PROGRAM FASILITASI BIAYA HIDUP BAGI LANJUT USIA DALAM TINJAUAN SOSIOLOGI PEMERINTAHAN (Studi di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi) Budi Mulianto

  ISSN : 1410-1807 SIASAT (Vol. 23 No. 2 Oktober 2014)

  

PROGRAM FASILITASI BIAYA HIDUP BAGI LANJUT USIA

DALAM TINJAUAN SOSIOLOGI PEMERINTAHAN

(Studi di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi)

Budi Mulianto

  Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Riau, Jl. Kaharuddin Nasution KM 11, No, 113 Marpoyan Simpang Tiga Pekanbaru

  

Abstract

This study examines in depth about social welfare in sociological viewpoint of

government. One form of such programs is the facilitation of the cost of living for the

elderly in nursing category. Programs initiated since 2011 through the decree No. 12 of

2011 on the Facilitation Program Cost of Living for Elderly In Nursing Category

Singingi Kuantan District, has an impact on local policy target object. At least the

public perceived positive implications Kuantan Singingi with the presence of these

policies for the improvement of social welfare and as the government's attention

Kuantan Singingi the elderly community.

This study used a qualitative research method, it can adapt to many influences together

and to patterns of values encountered. Facilitation program cost of living for the elderly

in nursing in the sub category Kuantan Tengah Kuantan Singingi an action in the form

of sociology as a government application forms of individual problems.

The survey results revealed that the results of the implementation of the program

facilitation cost of living for the elderly in nursing category appropriate indicators of

program achievement in District Kuantan Tengah Kuantan Singingi have a good

interaction between the government and the governed. Facilitation program cost of

living for the elderly has given an application form sociology of government in an effort

to meet the needs of the community for the physiological needs of welfare problems that

the elderly in nursing category. The impact of facilitation program cost of living for the

elderly in nursing category in District Kuantan Tengah Kuantan Singingi can be aided

and useful physical, psychological and social benefits for the elderly beneficiaries

facilitation.

  .

  Keywords: Facilitation cost of living, The sociology of government.

  SIASAT (Vol. 23 No. 2 Oktober 2014)

  ISSN : 1410-1807

  Latar Belakang Masalah

  Upaya pemenuhan kesejahteraan sosial telah menjadi perhatian Nasional. Diasumsikan bahwa kemajuan bangsa ataupun keberhasilan pemerintah tidak lagi dilihat dari sekedar meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari keberhasilan dari pembangunan nasional. Kegiatan pembangunan telah pemerintahan sejak pasca kemerdekaan tahun 1945. Namun demikian, harus diakui setelah beberapa kali pemerintahan berganti, taraf kesejahteraan rakyat Indonesia masih belum maksimal. Pemenuhan taraf kesejahteraan sosial perlu terus diupayakan mengingat sebagian besar rakyat Indonesia masih belum mencapai taraf kesejahteraan sosial yang diinginkannya.

  Kemampuan penanganan terhadap para penyandang masalah kesejahteraan sosial pun menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Seperti penanganan masalah kemiskinan, kecacatan, keterlantaran, ketunaan sosial maupun korban bencana alam dan sosial. Menurut Birdsal (dalam Bachtiar Chamsyah, 2007: 2), bahwa Kemajuan pembangunan ekonomi tidak akan ada artinya jika kelompok rentan penyandang masalah sosial, tidak dapat terlayani dengan baik. Untuk itu pembangunan bidang kesejahteraan sosial terus dikembangkan bersama dengan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi jelas sangat mempengaruhi tingkat kemakmuran suatu negara, namun pembangunan ekonomi yang sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar, tetap tidak akan mampu menjamin kesejahteraan sosial pada setiap masyarakat. Bahkan pengalaman Negara maju dan berkembang seringkali memperlihatkan jika prioritas hanya difokuskan pada kemajuan ekonomi memang dapat memperlihatkan angka pertumbuan ekonomi.Namun sering pula gagal menciptakan pemerataan dan menimbulkan kesenjangan sosial. Akhirnya dapat menimbulkan masalah kemiskinan yang baru. masalah kemiskinan harus didekati dari berbagai sisi baik pembangunan ekonomi maupun kesejahteraan sosial. Masalah kemiskinan dewasa ini bukan saja menjadi persoalan bangsa Indonesia. Kemiskinan telah menjadi isu global dimana setiap negara merasa berkepentingan untuk membahas kemiskinan, terlepas apakah itu negara berkembang maupun sedang berkembang. Seperti yang dikatakan oleh Roebyantho (2011: 4) bahwa; Negara sedang berkembang di sebagian wilayah Asia dan Afrika, sangat berurusan dengan agenda pengentasan kemiskinan. Sebagian besar rakyat di kawasan ini masih menyandang kemiskinan. Sementara bagi negara maju, mereka pun sangat tertarik membahas kemiskinan. Ketertarikan itu karena kemiskinan di negara berkembang berdampak pada stabilitas ekonomi dan politik mereka.

  Asas Penyelenggaraan Pemerintahan menurut Undang-Undang Nomor

  32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 20, dinyatakan bahwa:

  (1) Penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada Asas Umum Penyelenggaraan Negara yang terdiri atas: a. asas kepastian hukum;

  b. asas tertib penyelenggara negara;

  c. asas kepentingan umum; ISSN : 1410-1807 SIASAT (Vol. 23 No. 2 Oktober 2014)

  d. asas keterbukaan; Bagi Lanjut Usia Dalam Kategori Jompo

  e. asas proporsionalitas; Kabupaten Kuantan Singingi, telah

  f. asas profesionalitas; memberikan dampak pada objek sasaran

  g. asas akuntabilitas; kebijakan daerah. Paling tidak implikasi

  h. asas efisiensi; dan positif dirasakan masyarakat Kabupaten i. asas efektivitas. Kuantan Singingi dengan hadirnya

  (2) Dalam menyelenggarakan kebijakan tersebut bagi peningkatan pemerintahan, Pemerintah kesejahteraan sosial dan sebagai perhatian menggunakan asas desentralisasi, pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi sesuai dengan peraturan perundang- Berdasarkan data statistik, jumlah undangan. penduduk di Indonesia menurut data yang

  (3) Dalam menyelenggarakan terdapat dalam situs resmi Badan Pusat pemerintahan daerah, pemerintahan Statistik bahwa Jumlah penduduk miskin daerah menggunakan asas otonomi di Indonesia pada Maret 2012 mencapai dan tugas pembantuan (UU 32 Tahun 29,13 juta orang (11,96 persen), berkurang 2004 tentang Pemerintahan Daerah 0,89 juta orang (0,53 persen)

  pasal 20). dibandingkan dengan penduduk miskin Tiga Elemen Dasar menurut pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta pandangan Midgley (2005: 13), kondisi orang (12,49 persen) (Dikutip dalam kesejahteraan sosial mencerminkan tiga http://www.bps.go.id/?news=940, diakses elemen dasar, yaitu : pada hari Kamis, 6 Desember 2012).

  1. Ketika Masyarakat dapat Dari jumlah penduduk miskin mengontrol dan mengatasi tersebut, jumlah penduduk usia lanjut masalahnya. pada sensus penduduk tahun 2010

  2. Jika masyarakat dapat memenuhi menunjukkan bahwa penduduk lansia usia kebutuhan-kebutuhan pokoknya 60 tahun ke atas meningkat secara untuk hidup layak. signifikan. Kalau pada tahun 1960-an dan

  3. Jika masyarakat memiliki 1970-an penduduk lansia mungkin hanya kesempatan untuk sekitar 2 persen, saat ini sudah menjadi mengembangkan taraf hidup dan sekitar 10 persen (dari 238 juta jiwa potensi yang dimilikinya. (Dikutip dalam http://www.menkokesra.go.id, diakses Penelitian ini mengkaji secara pada hari Kamis, 6 Desember 2012). mendalam mengenai kesejahteraan sosial Proses penuaan penduduk mempunyai dilihat dari sudut pandang program dampak luas dan persoalan yang muncul pemerintah daerah Kabupaten Kuantan karena kebutuhan atas pelayanan, Singingi di bidang kesejahteraan sosial. kesempatan, dan fasilitas bagi lanjut usia Salah satu bentuk program tersebut adalah akan bertambah. Mengikut Undang- fasilitasi biaya hidup untuk usia lanjut Undang Dasar 1945 pasal 34 telah dalam kategori jompo. Program yang mengamanatkan, memperhatikan “Fakir digulirkan sejak tahun 2011 melalui Miskin dan Anak Terlantar”. Pendirian Peraturan Bupati Nomor 12 Tahun 2011 Panti Sosial didasarkan atas Undang- tentang Program Fasilitasi Biaya Hidup Undang RI No. 4 Tahun 1965 tentang SIASAT (Vol. 23 No. 2 Oktober 2014)

  ISSN : 1410-1807 “Pemberian Bantuan Kehidupan bagi transportasi/anjangsana dan Orang-Orang Jompo”(Undang-Undang kebutuhan dasar lainnya yang bersifat Dasar RI 1945 dan daftar Undang-Undang melidungi kehidupannya. 1965). Pada pasal 4 disebutkan tujuan program

  Kondisi ini tidak berbeda jauh dari ini yakni; apa yang terdapat di Kabupaten Kuantan Program fasilitasi biaya hidup bagi Singingi sebagai salah satu kabupaten di lanjut usia dalam kategori jompo Provinsi Riau. Data yang didapat dari bertujuan untuk meringankan beban Badan Pusat Statistik menunjukkan pengeluaran dalam rangka Singingi hingga tahun 2011 adalah 2000 memelihara taraf sosial lanjut usia (dua ribu) orang dengan dana fasilitasi agar mereka dapat menikmati taraf sebesar Rp. 1.000.000,- (Satu Juta hidup yang wajar. Rupiah) per-bulan dan bertambah pada Pelaksanaan program fasilitasi biaya tahun 2012 menjadi 2452 (dua ribu empat hidup lanjut usia dalam kategori jompo ratus lima puluh dua) orang, namun sesuai dengan Pasal 6 disebutkan bahwa; dengan jumlah dana fasilitasi sebesar Rp. (1) Program fasilitasi biaya hidp bagi 395.000,- (Tiga Ratus Sembilan Puluh lanjut usia dalam kategori jompo Lima Ribu Rupiah) per-bulan. dilaksanakan secara berkelanjutan

  Melalui program fasilitasi biaya (2) Fasilitasi biaya hidup sebagaimana hidup bagi usia lanjut dalam kategori dimaksud pada ayat (1) diberikan jompo yang dituangkan dalam Peraturan dalam 2 (dua) tahap yakni Tahap I Bupati Kuantan Singingi Nomor 12 Tahun kebutuhan bulan Januari s/d Juni 2011 termaktub didalam Bab II tentang dan Tahap II kebutuhan bulan Juli Asas, Arah dan Tujuan pada pasal 2 s/d Desember. bahwa;

  (3) Nominal fasilitasi biaya hidup Upaya menjamin kelangsungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat dan peningkatan kesejahteraan lanjut (2) disesuaikan dengan usia dalam kategori jompo kemampuan keuangan daerah. diselenggarakan berasaskan Pada pasal 7 disebutkan pelaksanaan keimanan dan ketaqwaan terhadap program sebagai berikut:

  Tuhan YME, ketepatan, non- diskriminatif, transparansi, Jumlah dan kriteria lanjut usia dalam akuntabilitas, musyawarah dan kategori jompo penerima Program mufakat. Fasilitasi Biaya Hidup Bagi Lanjut

  Usia Dalam Kategori Jompo Pada pasal 3 disebutkan arah program ditetapkan melalui Keputusan Bupati adalah;

  Kuantan Singingi berdasarkan hasil Peningkatan kesejahteraan bagi lanjut verifikasi data yang dilakukan setiap usia dalam kategori jompo diarahkan tahunnya oleh instansi yang untuk memenuhi kebutuhan dasar berwenang. lanjut usia dalam kategori jompo Pada pasal 8 disebutkan tanda penerima yang mencakup : bahan makanan, fasilitasi biaya hidup; peningkatan gizi, ISSN : 1410-1807 SIASAT (Vol. 23 No. 2 Oktober 2014) Lanjut usia dalam kategori jompo penerima Program Fasilitasi Biaya Hidup Bagi Lanjut Usia Dalam Kategori Jompo diberikan Kartu Tanda Penerima Program Fasilitasi Biaya Hidup Bagi Lanjut Usia Dalam Kategori Jompo Kabupaten Kuantan Singingi. Pada pasal 9 tentang pelaksanaan program hidup sebagai berikut:

  Penyaluran dana / pengadaan barang Program Fasilitasi Biaya Hidup Bagi Lanjut Usia Dalam Kategori Jompo kepada penerima dilaksanakan oleh Rekanan/Pihak Ketiga atau Tim Pelaksana yang ditunjuk.

  Selanjutnya pada pasal 10 disebutkan dalam pelaksanaannya sebagai berikut; Pendampingan terhadap lanjut usia dan fasilitator penyaluran dana/barang Program Fasilitasi Biaya Hidup Bagi Lanjut Usia Dalam Kategori Jompo dilakukan oleh Pendamping yang ditetapkan melalui Keputusan Bupati Kuantan Singingi.

  Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka pertanyaan penelitian yang diajukan untuk memperjelas pembahasan dalam penelitian ini dapat adalah: Bagaimana pelaksanaan program fasilitasi biaya hidup bagi lanjut usia dalam kategori jompo di Kabupeten Kuantan Singingi?

  Konsep Kepemerintahan

  Pemerintahan dari aspek manajemen, terkait dengan fungsi-fungsi memimpin, memberi petunjuk, memerintah, menggerakkan, koordinasi, pengawasan dan motivasi dalam hubungan pemerintahan (Labolo, 2007: 16). Kesemuanya itu membuat pemerintah harus bekerja secara maksimal agar setiap peraturan yang dibuat dan tindakan yang dilakukan menuju pada tatanan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur. Rasyid (dalam Ndraha, 2006: 56) membagi fungsi pemerintahan menjadi empat bagian, yaitu pelayanan (public service), pembangunan (development), pemberdayaan (empowering), dan pengaturan (regulation).

  Sosiologi Pemerintahan

  Secara epistemology, istilah sosiologi berasal dari kata socius (bahasa latin) yang berarti “teman”, dan logos (bahasa yunani) yang berarti “ilmu, kata, sabda”.

  Pitirim Sorokin (dalam Soekanto, 2003:19), menjelaskan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari: a. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara berbagai macam gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dan politik, dan sebagainya).

  b. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan gejala non sosial (misalnya gejala geografis, biologis, ekologis, dan sebagainya)

  c. Ciri-ciri umum dari semua jenis gejala sosial.

  Unit analisa studi pemerintahan adalah Negara dan pemerintahan berasal dari kata “perintah” yang mengandung beberapa unsur pokok, yaitu ada dua pihak, yakni yang memerintah dan yang diperintah, kedua pihak tersebut mempunyai hubungan fungsional, pihak yang memerintah mempunyai wewenang danpihak yang diperintah mempunyai ketaatan sedangkan pengertian ilmu SIASAT (Vol. 23 No. 2 Oktober 2014)

  ISSN : 1410-1807 pemerintahan telah banyak disajikan oleh banyak pakar. Afan Gafar, misalnya mengatakan bahwa ilmu pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari proses politik (alokasi otoritatif nilai-nilai di dalam sebuah masyarakat) dalam penyelenggaraan pemerintahan sebuah negara.

  Dengan menggabungkan pengertian maka berkembang menjadi sosiologi pemerintahan. Secara umum, sosiologi pemerintahan mengkaji hubungan antara yang diperintah (masyarakat) dengan yang memerintah (pemerintah) yang dipandang sebagai usaha penataan masyarakat. Secara khusus, sosiologi pemerintahan mengkaji hubungan amtara yang diperintah (masyarakat) dan yang memerintah (pemerintah) khususnya tentang sejauhmana pengaruh dari yang memerintah (pemerintah) mampu dalam mangadakan perubahan hubungan masyarakat atau kelompok dalam masyarakat dan sebaliknya juga melihat sejauhmana yang diperintah (masyarakat) atau kelompok-kelompok dalam masyarakat diubah dalam hubungan- hubungan masyarakat tersebut.

  Menurut Taliziduhu Ndraha (2003; 7), sosiologi pemerintahan adalah kajian tentang pemenuhan kebutuhan rakyat akan jasa publik yang tidak diprivatisasi dan layanan civil dilihat dari sudut pandang proses sosial, institusi sosial, perilaku sosial dan sistem nilai yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat.

  Pemberdayaan Sosial

  Menurut Suharto (2006: 98) pemberdayaan adalah: Sebuah proses dan tujuan, Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, terutama individu-individu yang mengalami kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharaian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator sebuah keberhasilan pemberdayaan.

  Pemberdayaan juga merupakan suatu proses yang menyangkut hubungan kekuasaan kekuatan yang berubah antar individu, kelompok dan lembaga. Menurut

  Talcot Parsons dalam Prijono (1996:

  123), Power merupakan sirkulasi dalam subsistem suatu masyarakat, sedangkan

  power dalam empowerment adalah daya

  sehingga empowerment dimaksudkan sebagai kekuatan yang berasal dari bawah.

  Pemberdayaan ini memiliki tujuan dua arah, yaitu melepaskan belenggu kemiskinan dan keterbelakangan dan memperkuat posisi lapisan masyarakat dalam struktur kekuasaan. Keduanya harus ditempuhdan menjadi sasaran dari upaya pemberdayaan. Sehingga perlu dikembangkan pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan masyarakat. Pemberdayaan lebih mudah dijelaskan pada saat manusia dalam keadaan powerlessness (baik dalam keadaan aktual atau sekedar perasaan), ISSN : 1410-1807 SIASAT (Vol. 23 No. 2 Oktober 2014) tidak berdaya, tidak mampu menolong diri sendiri, kehilangan kemampuan untuk mengendalikan kehidupansendiri.

  Kieffer (1981: 112) menyimpulkan dari penelitiannya bahwa pemberdayaan mempunyaitiga dimensi yang saling berpotongan dan berhubungan : a) Perkembangan konsep diri yang lebih positif. kritis dan analitis mengenai lingkungan sosial dan politis.

  c) Sumberdaya individu dan kelompok untuk aksi-aksi sosial maupun kelompok.Grand Theories dari konsep empowerment (pemberdayaan) ini mengacu pada pengaruh

  Pemberdayaan Masyarakat dan Kemiskinan

  Ukuran kemiskinan secara umum dibedakan atas kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut didasarkan pada ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak, Konsep ini dikembangkan di Indonesia di dinyatakan sebagai ” inability of the individual to

  metbasic needs” (Kieefer, 1981: 112).

  Definisi tersebut mengacu pada standar kemampuan minimum tertentu, yang berarti bahwa penduduk yang tidak mampu melebihi kemampuan minimum dianggap miskin.

  Chambers (1987:141) menyatakan bahwa penyebab kemiskinan sebagai suatu kompleksitas serta hubungan sebab- akibat yang saling berkaitan dari ketidakberdayaan (powerlessness), kerapuhan (vulnerability), kelemahan fisik

  (physical weakness), kemiskinan (poverty), dan keterasingan (isolation).

  Mengatasi kemiskinan pada hakekatnya merupakan upaya memberdayakan orang untuk dapat mandiri baik dalam pengertian ekonomi, sosial maupun politik.

  Disamping itu semakin tinggi akses ekonomi yang dimiliki sehingga pada akhirnya mereka diharapkan dapat mandiri dalam mengatasi problem kemiskinan yang dihadapi. Masyarakat masyarakat dalam situasi struktural yang tidak memperoleh kesempatan secara bebas untuk memuaskan aspirasi dan merealisasi potensi mereka dalam menangani masalah sosial. Dengan demikian pengertian pemberdayaan dalam arti luas dapat diterjemahkan sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya untuk mencari nafkah.

  Pemberdayaan Lansia

  Menurut Mas’ud (1993: 51) upaya untuk memperkuat posisi seseorang melalui penumbuhan kesadaran dan kemampuan individu. Untuk mengidentifikasi persoalan yang dihadapi dan memikirkan langkah-langkah untuk mengatasinya. Menurut Tjandraningsih, merupakan suatu proses perubahan dari ketergantungan kepada kemandirian, melalui perwujudan kemampuan yang dimiliki (Tjandraningsih, 1995: 21). Menurut Sumodiningrat usaha pemberdayaan didasari filsafat tentang akan hak dan kewajiban manusia, serta adanya anggapan bahwa manusia mempunyai potensi atau kemampuan daya yang dapat dikembangkan.

  Pemberdayaan memiliki berbagai tujuan adalah :

  1. Agar individu memiliki keberdayaan, yaitu kemampuan individu untuk membangun diri agar sehat fisik, mental, SIASAT (Vol. 23 No. 2 Oktober 2014)

  ISSN : 1410-1807 terdidik, kuat, memiliki nilai- nilai yang instrinsik yang menjadi sumber keberdayaan.

  1. Informan Kunci Informan kunci dalam penelitian ini adalah: a) Kepala Dinas Sosial dan Tenaga

  Operasionalisasi Variabel

  b) Penerima fasilitasi biaya hidup usia lanjut dalam kategori jompo Kecamatan Kuantan Tengah berjumlah 3 (tiga) orang

  a) Camat Kuantan Tengah

  2. Informan tambahan

  e) Kepala Seksi Jaminan Sosial

  d) Kepala Bidang Penanganan Masalah Kesejahteraan Sosial dan Bencana

  c) Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial

  b) Kepala SubBagian Program

  Kerja Kabupaten Kuantan Singingi

  Informan

  2. Agar individu dapat bertahan (survive) dalam pengertian yang dinamis, mengembangkan diri dan meningkatkan harkat dan martabat manusia.

  Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, lebih dapat pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Maleong, 2004: 5). Program fasilitasi biaya hidup bagi lanjut usia dalam kategori jompo di kecamatan kuantan tengah kabupaten kuantan singingi merupakan tindakan dalam bentuk sosiologi pemerintahan sebagai upaya penerapan bentuk-bentuk masalah individu.

  Metode Penelitian

  Teori yang pertama mengatakan bahwa semakin tinggi usia manusia akan diikuti secara berangsur-angsur oleh semakin mundurnya interaksi sosial, fisik dan emosi dengan kehidupan di dunia, sedangkan dengan teori yang kedua mengatakan bahwa semakin tua akan semakin memelihara hubungan fisik, sosial dan emosionalnya (Suardiman, 1995: 23).

  Lanjut usia, menjadi tua merupakan proses alami yang dialami oelah semua makhluk. Pada manusia proses tersebut ditandai oleh menurunnya beberapa aspek, terutama aspek physiologis, psikis dan fungsi-fungsi sensio motorik (Soekanto, 1991: 2), sedangkan aspek lainnya yang dipengaruhi oleh pengalaman malah justru meningkat. Dalam hal ini dikenal dua teori yang menerangkan manusia dengan kegiatannya yaitu teori disangegement dan teori aktivitas.

  4. Melalui latihan praktik secara langsung melalui proses belajar.

  3. Melindungi dan mencegah yang lemah menjadi lemah.

  2. Memperkuat potensi yang telah dimiliki.

  1. Menciptakan iklim atau suasana yang memungkinkan potensinya berkembang.

  Perubahan sikap tingkah laku dan status menurut Sumodiningrat (dalam Tjandraningsih, 1995: 21), Untuk mencapai keberdayaan dapat diupayakan dengan :

  3. meningkatkan kemampuan dan (Tjandraningsih, 1995: 21).

  Objek penelitian dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: Konsep : Evaluasi program ISSN : 1410-1807 SIASAT (Vol. 23 No. 2 Oktober 2014) Variabel : Program fasilitasi biaya hidup usia lanjut dalam kategori jompo

  Indikator : Hubungan antara pemerintah dan yang diperintah

  43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

  1. Pengamatan, mengarahkan peneliti pada pengamatan yang dapat membimbing untuk mengamati peristiwa yang dipelukan bagi informasi dan mencakup suatu lingkup situasi dan latar secara lengkap, mengarahkan pengamatan pada jenis kegiatan dan peristiwa yang benar- benar berguna.

  Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain adalah :

  Teknik Pengumpulan Data

  h) Pedoman Pelaksanaan Program Fasilitasi Biaya Hidup Bagi Lanjut Usia dalam Kategori Jompo Kabupaten Kuantan Singingi i) Rencana Kerja Program Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2013

  g) Peraturan Bupati Kabupaten Kuantan Singingi Nomor 12 Tahun 2011 tentang Program Lanjut Usia dalam Kategori Jompo

  f) Peraturan Bupati Kabupaten Kuantan Singingi Nomor 23 Tahun 2009 tentang Panjabaran Tugas dan Fungsi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Kuantan Singingi

  39 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

  e) Peraturan Pemerintah RI Nomor

  d) Peraturan Pemerintah RI Nomor

  Item penilaian :

  c) Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

  b) Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

  Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

  2. Data Sekunder; Dalam penelitian ini antara lain: a) Undang-Undang RI Nomor 13

  1. Data Primer; Hasil wawancara ini dijadikan sebagai dasar didalam membentuk analisa dan memberikan argumentasi terhadap penelitian yang dilakukan.

  Jenis dan Sumber Data

  c. Kebutuhan yang dibagi: 1) Perawatan 2) Perlindungan

  b. Kebutuhan Rasional: 1) Kebutuhan berteman 2) Pengakuan oleh orang lain

  a. Kelanjutan Eksistensi: 1) Makanan 3) Pernyataan diri

  2. Wawancara, adalah percakapan langsung dengan maksud untuk emperkuat data skunder yang diperlukan dalam penelitian. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka dengan maksud agar informan tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud wawancara tersebut. Untuk itu pedoman wawancara yang SIASAT (Vol. 23 No. 2 Oktober 2014)

  ISSN : 1410-1807 merupakan penuntun bagi peneliti enok. Dengan demikian Kabupaten dalam mengembangkan pertanyaan Kuantan Singingi mempunyai peluang yang bersifat terbuka sehingga untuk mengembangkan sektor-sektor memberikan kebebasan yang seluas- pertanian secara umum, perdagangan luasnya bagi informan memberikan barang dan jasa, transportasi dan data. perbankan serta pariwisata. Kabupaten

  3. Dokumentasi, untuk mengumpulkan Kuantan Singingi merupakan pemekaran data primer dan sekunder, penulis dari Kabupaten Indragiri Hulu yang menganalisa dokumen-dokumen dibentuk berdasarkan UU No. 53 tahun dikumpulkan. Pelalawan, Rokan Hulu, Rokan Hilir,

  

Teknik Analisis Data Siak, Natuna, Karimun, Kuantan Singingi

  Analisis data menurut Patton dalam dan Kota Batam. Kabupaten Kuantan Maleong (2004: 5) adalah proses Singingi terdiri dari 12 (dua belas) mengatur urutan data, kecamatan dengan luas wilayah 7,656,03

  2

  mengorganisasikanya kedalam suatu pula, km , yang berada pada posisi antara 0 00 - kategori dan satuan uraian dasar. Adapun

  1

  00 Lintang Selatan dan 101 02 - 101 langkah-langkah yang ditempuh dalam

  55 Bujur Timur. melakukan analisis data penelitian yaitu : Adapun batas-batas Kabupaten

  1) Menelaah seluruh data yang tersedia Kuantan Singingi adalah: dari berbagai sumber a) Sebelah Utara dengan Kabupaten

  2) Mereduksi data dengan membuat Kampar dan Pelalawan abstraksi, yakni usaha membuat b) Sebelah Selatan dengan Propinsi rangkuman yang inti, proses dan Jambi pernyataan-pernyataan yang perlu

  c) Sebelah Barat dengan Propinsi dijaga sehingga tetap berada Sumatera Barat didalamnya.

  d) Sebelah Timur dengan Kabupaten 3) Menyusun dalam satuan-satuan, Indragiri Hulu yang dilakukan bersama-sama dengan koding

  Program Kesejahteraan Sosial Dinas

  4) Analisis data, mengadakan Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten pemeriksaan keabsahan data Kuantan Singingi 5) Penafsiran data Kabupaten Kuantan Singingi provinsi Riau sebagai salah satu

  Kabupaten tertinggal di Indonesia,

  Hasil Penelitian

Keadaan Geografis mungkin dapat dianggap sebagai salah

  Kabupaten Kuantan Singingi secara satu potret daerah yang hampir memenuhi geografis, geoekonomi dan geopolitik kelima faktor yakni; terletak pada jalur tengah lintas sumatera 1) Ketersediaan sumber daya alam dan berada dibagian selatan Propinsi Riau, yang minus yang mempunyai peranan yang cukup 2) Akses terhadap ketersediaan strategis sebagai simpul perdagangan kesempatan kerja yang terbatas untuk menghubungkan daerah produksi 3) Faktor budaya yang menyebabkan dan pelabuhan, terutama pelabuhan kuala etos kerja rendah ISSN : 1410-1807 SIASAT (Vol. 23 No. 2 Oktober 2014) 4) Keterbatasan terhadap aspek kerugian dari dampak eksternalitas permodalan dan pamasaran hasi darii kebijakan. produksi Berikut tabel yang menggambarkan

  5) Faktor kebijakan yang tidak tentang potensi dan sumber kesejahteraan diimbangi dengan kompensasi atas sosial di Kabupaten Kuantan Singingi.

  

Tabel. 1.Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) Di Kabupaten Kuantan

Singingi

  NO Jenis PSKS Satuan Keterangan

  1 Pekerja Sosial Masyarakat

  12 Orang Organisasi Sosial Masyarakat (ORSOS)

  2 Karang Taruna (KT)

  12 Orang

  3 Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat

  1 Lembaga (WKSBM)

  4 Dunia usaha yang melakukan

  4 Lembaga UKS

  5 Perintis, Pejuang dan Pahlawan

  45 Orang Taruna Siaga Bencana 6 (TAGANA)

  64 Orang Tenaga Kesejahteraan Sosial

  7 Kemasyarakat (TKSK)

  12 Orang Sumber: Buku Saku Data Pokok Pembangunan Kabupaten Kuansing, 2012

  Kemudian dipadukan dengan kebutuhan hidup layak yang harus menjadi pemenuhan kebutuhan hidup bagi perorangan masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi, digambarkan sebagai berikut:

  Tabel 2.Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Di Kabupaten Kuantan Singingi

  Uraian Jumlah (Rp) Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

  43.881 - Harian Bulanan 1.316.430 - Tahunan -

  15.797.000 Sumber: Buku Saku Data Pokok Pembangunan Kabupaten Kuansing, 2012 SIASAT (Vol. 23 No. 2 Oktober 2014)

  ISSN : 1410-1807 Dengan kondisi ini, tingkat kesejahteraan masyarakat sangat rendah di

  17. Komunitas adat terpencil

  1.1. Pendataan Penerima Program Fasilitasi Biaya Hidup Bagi Lanjut Usia Dalam Kategori Jompo

  Program fasilitasi biaya hidup bagi lanjut usia dalam kategori jompo di Kabupaten Kuantan Singingi dimana pada penelitian ini subjek penelitian yang menjadi barometer kajian ini adalah Kecamatan Kuantan Tengah. Kajian ini di jabarkan melalui indikator program dan indikator sosiologi pemerintahan yakni hubungan antara pemerintah dan yang diperintah dan dijabarkan sebagai berikut:

  Pembahasan

  Panti 6)

  Kelembagaan Kesejahteraan Sosial 4) Program : Bantuan dan Jaminan sosial serta Perlindungan Sosial 5) Program ; Pelayanan Sosial Melalui

  (KAT) dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). 2) Program : pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial, 3) Program : Pemberdayaan

  Dengan identifikasi permasalahan diatas, program Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Kuantan Singingi memiliki beberapa program yang telah ditetapkan sebagai kebijakan Pemerintah Daerah. Ada beberapa program yang digulirkan dan menjadi fokus Kabupaten 1) Program : Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil

  Kabupaten Kuantan Singingi bisa dikatakan dibahwa hidup layak.

  23. Anak Yatim/Piatu Dari 23 indikator jenis PMKS diatas, dapat dilihat bahwa lanjut usia terlantar mencapai 2000 jiwa diseluruh Kabupaten Kuantan Singingi. Dengan begitu kehidupan rata-rata penduduk

  22. Keluaran rentan

  21. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

  20. Pekerja migrant terlantar

  19. Korban bencana social

  18. Korban bencana alam

  16. Komunitas bermasalah sosial psikologis

  Kabupaten Kuantan Singingi, jika saja satu orang tidak bisa mendapatkan upah minimum dibawahh 44.000/hari maka sudah dikatakan sebagai orang yang dalam kehidupan tidak layak. Hal ini diperkirakan pada usia produktif, namun jika ditinjau permasalahan sosial lainnya, kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dibawah ini:

  7. Lanjut usia terlantar

  1. Anak balita terlantar

  2. Anak terlantar

  3. Anak nakal

  4. Anak jalanan

  5. Wanita rawan sosial ekonomi

  6. Korban tindak kekerasan

  8. Penyandang cacat

  15. Keluarga berumah tidak layak huni

  9. Tuna susila

  10. Pengemis

  11. Gelandangan

  12. Bekas warga binaan lembaga Pemasyarakatan

  13. Korban penyalahgunaan Napza

  14. Keluarga fakir miskin

  Dari hasi penelitian ini, kajian tentang program fasilitasi biaya hidup bagi lanjut usia dalam kategori jompo di Kecamatan Kuantan Singingi dapat dianalisa sebagai berikut: ISSN : 1410-1807 SIASAT (Vol. 23 No. 2 Oktober 2014)

  a. Bahwa pendataan dilakukan sesuai

  b) Data yang diperoleh pendamping dengan apa yang telah menjadi dilaporkan ke Kepala panduan bagi tim pelaksana dalam Desa/Lurah, mendapatkan data untuk selanjutnya c) Jika masih ada yang menganggap dilakukan verifikasi belum sesuai dengan kriteria, b. Tim tidak menyampaikan apakah usia maka Kepala Desa/Lurah dapat lanjut yang didatangi untuk didata memutuskan melalui akan langsung sebagai penerima musyawarah Desa dan pemilihan fasilitasi biaya hidup yang langsung yang selanjutnya c. Dalam pendataan yang dilakukan Tenaga Kerja. penerima didatangi oleh pihak dari

  b. Verifikasi data juga bertujuan untuk instansi Dinas yang berwenang serta mendata kembali tentang penerima didampingin oleh Kepala Desa dan yang masih hidup dan yang sudah perangkatnya. meninggal, agar tidak terjadi tumpang tindih dalam penerimaan program ini.

1.2. Verifikasi data penerima Program

  c. Dari verifikasi tersebut, dapat diketahui bahwa ada lansia yang

  Fasilitasi Biaya Hidup Bagi Lanjut

  masih produktif dan atau masih

  Usia Dalam Kategori Jompo

  Dari hasil tahapan verifikasi data memiliki dana pension yang bisa ini, dapat bahwa program fasilitasi biaya digunakan untukk meningkatkan hidup bagi lansia dalam kategori jompo di kesejahteraan bagi mereka, sehingga Kabupaten Kuantan Singingi khususnya varifikasi ini digunakan sebagai Kecamatan Kuantan Tengah, dapat bentuk perengkingan. dianalisa sebagai berikut:

  a. Pada tahapan verifikasi ini, tim pelaksana melakukan pendataan

  1.3. Penetapan penerima Program

  hanya untuk memperlihatkan bahwa

  Fasilitasi Biaya Hidup Bagi Lanjut

  sesuai anggaran yang tersedia, maka

  Usia Dalam Kategori Jompo

  penerima yang benar-benar sesuai Dari tahapan ini, dapat dilakukan yang berhak menerima. Dimana analisis tentang penetapan penerima yang sesuai dengan pedoman pelaksanaan dilakukan oleh tim pelaksana sebagai program fasilitasi biaya hidup bagi berikut: lanjut usia dalam kategori jompo ini,

  a. Tim pelaksana menetapkan nama verifikasi dilakukan untuk penerima berdasarka data dilapangan menghindari pemilihan calon tentang lansia yang layak untuk penerima fasilitasi yang tidak sesuai menerima bantuan fasilitasi biaya kriteria, maka Kepala Desa/Lurah hidup tersebut yang merupakan dapat menetapkan calon penerima program dari Dinas Sosial dan yang diusulkan melalui tahapan : Tenaga Kerja.

  a) Pendataan oleh pendamping

  b. Tim pelaksana memberikan kartu dengan sepengetahuan ketua tanda penerima sebagai upaya untuk RT/RW, memberikan identitas agar tujuan SIASAT (Vol. 23 No. 2 Oktober 2014)

  ISSN : 1410-1807 keefektifan sasaran yang dicapai terlaksana.

  c. Dengan melakukan penyebaran informasi kepada tim pelaksana di bawah, program ini diharapkan menjadi transparan kepada lansia yang tidak menerima dan sudah didata.

1.4. Penyerahan dana bantuan Program Fasilitasi Biaya Hidup Bagi Lanjut Usia Dalam Kategori Jompo

  Dari apa yang telah didapat peneliti melalui wawancara dan hasil penelitian lainnya, pada tahapan penyerahan dana bantuan fasilitasi biaya hidup, dianalisis bahwa;

  a. Penyerahan dinyatakan oleh tim pelaksana dan penerima bahwa memang dilakukan secara langsung, hal ini adalah pencapaian yang seharusnya dilakukan dalam suatu program pemberdayaan kesejahteraan.

  b. Dari segi waktu telah disesuaikan dengan jadwal, walau terkadang ada desa/kelurahan yang tidak tepat waktu dikarenakan jarak tempuh desa/kelurahan yang cukup jauh. Untuk masalah pendanaan, dari pihak dinas/tim telah sesuai dengan aturan memberikan fasilitasi tersebut. Penyimpangan menurut tim pelaksana yang lebih tinggi terjadi di tim pelaksana yang berada di desa, dengan mengatakan bahwa pemotongan dana terjadi pada desa/kelurahan dikarenakan adanya kecemburuan sosial terhadap lansia yang sudah didata namun tidak menerima bantuan tersebut.

  Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa dana jaminan sosial dimanfaatkan oleh lanjut usia untuk 5 hal, yaitu (1) permakanan; (2) peningkatan gizi; (3) transportasi atau sosilisasi; (4) kesehatan dan (5) dana kematian atau pemakaman. Namun ada sebagian kecil tersebut untuk perbaikan rumah, ditabung, dan dibagikan kepada cucunya. Besarnya porsi pemanfaatan ini sangat variatif sesuai dengan prioritas kebutuhan masing- masing lanjut usia.

  Manfaat yang dirasakan oleh lanjut usia penerima jaminan sosial dapat dibagi atas 3 indikator dalam sosiologi pemerintahan tentang pemenuhan kebutuhan bagi indibvidu sebagai berikut :

  1) Kelanjutan Eksistensi

  Semua lanjut usia penerima jaminan sosial secara terbuka mengaku bahwa dana yang mereka terima menjamin terpenuhinya kebutuhan fisik mereka, seperti kebutuhan pangan, sandang dan kesehatan (berobat), walaupun hal itu dirasakan masih sebatas standar minimal. Artinya lanjut usia sudah bisa makan dan minum secara teratur dan mempunyai pakaian yang relatif memadai (menurut ukuran mereka).

  2) Kebutuhan Rasional

  Pada saat yang bersamaan lanjut usia penerima dana mengalami peningkatan harga diri. Mereka merasa dibutuhkan dan mempunyai posisi tawar dalam keluarga sehubungan dengan dana jaminan sosial. Lanjut usia juga merasa senang masih bisa membantu ekonomi keluarga walaupun nilainya kecil (mereka merasa masih berguna bagi keluarga). Sejalan dengan hal itu, tumbuh rasa percaya diri lanjut usia karena sudah

2. Dampak (outcome) Program Fasilitasi Biaya Hidup Bagi Lanjut Usia Dalam Kategori Jompo di Kabupeten Kuantan Singingi

  ISSN : 1410-1807 SIASAT (Vol. 23 No. 2 Oktober 2014) pegang uang. Mereka berani memilih menu makanan untuk dimasak, dan meminta sesuatu untuk dibelikan keluarga atau tetangga.

3) Kebutuhan yang dibagi (Sosial)

  Kesimpulan

  Kebijakan Publik Terjemahan. Roja

  Makalah, Fakultas Kedokteran UGM: Yogyakarta

  Perubahan Psikuatik dan Neurologik pada Lanjut Usia,

  Biaya Hidup Bagi Lanjut Usia dalam Kategori Jompo Kabupaten Kuantan Singingi Prawirohusodo, Soejono. 1991.

  Crendetia Center: Tengerang Pedoman Pelaksanaan Program Fasilitasi

  Sebuah Scientific Enterprise. Sirao

  Rosdakarya: Bandung Ndraha, Taliziduhu. 2006. Kybernologi:

  Penelitian Kualitatif. PT Remaja

  Grafindo Persada: Jakarta Maleong, Lexy J. 2004. Metodologi

  Jakarta Jones, Charles O. 1994. Pengantar

  Dari hasil penelitian diketahui bahwa hasil pelaksanaan program fasilitasi biaya hidup bagi lanjut usia dalam kategori jompo sesuai indikator pencapaian program di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi memiliki initeraksi yang baik antara pemerintah dan yang diperintah. Program fasilitasi biaya hidup bagi lanjut usia telah memberikan suatu bentuk penerapan sosiologi pemerintahan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat akan kebutuhan fisiologi bagi penyandang masalah kesejahteraan yakni lanjut usia dalam kategori jompo. Dampak dari program fasilitasi biaya hidup bagi lanjut usia dalam kategori jompo di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi dapat terbantukan dan bermanfaat dalam upaya pemenuhan kebutuhan eksistensi, rasional dan kebutuhan yang dibagi meliputi perawatan

  Untuk kalangan keluarga, perbaikan interaksi sosial dengan lanjut usia ditandai dengan meningkatnya frekwensi kunjungan anggota keluarga dan atau lagi mengunjungi lanjut usia mengingat beban psikologis atas kewajiban untuk menanggung biaya hidup lanjut usia sudah teratasi melalui dana jaminan sosial. Hal yang sama terjadi di kalangan tetangga dan masyarakat sekitar. Perhatian warga sekitar meningkat terhadap lanjut usia terutama pada saat kunjungan pendamping dan petugas instansi sosial setempat. Warga sekitar ingin tahu apa yang dilakukan pendamping dan petugas instansi sosial terhadap lanjut usia. Selanjutnya kunjungan tersebut memancing perhatian dan kesadaran warga sekitar atas status lanjut usia sebagai penerima program jaminan sosial lanjut usia sehingga mereka melakukan kontrol sosial atas hidup lanjut usia yang bersangkutan.

  Labolo, Muhaddam. 2007. Memahami

  Kedua Gadjah MadaUniversity Press: Yogyakarta

  Analisis Kebijakan Publik, Edisi

  Jakarta Dunn, William N. 2000. Pengantar

  Kesejahteraan Sosial di Indonesia Upaya Menangani Permasalahan Sosial Kemiskinan. Setneg RI:

  Chamsyah, Bachtiar.2007. Pembangunan

  Daftar Kepustakaan

  Ilmu Pemerintahan. Raja Grafindo: SIASAT (Vol. 23 No. 2 Oktober 2014)

  ISSN : 1410-1807 Prijono, Onny S. dan Pranarka A.M.W. (ed.). 1996.

  Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan Implementasi.

  Centre for Strategic and International Studies (CSIS): Jakarta

  Suardiman, Siti Partini. 1995. Psikologi

  Perkembangan, FIP

  IKIP Soetomo. 2006. Strategi-strategi

  Pembangunan Masyarakat. Pustaka

  Pelajar: Yogyakarta Sumodiningrat, Gunawan. 1996.

  Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. Bina Reka

  Pariwara: Jakarta Subarsono, AG. 2009. Analisa Kebijakan

  Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar:

  Yogyakarta Suharto, Edi. 2006. Membangun

  Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis Sosial dan Pekerjaan Sosial. Refika

  Aditama: Bandung Braam, Geert P.A. 2010. Sosiologi Pemerintahan. Terjemahan: JRG.

  Djopari. DF & DC: Bogor

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI KELAS VII SMP NEGERI 25 PEKANBARU

0 0 9

LANGUAGE LEARNING STRATEGIES USED BY ENGLISH STUDENTS AT FKIP UIR (Strategi Pembelajaran Bahasa yang Digunakan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di FKIP UIR) Oleh: Miranti Eka Putri) ) Dosen FKIP Universitas Islam Riau ABSTRAK - LANGUAGE L

0 0 8

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI

0 1 10

Kompetensi Mahasiswa Dalam Merekonstruksi Pembe-Lajaran Terpadu/Tematis (Studi Inkuiri Naturalistik Pada Mahasiswa Semester Enam Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau)

0 0 12

ANALISIS KOMPARATIF EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI E- PROCEREMENT DALAM PROSES PENGADAAN BARANG DAN JASA

0 7 9

PERAN SYSTEM QUALITY DAN INFORMATION QUALITY DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN IMPLEMENTASI SIMDA DESA (STUDI KASUS PADA DESA-DESA DI KABUPATEN BANGKA)

0 0 6

Teaching Learning Vocal to Choir on Hymne Guru of SMPN 1 Toar Kuantan Singingi-Riau

0 1 11

PENGENALAN KONTUR TANGAN PADA PENGKODEAN BAHASA ISYARAT BAGI PENDERITA TUNA RUNGU WICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHAPE BASED HAND GESTURE

0 1 6

Pengaruh sikap terhadap kesiapan guru dalam implementasi Kurikulum Tingakat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMA Negeri se-Kabupaten Blitar

0 0 8

Studi Tentang Kompetensi Mahasiswa dalam Merekonstruksi Pembelajaran Terpadu (Studi Inkuiri Naturalistik pada Mahasiswa Semester Enam Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau

0 0 13