Analisis investasi dan tenaga kerja terh

Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Industri Pengolahan
di Provinsi Sumatera Barat
Rahmat Fadlan
Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh investasi dan tenaga kerja industri
pengolahan terhadap pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi Sumatera Barat. Data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa data time-series periode tahun
1998-2012, yaitu data nilai investasi (PMTB) industri pengolahan, jumlah tenaga kerja industri
pengolahan, dan nilai PDRB industri pengolahan. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary
Least Square (OLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investasi dan tenaga kerja industri
pengolahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan industri pengolahan di
Provinsi Sumatera Barat. Untuk itu hendaknya pemerintah dan pihak-pihak yang berperan dalam
industri pengolahan dapat membuat kebijakan yang mampu menciptakan iklim investasi yang
kondusif dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri pengolahan, agar pertumbuhan
ekonomi sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan yang positif.
Kata Kunci: Investasi industri pengolahan, tenaga kerja industri pengolahan, dan pertumbuhan
industri pengolahan.
1.

Pendahuluan


dengan

Latar Belakang
Keberhasilan

dalam

pembangunan

(Produk Nasional Bruto) atau PDB (Produk
Bruto),

kemiskinan,

bahwa

industri

dapat


memimpin lapangan usaha perekonomian

ekonomi dapat dilihat dari kenaikan PNB
Domestik

asumsi

pengurangan

penanggulangan

tingkat

ketimpangan

pendapatan, dan penyediaan lapangan kerja.
Untuk mencapai keberhasilan pembangunan
ekonomi dibutuhkan kerjasama yang baik

lainnya. Oleh karena itu, Indonesia sebagai

negara berkembang mempersiapkan industri
pengolahan yang merupakan bagian dari
industri agar mampu menjadi penggerak dan
memimpin (the leading sector) perkembangan
lapangan usaha perekonomian lainnya dan
juga akan mendorong perkembangan industri

perekonomian.

yang terkait dengannya (Saragih, 2004).
Untuk mendapatkan pertumbuhan

Kerjasama yang baik antar lapangan usaha

ekonomi yang optimal, pembangunan di

mengakibatkan setiap kegiatan produksi setiap

Indonesia harus dilaksanakan secara terpadu


lapangan

menarik

dengan mengembangkan wilayah regional. Hal

(backward linkage) dan daya mendorong

tersebut perlu dilakukan karena Indonesia

(forward linkage) terhadap lapangan usaha

merupakan sebuah negara kepulauan yang

lain.

sangat besar dengan pulau-pulau dalam jumlah

antar


lapangan

usaha

usaha

memiliki

daya

Untuk itu pada umumnya negaranegara berkembang berupaya meningkatkan
pertumbuhan

industri

pengolahan.

Upaya

tersebut dilakukan untuk mengatasi masalahmasalah


dalam

pembangunan

sangat banyak, juga memiliki beragam budaya
dan wilayah regional. Berbagai perbedaan
antar regional merupakan konsekuensi dari
berbagai

variasi:

geofisik

dasar,

kondisi

ekonomi,
1


perekonomian, distribusi sumber daya alam

pengeluaran lain untuk kegiatan produksi.

serta atribut sosial masyarakat (Karmaji,

Investasi dapat diperoleh dari akumulasi

2007).

modal yang diperoleh dari tabungan dan
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan

pertumbuhan perekonomian di Indonesia dapat
diusahakan

dengan

meningkatkan


pertumbuhan industri pengolahan pada daerah

sebagian pendapatan waktu sekarang yang
disisihkan untuk dapat memperbesar produksi
dan pendapatan dimasa yang akan datang

regional, salah satunya di Provinsi Sumatera

(Sukirno, 2000).
Selain
investasi,

Barat. Pertumbuhan industri pengolahan di

merupakan input atau faktor produksi yang

Provinsi

perlu


digunakan dalam proses produksi industri

untuk mendukung pertanian

pengolahan. Tenaga kerja memegang peranan

yang merupakan lapangan usaha dengan

utama dalam produksi, karena barang modal

kontribusi terbesar dalam perekonomian di

yang berasal dari investasi barulah bisa

Provinsi Sumatera Barat.
Jika pertanian hanya didukung oleh

dimanfaatkan jika ada tenaga kerja.
Berdasarkan penjabaran tersebut, maka


perdagangan (ekspor) produk pertanian dalam

pengaruh investasi dan tenaga kerja industri

bentuk bahan mentah (primer), maka akan

pengolahan terhadap pertumbuhan industri

lebih rentan terhadap goncangan fluktuasi nilai

pengolahan menarik untuk diteliti, untuk

tukar rupiah, dan goncangan krisis moneter

mengetahui seberapa besar pengaruh setiap

yang melanda negara-negara tujuan eksport.

variabel


Untuk itu diperlukan pertumbuhan industri

industri pengolahan. Oleh karena itu, penulis

pengolahan agar terjadi peningkatan nilai

melakukan penelitian dengan judul “Analisis

tambah, sehingga perekonomian lebih tahan

Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja

terhadap berbagai goncangan yang disebabkan

terhadap

oleh perkembangan perekonomian negara

Pengolahan di Provinsi Sumatera Barat”.

Sumatera

ditingkatkan

Barat

juga

tersebut

tenaga

terhadap

Pertumbuhan

kerja

pertumbuhan

Industri

tujuan eksport seperti krisis finansial global,
dan

lain

sebagainya

(Bappeda

Sumatera Barat, 2011).
Pertumbuhan industri

Provinsi

pengolahan,

tidak terlepas dari adanya peranan investasi.
Investasi merupakan salah satu faktor produksi
yang peranannya sangat dominan dalam
peningkatan produksi sebagaimana tercermin
melalui laju pertumbuhan ekonomi. Investasi
adalah pengeluaran yang dilakukan oleh
pengusaha untuk membeli barang modal dan

2.

TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu
proses peningkatan kapasitas produktif dalam
suatu perekonomian secara terus-menerus atau
berkesinambungan sepanjang waktu sehingga
menghasilkan tingkat pendapatan dan output
nasional yang semakin lama semakin besar.
Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan
unsur yang paling diutamakan, sedangkan
2

masalah-masalah lain seperti kemiskinan,

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

diskriminasi, pengangguran, dan ketimpangan

untuk

distribusi

seringkali

merupakan total nilai barang dan jasa yang

dinomorduakan (Todaro dan Smith, 2006).
Menurut Sukirno (2004), Pertumbuhan

diproduksi di wilayah atau regional tertentu

pendapatan,

ekonomi

(economic

growth)

adalah

tingkat

regional/daerah.

PDRB

dan dalam kurun waktu tertentu biasanya satu

perkembangan kegiatan ekonomi dari waktu

tahun (BPS, 2013).
Berdasarkan pemaparan di atas, output

ke waktu dan menyebabkan pendapatan

perekonomian suatu negara dapat diketahui

nasional riil berubah. Tingkat pertumbuhan

dari nilai PDB, yaitu nilai dari semua barang

ekonomi menunjukkan persentase kenaikan

dan jasa yang diproduksi oleh faktor-faktor

pendapatan nasional riil pada suatu tahun

produksi dalam negeri dalam satu periode

tertentu dibandingkan dengan pendapatan

waktu

nasional riil pada tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi dapat terlihat

perekonomian tingkat regional/daerah, dapat

tertentu.

Sedangkan

output

diketahui dari nilai PDRB.

dari meningkatnya persediaan barang secara
terus

menerus

sesuai

dengan

kenaikan

produktivitas. Kenaikan produktivitas tersebut

Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow-Swan

dapat ditingkat dengan inovasi teknologi yang

(Neo – Klasik)
Salah satu model pengukuran teori

digunakan

pertumbuhan ekonomi yang sering digunakan

dalam

proses

produksi

dan

redistribusi tenaga kerja.

adalah pengukuran berdasarkan pendekatan

Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Menurut
Dumairy

teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan,
(1996),

yaitu

suatu

persamaan

yang

melibatkan

pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat

hubungan antara tingkat output dengan tingkat

dilihat

input (capital and labour) (Mankiw, 2007).
Model teori pertumbuhan ekonomi

dari

pendapatan

nasionalnya.

Pendapatan nasional ini mengarah ke Produk
Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic
Product (GDP), atau bisa juga Produk

Solow-Swan dapat dituliskan dengan cara
berikut:
Y = f(K,L)

.....(2.1)

Nasional Bruto (PNB) atau Gross National
Product (GNP). Selain itu, bisa merujuk ke
Produk Nasional Neto (PNN) atau Net
National Product (NNP) atau Pendapatan
Nasional (Net Income), dimana semuanya itu
memiliki konsep yang berbeda satu sama lain.
Pengukuran pertumbuhan ekonomi
secara

konvensional

menghitung

peningkatan

biasanya

dengan

persentase

dari

Keterangan :
Y : Tingkat output perekonomian
K : Modal (capital)
L : Tenaga kerja (labour)
Berdasarkan hal tersebut, maka tingkat
output

perekonomian

secara

langsung

dipengaruhi oleh nilai modal dan jumlah
tenaga kerja. Dengan meningkatkan nilai
modal dan jumlah tenaga kerja, maka tingkat
3

output yang dihasilkan akan ikut meningkat.

Dari penjumlahan semua koefisien

Dimana nilai modal dan jumlah tenaga kerja

faktor produksi pada fungsi produksi Cobb-

yang digunakan dalam menghasilkan output

Douglas, dapat diketahui kondisi Return to

perekonomian

bersubstitusi

Scale (skala usaha dari kegiatan produksi.

(Arsyad, 2000).
Dengan kata lain, untuk menciptakan

Skala produksi tersebut dapat dibedakan

dapat

saling

sejumlah output tertentu, dapat digunakan

menjadi tiga kondisi, antara lain:
a. Decreasing Return to Scale (DRS), jika

berbagai kombinasi antara pemakai modal dan

(b1 + b2 + ... + bn) < 1 maka

tenaga kerja. Apabila modal yang digunakan

adalah

lebih besar, maka lebih kecil tenaga kerja yang

produksi akan menghasilkan tambahan

diperlukan. Sebaliknya, apabila modal yang

produksi yang proporsinya lebih kecil.
b. Constant return to Scale (CRS), jika (b1

digunakan lebih terbatas maka lebih banyak

proporsi

artinya

penambahan

faktor

+ b2 + ... + bn) = 1 maka artinya adalah

tenaga kerja yang digunakan.

proporsi penambahan faktor produksi
Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Salah
satu
model

pengukuran

produktivitas yang sering digunakan adalah
pengukuran berdasarkan pendekatan fungsi
produksi Cobb-Douglas, yaitu suatu fungsi
atau persamaan yang melibatkan dua variabel
atau lebih, variabel yang satu disebut variabel
independent (Y) dan yang lain disebut variabel
dependent (X) (Nicholson, 1995).
Fungsi produksi Cobb-Douglas dapat
dituliskan dengan cara berikut:
Y = AL α K β
.....(2.2)
Keterangan:
Y
= Total produksi
A
= Total Produktivitas faktor
L
= Tenaga kerja
α
= Elastisitas output tenaga kerja
K
= Modal
β
= Elastisitas output modal
Bentuk umum dari fungsi produksi
Cobb-Douglas tersebut adalah sebagai berikut:
Q = δ.I α
.....(2.3)
Keterangan:
Q = Output
I = Jenis input yang digunakan
δ = indeks efisiensi penggunaan input
α = elastisitas produksi dari input yang
digunakan

proporsonal

terhadap

penambahan

produksi yang diperoleh.
c. Increasing Return to Scale (IRS), jika
(b1 + b2 + ... + bn) > 1 maka artinya
bahwa

proporsi

penambahan

faktor

produksi akan menghasilkan tambahan
produksi yang proporsinya lebih besar.
Berdasarkan
penjabaran
tersebut,
Koefisien-koefisien
Cobb-Douglas

pada

secara

menggambarkan

fungsi

produksi

langsung

elastisitas

produksi

dapat
dari

setiap input yang digunakan, serta mampu
menggambarkan keadaan skala hasil (returns
of scale) dari sistem produksi. Return to Scale
(RTS) perlu dipahami untuk mengetahui skala
hasil dari kegiatan produksi yang diteliti.
Industri
Industri adalah perusahaan-perusahaan
yang berkumpul di suatu daerah tertentu untuk
menghasilkan

suatu

barang

yang

sama.

Industri dapat digolongkan menjadi beberapa
macam sub industri, yaitu:
1. Industri pengolahan
4

2.
3.
4.
Di

Industri pariwisata
Industri hiburan
Industri pendidikan, dan lain-lain.
sisi lain, salah satu peranan industri

adalah sebagai
yang

pemimpin (leading sector)

membawa

kemakmuran.
sector,

perekonomian

Industri

banyaknya

dibandingkan
Kelebihannya

menuju

dijadikan

leading

kelebihan

pertanian
antara

industri

dan

lain,

jasa.

produksinya

mempunyai dasar nilai tukar (term of trade)
yang

tinggi,

nilai

tambah

besar,

bagi

pengusaha keuntungan yang besar, dan proses
produksinya lebih bisa dikendalikan oleh
manusia (Arsyad, 2010).
Keberhasilan sebuah industri tidak
terlepas

dari

Dalam konteks PDRB Penggunaan,
investasi dikenal sebagai Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB). PMTB menggambarkan
adanya proses penambahan dan pengurangan
barang modal pada tahun tertentu. PMTB
disebut sebagai “bruto” karena di dalamnya
masih terkandung unsur penyusutan, atau nilai
barang modal sebelum diperhitungkan nilai
penyusutannya.
pengadaan

PMTB
barang

adalah

semua

modal

untuk

digunakan/dipakai sebagai alat yang tetap
(fixed assets). PMTB meliputi pengadaan,
pembuatan

dan

pembelian

barang-barang

modal baru, baik dari dalam negeri maupun

kapasitas sumber daya manusia yang relevan

luar negeri termasuk barang modal bekas,

dan kemampuan dalam memanfaatkan secara

mencakup

optimal setiap sumber daya alam dan sumber

dilakukan

daya

(BPS, 2013).

yang

dukungan

ada.

modal,

lain

adanya

rusak dan tambahan penyediaan modal yang

tersedia.

Kemudian

peningkatan output industri dapat diupayakan

juga

perbaikan

terhadap

berat

barang-barang

yang
modal

dengan dua jalan sekaligus, yaitu Secara

Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang laki-

Vertikal: yang diindikasikan oleh semakin

laki atau wanita yang sedang dalam atau akan

besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi.

melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun

Secara Horizontal: yang diindikasikan oleh

di luar hubungan kerja guna menghasilkan

semakin

barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan

luasnya

lapangan

kerja

yang

produktif yang tersedia bagi penduduk.

masyarakat. Tenaga kerja ini ada yang

Investasi
Menurut Kawengian (2002), investasi
adalah

mobilisasi

menciptakan

atau

sumber

daya

menambah

untuk

kapasitas

produksi atau pendapatan di masa yang akan
datang. Tujuan utama investasi ada dua, yaitu
mengganti bagian dari penyediaan modal yang

termasuk ke dalam angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja.
Pada Negara yang sedang berkembang
umumnya masalah pengangguran merupakan
problema yang sulit dipecahkan hingga kini.
Karena masalah pengangguran menyebabkan
tingkat

pendapatan

kemakmuran

nasional

masyarakat

dan tingkat

tidak

mencapai

potensi yang maksimal. Seperti halnya di
5

negara Indonesia, pemerintah mengupayakan

Pengaruh

berbagai jalan keluar untuk dapat mengatasi

terhadap PDRB Sumatera Utara”. Variabel

pengangguran

baik

yang diteliti adalah investasi, tenaga kerja dan

diperkotaan dan di pedesaaan (Dumairy,

PDRB Provinsi Sumatera Utara mencakup

1996).

tahun 1984-2005. Metode analisis data yang

secara

lambat

laun

Untuk itu, diperlukan tenaga kerja
dengan keahlian dan keterampilan yang sesuai
kebutuhan

perekonomian

membantu

agar

meningkatkan

dapat
kegiatan

perekonomian. Kegiatan perekonomian juga

Investasi

dan

Tenaga

Kerja

digunakan adalah metode OLS (Ordinary
Least

Square).

Hasil

penelitiannya

membuktikan bahwa investasi dan tenaga
kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara.

harus disesuaikan dengan tenaga kerja yang
ada, agar masalah penggangguran dapat
teratasi.

Dengan adanya hubungan positif

antara tenaga kerja dan kegiatan perekonomian
tersebut, akan membantu mengatasi masalahmasalah dalam perekonomian.
Kajian Empiris
Sebelumnya

Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
dengan metode analisis induktif. Penelitian ini
dilakukan dengan menganalisis data berupa

Hasil-Hasil

Penelitian

data numerik (angka) dengan menggunakan
cara matematis atau menggunakan teknik

Aprilia Rahmawati (2006) melakukan

statistik.

Analisis

data

dilakukan

untuk

penelitian yang berjudul “Pengaruh Investasi

mengetahui hubungan-hubungan dari variabel

(Pembentukan

yang diteliti. Kemudian hubungan tersebut

Modal

Tetap

Bruto)

dan

Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik

digeneralisasikan terhadap populasi.

Regional Bruto (PDRB) di Propinsi Jawa
Timur Tahun 1990-2004”. Variabel yang
diteliti adalah PDRB, Investasi (Pembentukan

Definisi Operasional Variabel
Dalam

perumusan

model

analisis

Modal Tetap Bruto) dan tenaga kerja Provinsi

pengaruh investasi dan tenaga kerja industri

Jawa Timur mencakup tahun 1990-2004.

pengolahan terhadap perumbuhan industri

Metode analisis data yang digunakan adalah

pengolahan pada periode tahun 1998-2012

metode OLS (Ordinary Least Square). Dari

menggunakan beberapa variabel. Definisi

penelitian

membuktikan

operasional dari variabel-variabel tarsebut

bahwa investasi dan tenaga kerja berpengaruh

adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan industri pengolahan
Variabel pertumbuhan industri

yang

dilakukan

positif dan signifikan terhadap PDRB Provinsi
Jawa Timur.
Novita

pengolahan merupakan variabel terikat
Linda

Sitompul

(2007)

melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

dalam penelitian ini. Untuk mengetahui
nilai dari variabel ini digunakan nilai
6

PDRB (Pendapatan Domestik Regional
Bruto)

industri

merupakan

pengolahan

indikator

yang

pertumbuhan

industri pengolahan.
b. Investasi industri pengolahan
Investasi
industri
pengolahan
merupakan

variabel

bebas

dalam

penelitian ini. Variabel ini digunakan
untuk mengetahui pengaruh investasi
industri

pengolahan

K : Kapital
L : Tenaga kerja
Kemudian untuk menganalisis variabel

terhadap

pertumbuhan industri pengolahan di
Provinsi Sumatera Barat.
c. Tenaga kerja industri pengolahan
Tenaga kerja industri pengolahan

yang diteliti dalam penelitian ini digunakan
dianalisa dengan menggunakan model regresi
berganda, yang merupakan metode analisis
OLS (Ordinary Least Square).
Adanya perbedaan dalam satuan dan
besaran

variabel

dalam

persamaan

menyebabkan persamaan regresi harus dibuat
dengan

model

logaritma

natural

(Imam

Ghozali, 2005).
Dalam model penelitian ini logaritma
yang digunakan adalah dalam bentuk log -

merupakan variabel bebas kedua dalam

linear (log). Sehingga persamaan menjadi

penelitian ini. Variabel ini digunakan

sebagai berikut:
Log Y = β0 + β1 log X1 + β2 log X2 + ε....(3.2)
Dimana :
Log = Log-linear
Y = Pertumbuhan industri pengolahan
β0 = Konstanta
β1 = Koefisien regresi investasi industri

untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja
industri

pengolahan

terhadap

pertumbuhan industri pengolahan di
Provinsi Sumatera Barat.
Pembentukan Model
Pembentukan model penelitian dalam

X1
X2
β2

pengolahan
= Investasi industri pengolahan
= Tenaga kerja industri pengolahan
= Koefisien regresi tenaga kerja

ε

industri pengolahan
= Error term

penelitian ini mengacu pada teori pertumbuhan
ekonomi

Solow-Swan.

Menurut

Mankiw

(2007), teori pertumbuhan ekonomi SolowSwan

memusatkan

perhatiannya

pada

Uji Asumsi Klasik

bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi

Analisis regresi pada dasarnya adalah

kapital, kemajuan teknologi dan output saling

studi atas ketergantungan suatu variabel yaitu

berinteraksi

pertumbuhan

variabel yang tergantung pada variabel yang

berbentuk fungsi

lain yang di sebut dengan variabel bebas

produksi, yang bisa menampung berbagai

dengan tujuan untuk mengestimasi dengan

kemungkinan substitusi antar modal (K) dan

meramalkan nilai populasi berdasarkan nilai

tenaga kerja (L). Model pertumbuhan ekonomi

tertentu dari variabel yang di ketahui. Untuk

standar yang dipakai :
Y = f (K,L)
.....(3.1)
Keterangan :
Y : Tingkat output perekonomian

melakukan

dalam

proses

ekonomi. Secara umum

uji

asumsi

klasik

atas

data

sekunder ini, maka peneliti melakukan uji
normalitas,

multikolinieritas,

uji
7

heteroskedasitsitas,

dan

uji

autokorelasi

(Gujarati, 1996).
Uji Statistik
Uji ini digunakan untuk mengetahui
apakah variabel independen secara individu
dan bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Uji statistik ini
meliputi uji t, uji F dan koefisien determinasi
(R2).
GAMBARAN UMUM
Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat dari nilai

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Sumatera Barat
Berdasarkan tabel 4.2, pada tahun 1999

PDRB industri pengolahan. Menurut BPS

sampai 2012 laju pertumbuhan PDRB industri

Provinsi Sumatera Barat, nilai PDRB tersebut

pengolahan

dapat dilihat atas dasar harga konstan atau atas

dengan laju pertumbuhan yang tertinggi terjadi

dasar harga berlaku. Namun, untuk melihat

pada tahun 2008 sebesar 7,14 persen. Seiring

perkembangan perekonomian secara riil dapat

dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi

dilihat dari nilai PDRB atas dasar harga

Sumatera Barat pada tahun-tahun awal setelah

konstan. Informasi perkembangan nilai PDRB

berlalunya krisis ekonomi pada tahun 1998,

industri pengolahan atas dasar harga konstan

pertumbuhan industri pengolahan pada tahun

dapat dilihat pada tabel 4.2.

2000 dan 2001 mengalami peningkatan. Pada

Tabel 4.2. Perkembangan
Industri
Pengolahan Provinsi Sumatera
Barat Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000 Tahun 1998-2012

tahun 1999 pertumbuhan ndustri pengolahan

Perkembangan

industri

pengolahan

Sumatera

Barat

berfluktuasi

sebesar 1,99 persen, meningkat menjadi 2,03
persen pada tahun 2000 dan 3,11 persen pada
tahun 2011.
Dalam

rentang

tahun

2008-2009

pertumbuhan industri pengolahan mengalami
penurunan dari 7,14 persen tahun 2008
menjadi 3,57 persen tahun 2009 dan menjadi
2,51 tahun 2010. Akan tetapi pada tahun 2011
laju

pertumbuhan

industri

pengolahan

mengalami peningkatan yang cukup signifikan
menjadi 4,65 persen. Namun pada tahun 2012,
pertumbuhan industri pengolahan kembali
mengalami penurunan menjadi 4,04 persen.
8

Sementara itu, untuk kontribusi industri
pengolahan

dalam

pembentukan

PDRB

cenderung stabil dengan distribusi persentase
di atas 10 persen namun mengalami penurunan
dari tahun ke tahun. Kontribusi industri
pengolahan

dalam

pembentukan

PDRB

tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 14,06
persen. Kemudian mengalami penurunan dari
tahun ke tahun hingga pada tahun 2012
sebesar 11,87 persen.
Menurut

Badan

Pusat

Statistik,

perkembangan nilai investasi (PMTB) industri
pengolahan Provinsi Sumatera Barat atas dasar
harga konstan tahun 2000 pada periode tahun
1998-2012 mengalami pertumbuhan yang
fluktuatif. Namun selama periode tersebut nilai
cenderung meningkat. Nilai investasi pada
tahun

1998

mengalami

sebesar

Rp.

pertumbuhan

947,7
yang

milyar,
fluktuatif

sampai pada tahun 2012 sebesar Rp. 1.427,4
milyar. Informasi selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Perkembangan
Investasi
(Pembentukan Modal Tetap Bruto)
Atas Dasar Harga Konstan Tahun
2000 dan Jumlah Tenaga Kerja
Industri
Pengolahan
Provinsi
Sumatera Barat Tahun 1998-2012

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Sumatera Barat
Berdasarkan tabel 4.3, dilihat dari laju
pertumbuhan investasi industri pengolahan
atas dasar harga konstan tahun 2000 pada
periode tahun 1998-2012, laju pertumbuhan
terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar
minus 4,96 persen. Namun pada tahun 2010,
2011 dan 2012 terjadi peningkatan laju
pertumbuhan investasi dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2010 laju
pertumbuhan investasi sebesar 7,42 persen dan
pada tahun 2011 sebesar 8,64 persen, dan pada
tahun 2011 sebesar 7,17 persen, mengalami
sedikit

penurun

laju

pertumbuhan

dibandingkan tahun 2011.
Selanjutnya,

perkembangan

jumlah

tenaga kerja industri pengolahan Provinsi
Sumatera Barat juga mengalami fluktuasi
selama periode tahun 1998-2012. Sama halnya
dengan

perkembangan

nilai

investasi,

perkembangan jumlah tenaga kerja yang
fluktuatif juga cenderung pada pertumbuhan
yang meningkat. Jumlah tenaga kerja pada
Tahun 1998 sebanyak 113.592, mengalami
9

pertumbuhan yang fluktuatif sampai tahun

kerja industri pengolahan Sumatera Barat Laju

(-1,088) (4,054) (2,704)
R
= 0,88
F-statistik = 44.277
F-tabel = 3,68
Berdasarkan hasil temuan di atas, dapat

pertumbuhan tenga kerja yang sangat rendah

dijelaskan bahwa pengaruh variabel investasi

dibandingkan dengan tahun-tahun lainnya

industri pengolahahan terhadap pertumbuhan

terjadi pada tahun 2002 dan 2008 masing-

ekonomi industri pengolahan menunjukkan

masing sebesar minus 7,13 persen dan minus

koefisien regresi sebesar 0,929. Koefisien

8,30 persen. Sedangkan laju pertumbuhan

tersebut

menunjukkan

tenaga kerja tertinggi terjadi pada tahun 2005

industri

pengolahan

sebesar 12,12 persen.
Pada tiga tahun terakhir, yaitu pada

terhadap pertumbuhan industri pengolahan.

2012 sebanyak 159.038 orang.
Dilihat dari laju pertumbuhan tenaga

tahun 2010, 2011 dan 2012 laju pertumbuhan
jumlah

tenaga

kerja

mulai

membaik

dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Tahun 2010 laju pertumbuhan tenga kerja

2

variabel
berpengaruh

investasi
positif

Apabila variabel investasi industri pengolahan
mengalami kenaikan sebesar 1 persen, maka
akan meningkatkan nilai variabel pertumbuhan
industri pengolahan sebesar 0,929 persen,

sebesar 5,53 persen, kemudian tahun 2011

dengan asumsi variabel lainnya tetap.
Berikutnya untuk variabel tenaga kerja,

mengalami peningkatan laju pertumbuhan

diperoleh koefisien regresi sebesar 0,698, yang

menjadi sebesar 10,71 persen, dan tahun 2012

berarti variabel tenaga kerja juga berpengaruh

mengalami

positif

penurunan

laju

pertumbuhan

terhadap

pertumbuhan

industri

dibandingkan tahun 2011 menjadi sebesar 3,86

pengolahan. Kenaikan variabel tenaga kerja

persen.

sebesar 1 persen akan

meningkatkan nilai

variabel pertumbuhan industri pengolahan
PEMBAHASAN

sebesar 0,698 persen, dengan asumsi variabel

Hasil Regresi
Pada
bab

akan

lainnya tetap.
Hasil temuan di atas juga menunjukkan

mengemukakan secara kuantitatif bagaimana

bahwa β1 + β2 > 1, berarti skala produksi

pengaruh investasi industri pengolahan dan

industri pengolahan dalam kondisi Increasing

tenaga kerja industri pengolahan terhadap

Return to Scale (IRS). Kondisi tersebut dapat

pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi

diartikan,

Sumatera barat pada tahun 1998-2012 dengan

investasi dan tenaga kerja yang digunakan

menggunakan data time series. Variabel-

dalam proses produksi akan menghasilkan

variabel tersebut diregresi dengan metode

tambahan output produksi yang proporsinya

Ordinary Least Square (OLS).
Hasil penelitian yang diperoleh adalah :
Log Y
= α + β1 log X1 + β2logX2 ...(5.1)
= (-2,164)+0,929 X1+0,698 X2

lebih besar. Berkaitan dengan penelitian ini,

ini

penulis

hal

bahwa

tersebut

proporsi

dapat

penambahan

diartikan

bahwa

pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi
10

Sumatera Barat masih dapat terus ditingkatkan

penelitian ini tidak terdapat permasalahan

dengan meningkatkan nilai investasi dan

heteroskedastisitas.

jumlah tenaga kerja industri pengolahan untuk
mencapai pertumbuhan industri pengolahan

Uji Statistik

yang optimum.

Uji ini digunakan untuk mengetahui
apakah variabel independen secara individu

Uji Asumsi Klasik

dan bersama-sama berpengaruh signifikan

Hasil analisis data setalah dilakukan uji

terhadap variabel dependen. Uji statistik ini

asumsi klasik, ditemukan bahwa model yang

meliputi

digunakan terbebas dari penyimpangan asumsi

Determinasi (R2).

klasik.







Uji-t

dan

Koefisien

Uji-t, Nilai signifikansi dari variabel
investasi industri pengolahan adalah 0,002

X2

derajat

dimana hasil tersebut lebih kecil dari nilai

kebebasan (df) 2 pada tabel chi-square

signifikansi 0,05 dan bertanda positif

sebesar 5,991. Karena 2,6501,753)

artinya

bahwa

berdistribusi normal.

variabel investasi industri pengolahan

Uji Multikolinearitas, nilai correlation

berpengaruh positif terhadap variabel

matrix sebesar 0,74. Berdasarkan analisis

pertumbuhan industri pengolahan. Dan

nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa

Nilai signifikansi dari variabel investasi

model regresi pada penelitian ini tidak

industri pengolahan adalah 0,019 dimana

memiliki permasalahan multikolinearitas.

hasil tersebut lebih kecil dari nilai

Uji autokorelasi, nilai statistik Durbin-

signifikansi 0,05 dan bertanda positif

Watson sebesar 2,009. Nilai tersebut

dengan nilai t-hitung lebih besar daripada

menunjukkan

t-tabel

nilai

statistik

Durbin-

(2,705>1,753)

artinya

bahwa

Watson berada dalam kondisi dU

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65