Uji Aktivitas Penghambatan Diare Ekstrak Etanol Daun Srikaya (Annona squamosa L.) terhadap Mencit Jantan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan
Tanaman srikaya merupakan tanaman yang termasuk famili Annonaceae.
Tanaman srikaya umumnya dikenal sebagai custard apple merupakan tanaman
asli dari India Barat, tetapi tanaman ini secara luas dapat ditemukan di India
karena buahnya yang dapat dimakan. Buah srikaya sangat manis karena
mengandung gula yang sangat tinggi yaitu sekitar 58% sehingga memiliki nilai
kalori yang tinggi (Gajalakshmi, et al., 2011). Di Indonesia, srikaya umumnya
menjadi buah meja atau perisa makanan. Tanaman ini diperbanyak dari cangkok
indukan, sambung susu, dan biji. Kandungan vitamin C didalam buah cukup besar
(35-42 mg/100 g) dan sedikit lebih tinggi dibandingkan jeruk. Kandungan vitamin
B1, kalium, dan serat makanan juga signifikan (Rajsekhar, 2011).
2.1.1 Sistematika tumbuhan
Sistematika tanaman srikaya berdasarkan hasil identifikasi Herbarium
Medanense (MEDA) adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae


Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Magnoliales

Famili

: Annonaceae

Genus

: Annona


Species

: Annona squamosa L.

Nama lokal

: Srikaya
7
Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Nama daerah dan nama asing
Nama lokal: delima bintang, sarikaya, seraikaya (Sumatera); sarikaya,
srikaya, serkaya, surikaya, srikawis, sarkaja, serakaja, sirikaja (Jawa); sarikaya
(Kalimantan); sirkaya, srikaya, garoso, ata (Nusa Tenggara); atis soe walanda,
sirikaya, sirikaja, perse, atis, delima srikaya (Sulawesi); atisi, hirikaya, atis
(Maluku).
Nama asing: custard-apple, sugar-apple, sweetsop (Amerika, Inggris);
pomme cannele (Perancis), kaneelappel (Belanda), schuppenannone (Jerman),
pomo canella (Italia), raamaphal, sitaphal (India), buah nona, sarikaya, nona sri
kaya (Malaysia).

2.1.3 Morfologi tumbuhan
Tanaman srikaya merupakan tanaman yang kecil yang tingginya dapat
mencapai 3-7 m. Kulit kayu tebal berwarna keabuan dan bercabang banyak yang
jika tidak dipangkas ranting akan tumbuh melancir ke atas. Daunnya berbentuk
elips-lanset atau bulat memanjang dengan panjang 5-18 cm yang tersusun dalam
dua baris. Ujung daun runcing tetapi ada juga yang tumpul. Urat daun lateral 8-15
pasang. Tangkai daun 0,4-1,5 cm. Bunga berumah satu dan berkelamin
hermaprodit. Tumbuh tunggal atau berkumpul 2-4 bunga diujung cabang. Bisa
juga muncul saling silang dengan daun. Panjang bunga sekitar 2,5 cm. Kelopak
bunga atau petal berwarna hijau dibagian luar, keunguan dibagian dasar. Benang
sari (stamen) banyak dan saling berdesakan. Bagian buah yang dimakan terbentuk
dari kumpulan pistil (putik) yang membesar dan terpisah satu sama lain, berwarna
putih. Bentuk buah membulat, agak terlihat seperti bentuk hati. Permukaan buah
berwarna hijau, agak kekuningan ketika masak. Biji berwarna hitam atau cokelat
tua, keras, lonjong memanjang dan mengilap (Rajsekhar, 2011).
8
Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Kandungan kimia tumbuhan
Daun srikaya mengandung steroid, flavonoid, karbohidrat, saponin,

alkaloid, tanin (Agrawal, et al., 2012) dan glikosida (Vanitha, et al., 2011).
Bijinya

mengandung

tanin,

saponin,

flavonoid,

steroid

dan

alkaloid

(Vijayaraghavan, et al., 2013). Kulit batangnya mengandung steroid, tanin dan
alkaloid (Alaudin, 1992). Buahnya mengandung terpenoid, alkaloid (Srivastava, et
al., 2011), vitamin C, kalsium, asam amino, kadar gula yang tinggi, zat besi dan

magnesium (Kaur, et al., 2015). Akarnya mengandung alkaloid: annonaine dan
reticuline (Srivastava, et al., 2011). Batangnya mengandung alkaloid, eugenol dan
geraniol (Kaur, et al., 2015).

2.2 Uraian Saluran Cerna
Sistem saluran cerna, lambung dan usus adalah pintu gerbang masuk zatzat gizi dari makanan, vitamin, mineral, dan cairan yang memasuki tubuh (Tan
dan Kirana, 2007). Saluran cerna berfungsi untuk menyerap zat makanan, zat-zat
penting, garam dan air serta mengekskresi bagian makanan yang tak diserap dan
sebagian hasil akhir metabolisme. Pencernaan zat makanan melibatkan kerja
sejumlah besar enzim pencernaan yang dibantu oleh asam klorida yang disekresi
oleh lambung dan empedu yang disekresi oleh hepar. Proses pencernaan yaitu
proses penguraian dengan bantuan enzim yang terdapat pada ludah, getah
lambung dan getah pankreas akan diubah protein, karbohidrat dan lemak, menjadi
bentuk yang dapat diserap (Mutschler,1999). Produk-produk hasil pencernaan
yang berguna bagi tubuh serta vitamin, mineral, dan cairan melintasi selaput
lendir (mukosa) usus untuk masuk ke aliran darah dan getah bening (limfe) (Tan
dan Kirana, 2007).
9
Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1 Bagan saluran cerna
Makanan dicerna didalam lambung menjadi bubur (chymus), kemudian
diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim. Setelah
terjadi resorpsi, sisa chymus tersebut yang terdiri dari 90% air dan sisa-sisa
makanan yang sukar dicerna, akan diteruskan ke usus besar (colon). Bakteribakteri yang biasanya selalu berada di usus besar mencerna lagi sisa-sisa (serat)
tersebut, sehingga sebagian besar dapat diserap pula selama perjalanan melalui
usus besar. Airnya juga diresorpsi kembali, sehingga lambat laun isi usus menjadi
lebih padat (Tan dan Kirana, 2007).
2.2.1 Rongga mulut dan faring
Rongga mulut merupakan awal dari saluran cerna dan disini makanan
(padat) dikunyah menjadi halus dan dicampur dengan ludah. Pada peristiwa
mengunyah yang berperan adalah gigi, otot pengunyah, lidah, pipi, dasar mulut
dan langit-langit. Ludah dibentuk oleh tiga pasang kelenjar besar, glandula
10
Universitas Sumatera Utara

parotis (kelenjar ludah telinga), glandula submandibularis (kelenjar ludah rahang
bawah), dan glandula sublingualis (kelenjar ludah bawah lidah) dan kemudian
melalui saluran-salurannya akan masuk ke rongga mulut. Produksi ludah tiap hari
berkisar sekitar 1,5 liter; susunan ludah bergantung pada makanan yang dimakan

(pada makanan kering akan disekresi ludah yang encer untuk membasahi, dan
pada makanan yang banyak mengandung cairan disekresi ludah yang kental untuk
mencerna). Pada proses menelan, yang dimulai secara sadar dan kemudian
berlanjut secara reflektoris, makanan yang dilapisi ludah akan masuk melalui
faring ke esofagus. Pada faring terdapat percabangan antara saluran cerna dan
saluran napas. Oleh karena itu untuk mencegah masuknya makanan ke saluran
napas yang terdapat dalam esofagus maka pada saat menelan laring akan tertutup
(Mutschler, 1999).
2.2.2 Esofagus
Saluran makanan ini merupakan tabung otot sepanjang 22 sampai 25 cm
yang terletak antara trakhea dan kolom tulang belakang. Sepertiga bagian atas
esofagus berdinding otot serat lintang sedangkan duapertiga bagian bawah
berdinding otot polos. Esofagus hanya berfungsi untuk meneruskan makanan
(Mutschler, 1999).
2.2.3 Lambung
Lambung merupakan suatu tabung elastis, yang lebar dan lunak dengan isi
kosong 1,5 liter. Sesudah makan, lambung dapat diperbesar sampai 30 cm
panjangnya dengan volume 3-4 liter. Dindingnya terdiri dari 3 lapisan otot, yang
dari dalam diselubungi oleh selaput-lendir dan dari luar oleh selaput-perut. Otototot ini mengakibatkan gerakan peristaltik yang meremas makanan menjadi
bubur.

11
Universitas Sumatera Utara

Lambung dibagi dalam tiga bagian, yakni bagian atas (fundus), bagian
tengah (corpus), dan bagian bawah (antrum) yang meliputi pelepasan lambung
(pylorus). Selain otot penutup pylorus (sfingter), di bagian atas lambung (cardia)
juga terdapat otot melingkar lain, yakni sfingter kerongkongan-lambung. Sfingter
tersebut bekerja sebagai katup dan berfungsi menyalurkan makanan hanya satu
jurusan, yaitu ke arah usus. Dinding lambung terdiri dari 3 lapis, yang luar bersifat
membujur, yang tengah sirkuler, dan yang paling dalam otot polos lurik.
a.

Sel-sel utama (chief cells) di mukosa fundus mensekresikan pepsinogen.

b.

Sel-sel parietal terdapat di dinding mukosa fundus dan corpus yang
memproduksi HCl dan intrinsic factor.

c.


Sel-sel G terdapat di mukosa antrum dan mengeluarkan gastrin. Di lokasi
ini terdapat pula sel-sel mucus yang mensekresikan lendir.
Fungsi lambung adalah sebagai penampung makanan dan di lambung

inilah makanan dicampur secara intensif dengan getah lambung. Selain itu,
lambung juga mensekresi gastrin dan intrinsic factor dan absorbsi dari bahan
makanan tertentu (Tan dan Kirana, 2007).
2.2.4 Usus halus
Makanan akan masuk kedalam usus halus setelah melalui lambung. Pada
usus halus proses pencernaan akan dilanjutkan dan pecahan makanan dengan
berat molekul rendah sebagian besar akan diabsorbsi. Usus halus dibagi atas tiga
bagian yaitu duodenum (usus duabelas jari), jejunum (usus kosong), dan ileum
(usus halus). Duodenum mempunyai bentuk mirip tapal kuda, pada bagian
cekungnya terpasang kelenjar pankreas. Pada bagian menaik bermuara ductus
pancreaticus (saluran kelenjar pankreas) dan ductus choledochus (saluran
empedu) yang mempunyai bagian akhir menyatu. Pada ujung duodenum terdapat
12
Universitas Sumatera Utara


jejunum sepanjang sekitar 1,2 m dan dilanjutkan dengan ileum sepanjang 1,8 cm.
Kumpulan jejunum dan ileum terpasang pada mesenterium (Mutschler, 1999).
Pada kerja motorik usus halus dibedakan atas gerakan mencampur dan
gelombang peristaltik dorong. Gerakan mencampur yaitu dengan melakukan
pencampuran intensif chymus dengan getah pankreas, empedu, sekret dari kelenjar
usus halus, sedangkan gerakan peristaltik mendorong adonan makanan. Gerakan
ini dapat timbul dengan adanya relaksasi dinding usus halus dan dikendalikan
saraf melalui plexus myentericus (Mutschler, 1999).
2.2.5 Usus besar
Usus besar yang merupakan bagian akhir dari saluran cerna dapat dibagi
menjadi:
a.

Cecum (usus buntu, sekum) dengan appendix vermiformis (umbai cacing).

b.

Colon (usus besar, kolon), dan

c.


Rectum (usus akhir, rektum)
Colon atau usus besar dengan panjang hampir 1,5 m memiliki daya

absorpsi kuat untuk cairan. Kebanyakan cairan (air) yang tertinggal dalam chymus
akan diserap kembali di sini, sehingga sisanya dipadatkan. Bersama air juga
natrium dan mineral diserap kembali. Sejumlah kuman dalam

colon

menyelesaikan pencernaan, antara lain dengan peragian anaerob (tanpa oksigen).
Flora bakteri ini terdiri dari dua kelompok yang saling seimbang, yakni jenis
Lactobacilli (batang Gram-positif) yang membentuk asam laktat dan kuman
Gram-negatif, antara lain Escherichia coli, Enterobacter aerogenes dan
Enterococci. Kuman-kuman ini juga berfungsi mensintesa vitamin-vitamin
tertentu, seperti vitamin K, biotin, dan vitamin dari kelompok B-kompleks. Colon
juga membentuk lendir (mucus) (Tan dan Kirana, 2007).
13
Universitas Sumatera Utara

Akhirnya, sisa yang mengandung zat-zat yang tidak dapat dicernakan
(serat-serat pangan: hemiselulosa, lignin) dikeluarkan melalui rektum dan anus
sebagai tinja. Selain itu, tinja juga mengandung sel-sel jonjot yang sudah mati,
kuman dan sedikit air (Tan dan Kirana, 2007).
2.2.6 Gangguan saluran cerna
Gangguan saluran cerna dapat timbul yang ada kaitannya dengan proses
pencernaan, resorpsi bahan gizi, perjalanan isi usus yang terlampau lambat
(konstipasi) dan perjalanannya terlalu cepat (diare), serta infeksi usus oleh
mikroorganisme (Tan dan Kirana, 2007).

2.3 Uraian Diare
2.3.1 Definisi diare
Diare merupakan pengeluaran feses dengan konsistensi cair atau seperti
bubur berulang kali (lebih dari tiga kali dalam sehari) (Mutschler, 1999). Kondisi
ini sering disebabkan oleh infeksi virus, umumnya rotavirus, dalam saluran cerna.
Namun dapat pula disebabkan oleh bakteri atau infeksi parasit dan sebab lainnya,
seperti obat-obatan, gangguan fungsional dan intoleransi makanan. Diare dapat
bersifat akut (dalam waktu hingga 14 hari) atau kronik (> 14 hari secara terus
menerus atau hilang timbul). Jika diare berlangsung terus menerus akan beresiko
mengalami dehidrasi akibat kehilangan banyak cairan yang dapat menyebabkan
kematian (Djuanda, dkk., 2016).
Diare dapat disebabkan peningkatan gerakan peristaltik usus, hingga
pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat
meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penyebab utamanya adalah bertumpuknya
cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air atau/dan terjadinya hipersekresi.
14
Universitas Sumatera Utara

Pada keadaan normal, proses resorpsi dan sekresi dari air dan elektrolit-elektrolit
berlangsung pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa. Proses ini diatur oleh
beberapa hormon, yaitu resorpsi oleh enkafalin (morfin endogen), sedangkan
sekresi diatur oleh prostaglandin dan neurohormon VIP (Vasoactive Intestinal
Peptide). Biasanya, resorpsi melebihi sekresi, tetapi karena sesuatu sebab sekresi
menjadi lebih besar daripada resorpsi, maka terjadilah diare (Tan dan Kirana,
2007)
2.3.2 Etiologi diare
Menurut WHO tahun 2013 terdapat 4 penyebab terjadinya diare, yaitu:
1. Infeksi
Diare merupakan gejala infeksi yang disebabkan bakteri, virus dan organisme
parasit yang sebagian besar disebarkan melalui feses atau air yang
terkontaminasi. Infeksi lebih sering terjadi jika kurangnya sanitasi dan
kebersihan serta air yang kurang layak digunakan untuk minum, memasak dan
keperluan kebersihan. Rotavirus dan Escherichia coli merupakan agen
penyebab diare terbanyak yang menyebabkan diare sedang sampai parah di
negara berkembang. Organisme patogen lain seperti Cryptosporidium dan
Shigella juga sering menyebabkan diare. Diare yang diakibatkan patogen ini
bersifat “self-limiting”, artinya akan sembuh dengan sendirinya dalam kurang
lebih 5 hari tanpa pengobatan.
2.

Malnutrisi
Anak-anak yang meninggal akibat diare sering menderita kekurangan gizi,
yang membuat mereka lebih rentan terhadap diare. Semakin lama diare akan
membuat kondisi malnutrisi semakin parah. Diare merupakan penyebab
malnutrisi pada anak-anak dibawah lima tahun.
15
Universitas Sumatera Utara

3.

Sumber yang terkontaminasi
Air yang terkontaminasi oleh feses manusia, seperti contoh air selokan, tangki
kotoran, atau kamar mandi. Kotoran hewan yang mengandung mikroorganisme
juga dapat menyebabkan diare.

4.

Penyebab lain
Penyakit diare dapat juga menyebar dari satu manusia ke manusia lain, dan
diperparah oleh kebersihan diri sendiri yang buruk. Makanan merupakan
penyebab utama lain penyakit diare jika disimpan dalam keadaan tidak bersih.
Penyimpanan dan penanganan air yang tidak baik juga merupakan faktor resiko
diare. Ikan dan seafood yang berasal dari air yang terkontaminasi juga
berkontribusi dalam menyebabkan diare.
Sedangkan menurut National Institute of Diabetes and Digestive and

Kidney Disease (NIDDK) tahun 2011 penyebab utama diare adalah:
1.

Infeksi bakteri
Beberapa tipe bakteri yang mengontaminasi makanan dan minuman yang
dikonsumsi

dapat

menyebabkan

diare.

Penyebab

umum

termasuk

Campylobacter, Salmonella, Shigella dan Escherichia coli.
2.

Infeksi virus
Beberapa virus penyebab diare termasuk rotavirus, norovirus, cytomegalovirus,
herpes simplex virus, dan virus hepatitis. Infeksi yang disebabkan rotavirus
merupakan penyebab utama diare akut pada anak-anak. Diare rotavirus
biasanya sembuh dalam 3 sampai 7 hari.

3.

Parasit
Parasit dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman dan

16
Universitas Sumatera Utara

menetap di dalam saluran pencernan. Parasit penyebab diare termasuk Giardia
lamblia, Entamoeba histolytica, dan Crytosporidium.
4. Gangguan fungsi usus
Diare bisa menjadi gejala sindrom iritasi usus besar.
5.

Penyakit usus
Penyakit radang usus, kolitis ulseratif dan penyakit Crohn sering menyebabkan
diare.

6.

Intoleransi makanan
Beberapa orang mengalami kesulitan mencerna bahan makanan tertentu seperti
laktosa, suatu gula yang terdapat di produk susu. Beberapa orang dapat diare
ketika mereka mengonsumsi jenis gula tertentu dalam jumlah yang banyak.

7.

Reaksi obat
Antibiotik, obat kanker, dan antasida yang mengandung magnesium dapat
menyebabkan diare.

2.3.3 Patofisiologi diare
Menurut Mutschler (1999), berdasarkan tinjauan patogenik dibedakan
beberapa mekanisme penyebab sebagai berikut:
a.

Kurangnya absorpsi zat osmotik dari lumen usus (diare osmotik),

b.

Meningkatkan sekresi elektrolit dan air ke dalam lumen usus (diare
sekretorik),

c.

Naiknya permeabilitas mukosa usus atau

d.

Terganggunya motilitas usus

17
Universitas Sumatera Utara

Mekanisme tersebut sebagai dasar pengelompokan diare secara klinik
(Mutschler, 1999), yaitu:
1.

Diare osmotik dapat disebabkan oleh sindrom malacerna (maldigesti) atau
malabsorpsi serta akibat pemasukan zat yang sukar diabsorpsi (dibandingkan
osmolaksansia). Jika makanan dihentikan, diare osmotik akan berhenti.

2.

Diare sekretorik seringkali disebabkan oleh toksin bakteri yang
mengaktifkan adenilatsiklase dalam sel mukosa, sehingga cAMP akan dibentuk
lebih banyak. Disamping toksin kolera, toksin dari Salmonella dan Shigella
serta galur Coli patogen juga menyebabkan diare sekretorik, sebagian besar
diare musim panas dan diare perjalanan disebabkan oleh suatu toksin
Escherichia coli. Penyebab lain diare sekretorik ini adalah zat endogen,
misalnya polipeptida usus vasoaktif (Vasoactive Instestinal Polypeptide, VIP).
Berbeda dengan diare osmotik, diare sekretorik tetap terjadi juga pada pasien
yang puasa.

3.

Peningkatan permeabilitas mukosa usus dapat terjadi karena penyakit pada
usus halus dan usus besar (misal colitis ulcerosa atau karsinoma kolon) atau
karena tidak terabsorpsinya asam empedu. Diare khologen semacam ini
ditemukan setelah sekresi ileum, yang merupakan tempat utama reabsorpsi
kembali asam empedu. Asam empedu yang masuk ke kolon akan memperbesar
masuknya air dan elektrolit ke lumen usus dan disini akan menyebabkan diare.
Jika kehilangan asam empedu melampaui kapasitas sintesis di hati, terjadi
pengurangan absorpsi lemak sehingga timbul feses berlemak (steatorea).

4.

Peningkatan motilitas intestin yang merupakan penyebab diare ditemukan
misalnya pada hipertireosis.

18
Universitas Sumatera Utara

Sedangkan menurut Sukandar, dkk (2008), pengelompokan diare secara
klinik adalah
1.

Secretory diarrhea, terjadi ketika senyawa yang strukturnya mirip (contoh:
Vasoactive Instestinal Polypeptide (VIP) atau toksin bakteri) meningkatkan
sekresi atau menurunkan absorpsi air dan elektrolit dalam jumlah besar.

2.

Osmotic diarrhea, disebabkan oleh absorpsi zat-zat yang mempertahankan
cairan intestinal.

3.

Exudative diarrhea, disebabkan oleh penyakit infeksi saluran pencernaan
yang mengeluarkan mukus, protein atau darah ke dalam saluran pencernaan.

4.

Motilitas usus dapat berubah dengan mengurangi waktu kontak di usus
halus, pengosongan usus besar yang prematur dan pertumbuhan bakteri yang
berlebihan

2.3.4 Penatalaksanaan diare
1. Penggantian cairan dan elektrolit
Aspek paling penting adalah menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan
elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, yang harus
dilakukan pada semua pasien, kecuali jika tidak dapat minum atau diare hebat
membahayakan jiwa yang memerlukan hidrasi intravena. Idealnya, cairan
rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 gram natrium klorida, 2,5 gram natrium
bikarbonat, 1,5 gram kalium klorida dan 20 gram glukosa per liter air. Cairan
seperti itu tersedia secara komersial dalam paket yang mudah disiapkan dengan
dicampur air. Jika sediaan komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti
dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok teh baking
soda, dan 2-4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus
jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Pasien harus minum cairan tersebut
19
Universitas Sumatera Utara

sebanyak mungkin sejak merasa haus pertama kalinya. Jika terapi intravena
diperlukan, dapat diberikan cairan normotonik, seperti cairan salin normal atau
ringer laktat dan suplemen kalium. Status hidrasi harus dipantau dengan baik
dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, serta
penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi
oral sesegera mungkin (Farthing, et al., 2013).
2. Antibiotik
Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian antibiotik.
Tabel 2.1 Antibiotik empiris pada diare akut infeksi
Organisme
Antibiotik
Antibiotik pilihan kedua
pilihan
pertama
Campylobacter, Ciprofloxacin Salmonella/Shigella
Shigella atau 500 mg oral 2 Ceftriaxone 1 gram IM/IV sehari
Salmonella spp. kali sehari, 3- TMP-SMX DS oral 2 kali sehari, 3 hari
5 hari
Campylobacter
Azithromycin 500 mg oral 2 kali sehari
Erythromycin 500 mg oral 2 kali sehari, 5
hari
Vibrio cholera

Traveler’s
diarrhea
Clostridium
difficile

Tetracycline
500 mg oral 4
kali sehari, 3
hari
Doxycycline
300 mg oral,
dosis tunggal
Ciprofloxacin
500 mg 2 kali
sehari
Metronidazole
250-500 mg
4x sehari, 714 hari, oral
atau IV

Resisten tetracycline
Ciprofloxacin 1 gram oral 1 kali
Erythromycin 250 mg oral 4 kali sehari, 3
hari

TMP-SMX DS oral 2 kali sehari, 3 hari

Vancomycin 125 mg 4 kali sehari, 7-14
hari.

(Farthing, et al., 2013).

20
Universitas Sumatera Utara

Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi,
seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi,
diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik
dapat secara empiris (Tabel 2.1), tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan
berdasarkan kultur dan resistensi kuman (Farthing, et al., 2013).
3. Obat antidiare
A. Kelompok antisekresi selektif
Terobosan terbaru milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas
racecadotril yang bermanfaat sebagai penghambat enzim enkephalinase,
sehingga enkephalin dapat bekerja normal kembali. Perbaikan fungsi akan
menormalkan

sekresi

elektrolit

sehingga

keseimbangan

cairan

dapat

dikembalikan. Hildrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru antidiare
dapat pula digunakan dan lebih aman pada anak (Farthing, et al., 2013).
B. Kelompok opiat
Obat-obatan yang tergolong dalam kelompok ini adalah kodein fosfat,
loperamid HCl, serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat. Penggunaan
kodein adalah 15-60 mg 3X sehari, loperamid 2-4 mg/3-4 kali sehari. Efek
kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi
cairan, sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi
frekuensi diare. Bila diberikan dengan benar cukup aman dan dapat
mengurangi frekuensi defekasi sampai 80% (Farthing, 2013).
C. Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau
smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap bahan
21
Universitas Sumatera Utara

infeksius atau toksin. Melalui efek tersebut, sel mukosa usus terhindar kontak
langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit (Farthing, et
al., 2013).
D. Zat hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium,
Karaya (Sterculia). Ispraghulla, Coptidis, dan Cathecu dapat membentuk
koloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekuensi dan
konsistensi feses, tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan
elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 ml/ 2 kali sehari dilarutkan dalam air atau
diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet (Farthing, et al., 2013).
E. Probiotik
Kelompok probiotik terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau
Saccharomyces boulardii, bila meningkat jumlahnya di saluran cerna akan
memiliki efek positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran
cerna. Untuk mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah
adekuat (Farthing, et al., 2013).

2.4 Loperamid Hidroklorida

Gambar 2.2 Rumus bangun loperamid
Loperamid merupakan agonis opioid bebas yang tidak melintasi sawar
darah-otak serta tidak memiliki sifat analgesik atau potensi menimbulkan
kecanduan (Katzung, 2007). Zat ini mampu menormalkan keseimbangan resorpsi22
Universitas Sumatera Utara

sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan
hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali. Mulai kerjanya lebih cepat, juga
bertahan lebih lama (Tan dan Kirana, 2007). Mekanisme kerjanya adalah dengan
mengurangi gerakan peristaltik dengan cara penghambatan presinaps (melalui
reseptor µ-opioid). Penghambatan presinaps akan meningkatkan pengeluaran
kalium (hiperpolarisasi) dimana akan mengurangi pemasukan ion kalsium dan ini
akan mengurangi pelepasan asetilkolin, sehingga mengurangi motilitas dan
meningkatkan waktu kontak usus dan meningkatkan reabsorpsi air (Randall, dkk.,
2009). Obat ini biasanya diberikan dalam dosis 2 mg yang digunakan satu hingga
empat kali sehari (Katzung, 2007).

2.5 Minyak Jarak
Minyak jarak atau oleum ricini diperas dari biji pohon jarak (Ricinus
communis) dan mengandung trigliserida asam risinoleat (12-hidroksi-oleat), suatu
asam lemak tak jenuh. Trigliserida yang tak berkhasiat di dalam usus halus
dengan bantuan enzim lipase akan dibebaskan zat berkhasiat sesungguhnya yaitu
asam risinoleat (Mutschler, 1999). Efek sampingnya berupa kolik, mual, dan
muntah. Oleum ricini tidak boleh digunakan oleh wanita hamil. Setelah 2-8 jam
timbul defekasi yang cair (Tan dan Kirana, 2007).

2.6 Metabolit sekunder sebagai antidiare
Beberapa metabolit sekunder yang memiliki efek sebagai antidiare adalah:
1. Tanin
Tanin mempunyai kemampuan mengendapkan protein karena tanin
mengandung sejumlah kelompok ikatan fungsional yang kuat dengan molekul
23
Universitas Sumatera Utara

protein yang selanjutnya akan menghasilkan ikatan silang yang besar dan
kompleks yaitu protein tanin (protein tannates) (Ahadi, 2003). Kompleks tersebut
dapat

membentuk

formasi

lapisan

(barrier)

pada

permukaan

saluran

gastrointestinal sehingga menjadikan permukaan usus lebih resisten (Thripati,
2008). Selain itu, tanin bersifat sebagai astringents dimana zat ini akan
menyebabkan perapatan dan penciutan lapisal sel sehingga menghambat sekresi
jaringan (Mutschler, 1999).
2. Flavonoid
Mekanisme flavonoid sebagai antidiare adalah dengan menghambat
pelepasan asetilkolin pada saluran cerna (Lutterodt, 1989). Reseptor asetilkolin
nikotinik memperantarai terjadinya kontraksi pada otot polos, sedangkan reseptor
asetilkolin muskarinik tipe M3 mengatur kontraksi otot polos dan motilitas usus.
Apabila pelepasan asetilkolin dihambat, maka akan menyebabkan berkurangnya
kadar asetilkolin yang berikatan dengan reseptor asetilkolin nikotinik dan reseptor
asetilkolin muskarinik M3 sehingga motilitas usus juga akan dihambat (Ikawati,
2008).

24
Universitas Sumatera Utara