ini merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif. Siswa dalam pembelajaran model ini dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Kelompok kecil ini mempunyai anggota 4-5 siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, rendah, terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan apabila memungkinkan berasal dari suku, agama dan etnis yang berbeda (Ibrahim, 2000).

  Menurut Wahyuni (2001), pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah. Langkah- langkah penerapan pembelajaran model STAD menurut Widyantini (2008) adalah (1) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai; (2) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa; (3) Guru membentuk beberapa kelompok; (4) Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu antar anggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru; (5) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu; (6) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman; (7) Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai.

  Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Sebagai suatu model, pembelajaran STAD memiliki beberapa keunggulan seperti dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah, memberikan kesempatan siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah dan siswa dapat lebih aktif dalam pelajaran dan dalam diskusi (Roestiyah, 2001).

2. Metodologi

  Hasil belajar siswa pada siklus I secara ringkas dapat diketahui, rata-rata nilai siswa pada siklus I juga sudah mengalami peningkatan, yaitu dari pertemuan 1 sebesar 66,33 dengan ketuntasan 26,67% menjadi 67,67 dengan ketuntasan 40,00% pada pertemuan 2, dan pertemuan 3 menjadi 68,33 dengan ketuntasan 46,67%.

  Model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan pembelajaran kooperatif sehingga siswa dalam pembelajaran model ini dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Kelompok kecil ini mempunyai anggota 4-5 siswa

   Siklus I

  3.3. Pembahasan 3.3.1.

  Hasil belajar siswa pada siklus II secara ringkas dapat diketahui rata-rata nilai siswa pada siklus II semakin menunjukkan adanya peningkatan, yaitu dari pertemuan 1 sebesar 71,33 dengan ketuntasan 60,00% menjadi 76,33 dengan ketuntasan 86,67% pada pertemuan 2, dan pertemuan 3 menjadi 80,33dengan ketuntasan 93,33%. Hasil yang tercapai pada pertemuan 3 sudah dapat memenuhi indikator keberhasilan penelitian ini.

  Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II dapat diketahui, rata-rata aktivitas siswa pada siklus II dapat semakin meningkat yaitu dari 72,00% pada pertemuan 1 menjadi 74,67% dan 86,00% pada pertemuan 2 dan 3.

  Keterlaksanaan pembelajaran model Student Teams Achievement Divisions (STAD) oleh guru pada siklus II dapat semakin ditingkatkan, dari pertemuan 1 sebesar 80,00%, pertemuan 2 menjadi 86,67%, dan pertemuan 3 dapat terlaksana 100%.

  3.2. Hasil Penelitian Siklus II

  Metodologi memberikan gambaran yang jelas terhadap pencapain tujuan penelitian (Dalle, 2010; Dalle et al., 2017). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu suatu penelitian tindakan yang dilakukan guru sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus (Kunandar, 2008). Penelitian dilakukan di kelas VI SDN 2 Banua Hanyar Kecamatan Pandawan untuk mata pelajaran

  IPS. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian adalah 15 orang siswa kelas VI. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus meliputi tahapan- tahapan yang saling berkaitan dan berkesinambungan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. yang berkemampuan tinggi, sedang, rendah, terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan apabila memungkinkan berasal dari suku, agama dan etnis yang berbeda. Pada siklus I, pembelajaran model ini belum dapat terlaksana sepenuhnya dengan persentase pencapaian sebesar 73,33%. Hal ini karena guru belum pernah menggunakan model ini pada pembelajaran-pembelajaran sebelumnya sehingga guru perlu beradaptasi. Kondisi ini merupakan temuan yang harus diperbaiki pada siklus kedua nanti karena dapat mempengaruhi aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajara.

  Keterlaksanaan pembelajaran model Student Teams Achievement Divisions (STAD) oleh guru pada siklus I dapat semakin ditingkatkan, dari pertemuan 1 sebesar 53,34%, pertemuan 2 menjadi 60,00%, dan pertemuan 3 dapat terlaksana 73,33%.

   Hasil Penelitian Siklus I

  3. Hasil dan Pembahasan 3.1.

  belajar dapat mencapai ketuntasan, yaitu apabila terdapat 85% yang mencapai nilai 70 (KKM).

  Teams-Achievement Divisions (STAD); dan (2) Hasil

  Penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila ketentuan berikut dapat dipenuhi (1) Untuk aktivitas siswa, setidaknya 70% siswa aktif mengikuti pembelajaran IPS menggunakan model Student

  Untuk hasil belajar siswa kemudian dianalisis dengan teknik ketuntasan (1) Ketuntasan individual tercapai jika siswa memperoleh nilai setidaknya mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70; (2) Ketuntasan klasikal tercapai jika jumlah siswa yang tuntas belajar dapat mencapai 85%,

  Data pada penelitian berupa aktivitas guru melaksanakan pembelajaran dan aktivitas siswa mengikuti pembelajaran dengan model STAD dikumpulkan melalui pengamatan, sedangkan data hasil belajar siswa dikumpulkan melalui tes selanjutnya dianalisis secara deskriptif berdasarkan nilai persen (persentase) yang tercapai.

  Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I dapat diketahui, rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan yaitu dari 55,56% pada pertemuan 1, menjadi 56,00% dan 60,00% pada pertemuan 2 dan 3.

  Aktivitas siswa pada siklus I rata-rata masih terlihat kurang aktif hingga pada pertemuan 3 hanya mencapai 60,00%. Aktivitas siswa masih kurang terutama pada saat diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi pelajaran, mengkomunikasikan hasil, bersama guru melakukan refleksi, dan menyimpulkan materi pelajaran. Kurangnya aktivitas siswa pada hal- hal tersebut bisa terjadi karena selama ini guru merasa belum sering melakukannya sehingga siswa menjadi kurang terbiasa. Sedangkan pada aktivitas lainnya siswa sudah terlihat cukup aktif, bahkan dalam mengerjakan tugas guru sudah banyak dilakukan siswa. Kurang aktifnya siswa pada siklus I juga bisa disebabkan karena penerapan langkah- langkah dalam model STAD yang belum sepenuhnya dapat dilaksanakan oleh guru sehingga kegiatan belajar mengajar juga belum bisa maksimal dan dapat berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa.

  Hasil belajar siswa pada siklus I juga masih belum sesuai harapan. Rata-rata nilai siswa pada siklus I pertemuan 3 sebesar 68,33 dengan ketuntasan hanya 46,67% artinya masih banyak siswa yang tidak tuntas belajar IPS pada materi kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga. Hal demikian bisa terjadi karena siswa masih banyak yang belum terlibat secara aktif dalam belajar sebagaimana data yang telah tersaji pada tabel hasil observasi aktivitas siswa.

  Pada siklus II kegiatan pembelajaran dapat semakin baik terlaksana dan semua langkah dalam model Student Teams Achievement Divisions (STAD) sudah dapat terlaksana. Peningkatan pelaksanaan pembelajaran ini terjadi karena guru berhasil melakukan perbaikan sesuai temuan pada pelaksanaan pembelajaran siklus sebelumnya. Oleh karena itu aktivitas siswa pada siklus II juga menunjukkan adanya peningkatan.

  Pada pelaksanaan siklus II aktivitas siswa dalam mengkomunikasikan hasil, bersama guru melakukan refleksi, dan menyimpulkan materi pelajaran sudah semakin banyak dilakukan siswa. Aktivitas bertanya tentang materi pelajaran sudah dilakukan oleh sebanyak 86,67% siswa, demikian juga dengan menyimpulkan materi pelajaran dapat dilakukan oleh 80,00% siswa.

  Peningkatan aktivitas siswa pada siklus II ini terjadi karena siswa semakin memahami belajar dengan model STAD sehingga mereka semakin tertarik dan termotivasi dalam belajar. Siswa terlihat semangat dan bergairah dalam menjawab pertanyaan dari guru. Demikian juga pada kegiatan pembelajaran lainnya seperti dalam mengerjakan LKS dan mengkomunikasikan hasil diskusi. Menurut Roestiyah (2001), sebagai suatu model, pembelajaran STAD memiliki beberapa keunggulan seperti dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah, memberikan kesempatan siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah dan siswa dapat lebih aktif dalam pelajaran dan dalam diskusi.

  Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II dapat mencapai 86,00%. Hasil ini sudah dapat memenuhi indikator keberhasilan, di mana 70% siswa dapat aktif mengikuti pelajaran. Dengan demikian penelitian pada siklus II ini sudah dapat dikatakan berhasil.

  Keaktifan siswa dalam belajar dengan menggunakan model STAD mempunyai dampak positif terhadap hasil belajar siswa. Hal demikian seperti dinyatakan oleh Roestiyah (2001), bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

  Hasil evaluasi pada siklus II menunjukkan hasil, rata-rata nilai siswa pada pertemuan 3 sebesar 80,33 dengan ketuntasan mencapai 93,33% artinya hampir semua siswa dapat tuntas belajar IPS pada materi kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga. Hal demikian bisa terjadi karena siswa dapat semakin aktif mengikuti pembelajaran. Di samping itu pertanyaan/kuis yang diberikan guru dapat membantu siswa dalam mengingat materi pelajaran pada saat siswa menjawab soal-soal evaluasi. Ketuntasan belajar siswa pada siklus II yang dapat mencapai 93,33% sudah dapat memenuhi indikator keberhasilan, yaitu dengan hasil belajar

3.3.2. Siklus II

  setidaknya mencapai ketuntasan 85%. Dengan demikian penelitian pada siklus II ini dapat dikatakan berhasil.

4. Simpulan

  Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan (1) Aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan dengan model STAD dapat meningkat dari 60,00% pada siklus I menjadi 86,00% pada siklus II; dan (2) Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dari nilai rata-rata 68,33 ketuntasan 46,67% (tidak tuntas) pada siklus I menjadi 80,33 ketuntasan 93,33% (tuntas belajar) pada siklus II.

  Daftar Rujukan Atmono, D. (2009). Panduan praktis penelitian tindakan kelas.

  Banjarbaru: Scripta Cendikia. Dalle, J. (2010). Metodologi umum penyelidikan reka bentuk bertokok penilaian dalaman dan luaran: Kajian kes sistem pendaftaran siswa Indonesia. Thesis PhD Universiti Utara Malaysia.

  Dalle, J., Hadi, S., Baharuddin., & Hayati, N. (2017). The Development of Interactive Multimedia Learning Pyramid and Prism for Junior High School Using Macromedia Authorware.

  The Turkish Online Journal of Educational Technology , November. 714-721.

  Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., Ismono. (2000).

  Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.

  Kaniawati, I. (2010). Peningkatan profesionalisme guru melalui . FPMIPA UPI Jurs. Fisika. lesson study

  Kunandar. (2008). Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai pengembangan profesi guru. Jakarta: Rajawali Pers. Roestiyah. (2001). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sardiman. (2001). Interaksi dan motivasi belajar mengajar.

  Jakarta: Raja Grafindo. Widyantini. (2008). Model pembelajaran matematika dengan pendekatan kooperatif . Yogyakarta: Depdiknas Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika.