Amanat Presiden Soekarno Tentang Pembangunan Semesta Berencana

AMANAT PRESIDEN
TENTANG

PEMBANGUNAN SEMESTA BERENTJANA

DEWAN PERANTJANG NASIONAL

ISINJA:
I. Amanat jang diutjapkan.
II. Amanat jang tertulis.
III. Pidato pembukaan dan penutup rapat-pleno I Depernas di
Istana Negara (28.8.1959) seperti diutjapkan oleh Ketua
Depernas.

P e r p u s t a k a a i Dewan
Perantjang Nasiogal
R e p u b l i k In d on e s i a

BUNG KARNO
mengutjapkan Amanat Presiden tentang Pembangunan Semesta dan Berentjana didepan rapat-pleno I Depernas di Istana
Negara pada hari Djumat tanggal 28 Agustus 1959.

.

I

AMANAT PRESIDEN SOEKARNO
PADA SIDANG PLENO PERTAMA
DEWAN PERANTJANG NASIONAL
PADA TANGGAL 28 AGUSTUS 1959 ­
BAGIAN JANG DIUTJAPKAN ­

Saudara-saudara sekalian,
Pada hari ini kita menjaksikan sidang pleno pertama daripada
Dewan Perantjang Nasional atau disingkatkan Depernas. Didalam
sidang pleno pertama ini saja dipersilahkan oleh Saudara Ketua
Depernas, untuk memberi amanat.
Sebenarnja, Saudara-saudara, banjak sekali hal-hal jang hendak
saja berikan, pesankan, titipkan kepada Saudara-saudara anggotaanggota Depernas sebagai bekal bekerdja. Tetapi Saudara mengerti
bahwa tidak semua hal itu bisa saja berikan sekaligus didalam
amanat saja jang sekarang: Terlebih-lebih pula oleh karena sidang
pleno pertama ini, mempunjai sifat seremoniil, sehingga amanat

sajapun akan bersifat amanat seremoniil.
Saja telah membuat beberapa tjatatan-tjatatan jang harapdiperhatikan oleh Depernas dalam menunaikan tugasnja menjusun pola
daripada masjarakat adil dan makmur didalam waktu jang sesingkat-singkatnja, tetapi berhubung dengan keseremoniilan sidang jang
pertama ini tjatatan-tjatatan itu tidak akan saja batjakan, melain
kan naskahnja akan saja serahkan kepada Saudara Ketua. Saudara
Ketua nanti akan meneruskan naskah itu kepada sidang, dan
dapatlah naskah itu digunakan sebagai teks bagi Saudara-saudara
sekalian dalam menunaikan tugas Saudara-saudara sekalian sebagai
anggota Depernas.
Presiden lalu menjerahkan Naskah jang tertulis kepada Ketua
Depernas:
Inilah Saudara Ketua. Itulah naskah itu. Dan marila l sekarang
saja berikan beberapa garis-besar bagi pekerdjaan Saudara-saudara
sekalian. Saudara-saudara sekalian memetahui bahwa kita, sedjak
berpuluh-puluh tahun ini hidup didalam suasana jang gegap.gem
pita, kita sebagai bangsa Indonesia, kita sebagai satu bangsa jang
tadinja beratus-ratus tahun tidak merdeka, beratus-ratustahun didjadjah orang lain, masjarakat beratus-ratus tahun dikotjar-katjirkan,

7


beratus-ratus tahun didjadikan suatu bangsa jang papa-sengsara, kita
jang kemudian daripada itu mengadakan satu gerakan nasional
jang telah minta korbanan seberat-beratnja dari pada bangsa
Indonesia dan jang aehirnja sjukur alhamdulillah pada tanggal 17
Agustus 1945 telah mentjapai Kemerdekaan daripada hangsa
Indonesia. Dan Saudara-saudara mengetahui bahwa Kemerdekaan
daripada bangsa Indonesia itu sekadar hanjalah, sebagai saja kata
kan berulang-ulang, satu djembatan untuk menudju dan achirnja
mentjapai kepada tjita-tjita bangsa Indonesia jang pokok, jaitu
satu masjarakat jang adil dan makmur, satu masjarakat jang tiap
tiap warganegara dapat hidup sedjahtera didalamnja, satu masja
rakat tanpa penindasan, satu masjarakat tanpa exploitation de 1'honunc
par 1'honme, satu masjarakat jang meinberi kebahagiaan kepada
seluruh rakjat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, satu masjarakat
jang
berulang-ulang
mendjadi
inspirasi
penegak
se

mangat daripada segenap pedjoang-pedjoang bangsa Indonesia dan
telah memberikan korbanannja diatas persada perdjoangan bangsa
Indonesia itu.
Maka pekerdjaan kita antara 17 Agustus 1945 sampai kepada kini,
herupa pada hakekatnja talc lain tak bukan menjempurnakan
djembatan itu, melalui beberapa tingkatan-tingkatan jang Saudarasaudara semuanja telah kenal terutjapkan melalui mulut saja. Ada
tingkatan jang herois, tingkatan jang penuh dengan kepahlawanan,
tingkatan jang kita bertindak dan bersikap sebagai satu bangsa
jang kompak, ada tingkatan jang menundjukkan gedjala-gedjala dan
keadaan-keadaan jang kurang njaman, tingkatan-tingkatan
jang semuanja sudah saja sinjalir didalam pidato saja pada tanggal
17 Agustus 1959 jang lalu. Dan achir-achir ini kita pada tanggal
5 Djuli telah memproklamirkan kembali dengan Dekrit Presiden
kembalinja djembatan emas itu diatas tiang-tiang Undang-undang
Dasar 1945. Segala sesuatu ini, Saudara-saudara mengetahui
kupasan-kupasan didalam pidato 17 Agustus 1959 jang lalu, jang
sampai sekarang terkenal: sebagai „manifesto politik ”.
Sesudah 5 Djuli itu, maka dengan segera Kabinet Karya mcnjerahkau mandatnja dan Tuhan Jang Maha Esa amat bermurah kita
tidak lama kemudian daripada itu dapat membentuk Kabinet baru


8

diatas dasar U.U.D. '45, Kabinet baru jang terkenal dengan nama
Kabinet Kerdja. Pada tanggal 12 Djuli jang lalu, Dewan Nasional
dibubarkan, sebagai kelandjutan daripada Dekrit 5 Djuli incasu
sebagai landjutan kembalinja kita kepada U.U.D. '45. Dan pada
tanggal 22 Djuli jang lalu dengan setjara simultan terbitlah 4 pene tapan. Pertama, penetapan jang mengenai D.P.R. Dengan penetapan
itu dinjatakan bahwa D.P.R. sekarang bekerdja terus didalam rangka
U.U.D. '45, terbitlah pula pada tanggal 22 Djuli itu pene
tapan mengenai Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara,
djuga sebagai akibat dan kelandjutan daripada Dekrit oleh karena
didalam U.U.D. '45 dengan mutlak disebutkan adanja Madjelis
Permusjawaratan Rakjat. Sebagai nomor 3 dalam tindakan tanggal
22 Djuli telah terbitnja penetapan mengenai Dewan Pertimbangan
Agung Sementara dan nomor 4 penetapan mengenai Depernas, jang
Depernas itu pada tanggal 18 Agustus, satu hari sesudah kita memperingati Proklamasi, bersidang di Istana Negara ini untuk membitjarakan beberapa pokok tata-tertib dan urusan tehnis dan
sekarang pada tanggal 28 Agustus kita berkumpul kini, Depernas,
mengadakan sidang plenonja jang pertama, disaksikan oleh pem
besar-pembesar daripada Negara kita, disaksikan oleh para Menteri
Inti dan para Menteri Muda dari Kabinet Kerdja, disaksi

kan oleh anggota Dewan Pertimbangan Agung, disaksikan oleh
anggota-anggota jang terhormat pada Perwakilan-perwakilan Asing
di Djakarta, disaksikan oleh Saudara-saudara wakil-wakil D.P.R.,
disaksikan, boleh dikatakan, oleh seluruh masjarakat Djakarta, dan
didengarkan, diperhatikan oleh seluruh masjarakat Indonesia dari
Sabang sampai Merauke, dan saja jakin pula diperhatikan oleh
seluruh umat manusia didunia ini jang berminat kepada segala
sesuatu jang terdjadi di Indonesia ini. Sehingga pada tempatnjalah
pada ini hari, setjara seremoniil saja sebagai Presiden Republik
Indonesia memberi petundjuk, amanat kepada sidang Depernas,
agar supaja sidang Depernas itu, berdjalan lantjar dan bisa berdiri
tetap diatas rel-relnja jang ditugaskan kepadanja, jaitu membuat
pola daripada masjarakat adil dan makmur berdasarkan Pantjasila,
jang hendaknja dengan selekas mungkin dalam batas-batas kemungkinan harus kita selenggarakan bersama agar supaja tjita-tjita

9

daripada Bangsa Indonesia jang sudah diperdjoangkan dengan
korban berpuluh-puluh tahun itu, lekas dapat diketjap, dirasakan
oleh seluruh bangsa Indonesia. Saja mengharap agar supaja pola

itu lekas tersusun dan sebagai saja katakan didalam pidato 17 Agus
tus jang lulu, saja bermaksud Insja Allah S.w.t., membawa pola
itu, melewati Kabinet ke Madjelis Permusjawaratan Rakjat. Oleh
karena M.P.R. saja anggap sebagai Madjelis jang tertinggi daripada
Negara Republik Indonesia dan Rakjat Indonesia. Pola jang akan,
Saudara susun sebagai suring saja katakan, hendaknja mendjadi
satu pola nasional, milik bukan lagi daripada Depernas, milik
bukan lagi daripada Pemerintah, tetapi milik daripada segenap
rakjat Indonesia. Milik daripada seluruh bangsa Indonesia, milik
nasional.
Maka oleh karena itulah saja berpendapat bahwa pola itu sedia
nja dibawa kepada Madjelis Permusjawaratan Rakjat oleh karena
M.P.R. itu adalah Madjelis kita jang terlengkap dan tertinggi.
Dan sebagai saja katakan pada pidato 17 Agustus 1959, djikalau
pola ini nanti sudah diterima oleh M.P.R., artinja djikalau pola
itu sudah mendjadi satu milik nasional, mendjadi satu national
property, mendjadi satu nationaal bezit, maka pola itu harts diselenggarakan oleh segenap rakjat Indonesia agar supaja ia men
djadi satu realitet. Didalam pidato 17 Agustus 1959, maka saja
katakan segenap minat, segenap tenaga, segenap keringat dari Bangsa
Indonesia harus di holopiskuntulbariskan, untuk menjelenggarakan,

melaksanakan apa jang tergores diatas pola itu. Saudara-saudara, dus
mengerti, bahwa Depernas menghadapi satu pekerdjaan jang amat
besar
sekali.
Amat
berat,
tetapi
Saudara
saudara mengetahui, amat mulia, djikalau pola ini sudah diterima oleh
M.P.R., djikalau pola dus, sudah mendjadi satu national property,
djikalau pola ini sudah mendjadi nationaal bezit, tidak boleh satu
orangpun merobahmja. Tidak boleh Pemerintah merobah pola ini.
Tidak boleh seseorang Menteri merobah pola ini. Tidak boleh
Presiden merobah pola ini. Tidak boleh Panglima Tertinggi merobah
pola ini, oleh karena sebagai tadi saja katakan, pola ini
telah diterima oleh Madjelis Tertinggi daripada seluruh bangsa
Indonesia, antara Sabang dan Merauke.
10

Saudara-saudara, sebagai tadi saja katakan, menghadapi satu

pekerdjaan jang berat. Berat oleh karena bukan sadja scope dari
pada pekerdjaan Saudara adalah amat besar, tetapi djuga berat
oleh karena Saudara-saudara harus bekerdja dengan setjepat mung
kin. Saja minta supaja Saudara-saudara mengambil tjermin, misalnja
daripada Konstituante jang lalu. Konstituante jang lalu telah gagal.
Konstituante jang lalu telah sampai kepada satu impasse. Konsti
tuante jang lalu telah sampai kepada titik bertele-tele. Dan
hendaknja Saudara-saudara djangan sampai mengalami keadaan
jang demikian itu. Hendaknja djangan sampai Saudara bekerdja
sedemikian rupa sehingga Saudara-saudara nanti datang kepada
satu impasse bertele-tele.
Kita ini, sebagai pemimpin-pemimpin memikul pertanggungan
djawab jang besar, terutama sekali kita-kita ini jang memikul tugas
kewadjiban untuk merealisasikan apa jang ditjita-tjitakan oleh
Bangsa Indonesia berpuluh-puluh tahun. Dan terutama masjarakat
adil dan makmurlah jang mendjadi tjita-tjita hidup, tjita-tjita
jang dikorbani oleh segenap rakjat Indonesia.. Saja, sebagai Sau
dara-saudara mengetahni, dahulu didalam hidup saja ini, telah
berpuluh-puluh tahun duduk dalam matjam-matjam pergerakan
nasional, matjam-matjam aliran dalam pergerakan nasional antara

bangsa kita. Saja telah duduk sjukur alhamdulillah dengan karunia
Allah S.w.t. didalam gerakan nasional. 40 tahun saja melihat perdjoangan bangsa Indonesia, 40 tahun saja melihat perdjoangan
daripada gerakan, misalnja Sjarikat Islam, jang sekarang mendjadi
Partai Sjarikat Islam Indonesia, 40 tahun saja mengenal
gerakan jang sekarang dikenal dengan Partai Komunis Indonesia,
40 tahun saja melihat gerakan nasionalisme, 40 tahun lamanja
saja melihat gerakan-gerakan agama, 40 tahun lamanja saja melihat
gerakan-gerakan ini masing-masing memberi korbanan jang hebat
untuk mentjapai tjita-tjita ini, masjarakat adil dan makmur. Saja
melihat pemimpim-pemimpin berdjumlah ribuan; puluhan ribu,
masu'k kedalam pendjara, dengan muka tersenjum masuk kedalam
pendjara. Ada jang satu tahun, ada jang dua tahun, ada jang dua
puluh tahun. Saja melihat ribuan pemimpin-pemimpin dibuang
ketempat pengasingan jang djauh daripada tenipat ibu dan bapak-

11

nja. Merekapun pergi kesana dengan muka jang berseri.seri, oleh
karena mereka mengetahui memberi korbanan kepada tjita-tjita
masjarakat adil dan makmur. Saja melihat wadjahnja orang-orang

jang hidup didalam kemiskinan terus, tak lain dan tak bukan ialah
agar supaja ia punja anak dan tjutju nantinja hidup didalam
satu masjarakat jang adil dan makmur.
Saja menerima Surat-surat jang berisi utjapan selamat tinggal
daripada orang-orang jang besok paginja akan digantung oleh
Pemerintah Belanda. Semuanja surat itu berbunji: „Selamat tinggal,
Bung Karno, saja akan menaiki tiang penggantungan dengan rela
dan ichlas oleh karena saja berkorban untuk tertjapainja tjita-tjita
kita, satu masjarakat jang adil dan makmur ”. Sehingga tidak
salahlah djikalau saja katakan, bahwa masjarakat jang demikian
itu, masjarakat adil dan makmur dan sebagai saja katakan disuatu
tempat, masjarakat sosialis a  la Indonesia adalah amanat penderitaan
daripada segenap rakjat Indonesia, jang amanat penderitaan itu
sekarang terpikul diatas pundak kita, jang amanat penderitaan itu
kita sekarang harus merealisasikan, terutama sekali kita jang
hidup didalam tahun-tahun jang sekarang ini, jang hidup sebagai
orang-orang daripada angkatan sekarang ini, jang hidup sebagai
orang-orang generasi sekarang ini. Generasi jang terdahulu, boleh
dikatakan hidup didalam tjita-tjita, didalam alam angan-angan,
didalam alam berkorban untuk tjita-tjita. Kita sekarang ini hidup
didalam satu alam harus merealisasikan angan-angan itu.
Saudara-saudara, keadaan jang demikian ini, menempatkan kita
kepada kesulitan-kesulitan. Tetapi sebagai saja katakan didalam
pidato 17 Agustus jang lalupun,kesulitan-kesulitan hendaknja tidak
mendjadi penghalang daripada tekad kita, tidak mendjadi peng
halang daripada kesediaan kita untuk terus berdjoang dan terus
bekerdja, bahkan kesulitan-kesulitan itu hendaknja mendjadi satu
tjambukan bagi kita untuk berdjalan terus, bekerdja terus oleh
karena memang diharapkan daripada kita sekarang ini realisasi
daripada penjelenggaraan daripada masjarakat jang adil dan mak
mur jang telah lama ditjita-tjitakan oleh rakjat Indonesia itu.
Kesulitan, karena memang keadaan-keadaan objektif membawa
kesulitan-kesulitan itu.

12

Saja tadi memakai perkataan sosialisme, sosialisme a la Indonesia.
Kita harus menggolongkan diri kita kepada golongan jang tidak
setudju dengan golongannja orang-orang jang menjebutkan golong•
an evolutionist. Golongan jang mengikuti teori evolusi, golongan
jang mengatakan bahwa masjarakat sosialis a la Indonesia atau
bukan a la Indonesia dengan sendirinja nanti akan datang. Saudarasaudara mengetahui bahwa dalam evolusi-teori, dikatakan bahwa
masjarakat ini bertumbuh dari satu tingkat setjara evolutionair
— tjepat atau tidaknja evolusi ini tergantung daripada keadaan —
kelain tingkat. Dikatakan bahwa misalnja masjarakat manusia
jang dulunja agraris, setjara evolutionair dengan sendirinja masuk
kedalam tingkat fase industri ketjil. Dan bahwa tingkat industri
ketjil, bertjampur dengan tingkat agraris ini, dengan sendirinja
nanti automatis evolutionair masuk dalam ,tingkatan industriele
kapitalisme. Dan dari tingkatan industriele kapitalisme itu setjara
evolutionair, dengan sendirinja masuk didalam alam sosialis. Kita
hendaknja djangan masuk didalam golongannja orang-orang jang
berteori evolusi ini. Sebab njata bahwa teori jang demikian itu
adalah salah.
Saudara-saudara, tidak masjarakat itu .dengan sendirinja dari satu
tingkat pindah kelain tingkat, tetapi pengerahan daripada dyna
mische krachten didalam masjarakat itulah jang membawa kita
kepada tingkat-tingkat jang lebih tinggi. Dibalik daripada teori
evolusi ini ada lagi teori lain jang didalam tahun 1928 saja namakan
teori pelompatan fase, teori fasen-sprong, jang mengatakan: dari
masjarakat agraria kita bisa melompat kemasjarakat sosialis. Teori
jang demikian itupun tidak benar.
Djadi hendaknja Anggota.anggota dari Depernas djangan masuk
didalam galongan orang-orang jang ber-evolusi teori, tetapi djuga
djangan masuk didalam golongan orang-orang berteori fasen-sprong.
Tidak ada satu masjarakat jang melompati fase. Satu fase diikuti
lain fase, tetapi pertumbuhan, peraliran, perpindahan, transisi
daripada satu fase kelain fase itu minta pengerahan daripada segenap
tenaga-tenaga dinamik jang ada didalam masjarakat, dan tidak —
sebagai saja tadi katakan — aliran sebagai alirannja air sungai
jang tenang.

13

Perpindahan itu selalu membawa schokken, gontjangan-gontjang
an didalam masjarakat. Maka oleh karena itu, kita dengan tegas,
saja ulangi lagi, dengan tegas harus menudju kepada masjarakat
adil dan makmur, atau dengan lain perkataan, masjarakat sosialis
a  la Indonesia. Dan kita harus merealisasikan masjarakat adil dan
makmur itu; tidak 'boleh tidak kita harus mengadakan planning
dan kita harus mengadakan pimpinan dan harus kita mengadakan
kerahan tenaga. Tanpa planning, tanpa pimpinan, tanpa pengerahan
tenaga tak mungkin masjarakat jang ditjita-tjitakan oleh rakjat
Indonesia itu bisa tertjapai dan terrealisasi.
Saudara-saudara mengetahui bahwa kita sedjak beberapa tahun
ini telah tidak senang pada apa jang dinamakan liberalisme, dan
memang kita sebagai satu bangsa jang hendak merealisasikan tjita
tjita bangsa, masjarakat jang adil dan makmur ini, harus meninggal'kan alam fikiran dan alam tindakan.tindakan datipada liberal
isme itu.
Kita baik melihat kedunia luaran. Apa jang kite lihat didunia
luaran, terutama sekali dialam Barat, dimana berdjalan dengan
leluasa lebih dari satu abad lamanja liberalisme, baik liberalisme
politik dan liberalisme ekonotni.'Kita lihat bahwa liberalisme selalu
membawa konflik. Konflik disegala bidang. Konflik dilapangan
politik, konflik dilapangan ekonomi, konflik dilapangan sosial,
konflik jang achirnja semuanja meng-udjung kepada exploitation
de l'homme par l'hmnme, baik exploitation ekonomis maupun
exploitation politik, maupun exploitation moral. Ini adalah semua
nja akibat daripada liberalisme. Konflik antara sikaja dan simiskin,
konflik siterpeladjar dan si-bukan terpeladjar, konflik antara satu
golongan produsen dengan lain golongan produsen. Semuanja
konflik adalah anak-anak kandung daripada ibu imperialisme itu.
Dan itu semuanja harus kita 'hindari.. Semuanja harus kita hindari
agar supaja kita dengan — saja tidak berkata dengan senang —
agar supaja kita 'dengan effisien dapat merealisasikan masjarakat adil
dan makmur jang kita tjita-tjitakan itu.
Lihat didunia Barat, konflik jang achirnja memuntjak didalam alam
industriil kapitalisme; demi'kian besar konflik ini jang ditim
bulkan, sehingga achirnja terdjadilah revolusi sosial. Konflik jang
14

amat besar tabrakannja antara industrial kapitalisme dengan tenagatenaga revolusioner jang menghendaki satu masjarakat adil dan
makmur sehingga mendjadi revolusi pertumpahan darah. Revolusi
jang berdjalan berpuluh-puluh tahun jang achirnja baru bisa mendatangkan satu masjarakat menurut tjita-tjita ditempat itu, tjita
tjita daripada bangsa itu.
Hal jang demikian itu harus kita hindari. Maka oleh karena itu
dalam pada kita — sebagai tadi saja katakan mengadakan planning,
mengadakan pimpinan, mengadakan pengerahan tenaga — kita
harus bekerdja demikian rupa sehingga konflik-konflik jang besar
ini dihindari.
Opgave kita memang sangat sulit. Saja tadi berkata, bahwa kita
tidak bisa menganut theori fasensprong jang kita sekonjong
konjong daripada alam agraris — sekarang ini sudah tjampur
agraris dengan sedikit industrialisme — masuk kedalam alam
masjarakat adil dan makmur sebagai jang kita tjita-tjitakan.
Tetapi didalam pada kita bekerdja jang demikian itu dengan
planning, dengan pimpinan, dengan pengerahan tenaga, kita bisa
membawa masjarakat Indonesia ini ketudjuan kita jang terachir
dengan menghindari konflik-konflik sebagai tadi saja katakan.
Tugas kita berat sekali. Pertama, tugas kita apa? Didalam alam
pendjadjahan kita punja ekonomi adalah ekonomi kolonial dan
ekonomi kolonial ini harus kita robah mendjadi ekonomi nasional
jang bersih daripada imperialisme, bersih daripada penghisapan,
daripada exploitasi oleh tenaga-tenaga luaran. Ekonomi nasional
ini harus kita robah mendjadi ekonomi jang sesuai dengan apa
jang ditulis dalam U.U.D. '45 fasal 33 jaitu dengan kata gampang
nja, masjarakat adil dan makmur.
Ini bukan opgave jang ketjil. Ekonomi kolonial pindah ke
ekonomi nasional, pindah ke-ekonomi sebagai jang kita tjita-tjita
kan bukan suatu opgave jang ketjil, malahan salahlah kita djikalau
kita mengertikan tiga golongan ini sebagai terpisah satu sama jang
lain. Djanganlah kira bahwa kita dengan proklamasi 17 Agustus
1945 telah membuat satu, telah bisa membuat satu dinding daripada
besi atau daripada baton jang samasekali meniadakan ekonomi
kolonial itu dan kita sekaligus dengan 17 Agustus '45 memasuki
15

fase ekonomi nasional dan bahwa nanti ekonomi nasional inipun
dengan sekaligus dengan mudah kita bisa transformir mendjadi
satu masjarakat jang adil dan makmur.
Djangan kita berfikir a la kotakkotak jang demikian itu. Tetapi
kita — dan ini kita alami semuanja — melihat bahwa dengan
segenap tenaga kita ekonomi kolonial ini lambat laun telah kita
bisa — belum seratus persen tetapi buat sebagian besar — transformir mendjadi satu ekonomi nasional. Didalam pidato 17 Agustus
1959 jang lalu telah raja meng-indikasi hal ini, misalnja bahwa
kekuatan ekonomi kaki sedjak misalnja pengambilan alih daripada
perusahaan-perusahaan Belanda, sedjak adanja tindakan-tindakan
kita jang lain-lain telah buat 70 persen ditangan kita. Tetapi ingat, apa
kjang harus kita perbuat dan telah kita kerdjakan didalam
transisi ekonomi kolonial mendjadi ekonomi nasional. Tidak herdjalanlah hal ini dengan litjin, tidak berdjalanlah hal ini dengan
mudah? Tetapi dengan banjak sekali keringat dan dengan banjak
sekali kepedihan dan banjak sekali ,penderitaan, achirnja kits
bisa, jah, 70 persen transformeren ekonomi kolonial ini mendjadi
ekonomi nasional. Dan nantipun antara ekonomi nasional dan
ekonomi masjarakat adil dan makmur inipun kita harus mengada.
kan banjak pekerdjaan, banjak keringat, banjak penderitaan
barangkali. Memang tidak mudah untuk merobah sesuatu bentuk
kehidupan ekonomi. Tatkala didjaman pendjadjahan maka eko
nomi berbentuk: Indonesia pertama mendjadi pasar pendjualan
daripada produk-produk negeri pendjadjah atau negeri-negeri
luaran ditanah air kita. Satu. Nomor dua: Indonesia mendjadi
tempat pengambilan bahan-bahan pokok bagi industriil kapitalisme
dinegeri pendjadjah atau negeri-negeri lain. Tiga: Indonesia men
djadi tempat investasi daripada modal-modal pendjadjah dan
modal-modal asing jang lain. Tiga pokok ini telah beheersen hidup
bangsa kita kalau tidak beratus-rates tahun, sedikitnja berpuluh
puluh tahun. Indonesia mendjadi pasar pendjualan barang-barang
produk dari negara sana. Indonesia mendjadi tempat pengambilan
bahan-bahan pokok bagi industriil, kapitalisme disana. Indonesia
mendjadi investasi-gebied daripada modal asing. Dan tiga tenaga
ini bekerdja exploitasi demikian rupa sehingga kita — dan ini

16

sudah saja katakan berpuluh-puluh kali — telah mendjadi satu
bangsa jang hidup dari.dua setengah sen satu orang satu hari. „
Een natie van koelies en een koelie onder de naties” "A nation
of coolies and a coolie amongst nations". Ini utjapan orang Belanda,
bukan utjapan kita sendiri. Proses jang berdjalan berpuluh-puluh
tahun jang telah membuat kita mendjadi "A nation of coolies and a
coolie amongst nations " ini. Sedjak 17 Agustus 1945 dengan banjak
kesulitan, dengan banjak rintangan, dengan banjak perdjoangan,
dengan banjak mengatasi tantangan-tantangan dan konflikten di
dalam negeri sendiri, achirnja bisa kita transformir mendjadi satu
keadaan jang sekarang, jang, sebagai tadi saja katakan, lebih dari
pada 70 persen daripada hidup perekonomian itu didalam tangan
kita. Dan sekarang kita harus merobah ini pula didalam alam
sosialisme a la Indonesia dan Saudara-saudara harus mengadakan
planning untuk itu. Tanpa planning tak dapat lagi kita bekerdja .
Kita hidup didalam abad ke-20, abad ke-20 penuh dengan turbulensi abad ke-20 jang segala hal menimpa kepada umat manusia
ini setjara simultan. Abad ke-20 jang telah melemparkan kita
kedalam satu revolusi jang djuga simultan. Tidakkah berulang
ulang saja katakan bahwa revolusi kita ini satu revolusi jang multi
kompleks. Tidakkah didalam pidato 17 Agustus 1959 saja katakan
bahwa revolusi kita adalah "A summing up of many revolutions
in one generation?" Tidakkah saja berkata bahwa seorang sar
djana asing mengatakan bahwa kita punja revolusi ini adalah satu
"revolution of many generations in one". Revolusi kita ini adalah
satu "telescoped revolution", satu revolusi jang ditelescoopkan, „
een getelescopeerde revolutie”. Ja revolusi politik — kataku —
ja revolusi ekonomi, ja revolusi-sosial, ja revolusi kulturil — bah
kan saja berkata, ja revolusi jang mengenai idee manusia — ini
revolusi jang multi kompleks. Dan agar supaja tiap-tiap revolusi
kita, ja jang politik, ja jang ekonomi, ja jang sosial, ja jang mental, ja
jang kulturil, ja jang mengenai isi manusia berdjalan dengan
sebaik-baiknja, maka kita hams mengadakan pimpinan dan plan
ning. Tanpa pimpipan dan planning maka revolusi kita jang multi
kompleks ini mendjadi satu kompleksitet daripada kekatjauan.
Kita harus mengadakan "planned policy " , politik jang terentjana.
17

Tidak bisa lagi kita mendjalankan politik liberalisme jang kita
serahkan politik itu kepada, sudah, sak maunja sadja daripada
masjarakat. Tidak, raja tadi telah berkata bahwa revolusi kita ini
adalah satu revolusi jang multi-kompleks, "a summing up of many
revolutions in one generation", jang semuanja membawa pergolakanpergolakan, konflikten. Djikalau tidak diberi pimpinan, tidak
memberi planning dimasing-masing bidang dari kompleksitet daripada revolusi ini, maka kita achirnja sebagai tadi sudah saja kata
kan, datang kepada kompleksitet kekatjauan. Kita harus meng
adakan "planned policy", politik jang terentjana. Dan inilah pokok
daripada demokrasi terpimpin. Kita harus mengadakan ekonomi jang
terentjana untuk memberi pimpinan kepada revolusi ekonomi.
Planned economy, ekonomi terpimpin. Kita harus mengadakan
revolusi sosial jang terpimpin, planned political activity, planned
economic activity, planned social activity, planned cultural activity,
planned mental activity, semuanja planned, semuanja terentjana.
Dan kalau Saudara mengerti hal ini, maka Saudara mengerti inti
pokoknja, maka diadakan Depernas. Sebab pekerdjaan Saudarasaudara bukan hanja mengurus planning daripada satu bidang
sadja. Tidak! Depernas mengadakan "overall planning ", planning
semesta, planning jang meliputi semua bidang, planning jang
mengenai ja ekonomi, ja kulturil, ja mental, planning diatas segala
bidang. Planning overall. Maka oleh karena itulah Depernas disusun
demikian rupa sehingga dianggap Depernas mampu mengadakan
planning overall jang saja maksudkan itu.
Maka djikalau Saudara-saudara mulai bekerdja untuk mengada
kan planning jang demikian itu, sebagai tadi saja katakan, seluruh
rakjat melihat kepada Saudara-saudara, seluruh rakjat menunggununggu kepada pola pembangunan semesta jang kita djandjikan
sebagai basil. daripada Depernas. Seluruh rakjat mengharap agar
supaja Saudara-saudara bekerdja dengan tjepat dan tidak bertele
tele. Saja tadi berkata bahwa kita ini menjaksikan rakjat telah
berpuluh-puluh tahun berdjoang untuk tjita-tjita kita ini. Didalam
beberapa pidato saja katakan, bahwa rakjat sekedar mempunjai
angan-angan, sekedar mempunjai tjita-tjita. Didalam beberapa
pidato saja katakan, bahwa tjita-tjita rakjat itu sekedar tampak

18

dengan remeng-remeng. Dimuka pandangan rakjat tampak dengan
remeng-remeng suatu masjarakat jang adil dan makmur. Dengan
remeng-remeng dilihatnja: Ha, didalam masjarakat jang demikian
itu aku akan tjukup sandang dan tjukup pangan, didalam masja
rakat jang demikian itu anakku tidak lagi menderita, didalam
masjarakat jang demikian itu aku tidak lagi basah djikalau hudjan
turun, dan tidak lagi kepanasan djikalau matahari terik. Didalam
masjarakat jang demikian itu aku mudah sekali bergerak dari
suatu tempat kelain tempat. Didalam masjarakat jang demikian
itu aku mudah sekali menghirup segala udara segar daripada kebudajaan jang tinggi. Didalam masjarakat jang demikian itu aku
akan hidup bahagia menurut tjita-tjita orang tua djaman dahulu
„tata tentrem kerta rahardja ”. Remeng-remeng dilihatnja, remengremeng dengan maksud -- kata saja — tidak djelas apa jang
mendjadi bagian-bagian daripada apa jang mereka lihat itu, Maka
sebagaimana jang saja katakan didalam heberapa pidato, orang
jang memerlukan atau jang berhadjat membuat rumah pun, biasa
nja pun tidak tahu dengan djelas bagaimana rupanja rumah itu.
Sekedar dengan remeng-remeng didalam tjita-tjitanja orang mengingini suatu rumah tinggal dimana ia dapat hidup dengan anakisterinja, dimana dia bisa bernaung daripada hudjan, dimana ia
bernaung daripada teriknja matahari, dimana dia bisa menghadapi
hari kemudian dengan tenteram dan sedjahtera. Tetapi djikalau
ditanja kepadanja: „He Saudara, apakah engkau mengetahui persis
dan bagaimana rumah jang kau tjita-tjitakan itu harus diselenggarakan?” Ia akan mendjawab: „Saja tidak tahu. Saja sekedar
berpuluh-puluh tahun mengumpulkan uang untuk nantinja uang
ini aku bikinkan rumah bagiku, bagi isteriku, bagi anakku, bagi
tjutjuku”. Maka orang jang demikian itu memanggil seorang arsi
tek, kataku didalam pidato-pidato jang populer, dan kepada arsitek itu
diwadjibkan, diminta, ditugaskan untuk membuat blueprint daripada
rumah itu. ,,Saudara arsitek, saja ada uang sekian. Saja
ingin dengan uang sekian ini membuat suatu rumah, mempunjai
suatu rumah untuk anak saja, untuk isteri saja, untuk tjutju-tjutju
saja, untuk hari kemudian saja, rumah jang berisi sekian kamar,
bidang tanahnja sekian. Saja tidak bisa membuat rumah jang

19

demikian itu. Saja minta kepada Saudara arsitek untuk membuat
blueprint bagi rumah jang demikian itu". Maka sang arsiteklah
membuat blueprintnja. Dan djikalau blueprint ini sudah diterima
baik oleh sang opdrachtgever, maka blueprint ini harus diselenggarakan. Dan penjelenggaraan blueprint ini tidak dapat berdjalan
dengan tanpa pimpinan. Saja sendiri adalah seorang insinjur-arsi
tek. Saja mengetahui bahwa penjelenggaraan sesuatu pola, sesuatu
blueprint tidak dapat didjalankan dengan tjara melepaskan sadja
semua orang-orang pekerdja. Tidak! Tetapi harus dengan pim
pinanku sebagai insinjur-arsitek, dengan pimpinanku atau dengan
pimpinan overseer, opseter-opseter. Segala sesuatu diselenggarakan
dengan pimpinan agar supaja blueprint ini terselenggara mendjadi
suatu rumah jang baik.
Nah, bangsa Indonesia adalah sematjam jang demikian itu, bangsa
Indonesia jang 88 djuta sekedar remeng-remeng, remeng-remeng dalam garis-garisnja, tetapi tjahajanja gilang-gemilang, tjahajanja selalu
memanggil-manggil ditjakrawala, tjahajanja selalu menarik kepada
fantasi dan inspirasi dari kesediaan berkorban daripada rakjat Indonesia itu, tjahajanja gilang-gemilang, sehingga rakjat Indonesia
bersedia untuk berkorban mentjapai tjahaja gemilang itu, tetapi
garis-garis besarnja remeng-remeng didalam matanja. Ia membutuhkan seorang arsitek. Maka arsitek itu adalah Saudara-saudara. Saja
sendiri, terns terang sadja, pun tidak tahu garis-garis presis daripada
masjarakat adil dan makmur itu. Saja sekadar mengetahui garis
garis besarnja, raja sekadar sebagai penjambung lidah daripada rak
jat, ikut tertarik kepada tjahaja gemilang jang telah berpuluh-puluh
tahun bersinar memanggil-manggil ditepi langit. Saja serahkan sekarang kepada Saudara-saudara, dibawah pimpinan Saudara Ketua,
Mr Muhammad Yamin, untuk bertindak sebagai arsitek, membuat
blueprint daripada masjarakat jang demikian itu, agar supaja
blueprint ini nanti djikalau sudah diterima oleh Madjelis Permusjawaratan Rakjat, bisa dilaksanakan, diselenggarakan ioleh seluruh
rakjat Indonesia jang 88 djuta, dengan meng-holopiskuntulbariskan
segenap ia punja minat dan tenaga pekerdja. Blueprint jang achir
nja, Saudara-saudara, harps membawa kita kepada paradiso jang
tertulis didalam kitab Divina Commedia-nja Dante Alighieri.

20

Saudara-saudara, demikianlah amanat seremoniil jang saja beri
kan kepada Saudara-saudara. Sebagai tadi saja katakan, tjatatantjatatan tertulis didalam naskah sudah saja serahkan kepada Ketua
Saudara-saudara.
Moga-moga Tuhan Jang Maha Esa memberkati pekerdjaan Saudara-saudara. Moga-moga saudara dengan pimpinanNja dapat
mengadakan blueprint jang demikian itu, dan nanti djikalau blueprint itu sudah selesai, marilah kita semua, Saudara-saudara, mengerahkan kita punja tenaga agar supaja blueprint itu terselenggara.
Kita hidup didalam masjarakat adil dan makmur jang. Saudara
saudara rentjanakan.
Sekian.
Terima kasih.

21

ISINJA:
PENDAHULUAN.
1. Pidato Proklamasi 1959.
2. U.U.D. 1945.
3. Program Kabinet Kerdja.
Bab I. DASAR DAN TUDJUAN PEMBANGUNAN SEMESTA.
A. Artinja satu perentjanaan overall.
B. Hubungan Pembangunan dalam Demokrasi terpimpin
dan Ekonomi terpimpin.
C. Faktor penghambat pembangunan sedjak 1950.
1. Faktor politis.
2.

psychologis.
3.

pendidikan.
4.

administrasi.
5.

potensi rakjat.
6.
„ tjampur tangan negara asing.
D. Faktor pelantjarkan Pembangunan.
1. Stabilisasi harga.
2. Kegiatan Ekonomi dengan hubungan Luar Negeri,
3. Standard Kebutuhan.
4. Ketjepatan.
5. Gotong-Rojong.
Bab II. PERANAN DEPERNAS.
A. Tugas Depernas.
B. Pengaruh Depernas.

23

Bab III. PEMBENTUKAN POLA PEMBANGUNAN.
1. Umum dan tudjuan.
2. Pokok-pokok Perentjanaan.
3. Kenjataan-kenjataan.
4. Pembentukan Pola.
a. Watak Pembangunan.
b. Tentang Struktur.
c Sifat Pembangunan.
d. Kombinasi dan penjelarasan.
e. Modal.
f. Pembangunan terpimpin.
A. Pola Projek Pembangunan.
1. Umum.
2. Rentjana bertahun.
3. Titik Berat dan Susunan Utama Pembangunan.
4. Pimpinan Management,
5. Pokok-pokok keselarasan.
B. Pola Pendjelasan Pembangunan.
1. Unsur Pokok.
2. Menaikkan Produksi:
3. Industrialisasi.
4. Agraria.
5. Pimpinan.
C. Pola Pembiajaan.
PENUTUP.

24

II

AMANAT PRESIDEN
TENTANG

PEMBANGUNAN SEMESTA BERENTJANA
jaitu nnskah lengkap fang disampaikan kepada Sidang
DEPERNAS
di Istana Negara di Djakarta pada hari Djum'at tanggal
28 Agustus 1959.

— BAGIAN TERTULIS JANG DISAMPAIKAN KEPADA

DEPERNAS —

BUNG KARNO
ketika mengutjapkan Anumat Presides didepan Para Anggota Depernas tentang Pembanguntar Semesta-Bererttjana dalam
rapat-pleno di Istana Negara pada hari Djumat tanggal 28 Agustus 1959.
26

AMANAT PRESIDEN
tentang
PEMBANGUNAN SEMESTA DAN BERENCANA.
PENDAHULUAN
Dalam pidato saja tanggal 17 Agustus 1959 telah saja djadikan
bahwa saja akan memberi pedoman bekerdja pada DEPERNAS.
Setjara garis besar telah saja singgung beberapa hal mengenai
DEPERNAS.
Saja ingin lebih dahulu memperingatkan Saudara-saudara pada
apa jang saja telah utjapkan pada :hari kemerdekaan mengenai
DEPERNAS sebelum saja uraikan lebih landjut keinginan-keinginan
masjarakat dari Saudara-saudara sebagai anggota DEPERNAS. Waktu
itu saja katakan Saudara-saudara adalah berasal dari seluruh tanah air,
dan tugas pokok Saudara-saudara ialah merantjangkan
pola masjarakat jang adil dan makmur, maktnur dan adil sebagai
dimaksudkan oleh Mukaddinah U.U.D. 1945.
Pola jang Saudara-saudara susun akan saja sampaikan kepada
Madjelis Permusjawaratan Rakjat untuk disjahkan dan kemudian
dikerdjakan oleh seluruh masjarakat.
Kini saja ingin meminta perhatian Saudara-saudara untuk dua
hal jang harus Saudara.saudara perhitungkan dalam pekerdjaan
DEPERNAS:
-!
1.
Semangat dan djiwa U.U.D.= 45,
2.
Program Kabinet Kerdja.
Djiwa U.U.D;'45 adalah tegas, tepat, dan tidak ragu-ragu. Peker.
Djaan Saudara hendaklah tegas dan tidak Samar-samar. Garis-garis jang
saudura akan gariskan, gariskanlah dengan tegas.
DEPERNAS harus menggariskan gambarnja dengan djiwa pelu
kis jang tegas, kuat, terang. Gambarkanlah sesuatu dengan garis-garis
jang fors, sehingga gambar itu berkata kepada Bangsa Indonesia.
Ganrbar itu harus mengandung harapan bagi Bangsa Indonesia,
27

sebagai U. U. D, . 1945 djuga memberi harapan kepada kita semua.
Gambar itu harus dapat mengadjak Bangsa Indonesia untuk
mengerdjakan pola jang dimaksud.
U.U.D , kita adalah tepat bagi Bangsa Indonesia. Pola jang saudara tjiptakan harus sesuai dengan irama, rasa, kepribadian dan
tindjauan hidup Bangsa Indonesia.
Pola jang membuat Bangsa Indonesia mendjadi mirip kebangsa
lain tidak akan dapat memikat hati bangsa Indonesia.
U.U.D. 1945 kita mengandung sifat tjepat. DEPERNAS djangan
bertele-tele dalam pekerdjaannja. Procedure-procedure jang berlang.
sung di Konstituante diwaktu jang lampau harus mendjadi tjermin
bagi Saudara-saudara. Masjarakat mengingini tindakan jang tjepat.
Djika Saudara-saudara dapat memahami dan melaksanakan apa
jang saja andjurkan diatas, maka saudara telah dapat menangkap
Djiwa U.U,D:-'45 dan Insja Allah saudara akan ,dapat memenuhi
keinginan nusa dan bangsa. Kemudian saja mengharapkan supaja
Program Kabinet Kerdja mendapat perhatian pula dari DEPER
NAS. Apa jang harus kita perbuat dalam djangka pendek dan
djangka pandjang untuk melaksanakan program tersebut. Chusus
untuk pokok pertama deri program Kabinet, juitu jang mengenai
sandang-pangan, masjarakat mengharapkan sangat saran DEPERNAS. Tindakan apa jang harus kita adakan untukmengatasi kesu
litan-kesulitan dilapangan sandang-pangan, dan bagaimana achirnja
tindakan kita untuk menguasai persoalan ini seluruhnja.
Saja akan uraikan sekarang garis-garis besar pembangunan jang
harus mendapat perhatian DEPERNAS.

28

BAB I
DASAR DAN TUDJUAN PEMBANGUNAN SEMESTA DAN
BERENCANA
Dalam pergolakan Revolusi Kemerdekaan sedjak hari Proklamasi
1945 maka Rakjat Indonesia telah berhasil membentuk negarakesatuan
Republik Indonesia jang bebas dan berkedaulatan Rakjat dari Sabang
sampai Merauke. Negara Kesatuan itu ialah Negara Kebangsaan.
Setelah 14 tahun berdjuang dalam kantjah RevoIusi Indonesia, maka
datanglah kini waktunja, karena keamanan dalam negeri telah membuka
kemungkinan
untuk
itu,
supaja
melandjutkan
pem
bangunan semesta dan berentjana dengan bertekad bulat hendak
menudju masjarakat jang adil dan makmur. Pembangunan. beren
tjana dengan pengerahan Rakjat Indonesia ialah djalan-utama untuk
mentjapai tudjuan membentuk masjarakat sosialis a la Indonesia, seraja
menghabiskan dan membinasakan segala penghelang sebagai sisa-sisa
imperialisme, kolonialisme dan feodalisme jang masih bertjokol dalam
masjarakat kita.
Rentjana pembangunan semesta atau overall seperti jang akan selesai
diselenggarakan oleh Dewan Perantjang Nasional ditahun depart itu,
adalah Pembangunan dizaman peralihan. Zaman transisi
ini bermula sedjak waktu sekarang sampai kewaktu sudah terben. tuknja
negara .kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pantjasila dengan
meliputi masjarakat Indonesia jang adil dan makmur jang djuga
berdasarkan
adjaran
Pantjasila.
Berapa
lamanja
zaman
peralihan itu, adalah tergantung kepada djajanja dan lekas putar.
rodanja Revolusi Kemerdekaan Indonesia dihari. depan. dan lekas
terbentuknja masjarakat adil dan makmur itu. Banjak jang harus
berlaku dalam perdjuangan kemerdekaan: menghilakan tjatjat tjatjat,.badan Rakjat dan negara karena perdjuangan;dalam
Revolusi, atau karena bertempur dan berdjuang; menghilangkan

29

pengaruh Hollands denken dalam tjara kita berpikir dan dalam
dunia perundang-undangan serta dalam tingkah-laku orang Indo
nesia, jang dipikulkan oleh pendjadjahan Belanda selama 350
tahun kepada pundak kita. Likwidasi masjarakat kolonial adalah
sjarat-mutlak untuk merintis djalan menudju pembentukan masja
rakat jang mengenai ekonomi nasionaL
Sukar sekali kita dapat meramalkan berapa lamanja zaman.pera
lihan itu. Mudah-mudahan setelah beberapa kali pembangunan
semesta berentjana herdjalan, misalnja sesudah lima atau enam kali,
maka hendaknja kita telah memasuki atau minimal telah mendekati
masjarakat adil dan makmur berdasarkan Pantjasila jang diidam
idamkan perdjuangan Rakjat Indonesia.
Djadi tudjuan dan maksud Pembangunan semesta ialah mem
bangun masjarakat jang adil dan makmur; adil dan makmur jaitu
menurut tindjauan adjaran Pantjasila, jang saja duga telah dikenal
dengan sempurna oleh para Anggota Dewan Perantjang Nasional
sebelum dan sesudah mengangkat sumpah mendjadi Anggota Dewan
Perantjang Nasional.
Mengenal dasar-dasar Pembangunan dan merenungkan pelbagai
faktor sekeliling perentjanaan Pembangunan itu adalah Pula sum
bangan berisi djaminan kepada hasil pekerdjaan Dewan Perantjang
Nasional jang diharapkan oleh Undang-undang dan Peraturan
Pembangunan.
Terutama sekali maka sebelum Dewan Perantjang Nasional mulai
memutar rodanja untuk bekerdja dengan pemandangan jang djelas
dan kegiatan jang tangkas, haruslah para anggota jang terhormat
lebih dahulu merenungkan sedalam-dalamnja hubungan Pemba
ngunan Semesta berentjana dengan Proklamasi Kemerdekaan Indo
nesia 17 Agustus 1945, dengan U.U.D.-1945 dan dengan program
Pemerintah Kabinet Kerdja serta pidato saja pada hari Proklamasi
jangntendjadi pokok-azasi landjutan R 'evolusi Kemerdekaun kita.
Hubumgannja itu terletak pada tenaga Rakjat dalam kesanggupan
memberi isi dan tudjuan kepadaProklamasi jang luhur dan megah.
Atau lebih tegas lagi dapat saja ulangi dengan memakai perkataan
lain:
30

Kemerdekaan jang telah diproklamirkan pada tangga117 Agustus
1945 itu mengandung pesanan luhur supaja diisi dengan
pembangunan. Membangun mempunjai arti jang sangat luas, jaitu
membangun, dalam segala bidang kehidupan Negara dan masjarakat,
membangun dalam bidang ekonomi, dalam bidang politik dan sosial,
dalam bidang pendidikan dan,kebudajaan dan jang tidak kurang
pentingnja dalam bidang spirituil, guna mentjapai penghidupan
jang berbahagia bagi seluruh Rakjat Indonesia. Oleh karenanja
mendjadilah kewadjiban bagi setiap warga-negara tanpa perketjualian,
karena Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 itu
adalah manifestasi dari pada perdjuangan seluruh Bangsa Indonesia
jang penuh dengan pengorbanan.
Dalam Revolusi Kemerdekaan jang belum selesai itu,. Rakjat
Indonesia telah berhasil memberi isi-politik kepada Proklamasi
dengan membentuk negara-kesatuan Republik Indonesia sebagai
pendjelmaan adjaran Pantjasila. Organisasi negara kita telah diabadikan resmi dalam tiga Undang-undang Dasar jang berturut-turut
berlaku sedjak tahun 1945 sampai kini. Konstituante Bandung tidak
berhasil menjusun Konstitusi jang keempat, jang akan menuliskan
dalam buku-kodipikasi dengan djari para wakil pilihan rakjat bersama-sama dengan Pemerintah Republik Indonesia.
Kini sesudah 14 tahun berdjuang maka U.U!D.- 45 telah berlaku
lagi. Dewan Perantjang Nasional akan memberi isi kepada Proklamasi dengan bertudjuan masjarakat Indonesia jang adil dan
makmur dengan mempertimbangkan faktor-faktor dibawah ini.
A. Artinja ada suatu perentjanaan overall.
Oleh karena soal pembangunan adalah soal jang tidak berdiri
sendiri, jang tidak lepas dari hubungannja dengan bidang-bidang
lain jaitu kehidupan Negara dan masjarakat, maka dalam melaksanakan pembangunan,semesta, perlu adanja suatu perentjanaan
overall, suatu,perentjanaan semesta, jang didasarkan kepada kebutuhan, dan kepribadian Rakjat Indonesia, tanpa mengabaikan tjontoh
pengalaman-pengalaman dalam pembangunan. diluar negeri dengan
perpaduan pengalaman dan keadaan jang konkrit didalamn negeri.

31

Perlu kiranja kita mengambil perbandingan dari pada pengalaman
pembangunan jang dilaksanakan oleh beberapa negara-negara jang
kita ambil sebagai bahan-bahan perbandingan, kesemuanja menudju
kepembangunan sosialisme. Tidaklah sadja kemadjuan pembangun
an diluar negeri kita harus perhatikan, tetapi djuga bidang-bidang
pembangunan jang menemui kegagalan diluar negeri karena ber.
sifat individualisme harus diperhatikan. Dengan berpokok kepada
kebutuhan dan kepribadian Bangsa Indonesia, maka tjontoh pembangunan diluar negeri jang sesuai atau sedjadjar dengan kebutuhan
dan kepribadian nasional itu dapat dipertimbangkan untuk dite.
ladani.
Berlainan dengan beberapa negara dibenua Asia, maka Republik
Rakjat Tiongkok, mendasarkan pembangunannja kepada kolektiv
isme dan pengalaman-pengalaman pembangunan diluar negeri jang
disesuaikan dengan keadaan serta pengalaman jang konkrit di
Tiongkok sendiri. Pembangunan R.R.T., India dan Yugoslavia ini
ternjata telah berhasil deugan memuaskan dengan rentjana-rentjana
lima tahunnja. Hal itu ternjata dalarn masa proces pembangunan
selama 8 tahun belakangan ini. Dan suatu kenjataan jang tidak
dipungkiri ialah, bahwa pembangunan di R.R.T. tersebut, adalah
pembangunan dengan rentjana keseluruhannja dibawah pim
pinan kebidjaksanaan dari pada Demokrasi Baru atau Demokrasi
Rakjat, jaitu suatu bentuk ketata.negaraan jang sesuai dengan ke­
pribadian bangsa Tionghoa, seperti Demokrasi Terpimpin ditanah
Indonesia jang akan kita laksanakan dewasa ini untuk mengganti.
kan Demokrasi liberal jang telah usang dan tidak memenuhi tun.
tutan zaman. Terutama hasrat Rakjat jang dikerahkan tenaganja
untuk ikut membangun dengan melihatkan tendens untuk berhemat
pembiajaan, waktu dan tenaga, hendaklah diperhatikan benar-benar,
supaja ditimbulkan pula pada Rakjat membangun: berhemat biaja,
waktu dan bahan.
u n t u k ini perlu adanja blue-print, adanja rentjana overall ,jang
k o n k r i t berdasarkan kepribadian bangsa Indonesia jang , pada
hakekatnja bukanlah barang baru bagi kita, jang telah dirumuskau
dengan kata-kata jang bersahadja, jaitu gotong-rojong dan dileng.
32

kapi dengan pengalaman-pengalaman pembangunan. jang , baik
diluar negeri.
B. Hubungan Pembangunan dengan Demokrasi Terpimpin
dan Ekonomi Terpimpin.
Oleh karena tidak Ada suatu persoalan dalam kehidupan Negara
dan Bangsa jang berdiri sendiri, terpisah antara satu sama lain,
maka hal inipun perlu mendapat perhatian dari Dewan Perantjang
Nasional, apabila kita tidak mau gagal dalam pekerdjaan kita.
Ekonomi sebagai sendi dari pada kehidupan dan kesedjahteraan
Nasional, haruslah dapat dilaksanakan sebagai dasar dari pada
pembangunan keseluruhannja. Sistem ekonomi itu ialah Ekonomi
Terpimpin dan untuk melaksanakan ekonomi terpimpin ini. diperlukan
suatu kebidjaksanaan dalam sistim pemerintahan, jang memungkinkan
stabilisasi politik. Bentuk ketata-negaraan kita pada waktu sekarang
memungkinkan dan membuka pintu seluas-luasnja bagi pelaksanaan
Demakrasi Terpimpin. Dasar Demokrasi Terpimpin telah didjamin dan
tersusun
pada
garis-garis
besarnja
dalam
U.U.D:-'45 jang kini berlaku lagi.
Atas alasan-alasan diatas, maka dalam merentjanakan Pembangunan, hendaklah diperhatikan benar-benar:
Pedoman dasar Ekonomi Terpimpin.
1. Supaja, sesuai dengan tjita-tjita Proklamasi 17 Agustus 1945
menegaskan, bahwa tudjuan dari pada segala usaha dalam
lapangan ekonomi dan keuangan ialah mewudjudkan keadilan,
melenjapkan pendjadjahan dalam bentuk apapun, memberantas
penindasan dan perbudakan, jang memandang manusia hanja
sebagai alat untuk kepentingan sendiri atau golongan sendiri.
2. Supaja mengarahkan segala usaha dalam lapangan ekonmni dan
keuangan kesuatu masjarakat jang adil dan makmur berdasarkan
Pantjasila, dan jang sesuai dengan kepribadian dan kebutuhan
bangsa Indonesia. Kepribadian bangsa Indonesia mengenai sifat
gotong-rojong dan azas kekeluargaan. Hal iniperlu diperkem
bang dan diatur dalam lapangan ekonomi dan keuangan.
33

3. Supaja Pembangunan mewudjudkan dengan tegas apa jang
ditentukan oleh Pasal 33 Undang-undang Dasar.
4. Supaja Pembangunan menjempurnakan ekonomi terpimpin
sedjalan dengan tjita-tjita demokrasi terpimpin, untuk melenjapkan sisa-sisa ekonomi kolonial, bahaja-bahaja paham kapitalisme
dan free fight liberalism, balk dari luar negeri maupun dari
dalam negeri.
5. Supaja dalam menjusun pola pembangunan harus dipikirkan
DEPERNAS konsentrasi produksi, distribusi dan pembangunan
untuk memenuhi hadjat hidup rakjat terbanjak dikuasai oleh
Negara.
6. Supaja djuga dalam lapangan ekonomi dan keuangan memegang
Teguh pada politik bebas dan actief   terhadap luar negeri,
terutama dalam mendjalankan export, import dan kredit.
Dalam melaksanakan rantjangan Dasar Undang.undang Pem.
bangunan Semesta, hendaklah Dewan Perantjang Nasional berpe
gang teguh kepada pedoman pelaksanaan pembangunan seperti
berikut:
A. Produksi.

1. Untuk mentjapai kedudukan selfsufficiency diilapangan sandangpangan, bahan makanan dan pakaian dan obat.obatan, dilakukan
intensifikasi pertanian untuk menaikkan produksi dalam negeri,
berupa hasil-hasil bahan makanan dan bahan pakaian, supaja
dalam waktu jang pendek produksi sandang-pangan mendjadi
selfsupporting.
2. Untuk memperkokoh alat-alat pembajaran luar negeri, harus
diintensiveer menaikkan produksi bahan-bahan export.
3. a) Inventarisasi dan penggunaan industri -industri jang sudah
ada setjara efficient.
b) Mendahulukan pendirian industri-industri pengolahan bahanbahan mentah hasil Indonesia mendjadi barang-barang jang
siap untuk dipakai.
c) Memperluas/mengusahakan industri-industri besar/ketjil dan
sedang jang menghasilkan barang-barang kebutuhan kon
sumsi Rakjat sehari-hari.

34

d) Mengusahakan industri-industri, jang menghasilkan bahan
untuk keperluan pertanian dan perkebunan.
e) Mempergiat dan memperluas pertambangan bahan-bahan
galian dan bahan-bahan tenaga nuklir.
f) Memulai research jang berentjana dan usaha-usaha kearah
pendirian industri-industri berat.
4. Supaja diadakan pembangunan jang akan berakibat adanja
perubahan jang radikal dalam peraturan hak agraria, sebagai
sjarat untuk meninggikan taraf hidup dan daja-beli rakjat,
sehingga memberikan kemungkinan peninggian pendapatan
nasional, dan menghidupkan pasar industri dalam negeri. Per
aturan Agraria tersebut terutama harus berisi usul djaminan
pemilikan dan penggunaan tanah setjara lajak dan adil untuk
petani, perdjandjian kerdja jang pantas antara pemilik dan
penjewa atau ,pemaro serta penguasaan negara atas tanah untuk
memudahkan penjebaran penduduk dan herverkaveling, sesuai
dengan semangat Pasal 33 U.U.D. 1945.
5. Supaja Pembangunan Semesta menindjau dalam rangka industrialisasi dan mekanisasi masalah penduduk, transmigrasi besarbesaran teristimewa jang akan berakibat perentjanaan dan
pelaksanaan penjebarannja dari daerah jang padat kedaerah
jang masih tipis penghuninja setjara integral, massal, rasionil
dan tegas, sehingga faktor tanah dan ruang sekitarnja mendjadi
sumber-sumber positip dari. keperluan hidup sehari.hari chusus
nja, perekonomian dan kesedjahteraan umumnja.
B. Distribusi sebagai akibat Pembangunan Semesta.
a. Konsentrasi import dan export ditangan Pemerintah.
b. Distribusi Pemerintah disalurkan melalui alat-alat perdagangan
jang dimiliki oleh  warga Negara Indonesia.
c. Mengandjur