Formulasi dan Uji Efek Anti-Aging Sediaan Masker Sheet yang Mengandung Putih Telur

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan selsel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan
keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya
sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap
tekanan dan infeksi dari luar. Kulit merupakan organ terbesar, terluas pada tubuh
kita. Kulit menutupi dan melindungi tubuh dari perusak eksternal dan dari
kehilangan kelembaban (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu:
1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan paling luar.
2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat) (Tranggono dan Latifah, 2007).
Para ahli histologi membagi epidermis dari bagian terluar hingga ke dalam
menjadi 5 lapisan, yakni:
1. Lapisan tanduk (Stratum corneum), sebagai lapisan yang paling atas.
2. Lapisan jernih (Stratum lucidum), disebut juga “lapisan barrier”.
3. Lapisan berbutir-butir (Stratum granulosum).

4. Lapisan malphigi (Stratum spinosum) yang selnya seperti berduri.
5. Lapisan basal (Stratum germinativum) yang hanya tersusun oleh satu lapis
sel-sel basal (Tranggono dan Latifah, 2007).

Universitas Sumatera Utara

2.1.1

Fungsi Biologik Kulit

1. Proteksi
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik
maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan gangguan kimiawi, seperti
zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas
atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur,
bakteri atau virus (Wasitaatmadja, 1997).
Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan
berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh. Lapisan
tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah
masuknya air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga

berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar. Mantel asam kulit dapat
mencegah pertumbuhan bakteri di kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
2. Thermoregulasi
Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan
konstriksi pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi
saraf otonom. Pada saat temperatur badan menurun terjadi vasokonstriksi,
sedangkan pada saat temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk
meningkatkan pembuangan gas (Tranggono dan Latifah, 2007).
3. Persepsi Sensoris
Kulit bertanggung jawab sebagai indera terhadap rangsangan dari luar
berupa tekanan, raba, suhu dan nyeri melalui beberapa reseptor seperti benda
Meissner, Diskus Merkell dan Korpuskulum Golgi sebagai reseptor raba,
Korpuskulum Pacini sebagai reseptor tekanan, Korpuskulum Ruffini dan Benda
Krauss sebagai reseptor suhu dan Nervus End Plate sebagai reseptor nyeri.

Universitas Sumatera Utara

Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor-reseptor tersebut dan diteruskan ke
sistem saraf pusat dan selanjutnya diinterpretasi oleh korteks serebri (Tranggono
dan Latifah, 2007).

4. Absorbsi
Ada dua jalur absorpsi, satu melalui epidermis dan yang lainnya melalui
kelenjar sebaseus pada folikel rambut. Senyawa larut air tidak mudah diabsorpsi
melalui kulit karena adanya sawar (barier) terhadap senyawa larut air yang
dibentuk oleh lapisan tanduk (Mitsui, 1997).
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat.
Tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat
yang larut dalam minyak. Permeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2
mengungkapkan kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban udara, metabolisme dan jenis vahikulum antarsel, saluran kelenjar
atau saluran keluar rambut (Wasitaatmadja, 1997).
5. Ekskresi
Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau
sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, asam urat, ammonia, dan
sedikit lemak. Kelenjar lemak pada fetus, atas pengaruh hormon androgen dari
ibunya, akan menghasilkan sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan
amnion yang pada waktu lahir disebut sebagai vernix caseosa. Sebum yang di
produksi kelenjar palit kulit melindungi kulit dengan cara meminyaki kulit dan
menahan penguapan yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk

kelenjar lemak dan keringat di permukaan kulit membentuk keasaman kulit pada
pH 5-6,5. Penguapan air dari dalam tubuh dapat pula terjadi secara difusi melalui

Universitas Sumatera Utara

sel-sel epidermis, tetapi karena sel epidermis baik fungsi sawarnya, maka
kehilangan air melalui sel epidermis (Wasitaatmadja, 1997).
6. Pembentukan Pigmen (Melanogenesis)
Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak dilapisan basal epidermis.
Sel ini berasal dari rigi saraf, jumlahnya 1:10 dari sel basal. Jumlah melanosit
serta jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit.
Melanin dibuat dari sejenis protein, tirosin, dengan bantuan enzim tirosinas, ion
Cu dan oksigen oleh sel melanosit di dalam melanosom dalam badan sel
melanosit. Bila pajanan bertambah produksi melanin akan meningkat. Pigmen
disebarkan ke dalam lapisan atas epidermis melalui tangan-tangan dendrit yang
mirip kaki cumi-cumi pada melanosit ke arah dermis pigmen, disebarkan melalui
sel melanofag. Selain oleh pigmen, warna kulit dibentuk pula oleh tebal tipisnya
kulit, Hb-reduksi, Hb-oksidasi, dan karoten (Wasitaatmadja, 1997).
7. Keratinisasi
Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama :

keratinosit, melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal yang
kuboid, bermitos ke atas berubah bentuk lebih polygonal yaitu sel spinosum,
terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel
granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng dan granula
serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit
menjadi sel yang mati, protoplasmanya mongering menjadi keras, gepeng, tanpa
inti disebut sel tanduk. Sel tanduk ini secara kontinu lepas dari permukaan kulit
dan diganti oleh sel yang terletak di bawahnya. Proses keratinisasi sel dari sel
basal sampai sel tanduk berlangsung selama 14-21 hari. Proses ini berlangsung
terus-menerus dan berguna untuk fungsi rehabilitasi kulit agar selalu dapat

Universitas Sumatera Utara

melaksanakan fungsinya secara baik. Pada beberapa macam penyakit kulit proses
ini terganggu, sehingga kulit akan terlihat bersisik, tebal, kasar dan kering
(Wasitaatmadja, 1997).
8. Produksi Vitamin D
Ternyata kulit juga dapat membuat Vitamin D dari bahan baku 7dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih
lebih rendah dari kebutuhan tubuh akan Vitamin D sehingga diperlukan tambahan
Vitamin D dari luar melalui makanan (Wasitaatmadja, 1997).

9. Ekspresi Emosi
Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit
mampu berfungsi sebagai alat untuk menyatakan emosi yang terdapat dalam jiwa
manusia. Kegembiraan dapat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan
tersenyum, kesedihan diutarakan oleh kelenjar air mata yang meneteskan air
matanya, ketegangan dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh
kontraksi pembuluh darah kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan rasa
erotik oleh kelenjar minyak dan pembuluh darah kulit yang melebar sehingga kulit
tampak semakin merah, berminyak, dan menyebarkan bau khas (Wasitaatmadja,
1997).
2.1.2

Klasifikasi kulit
Menurut (Wasitaatmadja, 1997), ditinjau dari sudut pandang perawatan,

kulit umumnya terdiri dari atas 3 jenis, dengan tambahan jenis kulit kombinasi
dan kulit bermasalah.
1.

Kulit Normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak mengkilap atau kusam, segar dan

elastis dengan minyak dan kelembapan cukup.

Universitas Sumatera Utara

Ciri-ciri yang terlihat pada kulit normal yaitu :
− Kulit tampak segar dan cerah

− Cukup tegang dan bertekstur halus

− Pori-pori kelihatan, tetapi tidak terlalu besar

− Kadang kelihatan berminyak di daerah dahi, dagu dan hidung (Tranggono
dan Latifah, 2007).

2.

Kulit kering
Adalah permukaan kulit yang kurang atau sedikit sehingga pada perabaan


terasa kering, kasar, retak, kaku atau tidak elastis dan mudah terlihat kerutan.
Ciri-ciri yang terlihat pada kulit kering yaitu :
− Kulit kusam, bersisik,mulai tampak kerutan-kerutan

− Pori-pori tidak kelihatan (Tranggono dan Latifah, 2007).
3.

Kulit berminyak
Merupakan kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang

berlebihan sehingga tampak mengkilat, kotor dan kusam, biasanya pori kulit lebar
sehingga kesannya kasar dan lengket. Kulit berminyak banyak dijumpai pada
kening, hidung, dan dagu.
Ciri-ciri yang terlihat pada kulit berminyak yaitu :
− Tekstur kulit kasar, berminyak, dan pori-pori besar

− Mudah kotor dan berjerawat (Tranggono dan Latifah, 2007).
4.


Kulit campuran atau kombinasi
Yaitu kulit seseorang yang sebagian normal sebagian lagi kering atau

berminyak. Jenis kulit ini biasanya berminyak pada kening, hidung, dan dagu
(Tranggono dan Latifah, 2007).

Universitas Sumatera Utara

2.2

Penuaan Dini
Penuaan dini adalah proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya.

Bisa terjadi saat umur kita memasuki usia 20-30 tahun. Penuaan dini dapat terjadi
kapan saja (Noormindhawati, 2013). Proses penuaan merupakan proses fisiologi
yang tak terhindarkan yang pasti dialami oleh setiap manusia. Proses ini bersifat
ireversibel yang meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit (Putro, 1997).
Tipe kulit yang cenderung mengalami penuaan dini yaitu kulit kering yang
secara alami lebih sedikit memproduksi sebum dan kulit sensitive karena kulit
sangat tipis sehingga mudah terbentuk keriput. Walaupun kulit berminyak

tampaknya tidak diinginkan ketika seseorang masih muda, kulit berminyak dapat
menjadi berkat seiring dengan bertambahnya usia karena tipe kulit berminyak
lebih lambat mengalami penuaan dibandingkan jenis kulit lainnya. Penyebab
utama yang menyebabkan penuaan dini adalah aktivitas, makanan, dan gaya hidup
(Beale dan Jensen, 2004).
2.2.1

Tanda-tanda penuaan dini
Perubahan yang terjadi di semua daerah tubuh (terlepas dari paparan sinar

matahari) secara alamiah seiring waktu adalah sebagai berikut.
a. Degenerasi serat elastin
Perubahan dalam serat elastin adalah penyebab utama dari kehilangan
elastisitas kulit dan terbentuknya keriput. Serat elastin akan menipis dan
mengalami degenerasi sehingga menjadi tumpukan serat.
b. Degenerasi serat kolagen
Disamping degenerasi serat elastin, adanya degenerasi bertahap dan
pengurangan jumlah serat kolagen pada lapisan dermis. Hal ini
menyebabkan penurunan kekuatan elastisitas dengan pengenduran kulit.


Universitas Sumatera Utara

c. Penipisan kulit
Secara umum, mulai dari sekitar 45 tahun ke atas, terjadi penipisan
bertahap semua lapisan kulit pada manusia termasuk epidermis, dermis,
dan subkutis. Proses penipisan kulit ini lebih jelas terlihat pada wanita
dibandingkan pada pria. Lapisan lemak subkutan menjadi lebih tipis dan
menonjol penipisannya di beberapa daerah tertentu seperti pada wajah,
tangan, dan betis.
d. Kelembaban kulit
Dengan bertambahnya usia, kulit akan menjadi lebih kering. Kulit kering
ini terjadi disebabkan karena penurunan secara bertahap aktivitas kelenjar
sebaseus pada seluruh permukaan kulit terutama wajah. Penurunan ini
terjadi pada wanita setelah menopause dan pada pria usia lanjut.
Penurunan produksi sebum menyebabkan kulit semakin kering.
e. Perubahan pigmentasi
Dengan bertambahnya usia menyebabkan penurunan jumlah melanosit
pada kulit, sehingga produksi melanin mengalami penurunan yang
mengakibatkan berkurangnya fungsi kulit sebagai pelindung dari radiasi
sinar matahari. Selain itu kulit yang terkena sinar matahari akan
mengalami proliferasi melanosit sehingga timbul noda hitam pada kulit.
f. Pembesaran kelenjar sebaseus
Pada daerah tertentu, meskipun terjadi penurunan jumlah produksi sebum
kulit, ukuran kelenjar sebaseus meningkat. Akibatnya pori-pori kulit
menjadi besar. Pembesaran kelenjar dapat terlihat dengan noda
kekuningan pada kulit, lebarnya dapat mencapai 3 mm. karena tingginya
densitas kelenjar sebaseus pada hidung (Shai, dkk., 2009).

Universitas Sumatera Utara

2.2.2

Penyebab penuaan dini
Banyak faktor yang ikut berpengaruh dalam proses penuaan dini, baik

faktor intrinsik (dari dalam tubuh sendiri) maupun faktor ekstrinsik (lingkungan).
Beberapa faktor tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a.

Faktor intrinsik
Proses penuaan alamiah yang terjadi sejalan dengan waktu.

Penuaan

intrinsik terjadi secara lambat, terus menerus dan degradasi jaringan yang
ireversibel. Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah penuaan secara
intrinsik. Ada berbagai faktor internal yang berpengaruh pada proses penuaan
kulit, yaitu:
1. Umur
Umur adalah faktor fisiologik yang menyebabkan kulit menjadi tua. Umur
bertambah setiap hari dan secara perlahan tetapi pasti proses menua akan terjadi.
2. Ras
Berbagai ras manusia mempunyai perbedaan struktural dan faal tubuh
dalam perannya terhadap lingkungan hidup sehingga mempunyai kemampuan
berbeda dalam mempertahankan diri, misalnya dalam jumlah pigmen melanin
pada kulit. Orang kulit putih lebih mudah terbakar sinar matahari daripada kulit
berwarna sehingga pada kulit putih lebih mudah terjadi gejala-gejala kulit menua
secara dini.
3.

Genetik
Para ahli yakin bahwa faktor genetik juga berpengaruh terhadap proses

penuaan dini. Pada umumnya faktor genetik juga sangat

menentukan kapan

menurunnya proses metabolik dalam tubuh dan seberapa cepat proses menua itu
berjalan.

Universitas Sumatera Utara

4. Hormonal
Hormon tertentu dalam tubuh manusia mempunyai peran penting dalam
proses pembentukan sel baru dan proses metabolik untuk mempertahankan
kehidupan sel secara baik. Pada wanita yang menopause, penurunan produksi
esterogen akan menurunkan elastisitas kulit. Hormon androgen dan progesteron
meningkatkan proses pembelahan sel epidermis, waktu pergantian atau regenerasi
sel, produksi kelenjar sebum, dan pembentukan melanin. Berkurangnya hormonhormon tersebut akan menunjukkan gejala penuaan dini yang lebih jelas.
5. Faktor-faktor lain
Faktor-faktor lain yang dianggap dapat mempercepat proses penuaan kulit
yaitu stress psikis dan penyakit-penyakit sistemik misalnya diabetes dan
malnutrisi.
b.

Faktor ekstrinsik (extrinsic aging)
Lingkungan hidup manusia yang tidak nyaman bagi kulit dapat berupa

suhu, kelembapan, polusi, dan terutama sinar UV. Sinar matahari adalah faktor
lingkungan terbesar yang dapat mempercepat proses penuaan dini karena dapat
merusak serabut kolagen kulit dan matriks dermis sehingga kulit menjadi tidak
elastis, kering dan keriput atau sering disebut dengan photoaging.
Beberapa gaya hidup juga memicu terbentuknya kerutan pada wajah,
diantaranya adalah konsumsi alkohol yang berlebihan menyebabkan kulit
terdehidrasi sehingga mempermudah munculnya kerutan. Posisi tidur yang salah
juga berperan dalam terbentuknya kerutan. Kerutan di area pipi dan dagu pada
umumnya muncul akibat posisi tidur yang menyamping sedangkan posisi tidur
telungkup dapat menyebabkan terbentuknya kerutan di area dahi. Banyaknya
frekuensi kedipan mata serta kebiasaan menyipitkan mata menyebabkan otot-otot

Universitas Sumatera Utara

di sekitar alis dan dahi bekerja lebih keras sehingga memperngaruh kerutan di
area dahi (Putro, 1997 ; Wasitaatmadja, 1997 ; Setiabudi, 2014).

2.3 Anti-aging
Sediaan anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi
menghambat proses kerusakan kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat
timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Menurut Djuanda (2004) dan Noormindhawati (2013), ada dua jenis
perawatan kulit untuk mencegah penuaan dini yaitu:
a. Perawatan medis
1. Microdermabrasion
Merupakan prosedur eksfoliasi pada wajah menggunakan Kristal mikro
untuk mengangkat sel kulit mati dan merangsang produksi sel kulit baru.
Efek samping dalam jangka pendek yaitu kemerahan pada kulit dan kulit
menjadi lebih sensitif.
2. Chemical Peeling
Merupakan tindakan pengelupasan kulit dengan menggunakan bahan
kimia berbentuk cairan seperti asam alfa hidroksi (AHA) dan asam trichloro-acetate (TCA). Kekurangannya yaitu harus dilakukan oleh dokter
yang berpengalaman dan terkadang timbul rasa nyeri saat dikerjakan.
3. Botox
Merupakan penyuntikan dengan menggunakan Botolinum Toxin untuk
meremajakan wajah secara cepat (instant rejuvenation). Efek samping
jangka pendek yaitu: menimbulkan kebiruan pada area yang disuntik,
kelopak mata turun sebelah, dan alis asimetris.

Universitas Sumatera Utara

b. Perawatan secara alami
1. Perawatan dari dalam dengan meminum jamu atau ramuan tradisional.
2. Perawatan dari luar
a. Facial
Merupakan perawatan kulit yang mencakup pembersihan wajah,
eksfoliasi, steam, masker, dan moisturizing. Manfaat facial yaitu
menjaga kulit agar tetap awet muda, mencegah kerutan pada wajah,
melembutkan kulit, dan sebagainya.
b. Body scrubbing
Diaplikasikan ke seluruh kulit tubuh dan memberikan manfaat
mengangkat sel kulit mati, mengatasi kulit kusam, dan menghilangkan
selulit.
Fungsi dan manfaat anti-aging
Anti-aging atau anti penuaan adalah senyawa atau zat yang berfungsi
mencegah proses kerusakan pada kulit (degeneratif). Adapun fungsi dari produk
anti-aging, yaitu:
1. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit.
2. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit.
3. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit.
4. Merangsnag produksi kolagen.
5. Melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet (Muliyawan dan Suriana,
2013).
Manfaat dari produk anti-aging, yaitu:
1. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit
terlihat kusam dari keriput.

Universitas Sumatera Utara

2. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.
3. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini
(Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.4

Masker
Masker adalah produk kosmetik yang menerapkan prinsip Occlusive

Dressing Treatment (OTD) pada ilmu dermatologi yaitu teknologi absorpsi
perkutan dengan menempelkan suatu selaput atau membrane pada kulit sehingga
membentuk ruang semi-tertutup antara masker dan kulit untuk membantu
penyerapan obat (Lee, 2013).
Masker yang diaplikasikan pada wajah akan menyebabkan suhu kulit
wajah meningkat (±1°C) sehingga peredaran darah pada kulit meningkat,
mempercepat pembuangan sisa metabolisme kulit, meningkatkan kadar oksigen
pada kulit maka pori-pori secara perlahan membuka dan membantu penetrasi zat
aktif dalam essence ke dalam kulit. Penggunaan masker dapat meningkatkan
penyerapan zat aktif 5-50 kali dibanding produk kosmetik lain (Lee, 2013).
2.4.1 Jenis-jenis masker
Menurut Lee (2013) dan Mitsui (1997),

jenis-jenis masker sebagai

berikut:
1. Tipe peel-off
Prinsip masker peel-off yaitu dengan memanfaatkan filming agent yang
melekat pada kulit sehingga saat masker kering akan terbentuk lapisan film tipis.
Ketika dilepaskan, sel-sel kulit mati dan kotoran pada pori akan ikut terlepas
bersama dengan lapisan film tersebut. Bahan yang digunakan: polyvinyl
pyrolidine (PVP), polyvinyl acetate (PVA), dan carboxy methyl cellulose (CMC).

Universitas Sumatera Utara

Keuntungan dari tipe peel-off dapat dengan cepat membersihkan poripori, memutihkan, dan membersihkan komedo. Sedangkan kerugian tipe peel-off
yaitu apabila daya lekat masker terlalu kuat, pada saat dilepaskan atau ditarik dari
permukaan kulit maka folikel rambut akan ikut lepas bersama masker sehingga
membuat pori kulit besar dan menimbulkan iritasi kulit. Kandungan alkohol yang
tinggi pada tipe masker ini dapat menghilangkan kadar air.
2. Tipe wash-off
Tipe makser ini tidak membentuk film pada kulit, terbagi 2 jenis yaitu:
a. Tipe krim
Merupakan tipe krim emulsi minyak dalam air. Kegunaan utamanya
adalah untuk melembabkan kulit karena kandungan minyak tumbuhan serta
mampu melunakkan sel kulit mati dan komedo.
Adapun Keuntungan dari tipe krim yaitu dapat digunakan pada semua
bagian kulit dan cocok digunakan untuk kulit yang berkeriput. Sedangkan
kerugian dari tipe krim yaitu penggunaan kurang praktis, perlu dicuci dan
penggunaan yang kurang tepat dapat menimbulkan masalah jerawat karena
penimbunan minyak pada kulit.
b.

Tipe mud pack
Kegunaan utama tipe ini adalah membersihkan dan melembabkan. Bahan

yang digunakan adalah kaolin, bentonite, lumpur alami, serbuk kacang-kacangan,
dan sebagainya.
Adapun Keuntungan tipe mud pack yaitu mengandung surfaktan dan air
sehingga mampu melunakkan dan membersihkan sebum kulit yang telah
mengeras. Sedangkan kerugian tipe mud pack yaitu dapat terkontaminasi bakteri
dan sulit untuk dibersihkan.

Universitas Sumatera Utara

3. Tipe gel
Merupakan gel transparan atau semi transparan yang dibuat menggunakan
polimer-polimer larut air, jadi sering ditambahkan humektan seperti gliserin.
Adapun Keuntungan dari tipe gel yaitu cocok untuk kulit sensitif sedangkan
kerugian dari tipe gel yaitu penggunaan kurang praktis, perlu dicuci dengan air.
4. Tipe sheet
Umumnya menggunakan bahan non woven yang diresapi dengan losion
atau essence. Adapun Keuntungan dari tipe sheet yaitu memberikan efek dingin,
melembapkan, merevitalisasi dan nyaman digunakan serta pemakaiannya praktis.
2.4.2 Masker sheet
Masker sheet telah banyak digunakan di Asia Timur, lembaran masker
umumnya terbuat dari kain non woven, serat kertas, bioselulosa, dan sebagainya.
Masker sheet dapat meningkatkan efek melembabkan, memutihkan dan antiaging, tetapi kurang membersihkan dan mengangkat sel kulit mati (Lee, 2013).
Jenis-jenis lembaran masker (Lee, 2013) akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Tipe non woven
Menggunakan bahan tekstil seperti polypropylene, Bemliese fabric dan
viscose rayon.
Keuntungan: fleksibel, tidak mudah robek, bersifat hidrofil sehingga
mampu meresap essence, dan tidak meninggalkan sisa essence di dalam
kemasan.
Kerugian: penggunaan yang terlalu lama dapat menyebabkan kulit kering.
b. Tipe serat Kertas (pulp)
Awalnya serat kertas marupakan bahan dasar pembuatan masker sheet,
tetapi telah diganti dengan bahan non woven.

Universitas Sumatera Utara

Keuntungan: tipis dan mampu melekat baik dengan kulit.
Kerugian: tingkat peresapan essence terbatas dan mudah robek Karena
tipis.
c. Tipe bioselulosa
Merupakan teknologi terbaru pembuatan masker sheet, menggunakan
selulosa alami dari hasil fermentasi mikroorganisme, dan tidak mengiritasi
kulit.
Keuntungan: sangat mampu melekat pada kulit sehingga tidak mudah
terlepas.
Kerugian: biaya pembuatan relatif lebih mahal.
d. Tipe charcoal
Menggunakan serbuk arang dari bamboo moso yang endemik di Taiwan
yang dicampurkan dengan bahan non woven dalam proses pembuatannya.
Keuntungan: fleksibel, mampu meresapi essence dengan baik, kandungan
serbuk arang dapat meningkatkan penyerapan essence ke dalamn kulit.
Kerugian: karena penambahan serbuk arang, biaya pembuatan lebih mahal
dibandingkan tipe non woven.
e. Tipe jeli
Dibuat dengan mencampurkan essence dan gelling agent, kemudian
dicetak dengan cetakan masker menghasilkan jeli yang transparan.
Keuntungan: penggunaannya lebih praktis dibanding tipe masker lainnya.
Kerugian: kemampuan penetrasi essence ke dalam kulit lebih kurang
dibandingkan jenis masker sheet lainnya. Masker sheet mempunyai sifat
menutup

atau

melekat

yang

baik

sehingga

meningkatkan

efek

melembabkan, memutihkan serta anti-aging dari zat aktif.

Universitas Sumatera Utara

2.5

Essence
Essence tersedia dalam beberapa tipe seperti losion, emulsi, krim, dan

minyak dengan teknologi pembuatan dan keistimewaan masing-masing. Alasan
yang membuat essence laku di pasaran adalah perubahan gaya hidup konsumen,
menyederhanakan rutinitas kosmetik harian mereka untuk menghemat waktu,
memiliki efek yang lebih baik, nyaman digunakan karena pengembangan desain
wadah, pengembangan fungsi bahan pelembab dan bahan farmasetik (Mitsui,
1997). Adapun tipe essence dapat dilihat pada tabel 2.1.
Table 2.1 Tipe-tipe essence
Tipe

Teknologi

Keistimewaan

Tipe losion
transparan/semi
transparan

Solubilisasi,
mikroemulsi,
liposom

Secara umum mengandung humektan
lebih banyak dari losion. Teksturnya
dapat diatur dengan pemilihan humektan
dan polimer larut air serta variasi
kombinasi keduanya. Tipe ini merupakan
tipe essence paling umum.

Tipe emulsi

Tipe m/a
Tipe a/m
Tipe a/m/a

Tipe ini mengandung banyak emolien
(komponen minyak), sangat cocok untuk
sediaan yang mengandung banyak bahan
penyerap UV dan bahan minyak lainnya.
Tipe a/m cocok untuk sediaan yang
waterproof.

Tipe minyak

-

Tipe ini telah digunakan sejak lama.
Teksturnya diatur kombinasi minyak
padat atau semi-padat dan lemak hewan
atau minyak tumbuhan dengan proporsi
yang berbeda. Tipe ini tidak sebagus tipe
essence lain sehingga sudah tidak ada di
pasaran.

Tipe lain

Tipe losion
dengan serbuk
Tipe alkohol

Essence untuk T zone yang banyak
mensekresi sebum. Mengandung serbuk
penyerap sebum agar riasan wajah
bertahan lebih lama
Essence yang mempunyai efek germisida
untuk sediaan jerawat

Universitas Sumatera Utara

2.6

Putih Telur
Telur ayam kampung ukurannya lebih kecil dari telur ayam ras rata-rata

36-37 g/butir. Didapatkan dari ayam yang dipelihara di kampung-kampung
(pedesaan) atau pedalaman dengan asupan makanan yang tidak dikhususkan
sehingga diyakini lebih banyak khasiatnya dan aroma telur pun lebih enak (tidak
terlalu amis) (Wirakusumah, 2005).
Kandungan vitamin pada telur juga bervariasi tergantung jenis makanan
yang diberikan pada ternak. Rata-rata kandungan vitamin pada telur yaitu seperti
vitamin A, D, E, kobalamin (B12), biotin (B8), choline, asam folat, asam
nikotinak (B3), asam pentotenat (B5), pyridoxin (B6), riboflavin (B2) dan thiamin
(B1) (Wirakusumah, 2005).
Pengeringan telur bertujuan mengurangi dan mencegah aktivitas
mikroorganisme sehingga dapat memperpanjang umur simpan. Pembuatan telur
menjadi tepung telur dapat pula mengurangi ruang penyimpanan, mempermudah
penanganan dan transportasi (Winarno dan Sutrisno, 2002). Menurut Romanoff
dan Romanoff (1963) dan Berquist (1964) keuntungan pengeringan telur adalah
mempermudah

dan

mengurangi

ruang

penyimpanan,

menghemat

biaya

transportasi, memperpanjang daya simpan, mempermudah dalam penggunaannya.
Metode pengeringan yang digunakan dalam pembuatan tepung telur yaitu
pengeringan semprot (spray drying), foaming drying, pengeringan lapis (pan
drying) dan pengeringan beku (freeze drying). Pengeringan semprot (spray
drying) biasanya digunakan dalam membuat tepung telur dan tepung kuning telur
tetapi tidak dapat digunakan dalam pembuatan tepung putih telur, karena dapat
menyebabkan

terjadinya

penggumpalan

(Berquist,1964).

Freeze

drying

merupakan proses pengeluaran air dari suatu produk dengan cara sublimasi dari

Universitas Sumatera Utara

bentuk beku menjadi uap. Metode ini banyak digunakan dalam proses
pengeringan dan pengawetan bahan pangan untuk mempertahankan stabilitas,
aroma, serta tekstur yang menyerupai bahan awal (Aman, dkk., 1992).
Menurut Simon, Abustam, dan Said (2014) ada beberapa tahap-tahap
pembuatan tepung putih telur :
1. Persiapan telur. Kulit telur dibersihkan terlebih dahulu dari kotorankotorannya.
2. Pemisahan isi telur dan homogenisasi. Telur dipecahkan kemudian
dipisahkan bagian kuning dan putih telurnya, lalu putih telur dihomogenkan
dengan mixer selama 3 menit hingga tercampur rata.
3. Putih telur dibekukan di freezer selama 24 jam pada suhu −30°C.
4. Putih telur yang telah dibekukan dan dimasukkan ke dalam freeze dryer.
5. Setelah kering, putih telur kemudian dihaluskan.

2.7

Uraian Bahan

1. Gliserin
Pemerian : cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh
berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopik, netral terhadap lakmus.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak, dalam minyak menguap (Ditjen
POM RI, 1995).
2. Aqua Demineral
Air demineral dibuat dari air minum yang dimurnikan menggunakan penukar ion
yang cocok (Ditjen POM RI, 1979).

Universitas Sumatera Utara

3. Butilen Glikol
Pemerian : tidak berwarna, cairan kental dengan rasa manis dan rasa pahit.
Kelarutan : larut dengan aseton, etanol (95%), castor oil, dibutyl phthalate, eter,
air, praktis tidak larut dalam minyak mineral, minyak biji rami, etanolamin,
alipatik hidrokarbon, minyak essensial dan substansi sintetis (Rowe, dkk., 2009).
4. Butilen Glikol
Pemerian : tidak berwarna, cairan kental dengan rasa manis dan rasa pahit.
Kelarutan : larut dengan aseton, etanol (95%), castor oil, dibutyl phthalate, eter,
air, praktis tidak larut dalam minyak mineral, minyak biji rami, etanolamin,
alipatik hidrokarbon, minyak essensial dan substansi sintetis (Rowe, dkk., 2009).
5. PEG-40 Hydrogenated Castor Oil
Pemerian : larutan kental bening dan tidak berbau, mudah larut dalam air, minyak
dan alkohol (Rowe, dkk., 2009).
6. Xantan Gum
Pemerian : terjadi sebagai krim berwarna, tidak berbau, mudah mengalir, serbuk
halus bebas putih.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol dan eter, larut dalam air panas dan air
dingin (Rowe, dkk., 2009).
7. Nipagin
Pemerian : hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau
atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida,
mudah larut dalam etanol dan dalam eter (Ditjen POM RI, 1995).

Universitas Sumatera Utara

8. Etanol 96%
Pemerian : cairan bening, tidak berwarna, dan mudah menguap dengan sedikit bau
yang khas dan terbakar rasa.
Kelarutan : larut dalam kloroform, eter, gliserin, dan air (dengan temperatur dan
konsentrasi tinggi) (Rowe, dkk., 2009).

2.8

Skin Analyzer
Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi untuk mendukung diagnosis

dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu
memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor
kamera yang terpasang pada skin analyzer menampilkan hasil dengan cepat dan
akurat (Aramo, 2012).
Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan
dengan menggunakan skin analyzer, yaitu: moisture (kadar air), evenness
(kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput), dan kedalaman keriput.
Parameter hasil pengukuranskin analyzer dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
Pengukuran
Moisture
(Kadar air)
Evenness
(Kehalusan)
Pore
(Pori)
Spot
(Noda)
Wrinkle
(Keriput)

Dehidrasi
0-29
Halus
0-31
Kecil
0-19
Sedikit
0-19
Tidak berkeriput
0-19

Parameter (%)
Normal
30-44
Normal
32-51
Sedang
20-39
Sedang
20-40
Berkeriput
20-52

Hidrasi
45-100
Kasar
52-100
Besar
40-100
Banyak
41-100
Berkeriput parah
53-100

Universitas Sumatera Utara