S JEP 1203009 Chapter3

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Menurut Sutedi (2011, hlm.53) dalam kegiatan penelitian metode dapat
diartikan sebagai cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab
masalah penelitian. Kegiatan penelitian menurut Sutedi (2011, hlm.9)
merupakan salah satu cara memperoleh ilmu pengetahuan yanng dilakukan
dengan menggunakan metode ilmiah berdasarkan suatu prosedur yang tepat,
dengan didukung oleh data yang lengkap dan akurat, sehingga pada akhirnya
dapat ditemukan suatu teori atau suatu ilmu pengetahuan baru yang dapat
dimanfaatkan dalam memecahkan suatu masalah. Dapat disimpulkan bahwa
metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah kerja yang dilakukan
dalam kegiatan penelitian sehingga dapat diperoleh suatu teori atau ilmu
pengetahuan yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah yang
sedang diteliti.
Dalam

penelitian

ini


penulis

menggunakan

metode

penelitian

eksperimental. Menurut Sutedi (2011, hlm.64-65) penelitian eksperimental
atau penelitian uji coba merupakan salah satu metode yang sering digunakan
dalam bidang pengajaran. Tujuan metode ini yaitu untuk menguji efektivitas
dan efesiensi dari suatu pendekatan, metode, teknik atau media pengajaran dan
pembelajaran, sehingga hasilnya dapat diterapkan jika memang baik, atau
tidak digunakan jika memang tidak baik, dalam pengajaran yang sebenarnya.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu atau
quasi eksperimen. Metode eksperimen semu yaitu penelitian yang dilakukan
tanpa adanya kelas kontrol atau pembanding. Penelitian ini tidak
membandingkan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, melainkan
membandingkan antara hasil pre-test dan post-test kelas eksperimen. Oleh

karena itu, hasil dari penelitian ini adalah perbandingan kemampuan berbicara
bahasa Jepang kelas eksperimen antara sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan atau treatment.
28
Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

29

B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One
Group Pre-test and Post-test Design. Menurut Arikunto (2010, hlm.124)
dalam desain ini dilakukan obeservasi sebanyak dua kali yaitu sebelum
eksperimen (O1) disebut juga pre-test, dan observasi sesudah eksperimen (O2)
disebut post-test. Perbedaan antara O1 dan O2 yakni O2 – O1 diasumsikan
merupakan efek dari treatment atau eksperimen.

O1


X

O2

Keterangan :
O1 : Pre-test
X : Treatment atau perlakuan
O2 : Post-test

Terlebih dahulu penulis mengadakan pre-test dalam bentuk tes lisan, yaitu
dengan melakukan wawancara sederhana pada siswa dengan menggunakan
bahasa Jepang, pre-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif

round table.

Pertanyaan yang diajukan pada saat pre-test terdapat 10 pertanyaan dengan
materi tes mengenai kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh siswa.
Kemudian siswa diberikan perlakuan atau treatment sebanyak lima kali.

Selanjutnya proses terakhir dari kegiatan penelitian ini adalah mengadakan
post-test dengan mewawancarai siswa, pertanyaan yang diajukan sebanyak 10
pertanyaan, dengan materi tes kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh siswa
dan juga materi-materi yang sudah diberikaan pada saat treatment. Tujuan dari
post-test ini yaitu untuk mengetahui kemampuan akhir siswa dalam berbicara
bahasa Jepang setelah diberikan treatment dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif round table.

Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

30

C. Partisipan
Partisipan yang terlibat dari penelitian ini adalah siswa SMA Labschool
UPI kelas XI. Jumlah partisipan yang terlibat sebanyak 20 siswa kelas XI IPS
3 sebagai kelas eksperimen dalam penelitian ini. Berikut karakteristik yang
spesifik dari partisipan.

1. Merupakan pembelajar yang sedang mempelajari bahasa Jepang.
2. Memiliki minat untuk mempelajari bahasa Jepang
3. Merasa memiliki kemampuan berbicara bahasa Jepang di bawah atau sama
dengan 50%.
4. Memiliki motivasi untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa
Jepang.
5. Bersedia mengikuti penelitian dari awal hingga akhir.

Adapun dasar pertimbangan dalam pemilihan partisipan pada penelitian
ini, sebagai berikut :
1. Penulis sedang melakukan Program Latihan Profesi (PLP) di SMA
Labschool UPI.
2. Kelas XI merupakan subjek dari penelitian ini, namun penulis memilih
kelas XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen dikarenakan penulis mengajar
pada kelas tersebut, sehingga dapat mempermudah penulis untuk
mengambil data dalam penelitian ini.
D. Populasi dan Sampel
Menurut Sutedi (2011, hlm.179) menjelaskan bahwa manusia yang
dijadikan sebagai sumber data disebut dengan populasi penelitian, kemudian
sebagian dari populasi tersebut yang dianggap bisa mewakili seluruh karakter

dari populasi yang ada dapat dipilih untuk dijadikan subjek penelitian. Subjek
penelitian tersebut disebut dengan sampel. Jadi sampel adalah bagian dari
populasi yang dianggap mewakili untuk dapat dijadikan sumber data.
Adapun teknik peyampelan dalam penelitian ini menggunakan teknik
random. Menurut Sutedi (2011, hlm.180) mengemukakan bahwa teknik
random ini dikenal dengan teknik secara acak. Artinya kita bisa memilih
sampel dari populasi dengan cara acak seperti dengan mengundi dan
Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

31

sebagainya. Teknik ini hanya bisa dilakukan jika populasinya dianggap
memiliki karakter sama atau mendekati homogen dengan jumlah yang relatif
banyak. Dengan adanya kesamaan karakter pada diri populasi, maka dapat
diasumsikan bahwa siapa pun yang dijadikan sampelnya akan menghasilkan
data yang tidak terlalu banyak perbedaannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Labschool UPI kelas XI

tahun ajaran 2015/2016. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 20
siswa kelas XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen.

E. Instrumen Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan
berbicara bahasa Jepang serta respon siswa setelah diterapkannya model
pembelajaran kooperatif round table. Untuk memperoleh data yang tepat dan
akurat diperluakan penyusunan alat bantu berupa instrumen penelitian yang
tepat. Menurut Sutedi (2011, hlm.155) instumen penelitian yaitu alat yang
digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang
diperlukan dalam kegiatan penelitian. Adapun menurut Arikunto (2010,
hlm.193) menjelaskan bahwa ”instrumen adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian atau dapat disebut juga sebagai alat
evaluasi untuk memperoleh suatu data.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulakan bahwa
instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan
suatu data dalam kegiatan penelitian.
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Tes (Tes Lisan)

Menurut Sutedi (2011, hlm.157) tes merupakan alat ukur yang
biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah selesai
satu satuan program pengajaran tertentu. Selanjutnya menurut Arikunto
(2010, hlm.193), tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

32

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan berbicara, oleh
karena itu instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
instrumen tes lisan. Dengan memberikan pre-test dan post-test yang
berupa tes lisan pada kelas eksperimen. Tes lisan ini bertujuan untuk
mengukur kemampuan awal dan akhir siswa di kelas eksperimen dalam
berbicara bahasa Jepang. Tes lisan ini berupa wawancara kepada setiap

siswa, dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang diajukan yaitu
mengenai tema pembelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya.
Data yang diambil dari hasil pre-test dan post-test diolah
berdasarkan beberapa komponen penilaian. Halim, dkk (1982, hlm.134)
menjelaskan bahwa berbicara adalah kemampuan yang kompleks
sekaligus menggunakan beberapa aspek, aspek-aspek itu berbeda-beda dan
perkembangannya pun sering melalui masa yang berbeda, dengan
kecepatan perkembangan yang berbeda pula. Kemampuan tersebut
mencakup lima unsur yaitu (1) lafal atau ucapan (termasuk vokal dan
konsonan, intonasi serta tekanan), (2) tata bahasa, (3) kosakata, (4)
kefasihan (kemudahan dan kelancaran berbicara), dan (5) pemahaman,
oleh karena dalam komunikasi lisan tentu harus ada pembicara dan orang
yang memberikan reaksi terhadap pembicaraan itu.
Dari pendapat tersebut, penulis mengambil beberapa komponen
untuk penilian kemampuan berbicara, yaitu (1) tata bahasa, (2) kosakata,
(3) kefasihan (kemudahan dan kelancaran berbicara) dan (4) pemahaman.

Nama
Siswa


Komponen Penilaian
Tata
Bahasa

Kosakata Kefasihan Pemahaman

Total
Nilai

Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

33

Tabel
3.1.
Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara


Adapun pada penelitian ini skala yang digunakan untuk mengisi
komponen-komponen penilain tersebut dengan menggunakan skala
penilaian satu sampai lima. Dengan keterangan skala penilaian sebagai
berikut :
Tabel 3.2. Skala Penilaian
5

Baik Sekali

4

Baik

3

Cukup

2

Kurang

1

Kurang Sekali

Untuk mempermudah proses evaluasi, dapat dilihat dalam tabel
kriteria penilaian dengan deskripsi/penjabaran lebih lengkap mengenai
skala penilaian aspek kemampuan berbicara. Nurgiyantoro (2010) dalam
Tamara (2016, hlm.38-40) memaparkan kriteria penilaian kemampuan
berbicara adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3. Rincian Kriteria Penilaian Kemampuan Berbicara
Tata Bahasa
Standar Penilaian
Tidak ada satu pun struktur kalimat/tata bahasa yang salah dan
penggunaan keterangan waktu, perubahan kata kerja, perubahan

Nilai
5

Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

34

kata sifat yang tepat.
Terdapat sedikit kesalahan struktur kalimat/tata bahasa, hal
teresebut nampaknya terjadi karena kurang hati-hati, namun masih
dianggap baik. Serta penggunaan keterangan waktu, perubahan kata

4

kerja, perubahan kata sifat yang tepat.
Terdapat beberapa kesalahan struktur kalimat/tata bahasa,
penggunaan keterangan waktu, perubahan kata kerja, perubahan

3

kata sifat yang salah.
Terdapat banyak kesalahan struktur kalimat/bahasa, penggunaan
keterangan waktu, perubahan kata kerja, perubahan kata sifat yang

2

salah.
Tata bahasa dan struktur kalimat tidak tertata dengan baik.

1

Kosakata
Standar Penilaian
Menggunakan kosakata dan ungkapan yang sangat tepat dan
bervariasi
Menggunakan kosakata dan ungkapan yang tepat, tetapi tidak
bervariasi.
Menggunakan kosakata yang cukup tepat, tetapi tidak bervariasi.
Menggunakan kosakata yang tidak tepat sehingga muncul kesulitan
dalam memahami pembicaraan
Menggunakan kosakata yang sangat sedikit sehingga tersendatnya
pembicaraan.

Nilai
5

4
3
2

1

Kefasihan (kemudahan dan kelancaran berbicara)
Standar Penilaian
Pembicaraan sangat fasih/lancar, baik dari segi penguasaan isi
maupun bahasa.
Pembicaraan fasih/lancar, hanya ada beberapa gangguan yang tidak
berarti.

Nilai
5

4

Pembicaraan agak lancar, agak sering berhenti.

3

Pembicaraan kurang lancar sehingga sering berhenti.

2

Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

35

Pembicaraan sangat tidak lancar, banyak diam dan gugup.

1

Pemahaman
Standar Penilaian
Isi dari pembicaraan sangat bagus dan sesuai, sehingga mudah
dipahami dengan sangat baik.
Isi dari pembicaraan sudah bagus dan sesuai, sehingga dapat
dipahami dengan baik.
Isi pembicaraan sudah sesuai dan cukup dapat dimengerti.
Isi pembicaraan cukup baik, namun dirasakan masih sulit
dimengerti.
Isi pembicaraan tidak sesuai dan sulit untuk dipahami.

Nilai
5

4
3
2
1

2. Non Tes (Angket)
Menurut Sutedi (2011, hlm.155-156) mengemukakan bahwa
instrumen non tes dapat berupa angket, pedoman observasi, pedoman
wawancara, skala, sosiometri daftar (cheklist), dan sebagainya. Dalam
penelitian ini, bentuk instrumen non tes yang penulis pilih adalah angket.
Pengertian angket menurut Sutedi (2011, hlm.164) yaitu salah satu
instrumen pengumpul data penelitian yang diberikan kepada responden
(manusia dijadikan subjek penelitian). Angket dalam penelitian ini
berfungsi untuk mengetahui respon siswa setelah menggunakan model
pembelajaran kooperatif round table. Jenis angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket tertutup sebanyak 10 pertanyaan dan angket
terbuka sebanyak 2 pertanyaan. Sutedi (2011, hlm.164) menjelaskan
angket tertutup yaitu angket yang alternatif jawabannya sudah disediakan
oleh peneliti, sehingga responden tidak memiliki keleluasaan untuk
menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan kepadanya.
Sebaliknya pada angket terbuka responden diberikan keleluasaan untuk
menjawabnya, karena hanya berupa daftar pertanyaan saja.
Adapun pada tabel berikut ini memaparkan mengenai kisi-kisi
angket yang menjadi pedoman pembuatan angket pada penelitian ini :
Tabel 3.4. Kisi-kisi Angket
Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

36

No

1

Indikator
Pendapat siswa terhadap kegiatan berbicara
dalam bahasa Jepang.

Nomor

Jumlah

Soal

Soal

1

1

2

1

3,4,7

3

5,6,8

3

9

1

10

1

Pendapat siswa terhadap metode dan teknik
2

pembelajaran bahasa Jepang yang selama ini
digunakan.

3

4

Kesempatan berbicara siswa dalam bahasa
Jepang.
Pendapat siswa terhadap model pembelajaran
kooperatif round table.
Kesulitan dalam melaksanakan model

5

pembelajaran kooperatif round table dalam
pembelajaran bahasa Jepang.
Hubungan model pembelajaran kooperatif

6

round table dengan kemampuan berbicara
bahasa Jepang siswa.
Jumlah

10

A. Uji Kelayakan Instrumen
Instrumen penelitian sebelum digunakan harus dilakukan uji coba terlebih
dahulu. Analisis uji coba ini untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen
penelitian yang digunakan. Untuk menguji kelayakan instrumen terdiri dari
beberapa ujicoba, yaitu uji tingkat kesukaran, uji daya pembeda, uji validitas
serta uji reliabilitasnya.

B. Analisis Butir Soal
Analisis butir soal yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya adalah
tingkat kesukaran (TK) dan daya pembeda (DP). Menurut Sutedi (2011,
hlm.212-213) memaparkan langkah-langkah untuk menganalisis butir soal
antara lain sebagai berikut.
Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

37

1. Urutkan jawaban siswa berdasarkan pada skor (nilai) yang diperoleh dari
hasil uji coba, mulai dari skor tertinggi sampai pada skor terendah.
2. Setelah diurutkan, tentukan 27,5% kelompok atas dan 27,5% kelompok
bawah dari seluruh sampel tersebut, sehingga akan diketahui tiga lapisan
siswa, yaitu kelompok atas (27,5%), kelompok menengah (45%), dan
kelompok bawah (27,5%).
3. Menyajikan jumlah jawaban benar dan salah dari sampel kelompok atas
dan kelompok bawah secara lengkap.
Menurut Sutedi (2011, hlm.212) menjelaskan bahwa soal yang baik adalah
yang dapat membedakan antara siswa yang tergolong mampu (kelompok atas)
dengan siswa yang kurang mampu (kelompok bawah).
a. Tingkat Kesukaran
Untuk menghitung tingkat kesukaran, rumus yang digunakan
adalah :

TK =

�� +�� −

�� i

× �� ��−�� i

Keterangan :
TK

= Tingkat Kesukaran

SkA

= Jumlah skor jawaban kelompok atas

SkB

= Jumlah skor jawaban kelompok bawah

n

= Jumlah sampel kelompok atas atau kelompok bawah

Sk.mak

= Skor maksimal

Sk.min

= Skor minimal
(Sutedi, 2011, hlm.216)

Tabel 3.5. Penafsiran Tingkat Kesukaran
Rentang Angka

Penafsiran

0,00 – 0,25

Sukar

0,26 – 0,75

Sedang

Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

38

0,76 – 1,00

Mudah

Tabel 3.6. Hasil Analisis Uji Coba Tingkat Kesukaran
Nomor Soal

Angka Tingkat Kesukaran

Penafsiran

1

0,65

Sedang

2

0,5

Sedang

3

0,53

Sedang

4

0,59

Sedang

5

0,52

Sedang

6

0,5

Sedang

7

0,5

Sedang

8

0,52

Sedang

9

0,5

Sedang

10

0,5

Sedang

Dari tabel analisis uji coba tingkat kesukaran di atas, dapat
diketahui bahwa soal nomor 1 sampai dengan soal nomor 10 memiliki
tingkat kesukaran yang sedang.

b. Daya Pembeda
Butir soal yang baik adalah yang dapat membedakan kelompok
atas dengan kelompok bawah. Untuk menghitung daya pembeda,
rumus yang digunakan adalah :

DP =

�� −��

�� ��−�� i

Keterangan :
DP

= Daya Pembeda

SkA

= Jumlah skor jawaban kelompok atas

SkB

= Jumlah skor jawaban kelompok bawah

Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

39

n

= Jumlah sampel kelompok atas atau kelompok bawah

Sk.mak

= Skor maksimal

Sk.min

= Skor minimal
(Sutedi, 2011, hlm.217)

Tabel 3.7. Penafsiran Daya Pembeda
Rentang Angka

Penafsiran

0,00 – 0,25

Rendah (lemah)

0,26 – 0,75

Sedang

0,76 – 1,00

Tinggi (kuat)

Tabel 3.8. Hasil Analisis Uji Coba Daya Pembeda
Nomor Soal

Angka Daya Pembeda

Penafsiran

1

0,63

Sedang

2

0,73

Sedang

3

0,72

Sedang

4

0,67

Sedang

5

0,71

Sedang

6

0,85

Tinggi (kuat)

7

0,72

Sedang

8

0,96

Tinggi (kuat)

9

0,92

Tinggi (kuat)

10

0,75

Sedang

Dari tabel hasil analisis uji coba daya pembeda di atas, dapat diketahui
bahwa 7 soal memiliki daya pembeda sedang dan 3 soal memiliki daya
pembeda tinggi (kuat).
C. Validitas dan Reliabilitas
a. Validitas

Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

40

Menurut Suherman (2003, hlm.102) menjelaskan bahwa validitas tes
adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Suatu tes dikatakan
valid apabila tes tersebut dapat mengukur secara tepat sesuatu yang
hendak diukur. Dengan demikian, suatu alat evaluasi dikatakan valid
apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi.
Dengan kata lain, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Pada penelitian ini, penulis melakukan bimbingan kepada dosen
pembimbing skripsi dan juga kepada dosen bahasa Jepang yang
berkompeten untuk menilai valid atau tidaknya instrumen penelitian
melalui surat pernyataan Expert Judgement yang terlampir dalam skripsi
ini. Setelah melakukan bimbingan dengan dosen bahasa Jepang mengenai
instrumen tes, maka pernyataan Expert Judgement dari dosen yang
bersangkutan menyatakan bahwa instrumen penelitian tes yang telah
disusun oleh penulis terbukti valid dengan ditandatanganinya surat
pernyataan Expert Judgement tersebut.

b. Reliabilitas
Menurut Sutedi (2011, hlm.161) menjelaskan bahwa syarat lain yang
harus dimiliki oleh instrumen yang berupa tes adalah sifat reliabel, yaitu
memiliki keajegan atau keterpercayaan. Artinya suatu alat tes kapan pun
dan di mana pun digunakan akan memiliki hasil yang relatif sama,
kalaupun ada perbedaan atau perubahan tidak menunjukan perbedaan yang
signifikan.
Adapun uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini dengan
cara tes ulang. Tes ini diuji cobakan kepada sampel lain (sampel diluar
kelas eksperimen), yang tingkatannya sederajat atau homogen. Penulis
mengadakan ujicoba kepada 10 siswa kelas XI IPS 4 di SMA Labschool
UPI. Uji coba dilaksanakan sebanyak dua kali. Kemudian, penulis mencari
angka korelasi antara hasil tes pertama yang dilakukan pagi hari yang
dilambangkan dengan (X) dengan hasil tes kedua yang dilakukan pada
sore hari yang dilambangkan dengan (Y). Menurut Sutedi (2011, hlm.220)
Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

41

rumus untuk mencari angka korelasi antara lain dapat digunakan rumus
korelasi Product Moment sebagai berikut.

rxy =

√[�∑

�∑

− ∑

− ∑



] [�∑

− ∑

]

Keterangan :
rxy

= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N

= Jumlah sampel

X

= Nilai tes pertama

Y

= Nilai tes kedua
Tabel 3.9. Tabel Penafsiran Angka Korelasi

Rentang Angka Korelasi

Penafsiran

0,00 – 0,20

Sangat rendah

0,21 – 0,40

Rendah

0,41 – 0,60

Sedang

0,61 – 0,80

Kuat

0,81 – 1,00

Sangat Kuat

Tabel 3.10. Tabel Persiapan Perhitungan Korelasi




N

X

Y

XY

1

97

98

9506

9409

9604

2

94

95

8930

8836

9025

3

91

95

8645

8281

9025

4

83

80

6640

6889

6400

5

81

85

6885

6561

7225

6

78

78

6084

6084

6084

7

74

75

5550

5476

5625

8

69

70

4830

4761

4900

9

64

60

3840

4096

3600

Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

42

10

58

60

3480

3364

3600



789

796

64390

63757

65088

Dari tabel di atas diketahui :
∑X

= 789

∑Y

= 796

∑XY = 64390
∑X

= 63757

∑Y

= 65088

rxy =

=

=
=

√[�∑
√[

− ∑

×



√[


�∑

=

=

− ∑
×





] [�∑




] [

] [

− ∑
×



]


]

]

×


= 0,98

,

Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh angka korelasi sebesar 0,98
yang termasuk kategori sangat kuat. Oleh karena itu instrumen tes ini setelah
diuji dengan cara tes ulang, bisa dikatakan memiliki reliabilitas yang cukup
tinggi.

Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

43

D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut
:
1. Persiapan penelitian
a. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa
dan masalah yang ada di lapangan sebagai bahan pertimbangan untuk
dapat melaksanakan penelitian ini.
b. Menyusun instrumen penelitian
1) Merumuskan materi ajar yang akan dijadikan instrument (RPP dan
modul).
2) Menyusun soal pre-test dan post-test.
3) Menyusun angket.
4) Mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing.
5) Melakukan Expert Judgement instrumen penelitian kepada dosen
bahasa Jepang yang berkompeten.
c. Izin penelitian
Hal ini bertujuan untuk melengkapi administrasi penelitian, yaitu
dengan pembuatan surat izin penelitian, meminta izin penelitian
kepada pihak sekolah, guru mata pelajaran yang bersangkutan, dan
khususnya kepada kepala sekolah SMA Labschool UPI, untuk
kelancaran dan juga legalitas penelitian ini.

2. Tahap pelaksanaan
a. Memberikan pre-test
Penulis memberikan pre-test kepada sampel penelitian berjumlah
20 siswa kelas XI IPS 3, pre-test ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran
kooperatif round table. Pre-test dilakukan dengan bentuk wawancara
kepada siswa terkait tema yang sudah dipelajari sebelumnya.
b. Memberikan treatment (perlakuan)

Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

44

Pada tahap ini siswa diberikan perlakuan berupa pembelajaran
bahasa Jepang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
round table. Treatment dilakukan sebanyak lima kali pertemuan.
Sebelum treatment dilakukan, penulis menginformasikan terlebih
dahulu tema pembelajaran yang akan dipelajari dan menjelaskan cara
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
round table.
Abadi (2008) dalam Mukarromah (2012, hlm.20), memaparkan
langkah-langkah pembelajaran kooperatif round table sebagai berikut :
1)

Penyampaian tujuan.

2)

Penjelasan tugas yang akan didiskusikan.

3)

Guru membagikan kertas kerja.

4)

Siswa mengerjakan tugas dengan menuangkan idenya di atas
kertas kerja secara bergilir searah jarum jam. Giliran dibatasi
oleh waktu.

5)

Kesimpulan.

6)

Penyajian hasil.

7)

Feed back oleh guru.

8)

Evaluasi.

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan oleh Abadi (2008)
penulis

mengembangkan

langkah-langkah

model

pembelajaran

kooperatif round table agar lebih menyesuaikan dengan objek
penelitian. Berikut adalah langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif round table untuk meningkatkan kemampuan berbicara
bahasa Jepang yang telah penulis buat.
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif round table dan kompetensi yang harus
dicapai.
2) Menyampaikan materi pembelajaran yang terdapat pada buku ajar
bahasa Jepang ”SAKURA” jilid 2, termasuk memberikan
informasi berupa kosakata dan pola kalimat yang akan dipelajari.
Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

45

3) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen 4-6
orang, sehingga pengelompokan cukup seimbang berdasarkan
tingkat kemampuan atau prestasi siswa.
4) Penulis membagikan kertas untuk diisi oleh masing-masing siswa
terkait materi pembelajaran, yang akan dijadikan sebagai bahan
persiapan untuk berbicara bahasa Jepang.
5) Siswa diberi waktu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
dengan saling bertukar pendapat.
6) Setelah persiapan selesai dilakukan, siswa mempresentasikan hasil
kerja masing-masing pada setiap anggota kelompoknya.
7) Pembicaraan dimulai dari pembicara terakhir bertanya kepada
pembicara pertama terkait materi pembelajaran, kemudian
pembicara pertama menjawab pertanyaan tersebut. Pada tahap ini
terjadi interaksi sosial antar siswa yang dituntut untuk
berkomunikasi.
8) Anggota yang lainnya mencatat informasi yang disampaikan oleh
pembicara di dalam kertas tugas. Pada tahap ini dapat diketahui
pemahaman siswa tentang informasi yang disampaikan pembicara.
9) Demikian seterusnya. Pergantian siswa berbicara bisa menurut
arah putaran jarum jam atau dari kiri ke kanan sampai semuanya
ikut berkontribusi untuk berbicara bahasa Jepang.
10) Setelah itu perwakilan kelompok mempresentasikan hasil
pembelajaran di depan kelas.
11) Penulis memberikan evaluasi atas pembelajaran yang telah
dilakukan.

Adapun rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Treatment (perlakuan) 1
Pada treatment (perlakuan) pertama, penulis terlebih dahulu
menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif round table, kompetensi yang harus
dicapai, dan menyampaikan informasi berupa kosakata dan pola
Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

46

kalimat yang akan dipelajari yang terdapat pada buku ajar bahasa
Jepang ”SAKURA” jilid 2. Adapun tema pembelajaran yang
dipelajari pada treatment (perlakuan) pertama yaitu mengenai hobi
dengan memfokuskan penggunaan pola kalimat sebagai berikut :
a) KB (orang)
b) しゅ

しゅ


KK(bentuk kamus) こ


す。



Setelah itu penulis membagi siswa menjadi beberapa
kelompok secara heterogen, kemudian membagikan kertas untuk
diisi oleh masing-masing siswa terkait materi pembelajaran
mengenai hobi yang akan dijadikan sebagai bahan persiapan untuk
berbicara bahasa Jepang. Penulis memberikan waktu pada siswa
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan saling bertukar
pendapat dengan sesama anggota kelompoknya. Setelah persiapan
selesai dilakukan, siswa mempresentasikan hasil kerja masingmasing pada setiap anggota kelompoknya, dimana pembicaraan
dimulai dari pembicara terakhir bertanya kepada pembicara
pertama terkait materi pembelajaran, kemudian pembicara pertama
menjawab pertanyaan tersebut. Sedangkan anggota kelompok yang
lain mencatat informasi yang disampaikan oleh pembicara pertama
di dalam kertas tugas. Pergantian siswa berbicara bisa menurut
arah putaran jarum jam atau dari kiri ke kanan sampai semua
anggota kelompok ikut berkontribusi untuk berbicara bahasa
Jepang. Setelah itu perwakilan kelompok mempresentasikan hasil
pembelajaran di depan kelas, kemudian penulis memberikan
evaluasi atas pembelajaran yang telah dilakukan.
Dengan model pembelajaran kooperatif round table ini
diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan berbicara
bahasa Jepang, saling bekerjasama untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan, memotivasi siswa untuk berkontribusi aktif dalam
kelompoknya yaitu dengan bertanya dan memberikan pendapat.
Selain itu, siswa dapat memahami materi pembelajaran yang
Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

47

terdapat pada buku ajar bahasa Jepang ”SAKURA” jilid 2 dengan
tema pembelajaran hobi.

2) Treatment (perlakuan) 2
Sama seperti pertemuan sebelumnya, pada

treatment

(perlakuan) kedua, penulis menjelaskan tujuan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif round table
dan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Selanjutnya penulis
menyampaikan informasi berupa kosakata dan pola kalimat yang
akan

dipelajari

yang

terdapat

pada

buku

ajar

bahasa

Jepang ”SAKURA” jilid 2. Adapun tema pembelajaran yang
dipelajari pada treatment (perlakuan) kedua yaitu mengenai
kondisi

suatu

tempat

atau

daerah

dengan

memfokuskan

penggunaan pola kalimat sebagai berikut :
a) KB (tempat)

KS(-i) く

b) KB (tempat)

KS(-na)

c) KB (tempat)

KS (-i/-na) + KB

d) KB (tempat)





す。
あり

ち/

せん。

す。

ころ





Setelah itu penulis membagi siswa menjadi beberapa
kelompok secara heterogen, lalu membagikan kertas untuk diisi
oleh masing-masing siswa terkait materi pembelajaran mengenai
kondisi suatu tempat atau daerah yang akan dijadikan sebagai
bahan persiapan untuk berbicara bahasa Jepang. Kemudian penulis
memberikan waktu pada siswa untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan dengan saling bertukar pendapat dengan sesama anggota
kelompoknya.

Setelah

persiapan

selesai

dilakukan,

siswa

mempresentasikan hasil kerja masing-masing pada setiap anggota
kelompoknya, dimana pembicaraan dimulai dari pembicara
terakhir bertanya kepada pembicara pertama terkait materi
pembelajaran, kemudian pembicara pertama menjawab pertanyaan
tersebut. Sedangkan anggota kelompok yang lain mencatat
Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

48

informasi yang disampaikan oleh pembicara pertama di dalam
kertas tugas. Pergantian siswa berbicara bisa menurut arah putaran
jarum jam atau dari kiri ke kanan sampai semua anggota kelompok
ikut berkontribusi untuk berbicara bahasa Jepang. Setelah itu
perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pembelajaran di
depan kelas, kemudian penulis memberikan evaluasi atas
pembelajaran yang telah dilakukan.
Dengan model pembelajaran kooperatif round table ini
diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan berbicara
bahasa Jepang, saling bekerjasama untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan, memotivasi siswa untuk berkontribusi aktif dalam
kelompoknya yaitu dengan bertanya dan memberikan pendapat.
Selain itu, siswa dapat memahami materi pembelajaran yang
terdapat pada buku ajar bahasa Jepang ”SAKURA” jilid 2 dengan
tema pembelajaran kondisi suatu tempat atau daerah.

3) Treatment (perlakuan) 3
Pada treatment (perlakuan) ketiga pun, penulis terlebih
dahulu menjelaskan tujuan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif round table dan kompetensi yang
harus dicapai oleh siswa. Lalu penulis menyampaikan informasi
berupa kosakata dan pola kalimat yang akan dipelajari yang
terdapat pada buku ajar bahasa Jepang ”SAKURA” jilid 2. Adapun
tema pembelajaran yang dipelajari pada treatment (perlakuan)
ketiga yaitu mengenai hal yang disukai dan tidak disukai dengan
memfokuskan penggunaan pola kalimat sebagai berikut :
a) KB(orang)

KB(hal)



b) KB(orang)

KB(hal)



c) KB(orang)

KB(hal)



d) KB(kelompok benda)

す。
あり


せん。



KB(benda)

いち

んす

Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

49

す。
Selanjutnya penulis membagi siswa menjadi beberapa
kelompok secara heterogen, lalu membagikan kertas untuk diisi
oleh masing-masing siswa terkait materi pembelajaran mengenai
hal yang disukai dan tidak disukai yang akan dijadikan sebagai
bahan persiapan untuk berbicara bahasa Jepang. Kemudian penulis
memberikan waktu pada siswa untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan dengan saling bertukar pendapat dengan sesama anggota
kelompoknya.

Setelah

persiapan

selesai

dilakukan,

siswa

mempresentasikan hasil kerja masing-masing pada setiap anggota
kelompoknya, dimana pembicaraan dimulai dari pembicara
terakhir bertanya kepada pembicara pertama terkait materi
pembelajaran, kemudian pembicara pertama menjawab pertanyaan
tersebut. Sedangkan anggota kelompok yang lain mencatat
informasi yang disampaikan oleh pembicara pertama di dalam
kertas tugas. Pergantian siswa berbicara bisa menurut arah putaran
jarum jam atau dari kiri ke kanan sampai semua anggota kelompok
ikut berkontribusi untuk berbicara bahasa Jepang. Setelah itu
perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pembelajaran di
depan kelas, kemudian penulis memberikan evaluasi atas
pembelajaran yang telah dilakukan.
Dengan model pembelajaran kooperatif round table ini
diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan berbicara
bahasa Jepang, saling bekerjasama untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan, memotivasi siswa untuk berkontribusi aktif dalam
kelompoknya yaitu dengan bertanya dan memberikan pendapat.
Selain itu, siswa dapat memahami materi pembelajaran yang
terdapat pada buku ajar bahasa Jepang ”SAKURA” jilid 2 dengan
tema pembelajaran hal yang disukai dan tidak disukai.

4) Treatment (perlakuan) 4

Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

50

Sama seperti pertemuan sebelumnya, pada treatment
(perlakuan) keempat, penulis terlebih dahulu menjelaskan tujuan
pembelajaran

dengan

menggunakan

model

pembelajaran

kooperatif round table dan kompetensi yang harus dicapai oleh
siswa. Kemudian penulis menyampaikan informasi berupa
kosakata dan pola kalimat yang akan dipelajari yang terdapat pada
buku ajar bahasa Jepang ”SAKURA” jilid 2. Adapun tema
pembelajaran yang dipelajari pada treatment (perlakuan) keempat
yaitu mengenai kemampuan untuk melakukan suatu hal dengan
memfokuskan penggunaan pola kalimat sebagai berikut :
a) KB(orang)
b)



す。

KB(hal)

KB(hal)





Selanjutnya penulis membagi siswa menjadi beberapa
kelompok secara heterogen, kemudian membagikan kertas untuk
diisi oleh masing-masing siswa terkait materi pembelajaran
mengenai kemampuan untuk melakukan suatu hal yang akan
dijadikan sebagai bahan persiapan untuk berbicara bahasa Jepang.
Setelah itu penulis memberikan waktu pada siswa untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan dengan saling bertukar
pendapat dengan sesama anggota kelompoknya. Setelah persiapan
selesai dilakukan, siswa mempresentasikan hasil kerja masingmasing pada setiap anggota kelompoknya, dimana pembicaraan
dimulai dari pembicara terakhir bertanya kepada pembicara
pertama terkait materi pembelajaran, kemudian pembicara pertama
menjawab pertanyaan tersebut. Sedangkan anggota kelompok yang
lain mencatat informasi yang disampaikan oleh pembicara pertama
di dalam kertas tugas. Pergantian siswa berbicara bisa menurut
arah putaran jarum jam atau dari kiri ke kanan sampai semua
anggota kelompok ikut berkontribusi untuk berbicara bahasa
Jepang. Setelah itu perwakilan kelompok mempresentasikan hasil
pembelajaran di depan kelas, kemudian penulis memberikan
evaluasi atas pembelajaran yang telah dilakukan.
Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

51

Dengan model pembelajaran kooperatif round table ini
diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan berbicara
bahasa Jepang, saling bekerjasama untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan, memotivasi siswa untuk berkontribusi aktif dalam
kelompoknya yaitu dengan bertanya dan memberikan pendapat.
Selain itu, siswa dapat memahami materi pembelajaran yang
terdapat pada buku ajar bahasa Jepang ”SAKURA” jilid 2 dengan
tema pembelajaran kemampuan untuk melakukan suatu hal.

5) Treatment (perlakuan) 5
Pada treatment (perlakuan) kelima, penulis terlebih dahulu
menjelaskan tujuan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif round table dan kompetensi yang harus
dicapai oleh siswa. Lalu penulis menyampaikan informasi berupa
kosakata dan pola kalimat yang akan dipelajari yang terdapat pada
buku ajar bahasa Jepang ”SAKURA” jilid 2. Adapun tema
pembelajaran yang dipelajari pada treatment (perlakuan) kelima
yaitu mengenai letak/lokasi suatu daerah atau tempat dengan
memfokuskan penggunaan pola kalimat sebagai berikut :
a) KB(tempat)
b) KB(tempat)

KB(lokasi)


あり

あり す。




Selanjutnya penulis membagi siswa menjadi beberapa
kelompok secara heterogen, kemudian membagikan kertas untuk
diisi oleh masing-masing siswa terkait materi pembelajaran
mengenai letak/lokasi suatu daerah atau tempat yang akan
dijadikan sebagai bahan persiapan untuk berbicara bahasa Jepang.
Penulis memberikan waktu pada siswa untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan dengan saling bertukar pendapat dengan sesama
anggota kelompoknya. Setelah persiapan selesai dilakukan, siswa
mempresentasikan hasil kerja masing-masing pada setiap anggota
kelompoknya, dimana pembicaraan dimulai dari pembicara
terakhir bertanya kepada pembicara pertama terkait materi
Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

52

pembelajaran, kemudian pembicara pertama menjawab pertanyaan
tersebut. Sedangkan anggota kelompok yang lain mencatat
informasi yang disampaikan oleh pembicara pertama di dalam
kertas tugas. Pergantian siswa berbicara bisa menurut arah putaran
jarum jam atau dari kiri ke kanan sampai semua anggota kelompok
ikut berkontribusi untuk berbicara bahasa Jepang. Setelah itu
perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pembelajaran di
depan kelas, kemudian penulis memberikan evaluasi atas
pembelajaran yang telah dilakukan.
Dengan model pembelajaran kooperatif round table ini
diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan berbicara
bahasa Jepang, saling bekerjasama untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan, memotivasi siswa untuk berkontribusi aktif dalam
kelompoknya yaitu dengan bertanya dan memberikan pendapat.
Selain itu, siswa dapat memahami materi pembelajaran yang
terdapat pada buku ajar bahasa Jepang ”SAKURA” jilid 2 dengan
tema pembelajaran letak/lokasi suatu daerah atau tempat.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah tabel prosedur
pelaksanaan

penelitian

menggunakan

model

pembelajaran

kooperatif round table :

Tabel 3.11. Prosedur Model Pembelajaran Kooperatif Round Table
Langkah-langkah
Langkah 1

Penyampaian
tujuan dan
kompetensi yang
harus dicapai.

Aktifitas Guru

Aktifitas Siswa

Guru menjelaskan tujuan

Siswa memperhatikan dan

pembelajaran dengan

mendengarkan penjelasan

menggunakan model

yang disampaikan oleh

pembelajaran kooperatif

guru.

round table dan kompetensi
yang harus dicapai oleh
siswa.

Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

53

Langkah 2

Penyampaian
materi
pembelajaran.

Langkah 3

Pembagian
kelompok

Langkah 4

Pembagian lembar

Guru menyampaikan materi

Siswa memperhatikan

pembelajaran, termasuk

penjelasan materi yang

kosakata dan pola kalimat

disampaikan oleh guru,

yang terdapat pada buku ajar

dan bertanya ketika ada

bahasa Jepang ”SAKURA”

materi yang belum

jilid 2.

dimengerti.

Guru membagi siswa

Siswa duduk melingkar

menjadi beberapa kelompok

dengan teman

secara heterogen, satu

sekelompoknya.

kelompok terdiri dari 4-6
siswa.
Guru memberikan lembar

Setiap siswa menerima

kerja siswa yang berisi soal-

lembar kerja siswa yang

soal latihan pada setiap

diberikan oleh guru.

kelompok.

kerja siswa
Langkah 5

Guru memberikan waktu

Setiap kelompok

kurang lebih 10 menit

berdiskusi untuk

kepada setiap kelompok.

menyelasaikan tugas

Diskusi untuk

dengan saling bertukar

menyelasaikan

pendapat.

tugas yang
diberikan
Langkah 6

Guru memperhatikan

Setiap siswa

kegiatan siswa.

mempresentasikan hasil
kerja masing-masing pada

Mempresentasikan

setiap anggota

hasil kerja yang

kelompoknya.

dilakukan oleh
masing-masing
siswa
Guru memperhatikan

Siswa berbicara dimulai

Langkah 7
Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

54

kegiatan siswa saat berbicara dari pembicara terakhir
Pelaksanaan

bahasa Jepang.

bertanya kepada
pembicara pertama terkait
materi pembelajaran,
kemudian pembicara
pertama menjawab
pertanyaan tersebut.

Langkah 8

Guru mengecek jawaban

Masing-masing anggota

siswa.

yang lainnya mencatat
informasi yang

Pemahaman

disampaikan oleh

informasi

pembicara di dalam
lembar kerja siswa.

Langkah 9

Proses berbicara

Guru memberikan instruksi

Siswa bergiliran untuk

ketika ada siswa yang masih

berbicara, dimana

belum mengerti tata cara

pergantian siswa berbicara

pembelajaran menggunakan

bisa menurut arah putaran

model pembelajaran

jarum jam atau dari kiri ke

kooperatif round table.

kanan sampai semuanya
ikut berkontribusi untuk
berbicara bahasa Jepang.

Langkah 10

Guru menunjuk satu siswa

Siswa yang ditunjuk oleh

dari setiap kelompok.

guru mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya

Perwakilan

di depan kelas.

kelompok
mempresentasikan
hasil kerja
kelompoknya
Langkah 11

Guru memberikan evaluasi

Siswa memperhatikan

terhadap pembelajaran yang

evalusi yang disampaikan

Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

55

telah dilakukan.

oleh guru.

Evaluasi

c. Memberikan post-test
Penulis memberikan post-test pada siswa berupa wawancara
sederhana kepada siswa, dengan pertanyaan yang hampir sama pada
saat dilakukan pre-test. Tujuan dari post-test ini untuk mengukur
kemampuan berbicara bahasa Jepang siswa setelah diberikan
perlakuan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
round table.

d. Memberikan angket
Angket ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa setelah
diterapkannya model pembelajaran kooperatif round table dalam
meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jepang.

3. Tahap Akhir
a. Mengumpulkan data hasil penelitian yang berupa hasil tes dan angket.
b. Menentukan variabel penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat.
1) Variabel bebas (variabel X) adalah model pembelajaran kooperatif
round table.
2) Variabel terikat (variabel Y) adalah kemampuan berbicara bahasa
Jepang.
c. Menganalisis data dengan menggunakan rumus statistik yang relevan.
d. Menarik kesimpulan terhadap hasil yang diperoleh dari penelitian ini.
E. Analisis Data
Untuk menganalisis data penelitian dilakukan beberapa langkah
pengolahan data sebagai berikut :
a. Persiapan data tabel
Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

56

Data tabel digunakan untuk mengelola data-data hasil pre-test dan
post-test yang selanjutnya data penelitian tersebut akan dimasukan ke
dalam tabel t hitung yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.12. Tabel Persiapan


No

X

Y

D

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

...

.....

.....

.....

.....


M

Keterangan :
1) Kolom (1) diisi dengan nomor urut, sesuai dengan jumlah sampel
yang tersedia dalam penelitian ini.
2) Kolom (2) diisi dengan nilai yang diperoleh dari hasil post-test.
3) Kolom (3) diisi dengan nilai yang diperoleh dari hasil pre-test.
4) Kolom (4) diisi dengan kolom gain antara pre-test dan post-test.
5) Kolom (5) diisi dengan penguadratan angka-angka pada kolom (4).
6) Baris sigma (∑) diisi dengan jumlah angka dari setiap kolom
tersebut.
7) Mean (M) adalah nilai rata-rata dari kolom (2), (3), dan (4).

b. Pengolahan data pre-test dan post-test
Untuk mengitung data pre-test dan post-test dilakukan dengan cara :
1) Rumus untuk mencari mean X dan Y
Mx =

Σ

Rumus untuk mencari mean X

My =

Σ

Rumus untuk mencari mean Y

Keterangan :
Mx : mean hasil pre-test
My : mean hasil post-test
∑X : jumlah seluruh nilai pre-test
Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

57

∑Y : jumlah seluruh nilai post-test
N : jumlah siswa
(Sutedi, 2011, hlm. 231)

2) Mencari gain (d) antara pre-test dan post-test
d = post-test – pre-test

3) Mencari mean gain (d) antara pre-test dan post-test dengan
rumus :

Σd

Md =
Keterangan :

Md : mean gain atau selisih antara pre-test dan post-test
∑d : jumlah gain secara keseluruhan
N : jumlah siswa

4) Menghitung nilai kuadrat deviasi

∑� � = ∑� -

∑�

Keterangan :
∑� �

∑�



: jumlah kuadrat deviasi
: jumlah selisih antara post-test dan pre-test setelah
dikuadratkan

∑�
N

: jumlah selisih antara post-test dan pre-test
: jumlah siswa

5) Rumus untuk mencari t hitung untuk sampel yang sama
t=

d

∑�²�
� �−



Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

58

Keterangan :
t

: nilai t yang dihitung

Md

: nilai rata-rata selisih antara pre-test dan post-test

∑� d

: jumlah kuadrat deviasi

N

: jumlah siswa

6) Mencari nilai derajat kebebasan
db = n-1
Keterangan :
db

: nilai derajat kebebasan

n

: jumlah sampel

7) Memberikan interpretasi berdasarkan t tabel
Untuk menguji hipotesis digunakan t hitung. Setelah
mendapat nilai t hitung maka langkah yang dilakukan untuk
menguji hipotesis dengan membandingkan nilai t hitung dengan t
tabel. Uji hipotesis yang berlaku adalah :
Hk diterima apabila t hitung > t tabel
Hk ditolak apabila t hitung < t tabel
Menguji kebenaran dua hipotesis tersebut dengan cara
membandingkan besarnya t hitung dan t tabel, dengan terlebih
dahulu menetapkan derajat kebebasan dengan menggunakan
rumus :
Df atau db = (n – 1)
c. Pengolahan data angket
Untuk

mengolah

data

angket

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menjumlah setiap jawaban angket.
2) Menyusun frekuensi jawaban.
Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

59

3) Membuat tabel frekuensi.
4) Menghitung frekuensi dari setiap jawaban dengan rumus sebagai
berikut :

P=



x 100%

Keterangan :
P

: Persentase jawaban

f

: Frekuensi jawaban setiap responden

n

: Jumlah responden penelitian

100 %

: Persentase frekuensi setiap jawaban responden

5) Menafsirkan data angket dengan pedoman yang tersedia pada
tabel berikut :
Tabel 3.13. Penafsiran data angket
Persentase (P)

Jumlah responden (n)

0%

Tidak ada seorangpun

1%-5%

Hampir tidak ada

6%-25%

Sebagian kecil

26%-49%

Hampir setengahnya

50%

Setengahnya

51%-75%

Lebih dari setengahnya

76%-95%

Sebagian besar

96%-99%

Hampir seluruhnya

100%

Seluruhnya

(Sudjiono, 2001, hlm. 40-41)

Devi Nurjanah, 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e