PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI MODEL FORMAL DAN INFORMAL HANDS ON ACTIVITIES DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN | Suciati | BIOEDUKASI 5531 11849 1 SM

BIOEDUKASI
Volume 6, Nomor 1
Halaman 76-94

ISSN : 1693-2654
Agustus 2013

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENDEKATAN CTL
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI MODEL
FORMAL DAN INFORMAL HANDS ON ACTIVITIES DITINJAU
DARI KREATIVITAS SISWA DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN
Rina Restanti1, Sarwanto 2, Suciati Sudarisman3
SMA Negeri 3 Madiun Madiun, 63125, Indonesia
2,3
Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
E-mail : rinarestanti@yahoo.co.id
1

Diterima 02 Juni 2013, Disetujui 21 Juli 2013

ABSTRAK- Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: pengaruh penerapan

pembelajaran model formal dan informal hands on activities, pengaruh kreativitas dan
sikap peduli lingkungan, serta interaksinya terhadap prestasi belajar biologi pada materi
Plantae. Penelitian menggunakan metode eksperimen, desain faktorial 2 x 2 x 2 dengan
melibatkan dua kelompok eksperimen tanpa kelompok kontrol yaitu kelas XA dan XD,
semester genap tahun pelajaran 2011-2012 di SMA Negeri 3 Madiun. Teknik sampling
adalah teknik Cluster Random Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan tes untuk
hasil belajar ranah kognitif, sedangkan ranah afektif dan psikomotor diperoleh dari hasil
penggabungan antara observasi dengan tes. Analisis data menggunakan uji anava tiga jalan.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) tidak ada pengaruh model formal dan informal hands on
activities terhadap prestasi belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, (2) ada
pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan
psikomotor siswa, (3) ada pengaruh sikap peduli lingkungan tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, (4) tidak ada interaksi antara model
pembelajaran (formal dan informal hands on activities) dengan kreativitas terhadap prestasi
belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, (5) ada interaksi antara model pembelajaran
(formal dan informal hands on activities) dengan sikap peduli lingkungan terhadap prestasi
kognitif, sedang untuk afektif dan psikomotor tidak ada, (6) tidak ada interaksi antara
kreativitas dengan sikap peduli lingkungan siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif,
dan psikomotor siswa, (7) tidak ada interaksi antara model pembelajaran (formal dan
informal hands on activities), kreativitas dan sikap peduli lingkungan siswa terhadap

prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.
Kata Kunci:prestasi belajar, kognitif, afektif, psikomotor

Pendahuluan
Abad XXI dikenal sebagai abad

pada abad ini merupakan fakta dalam
kehidupan

siswa.

Pengembangan

globalisasi dan abad teknologi informasi.

kemampuan siswa dalam bidang sains,

Perubahan yang sangat cepat dan dramatis

khususnya bidang biologi merupakan salah


satu

kunci

keberhasilan

peningkatan

mencerdaskan

kehidupan

bangsa,

kemampuan siswa dalam menyesuaikan

bertujuan untuk berkembangnya potensi

diri


agar menjadi manusia yang beriman dan

dengan

perubahan

lingkungan
tentang

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Pendidikan Abad 21 (Commission of

berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap,

Education

Century),


kreatif, mandiri dan menjadi warga negara

merekomendasikan empat strategi dalam

yang demokratis serta bertanggungjawab”.

(Rustaman,

2011).

For

mensukseskan
learning

to

Komisi

the


"21"

pendidikan:
learn,

pertama,

(sains)

menekankan

pada

memuat

pemberian pengalaman langsung untuk

kemampuan menggali informasi yang ada


mengembangkan kompetensi agar siswa

di sekitarnya dari ledakan informasi itu

menjelajahi dan memahami alam sekitar

sendiri; kedua, learning to be, yaitu pelajar

secara ilmiah. Menurut Carin & Evans

diharapkan

(dalam Suciati, 2010), pembelajaran sains

mampu

yaitu

IPA


untuk

mengenali

dirinya sendiri, serta mampu beradaptasi

sedikitnya

meliputi

empat

hal,

yaitu

sikap,

dan


dengan lingkungannya; ketiga, learning to

produk

do, yaitu berupa tindakan atau aksi, untuk

teknologi. IPA sebagai konten berupa

memunculkan ide yang berkaitan dengan

produk mengandung arti bahwa di dalam

dan keempat, learning to live

IPA terdapat fakta-fakta, hukum-hukum,

together, yaitu memuat kehidupan dalam

prinsip-prinsip, dan teori-teori yang sudah


masyarakat yang saling bergantung antara

diterima kebenarannya. IPA sebagai proses

yang satu dengan yang lain, sehingga

atau metode berarti bahwa IPA merupakan

mampu bersaing secara sehat dan bekerja

suatu

sama serta mampu untuk menghargai

mendapatkan pengetahuan. IPA sebagai

orang lain (Trianto, 2010).

sikap berarti bahwa IPA dapat berkembang


sains

Di UU No. 20/2003 tentang Sistem

(content),

proses

proses,

atau

metode

untuk

karena adanya sikap tekun, teliti, terbuka,

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3

dan

disebutkan bahwa fungsi

mengandung pengertian bahwa IPA terkait

pendidikan

nasional

“Pendidikan

dan

sebagai

Nasional

mengembangkan

tujuan
berikut:

dan

IPA

sebagai

teknologi

dengan peningkatan kualitas kehidupan.

berfungsi

kemampuan

jujur.

Hal ini relevan dengan standar isi
sesuai

Peraturan

Menteri

Pendidikan

membentuk watak serta peradaban bangsa

Nasional (Permendiknas) Nomor 22 (2006)

yang

dan standar proses sesuai Permendiknas

bermartabat

dalam

rangka

Nomor 19 (2005) yang dalam proses

matematika. Sementara itu berdasarkan

pembelajarannya IPA berkaitan dengan

hasil

cara mencari tahu (inquiry) tentang alam

International Mathematics and Science

secara sistematis, sehingga IPA bukan

Study) terhadap prestasi bidang sains

penguasaan kumpulan pengetahuan yang

peserta didik Indonesia pada 1999 berada

berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau

pada peringkat 32 dari 38 negara; pada

prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan

2003 di peringkat 37 dari 46 negara; dan

suatu proses penemuan.

pada 2007 di peringkat 35 dari 49 negara.

penilaian

TIMSS

(Trends

in

(biologi)

Belum optimalnya pembelajaran

upaya

IPA (Biologi) juga terjadi di SMA Negeri

mengembangkan dan menguji daya ingat

3 Madiun. Tidak terlatihnya siswa untuk

siswa

mengungkapkan gagasan maupun idenya,

Pembelajaran
semata-mata

IPA

berorientasi

sehingga

pada

kemampuan

berfikir

mereka direduksi dan sekedar dipahami

mengakibatkan

tidak

berkembangnya

sebagai kemampuan untuk mengingat. Hal

gagasan-gagasan

yang

dimiliki

tersebut mengakibatkan siswa terhambat

Akibatnya dalam melakukan akomodasi

dan tidak mempunyai daya kreativitas

dengan

dalam menghadapi masalah-masalah yang

konkret,

menuntut

pemecahan

memformulasikannya. Hal tersebut dapat

masalah yang untuk dipecahkan secara

dilihat dari persentase penguasaan materi

kreatif.

soal

pemikiran

dan

Berdasarkan data hasil studi PISA
(Programe
Assessment),

for

International

penguasaan

Student

IPA

pelajar

Indonesia masih rendah. Pada tahun 2006
PISA melaporkan bahwa Indonesia berada

konsep-konsep
siswa

biologi

pada

yang

siswa.

bersifat

belum

mampu

kompetensi

dasar

Plantae (dunia tumbuhan) belum mencapai
keberhasilan

seperti

yang

diharapkan.

Persentase penguasaan biologi tersebut
tersaji pada Tabel 1.
Kenyataan

di

lapangan

pada peringkat 50 dari 57 negara dalam hal

menunjukkan bahwa belum berhasilnya

literacy)

penguasaan materi Plantae seperti yang

maupun dalam penguasaan matematika

diharapkan karena pembelajaran masih

(mathematics literacy). Sementara pada

sekedar memaparkan fakta, pengetahuan

tahun

pada

masih biasa dihafalkan (textual) sehingga

peringkat 60 dari 65 negara dalam hal

pemahaman siswa untuk materi dunia

penguasaan

tumbuhan masih sangat kurang. Adanya

penguasaan

2009

sains

(scientific

Indonesia

sains

berada

maupun

dalam

lingkungan disekitar yang seharusnya bisa

menerapkannya dalam kehidupan mereka.

dimanfaatkan untuk menunjang proses

Selama berlangsungnya

pembelajaran dalam mempelajari materi

kontekstual, kondisi yang mengaktifkan

Plantae juga belum dioptimalkan.

siswa dapat ditemukan oleh siswa sendiri

and

Pendekatan Contextual Teaching

dari

Learning

diciptakan oleh guru sehingga membantu

pembelajaran

(CTL)

yang

merupakan

menekankan

pada

kehidupannya

pembelajaran

sehari-hari

atau

menjadikan materi pelajaran bermakna dan
CTL

proses keterlibatan peserta didik secara

memotivasi

siswa.

Pendekatan

penuh untuk dapat menemukan materi

meliputi

aspek,

antara

yang dipelajari dan menghubungkannya

constructivism; 2) inquiry; 3) questioning;

dengan situasi kehidupan nyata sehingga

4) learning community; 5) modelling; 6)

mendorong peserta didik untuk dapat

reflexy; dan 7) authentic assessment.

7

lain:

1)

Tabel 1. Persentase Penguasaan Materi Soal Biologi Ujian Nasional SMA/MA Tahun
Pelajaran 2008-2010 SMA Negeri 3 Madiun
Tahun
Kemampuan Yang Diuji
Persentase
pelajaran
Penguasaan (%)
2008/2009

Mampu menjelaskan proses
perkembangbiakan tumbuhan berbiji

68,22

1.Menjelaskan proses
tumbuhan berbiji

80,56

perkembangbiakan

2009/2010
2.Menjelaskan proses yang terjadi pada salah
satu tahap dari daur hidup paku/lumut

86,11

Sumber : Ujian Nasional Propinsi Jawa Timur Rayon 03- Kota Madiun Tahun Pelajaran 2008-2010.

Pendekatan CTL akan efektif jika

Sementara itu menurut Amin (2007),

dipadu dengan model pelajaran yang tepat

hands on activities adalah suatu model

seperti hands on activities, baik secara

yang dirancang untuk melibatkan siswa

formal maupun informal. Menurut. Brodie

dalam menggali informasi dan bertanya,

(dalam David & Peter, 1994), model

beraktivitas

pembelajaran hands on activities adalah

mengumpulkan data dan menganalisis

belajar dengan melakukan secara langsung

serta

materi

Kelebihan

pembelajaran

oleh

siswa.

dan

membuat

menentukan,

kesimpulan

menggunakan

sendiri.

pembelajaran

formal dan informal hands on activities

dan sekaligus sebagai solusi terhadap

dapat memberikan pembelajaran yang

permasalahan di SMA Negeri 3 Madiun,

menarik dan menyenangkan untuk siswa

maka perlu dilakukan penelitian dengan

serta memberikan kebermaknaan bagi

judul

siswa karena dalam pelaksanaannya hands

Pendekaan CTL (Contextual Teaching and

on activities menerapkan kegiatan dari

Learning) Melalui Model Formal dan

pendekatan

Informal Hands On Activities Ditinjau dari

keterampilan

proses

“Pembelajaran Biologi dengan

diantaranya: 1) mengamati (observation);

Kreativitas

2) mengelompokkan (classification); 3)

Lingkungan”

menafsirkan

memperbaiki proses pembelajaran dengan

(interpretation);

4)

Siswa

dan

Sikap

dimaksudkan

meramalkan (prediction); 5) mengajukan

tujuan

pertanyaan (question); 6) berhipo-tesis

biologi khususnya materi Plantae.

(hyphothesis); 7) melakukan percobaan

Peduli
untuk

meningkatkan prestasi belajar

Metode Penelitian

(experiment); dan 8) mengkomunikasikan
Penelitian dilaksanakan di SMA

hasil percobaan (communication).

Negeri 3 Madiun. Penelitian dilaksanakan
Melalui

pendekatan

CTL

yang

diintegrasikan dengan model hands on
activities diharapkan dapat memperbaharui
kualitas pembelajaran biologi khususnya
tentang materi Plantae yang lebih banyak
menekankan

dalam

secara

pada Tahun Pelajaran 2011/2012 semester
genap. Metode penelitian yang digunakan
dalam

penelitian

eksperimen

ini

dengan

adalah

metode

mengambil

dua

kelompok acak, normal dan homogen.

tekstual.

Kelompok I menggunakan model formal

Penerapan pendekatan dan model tersebut

hands on activities dan kelompok II

akan efektif jika guru juga memperhatikan

menggunakan model informal hands on

keberagaman kreativitas dan sikap peduli

activities.

lingkungan siswa karena kenyataan di
lapangan

menunjukkan

Rancangan

bahwa

keberagaman siswa dalam satu kelas,
kemampuan pemahaman yang berbeda
terhadap pelajaran, juga menimbulkan
permasalahan tersendiri dalam pengelolaan

percobaan

yang

digunakan adalah rancangan anava 3 jalan
dengan rancangan faktorial 2 x 2 x 2.
Teknik

pengambilan

sampel

yang

digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik cluster random sampling. Sampel

kelas.

yang digunakan dalam penelitian ini ada 2
Berdasakan latar belakang tersebut

kelas, yaitu kelas XA sebagai kelas

eksperimen I dan kelas XD sebagai kelas
eksperimen II.

Instrumen pelaksanaan penelitian
yang digunakan untuk proses pembelajaran

Teknik pengumpulan data dalam

yaitu

berupa Silabus, Rencana Program

penelitian ini menggunakan: 1) metode tes

Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa.

digunakan

data

Instrumen pengambilan data digunakan

mengenai prestasi belajar kognitif dan

tes, observasi, dan angket. Pengujian

kreativitas verbal siswa, 2) metode angket

hipotesis dilakukan dengan uji anava

yang digunakan mengambil data penilaian

menggunakan bantuan SPSS 18.

dalam penelitian ini terdiri dari angket

Hasil dan Pembahasan

untuk

mengumpulkan

sikap peduli lingkungan, angket penilaian
afektif dan psikomotorik siswa, 3) metode
observasi digunakan untuk mengambil data
penilaian afektif dan psikomotor selama

Hasil uji Anava dengan langkah
General Linear Model (GLM) baik pada
prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik
tersaji pada Tabel 2.

proses pembelajaran berlangsung.

Tabel 2 Rangkuman Uji Anava
NO
1
2
3
4
5
6
7

Kognitif
0,072
0,000
0,006
0,968
0,013

P-value
Prestasi
Afektif
0,793
0,000
0,024
0,220
0,562

Psikomotor
0,835
0,001
0,026
0,417
0,853

0,219

0,541

0,380

0,761

0,432

0,110

SOURCE
Model
Kreativitas
Sikap Peduli Lingkungan
Model * kreativitas
Model * sikap peduli lingkungan
Kreativitas * sikap peduli
lingkungan
Model * kreativitas * sikap peduli
lingkungan

Berdasarkan rangkuman hasil uji

menunjukkan

tidak

ada

pengaruh

model formal

ANAVA untuk pengujian hipotesis pada

pembelajaran kontekstual

Tabel 2, maka dapat diambil keputusan uji

dan informal hands on activities terhadap

sebagai berikut:

prestasi belajar siswa pada pada materi
Plantae.

1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan
dengan

General

hasil

uji

Linear

Anava
Model

Menurut penelitian yang dilakukan
Sandifer (2009), Riyanti (2009) dan Dewi

(2011), menyimpulkan bahwa penggunaan

mampu berpikir reflektif, yaitu berpikir

hands

kembali pada satu seri operasional mental,

on

kesempatan

activities
untuk

memberikan

berbagi

ide

dan

atau

sudah

membantu menjelaskan perubahan dalam

berfikirnya

keyakinan guru dan ilmu pengetahuan

kemampuan

siswa,

activities

adanya

serta

membantu

menjelaskan

variasi dalam waktu

guru

mampu

berpikir

serta

pengalaman

tentang

mengembangkan
Hands

sistematisnya.

on

melibatkan

anak

dalam

belajar

total

yang

mengajar sehingga terjadi peningkatan

meningkatkan kemampuan anak untuk

minat siswa dalam mempelajari ilmu

berpikir

pengetahuan,

mengembangkan

meningkatkan hasil prestasi belajar siswa.

aktivitas, serta meningkatkan hasil prestasi

Hands on activities mendorong rasa ingin

belajar siswa. Menurut pandangan para

tahu

kontruktivisme (dalam Budiningsih, 2005),

sehingga cenderung untuk membangkitkan

siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif

siswa

berfikir, menyusun konsep, dan memberi

mendapatkan pengamatan dan pengalaman

makna

dalam proses ilmiah.

tentang

dapat

hal-hal

yang

sedang

dipelajari. Menurut Teori Piaget bahwa
perkembangan kognitif

individu dengan

umur 14 tahun termasuk ke dalam periode
operasional formal yaitu siswa sudah
mulai: (a) dapat berpikir adolensi, yaitu
masa seseorang dapat merumuskan banyak
alternatif hipotesis dalam menanggapi
masalah, tetapi ia belum mempunyai
kemampuan untuk menerima atau menolak
hipotesis, (b) mulai mampu berpikir
proporsional, yaitu berpikir yang tidak
hanya terbatas pada peristiwa-peristiwa
konkret

saja,

(c)

mampu

berpikir

kombinatorial, yaitu berpikir yang meliputi
kombinasi benda-benda, gagasan-gagasan
yang

abstrak

dan

konkret

dengan

menggunakan pola pikir kemungkinan, (d)

sehingga

siswa

secara

mengadakan

dianggap

lebih

mampu

mendalam

penelitian

untuk

Sementara itu menurut Kuntoro
(2011), belajar informal adalah kegiatan
belajar yang utama dalam pendidikan
orang dewasa, dimana pelajaran (lesson)
bersumber dari pengalaman hidup seharihari dan berpusat pada pebelajar. Belajar
semacam ini pada dasarnya merupakan
belajar dari pengalaman kehidupan yang
memiliki cakupan yang sangat luas seperti
aktivitas belajar dari pengalaman yang
secara sadar dirancang oleh pebelajar
sampai aktivitas belajar dari pengalaman
keberhasilan dan kegagalan yang menimpa
diri secara begitu saja, dengan demikian
diharapkan

dengan

belajar

dari

pengalaman diharapkan pada akhirnya

sampai

meningkatkan prestasi belajar siswa.

meskipun telah diberikan LKS sebagai

membuat

kesimpulan

sendiri

Model pembelajaran formal dan

rambu-rambu dalam mendapatkan konsep

informal hands on activities pada materi

materi dunia tumbuhan. Dari kedua model

dunia tumbuhan yang dilaksanakan di

pembelajaran ini tidak terlihat pengaruh

SMA Negeri 3 Madiun tidak berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Ini terlihat
dari kesimpulan yang menyatakan tidak
adanya pengaruh model pembelajaran
terhadap prestasi belajar, hal ini karena
selama

berlangsungnya
formal

model

memerlukan
menggali

pembelajaran

hands

on

serangkaian
informasi

beraktivitas

pengamatan,

dan

dan

activities

bertanya,
menentukan,

mengumpulkan data dan menganalisis
serta membuat kesimpulan sendiri. Pada
kenyataannya

model

pembelajaran

tersebut belum pernah diadaptasikan pada
siswa

sehingga

pada

pelaksanaannya

yang signifikan antara model pembelajaran
dengan prestasi belajar siswa karena kedua
model pembelajaran tersebut baik formal
maupun informal hands on activities dalam
pelaksanaannya menggunakan sintak yang
harus dilakukan selama berlangsungnya
pembelajaran. Adanya sintak dari model
pebelajaran yang dilakukan siswa selama
berlangsungnya

sehingga

dalam

pelaksanaannya siswa masih merasa asing
dengan adanya model pembelajaran yang
baru

sehingga

kesimpulan

didalam

tidak

pengambilan

maksimal.

Dalam

pembelajaran model informal hands on
activities, siswa dituntut untuk lebih
mandiri karena pelaksanaannnya tanpa
didampingi oleh guru sebagai fasilitator.

pembelajaran

mengakibatkan kecil sekali perbedaan
diantara keduanya atau bisa dikatakan
tidak terjadi perbedaan yang signifikan
diantara

kedua

model

pembelajaran

tersebut.
2. Hipotesis Kedua

dalam pengamatan sampai mengambil
kesimpulan

proses

Berdasarkan
dengan

General

hasil

uji

Linear

Anava
Model

menunjukkan ada pengaruh kreativitas
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
biologi siswa.

Berdasarkan perhitungan

kuantitatif tersebut ternyata ada pengaruh
yang signifikan kreativitas tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar baik dari
ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor
pada pokok bahasan Plantae.

Kenyataannya siswa belum bisa dilepas
langsung

dalam

menggali

informasi

Proses pembelajaran yang ideal
adalah proses pembelajaran yang dikemas

dengan memperhatikan adanya berbagai

atas prakarsa sendiri dapat berkembang,

aspek

karena

baik

kognitif,

afektif

maupun

guru

menaruh

kepercayaan

psikomotor. Apabila proses pembelajaran

terhadap kemampuan anak untuk berpikir

dapat dilaksanakan dengan memperhatikan

dan

adanya

aspek

gagasan baru dan ketika anak diberi

tersebut maka output pembelajaran akan

kesempatan untuk bekerja sesuai dengan

mampu mengantisipasi perubahan dan

minat dan kebutuhannya, dalam suasana

kemajuan masyarakat. Oleh sebab itu

inilah kemampuan kreatif dapat tumbuh

pendidikan harus mampu dikemas dalam

dengan subur. Hal ini sesuai dengan teori

proses pembelajaran yang baik. Dengan

belajar menurut Bruner (dalam Dahar,

kata lain, dalam proses pembelajaran harus

1988: 103) menyatakan ”belajar penemuan

diperhatikan aspek kreativitas. Guru harus

sesuai pencarian pengetahuan secara aktif

mampu menarik perhatian siswa selama

oleh manusia dan dengan sendirinya

pembelajaran

dengan

memberikan hasil yang paling baik”. Siswa

mengajukan pertanyaan yang menantang,

aktif mencari pemecahan masalah serta

dengan

pengetahuan

keseimbangan

ketiga

berlangsung

harapan

merangsang

daya

berargumentasi

yang

mengemukakan

menyertainya

akan

menciptakan

menghasilkan pengetahuan yang benar-

teori

yang

benar bermakna. Hal ini juga sejalan

dikemukakan oleh Gagne. Ditinjau sebagai

dengan penelitian oleh Dewi (2011),

proses,

(dalam

menyimpulkan bahwa kreativitas yang

Munandar, 2009), kreativitas adalah proses

berkembang dapat meningkatkan hasil

merasakan

prestasi belajar siswa.

penerimaan
curiosity,

siswa
sesuai

dan
dengan

menurut

masalah,

dan

Torrance

mengamati

membuat

kekurangan

dugaan

(masalah),

adanya
tentang

menilai

dan

Menurut
Sudarko),

Semiawan

kreativitas

(dalam
merupakan

menguji dugaan atau hipotesis, kemudian

kemampuan untuk memberi gagasan baru

mengubah dan mengujinya lagi, dan

yang menerapkannya dalam pemecahan

akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya.

masalah. Kreativitas merupakan bakat

Penelitian
menunjukkan

Munandar
bahwa

(2009)

perkembangan

yang secara potensial dimiliki oleh setiap
orang,

yang

dapat
dan

ditemukenali

optimal dari kemampuan berfikir kreatif

(diidentifikasi)

dipupuk

melalui

berhubungan erat dengan cara mengajar.

pendidikan. Semakin banyak permasalahan

Pada suasana non otoriter, ketika belajar

yang dipelajari siswa untuk dipecahkan,

maka semakin banyak siswa tersebut

nyata sehingga pembelajaran menjadi lebih

berfikir sehingga kemampuan kognitifnya

bermakna. Upaya ini memungkinkan siswa

semakin

belajar

meningkat

sehingga

dapat

mandiri,

mempengaruhi prestasi siswa menjadi

ketergantungan

lebih meningkat. Hal ini dapat disimpulkan

Ausubel (dalam Dahar, 1989) ”belajar

bahwa tingkat kreativitas siswa (tinggi,

bermakna

rendah)

mengaitkan informasi baru pada konsep-

mempunyai

pengaruh

yang

pada

mengurangi
guru.

merupakan

Menurut

suatu

proses

signifikan terhadap hasil prestasi siswa.

konsep relevan

Semakin tinggi kreativitas siswa semakin

struktur

tinggi pula hasil prestasi yang diperoleh,

Berlangsungnya belajar akan dihasilkan

sedangkan

tingkat

perubahan-perubahan dalam sel-sel otak,

kreativitas siswa, semakin rendah pula

terutama sel-sel yang telah menyimpan

hasil prestasi yang diperoleh siswa.

informasi yang mirip dengan informasi

semakin

rendah

yang terdapat

kognitif

dalam

seseorang”.

yang sedang dipelajari. Dalam hal ini

3. Hipotesis Ketiga

siswa dituntut memahami informasi yang
Berdasarkan
dengan

General

hasil

uji

Linear

Anava
Model

menunjukkan ada pengaruh sikap peduli
lingkungan tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar biologi siswa.
Selama
pembelajaran

pokok

sebagian atau seluruh materi yang akan
diajarkan serta dapat menghubungkan atau
mengkaitkan

informasi

itu

pada

pengetahuan yang berupa konsep yang

berlangsungnya
materi

diterima untuk dapat menemukan sendiri

tentang

telah dimiliki sehingga belajar menjadi
lebih bermakna.

Plantae, diperlukan suatu sikap peduli
lingkungan dari seorang siswa agar lebih
dapat memahami dan berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran. Sikap peduli
lingkungan diperlukan agar siswa tidak
hanya memahami suatu materi tetapi dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan seharihari. Pembelajaran dengan menggunakan
lingkungan secara langsung diharapkan
siswa dapat menyaksikan langsung kaitan
antara teori dan praktek dalam pengalaman

Bruner

(dalam

Dahar,

1989)

menyatakan ”belajar penemuan sesuai
pencarian pengetahuan secara aktif oleh
manusia

dan

dengan

sendirinya

memberikan hasil yang paling baik”. Siswa
aktif mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan

yang

menyertainya

akan

menghasilkan pengetahuan yang benarbenar bermakna. Discovery adalah suatu
proses

mental

anak

atau

individu

mengasimilasi

konsep

dan

prinsip.

lebih mudah diingat bila dibandingkan

Pembelajaran ini melatih siswa dalam

dengan

suatu proses untuk menginvestigasi dan

dengan cara lain. Selain itu belajar

menjelaskan suatu fenomena yang tidak

penemuan meningkatkan penalaran siswa

biasa. Pembelajaran ini mengajak siswa

dan kemampuan untuk berfikir secara

untuk melakukan hal yang serupa seperti

bebas. Secara khusus belajar penemuan

para ilmuwan dalam usaha mereka untuk

melatih ketrampilan kognitif siswa untuk

mengorganisir pengetahuan dan membuat

memecahkan masalah tanpa bantuan orang

prinsip.

lain.

Hal

tersebut

sesuai

dengan

penelitian yang dilakukan oleh Mulyono
menyimpulkan terdapat hubungan yang
signifikan

antara

pemahaman

materi

dengan sikap peduli lingkungan. Menurut
Bandura (dalam

Dahar, 1989), proses

kognitif dalam diri individu memegang
peranan dalam pembelajaran, sedangkan
pembelajaran

terjadi

karena

adanya

pengaruh lingkungan sosial. Individu akan
mengamati perilaku di lingkungannya
sebagai

model,

kemudian

ditirunya
miliknya.

sehingga

menjadi

perilaku

Perilaku

individu

terbentuk

melalui

peniruan terhadap perilaku di lingkungan,
pembelajaran

merupakan

suatu

proses

bagaimana membuat peniruan yang sebaikbaiknya

sehingga

bersesuaian

dengan keadaan dirinya atau tujuannya. Bruner
(dalam Dahar, 1989) menganjurkan agar
siswa belajar melalui partisipasi secara
aktif dengan konsep dan prinsip agar
memperoleh pengalaman dan melakukan
eksperimen untuk menemukam konsep.
sehingga pengetahuan bertahan lama dan

pengetahuan

yang

dipelajari

Bertolak dari berbagai definisi yang
telah diuraikan para pakar tersebut, secara
umum belajar dapat dipahami sebagai
suatu tahapan perubahan seluruh tingkah
laku

individu

yang

relatif

menetap

(permanen) sebagai hasil atau akibat dari
pengalaman
lingkungan

dan
yang

interaksi

dengan

melibatkan

proses

kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Secord & Bakman (dalam Azwar, 2011),
sikap sebagai keteraturan tertentu dalam
hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi),
dan

predisposisi

tindakan

(konasi)

seseorang terhadap suatu aspek lingkungan
sekitar. Berdasar kemampuan menarik
kesimpulan yang baik selama proses
pembelajaran, siswa yang memiliki sikap
peduli

lingkungan

tinggi

mempunyai

prestasi belajar baik dari segi kognitif,
afektif, dan psikomotor yang lebih tinggi
dari siswa yang memiliki sikap peduli
lingkungan

rendah.

Berdasarkan

penghitungan ANAVA terhadap hasil yang

sesuai pencarian pengetahuan secara aktif

dicapai dapat disimpulkan bahwa tingkat

oleh manusia dan dengan sendirinya

sikap

dan

memberikan hasil yang paling baik”. Siswa

berbeda

aktif mencari pemecahan masalah serta

peduli

rendah)

lingkungan

memiliki

(tinggi

pengaruh

terhadap prestasi belajar. Semakin tinggi

pengetahuan

tingkat sikap peduli lingkungan siswa,

menghasilkan pengetahuan yang benar-

semakin

yang

benar bermakna. Hal ini juga sejalan

diperoleh, dan semakin rendah tingkat

dengan penelitian oleh Dewi (2011),

sikap peduli lingkungan semakin rendah

menyimpulkan bahwa kreativitas yang

pula prestasi belajar yang diperoleh.

berkembang dapat meningkatkan hasil

4.

prestasi belajar siswa

tinggi

pula

prestasi

Hipotesis Keempat
Berdasarkan

hasil

uji

yang

Tidak

Anava

menyertainya

adanya

interaksi

akan

antara

Model

model pembelajaran dengan kreativitas

menunjukkan tidak ada interaksi antara

dapat dijelaskan dari beberapa aspek,

model pembelajaran dengan kreativitas

antara lain:

terhadap prestasi belajar siswa.

a. Salah

dengan

General

Linear

Menurut penelitian yang dilakukan

satu

karakteristik

dalam

mempelajari ilmu biologi adalah menuntut

Shyr & Hsu (2010), menyimpulkan bahwa

kemampuan

penggunaan hands on activities dapat

disebabkan karena obyek biologi selalu

memberikan

berkembang

pemahaman

yang

kuat

kreativitas.

serta

Hal

tersebut

membutuhkan

tentang konsep materi yang diajarkan, baik

pengkajian yang mendalam. Siswa yang

dari sudut pandang teoritis dan praktis.

memiliki krestivitas tinggi akan mampu

Sedangkan menurut Resource Area for

untuk beradaptasi dengan materi biologi

Teaching (RAFT), (2009), menyimpulkan

yang

bahwa siswa yang diajar menggunakan

demikian

hands on activities di bidang matematika

pembelajaran khusus, misalnya formal

70%

maupun informal hands on activities tidak

siswa

mengalami

peningkatan

prestasi atau lebih dan dibidang sains 40
% siswa mengalami peningkatan prestasi.

menuntut

kreativitas.

perlakuan

dengan

Dengan
model

akan berpengaruh terhadap siswa yang
memiliki kreativitas yang sudah melekat
dalam kesehariannya. Siswa yang memiliki

Menurut Bruner (dalam Dahar,
1988:103) menyatakan ”belajar penemuan

kreativitas tinggi setelah dilakukan tes
hasil prestasi belajar mendapat nilai yang

tinggi, sedangkan siswa yang memiliki

kreativitas terhadap hasil prestasi belajar

kreativitas rendah tetap mendapat nilai

siswa dapat difahami karena kreativitas

rendah setelah dilakukan tes hasil prestasi

merupakan bakat yang secara potensial

belajar. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

dimiliki oleh setiap orang, yang dapat

ada interaksi antara penerapan model

ditemukenali (diidentifikasi) dan dipupuk

pembelajaran formal dan informal hands

melalui

on

kreativitas merupakan faktor genetis yang

activities

kreativitas

terhadap

siswa

tinggi

kemampuan
dan

rendah

pendidikan.

telah menyatu dengan seseorang yang

terhadap materi Plantae di klas X SMA

selalu

Negeri 3 Madiun.

langsung

b.

Penerapan

pembelajaran

Kemampuan

mendominasi

dan

dalam

kehidupannya

berpengaruh

semua

termasuk

aspek

dalam

proses

model formal dan penerapan pembelajaran

belajar dan tidak dapat diubah dengan

model formal dan informal hands on

perlakuan apapun termasuk penerapan

activities memiliki arti interaksi dengan

model

kreativitas jika hasil akhir didapatkan
bahwa siswa yang memiliki kreativitas
rendah akan mendapat nilai tinggi atau
sebaliknya, siswa yang memiliki nilai
tinggi karena dipengaruhi oleh penerapan
model pembelajaran yang mungkin tidak
sesuai maka akan mengakibatkan turunnya
nilai bagi siswa yang awalnya memiliki
kreativitas tinggi. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa dengan perlakuaan
model baik

formal maupun informal

hands on activities ternyata siswa yang
memiliki kreativitas tinggi tetap mendapat
nilai tinggi, dan siswa yang mempunyai
keampuan

kreativitas

rendah

tetap

pembelajaran,

karakteristik

model

pembelajaran

interaksi
tersebut

antara
dengan

dipelajari

penerapan model pembelajaran apapun
siswa tetap bisa menguasai pelajaran dan
sebaliknya sebab kreativitas tidak timbul
serta-merta, tetapi melalui beberapa proses
seperti

yang

dikemukakan

Hernacki

(2001:301)

Quantum

Learning

Porter

dalam
bahwa

&

bukunya
kreativitas

mengalir melalui lima tahap, tahap-tahap
tersebut sebagai berikut: 1) persiapan:
mendefinisikan

masalah,

tujuan,

atau

tantangan; 2) inkubasi: mencerna faktafakta dan mengolahnya dalam pikiran; 3)
iluminasi:

verifikasi:
adanya

yang

menuntut kemampuan kreativitas. Tanpa

mendesak

gagasan-gagasan

mendapat nilai rendah.
Tidak

materi

meskipun

ke

permukaan,

bermunculan;

memastikan

solusi

4)
yang

diusulkan itu benar-benar memecahkan
masalah; 5) aplikasi: mengambil langkah-

langkah

untuk

menindaklanjuti

solusi

hari,

dengan

cara

melibatkan

tujuh

tersebut. Dengan demikian siswa harus

komponen utama pembelajaran efektif. Hal

menyesuaikan dengan kemampuan dan

tersebut sesuai dengan penelitian yang

potensi yang ada sebagai faktor potensi

dilakukan

pribadi sehingga secara umum dapat

menyimpulkan melalui pendekatan CTL

dinyatakan tidak ada interaksi antara

(Contextual Teaching and Learning) yang

penerapan model pembelajaran dengan

berfokus

kreativitas siswa, sehingga prestasi belajar

diterapkan, siswa mampu mengembangkan

biologi siswa dengan kreativitas tinggi

keterampilan berinvestigasi dan analisis

yang menggunakan pembelajaran model

sehingga mereka mampu merespon realitas

formal dan informal hands on activities

kontekstual yang berbeda yang mereka

tetap lebih baik dari prestasi belajar bologi

hadapi. Dengan kata lain perkembangan

siswa dengan kreativitas belajar rendah.

kognitif

5.

dengan

hasil

General

uji

Linear

menunjukkan taraf signifikansi

Anava
Model
untuk

sikap peduli lingkungan ranah kognitif
adalah 0.013. Hal ini menunjukkan ada
interaksi yang signifikan antara model
pembelajaran formal dan informal hands
on

activities

Schudel,

pada

et.al,

kompetensi

seseorang

dapat

yang

ditingkatkan

dengan jalan mengatur bahan yang akan

Hipotesis Kelima
Berdasarkan

oleh

dengan

sikap

peduli

lingkungan terhadap prestasi belajar siswa
ranah kognitif, tetapi tidak terhadap ranah
afektif maupun psikomotor.

dipelajari

dan

menyajikannya

dengan

tingkat

sesuai

perkembangannya.

Menurut Bandura (dalam Dahar, 1989),
proses

kognitif

dalam

diri

individu

memegang peranan dalam pembelajaran,
sedangkan pembelajaran terjadi karena
adanya

pengaruh

lingkungan

sosial.

Individu akan mengamati perilaku di
lingkungannya sebagai model, kemudian
ditirunya

sehingga

menjadi

perilaku

miliknya.

Perilaku

individu

terbentuk

melalui peniruan terhadap perilaku di

Pendekatan Contextual Teaching

lingkungan,

pembelajaran

merupakan

and Learning membantu guru mengaitkan

suatu proses bagaimana membuat peniruan

antara materi yang diajarkan dengan situasi

yang

dunia

dengan keadaan dirinya atau tujuannya.

nyata

dan

mendorong

siswa

membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya secara teoritis dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-

sebaik-baiknya

Model

sehingga

hands

on

bersesuaian

activities

mendorong rasa ingin tahu siswa secara

lebih mendalam sehingga cenderung untuk

kegiatan

membangkitkan

membantu

siswa

mengadakan

pembelajaran,
siswa

maka

dalam

akan

membangun

penelitian untuk mendapatkan pengamatan

sendiri pengetahuannya. Berdasarkan hasil

dan pengalaman dalam proses ilmiah,

uji lanjut Anava terlihat adanya interaki

sehingga

lingkungan

antara model pembelajaran informal hands

sekitar yang mendukung dalam menggali

on activities sikap peduli lingkungan

informasi melalui pengamatan langsung

rendah dan model pembelajaran informal

akan

terhadap

hands on activities sikap peduli lingkungan

pencapain hasil akhir yang diharapkan,

tinggi terhadap prestasi belajar ranah

yaitu meningkatnya prestasi belajar siswa.

kognitif siswa. Siswa yang memiliki sikap

Zainuddin

dengan

fasilitas

memberikan

pengaruh

(dalam

Amin,

2007)

peduli lingkungan rendah yang diberi

ranah

kognitif

perlakuan dengan model informal hands

dapat dilatihkan dengan memberi tugas,

on activities menunjukkan hasil prestasi

memperdalam teori yang berhubungan

yang

dengan tugas hands on activities yang

memiliki sikap peduli lingkungan yang

dilakukan, menggabungkan berbagai teori

tinggi memiliki nilai yang tinggi pula

yang telah diperoleh, menerapkan teori

dengan perlakuan menggunakan model

yang pernah diperoleh pada masalah yang

informal

nyata. Sementara itu menurut pandangan

pelaksanaannya memberikan keleluasaan

para kontruktivisme (dalam Budiningsih,

dalam berinteraksi dengan lingkungan.

2005),

melakukan

Adapun

menuyusun

signifikan

mengemukakan

bahwa

siswa

kegiatan,

harus

aktif

aktif

berfikir,

rendah,

sebaliknya

hands

tidak

on

activities

adanya

antara

siswa

interaksi

penggunaan

yang

yang

yang
model

konsep, dan memberi makna tentang hal-

pembelajaran dan sikap peduli lingkungan

hal yang sedang dipelajari. Pada proses

terhadap prestasi belajar siswa aspek

tersebut di atas segala sesuatu seperti

afektif

bahan, peralatan, lingkungan, dan fasilitas

bahwa sikap peduli lingkungan tidak

lainnya harus disediakan untuk membantu

memberikan

proses

Pada

terhadap prestasi belajar siswa baik yang

kegiatan

diberi perlakuan model formal maupun

pembentukan

pendekatan

tersebut.

konstruktivisme,

belajar adalah kegiatan yang aktif, pelajar
membangun

sendiri

pengetahuannya.

Dengan demikian jika siswa mempunyai
sikap peduli lingkungan yang tinggi dalam

dan

psikomotor

perbedaan

informal hands on activities.
6. Hipotesis Keenam

menunjukkan

yang

nyata

Berdasarkan

hasil

General

dengan

uji

Linear

Anava

menghambat upaya kreatif. Jika siswa

Model

memiliki kreativitas yng tinggi, maka

menunjukkan tidak ada interaksi antara

dengan

kreativitas

beradaptasi

dengan

sikap

peduli

keadaan

apapun

dengan

akan

materi

dapat
biologi,

lingkungan terhadap prestasi belajar siswa,

sehingga perlakuan apapun tidak akan

baik dari segi ranah kognitif, afektif,

berpengaruh terhadap siswa yang telah

maupun psikomotor.

memiliki kreativitas tinggi. Sedangkan

Selama mempelajari biologi, agar
menghasilkan

pemahaman

menyeluruh,

diperlukan

secara
adanya

kemampuan kreativitas yang tinggi serta
suatu sikap peduli pada lingkungan karena
dalam mempelajari biologi pada pokok
bahasan dunia tumbuhan diperlukan kedua
hal tersebut. Menurut Ausubel (dalam
Dahar,

1989)

merupakan
informasi

”belajar

bermakna

proses

mengaitkan

suatu
baru

pada

konsep-konsep

relevan yang terdapat dalam struktur
kognitif seseorang”. Agar individu dapat
mengaitkan

informasi

baru

dalam

pembelajaran diperlukan suatu kreativitas
siswa.

Menurut

Torrance

(dalam

Munandar, 2009), kreativitas merupakan
bakat yang secara potensial dimiliki oleh
setiap orang, yang dapat ditemukenali
(diidentifikasi)

dan

dipupuk

melalui

pendidikan. Seseorang mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia
berada, dengan demikian baik perubah di

sikap menurut Secord & Bakman (dalam
Azwar,

2011),

seperti

yang

sudah

dijelaskan pada hipótesis ke dua, sikap
sebagai keteraturan tertentu dalam hal
perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan
predisposisi tindakan (konasi) seseorang
terhadap suatu aspek lingkungan sekitar.
Senada dengan pendapat tersebut, dari
kelompok yang berorientasi kepada skema
triadik (triadic scheme), menurut kerangka
pemikiran ini, suatu sikap merupakan
konstelasi komponen-komponen kognitif,
efektif dan konatif yang saling berinteraksi
dalam

memahami,

merasakan,

dan

berperilaku terhadap suatu objek. Jika
siswa memiliki sikap

peduli terhadap

lingkungan yang tinggi, maka dengan
keadaan apapun akan dapat beradaptasi
dengan materi biologi, sehingga perlakuan
apapun tidak akan berpengaruh terhadap
siswa yang telah memiliki sikap peduli
lingkungan tinggi.
Berdasar kedua penjelasan tersebut

dalam

bisa ditarik kesimpulan tidak ada interaksi

lingkungan dapat menunjang atau dapat

antara kreativitas dengan sikap peduli

dalam

individu

maupun

di

lingkungan,

karena

pada

dasarnya

melalui

pendidikan.

Kemampuan

kreativitas merupakan faktor genetik yang

kreativitas merupakan faktor genetis yang

sudah dimiliki seseorang, sedangkan suatu

telah menyatu dengan seseorang yang

sikap mencerminkan suatu keterkaitan

selalu

antara

langsung

perasaan

(afeksi),

dan

predisposisi

(kognisi)

pemikiran
tindakan

mendominasi

dan

dalam

kehidupannya

berpengaruh

semua

termasuk

aspek

dalam

proses

(konasi) seseorang terhadap suatu aspek

belajar dan tidak dapat diubah dengan

lingkungan sekitar, sehingga suatu sikap

perlakuan apapun termasuk penerapan

dapat dibentuk sesuai dengan keadaan

model

lingkungan yang menunjung yang ada

karakteristik

disekelilingnya. Hal ini menunjukkan arti

menuntut kemampuan kreativitas.

bahwa sesungguhnya tidak ada interaksi
atau kaitan antara kreativitas dengan sikap
peduli lingkungan terhadap hasil belajar

pembelajaran,
materi

meskipun

yang

dipelajari

Berdasarkan hasil hipotesis keenam
bahwa

tidak

adanya

interaksi

antara

sikap

peduli

kreativitas

dengan

siswa pada materi dunia tumbuhan.

lingkungan,

karena

7. Hipotesis Ketujuh

kreativitas merupakan faktor genetik yang

Berdasarkan
General

dengan

hasil

uji

Linear

Anava
Model

menunjukkan tidak ada interaksi antara

pada

dasarnya

sudah dimiliki seseorang, sedangkan suatu
sikap mencerminkan suatu keterkaitan
antara

perasaan

(afeksi),

dan

predisposisi

pemikiran

pembelajaran kontekstual model formal

(kognisi)

dan informal hands on activities dengan

(konasi) seseorang terhadap suatu aspek

kreativitas

dan sikap peduli lingkungan

terhadap prestasi belajar siswa, baik dari
segi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

tindakan

lingkungan sekitar, sehingga suatu sikap
dapat dibentuk sesuai dengan keadaan
lingkungan yang menunjung yang ada
disekelilingnya. Hal ini menunjukkan arti

Berdasarkan

hasil

hipotesis

keempat bahwa tidak adanya interaksi
antara

model

pembelajaran

dengan

kreativitas terhadap hasil prestasi belajar

bahwa sesungguhnya tidak ada interaksi
atau kaitan antara kreativitas dengan sikap
peduli lingkungan terhadap hasil belajar
siswa.

siswa dapat difahami karena kreativitas
merupakan bakat yang secara potensial
dimiliki oleh setiap orang, yang dapat
ditemukenali (diidentifikasi) dan dipupuk

Berdasarkan

penjelasan

dari

hipótesis keempat dan keenam, tidak
terdapat interaksi tersebut dapat diartikan

bahwa

antara

model

pembelajaran,

psikomotor tidak ada, (6) tidak ada

kreativitas dan sikap peduli lingkungan

interaksi antara kreativitas dengan sikap

tidak saling mempengaruhi satu dengan

peduli lingkungan siswa terhadap prestasi

yang lainnya. Dengan demikian pada

belajar kognitif, afektif dan psikomotor

pembelajaran model formal dan informal

siswa, (7) tidak ada interaksi antara model

hands on activities, siswa yang mempunyai

pembelajaran (formal dan informal hands

kreativitas

peduli

on activities), kreativitas dan sikap peduli

lingkungan tinggi memiliki prestasi belajar

lingkungan siswa terhadap prestasi belajar

lebih baik dari siswa yang memiliki

kognitif, afektif dan psikomotor siswa.

tinggi

kreativitas

rendah

dan

dan

sikap

sikap

peduli

Berkaitan dengan penelitian ini,

lingkungan rendah.

agar prestasi belajar siswa dapat meningkat

Kesimpulan

secara dan dapat berkembang secara

Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa: (1) tidak ada pengaruh model
formal dan informal hands on activities
terhadap prestasi belajar ranah kognitif,
afektif dan psikomotor siswa; (2) ada
pengaruh

kreativitas tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar kognitif, afektif
dan psikomotor siswa; (3) ada pengaruh
sikap peduli lingkungan tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar kognitif, afektif
dan psikomotor siswa; (4) tidak ada
interaksi

antara

model

pembelajaran

(formal dan informal hands on activities)
dengan kreativitas terhadap prestasi belajar
kognitif, afektif dan psikomotor siswa, (5)
ada interaksi antara model pembelajaran
(formal dan informal hands on activities)
dengan sikap peduli lingkungan terhadap
prestasi kognitif, sedang untuk afektif dan

optimal, maka pada pembelajaran materi
Biologi ada beberapa hal yang dapat
disarankan. Beberapa saran tersebut antara
lain: 1) bagi peneliti selanjutnya. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
efektivitas

penggunaan

model

pembelajaran formal dan informal hands
on activities dalam pembelajara materi
biologi atau yang lain agar diperoleh hasil
yang lebih baik. Dengan demikian hasil
penelitian tersebut dapat memperbesar
peluang penggunaan model pembelajaran
formal dan informal hands on activitie, 2)
bagi guru. Agar dapat menerapkan model
formal dan informal hands on activities
dalam usaha meningkatkan prestasi belajar
siswa. Agar pelaksanaannya lebih efektif,
hal yang harus diperhatikan yaitu sebelum
pelaksanaan
sebaiknya

penelitian
guru

berlangsung,

melakukan

adaptasi

terlebih

dahulu

terhadap

Hasil

model

Belajar

Siswa

dalam

pembelajaran yang akan diterapkan agar

Pembelajaran IPA. UPI. (Online).

dalam pelaksanaan penelitian siswa tidak

Tersedia:

asing dengan model pembelajaran yang

http://repository.upi.edu/operator/u

digunakan, 3) bagi sekolah: (a) hasil

pload/s_pgsd_0810275_chapter2.p

penelitian ini hendaknya menjadi salah

df

satu acuan bagi sekolah untuk secara terus

Budiningsih, A. (2005). Belajar dan

menerus mengembangkan pembelajaran

Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

yang inovatif dalam rangka meningkatkan

Cipta..

prestasi belajar siswa, (b) pihak sekolah
hendaknya selalu mengupayakan sarana

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

dan prasarana yang memadai dalam rangka
mendukung

pelaksanaan

pembelajaran

Deen,

I.S

and

Smith,

B.P.

(2006).

yang bervariasi sesuai dengan karakterstik

Contextual Teaching and Learning

materi pelajaran.

Practices

in

The

Family

and

Consumer Sciences Currriculum.

Daftar Pustaka

Journal of Family and Consumer
Amin, M. (2007). Pembelajaran Sain
Kontekstual Melalui Hands on
Activity.

(Online).

Sciences Education, Jurnal 24 (1):
14-27.

Tersedia:

http://lubisgrafura.wordpress.com/2

Depdiknas.

(2003).

Berdasarkan

007/09/09

Pengajaran

Masalah.

Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.
Amri,

S

dan

Ahmadi,

Kontruksi

I.K.

(2010).

Pengembangan

Pembelajaran. Jakarta: PT Prestasi

Dewi, A.F. (2011). Pembelajaran Sains
Fisika Berbasis Hands On Activitiy
Pada

Pustakaraya

Pokok

Dinamis
Azwar,S. (2011). Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya.

Yogyakarta:

Penerbit Pustaka Pelajar.
Budiman,

A.

(2011).

Bahasan

Untuk

Listrik

Meningkatkan

Hasil belajar Dan Mengembangkan
Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri
12 Semarang Tahun Ajaran 2009 /

Penerapan

Pendekatan Contextual Teaching
and Learning Untuk Meningkatkan

2010.

(Online).

Tersedia

:http://lib.unnes.ac.id/9217/.

Dikbud KBRI Tokyo. (2003). Undang-

Keterampilan

Berpikir

Tingkat

Undang Republik Indonesia Nomor

Tinggi

20 Tahun 2003 tentang Sistem

Karakter.

Pendidikan

(Online).

Tersedia:(http://sembio.fkip.uns.ac

http://www.inherent-

.id/wpcontent/uploads/2011/07/Pe

Tersedia

Nasional.
:

dikti.net/files/sisdiknas.pdf

Perspectives of Hands- on Science
(Online).

Pembangunan

UPI.

(Online).

ndidikan-dan-Penelitian-Sains-

Haury, D.L. and Rillero, P. (1994).

Teaching,

Untuk

HOT1.pdf)
Sandifer,

C

&

Haines,

S.

(2009).

Tersedia:

Elementary Teacher Perceptions of

http://www.ncrel.org/sdrs/areas/iss

Hands-On Science Teaching in an

ues/content/cntareas/science/eric/er

Urban School System: The Greater

ic-1.htm

Educational

Mulyono, S. (2008). Hubungan Antara

Associated

Context
Outcomes.

and
Towson

Motivasi Belajar Dan Pemahaman

University Research in Higher

Materi

Pendidikan

Education Journal: 1-17.

Hidup

Dengan

Lingkungan
Program

Sikap

Pada
S1-

Lingkungan
Peduli

Schudel, I, Roux, C.L, Sisitka, H.L,

Mahasiswa

Loubser, C, Donoghue, R and

PGSD

Wilayah

Shallcross,

T.

(2008).

Kabupaten Sragen. Tesis Program

Contextualising

Pasca Sarjana. UNS.

Advanced Certificate in Education

Munandar, U. (2009). Pengembangan

learning

(Environmental

in

Education)

Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:

courses: synthesising contexts and

Rineka Cipta.

experiences.

South

African.

Journal of education. 28: 543-559.
Riyanti.

(2009).

Pembelajara

Biologi

Investigation

Shyr, W.J & Hsu, C.H. (2010). Hands-on

melalui Hands On activities dan E-

Activities to Enhance Renewable

learning ditinjau dari Kreativitas

Energy Learning, Global Journal

dan Gaya Belajar Siswa. Tesis

of

Dengan

Group

Program Pascasarjana. UNS.
Rustaman, N.Y. (2011). Pendidikan Sains
dalam

Mengembangkan

Engineering

Education.

12

(1):24-29.
Suciati. (2010). Membangun Karakter
Peserta

Didik

Melalui

Berbasis

Yasin, R.M, Rahman, S, Musthapa, R, and

Keterampilan Proses. Prosiding

Tahir, K. (2011). Development of

Seminar Nasional VII Pendidikan

Generic

Biologi di FKIP UNS.

Through

Pembelajaran

Sudarko,

R.A.

Biologi

Multi

Intelligance.

in Community Colleges. World

Tersedia:

Suminto. (2009).

Peningkatan Minat

Belajar Biologi Materi Tumbuhan
Angiospermae

dengan

Menggunakan

Local

Material

Learning Pada Siswa Kelas X-4
Semester Genap SMTA MTA
Surakarta Tahun 2008/2009. \
DIDAKTIKA. 1 (3):529-540.
Hendrawati,

S,

dan

Rustaman, A. (2011). Membangun
Sains

Peserta

Didik.

Bandung: Humaniora.
Model-Model

(2007).

Pembelajran Inovatif Berorientasi
Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.
Wasis. (2006). Contextual Teaching and
Learning
Pembelajaran

(CTL)

Dalam

Sains-Fisika SMP,

Cakrawala Pendidikan XXV (1): 116.

Applied

Sciences

Journal

15

(Innovation and Pedagogy for Life
Long learning):1-6.

eloping_Creative.pdf

Trianto.

and

Contextual Teaching and Learning

http://eprints.uny.ac.id/3035/1/Dev

Literasi

Interavtion

Developing

(Online).

U,

Peer

Skill

(2011).

Creativity

Toharudin,

Employability

Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Peningkatan Hasil Belajar PKn dalam Materi Peranan Globalisasi Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) di kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 4 180

NVESTIGATION MELALUI HANDS ON ACTIVITIES DAN E LEARNING DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN GAYA BELAJAR SISWA

1 13 131

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP Eksperimen Pembelajaran Dengan Pendekatan Open-Ended Dan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari M

0 2 16

PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN DAN INTERNET DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

0 3 151

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Solving Dan Contextual Teaching And Learning (CTL)Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kedisiplinan Siswa.

0 0 14

PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI MEDIA FLIPCHARTDAN VIDEO DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR.

0 0 12

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MODEL CTL (Contextual Teaching and Learning) MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI DAN MEDIA LINGKUNGAN DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN GAYA BELAJAR | Rahayuningsih | Inkuiri 3819 8446 1 SM

0 0 11

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI MODEL FORMAL DAN INFORMAL HANDS ON ACTIVITIES DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN | Restanti | Inkuiri 3821 8450 1 SM

0 0 11

PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ) MELALUI MEDIA FLIPCHART DAN VIDEO DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR | Suciati Sudarisman | BIOEDUKASI 5534 11855 1 SM

0 0 21