PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN DAN INTERNET DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(Studi Kasus pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011)

Tesis

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama Pendidikan Kimia

Oleh :

ANITA DWI PUSPITASARI S 831002006

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

(3)

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hidup adalah perjuangan

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini

Sebenarnya kegagalan yang paling besar adalah apabila kita tidak pernah mencobanya


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Karya sederhana ini aku persembahkan kepada:

1. ALLAH S.W.T, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

2. Drs.Mujiyono, M.S.I. dan Sri Sulastri, S.Pd terima kasih atas doa dan dukungannya

3. Suami tercintaku yang selalu setia mendampingiku, terima kasih atas doa, dukungan dan perhatiannya

4. Anakku, Farrel Muhammad Mumtaz, terima kasih atas dukungannya 5. Saudara-saudaraku Terima kasih atas semangatnya

6. Teman-teman Pendidikan Kimia Pascasarjana UNS angkatan februari 2010. Terima kasih atas kerjasama dan dukungannya.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Nama : Anita Dwi Puspitasari

NIM : S831002006

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN DAN INTERNET DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA” (Studi Kasus pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Juni 2011 Yang Membuat Pernyataan


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING) MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN DAN INTERNET

DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA. (Studi Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun Ajaran 2010 / 2011 ) dengan baik.

Dalam penyusunan tesis ini penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang terkait, maka tidaklah mungkin tesis ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Dra Suparmi, MA. Ph.D. selaku sekretaris Program Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Prof. Dr. H. Ashadi selaku Dosen Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini 5. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II dalam


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. Moh. Barki, S.Ag selaku Kepala MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri yang telah

memberikan ijin penelitian

8. Teman teman mahasiswa Program Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu terselesainya tesis ini.

Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak kekurangan. Maka demi sempurnanya penyusunan tesis ini kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juni 2011

Penulis


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO... .... iv

PERSEMBAHAN... .... v

SURAT PERNYATAAN... .... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... .... xi

DAFTAR GAMBAR... ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... ... xiv

ABSTRAK... xvi

ABSTRACT... .... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

B. IDENTIFIKASI MASALAH ... 6

C. PEMBATASAN MASALAH ... 7

D. PERUMUSAN MASALAH ... 8

E. TUJUAN PENELITIAN ... 9


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Belajar dan Pembelajaran... 12

2. Teori-teori Belajar... 14

3. Model Pembelajaran CTL ... 20

4. Media Pembelajaran ... 28

5. Media Lingkungan ... 34

6. Media Internet... 36

7. Sikap Ilmiah ... 38

8. Aktivitas Belajar Siswa... 42

9. Prestasi Belajar... ... 44

10. Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari ... 47

B. PENELITIAN YANG RELEVAN ... 57

C. KERANGKA PEMIKIRAN... 60

D. HIPOTESIS ... 68

BAB III METODE PENELITIAN ... 70

A. POPULASI PENELITIAN ... 70

B. SAMPEL PENELITIAN ... 70

C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN... 71

D. METODE PENELITIAN... 72

E. VARIABEL PENELITIAN ... 74


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 91

A. DESKRIPSI DATA... 91

B. PENGUJIAN PRASYARAT ANALISIS ... 109

C. UJI HIPOTESIS ... 115

D. PEMBAHASAN... 122

E. KELEMAHAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 130

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 131

A. KESIMPULAN ... 131

B. IMPLIKASI ... 133

C. SARAN ... 134


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kehidupan sehari-hari kelas VIII 3 tahun terakhir ... 5

Tabel 3.1. Jadwal penelitian... 71

Tabel 3.2. Desain faktorial ... 72

Tabel 3.3. Hasil uji validitas tes kognitif ... 77

Tabel 3.4. Indeks kesukaran tes kognitif... 79

Tabel 3.5. Daya beda tes kognitif ... 81

Tabel 3.6. Hasil uji validitas angket sikap ilmiah... 83

Tabel 3.7. Hasil uji validitas angket aktivitas belajar ... 83

Tabel 3.8. Hasil uji validitas angket prestasi belajar afektif ... 84

Tabel 3.9. Desain anava 2x2x2 ... 89

Tabel 4.1. Jumlah siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah dan tinggi ... 91

Tabel 4.2. Jumlah siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah dan tinggi ... 93

Tabel 4.3.Prestasi Belajar kedua media (kognitif) ... 94

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi prestasi belajar (kognitif) ... 95

Tabel 4.5. Prestasi belajar sikap ilmiah rendah dan tinggi (kognitif) ... 96

Tabel 4.6. Distribusi frekuensi prestasi belajar sikap ilmiah rendah dan tinggi (kognitif) ... 96

Tabel 4.7 Prestasi belajar siswa aktivitas rendah dan tinggi (kognitif)... 97

Tabel 4.8. Distribusi frekuensi prestasi belajar aktivitas rendah dan tinggi (kognitif) ... 98 Tabel 4.9. Prestasi belajar model CTL media lingkungan dan internet (kognitif) 99


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.13. Prestasi belajar sikap ilmiah rendah dan tinggi (afektif) ... 104

Tabel 4.14. Distribusi frekuensi prestasi belajar sikap ilmiah rendah dan tinggi (afektif) ... 104

Tabel 4.15 Prestasi belajar siswa aktivitas rendah dan tinggi (afektif) ... 105

Tabel 4.16. Distribusi frekuensi prestasi belajar aktivitas rendah dan tinggi (afektif) ... 106

Tabel 4.17. Prestasi belajar model CTL media lingkungan dan internet (afektif) 107 Tabel 4.18. Rata-rata prestasi belajar masing-masing kelompok (afektif) ... 109

Tabel 4.19. Hasil uji normalitas data prestasi belajar kognitif dan afektif ... 111

Tabel 4.20. Hasil uji homogenitas Prestasi Belajar kognitif dan afektif ... 114

Tabel 4.21. Analisis of Varians General Linier Model kognitif ... 115


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.2.Grafik distribusi frekuensi aktivitas belajar ... 93

Gambar 4.3. Histogram prestasi belajar kedua media (kognitif) ... 95

Gambar 4.4. Histogram prestasi belajar sikap ilmiah (kognitif) ... 97

Gambar 4.5 . Histogram prestasi belajar aktivitas belajar (kognitif) ... 99

Gambar 4.6. Histogram prestasi belajar kedua media (afektif) ... 103

Gambar 4.7. Histogram prestasi belajar sikap ilmiah (afektif) ... 105

Gambar 4.8 . Histogram prestasi belajar aktivitas belajar (kognitif) ... 106

Gambar 4.9. Uji normalitas prestasi belajar kognitif ... 110

Gambar 4.10. Uji Normalitas skor sikap ilmiah ... 110

Gambar 4.11. Uji normalitas skor aktivitas belajar ... 111

Gambar 4.12. Uji homogenitas Media terhadap prestasi (kognitif) ... 113

Gambar 4.13. Uji homogenitas sikap ilmiah terhadap prestasi (kognitif) ... 113

Gambar 4.14. Uji homogenitas aktivitas belajar terhadap prestasi (kognitif) ... 114

Gambar 4.15. Uji lanjut pengaruh metode terhadap prestasi (kognitif) ... 118

Gambar 4.16. Uji lanjut pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi (kognitif) ... 118

Gambar 4.17. Uji lanjut pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi (kognitif).. 119

Gambar 4.18. Uji lanjut media dan sikap ilmiah terhadap prestasi (kognitif) ... 112

Gambar 4.19. Uji lanjut pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi (afektif) ... 118


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lampiran 2. RPP (CTL Media Lingkungan) ... 141

Lampiran 3. Lembar Kegiatan Siswa (Media Lingkungan) ... 147

Lampiran 4. RPP (CTL Media Internet) ... 152

Lampiran 5. Lembar Kegiatan Siswa (Media Internet) ... 158

Lampiran 6. Kisi-kisi Soal Prestasi Belajar Kognitif Uji Coba ... 162

Lampiran 7. Tes Prestasi Belajar Kognitif Uji Coba... 165

Lampiran 8. Kunci Jawaban Tes Kognitif ... 171

Lampiran 9. Lembar Jawab Tes Kognitif ... 172

Lampiran 10. Kisi-kisi Angket Sikap Ilmiah Siswa Uji Coba ... 173

Lampiran 11. Angket Sikap Ilmiah Siswa ... 174

Lampiran 12. Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar Kimia ... 180

Lampiran 13. Angket Aktivitas Belajar ... 181

Lampiran 14. Kisi-kisi Penyusunan Angket Aspek Afektif Uji Coba ... 184

Lampiran 15. Angket Aspek Afektif ... 185

Lampiran 16. Analisis ujicoba prestasi kognitif ... 190

Lampiran 17. Analisis ujicoba prestasi afektif ... 192

Lampiran 18. Analisis ujicoba angket aktivitas belajar siswa ... 194

Lampiran 19. Analisis ujicoba angket sikap ilmiah siswa ... 195

Lampiran 20. Lembar Soal Tes Aspek Kognitif... 197


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lampiran 25. Gambar Kegiatan Pembelajaran ... 219


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari pada kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011). Tesis, Surakarta: Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret 2011. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Ashadi, Pembimbing II: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model CTL media lingkungan dan model CTL media Internet, (2) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah, (3) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan rendah, (4) Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar, (5) Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, (6) Interaksi antara sikap ilmiah siswa dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, (7) Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dilaksanakan mulai bulan November 2010 sampai dengan Maret 2011. Populasinya adalah siswa kelas VIII MTs Sudirman Ngadirojo, sampel diambil dengan sistem cluster random sampling, sebanyak 2 kelas. Kelas VIIIA menggunakan model CTL dengan media lingkungan dan kelas VIIIB menggunakan model CTL dengan media internet. Teknik pengumpulan data prestasi belajar kognitif menggunakan metode tes, sedangkan sikap ilmiah siswa, aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar afektif menggunakan metode angket. Data dianalisis dengan Anova 2x2x2 dengan menggunakan software Minitab 16.

Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model CTL media lingkungan dan model CTL media Internet, (2) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah, (3) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan rendah, (4) Terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar, (5) Tidak terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, (6)Tidak terdapat interaksi antara sikap ilmiah siswa dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, (7) Tidak terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar,

Kata kunci: CTL (Contextual Teaching And Learning), Media Lingkungan, Media Internet, Sikap ilmiah, Aktivitas Belajar, Prestasi belajar, Bahan-bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Teaching and Learning (CTL) Model Using Environment and Internet Media overviewed from the Scientific Attitude and Student Learning Activity”. (A Case Study on Chemical Materials in Daily Life for VIII graders of MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri, Academic Year of 2010/2011). Thesis, Surakarta: Science Education Program of Postgraduate Program of Sebelas Maret University, 2011. Advisor I: Prof. Dr. H. Ashadi, Advisor II: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd

This research aims were to find out: (1) the diference of student achievement between the students who learnt using CTL model with environment and with internet media; (2) the diference of students achievement between the students who had high and low scientific attitude; (3) the diference of students achievement between the students who had high and low learning activity; (4) interaction between learning media and scientific attitude toward students achievement; (5) interaction between learning media and students learning activity toward students achievement; (6) interaction between scientific attitude and students learning activity toward students achievement; (7) interaction among learning media, scientific attitude and students learning activity toward students achievement.

The research used experimental method and was conducted from November 2010 to March 2011. The population were the VIII graders of MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri. The samples were taken using cluster random sampling consisted of 2 classes, VIIIA and VIIIB. VIIIA was treated using CTL model with environmental media and VIIIB was treated using CTL model with internet media. The data was collected using test for cognitive achievement and questionnary for affective achievement, scientific attitude and Student Learning Activity. The data was analyzed using Anova 2x2x2 with Minitab 16 software.

From the data analysis, it can be concluded that: (1) there was a diference of students achievement between the students who learnt using CTL model with environment and with internet media (2) there was a diference students achievement between the students who had high and low scientific attitude; (3) there was a diference of students achievement between the students who had high and low learning activity; (4) there was an interaction between learning media and scientific attitude on students achievement; (5) there was no interaction between learning media and students learning activity toward students achievement; (6) there was no interaction between scientific attitude and students learning activity toward students achievement; (7) there was no interaction between learning media, scientific attitude and students learning activity toward students achievement

Keywords: CTL (Contextual Teaching And Learning), chemical material in daily life, environmental media, internet media, scientific attitude, students learning activity, students achievement.


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id A.LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah salah satu usaha menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Masalah mendasar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia sekarang adalah bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan selalu dikaitkan dengan pencapaian prestasi belajar yang diperoleh siswa yang diindikasikan dengan skor hasil tes. Kualitas pendidikan tidak dapat terlepas dari kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari aspek proses dan aspek hasil. Proses pembelajaran yang berhasil apabila selama kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa menunjukkan aktivitas belajar yang tinggi dan terlibat secara aktif, baik fisik maupun mental. Sedangkan dari aspek hasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada siswa, serta menghasilkan output dengan prestasi belajar yang tinggi. Untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membenahi model pembelajaran yang dilakukan oleh guru.


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Masih banyak orang beranggapan bahwa media pembelajaran selalu terkait dengan teknologi tinggi, elektronika, digital dan biaya mahal contohnya yang kita kenal sebagai media pembelajaran adalah media cetak, transparansi, audio, slide suara, video, multimedia interaktif, dan e-learning. Namun sesungguhnya hal tersebut merupakan pemikiran yang sempit dalam memaknai arti dari sebuah media pembelajaran. Media pembelajaran terdiri dari berbagai macam jenis, dari media pembelajaran yang sederhana dan murah hingga media pembelajaran yang canggih dan mahal. Dari mulai rakitan pabrik hingga buatan tangan para guru itu sendiri, bahkan ada pula yang telah disediakan oleh alam di lingkungan sekitar kita yang dapat langsung digunakan sebagai media pembelajaran. Atas dasar pemahaman tersebut diatas maka diharapkan tidak ada lagi argumentasi yang muncul dikalangan para guru untuk tidak dapat menggunakan alat peraga oleh karena biayanya mahal. Begitu banyaknya lingkungan disekitar kita yang dapat digunakan sebagai media alat peraga tanpa perlu biaya mahal.

Internet (interconection and networking) adalah jaringan global yang menghubungkan jutaan komputer di seluruh dunia, dimana komputer yang tersambung ke internet menyediakan informasi yang terbuka untuk umum, sehingga pemakai internet akan dapat menghubungi banyak komputer kapan saja, dan di mana saja di belahan bumi ini untuk mengirim berita, memperoleh informasi ataupun mentransfer data.

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. Siswa dapat mengakses secara on-line dari berbagai sumber perpustakaan, database, dan mendapatkan sumber tentang berbagai


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peristiwa, rekaman, laporan, data statistik, jurnal, artikel, dan sebagainya. Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di sekolah, internet diharapkan mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang perlu didukung oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak siswa mengerjakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan tugas-tugas tersebut.

Proses sains ialah cara bekerja dan berpikir dalam memperoleh serta mengembangkan pengetahuan tentang materi dan energi. Proses sains merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sains. Dalam mendapatkan scientific

knowledge itu para scientific bekerja dengan didasari rasa ingin tahu, kerendahan

hati, terbuka, penghindaran atas dogmatisme, keobjektifan, dan pendekatan positif terhadap kegagalan. Semua itu merupakan sikap-sikap yang ditunjukkan dalam proses sains yang biasa disebut sikap ilmiah.

Sikap ilmiah merupakan salah satu faktor intern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Dengan sikap ilmiah yang tinggi akan mendorong seseorang untuk selalu ingin tahu pada hal-hal yang baru dan hal-hal yang ada disekitarnya. Dari rasa ingin tahunya itu merangsang siswa untuk lebih memperhatikan dan kemudian menimbulkan keinginan siswa untuk memberikan respon pada apa yang telah diamatinya. Dalam penelitian ini menggunakan sikap ilmiah yang meliputi teliti,


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id jujur, disiplin, menghargai pendapat orang lain, menyampaikan pendapat/ide, sikap ingin tahu, bekerjasama, dan kritis.

Selain sikap ilmiah, ada faktor intern lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu aktivitas belajar. Aktivitas belajar siswa adalah kegiatan belajar yang dilakukan siswa dengan cara mengamati sendiri, pengalaman sendiri, menyelidiki sendiri dan bekerja secara aktif dengan fasilitas yang diciptakan sendiri untuk berkembang sendiri dengan bimbingan dan pengamatan dari guru.

Mempelajari kimia di tingkat SMP/MTs tidak harus di ruang kelas atau di sekolah saja. Siswa juga tidak harus bergantung pada alat dan bahan peraga yang sulit diperoleh dan mahal harganya. Namun lingkungan sekitar seperti di dalam rumah siswa itu sendiri, di warung-warung/toko-toko di sekitar sekolah atau di sekitar rumah, banyak sekali hal-hal yang bisa dijadikan media pembelajaran kimia. Penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran kimia di SMP/MTs harus selalu dilakukan dan diprogramkan, karena sangat bermanfaat bagi guru dan siswa. Disamping sebagai variasi dalam mengajar, siswa juga dapat mengenal lingkungan sekitar dan memotivasi mereka untuk lebih menyukai mata pelajaran kimia.

Di MTs Sudirman Ngadirojo banyak dijumpai siswa yang mempunyai keberagaman kemampuan intelektual dan kemampuan emosional siswa yang merupakan masalah dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi tentu memiliki daya nalar yang lebih baik, sehingga akan lebih cepat memahami, menganalisa, melogika, mengevaluasi, dan mengkonstruksi materi pelajaran.


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dari hasil pengamatan di MTs Sudirman Ngadirojo diketahui bahwa materi pembelajaran kimia masih dianggap sulit dipelajari, pembelajaran kimia kurang menarik, mata pelajaran kimia belum menjadi pilihan utama dalam belajar. Hal ini dapat mengakibatkan prestasi belajar yang tidak maksimal. Ini tercermin dalam nilai rata-rata ulangan harian materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari yang masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai rata-rata ulangan harian materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Nilai rata-rata ulangan harian materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII 3 tahun terakhir

No Tahun Pelajaran

Nilai rata-rata

Ulangan Harian KKM

Persentase siswa > KKM

Persentase siswa < KKM

1 2007/2008 5,4 6,5 30% 70%

2 2008/2009 5,7 6,5 32% 68%

3 2009/2010 5,6 6,5 31% 69%

Faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar siswa, selain disebabkan oleh faktor intern siswa, juga dipengaruhi oleh faktor ekstern siswa. Salah satunya adalah proses pembelajaran yang kurang inovatif dan kurang menarik perhatian siswa. Dalam melakukan pembelajaran, guru masih banyak yang melakukan pembelajaran dengan metode ceramah yang menyebabkan terjadinya kejenuhan siswa sehingga siswa banyak tidak memperhatikan guru. Selain itu, guru masih kesulitan dalam mengaitkan konsep kimia dengan kehidupan sehari-hari yang mereka alami atau di lingkungan sekitar.

Model CTL yang akan diterapkan dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian tugas dengan mencari data-data yang diperlukan melalui media lingkungan dan melalui media internet kemudian mendiskusikannya di dalam kelas.


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Penelitian ini akan diterapkan kepada siswa MTs kelas VIII. Pembelajaran model CTL merupakan salah satu model untuk siswa dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru khususnya materi “Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari”, yang merupakan salah satu bentuk perubahan pola pikir yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajarnya. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan pembelajaran model CTL pada materi “Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Rata-rata prestasi belajar kimia siswa masih rendah (belum memenuhi KKM). 2. Ada beberapa model pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam

pembelajaran kimia, misalnya CTL (Contextual Teaching and Learning), PBL (Problem Based Learning), Inkuiri, namun masih banyak guru belum memanfaatkan model pembelajaran tersebut.

3. Masih banyak guru yang belum menggunakan media pembelajaran yang bervariasi, misalnya media lingkungan, internet, interaktif, flash, dan video. 4. Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar misalnya

motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan awal, sikap ilmiah, interaksi sosial, dan aktivitas belajar siswa tetapi guru banyak yang belum memperhatikan faktor internal tersebut.


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Ada beberapa sikap ilmiah pada siswa diantaranya ketelitian, kejujuran,

kedisiplinan, menghargai pendapat orang lain, namun perbedaan tingkat sikap ilmiah siswa belum diperhatikan oleh guru.

6. Perbedaan tingkat aktivitas belajar siswa antara satu dengan yang lain yang belum diperhatikan oleh guru.

7. Prestasi belajar hanya dititik beratkan pada aspek kognitif saja, padahal prestasi belajar terdiri dari kognitif, afektif, dan psikomotorik.

8. Ada beberapa materi kimia yang diajarkan di kelas VIII seperti partikel-partikel materi, bahan Kimia dalam Kehidupan sehari-hari, namun sebagian guru belum mengajarkan materi secara bermakna yaitu mengaitkan materi-materi tersebut. 9. Dalam pembelajaran materi kimia kelas VIII, dimana materi satu dengan materi

yang lain saling terkait tetapi guru belum menunjukkan keterkaitan konsep-konsep tersebut.

C.PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan judul diatas dapat menimbulkan berbagai masalah dan jangkauan penelitian yang sangat luas. Agar permasalahan dan ruang lingkup penelitian menjadi jelas, maka penulis memberi batasan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah CTL (Contextual Teaching Learning) 2. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada media

internet dan media lingkungan

3. Sikap ilmiah dikategorikan menjadi tinggi dan rendah


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Prestasi belajar adalah nilai atau hasil belajar yang dicapai siswa sesudah

mengikuti proses belajar mengajar dan dibatasi aspek kognitif dan afektif

6. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan sehari-hari

D. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang menggunakan model pembelajaran CTL dengan media lingkungan dan media internet?

2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah?

3. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan rendah?

4. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari?


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model

CTL dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari?

6. Apakah terdapat interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari?

7. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL, sikap ilmiah, dan aktivitas belajarterhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari?

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam

Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang menggunakan model pembelajaran CTL menggunakan media lingkungan dan internet.

2. Perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki sikap ilmiah belajar tinggi dan rendah.

3. Perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki aktivitas tinggi dan rendah. 4. Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan sikap

ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan aktivitas

belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

6. Interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

7. Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

F. MANFAAT PENELITIAN

Aktivitas yang dilakukan oleh setiap orang yang sepantasnya mengharapkan sesuatu yang berguna untuk kepentingannya. Demikian pula dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, baik yang bersifat teoritis maupun praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberi informasi yang tepat tentang penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran kimia pada SMP/MTs khususnya pada materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

b. Sebagai alternatif metode yang tepat dalam upaya penerapan konsep Kimia dalam Kehidupan sehari-hari.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memilih metode yang tepat dalam pembelajaran


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Memberi sumbangan terhadap upaya peningkatan kualitas pembelajaran

c. Memotivasi pada pengajar untuk mengembangkan model dan metode pembelajaran dengan menyesuaikan materi, situasi, dan kondisi belajar


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.KAJIAN TEORI 1. Belajar dan Pembelajaran

Smaldino dalam bukunya menyebutkan bahwa: “Learning is the development of new knowledge, skills, or attitude as an individual interacts with information and

the environment”. (2005: 6). Harold Spears dalam Sardiman (2001:45) menegaskan

bahwa : “ Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to

listen, to follow direction”. Dari definisi diatas bahwa belajar mempunyai ciri yang

dapat diketahui yaitu adanya perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya. Belajar akan lebih baik hasilnya jika subyek belajar itu mengalami dan melakukan sendiri.

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Kegiatan belajar terdiri dari kegiatan psikis dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. Dalam implementasinya, belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Para ahli psikologi dan guru-guru pada umumnya memandang sebagai kelakuan yang berubah,


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pandangan ini memisahkan pengertian yang tegas antara pengertian proses belajar dengan kegiatan yang semata-mata bersifat hafalan.

Piaget dalam Paul Suparno (2005:18-21) menegaskan bahwa “Pengetahuan bukanlah tentang dunia dari pengamatan melainkan merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman antar dunia sejauh yang dialaminya”. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi sehingga muncul suatu pemahaman yang baru. Pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan dari otak seseorang (guru) kepada orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka.

Winkel (1996: 53) dalam bukunya Psikologi Pengajaran,”Belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap”. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula menyempurnakan terhadap hasil yang telah diperoleh. Hasil belajar dapat berupa hasil yang utama, dapat juga berupa hasil efek sampingan. Perubahan tersebut meliputi perubahan bersifat internal (tidak langsung dapat diamati) seperti pemahaman, sikap, dan bersifat eksternal (langsung dapat diamati) seperti keterampilan motorik dan berbicara (verbal).

Definisi belajar dalam penelitian ini adalah belajar sebagai hasil usaha berpikir kritis dari siswa dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ketika ia belajar. Dengan memilih konteks secara hati-hati, siswa secara perlahan-lahan digerakkan pemikirannya agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi mengaitkan aspek-aspek pembelajaran itu dengan kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Pengalaman belajar siswa tidak dikotak-kotakkan dalam silabus yang terpisah-pisah. Karenanya, guru memilih konteks dan merancang pembelajaran yang kondusif untuk belajar, yaitu yang terintegrasi (saling berkaitan), interdisipliner (dipandang dari berbagai bidang ilmu), dan mencerminkan situasi kehidupan nyata.

2. Teori-teori Belajar

Teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses memfungsikan unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar, hal ini berati aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi. Psikologi kognitif mengatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus.

Prinsip-prinsip teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda konkrit, keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik, untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar, pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks, belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal, adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

Beberapa teori belajar yang sesuai dengan pembelajaran model Contextual

Teaching and Learning (CTL) :

a. Teori Belajar Piaget

Piaget adalah ahli psikologi yang pertama menggunakan filsafat konstruktivis dalam proses belajar. Piaget menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektual yaitu berpikir dari konkrit ke abstrak. Menurut Piaget, tahap-tahap berpikir itu adalah pasti dan spontan namun umur kronologis yang diberikan itu adalah fleksibel, terutama selama masa transisi dari periode yang satu ke periode berikutnya. Umur kronologis itu dapat saling tindih tergantung kepada individu. Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengan seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Menurut Piaget, adaptasi adalah proses penyesuaian skema dalam merespon lingkungan melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kedalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi adalah proses pengintegrasian stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk secara tidak langsung. Selanjutnya dalam proses perkembangan kognitif seseorang diperlukan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Keadaan ini disebut dengan equilibrium. “Pada bagian lain Slavin menegaskan bahwa teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka”.

Hal ini berarti bahwa anak-anak mengkonstruksi pengetahuan secara terus-menerus dengan mengasimilasi dan mengakomodasi informasi-informasi baru. Sumbangan penting dari teori belajar Piaget dalam pembelajaran kooperatif, adalah pada saat siswa mengkonstruk dalam penyelesaian tugas-tugas secara individu dan secara kelompok saat siswa bekerja dalam kelompok. Salah satu syarat keanggotaan kelompok belajar adalah mempertimbangkan kemajuan perkembangan anak. Dalam kelompoknya siswa saling berdiskusi tentang masalah-masalah yang menjadi tugas kelompoknya masing-masing. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar yang mendapat kesulitan pada saat mereka mengerjakan tugas.

Dalam pembelajaran model CTL, salah satu komponen utamanya adalah konstruktivisme (constructivism), yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak secara tiba-tiba. Manusia harus mengkonstruksi sendiri pengetahuannya


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan memberikan pembelajaran melalui pengalaman nyata. Hal ini sesuai dengan teori Piaget.

b. Teori belajar Ausubel : Teori Belajar Bermakna

Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. “Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru untuk menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance organizer,

Progressive differensial, integrative reconciliation, dan consolidation” . 1) Advance

organizer: penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa. Diharapkan

siswa secara mental akan siap untuk menerima materi kalau mereka mengetahui sebelumnya materi apa yang akan disampaikan guru, 2) Progressive Differensial: materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya bertahap. Diawali dengan hal-hal atau konsep yang umum, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan contoh-contoh, 3) Integrative reconciliation: penjelasan yang diberikan oleh guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari, 4) Consolidation: pemantapan materi dalam bentuk menghadirkan lebih banyak contoh atau latihan sehingga siswa bisa lebih paham dan selanjutnya siap menerima materi baru”. Siswa harus mampu mengaitkan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah dipunyainya, sehingga proses pembelajarannya menjadi bermakna. Jadi pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran.


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Keterkaitan teori belajar bermakna dengan pembelajaran model CTL adalah bahwa model CTL mengajak siswa untuk belajar secara bermakna, yaitu mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan dunia nyata.

c. Teori Belajar Bruner (Penemuan)

Menurut Ratna Wilis (1989:97), Bruner merupakan ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Dalam mempelajari manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta. Bruner tidak mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis, yang penting baginya adalah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif, dan inilah menurut Bruner inti dari belajar.

Pendekatan Bruner dalam belajar berupa pendekatan kategorisasi, menyederhanakan terhadap apa yang dipelajari berdasarkan setiap obyek, benda ataupun gagasan. Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengkodean (coding). Berbagai kategori saling berinteraksi sedemikian rupa sehingga setiap individu mempunyai model yang unik tentang alam. Dengan mengubah model unik setiap individu maka model belajar baru dapat terjadi. Pengubahan tersebut dengan mengubah kategori-kategori, menghubungkan kategori-kategori dengan suatu cara baru, atau menambah kategori-kategori baru. Anak sebagai sosok yang aktif mampu menyelesaikan suatu masalah sendiri yang mempunyai keunikan sendiri dalam memahami setiap masalah.

Akhirnya Bruner dalam Ratna Wilis (1989:100), menyimpulkan bahwa pendidikan bukan sekedar persoalan teknik pengolahan informasi, bahkan bukan penerapan “teori belajar” di kelas atau menggunakan hasil ujian prestasi, yang


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berpusat pada mata pelajaran, melainkan pendidikan merupakan usaha yang kompleks untuk menyesuaikan kebudayaan dengan kebutuhan si pembelajar, dan meyesuaikan si pembelajar dengan cara mereka mengetahui kebutuhan kebudayaan. Melalui metode pemberian tugas melalui media lingkungan maupun internet, yang didalamnya anak melakukan proses pencarian informasi dan memperoleh data, maka anak diharapkan bisa menemukan konsep tentang apa yang dipelajarinya.

d. Teori Belajar Konstruktivistik

Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat :

Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan yaitu; 1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan 3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya (Asri Budiningsih, 2005: 57-58).

Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pengatahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman maupun lingkungannya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan inderanya. Seseorang dapat mengetahui sesuatu melului interaksinya dengan obyek dan lingkungan. Semakin


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id banyak seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungannya, pengetahuan dan pemahamannya akan obyek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peran utama dalam kegiatan belajar konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.

3. Model Pembelajaran CTL

Di zaman reformasi dewasa ini sangat diperlukan kemampuan berpikir kritis dan imajinatif, kemampuan menganalisis fakta, menilai logika, dan melahirkan kemungkinan-kemungkinan imajinatif atas ide-ide tradisional. Berpikir kritis dan kreatif memungkinkan siswa mengkaji masalah-masalah secara sistematis, ditantang untuk mencari cara-cara yang terorganisasi dengan baik dalam memecahkan suatu masalah, dapat merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang inovatif dan dapat merancang pemecahan masalah secara tepat. Berpikir kritis bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang paling lengkap. Berpikir kritis membantu siswa memahami bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri, bagaimana mereka melihat dunia yang seluas ini, dan bagaimana mereka berhubungan dengan orang


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id lain. Itulah sebabnya, berpikir kritis menjadi salah satu prinsip yang mendasar dalam pembelajaran kontekstual.

Contextual teaching and learning is defined as a conception of teaching and learning that helps teachers relate subject matter content to real world situations

(United Stated Departement of Education Office of Vocational and Adult Education, 2001). Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ketika ia belajar.

USA Today (2006) has teamed with the Ohio State University’s College of Education to help prepare teachers to use Contextual Teaching And Learning strategies. The three benefits as given on USA Todays website are as follows: (a) students are more responsive when using their knowledge and skills in real world situations; (2) students are more likely to engage in their own learning if it applies directly to their lives as family members, citizens, and present/future workers; and (c) parents, students, and community members can all use and relate to these ideas.

Pembelajaran kontekstual merupakan bagian dari kerangka pendidikan yang dapat digunakan untuk membantu siswa membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Guru memiliki konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan dimana anak itu hidup serta budaya yang berlaku dalam masyarakat. Jadi penyajian pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap yang ada dalam silabus dilakukan dalam keterkaitan apa yang dipelajari dalam kelas dengan kehidupan sehari-hari siswa.


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pembelajaran berbasis CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif, yakni:

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi). Model CTL yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak secara tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu memberi makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum obyektifitas, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivis, “Strategi memperoleh pengalaman dan pengetahuan” lebih diutamakan dibandingkan banyaknya pengetahuan yang diperoleh siswa. Untuk itu, tugas guru


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: 1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, 2) Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, 3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

Secara umum peran guru dalam pembelajaran yang konstruktif sebagai fasilitator dalam penyusunan pengetahuan siswa. Siswa dimotivasi untuk menyusun sendiri pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Menurut DEPDIKNAS (2002:20-22) peran guru dalam pembelajaran konstruktivisme sebagai: 1) presenter, 2) pengamat, 3) pengaju pertanyaan dan masalah, 4) pengorganisasi lingkungan, 5) koordinator hubungan kemasyarakatan, 6) pencatat kegiatan belajar siswa, dan 7) penyusun teori.

Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin kuat, apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia tersebut. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi atau akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasikan untuk menampung dan menyesuaikan dengan lahirnya pengalaman baru.

Pada umumnya, para pendidik telah menerapkan filosofi ini dalam pembelajaran sehari-hari, yaitu pada saat merancang pembelajaran dalam bentuk


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id siswa bekerja, praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan ide dan sebagainya.

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang menunjuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.

Ada beberapa pendapat tentang langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, diantaranya pendapat Bruner yang dikutip oleh Tabrani Rusyan (1989:177) adalah: 1) Stimulation, guru memulai pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, mengajukan persoalan atau menyuruh peserta didik membaca dan menguraikan hal-hal yang terkait dengan permasalahan, 2) Problem statement, peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan sebanyak mungkin, memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih ini selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis, 3) Data collection, untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar atau tidaknya hipotesis itu, peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati obyeknya, mewawancarai nara sumber dan sebagainya, 4) Data

processing, semua informasi (hasil pengamatan, bacaan, wawancara, dan

sebagainya) tersebut diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasikan, dan jika perlu dilakukan hitungan dengan cara tertentu, serta ditafsirkan dengan taraf kepercayaan


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tertentu, 5) Verification, berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada tersebut, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan dahulu itu dicek, apakah terjawab atau tidak, 6) Generalization, tahap selanjutnya berdasarkan berdasarkan hasil verifikasi tersebut, siswa belajar menarik generalisasi atau kesimpulan tertentu.

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, selalu bermula dari “bertanya”. Sebelum tahu tentang bahan kimia, seseorang bertanya” apa yang dimaksud dengan bahan kimia itu?”. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kreatifitas siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.

Dalam pembelajaran, bertanya bermanfaat untuk: 1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis, 2) mengecek pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) untuk membangkitkan lebih banyak pertanyaan yang lain dari siswa, 8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

Hampir semua aktifitas belajar, questioning dapat diterapkan: antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berdiskusi, bekerja kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan itu akan menumbuhkan dorongan untuk “bertanya”.

d. Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Ketika seseorang anak tidak tahu cara menggunakan suatu alat di laboratorium, ia bertanya kepada temannya “Bagaimana caranya menggunakan alat ini?Tolong beritahu aku!”. Lalu temannya yang sudah tahu, menunjukkan cara memakai alat itu. Dari contoh tersebut diatas, dua anak tersebut sudah membentuk masyarakat belajar (learning community).

Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang kelas, orang-orang yang ada diluar kelas, anggota masyarakat belajar. Di kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya heterogen. “Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlihat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar, informasi yang diperoleh teman berbicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.

Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada yang merasa segan bertanya, atau hanya mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari. Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id orang akan kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik “learning community” ini sangat membantu proses pembelajaran dikelas. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam hal: 1) pembentukan kelompok kecil dan kelompok besar, 2) mendatangkan “ahli” ke kelas (tokoh, dokter, petani, tukang dan sebagainya), 3) bekerja dengan kelas sederajat, 4) bekerja kelompok dengan kelas diatasnya, 5) bekerja dengan masyarakat.

e. Pemodelan (Modelling)

Pada saat pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu berlangsung, sebaiknya ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan demikian guru memberi “model” tentang bagaimana cara belajar.

Dalam pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai “standar” kompetensi yang harus dicapainya, model juga dapat didatangkan dari luar.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima, dengan demikian siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya. Realisasi dalam pembelajaran berupa: rangkuman tentang apa yang dipelajari,


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran tentang pembelajaran dan lain-lain.

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

Tes tetap dilaksanakan, sebagai salah satu sumber untuk melihat kemajuan belajar siswa, termasuk ujian nasional. Tetapi untuk mengumpulkan data kemajuan belajar dalam CTL tidak hanya menggunakan tes. Nilai siswa yang utama diperoleh dari penampialn siswa sehari-hari ketika belajar. Apakah ia sudah belajar dengan keras? Bagaimana hasil karyanya? Bagaimana cara menyampaikan ide, berdiskusi, mengerjakan tugas-tugas? Bagaimana partisipasinya dalam bekerja kelompok? Bagaimana hasil kerja kelompoknya? Bagaimana buku catatan sekolahnya? Semua itu adalah sumber penilaian yang autentik dan nyata.

Jadi model pembelajaran CTL yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang mengacu pada ke tujuh pilar pembelajaran berbasis CTL, yaitu: 1) Konstruktivisme (Constructivism), 2) Menemukan (Inquiry), 3) Bertanya (Questioning), 4) Masyarakat Belajar (Learning Community), 5) Pemodelan (Modelling), 6) Refleksi

(reflection), 7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment).

4. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. (Bovee, 1997:23). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Dapat dikatakan bahwa,


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan. Bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebagai media, diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gambar bergerak atau tidak, tulisan dan suara yang direkam. Maka dengan kelima bentuk stimulus ini, akan membantu pembelajar mempelajari bahan pelajaran. Atau dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk stimulus yang dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran adalah suara, lihat, dan gerakan.

Secara umum, substansi dari media pembelajaran adalah: 1) bentuk saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar, 2) berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, 3) bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar, dan 4) bentuk-bentuk komunikasi yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, baik cetak maupun audio, visual, dan audio-visual.

b. Tujuan dan Manfaat Media pembelajaran

Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran, adalah : 1) Mempermudah proses pembelajaran di kelas, 2) Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran, 3) Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar, dan 4) Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.

Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah : 1) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, 2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menguasai tujuan pengajaran dengan baik, 3) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga, 4) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktifitas lain yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

Selain itu manfaat media pembelajaran bagi pengajar dan pembelajar, adalah : 1) Manfaat media pembelajaran bagi pengajar, yaitu: a) Memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan, b) Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik, c) Memberikan kerangka secara sistematis mengajar secara baik, d) Memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran, e) Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi pelajaran, f) Membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar, dan g) Meningkatkan kualitas pengajaran. 2) Manfaat media pembelajaran bagi pembelajar, yaitu: a) Meningkatkan motivasi belajar pembelajar, b) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar, c) Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan pembelajar untuk belajar, d) Memberikan inti informasi, pokok-pokok, secara sistematik sehingga memudahkan pembelajar untuk belajar, e) Merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis, f) Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan, dan g) Pembelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran. c. Pertimbangan Pemilihan Media

Setelah mengetahui tujuan dan manfaat media pembelajaran, langkah selanjutnya adalah menentukan pilihan media yang akan digunakan dalam proses


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembelajaran di kelas. Pertimbangan media yang akan digunakan dalam pembelajaran menjadi pertimbangan utama, karena media yang dipilih harus sesuai dengan: 1) Tujuan pengajaran, 2) Bahan pelajaran, 3) Metode mengajar, 4) Tersedia alat yang dibutuhkan, 5) Pribadi pengajar, 6) Minat dan kemampuan pembelajar, dan 7) Situasi pengajaran yang sedang berlangsung,

Keterkaitan antara media pembelajaran dengan tujuan, materi, metode, dan kondisi pembelajar, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebab media pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terkait dan memiliki hubungan secara timbal balik dengan empat aspek tersebut. Dengan demikian, alat-alat, sarana, atau media pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan empat aspek tersebut, untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan media lingkungan dan media internet untuk dua kelas yang berbeda. Peneliti memilih media lingkungan dan media internet karena disesuaikan dengan karakteristik materi bahan ajar yaitu Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari. Materi tersebut dapat diperoleh dalam lingkungan kehidupan siswa itu sendiri, maupun dapat di download oleh siswa melalui internet.

5. Media Lingkungan

Masih banyak orang beranggapan bahwa media pembelajaran selalu terkait dengan teknologi tinggi, elektronika, digital dan biaya mahal contohnya yang kita


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kenal sebagai media pembelajaran adalah media cetak, transparansi, audio, slide suara, video, multimedia interaktif, e-learning. Namun sesungguhnya hal tersebut merupakan pemikiran yang sempit dalam memaknai arti dari sebuah media pembelajaran. Media pembelajaran terdiri dari berbagai macam jenis, dari media pembelajaran yang sederhana dan murah hingga media pembelajaran yang canggih dan mahal. Dari mulai rakitan pabrik hingga buatan tangan para guru itu sendiri, bahkan ada pula yang telah disediakan oleh alam dilingkungan sekitar kita yang dapat langsung digunakan sebagai media pembelajaran. Atas dasar pemahaman tersebut diatas maka diharapkan tidak ada lagi argumentasi yang muncul dikalangan para guru untuk tidak dapat menggunakan alat peraga oleh karena biayanya mahal. Begitu banyaknya lingkungan disekitar kita yang dapat digunakan sebagai media alat peraga tanpa perlu biaya mahal. Beberapa benda dilingkungan kita dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, baik yang dimanfaatkan secara langsung (by

utility resources) , ataupun yang dirancang terlebih dahulu (by design resources ) dan

dapat pula dengan cara rekayasa media.

1) Pengertian lingkungan sebagai sumber belajar

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebgai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain,

range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau

segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling. Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia. Lingkungan yang ada di sekitar anak- anak kita merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas, Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka penyiapan masyarakat belajar

(learning society) dan sumber daya manusia di masa mendatang. Begitu banyaknya

nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan, bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai tanaman padi, dengan memanfaatkan lingkungan persawahan, anak akan dapat memperoleh pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan. Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, budaya, perkembangan emosional serta intelektual. Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide. Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan kembali konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran.Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar.

2) Keuntungan memanfaatkan media lingkungan

Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran memiliki banyak keuntungan. Beberapa keuntungan tersebut antara lain : 1) Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan, 2) Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih konkrit, tidak verbalistik, 3) Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning), 4) Pelajaran lebih aplikatif, materi belajar yang diperoleh siswa melalui media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung, karena siswa akan sering


(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menemui benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya sehari-hari, 5) Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah, 6) Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media yang dikemas (didesain).

Dengan memahami berbagai keuntungan tersebut, seharusnya kita dapat tergugah untuk memanfaatkan semaksimal mungkin lingkungan di sekitar kita untuk menunjang kegiatan pembelajaran kita. Lingkungan kita menyimpan berbagai jenis sumber dan media belajar yang hampir tak terbatas. Lingkungan dapat kita manfaatkan sebagai sumber belajar untuk berbagai mata pelajaran. Kita tinggal memilihnya berdasarkan prinsip-prinsip atau kriteria pemilihan media dan menyesuaikannya dengan tujuan, karakteristik siswa dan topik pelajaran yang akan kita ajarkan.

3) Prinsip-prinsip Rekayasa Media Pembelajaran

Media-media yang terdapat di lingkungan sekitar, ada yang berupa benda-benda atau peristiwa yang langsung dapat kita pergunakan sebagai sumber belajar. Selain itu, ada pula benda-benda tertentu yang harus kita buat terlebih dulu sebelum dapat kita pergunakan dalam pembelajaran. Media yang perlu kita buat itu biasanya berupa alat peraga sederhana dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan kita. Jika kita harus membuat media belajar semacam itu, maka ada beberapa prinsip pembuatan yang perlu kita perhatikan, yaitu : 1) Media yang dibuat harus sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaannya, 2) Dapat membantu


(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memberikan pemahaman terhadap suatu konsep tertentu, terutama konsep yang abstrak, 3) Dapat mendorong kreatifitas siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri), 4) Media yang dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan, tidak mengandung unsur yang membahayakan siswa, 5) Usahakan memenuhi unsur kebenaran substansial dan kemenarikan, 6) Media belajar hendaknya mudah dipergunakan baik oleh guru maupun siswa, 7) Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat hendaknya dipilih agar mudah diperoleh di lingkungan sekitar dengan biaya yang relatif murah, 8) Jenis media yang dibuat harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan sasaran didik.

Pada penelitian ini, media lingkungan digunakan sebagai wahana siswa untuk mencari/menyelesaikan tugas yang diberikan oleh bapak/ibu guru di sekolah. Dalam hal ini tugas yang menyangkut materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

6. Media Internet

a. Perkembangan Internet

Perkembangan teknologi informasi telah terjadi dan membawa perubahan dan beberapa pergeseran mendasar dan drastis paradigma dunia pendidikan. Perkembangan pesat di dunia teknologi informasi khususnya internet, yang akhirnya akan mempercepat aliran ilmu pengetahuan yang dapat menembus batas dimensi ruang, birokrasi, kemapanan, dan waktu. Kita perlu menyadari bahwa di internet bukan hanya ilmu pengetahuan yang dapat ditransmisikan pada kecepatan tinggi, akan tetapi juga data dan informasi lain.


(1)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

7. Hipotesis Ketujuh

Hasil analisis anava tiga jalan (General Linier Model) pada hipotesis ketujuh untuk prestasi kognitif diperoleh p - value = 0,276 > a (0,05), maka H0 tidak ada interaksi antara

media pembelajaran, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif tidak ditolak, artinya tidak ada interaksi antara media pembelajaran, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif. Sedangkan untuk prestasi afektif diperoleh p - value = 0,349 > a (0,05), maka H0 tidak ada interaksi antara media

pembelajaran, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar afektif tidak ditolak, artinya tidak ada interaksi antara media pembelajaran, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar afektif.

Tidak adanya interaksi antara media pembelajaran, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia dapat dijelaskan sebagai berikut. Berdasarkan hipotesis pertama, siswa yang memperoleh pembelajaran kimia menggunakan model CTL

menggunakan media lingkungan mempunyai prestasi belajar kimia yang lebih baik dari pada menggunakan model CTL menggunakan media internet. Pada hipotesis kedua siswa yang mempunyai sikap imiah tinggi mempunyai prestasi belajar kimia yang lebih baik

dibandingkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah. Sedangkan hipotesis yang ketiga siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah.

Apapun media yang digunakan, baik media lingkungan maupun media internet, siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi maupun aktivitas tinggi mempunyai prestasi belajar kimia yang lebih baik.sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara media pembelajaran, sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar baik intern maupun


(2)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ekstern siswa diluar faktor sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini. Peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut diluar kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian tidak ada interaksi antara media pembelajaran, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa.

E. KELEMAHAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN Pada penelitian ini ada beberapa keterbatasan diantaranya:

1. Data angket sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa yang diperoleh dengan berupa tes tertulis yang mana skor kategori tinggi dan rendah tidak jauh berbeda.

2. Soal tes kognitif yang digunakan masih kurang mewakili kelima tingkat kesukaran yaitu mudah sekali, mudah, sedang, sukar dan sukar sekali.

3. Efektivitas kerjasama kelompok masih rendah sehingga saat melakukan pembelajaran hanya beberapa siswa saja yang bekerja.

4. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan sebenarnya dirasa sangat kurang, sehingga ada kemungkinan pengaruh perlakuan belum tampak jelas. Ada keinginan dari peneliti untuk menambah jumlah jam pertemuan akan tetapi terkait dengan pembagian alokasi waktu tiap kompetensi dasar.


(3)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, hipotesis sampai pengujian hipotesis, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kimia materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari dengan menggunakan model CTL menggunakan Media Lingkungan dan Internet ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Aktivitas Belajar Siswa dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan media lingkungan dengan model CTL akan mempengaruhi prestasi belajar kimia lebih baik, karena media lingkungan mendukung siswa dalam mengaitkan antara materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Terbukti dengan hasil yang dicapai oleh kelompok eksperimen media lingkungan mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan media internet. Nilai rata-rata kelompok eksperimen media lingkungan adalah 75,5 untuk prestasi kognitif, dan 78,83 untuk prestasi afektif sedangkan nilai rata-rata kelompok eksperimen media internet adalah 72,03 untuk prestasi kognitif, dan 76, 97 untuk prestasi afektif.

2. Sikap ilmiah (tinggi dan rendah) dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia. Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah. Nilai rata-rata siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi adalah 77,4 untuk prestasi kognitif dan 80,30 untuk prestasi afektif sedangkan nilai rata-rata siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah adalah 70,13 untuk prestasi kognitif dan 75,50 untuk prestasi afektif.

3. Siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar kimia yang lebih baik dibandingkan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. Nilai rata-rata siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi adalah 76,17 untuk prestasi kognitif dan 80,10 untuk prestasi afektif sedangkan nilai rata-rata siswa yang mempunyai aktivitas


(4)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

4. Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi antara media pembelajaran dan sikap

ilmiah terhadap prestasi belajar kimia. Media pembelajaran dan sikap ilmiah mempengaruhi prestasi belajar secara bersama, sehingga ada interaksi antara keduanya, karena keduanya mendukung pembelajaran model CTL.

5. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia. Tidak adanya interaksi antara media pembelajaran dengan aktivitas belajar siswa disebabkan oleh banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar baik intern maupun ekstern siswa.

6. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia. Hal ini disebabkan siswa MTs masih taraf operasi konkrit , sehingga sikap ilmiahnya belum mampu memadukan dengan aktivitas belajarnya untuk mempengaruhi prestasi belajar kimia.

7. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa. Pembelajaran model CTL dengan media lingkungan dan media internet belum mampu menjembatani sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa untuk meningkatkan prestasi belajar kimia.

B. IMPLIKASI

1. Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis dari hasil penelitian ini adalah menambah pengetahuan dalam mempelajari materi bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan sehari-hari menggunakan pembelajaran model CTL menggunakan media lingkungan ditinjau dari sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa. Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar kimia yang lebih baik, maka dalam mempelajari materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari dapat menggunakan pembelajaran model CTL menggunakan media lingkungan dan perlu memperhatikan sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, implikasi praktis yang dapat dikemukakan adalah:

a. Pembelajaran model CTL dengan menggunakan media lingkungan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar kimia dibandingkan dengan pembelajaran model CTL dengan menggunakan media internet. Maka guru perlu memperhatikan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

b. Sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa sebagai faktor internal berpengaruh terhadap prestasi belajar pada materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari. Oleh karena itu guru perlu mempertimbangkan sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan sehari-hari.

C. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian untuk membantu

pemikiran yang berhubungan dengan peningkatan prestasi belajar siswa, maka ada beberapa saran yaitu:

1. Bagi Kepala Sekolah

a. Memberi kesempatan guru agar aktif dalam menggali pengetahuan dan merancang model pembelajaran yang inovatif yang dapat meningkatkan prestasi belajar kimia.

b. Menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam segala kegiatan yang menunjang kreatifitas guru dan siswa.

2. Bagi Guru

a. Dalam memilih model pembelajaran yang tepat, guru hendaknya lebih melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga guru hanya sebagai fasilitator dan motivator saja.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

b. Faktor internal siswa yaitu sikap ilmiah berpengaruh terhadap prestasi belajar, sehingga

peru dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan sikap ilmiah siswa, diantaranya berusaha untuk selalu jujur, meningkatkan keingintahuan tentang materi pelajaran, tidak masa bodoh dengan keadaan sekitarnya.

c. Faktor internal siswa yaitu aktivitas belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar, sehingga perlu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, diantaranya membaca sebelum proses belajar berlangsung, meringkas, berdiskusi dan gemar bertanya tentang materi pelajaran yang belum dipahami.

3. Bagi Peneliti

a. Menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk penelitian yang sejenis yaitu model pembelajaran, dan media.

b. Peneliti lain sebaiknya melakukan penelitian dengan melibatkan variabel yang lebih banyak yang berperan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ZAT DAN WUJUDNYA TERINTEGRASI NILAI KEAGAMAAN (Eksperimen di MTs Al-Khairiyah,Citeureup-Bogor)

1 33 61

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA

1 3 101

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Contextual Teaching And Learning (CTL) Dan Open Ended Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Kreativ

0 2 17

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Solving Dan Contextual Teaching And Learning (CTL)Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kedisiplinan Siswa.

0 0 20

PENDAHULUAN Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Solving Dan Contextual Teaching And Learning (CTL)Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kedisiplinan Siswa.

0 1 8

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Solving Dan Contextual Teaching And Learning (CTL)Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kedisiplinan Siswa.

0 0 14

PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI MEDIA FLIPCHARTDAN VIDEO DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR.

0 0 12

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MODEL CTL (Contextual Teaching and Learning) MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI DAN MEDIA LINGKUNGAN DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN GAYA BELAJAR | Rahayuningsih | Inkuiri 3819 8446 1 SM

0 0 11

Contextual Teaching and Learning dan Pem (1)

0 2 10