MAKALAH DASAR DASAR ILMU HUKUM

MAKALAH
DASAR-DASAR ILMU HUKUM
ISTILAH-ISTILAH DALAM ILMU HUKUM

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD NAUFAL ARYO JUDANTO

FAKULTAS HUKUM JURUSAN ILMU HUKUM
(GKB)
UNIVERSITAS MATARAM
2017

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Istilah-istilah
Dalam Ilmu Hukum”.
Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
“Istilah-istilah Dalam Ilmu Hukum”, yang saya sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun dengan berbagai

rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan rasa maaf yang tinggi sekiranya bisa memaklumi hal
tersebut.
Akhir kata saya berharap semoga makalah yang berjudul “Istilahistilah Dalam Ilmu Hukum” ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Mataram,5 November 2017

Muhammad Naufal A J

KATA PENGANTAR...............................................................................

i

DASTAR ISI...........................................................................................


ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................

1

A. Latar Belakang.....................................................................

1

B. Rumusah Masalah................................................................

1

C. Tujuan...................................................................................

2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................


3

A. Masyarakat Hukum...............................................................

3

B. Hubungan Hukum.................................................................

4

C. Perubahan Hukum...............................................................

7

D. Peristiwa Hukum..................................................................

12

E. Akibat Hukum.......................................................................


12

F. Subjek Hukum.......................................................................

13

G. Objek Hukum.......................................................................

14

H. Hak dan Kewajiban..............................................................

15

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................
B. Saran....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak dahulu, manusia hidup bersama. Berkelompok membentuk
masyarakat tertentu, mendiami suatu tempat, dan menghasilkan
kebudayaan sesuai dengan keadaan dan tempat tersebut. Manusia
sebagai makhluk individu mempunyai kehidupan jiwa yang menyendiri,
namun manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat. Tiap manusia mempunyai sifat, watak, dan kehendak sendiri.
Dalam masyarakat manusia mengadakan hubungan satu sama lain.
Setiap manusia memiliki kepentingan, dan kadang kepentingan tersebut
berlainan bahkan ada juga yang bertentangan, sehingga dapat
menimbulkan perselisihan. Apabila perselisihan itu dibiarkan, maka
mungkin akan timbul perpecahan dalam masyarakat. Oleh karena itu, dari
pemikiran manusia dalam masyarakat dan makhluk sosial, kelompok
manusia menghasilkan suatu kebudayaan yang bernama aturan hukum
tertentu yang mengatur segala tingkah lakunya agar tidak menyimpang
dari hati sanubari manusia. Dalam makalah ini akan membahas mengenai
“Istilah-Istilah dalam Ilmu Hukum” yang akan memberikan gambaran pada
kita tentang hukum itu sendiri.

B. Rumusah Masalah
Dilihat dari latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Masyarakat Hukum ?
2. Apa pengertian Hubungan Hukum ?
3. Apa pengertian Perubahan Hukum ?
4. Apa pengertian Peristiwa Hukum ?
5. Apa pengertian Akibat Hukum ?
6. Apa pengertian Subjek Hukum ?

7. Apa pengertian Objek Hukum ?
8. Apa pengertian Hak dan Kewajiban
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah :
1. Memahami dan mengetahui Masyarakat Hukum
2. Memahami dan mengetahui Hubungan Hukum
3. Memahami dan mengetahui Perubahan Hukum
4. Memahami dan mengetahui Peristiwa Hukum
5. Memahami dan mengetahui Peristiwa Hukum

6. Memahami dan mengetahui Subjek Hukum
7. Memahami dan mengetahui Objek Hukum
8. Memahami dan mengetahui Hak dan Kewajiban

BAB II
PEMBAHASAN
A. Masyarakat Hukum
Manusia itu hakekatnya adalah makhluk sosial, mempunyai keinginan
untuk hidup bermasyarakat dengan manusia-manusia lain. Artinya setiap
manusia mempunyai keinginan untuk berkumpul dan mengadakan
hubungan satu sama lain sesamanya.
Suatu masyarakat yang menetapkan tata hukumnya bagi masyarakat itu
sendiri dan oleh sebab itu turut serta sendiri dalam berlakunya tata hukum
itu, artinya tunduk sendiri kepada tata hukum itu, disebut “masyarakat
hukum”.[1]
Oleh karna norma hukum bagi suatu masyarakat ditetapkan sendiri oleh
masyarakat yang bersangkutan, maka mudahlah dipahami kalau norma
hukum yang berlaku pada suatu masyarakat tertentu, tidak selalu sama
dengan norma hukum yang berlaku pada masyarakat tentu akan
menetapkan hukum yang berlaku bagi warganya sesuai dengan falsafah

hidupnya, ekonomi, sosial, dan budaya serta kenyataan-kenyataan lain
yang perlu diperhatikan, agar mencerminkan keadilan.
Masyarakat hukum ada bermacam-macam, yang kecil misalnya desa,
sedangkan yang besar dalam bentuk yang modern ialah negara. Melihat
pada hubungan yang diciptakan anggotanya, maka masyarakat dapat
dibedakan atas 2 (dua) macam, yaitu:
(1) Masyarakat “paguyuban” (gameinschaft), ialah masyarakat yang
hubungan antara anggotanya erat sekali yang bersifat pribadi dan terjadi
ikatan batin antara anggotanya. Misalnya keluarga (rumah tangga),
perkumpulan berdasarkan agam, dan sebagainya.
(2) Masyarakat “petembayan” (gesellschaft), ialah masyarakat yang
hubungan antara anggotanya tidak begitu erat yang tidak bersifat pribadi

dan tidak ada ikatan batin antara anggotanya, tetapi karena adanya
kepentingan kebendaan (mencari keuntungan) secara bersama-sama.
Selain sudah dikodratkan manuisa itu mempunyai keinginan untuk hidup
bermasyarakat, banyak faktor pendorong lain untuk hidup bermasyarakat,
yaitu: kebutuhan biologis, persamaan nasib, persamaan kepentingan,
persamaan ideologi, persamaan agama, persamaan bahasa, persamaan
kebudayaan, persamaan keinsafan bahwa mereka berdiam dalam wilayah

yang sama, persamaan tujuan, dan sebagainya.
B. Hubungan Hukum
Hubungan hukum adalah hubungan yang terjadi dalam masyarakat baik
antara subjek dengan subjek hukum maupun antara subjek dengan objek
hukum, yang diatur oleh hukum dan menimbulkan akibat hukum.
Hubungan hukum terdiri atas individu dengan individu dan antara individu
dengan masyarakat dan seterusnya yang bercermin pada hak dan
kewajiban.
Hubungan hukum memerlukan syarat-syarat antara lain :
a. Ada dasar hukumnya, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan
itu.
b. Ada peristiwa hukum, yaitu terjadi peristiwa hukumnya.
C. Perubahan Hukum
Perubahan hukum menurut R. Otje Salman, SH, pada hakikatnya dimulai
dari adanya kesenjangan antara keadaan-keadaan yang terjadi di dalam
masyarakat dengan pengaturannya oleh hukum. Tuntutan bagi terjadinya
perubahan hukum timbul manakala kesenjangan tersebut sudah tidak
dapat diterima lagi, sehingga kebutuhan akan perubahan semakin
mendesak.
Prof. Dr. Satjipto Rahardjo memandang perubahan hukum sebagai suatu

hal yang sangat penting, antara lain karena hukum pada saat sekarang ini

umumnya memakai bentuk tertulis. Memang dengan bentuk ini kepastian
hukum lebih terjamin, namun ongkos yang harus dibayarnya pun cukup
mahal, yaitu berupa kesulitan untuk melakukan adaptasi yang cukup cepat
terhadap perubahan yang terjadi disekelilingnya.
Perubahan hukum dapat dimulai oleh perubahan gradual dalam nilai-nilai
dan sikap-sikap masyakarat. Masyarakat akan berpikir bahwa kemiskinan
adalah hal yang buruk dan hukum harus dibuat untuk menguranginya
dengan satu atau berbagai cara. Masyarakat dapat menghujat
penggunaan hukum karena lebih lanjut telah menambah praktek-praktek
diskriminasi rasial di dalam pemilihan suara, perumahan, lapangan kerja,
pendidikan, dan semacamnya, dan akan mendukung perubahanperubahan yang melarang penggunaan hukum untuk maksud-maksud ini.
Masyarakat akan berpikir bahwa pebisnis tidak akan begitu bebas untuk
menjual semua jenis makanan ke pasar tanpa adanya inspeksi
pemerintah yang memadai, atau terbang dengan pesawat yang belum
memenuhi standar keselamatan pemerintah, atau mempertontonkan apa
saja di televisi semau yang punya stasiun televisi. Sehingga hukum harus
diundangkan semestinya, dan lembaga-lembaga regulatori harus
berfungsi seperti seharusnya. Dan masyarakat akan berpikir bahwa

praktek aborsi adalah tidak jahat, atau praktek kontrasepsi adalah
diinginkan, atau bahwa perceraian adalah tidak amoral. Oleh sebab itulah
hukum dalam beberapa kejadian tersebut harus mengalami perubahan,
atau harus direvisi kembali sesuai dengan standar yang dibutuhkan oleh
masyarakat itu sendiri.
Perubahan-perubahan dalam kondisi social, teknologi, pengetahuan, nilainilai, dan sikap, oleh karena itu, dapat mengarah kepada perubahan
hukum. Dalam hal ini, hukum bersifat reaktif dan mengikuti perubahan
sosial. Namun perlu dicatat, bahwa perubahan hukum adalah salah satu
dari banyak respons terhadap perubahan sosial. Namun perubahan

hukum sangatlah penting, karena hukum merepresentasikan kewenangan
negara dan kekuasaan pemberian sanksinya.
Dari situlah kemudian dapat dipahami bahwa perubahan hukum
merupakan suatu konsekwensi yang terjadi pada sistem hukum, sehingga
menurut sebagian kalangan menyatakan bahwa hidup matinya hukum itu
bergantung pada perubahan sosial yang terjadi. Jadi perubahan hukum itu
berfungsi menjembatani keinginan-keinginan manusia agar tidak timbul
prilaku yang anarkis, destruktif, kondisi chaos, dan selainnya. Oleh sebab
itulah perubahan hukum yang terjadi akan berujung pada pengaturan
secara tertulis (sebagai suatu dokumen yang sah menurut hukum
modern), sehingga siapapun harus tunduk pada apapun yang telah diatur
dalam perubahan hukum tersebut.
- Pandangan Terhadap perubahan Hukum
Menurut para ahli hukum, Hukum itu harus selalu dinamis (tidak boleh
statis), dan harus dapat mengayomi masyarakat, hukum harus dapat
dijadikan penjaga ketertiban, ketentraman, dan pedoman tingkah laku
dalam kehidupan masyarakat. Kemudian hukum harus dapat dijadikan
pembaru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus
terbentuk dengan berorientasi kepada masa depan (for word looking),
bukan ke masa lampau (back word looking), oleh sebab itulah hukum
harus dapat dijadikan pendorong dan pelopor untuk mengubah kehidupan
masyarakat kepada yang lebih baik dan lebih bermanfaat.
Terkait dengan perubahan hukum ini ada dua pandangan yang saling tarik
menarik, dan keduanya saling memiliki alasan pembenarnya masingmasing, yaitu: Pandangan tradisional dan pandangan modern.
- Pandangan Tradisional
Dalam pandangan ini, hukum difungsikan dalam fungsi pengabdian
(dienende funtie), dimana hukum itu berkembang mengikuti kejadian-

kejadian yang terjadi dalam suatu tempat, dan selalu berada dibelakang
pristiwa yang terjadi (het recht hinkt achter de feiten aan). Jadi perubahan
hukum itu terjadinya belakangan.
- Pandangan Modern
Pandangan ini berbeda dengan tradisional, karena dalam pandangan ini
hukum diusahakan agar dapat menampung segala perkembangan baru,
oleh sebab itu hukum harus selalu berada bersamaan dengan pristiwa
yang terjadi. Jadi jelas bahwa dalam pandangan ini hukum berperan
sebagai alat untuk rekayasa sosial (law a tol of social egineering).
Untuk lebih lanjut tentang kedua pandangan ini akan dipaparkan dalam
bahasan selanjutnya yang terkait dengan hubungan antara perubahan
hukum dengan perubahan sosial.
- Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Hukum
Terjadinya perubahan hukum tentunya dipicu oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah faktor sosial, globalisasi, budaya hukum masyarakat,
dan perkembangan lainnya yang mempengaruhi perkembangan hukum
dan masyarakat.
Kemudian yang berperan sebagai pengubah hukum bisa jadi lembaga
pengadilan, lembaga masyarakat, atau bahkan dari lembaga hukum itu
sendiri.
- Teori-Teori Yang Ada Hubungannnya Dengan Perubahan Hukum
Dalam mengkaji tentang perubahan hukum, maka ada beberapa teori
yang berkaitan atau berhubungan, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Teori Utilitarianisme (Jeremy Betham);

Hukum yang efisien dan efektif adalah hukum yang bisa mencapai visi
dan misinya untuk memberikan kebahagiaan terbesar kepada jumlah
terbanyak (the greates happines for the greats people).
-

Teori Pragmatic Legal Realism (Roscoe Pound);

Hukum dapat meminpin perubahan dalam masyarakat, karena fungsi
hukum itu sebagai alat rekayasa sosial (law as atool of social
engineering).
-

Teori Hukum Pembangunan (Mochtar kusumaatmadja);

Hukum yang dibuat harus sesuai dan harus memerhatikan kesadaran
hukum masyarakat. Dan hukum itu tidak akan terlepas dari nilai-nilai yang
ada di masyarakat, sehingga hukum itu berfungsi sebagai pengubah
masyarakat (sesuai dengan pendapat Pound).
-

Teori Perubahan Sosial (Soleman B Toneko);

Bekerjanya hukum dalam masyarakat akan menimbulkan situasi tertentu.
Apabila hukum itu berlaku efektif, maka akan menimbulkan perubahan,
dan perubahan itu dapat dikategorikan sebagai perubahan sosial.
-

Dan Teori Sosiologi Fungsional (Thomas T. O’Dea).

Agama dijadikan sebagai dasar untuk memberikan penilaian terhadap
norma-norma, sehingga dalam perubahan hukum itu harus
memperhatikan keberadaan agama.
Dari beberapa teori yang dipaparkan tersebut, terlihat bahwa masingmasing teori yang ditawarkan oleh para ahli tersebut memiliki keterkaitan
antara terjadinya perubahan hukum serta perubahan masyarakat.
Sehingga untuk membuka cakrawala tentang perubahan hukum dan
perubahan sosial secara luas akan dipaparkan terkait dengan perubahan
sosial itu sendiri dalam sub bahasan yang berbeda.

D. Peristiwa Hukum
Peristiwa hukum atau kejadian hukum (rechtsfert atau rechtsfeit)
hakekatnya adalah peristiwa-peristiwa dalam masyarakat yang membawa
akibat yang diatur oleh hukum. Dengan kata lain peristiwa hukum adalah
peristiwa-peristiwa dalam masyarakat yang akibatnya diatur oleh hukum.
Misalnya, perkawinan antara pria dan wanita, akan membawa bersama
dari peristiwa hokum itu hak-hak dan kewajiban-kewajiban baik untuk
pihak laki-lakin yang kemudian bernama suami denhgan seangkaian hak
dan kewajiban-kewajibannya. Demikian pula pihak wanita yang kemudian
bernama istri dengan serangkaian hak dan kewajibannya. Maka
perkawinan ini hakikatnya adalah suatu peristiwa hukum, walaupun dilihat
dari sudut lain misalnya dapat dinamakan sebagai lembaga hukum
(institusi hukum).
E. Akibat Hukum
Akibat hukum adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh hukum, terhadap
suatu perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum (Achmad Ali,
2008:192). Akibat hukum merupakan suatu akibat dari tindakan yang
dilakukan, untuk memperoleh suatu akibat yang diharapkan oleh pelaku
hukum. Akibat yang dimaksud adalah akibat yang diatur oleh hukum,
sedangkan tindakan yang dilakukan merupakan tindakan hukum yaitu
tindakan yang sesuai dengan hukum yang berlaku. (Soeroso, 2006:295)
Akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa hukum,
yang dapat berwujud:
- Lahir, berubah atau lenyapnya suatu keadaan hukum. Contohnya, akibat
hukum dapat berubah dari tidak cakap hukum menjadi cakap hukum
ketika seseorang berusia 21 tahun.
- Lahir, berubah atau lenyapnya suatu hubungan hukum antara dua atau
lebih subjek hukum, dimana hak dan kewajiban pihak yang satu

berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain. Contohnya, X
mengadakan perjanjian sewa-menyewa rumah dengan Y, maka lahirlah
hubungan hukum antara X dan Y apabila sewa menyewa rumah berakhir,
yaitu ditandai dengan dipenuhinya semua perjanjian sewa-menyewa
tersebut, maka hubungan hukum tersebut menjadi lenyap.
- Lahirnya sanksi apabila dilakukan tindakan yang melawan hukum.
Contohnya, seorang pencuri diberi sanksi hukuman adalah suatu akibat
hukum dari perbuatan si pencuri tersebut yaitu, mengambil barang orang
lain tanpa hak dan secara melawan hukum. (Soeroso, 2006:295).
Akibat hukum merupakan suatu peristiwa yang ditimbulkan oleh karena
suatu sebab, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum, baik
perbuatan yang sesuai dengan hukum, maupun perbuatan yang tidak
sesuai dengan hukum.
F. Subjek Hukum
Istilah subjek hukum berasal dari terjemahan Bahasa Belanda
rechtsubject atau law of subject (Inggris). Secara umum rechtsubject
diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban yaitu manusia dan badan
hukum. Menurut Soedjono Dirjisosworo Subjek hukum atau subject van
een recht; yaitu “ orang” yang mempunyai hak, manusia pribadi atau
badan hukum yang berhak, berkehendak atau melakukan perbuatan
hukum. Badan hukum adalah perkumpulan atau organsasi yang didirikan
dan dapat bertindak sebagai subyek hukum, misalnya dapat memiliki
kekayaan, mengadakan perjanjian dan sebagainya. Sedangkan perbuatan
yang dapat menimbulakan akibat hukum yakni tindakan seseorang
berdasarkan suatu ketentuan hukum yang dapat menimbulkan hubungan
hukum, yaitu, akibat yang timbul dari hubungan hukum seperti perkawinan
antara laki-laki dan wanita, yang oleh karenanya memberikan dan
membebankan hak-hak dan kewajiban- kewajiban pada masing-masing
pihak.

Subjek hukum memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting di
dalam bidang hukum, khususnya hukum keperdataan karena subjek
hukum tersebut yang dapat mempunyai wewenang hukum. Menurut
ketentuan hukum, dikenal dua macam subjek hukum yaitu Manusia dan
Badan Hukum.
1. Manusia sebagai Subjek Hukum
“Manusia” adalah pengertian “biologis” ialah gejala dalam alam, gejala
biologika, yaitu makhluk hidup yang mempunyai pancaindera dan
mempunyai budaya. Sedangkan “orang” adalah pengertian yuridis ialah
gejala dalam hidup masyarakat. Dalam hokum menjadi pusat perhatian
adalah orang atau persoon.
Setiap orang adalah subjek hukum (rechtspersoonlijkheid) yakni
pendukung hak dan kewajiban. Namun tidak setiap orang cakap untuk
melakukan perbuatan hukum diwakili oleh orang tuanya, walinya atau
pengampunya (curator). Sedangkan penyelesaian hutang-piutang orang
yang dinyatakan pailit dilakukan oleh Balai Harta Peninggalan
(wesskamer).
2. Badan Hukum
Dalam pergaulan hukum di tengah-tengah masyarakat, ternyata manusia
bukan satu-satunya subjek hukum (pendukung hak dan kewajiban), tetapi
masih ada subjek hukum lain yang sering disebut “Badan hukum”
(rechtspersoon).
Adanya badan hukum (rechtspersoon) di samping manusia
(natuurlijkpersoon) adalah suatu realitas yang timbul sebagai suatu
kebutuhan hukum dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat. Sebab,
manusia selain mempunyai kepentingan bersama dan tujuan bersama
yang harus diperjuangkan bersama pula. Karena itu mereka berkumpul

mempersatukan diri dengan membentuk suatu organisasi dan memilih
pengurusnya untuk mewakili mereka. Mereka juga memasukkan hartakekayaan mereka masing-masing menjadi milik bersama, dan
menetapkan peraturan-peraturan intern yang hanya berlaku dikalangan
mereka anggota organisasi itu. Dalam pergaulan hukum, semua orangorang yang mempunyai kepentingan perlu sebagai “kesatuan yang baru”
yang mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban anggota-anggotanya
serta dapat bertindak hukum sendiri.
G. Objek Hukum
Objek hukum ialah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum
(manusia atau badan hukum) dan yang dapat menjadi pokok (objek) suatu
hubungan hukum, karena sesuatu itu dapat dikuasai oleh subjek hukum.
Dalam hal ini tentunya sesuatu itu mempunyai harga dan nilai, sehingga
memerlukan penentuan siapa yang berhak atasnya, seperti benda-benda
bergerak ataupun tidak bergerak yang memiliki nilai dan harga, sehingga
penguasanya diatur oleh kaidah hukum.
Dalam sistem hukum perdata Barat (BW) yang ebrlaku di Indonesia.
Pengertian zaak (benda) sebagai objek hukum tidak hanya meliputi
“benda yang berwujud” yang dapat ditangkap dengan pancaindera, akan
tetapi juga “benda yang tidak berwujud”, yakni hak-hak atas barang yang
berwujud.
Dalam sistem huku adat tidak dikenal pengertian “benda yang tidak
berwujud” (onlichamelijk zaak), meskipun apa yang disebut BW dengan
onlichamelijk zaak, bukannya tidak ada sama sekali dalam hukum adat.
Perbedaannya ialah bahwa dalam pandangan hukum adat hak atas suatu
benda tidak dibayangkan terlepas dari benda yang berwujud, sedangkan
dalam pandangan hukum perdata Barat, hak suatu benda seolah-olah
terlepas dari bendanya, seolah-olah merupakan benda tersendiri.

Perbedaan pandangan ini kata Wirjono Prodjodikoro, disebabkan karena
perbedaan cara berpikir orang-orang Indonesia asli cenderung pada
kenyataan belaka (conkreet denken), sedangkan cara bepikir orang-orang
Barat cenderung pada hal yang hanya berada dalam pikiran belaka.
H. Hak dan Kewajiban
1. Pengertian Hak
Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang
yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam Kamus Bahasa
Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik,
kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah
ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas
sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat. Sedangkan
kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu
hal yang harus dilaksanakan). Di dalam perjalanan sejarah, tema hak
relatif lebih muda usianya dibandingkan dengan tema kewajiban,
walaupun sebelumnya telah lahir . Tema hak baru “lahir” secara formal
pada tahun 1948 melalui Deklarasi HAM PBB, sedangkan tema kewajiban
(bersifat umum) telah lebih dahulu lahir melalui ajaran agama di mana
manusia berkewajiban menyembah Tuhan, dan berbuat baik terhadap
sesama.
Jenis-jenis hak dapat dibedakan menjadi:
Hak Legal dan Hak Moral
Hak Positif dan Hak Negatif
Hak Khusus dan Hak Umum
Hak individual dan Hak Sosial
Hak Absolut

DAFTAR PUSTAKA
https://hayyusuharyo.wordpress.com/2013/06/21/istilah-istilah-dalam-ilmuhukum/
http://ahmadmarzukinst.blogspot.co.id/2013/03/perubahan-hukum-danperubahan-sosial.html
http://www.suduthukum.com/2017/01/pengertian-akibat-hukum.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Hak