BAB 1 LPPD 2014 - Kumpulan data - OPEN DATA PROVINSI JAWA TENGAH

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
( L P P D ) KOTA SEMARANG TAHUN 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. DASAR HUKUM
Kota Semarang ditetapkan sebagai Kotapraja diwilayah Provinsi Jawa
Tengah sebagian dari Negara Kesatuan RepubIik Indonesia berdasarkan UndangUndang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar
Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Seiring dengan dinamika yang terjadi, sejak penetapan tersebut, Kota
Semarang telah beberapa kali mengalami perubahan administrasi kewilayahan.
Pada tahun 1976, berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976
tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang, jumlah kecamatan di
Kota Semarang bertambah dari semula 5 kecamatan (Kecamatan Semarang
Barat, Semarang Utara, Semarang Timur, Semarang Selatan dan Semarang
Tengah)

menjadi

9


kecamatan,

dengan

penambahan

kecamatan

Mijen,

Gunungpati dan Tembalang di sebelah selatan, Genuk di sebelah Timur dan Tugu
di sebelah Barat. Selanjutnya pada tahun 1992, wilayah administrasi kecamatan di
Kota Semarang kembali berubah dari semula berjumlah 9 menjadi 16 kecamatan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan
Kecamatan di Wilayah Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga,
Cilacap, Wonogiri, Jepara dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I
Jawa Tengah.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pasal

69 dan 70 menyebutkan bahwa Kepala Daerah wajib menyampaikan laporan
penyelenggaraan

pemerintahan

daerah

yang

memuat

capaian

kinerja

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan pelaksanaan Tugas Pembantuan.
Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
Dan


Informasi

Laporan

Penyelenggaraan

Pemerintahan

Daerah

Kepada

Masyarakat disebutkan bahwa setiap berakhirnya tahun anggaran, Kepala Daerah
mempunyai

kewajiban

untuk


memberikan

laporan

keterangan

pertanggungjawaban kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Atas
dasar tersebut, maka disusun Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)
1

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
( L P P D ) KOTA SEMARANG TAHUN 2014

Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2014 yang merupakan informasi
penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran yang
disampaikan Walikota kepada DPRD.
Sistematika penyusunan LKPJ ini terdiri dari tujuh bab sebagaimana diatur
dalam lampiran III Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2007, yang terdiri dari:
Bab I


Pendahuluan

Bab II

Kebijakan Pemerintah Daerah

Bab III

Kebijakaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah

Bab IV

Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah

Bab V

Penyelenggaraan Tugas Pembantuan

Bab VI


Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan

Bab VII

Penutup

1.2.

GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG

1.2.1.

KONDISI GEOGRAFIS
Secara geografis, Kota Semarang terletak antara garis 6º 50’ - 7º 10’

Lintang Selatan dan garis 109º 50’ - 110º 35’ Bujur Timur. Secara administratif
Kota Semarang terdiri atas 16 wilayah kecamatan dan 177 Kelurahan, dengan luas
wilayah adalah 373,70 Km2, dengan batas-batas administratif adalah:
Sebelah Utara


: Laut Jawa

Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang
Sebelah Barat

: Kabupaten Kendal

Sebelah Timur

: Kabupaten Demak

Secara topografi, Kota Semarang memiliki keunikan karena terdiri dari
daerah pantai dan daerah perbukitan, dengan elevasi topografi berada pada
ketinggian antara 0,75 m sampai sekitar 350 m diatas permukaan laut. Daerah
pesisir pantai merupakan wilayah terendah di Kota Semarang yang dibatasi Laut
Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km. Luas daerah pantai di Kota
Semarang adalah 1% dari luas wilayah total dengan ketinggian 0-0,75 m dpl
(diatas permukaan laut). Daerah dataran rendah merupakan kawasan di bagian
tengah, seperti daerah simpang lima dan pusat kota, dengan kemiringan antara
2 – 15 % dan ketinggian antara 0,75 – 3,5 m dpl seluas 33% dari luas wilayah

total. Sedangkan wilayah dataran tinggi di Kota Semarang seluas 66% dari luas
wilayah dengan ketinggian antara 5-348 m dpl. Daerah ini memiliki ketinggian yang
bervariasi, seperti 136 m dpl di wilayah Jatingaleh, 253 m dpl di wilayah Mijen,

2

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
( L P P D ) KOTA SEMARANG TAHUN 2014

serta 259 dan 348 m dpl di wilayah Gunungpati. Ketinggian Kota Semarang yang
bervariasi ini menjadikan pemanfaatan bagian atas Kota Semarang lebih
difungsikan sebagai daerah konservasi untuk melindungi Kota Semarang bagian
bawah.
Dari total luas wilayah 373,70 Km2, secara administratif, wilayah yang
terluas berada pada wilayah pengembangan yaitu kecamatan Mijendengan luas
wilayah 64,41 Km2 (16,63%)dan Kecamatan Gunungpatidengan luas wilayah 53,09
Km2(14,45%).Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah
Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas wilayah 5,93Km2 diikuti oleh
Kecamatan Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,14 Km2.
Kota Semarang memiliki iklim tropis dengan dua jenis musim, yaitu musim

kemarau dan musim penghujan yang memiliki siklus bergantian selam lebih kurang
enam bulan. Curah hujan di Kota Semarang antara 1500 mm sampai dengan
12.000 mm per tahun.
Menurut data Badan meterologi dan Geofisika pada umumnya hujan di Kota
Semarang turun pada bulan Desember sampai Mei, sedangkan antara bulan Juni
sampai November merupakan musim kemarau. Kota Semarang memiliki curah
hujan antara 1500 mm per tahun sampai 3000 mm per tahun. Antara tahun 1963
sampai dengan 1995 curah hujan efektif konstan, yaitu rata-rata 2398,76 mm per
tahun. Sedangkan rata-rata hari hujan per bulan pada tahun 2006 adalah 109 hari
dengan jumlah curah hujan 2153 mm. Temperatur udara kota ini berkisar antara
25,80 0C sampai dengan 29,30 0C, kelembaban udara rata-rata berkisar dari 62%
sampai dengan 84%. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 27,500 C dengan
temperatur terendah berkisar 24,200C dan tertinggi 31,800 C, serta mempunyai
kelembaban udara rata-rata 79 persen.

1.2.2.

GAMBARAN UMUM DEMOGRAFI
Dengan mendasarkan pada data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah


penduduk Kota Semarang di tahun 2014 diperkirakan mencapai 1.583.188 jiwa
yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 786.789 jiwa (49,7%), dan penduduk
perempuan sejumlah 796.399 jiwa (50,3%). Jumlah tersebut meningkat sebesar
11.083 jiwa dibandingkan jumlah penduduk di tahun 2013 yang sebesar 1.572.105
jiwa.
Secara persebaran, kepadatan penduduk di wilayah pusat kota dan wilayah
dengan peruntukkan utama sebagai permukiman cenderung lebih padat

3

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
( L P P D ) KOTA SEMARANG TAHUN 2014

dibandingkan

dengan

kepadatan

kawasan


perbatasan

atau

wilayah

pengembangan dan wilayah yang bersifat agraris. Berikut ini jumlah penduduk
Kota Semarang yang dirinci berdasarkan kecamatan.

JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG
PER KECAMATAN TAHUN 2014
No

Kecamatan

Jumlah (Jiwa)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Kecamatan Semarang Selatan
86.129
Kecamatan Semarang Utara
131.011
Kecamatan Semarang Barat
163.871
Kecamatan Semarang Timur
81.936
Kecamatan Semarang Tengah
74.392
Kecamatan Gunungpati
74.739
Kecamatan Tugu
30.259
Kecamatan Mijen
56.049
Kecamatan Genuk
90.912
Kecamatan Gajah Mungkur
64.643
Kecamatan Tembalang
142.156
Kecamatan Candisari
82.218
Kecamatan Banyumanik
130.351
Kecamatan Ngaliyan
121.154
Kecamatan Gayamsari
75.793
Kecamatan Pedurungan
177.575
JUMLAH
1.583.188
Sumber: Bappeda Kota Semarang (data sementara, data diolah)

Persentase
(%)
5,44
8,28
10,35
5,18
4,70
4,72
1,91
3,54
5,74
4,08
8,98
5,19
8,23
7,65
4,79
11,22
100,00

Selain berdasarkan sebaran tempat tinggal, komposisi penduduk juga dapat
dilihat berdasarkan kelompok umur yang dapat digunakan untuk melihat Angka
Beban

Ketergantungan

(dependency

ratio),

yang

menggambarkan

beban

penduduk produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Angka beban
ketergantungan memberikan gambaran perbandingan antar jumlah penduduk yang
produktif (15-64 tahun) dengan yang tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun
keatas). Untuk penduduk yang mempunyai struktur muda atau sangat tua sekali,
maka beban ketergantungannya sangat tinggi. Angka beban ketergantungan Kota
Semarang pada tahun 2014adalah sebesar 39,55%, dengan rincian komposisi
penduduk berdasarkan kelompok umur pada tahun 2014 adalah sebagai berikut.
JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG
BERDASAR KELOMPOK UMUR KONDISI TAHUN 2014
Kelompok Umur
0–4
5–9
10 – 14
15 – 19

Jumlah (jiwa)
126.692
125.695
122.054
148.010

Persentase(%)
8,00
7,94
7,71
9,35

4

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
( L P P D ) KOTA SEMARANG TAHUN 2014

Kelompok Umur
Jumlah (jiwa)
Persentase(%)
20 – 24
157.893
9,97
25 – 29
149.892
9,47
30 – 34
139.329
8,80
35 – 39
124.963
7,89
40 – 44
118.551
7,49
45 – 49
106.067
6,70
50 – 54
89.762
5,67
55 – 59
63.796
4,03
60 – 64
36.221
2,29
65+
74.263
4,69
Jumlah
1.583.188
100,00
Sumber : Bappeda Kota Semarang (data sementara, data diolah)
Berdasarkan tingkat pendidikannya, komposisi penduduk Kota Semarang
hampir merata pada pendidikan dasar dan menengah (SD/MI sederajat, SMP/MTs
sederajat, SMA/MA sederajat) dengan prosentase terbesar adalah tamatan SD/MI
sederajat sebesar 22,9%. Sedangkan penduduk yang menamatkan pendidikan
pada jenjang perguruan tinggi jumlahnya hanya sekitar 8,76%, yang terdiri dari
tamatan Diploma I/II/III sebesar 4,33% dan tamatan D IV, S1, S2, dan S3 sebesar
4,43%. Berikut ini tabel penduduk Kota Semarang dirinci berdasar tingkat
pendidikan formal.
JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG
BERDASAR PENDIDIKANTAHUN 2014
Jumlah
Persentase
(Jiwa)
(%)
1
Tidaksekolah
95.236
6,53
2
Tidak/ belum tamat SD
297.279
20,38
3
Tamat SD/MI sederajat
334.003
22,90
Jumlah
Persentase
No
Tingkat Pendidikan
(Jiwa)
(%)
4
Tamat SLTP/MTs / sederajat
296.215
20,31
5
Tamat SLTA/MA / sederajat
308.230
21,13
6
Tamat Diploma I / II / III
63.158
4,33
7
Tamat D IV / S1 / S2 / S3
64.607
4,43
JUMLAH
1.458.727
100,00
Sumber : Bappeda Kota Semarang (data sementara, data diolah)
No

Tingkat Pendidikan

Sebagai kota metropolitan, penduduk Kota Semarang bermatapencaharian
di banyak sektor, dengan yang terbanyak bekerja sebagai buruh industri (25,77%),
PNS/TNI/POLRI (13,80%), pedagang (12,56%) dan buruh bangunan (12,04%).
Secara lebih rinci, jumlah penduduk Kota Semarang berdasar mata pencarian
pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

5

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
( L P P D ) KOTA SEMARANG TAHUN 2014

JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG
BERDASAR MATA PENCAHARIAN TAHUN 2014
Jumlah Persentase
Jenis mata
pencaharian
(Jiwa)
(%)
1 Petani Sendiri
26.695
3,86
2 Buruh Tani
18.216
2,63
3 Nelayan
2.268
0,33
4 Pengusaha
53.470
7,73
5 Buruh Industri
178.153
25,77
6 Buruh Bangunan
83.231
12,04
7 Pedagang
86.823
12,56
8 Angkutan
25.445
3,68
9 PNS/TNI/POLRI
95.410
13,80
10 Pensiunan
39.751
5,75
11 Lainnya
81.920
11,85
JUMLAH
691.382
100,00
Sumber : Bappeda Kota Semarang (data sementara, data diolah)
No

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI)
adalah

indeks

komposit

yang

merupakan

pengukuran

dari

tiga

bidang

pembangunan manusia yang dianggap paling mendasar, yaitu usia harapan hidup,
tingkat pengetahuan dan hidup layak. Penyusunan IPM bertujuan untuk melihat
gambaran lengkap perkembangan pembangunan manusia yang dilakukan di suatu
daerah serta melihat sejauh mana dampak pembangunan yang dilaksanakan
terhadap peningkatan kualitas penduduk. Ketersediaan informasi tersebut
diharapkan akan dapat membantu pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan
program-program pembangunan manusia. Data IPM Kota Semarang dalam 5
(lima) tahun terakhir terlihat pada tabel berikut.
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
KOTA SEMARANG TAHUN 2009 - 2013
Tahun
2011
2012
77,42 77,98

KOMPONEN

2010
Indeks Pembangunan
77,11
Manusia
Sumber : BPS Kota Semarang *) Data Sangat Sementara
1.2.3.

2013
78,54

2014 *)
78,95

KONDISI EKONOMI

a. Potensi Unggulan Daerah
Sebagai kota yang terletak di pesisir utara Pulau Jawa serta memiliki
pelabuhan internasional, Kota Semarang merupakan pusat perdagangan
dan jasa di Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut terlihat pada sektor
pembentuk

PDRB

Kota

Semarang

yang

didomnasi

oleh

6

sektor

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
( L P P D ) KOTA SEMARANG TAHUN 2014

perdagangan dan jasa. Peran Semarang sebagai kota perdagangan dan
jasa didukung oleh keberadaan sarana dan prasarana yang mendukung
aktifitas tersebut. Pada tahun 2014 ketersediaan sarana dan prasaranan
perdagangan dan jasa di Kota Semarang terlihat pada tabel sebagai berikut:
SARANA DAN PRASARANA PERDAGANGAN DAN JASA
DI KOTA SEMARANG TAHUN 2014
JUMLAH
NO
SARANA & PRASARANA
TAHUN
TAHUN
2013
2014
1 Restoran
92
121
2 Rumah Makan
139
146
3 Cafe
49
57
4 Hotel berbintang
44
52
5 Hotel non-berbintang
62
70
6 Pasar Tradisional
46
46
Pasar Kota
12
12
Pasar Wilayah
11
11
Pasar Lingkungan
23
23
7 Pasar Modern
467
555
Mall/Plaza
5
5
Swalayan/Supermarket/Toserba
31
31
Mini Market
430
489
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perindustrian
dan Perdagangan, Dinas Pasar Kota Semarang
Perekonomian Kota Semarang ditunjang antara lain oleh sektor
industri kecil yang dilaksanakan oleh masyarakat sesuai dengan potensi
kewilayahan yang dimiliki. Keberadaan industri kecil terkonsentrasi pada
sentra-sentra industri sesuai dengan jenis bidang usaha yang dikerjakan.
Sampai dengan tahun 2014, di Kota Semarang terdapat 18 sentra industri
kecil dengan sebaran lokasi dan bidang usahanya dapat dilihat pada tabel
berikut:
SENTRA INDUSTRI KECIL
No
1.

2
3
4

Nama Sentra
Pengasapan
ikan

Rangka jog
kursi
Mebel
Bata merah

Bandarharjo

Semarang Utara

Unit
Usaha
58

Krobokan
Tawang Mas
Mangunharjo
Tanjung Emas
Bandarharjo

Semarang Barat
Semarang Barat
Tugu
Semarang utara
Semarang utara

20
4
12
12
7

Tanjung Emas
Pedurungan
Kidul

Semarang utara
Pedurungan

13
33

Kelurahan

Kecamatan

7

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
( L P P D ) KOTA SEMARANG TAHUN 2014

No

Nama Sentra

Kelurahan

14
15
16

Penggaron Kidul
Plamongansari
Gunungpati
Jatisari
Tahu
Tandang
Gunungpati
Pedurungan
Kidul
Tempe
Krobokan
Kembangsari
Sekayu
Tandang
Bandeng Presto Krobokan
Tambakrejo
Krupuk Terung
Krobokan dan
Karangayu
Kerajinan kayu Lamper Tengah
affal
Terasi
Tanjung Emas
Tambakrejo
Kolang kaling
Jatirejo
Tas imitasi
Sarirejo
Sendangguwo
Barang
dari Bugangan
kaleng
Kenteng Las
Sarirejo
Kristik
Gajahmungkur
Sepatu

17
18

Batik
Sulam

5

6

7
8
9
10
11
12
13

Kecamatan
Pedurungan
Pedurungan
Gunungpati
Mijen
Tembalang
Gunungpati
Pedurungan

Unit
Usaha
65
43
24
25
10
15
1

Semarang Barat
Semarang Tengah
Semarang Tengah
Tembalang
Semarang Barat
Gayamsari
Semarang Barat

66
24
16
23
11
20
12

Semarang Selatan

11

Semarang utara
Gayamsari
Gunungpati
Semarang Timur
Tembalang
Semarang Timur

6
17
7
9
7
60

Semarang Timur
Gajahmungkur
Pedurungan,
Semarang Timur,
Gayamsari,
Semarang Tengah,
Genuk
Semarang Timur
Pedurungan

17
13
52

Rejomulyo
Tlogosari Kulon
JUMLAH
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan

12
15
737

Penentuan potensi unggulan daerah Kota Semarang dilakukan
dengan menggunakan enam indikator, yaitu Faktor kondisi dan potensi
pemasaran; Faktor Input Produksi; Faktor Potensi Kewirausahaan; Faktor
Prasarana; Faktor Potensi Pertumbuhan; dan Faktor Persepsi Pengusaha
yang digunakan.
Dengan menggunakan indikator-indikator tersebut maka :
-

Wilayah Semarang Utara dan Selatan mempunyai nilai rata-rata
tertinggi pada Kondisi dan Prospek Usaha;

8

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
( L P P D ) KOTA SEMARANG TAHUN 2014

-

Wilayah Semarang Utara dan Timur mempunyai nilai rata-rata
tertinggi pada Faktor Potensi Kewirausahaan;

-

Wilayah Semarang Utara dan Selatan mempunyai nilai rata-rata
tertinggi pada faktor Input Produksi;

-

Wilayah Semarang Barat dan Utara mempunyai nilai rata-rata
tertinggi pada faktor Prasarana;

-

Wilayah Semarang Utara dan Selatan mempunyai nilai rata-rata
tertinggi pada faktor pertumbuhan; serta

-

Wilayah Semarang Barat dan Utara mempunyai nilai rata-rata
tertinggi pada faktor Persepsi Pengusaha Kecil terhadap Kebijakan
Pemerintah.

Sehingga

dapat

dikatakan

bahwa

wilayah

Semarang

Utara,

Semarang Selatan, Semarang Barat dan Semarang Timur, potensial untuk
dijadikan sentra. Sedangkan bila dikelompokkan berdasar wilayah dan
komoditas maka komoditas potensial yang ada dapat dikelompokkan, yaitu :
I. Utara : (1) Kimia dan Barang Kimia, (2) Industri Pengolahan Hasil Hutan,
(3) Percetakan, Kertas dan Pulp, (4) Makanan, II. Selatan : (1) Makanan, (2)
Percetakan, Kertas dan Pulp, (3) Kimia dan Barang Kimia, (4) Alat Angkut,
(5) Minuman, III. Timur : (1) percetakan, Kertas dan Pulp, (2) Alat Angkut,
(3) Tas, Dompet, Sepatu, Sandal, Ikat Pinggang, (4) Logam, V. Pusat : (1)
Percetakan, Kertas dan Pulp, (2) Makanan, (3) Industri Pengolahan Hasil
Hutan, (4) Alat Angkut, (5) Minuman. Gambaran riil mengenai potensi
komoditas unggulan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
INDUSTRI KECIL
NO

KELOMPOK INDUSTRI

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kimia dan Barang Kimia
Minuman
Makanan
Furniture dan Barang dari Kayu
Kulit / Barang dari kulit dan plastik
Percetakan
Logam / Mesin
Elektronika
Alat Angkut
Tekstil dan produk dari Tekstil
Aneka
Industri lain

JUMLAH
UNIT
USAHA
156
238
373
302
20
175
182
15
1
65
103
3

PERSENTASE
(%)
9,55
14,57
22,84
18,49
1,22
10,72
11,15
0,92
0,06
3,98
6,31
0,18
9

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
( L P P D ) KOTA SEMARANG TAHUN 2014

JUMLAH
UNIT
USAHA
JUMLAH
1.633
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan
NO

KELOMPOK INDUSTRI

PERSENTASE
(%)
100,00

Di tahun 2014 terdapat penambahan 6 industri kecil formal (yang
memiliki Tanda Daftar Industri – TDI), yaitu 4 pada kelompok aneka industri
(minyak rambut, mainan anak robot plastik, bola plastik, dan sabun laundry)
serta 2 pada kelompok industri furniture. Sedangkan untuk industri kecil non
formal, di tahun 2014 terdapat 15 industri, yang rinciannya terlihat pada tabel
berikut ini:

INDUSTRI KECIL NON FORMAL
NO

KELOMPOK INDUSTRI

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kimia dan Barang Kimia
Minuman
Makanan
Furniture dan Barang dari Kayu
Kulit / Barang dari kulit dan plastik
Logam / Mesin
Tekstil dan produk dari Tekstil
Aneka
Industri lain
JUMLAH
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan

JUMLAH
UNIT
USAHA
7
287
337
213
11
14
78
136
27
1.110

PERSENTASE
(%)
0,63
25,86
30,36
19,19
0,99
1,26
7,03
12,25
2,43
100,00

Untuk industri menengah, di tahun 2014 terdapat penambahan 5 industri
yaitu industri tandon air, jasa pengepakan serbuk gula merah, pita plastik
(tear tape), serbuk minuman dan pakaian perawat/dokter. Rincian industri
menengah terlihat pada tabel berikut ini:
INDUSTRI MENENGAH
NO

KELOMPOK INDUSTRI

1
2
3
4
5
6
7
8

Kimia dan Barang Kimia
Minuman
Makanan
Furniture dan Barang dari Kayu
Kulit / Barang dari kulit dan plastik
Percetakan
Logam / Mesin
Elektronika

JUMLAH
UNIT
USAHA
56
77
72
171
17
106
90
18

PERSENTASE
(%)
7,98
10,97
10,26
24,36
2,42
15,10
12,82
2,56

10

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
( L P P D ) KOTA SEMARANG TAHUN 2014

JUMLAH
UNIT
USAHA
9 Alat Angkut
4
10 Tekstil dan produk dari Tekstil
19
11 Aneka
54
12 Industri lain
18
JUMLAH
702
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan
NO

PERSENTASE
(%)

KELOMPOK INDUSTRI

0,57
2,71
7,69
2,56
100,00

Untuk industri besar, di tahun 2014 terdapat penambahan 6 industri yaitu
industri perakitan laptop (2), galvanis lembaran, flooring, kertas dan perakitan
genset. Rincian industri besar terlihat pada tabel berikut ini:
INDUSTRI BESAR
JUMLAH
UNIT
USAHA
1 Kimia dan Barang Kimia
18
2 Minuman
17
3 Makanan
14
4 Furniture dan Barang dari Kayu
29
5 Kulit / Barang dari kulit dan plastik
7
6 Percetakan
10
7 Logam / Mesin
20
8 Elektronika
6
9 Alat Angkut
10
10 Tekstil dan produk dari Tekstil
8
11 Aneka
23
12 Industri lain
14
JUMLAH
176
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan
NO

KELOMPOK INDUSTRI

PERSENTASE
(%)
10,23
9,66
7,95
16,48
3,98
5,68
11,36
3,41
5,68
4,55
13,07
7,95
100,00

Berdasar tingkat potensinya maka Industri unggulan yang ada di Kota
Semarang dapat dikelompokkan menjadi :
-

Industri potensial : (1) Industri Makanan, (2) Industri Minuman, (3)
Furniture Barang dari Kayu, (4) Industri Logam, (5) Industri Pakaian
Jadi,

-

Industri Kurang Potensial : (1) Industri Alat Angkut, (2) Elektronika,
(3) Barang dari Kulit.

Selain Potensi Industri sebagaimana disampaiakan diatas, Kota
Semarang juga memiliki karakteristik sebagai Kota Perdagangan. Artinya
Kota yang mendasarkan bentuk aktivitas pengembangan ekonomi dengan
menitikberatkan

pada

aspek

perniagaan

sesuai

dengan

karakteristik

masyarakat, yang didalamnya melekat penyelenggaraan fungsi jasa yang
11

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
( L P P D ) KOTA SEMARANG TAHUN 2014

menjadi tulang punggung pembangunan, dengan tidak meninggalkan potensi
lainnya.
b.

Pertumbuhan Ekonomi/PDRB
Salah

satu

indikator

yang

digunakan

untuk

melihat

kinerja

perekonomian suatu wilayah adalah angka Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). PDRB merupakan produksi yang dihasilkan oleh suatu masyarakat
dalam kurun waktu satu tahun yang berada di daerah atau regional tertentu.
Penyajian PDRB dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. Nilai PDRB
harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu daerah pergeseran dan struktur perekonomian daerah.
Sedangkan

PDRB

atas

dasar

harga

konstan

dapat

mencerminkan

perkembangan riil ekonomi secara keseluruhan dari tahun ke tahun yang
digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi.
PDRB Kota Semarang di tahun 2014 menurut harga berlaku adalah
sebesar Rp. 68.441.7,97 juta, meningkat dibanding tahun 2013 yang sebesar
Rp. 61.062.825,55 juta. Sedangkan apabila menurut harga konstan 2000 nilai
di tahun 2013 adalah sebesar Rp. 27.252.371,67 juta rupiah, naik
dibandingkan tahun 2013 yang sebesar Rp. 25.697.338,39 juta. Uraian rinci
PDRB Kota Semarang terlihat pada tabel berikut ini:
PDRB KOTA SEMARANG TAHUN 2013 DAN TAHUN 2014
Harga Berlaku (juta rupiah)

Harga Konstan (juta rupiah)

LAPANGAN USAHA
2013*)
1.

Pertanian

2.
3.

Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan

4.

Listrik, Gas dan Air Bersih

5.
6.

2014**)

2013*)

2014**)

631.643,07

679.525,53

249.951,28

252.965,87

87.942,37

94.173,54

34.222,00

34.854,39

15.026.452,04

16.941.264,26

6.842.639,52

7.258.536,98

890.419,76

983.195,11

315.936,70

332.484,39

Bangunan

11.710.345,24

12.978.008,65

3.986.401,22

4.244.718,88

Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa

17.559.840,78

19.872.055,80

8.009.736,68

8.549.602,25

5.737.208,38

6.336.410,15

2.462.018,54

2.609.995,82

1.613.028,32

1.788.071,68

710.793,64

759.280,96

7.805.945,59

8.769.091,03

3.085.638,80

3.288.215,09

PRODUK DOMESTIK
61.062.825,55
68.441.795,77
REGIONAL BRUTO (PDRB)
Sumber
: Bappeda Kota Semarang (angka sangat sementara/data diolah)
keterangan : *) Angka sementara
**)Angka sangat sementara

25.697.338,39

27.330.654,64

7.
8.
9.

12

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
( L P P D ) KOTA SEMARANG TAHUN 2014

Berdasarkan sumbangan atau kontribusi terhadap pembentukan PDRB Atas
Dasar Harga Berlaku tahun 2014, terlihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan
restoran masih merupakan sektor yang memberi kontribusi terbesar, yaitu 29,03%,
disusul kemudian sektor industri pengolahan sebesar 24,75%, sektor bangunan
sebesar 18,96% dan sektor jasa-jasa sebesar 12,81%. Sektor yang memberikan
kontribusi terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,14%.
Distribusi persentase PDRB selengkapnya dapat terlihat pada tabel berikut:
DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU
DI KOTA SEMARANG TAHUN 2010-2013
LAPANGAN USAHA

2011 (%)

2012 (%)

2013(%) *)

2014(%) **)

1.
2.
3.
4.
5.

Pertanian
1,15
1,08
0,97
Pertambangan dan Penggalian
0,16
0,15
0,13
Industri Pengolahan
24,36
24,63
26,63
Listrik, Gas dan Air Bersih
1,47
1,43
1,23
Bangunan
19,68
19,42
15,51
Perdagangan, Hotel dan
28,01
28,43
31,17
6. Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
9,55
9,36
9,58
8
Keuangan, Persewaan dan Jasa
2,68
2,67
2,77
Perusahaan
9. Jasa-Jasa
12,94
12,83
12,01
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
100,00
100,00
100,00
BRUTO (PDRB)
Sumber
: Bappeda Kota Semarang (angka sangat sementara/data diolah)
keterangan : *) Angka sementara
**)Angka sangat sementara

1,02
0,14
26,60
1,23
15,52
31,05
9,60
2,74
12,10
100,00

Selama tahun 2014, sektor yang paling tinggi pertumbuhannya adalah
sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan yang tumbuh sebesar 6,82%,
disusul sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran yang tumbuh sebesar 6,74%,
serta sektor Jasa-Jasa yang tumbuh sebesar 6,57%. Sektor yang paling rendah
pertumbuhannya adalah pertanian yang hanya tumbuh sebesar 1,21%.
PERTUMBUHAN TIAP SEKTOR ATAS DASAR HARGA KONSTAN
DI KOTA SEMARANG
LAPANGAN USAHA
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan
Restoran

2011
(%)
1,74
2,33
5,50
4,78
7,04
6,67

0,54
1,96

2013(%)
*)
1,34
1,25

2014(%)
**)
1,21
1,85

6,36
3,76
6,03
7,08

6,38
7,17
6,37
6,47

6,08
5,24
6,48
6,74

2012 (%)

13

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
( L P P D ) KOTA SEMARANG TAHUN 2014

2011
(%)

LAPANGAN USAHA

2012 (%)

2013(%)
*)

2014(%)
**)
6,01

Pengangkutan dan
6,36
Komunikasi
6,06
5,61
Keuangan, Persewaan dan
5,56
7,44
7,47
6,82
Jasa Perusahaan
9.
Jasa-Jasa
8,15
6,67
4,87
6,57
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
6,41
6,42
6,20
6,36
BRUTO (PDRB)
Sumber
: Bappeda Kota Semarang (angka sangat sementara/data diolah)
keterangan
: *) Angka sementara
**)Angka sangat sementara
7.
8.

Pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun
menunjukkanpeningkatan.
31.101.850,41,

Bila

pada

tahun

2011

adalah

sebesar

Rp.

pada tahun 2014 telah mencapai Rp. 41.491.463,76. Jika

berdasarkan harga konstan, pendapatan per kapita naik dari Rp. 14.591.731,86 di
tahun 2011 menjadi sebesar Rp.

17.328.560,5 di tahun 2014. Uraian

selengkapnya dapat terlihat pada tabel berikut ini:
PENDAPATAN PER KAPITA KOTA SEMARANG
TAHUN
2011
2012
2013*)
2014**)
Sumber
keterangan

HARGA BERLAKU
(Rp)
31.101.850,41
34.787.877,69
39.124.435,42
43.230.365,42

HARGA KONSTAN
(Rp)
14.591.731,86
15.477.609,72
16.339.991,04
17.263.050,65

: Bappeda Kota Semarang (angka sangat sementara/data diolah)
: *) Angka sementara
**)Angka sangat sementara

Dalam konteks ilmu ekonomi makro, inflasi adalah proses meningkatnya
harga dari sekelompok barang dan jasa secara terus menerus yang berkaitan
dengan mekanisme pasar. Inflasi dapat disebabkan antara lain konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau spekulasi, serta akibat adanya ketidaklancaran suplai dan distribusi
barang. Jika besarannya tidak terkendali, inflasi akan mempengaruhi kondisi
perekenomian masyarakat.
Perkembangan inflasi di Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh kebijakan
makro ekonomi dari pemerintah pusat yang memengaruhi kenaikan harga-harga.
Inflasi Kota Semarang di tahun 2014 meningkat menjadi sebesar 8,53%
dibandingkan tahun 2013 yang tercatat sebesar 8,19%. Angka inflasi Kota

14

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
( L P P D ) KOTA SEMARANG TAHUN 2014

Semarang ini lebih tinggi dibandingkan inflasi Jawa Tengah yang tercatat sebesar
8,22%.
Kenaikan inflasi di tahun 2014disumbang antara lain oleh kenaikan harga
BBM di bulan November yang memicu kenaikan harga komoditi, baik itu yang
terdampak langsung maupun yang terdampak lanjutan. Hal ini terlihat selama
tahun 2014 inflasi tertinggi terjadi pada bulan November dan Desember setelah
ada kenaikan harga BBM.
LAJU INFLASI DI KOTA SEMARANG
No

BULAN

2010
0,75
0,47
-0,20
0,37
0,02
0,84
1,73
0,53
1,04
0,02
0,63
0,70

TAHUN (%)
2011
2012
2013
0,60
0,42
0,99
-0,12
0,37
0,90
-0,11
0,33
0,95
-0,54
0,14
-0,43
0,13
0,36
-0,17
0,43
0,68
0,86
0,67
0,83
3,50
0,57
1,26
1,25
0,51 -0,10
-0,61
-0,19
0,07
0,12
0,51 -0,01
0,42
0,38
0,41
0,21

1 Januari
2 Februari
3 Maret
4 April
5 Mei
6 Juni
7 Juli
8 Agustus
9 September
10 Oktober
11 Nopember
12 Desember
Year on Year
7,11
2,87
4,85
8,19
(Kalender Desember)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah per 31 Desember Tahun 2014

2014
0,90
0,24
0,27
-0,04
0,25
0,85
0,62
0,41
0,41
0,55
1,35
2,40
8,53

Kondisi makro ekonomi di Kota Semarang tidak akan terlepas dan sangat
dipengaruhi oleh kondisi makro di tingkat Provinsi dan Nasional maupun kondisi
global. Kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah pusat
(misalnya kenaikan harga BBM, kenaikan BI rate, pelemahan rupiah terhadap
dolar, dan lain-lain) akan ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan
inflasi di Kota Semarang.

15