Full Paper P00150

i
Penelitian Kependidikan
Program PJJ - PGSD - Batang

LAPORAN PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR DOMINAN KEMANDIRIAN BELAJAR
SEBAGAI FAKTOR KUNCI KESUKSESAN PENCAPAIAN
KOMPETENSI HASIL BELAJAR MAHASISWA

Tim Peneliti
Dr. Mawardi, M.Pd
Dr. Wasitohadi, M.Pd
Drs. Suroso, M.Pd

PROGRAM SKGJ/PJJ PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015

i

ii

L E M B A R
Judul Kegiatan

P E N G E S A H A N

: ANALISIS FAKTOR DOMINAN KEMANDIRIAN
BELAJAR SEBAGAI FAKTOR KUNCI
KESUKSESAN PENCAPAIAN KOMPETENSI
BELAJAR MAHASISWA PROGRAM SKGJ PGSD

Ketua Peneliti
: Dr.Mawardi, M.Pd
Program Studi

: Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Nomor HP

: 085866344475

Surel (e-mail)

: mawardiu@gmail.com

Anggota

: Dr.Wasitohadi, M.Pd
Drs.Suroso,M.Pd
Sulastri, NIM: 292011187
Maria Ni Made Dwi Lestari, NIM: 292011020

Penanggung jawab

: Dr.Yari Dwikurnaningsih, M.Pd selaku dekan FKIP

Waktu Pelaksanaan


: 1 semester (6 bulan)

Biaya Smt berjalan

: Rp. 15.000.000,00

Biaya Keseluruhan

: Rp. 15,000.000,00

Salatiga, 21 September 2015
Ketua Program Studi PGSD

Ketua Peneliti,

Herry Sanoto, S.Si., M.Pd

Dr. Mawardi, M.Pd


Mengetahui/Menyetujui

Dr. Yari Dwikurnaningsih, M.Pd.
Dekan FKIP

Neil S. Rupidara, SE., M.Sc., Ph.D.

Teguh Wahyono, S.Kom, M.Cs.

Pembantu Rektor V

Pembantu Rektor II

ii

iii

ABSTRAK
Program peningkatan kualifikasi guru SD yang memungkinkan guru
memiliki kesempatan lebih luas dengan tidak mengganggu tugas dan tanggung

jawabnya sebagai guru salah satunya adalah program Pendidikan Jarak Jauh
(PJJ). Program PJJ ini lebih bersifat distance learning dan self instruction, oleh
karena itu secara teoretik kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar
ditentukan oleh kondisi kemandirian belajar mahasiswa tersebut. Pemantauan
kondisi kemandirian belajar mahasiswa tersebut menjadi tanggung jawab para
pengajar, sehingga penelitian ini dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengenal faktor-faktor dominan kemandirian belajar manakah yang
berkontribusi terhadap kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar
mahasiswa program PJJ PGSD dan untuk mengetahui perbedaan kesuksesan
mahasiswa perempuan dan laki-laki.
Penelitian ini dirancang berdasarkan pendekatan kuantitatif. Ditinjau dari
jenis metodenya, termasuk jenis penelitian survey. Dilihat dari tingkat
eksplanasinya termasuk penelitian deskriptif. Subyek penelitian para mahasiswa
program PJJ PGSD UKSW Salatiga yang berstatus sebagai guru SD. Data
primer penelitian dikumpulkan melalui pengukuran tingkat kemandirian
belajar mahasiswa dan kompetensi hasil belajar mahasiswa. Instrument
penelitian menggunakan instrument skala kemandirian belajar mahasiswa.
Sedangkan data hasil belajar diperoleh melalui studi dokumen daftar nilai
mahasiswa. Instrumen skala kemandirian belajar mahasiswa terdiri dari 30 item
dan telah diuji tingkat reliabilitasnya () = 0,831. Instrumen tes hasil belajar

terdiri dari 45 dan hasil uji reliabilitas tes Alpha sebesar 0,954. Teknik dianalisis
data menggunakan teknik analisis statistik Chi Square Friedman Test untuk
melihat mean rank serta uji ANCOVA untuk menguji peran kemandirian belajar
sebagai variabel moderator pencapaian kompetensi hasil belajar mahasiswa
berdasarkan jenis kelaminnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua faktor dominan kemandirian
belajar mahasiswa program PJJ PGSD Batang yang menentukan kesuksesan
belajarnya adalah faktor berbekal pengetahuan awal (mean rank = 3,41) dan
faktor belajar aktif (mean rank = 2,74). Faktor-faktor yang lain secara berurutan
adalah motivasi diri (mean rank = 2,01), dan berorientasi pada tujuan (mean
rank = 1,84). Ada perbedaan kesuksesan belajar mahasiswa program PJJ PGSD
Batang perempuan dan laki-laki yang dimoderatori oleh kemandirian belajarnya.
Simpulan ini didasarkan pada data rata-rata hasil belajar mahasiswa laki-laki
(62,4) lebih rendah dari rata-rata hasil belajar mahasiswa perempuan (78,2).
Signifikansi simpulan tersebut didukung dengan hasil uji ANCOVA pada varian
jenis kelamin, dimana nilai F hitung sebesar 15,77 dengan signifikansi hitung
0,000. Besaran nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari α = 0,050 berarti nilai F
signifikan. Artinya bahwa ada perbedaan signifikan antara laki-laki dan
perempuan dalam pencapaian hasil belajar yang dimoderaori oleh kemandirian
belajarnya.

Kata kunci: kemandirian belajar, hasil belajar, program SKGJ

iii

iv

PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan ketekunan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun laporan akhir penelitian
kependidikan program PJJ-PGSD ini. Penelitian kependidikan pada program PJJ-PGSD
merupakan salah satu kegiatan yang strategis. Pada satu sisi, hasil penelitian merupakan
bukti kinerja aktivitas dosen dalam melaksanakan salah satu dharma dari Tri Dharma
Perguruan Tinggi. Pada sisi lain, hasil penelitian dapat memberikan masukan kepada
program studi PGSD FKIP UKSW untuk mengimplementasikan temuan-temuan. Lebih
lanjut pelibatan mahasiswa dalam penelitian ini dapat menjadi sarana knowledge transfer,
mahasiswa dapat memperoleh dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih
kaya. Penyelesaian laporan akhir penelitian ini tidak lepas dari bantuan dari bebagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1.


Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang yang telah
mengijinkan kegiatan perkuliahan mahasiswa program PJJ – PGSD FKIP UKSW
Salatiga.

2.

Pembantu Rektor V Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UKSW
Salatiga yang telah memberikan persetujuan untuk melakukan penelitian.

3.

Kepala Biro Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga yang telah membantu proses administrasi penelitian.

4.

Dekan FKIP - UKSW Salatiga yang telah memberikan persetujuan untuk
melaksanakan penelitian.

5.


Ketua Program Studi PGSD FKIP – UKSW Salatiga yang telah memfasilitasi
kegiatan penelitian ini.

6.

Para mahasiswa Program PJJ PGSD FKIP UKSW dari Kabupaten Batang yang telah
meluangkan waktu untuk melakukan FGD.
Salatiga, 21 September 2015
Ketua Tim Peneliti

Dr. Mawardi, M.Pd

iv

v

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL …………………………..…………………………..…


i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................

ii

ABSTRAK ...........................................................................................................

iii

PRAKATA...........................................................................................................,

iv

DAFTAR ISI …………………………..…………………………..…………....

v

DAFTAR TABEL.................................................................................................


vii

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................

vii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………….............................

1

A. Latar Belakang ..............……………………………………………........

1

B. Tujuan Khusus .........................................................................................

4

C. Urgensi (keutamaan) Penelitian ..............................................................

5

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA………………………….....................................

6

A. Hakikat Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) PGSD ............................

6

B. Kemandirian Belajar Mahasiswa............................................................

7

C. Hubungan Kemandirian Belajar dan Kompetensi HasilBelajar Maha –
siswa ......................................................................................................

10

BAB 3. METODE PENELITIAN………………….......................................

15

A. Jenis Penelitian ......................................................................................

15

B. Subyek Penelitian ..................................................................................

15

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data.............................................

16

D. Teknik Analisis Data .............................................................................

19

BAB 4. HASILDAN PEMBEHASAN…………………................................

20

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian............................................................

20

1. Deskripsi Data Tingkat kemandirian dan Hasil Beajar Mahasiswa ....

20

2. Data Hasil Analisis Faktor dominan Kemandirian Belajar ................

22

3. Data Uji perbedaan Hasil Belajar Laki-laki dan Perempuan yang
dimoderatori oleh Kemandirian Belajarnya ........................................

24

4. Deskripsi Hasil FGD ..........................................................................

27

B. Pembahasan ...........................................................................................

27

1. Faktor Dominan Kemandirian Belajar Mahasiswa.............................

30

2. Perbedaan Kemandirian dan Hasil Belajar Mahasiswa Laki-laki dan
v

vi

Perempuan.............................................................................................

32

BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................

34

A. Simpulan ............................................................................................

34

B. Saran ..................................................................................................

34

vi

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Kisi-kisi rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa...................

Tabel 2

Deskripsi Statistik Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar
Mahasiswa PJJ Batang...................................................................

Tabel 3

20

Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Belajar
Mahasiswa PJJ Batang...................................................................

Tabel 4

16

21

Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Kemandirian Belajar
Mahasiswa.....................................................................................

23

Tabel 5

Mean Ranks Faktor kemandirian belajar mahasiswa....................

24

Tabel 6

Ringkasan Uji ANCOVA..............................................................

25

Tabel 7

Ringkasan Parameter Estimates Hubungan Linier antara
Kemandirian belajar dengan Kompetensi Hasil Belajar ..............

26

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3

Skema Komponen dan Indikator Skala Kemandirian Belajar........
Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian dan Hasil
Belajar.............................................................................................
Grafik estimasi dampak Kemandirian belajar terhadap Hasil
Belajar Mahasiswa ........................................................................

7
22
27

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Skala Kemandirian belajar mahasiswa....................................................

38

Lampiran 2

Data Induk skor kemandirian dan hasil belajar mahasiswa ...................

47

vii

1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan
bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik S-1/D-4. Bagi guru yang belum
memiliki kualifikasi tersebut, diberi waktu sampai dengan tahun 2015. Ketentuan ini
disatu sisi sebagai starting point peningkatan SDM pendidikan, namun disisi yang lain
menimbulkan kegamangan.
Data dari Direktorat Jendral PMPTK (2010), jumlah guru dari berbagai satuan
pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB) yang harus ditingkatkan kualifikasi
akademiknya mencapai 1.456.491 orang guru, data ini belum termasuk guru di bawah
pengelolaan Departemen Agama (RA, MI, MTs, MA, dan MAK). Sementara itu
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PANRB) mencatat, hingga akhir 2013 jumlah guru yang belum sarjana atau D-IV mencapai
1.034.080 orang. Artinya selama tiga tahun hanya mampu meluluskan 422,411 guru S1.
Sampai dengan tahun 2016, setiap tahun pemerintah harus menyelenggarakan
pendidikan untuk meningkatkan kualifikasi akademik guru sebanyak 227.733 orang.
Sebuah pekerjaan yang sangat berat, oleh karenanya dibutuhkan terobosan model
percepatan pendidikan yang memadai. Lebih lanjut Dirjen PMPTK menyebutkan
bahwa lebih dari 50% guru yang belum berkualifikasi S1 atau D-IV tersebut merupakan
guru SD.
Solusi alternatif yang ditawarkan dalam penyelenggaraan pendidikan sarjana (S1) yang memungkinkan guru memiliki kesempatan lebih luas dengan tidak
mengganggu tugas dan tanggung jawabnya adalah penyelenggaraan program Sarjana
(S-1) Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Program PJJ diharapkan dapat mewujudkan sistem
penyelenggaraan pendidikan guru yang efisien, efektif, dan akuntabel serta
menawarkan akses layanan pendidikan yang lebih luas tanpa mengabaikan kualitas dan
mengganggu tugas tugas profesionalnya sehari-hari. Sehubungan dengan hal tersebut,
dikembangkan rambu-rambu penyelenggaraan program PJJ sebagai acuan bagi
perguruan tinggi penyelenggara yang telahmendapat ijin penyelenggaraan dari
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Program ini dilaksanakan oleh
1

2

penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan yang dalam proses perkuliahannya
menggunakan pendekatan

dual

mode,

yaitu

melalui

pengintegrasian sistem

pembelajaran konvensional (tatap muka di kampus) dan sistem pembelajaran
mandiri, didukung oleh pemanfaatan multimedia secara efektif dan efisien.
Kurikulum yang digunakan dalam program PJJ adalah kurikulum yang berlaku
dimasing-masing peguruan tinggi penyelenggara. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
yang menjadi acuan kurikulum mengacu pada Permendiknas Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru,
yang

meliputi

empatkompetensi

utama,

yaitu:

kompetensi

pedagogik,

kompetensikepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam
implementasinya,

kurikulum

program

PJJ

didesain

dengan

tepatsehingga

memungkinkan adanya kelompok mata kuliah yang dilaksanakanmelalui kegiatan
pembelajaran tatap muka di kampus dan kelompok matakuliah yang bisa dilaksanakan
melalui kegiatan pembelajaran mandiri (self-instruction), baik dengan tutorial maupun
tanpa tutorial. Penetapan kelompok mata kuliah tatap muka di kampus didasarkan atas
pertimbangan bahwa mata kuliah tersebut mensyaratkan adanya praktik atau praktikum
atau mata kuliah lain yang menurut pertimbangan perguruan tinggi penyelenggara
harus dilaksanakan melalui perkuliahan tatap muka.
Penetapan kelompok mata kuliah melalui pembelajaran mandiri dengan layanan
tutorial adalah mata kuliah yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
untuk pengembangan kompetensi pedagogik dan profesional. Penetapan kelompok
matakuliah melalui pembelajaran mandiri tanpa tutorial didasarkan atas pertimbangan
bahwa mata kuliah tersebut dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa, baik secara
perorangan maupun kelompok.
Perbedaan esensial antara program PJJ dengan program reguler pada hakikatnya
terdapat dalam pelaksanaan atau proses pembelajaran. Proses pembelajaran dalam
program PJJ dilaksanakan melalui pengintegrasian kegiatan perkuliahan tatap muka di
kampus dan atau perkuliahan termediasi dan kegiatan pembelajaran mandiri.
Pembelajaran mandiri dilaksanakan dengan tutorial dan atau tanpa tutorial. Kegiatan
pembelajaran program PJJ ini dilaksanakan secara tersendiri, dalam arti tidak boleh
dilakukan secara bersama-sama dengan kegiatan pembelajaran kelas reguler.

2

3

Berdasarkan uraian tentang rambu-rambu penyelenggaraan program PJJ PGSD,
nampak jelas bahwa penekanan perkuliahan pada program PJJ PGSD adalah pada
perkuliahan mandiri dengan menggunakan media pembelajaran jarak jauh. Model
perkuliahan menggunakan e-Learning dengan tugas-tugas mandiri merupakan salah
satu model teoretis yang dipandang relevan.
Dabbagh & Bannan-Ritland (2005: 165) menyatakan bahwa kesuksesan
pembelajaran jarak jauh berbasis e-Laerning tergantung sejauhmana dosen yang
bersangkutan mengintegrasikan karakteristik kemandirian belajar mahasiswa dan
kemampuan ICT sebagai input proses pembelajaran. Kemandian belajar merupakan
kondisi

dimana

mahasiswa

merencanakan,

mengelola,

mengontrol

diri

dan

merefleksikan proses belajarnya sendiri untuk mencapai kompetensi tertentu.
Pembelajar mandiri mampu menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, menentukan
tujuan, mengidentifikasi sumber bahan-bahan belajar, aktif memilih dan melaksanakan
strategi belajarnya, dan merefleksikan hasilnya (Dabbagh & Bannan-Ritland, 2005:
223). Sementara itu, Haris Mudjiman (2011: 9) mendefinisikan kemandirian belajar
merupakan kondisi kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk
menguasai suatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan
bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.
Berdasarkan uraian tentang hakikat kemandirian belajar dan rambu-rambu
pelaksanaan program PJJ yang lebih bersifat distance learning dan self instruction,
nampak bahwa secara teoretik kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar
ditentukan oleh kondisi kemandirian belajar mahasiswa tersebut. Oleh karena itu sangat
penting untuk memantau kondisi kemandirian belajar para mahasiswa. Berbagai
penelitian tentang kontribusi kemandirian belajar terhadap pencapaian kompetensi hasil
belajar mahasiswa. Misalnya penelitian Stewart (2007) yang menemukan bahwa ada
korelasi positif linier antara Self-directed Learning Readiness (SDLRS) dengan IPK
para mahasiswa teknik sipil Griffith University - Gold Coast, Australia ( r = 0,70).
Temuan ini berarti bahwa para mahasiswa yang memiliki tingkat kesiapan belajar
mandiri yang tinggi akan mencapai IPK yang tinggi pula, demikian sebaliknya.
Penelitian Maung, Abas & Abdullah, (2007) menemukan fenomena bahwa ada
perbedaan pengaruh yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki gaya belajar
visual dan verbal terhadap proses belajar mandiri dan hasil belajarnya. Analisis lanjutan
3

4

terhadap temuan tersebut menunjukan bahwa para wanita ternyata memiliki tingkat
kesiapan belajar mandiri lebih tinggi dibandingkan dengan pria (F = .99, p < .05).
Temuan penelitian senada dilaporkan oleh Reio & Davis (2005) bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan tingkat SDLRS dan
pencapaian kompetensi belajar. Demikian juga Hiemstra (2006) melaporkan hasil
penelitian bahwa ada perbedaan hubungan antara intensitas penggunaan internet
dengan tingkat belajar mandiri pada pria dan wanita. Fenomena menarik berkaitan
dengan hubungan antara kemandirian belajar mahasiswa dengan kompetensi hasil
belajar adalah faktor gender nampaknya berpengaruh.
Pengalaman peneliti dan studi awal yang dilakukan menemukan fenomena
bahwa rata-rata tingkat kemandirin belajar mencapai 51%. Angka ini diperoleh dari
rata-rata pengiriman tugas tutorial online yang sesuai dengan agihan waktu pengiriman
melalui e-mail maupun melalui portal fleksibel learning. Kondisi kemandirian belajar
yang masih rendah ini berdampak pada pencapaian kompetensi hasil belajar yang
rendah pula. Hasil rekapitulasi kompetensi hasil belajar mahasiswa mendapatkan data
bahwa mean skor kompetensi hasil belajar mahasiswa mencapai 58.
Mencermati berbagai hasil penelitian tentang kondisi kemandirian belajar dan
kaitannya dengan pencapaian kompetensi hasil belajar, serta fenomena faktor gender
yang terbukti berpengaruh terhadap kondisi kemandirian belajar itu sendiri maupun
kontribusinya terhadap pencapaian hasil beljar, maka menjadi kewajiban bagi dosen
untuk memantau kondisi mereka. Pemetaan kondisi kemandirian belajar mahasiswa
dapat digunakan untuk pembinaan dan pemberian dorongan eksternal agar kondisi
kemandirian belajar tersebut dapat ditingkatkan.
B. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui secara empirik dua faktor
dominan kemandirian belajar manakah yang berkontribusi terhadap kesuksesan belajar
mahasiswa program SKGJ PGSD, 2) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kesuksesan
belajar mahasiswa program SKGJ PGSD perempuan dan laki-laki yang dimoderatori oleh
kemandirian belajarnya.

4

5

C. Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Secara konseptual, urgensi penelitian ini mencari justifikasi teoretik konsep
kemandirian belajar yang memiliki potensi mensukseskan belajar mahasiswa melalui buktibukti empirik. Konsep kemandirian belajar yang hakikatnya merupakan kondisi psiko-sosial
mahasiswa sebagai wujud penerapan model belajar mandiri meliputi komponen kegiatan
belajar aktif; adanya motif atau niat belajar, dorongan mencapai kompetensi, dan didasarkan
pada paradigma konstruktivisme, yaitu pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh
pembelajar dapat digunakan untuk mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar,
sehingga menjadi pengetahuan atau keterampilan baru yang dibutuhkan. Analisis koponenkonponen kemandian belajar mahasiswa berdasarkan data empirik akan memberikan
gambaran urutan kontribusi setiap komponen kemandirian belajar mahasiswa dalam
mencapai kompetensi belajarnya. Identifikasi kontribusi setiap komponen kemandirian
belajar mahasiswa iniakan menjadi rujukan pembinaan mahasiswa agar lebih sukses dalam
mencapai kompetensi belajarnya.
Secara praktis, penelitian ini penting karena: a) menginspirasi para dosen pengampu
matakuliah dalam program SKGJ maupun PJJ untuk mendesain pembelajaran secara kreatif
dan inovatif, b) menyediakan data empirik bagi para pengajar untuk mengembangkan
komponen-komponen belajar mandiri yang secara potensial dapat meningkatkan pencapaian
kompetensi belajarnya, c) memberikan keleluasaan bagi guru SD sebagai mahasiswa dalam
mengembangkan kompetensi melalui perkuliahan berbasis belajar mandiri, dan d)
mengatasi ketidak-merataan dan ketidak-terjangkauan perkuliahan yang dapat menghambat
guru-guru SD untuk meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogiknya.

5

6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) PGSD
Program PJJ hakikatnya adalah program penyelenggaraan pendidikan yang
secara khusus diperuntukkan bagi guru tetap dalam jabatan. Program ini diharapkan
dapat mewujudkan sistem penyelenggaraan pendidikan guru yang efisien, efektif,dan
akuntabel serta menawarkan akses layanan pendidikan yang lebih luastanpa
mengabaikan kualitas. Sehubungan dengan hal tersebut, dikembangkan rambu-rambu
penyelenggaraan program PJJ sebagai acuan bagi perguruan tinggi penyelenggara yang
telahmendapat ijin penyelenggaraan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen
Dikti). Program ini dilaksanakan oleh penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan
yang dalam proses perkuliahannya menggunakan pendekatan dual mode, yaitu melalui
pengintegrasian sistem pembelajaran konvensional (tatap muka di kampus) dan sistem
pembelajaran mandiri, didukung oleh pemanfaatan multi media secara efektif dan
efisien.
Kurikulum yang digunakan dalam program PJJ adalah kurikulum yang berlaku
dimasing-masing peguruan tinggi penyelenggara. Standar KompetensiLulusan (SKL)
yang menjadi acuan kurikulum mengacu padaPermendiknas Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yang
meliputi empat kompetensi utama, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam implementasinya,
kurikulum Program PJJ didesain dengan tepat sehingga memungkinkan adanya
kelompok matakuliah yang dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran tatap muka di
kampus dan kelompok matakuliah yang bisa dilaksanakan melalui kegiatan
pembelajaran mandiri (self-instruction), baik dengan tutorial maupun tanpa tutorial.
Penetapan kelompok matakuliah tatap muka di kampus didasarkan atas pertimbangan
bahwa mata kuliah tersebut mensyaratkan adanya praktik atau praktikum atau
matakuliah lain yang menurut pertimbangan perguruan tinggi penyelenggara harus
dilaksanakan melalui perkuliahan tatap muka.
Penetapan kelompok mata kuliah melalui pembelajaran mandiri dengan layanan
tutorial adalah mata kuliah yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
6

7

untuk pengembangan kompetensi profesional. Penetapan kelompok matakuliah melalui
pembelajaran mandiri tanpa tutorial didasarkan atas pertimbangan bahwa mata kuliah
tersebut dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa, baik secara perorangan
maupun kelompok.
Perbedaan yang esensial antara program PJJ dengan program reguler pada
hakikatnya terdapat dalam pelaksanaan atau proses pembelajaran. Proses pembelajaran
dalam program PJJ dilaksanakan melalui pengintegrasian kegiatan perkuliahan tatap
muka di kampus dan atau perkuliahan termediasi dan kegiatan pembelajaran mandiri.
Pembelajaran mandiri dilaksanakan dengan tutorial dan atau tanpa tutorial. Kegiatan
pembelajaran program PJJ ini dilaksanakan secara tersendiri, dalam arti tidak boleh
dilakukan secara bersama-sama dengan kegiatan pembelajaran kelas reguler.
B. Kemandirian Belajar Mahasiswa
Khusus strategi belajar mandiri, Jarvis (1990) dan O’Shea (2003), Self-directed
Learning (belajar mandiri) adalah kemampuan untuk berinisiatif dalam mengelola dan
mengontrol proses belajarnya untuk mengatasi berbagai masalah dalam belajar dengan
mempergunakan berbagai alternatif atau strategi belajar. Sedangkan Hiemstra (1994)
memberikan batasan bahwa Self-Directed Learning adalah perilaku siswa tidak
bergantung pada orang lain, dalam hal ini adalah siswa tersebut mampu melakukan
belajar sendiri, dapat menentukan cara belajar yang efektif, mampu melaksanakan
tugas-tugas belajar dengan baik dan mampu melakukan aktivitas belajar secara mandiri.
Haris Mudjiman (2011: 9), memberikan batasan belajar mandiri adalah kegiatan belajar
aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna
mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi
yang telah dimiliki (Haris Mudjiman. 2011: 9).
Dari rumusan konsep belajar mandiri ini, dapat dicermati adanya empat
komponen konsep dan juga anatomi dari konsep belajar mandiri. Komponen-komponen
konsep belajar mandiri tersebut adalah: a) kegiatan belajar aktif; yaitu merupakan
kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan, dan
kreativitas untuk mencapai tujuan; b) motif atau niat, yaitu kekuatan pendorong
kegiatan belajar secara intensif, persisten, terarah dan kreatif untuk mencapai
kompetensi yang ingin dicapai; c) kompetensi, yaitu pengetahuan, keterampilan dan
sikap

yang

dapat

digunakan

untuk

memecahkan

masalah;

d)

paradigma
7

8

konstruktivisme, yaitu pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh pembelajar dapat
digunakan untuk mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar, sehingga
menjadi pengetahuan atau keterampilan baru yang dibutuhkan.
Sebagai seorang pengajar, bagaimanakah kita bisa mendeteksi seberapa tinggi
tingkat kemandirian belajar mahasiswa kita?. Apakah tingkat kemandirian belajar
tersebut dapat digunakan untuk memprediksi hasil belajar para mahasiswa?. Jawabnya
adalah dengan mengembangkan instrumen rubrik penilaian kemandirian belajar.
Instrumen dikembangkan berdasarkan komponen-komponen definisi operasional
(konstruk) belajar mandiri.

Kompetensi

Komponen dan Indikator Skala Kemandirian Belajar
Skala

Multi level
Objectives

Tujuan
Umum
Tujuan
Antara

Persisten
Konsisten

Motivasi
Belajar

Berorientasi pd tujuan
Behavioral Control

Active
Learning

Continuing Evaluation
Inovatif
Follow-up Clarity

Konstruktivisme
Berbekal kompetensi
yang telah dimiliki
Gambar 1. Skema Komponen dan Indikator Skala Kemandirian Belajar
Skor yang diperoleh melalui rubrik penilaian tersebut merupakan kadar tinggi
rendahnya kemandirian belajar mahasiswa. Berbagai penelitian dalam jurnal ilmiah
internasional menemukan bahwa tingkat kemandirian belajar

berperan dalam

pencapaian kompetensi belajar siswa (Stewart, 2007; Usta, 2011; Hui & Umar, 2011;
Weny Hulukati, 2011). Secara skematik, alur pengembangan instrumen kemandirian
belajar berdasarkan komponen dan indikator belajar mandiri dapat dicermati melalui
8

9

gambar 1.
Pada bagian awal kegiatan pembelajaran, atau dapat disisipkan dalam proses
pembelajaran, mahasiswa diberi pembekalan berkaitan dengan “ruh” belajar mandiri itu
sendiri. Ruh tersebut adalah motivasi belajar. Motivasi belajar inilah yang menjadi
sumber energi bagi tumbuhnya niat untuk belajar. Kop & Fornier (2010) menyatakan
bahwa pembekalan motivasi belajar sebagai “ruh” belajar mandiri merupakan upaya
penataan dimensi konatif. Pernyataan ini dikuatkan dengan hasil penelitian Brackett
(2007) yang menemukan bahwa

keefektifan pembelajaran berhubungan dengan

motivasi siswa. Oleh karena itulah maka pembekalan untuk menumbuhkan motivasi
belajar menjadi sangat penting.
Ada berbagai model yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi
belajar, salah satunya adalah model Pengembangan Motivasi Belajar yang
dikemukakan oleh Mudjiman (2011: 47-54). Ide dasar model tersebut berangkat dari
gagasan bahwa tindakan belajar merupakan perbuatan sadar yang didahului oleh
pembuatan keputusan untuk belajar atau tidak belajar tergantung dari tinggi rendahnya
motivasi. Apabila motivasinya kuat, seseorang akan memutuskan untuk melakukan
tindakan belajar. Sebaliknya, bila motivasinya lemah, seseorang akan memutuskan
untuk tidak melakukan tindakan belajar. Berdasarkan ide dasar seperti di atas, maka
perlu upaya guru untuk menumbuhkan motivasi belajar pada siswanya.
Menurut model Pengembangan Motivasi Belajar, ada empat materi pembekalan
untuk membantu siswa membuat keputusan untuk melakukan tindakan belajar
(motivasi belajar) seperti berikut: a) perlunya mengetahui kegunaan belajar jika siswa
mempelajari materi tertentu. b) Perlu memantapkan bahwa mempelajari materi tersebut
dapat memenuhi kebutuhan belajarnya. c) Perlu menumbuhkan kepercayaan diri bahwa
mereka memiliki kemampuan. d) Perlu meyakinkan siswa bahwa mempelajari materi
tertentu dan menguasainya

akan menyenangkan. Model pengembangan motivasi

belajar ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kirkman, Couglin &
Kromrey (2007) yang menyimpulakan bahwa tingkat kepuasan yang dialami oleh siswa
yang sukses dalam pembelajaran berbasis web terbukti dapat meningkatkan motivasi
belajar. Penelitian tersebut sejalan dengan temuan Brackett (2007) dalam sebuah
laporan kajian teoretik tentang inspiring student self-motivation menjelaskan bahwa
keefektifan pembelajaran berhubungan dengan motivasi siswa. Penumbuhan motivasi
9

10

belajar ini dilakukan dengan menata sumber-sumber inspirasi. Sebagai panduan, guru
dapat merancang konten pembelajaran yang berisi pengalaman gagal maupun sukses
dari orang-orang terkenal sebagai sumber inspirasi. Brackett meyakini bahwa cara
seperti ini dapat menumbuhkan motivasi dan mendorong para siswa untuk belajar.
C. Hubungan Kemandirian belajar dan Kompetensi Hasil Belajar Mahasiswa
Kemandian belajar mahasiswa sebagai kondisi diterapkannya strategi belajar
mandiri merupakan dampak dari pembekalan mahasiswa untuk mengembangkan
kompetensi mahasiswa, menurut Haris Mudjiman (2011: 198) mencakup langkahlangkah: 1) menetapkan kompetensi utama (KU) yang akan dikuasi, untuk mengatasi
masalah yang sedang dihadapi. Kompetensi utama adalah tujuan utama belajar mandiri
yang ditetapkan oleh pembelajar; 2) Menetapkan urgensi permasalahan dan kompetensi
yang ingin dicapai; 3) Menyusun rencana untuk menguasai kompetensi. Langkah ini
meliputi: a) menetapkan kompetensi-kompetensi antara (KA) yang perlu dimiliki.
Kompetensi-kompetensi antara ini adalah tujuan-tujuan antara belajar mandiri yang
ditetapkan sendiri oleh pembelajar, b) mengidentifikasi tujuan-tujuan antara (KA) yang
telah dimiliki dan tujuan-tujuan antara yang perlu ditetapkan untuk dicapai; 4)
Melaksanakan rencana belajar mandiri, dengan target mencapai tujuan-tujuan antara
melalui beberapa siklus/usaha; dan 5) Melakukan evaluasi pencapain tujuan antara
(KA) dan tujuan utama (KU).
Implementasi langkah ke-4, yaitu melaksanakan rencana belajar mandiri
nampaknya menjadi faktor utama dalam memberikan kontribusi pencapaian
kompetensi belajar mahasiswa. Komponen faktor utama implementasi belajar mandiri
meliputi: 1) adanya motivasi atau niat belajar. Motivasi belajar yang tinggi mampu
mendorong mahasiswa untuk belajar secara konsisten dan persisten (Haris Mudjiman,
2011). Konsisten berarti belajar secara ajeg sesuai dengan jadwal belajar yang telah
disusun. Persisten berarti tahan lama dalam belajar, tidak mudah mengalami kejenuhan.
2) niat untuk menguasai atau memiliki kompetensi tertentu sebagai tujuan belajar.
Kompetensi belajar yang ingin dicapai oleh mahasiswa merupakan kebutuhan yang
harus dipenuhi. Apabila belajar merupakan suatu kebutuhan, maka dorongan belajar
akan semakin kuat. 3) Melakukan kegiatan belajar aktif untuk mencapai kompetensi.
Haris Mudjiman (2011) menyebutkan bahwa keaktifan belajar ditunjukkan oleh
berbagai indikator, yaitu belajar secara terencana, berorientasi pada tujuan, kreatif dan
10

11

inovatif dalam belajar, melakukan tindak lanjut pembelajaran dengan jelas, selalu
melakukan pemantauan hasil belajarnya, selalu mengontrol perilaku dirinya agar tidak
mengganggu konsentrasi belajar, serta memiliki kesadaran bahwa kompetensi yang
dikuasai akan berguna sepanjang kehidupannya. 4) Berbekal kompetensi yang telah
dimiliki (konstruktivisme). Mahasiswa mengaitkan pengetahuan ataupun kompetensi
baru yang akan dikuasai dengan kompetensi yang telah dimiliki.
Berdasarkan analisis kontribusi belajar mandiri seperti di atas itulah yang
menyebabkan kompetensi hasil belajar mahasiswa meningkat. Analisis kontribusi
kemandirian belajar mahasiswa dalam mencapai kompetensi hasil belajar ini sejalan
dengan temuan penelitian Stewart (2007) yang menyatakan bahwa ada korelasi positif
linier antara Self-directed Learning Readiness (SDLRS) dengan IPK para mahasiswa
teknik sipil Griffith University - Gold Coast, Australia ( r = 0,70). Temuan ini berarti
bahwa para mahasiswa yang memiliki tingkat kesiapan belajar mandiri yang tinggi
akan mencapai IPK yang tinggi pula, demikian sebaliknya. Temuan penelitian ini
senada dengan berbagai temuan penelitian berikut:
a) Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Hui & Umar (2011) menemukan hasil
berikut: 1) tidak terdapat perbedaan signifikan kemampuan mengingat mahasiswa
yang memiliki tingkat Self-regulated Learning tinggi dalam menerima perlakuan a
combination of metaphor and pair programming (MPP) dan mahasiswa yang hanya
menerima perlakuan dengan metode pair programming (PP) ( X high MPP = 74.17;
X highPP = 69.52; Mean diff = 4.65; p = 0.03); 2) Tidak terdapat perbedaan
signifikan kemampuan mengingat mahasiswa yang memiliki tingkat Self-regulated
Learning rendah dalam menerima perlakuan MPP dan mahasiswa yang hanya
menerima perlakuan dengan metode PP (Mean diff = 7.68; p = 0.00), with the MPP
group performing significantly better than those of the PP group ( X Low MPP =
62.80; X Low PP = 55.11); 3) Tidak ada pengaruh interaksi antara metode
pembelajaran dengan tingkat Self-regulated Learning.
b) Wenny Hulukati (2011), melaporkan

penelitian tentang pengembangan model

belajar mandiri berbasis andragogi untuk meningkatkan kompetensi pendidik anak
usia dini. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa model belajar mandiri berbasis
andragogi untuk meningkatkan kompetensi pendidik anak usia dini yang
dikembangkan terbukti efektif untuk meningkatkan kompetensi pedagogis guru.
11

12

c) Penelitian eksperimen dengan teknik pengujian ANOVA yang dilakukan oleh MalaMaung, Abas & Abdullah, (2007) menemukan fenomena faktor-faktor yang
berpengaruh dalam tumbuhnya kemandirian belajar adalah sebagai berikut: 1) ada
perbedaan pengaruh yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki gaya belajar
visual dan verbal terhadap proses belajar mandiri dan hasil belajarnya (F = 6.65, p <
.05). 2) Faktor materi dan media pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap
kemandirian belajar dan hasil belajar (F = 2.19, p < .05). 3) Para wanita ternyata
memiliki tingkat kesiapan belajar mandiri lebih tinggi dibandingkan dengan pria (F
= .99, p < .05).
Fenomena menarik berkaitan dengan hubungan antara kemandirian belajar
mahasiswa dengan kompetensi hasil belajar adalah faktor gender nampaknya
berpengaruh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reio & Davis (2005) dilaporkan
berikut: 1) mahasiswa dan dosen yang berusia 30 – 50 tahun memiliki tingkat Selfdirected Learning Readiness (SDLRS) lebih tinggi dari siswa SMA; 2) Terdapat
perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan tingkat SDLRS dan
pencapaian kompetensi belajar. Hiemstra (2006) melaporkan hasil penelitian tentang
penggunaan internet dan belajar mandiri menemukan bahwa ada hubungan antara
intensitas penggunaan internet dengan tingkat belajar mandiri seseorang, serta
menemukan perbedaan hubungan antara intensitas penggunaan internet dengan tingkat
belajar mandiri pada pria dan wanita.
Disamping berbagai penelitian tersebut di atas, beberapa penelitian berikut
dapat menguatkan teori tentang peran kemandirian belajar dalam mencapai kesuksesan
belajar para mahasiswa. Diantanya penelitian tentang rancangan strategi pembelajaran
mandiri berbasis online berdasarkan pandangan konstruktivis objektif yang dilakukan
oleh Chen (2007) berhasil mengembangkan rancangan strategi pembelajaran mandiri
secara online. Spesifikasi rancangan strategi pembelajaran mandiri tersebut meliputi
tugas belajar (learning task), dukungan teknologi (technology support), dukungan
belajar (learning support), dan dukungan sosial (social support).
Penelitian Karagiorgi

& Symeou (2005) yang melakukan kajian teoretik

tentang potensi dan keterbatasan implementasi teori konstruktivisme sebagai landasan
dalam

merancang

pembelajaran.

Simpulan

kajian

ini

adalah

bahwa

teori

konstruktivisme berpotensi untuk diimplementasikan dalam merancang pembelajaran
12

13

dengan memperhatikan dua hal utama berikut: 1) perlu kehati-hatian dalam memilih
strategi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman otentik pada pembelajar. 2)
Desainer pembelajaran harus mempertimbangkan teknologi pembelajaran yang mampu
menyampaikan pesan tanpa distorsi. f. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reio &
Davis (2005) dilaporkan berikut: 1) mahasiswa dan dosen yang berusia 30 – 50 tahun
memiliki tingkat SDLRS lebih tinggi dari siswa SMA; 2) Tidak ditemukan perbedaan
yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan tingkat SDLRS.
Penelitian Song dan Hill (2007) melaporkan bahwa pengembangan model
konseptual tentang belajar mandiri dalam konteks pembelajaran online. Kajian
penelitian literatur menunjukkan pola model bahwa pelajar dapat meningkatkan tingkat
kemandirian belajarnya dengan mengalami belajar mandiri secara online. Efektivitas
dalam belajar mandiri tergantung pada seberapa tingkat pengarahan diri sendiri (atribut
pribadi). Tingkat self-direction dapat bervariasi dalam lingkungan belajar yang
berbeda.
Hiemstra (2006) melaporkan hasil penelitian tentang penggunaan internet dan
belajar mandiri menemukan bahwa ada hubungan antara intensitas penggunaan internet
dengan tingkat belajar mandiri seseorang, serta tidak menemukan perbedaan hubungan
antara intensitas penggunaan internet dengan tingkat belajar mandiri pada orang kota
dan orang desa.
Jezegou (2012) dalam penelitian dan pengembangan model konseptual tentang
pendidikan jarak jauh yang mendukung belajar mandiri, menemukan bahwa model
pembelajaran pendidikan jarak jauh akan efektif jika menawarkan berbagai fitur
pembelajaran

yang

memungkinkan

mahasiswa

mengekspresikan

kemandirian

belajarnya.
Brackett (2007) dalam sebuah laporan kajian teoretik tentang inspiring student
self-motivation menjelaskan bahwa keefektifan pembelajaran berhubungan dengan
motivasi siswa. Penumbuhan motivasi belajar ini dilakukan dengan menata sumbersumber inspirasi. Sebagai panduan, guru dapat merancang konten pembelajaran yang
berisi pengalaman gagal maupun sukses dari orang-orang terkenal sebagai sumber
inspirasi. Brackett meyakini bahwa cara seperti ini dapat menumbuhkan motivasi dan
mendorong para siswa untuk belajar.
Kohen & Kramarski (2012) melakukan penelitian eksperimen tentang
13

14

pengembangan belajar mandiri menggunakan Reflective Support in a Video-Digital
Microteaching Environment. Teknik analisis data yang digunakan adalah ANOVA.
Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru-guru kelas eksperimen lebih
tinggi tingkat belajar mandirinya pada dimensi metakognisi (merencanakan, mengelola
informasi, dan mengevaluasi) serta tingkat motivasinya (F = 38, 470; p < 0,0001) dan
(F = 21,236; p < 0,0001).

14

15

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dirancang berdasarkan pendekatan kuantitatif. Ditinjau dari jenis
metodenya, termasuk jenis penelitian survey. Dilihat dari tingkat eksplanasinya
termasuk penelitian deskriptif. Subyek penelitiannya adalah para guru SD yang
menjadi mahasiswa program PJJ PGSD UKSW Salatiga.
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program Sarjana Kependidikan
Guru dalam Jabatan (SKGJ) PGSD FKIP UKSW Salatiga maupun mahasiswa program
pendidikan jarak jauh (PJJ) PGSD yang berasal dari Kabupaten Batang. Mahasiswa
SKGJ dan PJJ berasal dari wilayah-wilayah kecamatan, yaitu kecamatan Batang,
Limpung, Subah, dan Bandar. Terdapat beberapa karakteristik mahasiswa program
SKGJ dan PJJ PGSD sebagai subjek penelitian, yaitu: 1) para mahasiswa berasal dari
daerah-daerah kecamatan yang memiliki karakteristik sosial ekonomi yang relatif sama,
2) para mahasiswa sama-sama guru SD dalam jabatan, 3) memiliki tingkat kemampuan
yang heterogen berdasarkan standar pada saat rekrutmen mahasiswa baru. Berdasarkan
pertimbangan persamaan karakteristik tersebut, peneliti memandang bahwa hasil
penelitian ini dapat digeneralisasi kepada seluruh mahasiswa program SKGJ dan PJJ.
Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposif, dengan pertimbangan: 1)
tidak memungkinkan dilakukan teknik random, karena akan mengganggu daftar alir
pengambilan matakuliah, 2) teknik random membutuhkan kesukarelaan mahasiswa dan
tenaga pengajar khusus, dan hal ini tidak memungkinkan dilakukan oleh peneliti, 3)
kemudahan pelaksanaan pembelajaran, karena jarak yang masih relatif dekat dalam
rangka koordinasi dan persiapan penelitian.
Langkah penentuan sampel, mula-mula ditentukan sampel kelas. Secara
keseluruhan jumlah kelas mahasiswa program SKGJ dan PJJ PGSD ada 4 kelas, terdiri:
1) 1 kelas di Bandar, 2) 1 kelas di Subah, 3) 1 kelas PJJ di Batang, 4) 1 kelas di
Limpung. Rata-rata jumlah mahasiswa per kelas adalah 37 mahasiswa. Dari 4 kelas
tersebut, kelas yang aktif melaksanakan perkuliahan adalah kelas PJJ di Batang.
Berdasarkan pertimbangan seperti tersebut di atas, maka ditetapkan mahasiswa PJJ di
15

16

Batang dengan jumlah mahasiswa 34 menjadi sampel penelitian ini. Langkah
berikutnya membagi kelas tersebut menjadi dua kelompok, yaitu: 1) kelompok
mahasiswa laki-laki, dan 2) kelompok mahasiswa perempuan.
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik non tes.
Instrument penelitian yang digunakan adalah instrument skala kemandirian belajar
mahasiswa. Instrumen untuk mengukur kemandirian belajar berbentuk rubrik skala
kemandirian belajar mahasiswa.

Instrumen disusun berdasarkan konstruk belajar

mandiri. Komponen-komponen konstruk tersebut meliputi: a) adanya motivasi atau niat
belajar, b) niat untuk menguasai atau memiliki kompetensi tertentu sebagai tujuan
belajar, c) melakukan kegiatan belajar aktif untuk mencapai kompetensi, dan d)
berbekal kompetensi yang telah dimiliki (konstruktivisme). Berdasarkan komponenkomponen belajar mandiri ini, kemudian disusun kisi-kisi rubrik skala kemandirian
belajar. Instrumen terdiri dari 30 item.
Pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan teknik utama skala penilaian diri,
dilanjutkan wawancara untuk mengkonfirmasi data serta untuk menjaga objektivitas
jawaban mahasiswa. Scoring dilakukan oleh peneliti berdasarkan panduan skor rubrik
penilaian untuk masing-masing item. Masing-masing item diberi skor dengan rentang
antara 1 sampai 3 sesuai dengan kondisi jawaban mahasiswa. Total skor maksimum
adalah 90 (3 X 30) dan skor minimum 30 (1 X 30). Skor hasil pengukuran kemudian
dikonversi menjadi skala 1 – 100, agar lebih mudah dalam melakukan analisis.
Tabel 1
Kisi-kisi rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa
No

Komponen

1

Adanya motivasi
atau niat belajar

1.
2.

2

Kompetensi
sebagai tujuan
belajar

1. Memiliki tujuan belajar yang jelas
2. Multi level Objectives
3. Menetapkan kompetensi Utama
(KU) sebagai tujuan utama belajar
4. Menetapkan kompetensi antara
(KA)

Indikator
Persisten dalam belajar
Konsisten

No Item
19,20,21
16,17,18,22,23
1
3
2
28

16

17

3

4

Kegiatan belajar
aktif

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.

Bekal
pengetahuan
2.
yang telah
dimiliki
(Paradigma
Konstruktivisme)

Belajar secara sistematis (
terencana)
Goal orientedness
Continuing evaluation
Learning for life
Follow-up Clarity
Kreatif dan inovatif dalam belajar
Behavioral control
Mengaitkan kompetensi yang telah
dimiliki dengan pengalaman baru
Memiliki keterampilan untuk
memperoleh kompetensi baru
berdasarkan kompetensi yang telah
dimiliki
Jumlah

4,5
6,7
8,13
9,10
11,12,14
15,
24, 25,26,27
29

30

30

Instrumen skala kemandirian belajar diujicobakan terlebih dahulu sebelum
digunakan. Komputasi data penelitian untuk menghitung tingkat validitas dan
reliabilitas instrumen rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa menggunakan
bantuan program SPSS for Windows ver. 17.
Uji coba dilakukan pada 30 mahasiswa program SKGJ Pati (bukan kelas untuk
penelitian). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah konstruk rubrik skala
kemandirian belajar mahasiswa sahih atau tidak. Uji reliabilitas dilakukan untuk
mengetahui apakah alat ukur dapat menghasilkan data yang ajeg dan dapat dipercaya.
Hasil pengujian terhadap 30 item ditemukan nilai reliabilitas sebesar  0,831.
Berdasarkan kriteria umum suatu instrumen dinyatakan reliabel jika nilai  uji coba
lebih besar dari 0,600, maka instrumen rubrik kemandirian belajar reliabel, karena nilai
reliabilitas 0,831 > 0,600. Berdasarkan kriteria uji validitas, sebuah instrumen
dinyatakan valid apabila nilai Corrected Item –Total Correlation lebih besar daripada
nilai koefisien korelasi product moment minimal sebesar 0,300 pada taraf signifikansi
5% (Azwar, 2011: 158).
Berdasarkan kriteria validitas instrumen seperti telah diuraikan di atas, maka 25
item dinyatakan valid karena nilai Corrected Item –Total Correlation untuk semua item
skala kemandirian belajar > 0,300. Lima item, yaitu nomor 1, 3, 14, 15 dan 21 tidak
valid karena nilai Corrected Item –Total Correlation kurang dari 0,300. Setelah
dilakukan perbaikan terhadap konstruk item nomor 1, 3, 14, 15 dan 21, kemudian
17

18

dilakukan uji coba ulang, 5 item tersebut memiliki nilai Corrected Item –Total
Correlation berturut-turut menjadi 0,310, 0,320, 0,301, 0,302 dan 0,311. Dengan
demikian seluruh item dinyatakan valid.
Berkaitan dengan data prestasi belajar mahasiswa, data diperoleh dengan cara
studi dokumen daftar nilai mahasiswa PJJ Kabupaten Batang. Oleh karena itu
Instrumen untuk mengukur kompetensi hasil belajar mahasiswa tidak diuraikan secara
detail dalam laporan ini. Data hasil hasil pengukuran kemandirian balajar mahasiswa
dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif persentase dan kategoris untuk
menggambarkan tingkat pencapaian kemandirian dan hasil belajarnya. Hasil
pengukuruan kemandirian dan hasil belajar mahasiswa dipersentase dengan
menggunakan rumus:
Skor Aktual
AP = --------------- X 100%
Skor Ideal
Keterangan:
AP

: Angka Persentase

Skor Aktual

: Skor yang diberikan oleh validator ahli

Skor Ideal

: Skor maksimal hasil kali antara jumlah item dengan
skor maksimal masing-masing item.

Angka persentase tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi lima kategori
seperti berikut.
Interval

Kategori

81 - 100%

Sangat tinggi

61 - 80%

Tinggi

41 - 60%

Cukup

21 - 40%

Rendah

1

Sangat rendah

- 20%

Dalam rangka memperoleh data yang lebih akurat, maka dilakukan juga
pengumpulan data mlalui FGD. FGD dilakukan untuk mengkonfirmasi apakah data yang
telah diperoleh menggunakan instrumen pengukuran kemandirian belajar mahasiswa dan
18

19

hasil belajaranya sesuai dengan kenyataan.

D. Teknik Analisis Data
Teknik dianalisis data menggunakan teknik analisis Chi-Square (Friedman Test) untuk
melihat mean rank faktor-faktor kemandirian belajar mahasiswa. Melalui data mean rank
akan diketahui dua faktor dominan manakah yang berdampak pada kesuksesan belajarnya.
Selanjutnya dilakukan uji ANCOVA untuk menguji peran kemandirian belajar sebagai
variabel moderator pencapaian hasil belajar mahasiswa berdasarkan jenis kelaminnya.
Pengujian dengan teknik ANCOVA ini diawali terlebih dahulu dengan uji prasyarat, yaitu uji
normalitas data dan homogenitas data.

19

20

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Tingkat Kemandirin dan Hasil Belajar Mahasiswa
Seperti telah dibahas di Bab 3,

tingkat kemandirian belajar mahasiswa

program PJJ PGSD dari Kabupaten Batang diukur menggunakan rubrik skala
kemandirian belajar. Data sekundertingkat hasil belajar mahasiswa diperoleh dari
daftar nilai program PJJ Batang. Komputasi data menggunakan program SPSS for
Windows ver.17. Deskripsi statistik hasil pengukuran kemandirian belajar
mahasiswa dirangkum dalam Tabel 2.
Tabel 2
Deskripsi Statistik Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar Mahasiswa PJJ Batang
Statistics

N
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Minimum
Maximum

Valid

Kemandirian
34
75,94
78,00
76
7,290
53,148
56
83

Hasil belajar
34
82,88
86,50
93
11,895
141,501
50
95

Tabel 2 memberikan informasi bahwa data statistik mean, median, mode