Personalisasi Konten Pembelajaran Berdas. pdf
PERSONALISASI KONTEN PEMBELAJARAN BERDASARKAN
PENDEKATAN TIPE BELAJAR TRIPLE-FACTOR DALAM
STUDENT CENTERED E-LEARNING ENVIRONMENT
Mira Suryani1, Zainal A. Hasibuan2, Harry Budi Santoso3
1,2,3
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indnesia
Fakultas Ilmu Komputer, Kampus Depok 16424
1
[email protected], 2 [email protected], [email protected]
Abstrak
Perbedaan karakteristik pembelajar yang kurang terakomodasi dengan baik pada pembelajaran konvensional
merupakan sebuah permasalahan yang harus segera diatasi untuk memperbaiki performa pembelajar.
Personalisasi pembelajaran dengan memanfaatkan e-learning memberikan keleluasan dalam memfasilitasi
perbedaan karakteristik, kebutuhan, dan preferensi setiap pembelajar. Perbedaan tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai informasi untuk personalisasi. Dengan mengadopsi pendekatan triple-factor, dikembangkanlah algoritma
yang mampu memetakan 36 tipe belajar triple-factor (gaya belajar, motivasi, dan kemampuan pengetahuan)
pada konten pembelajaran yang sesuai dengan masing-masing karaketeristik, kebutuhan, dan preferensi
pembelajar. Algoritma tersebut selanjutnya diimplementasikan ke dalam sebuah LMS Student Centered Elearning Environment (SCELE) yang dapat diakses oleh pembelajar. Dari hasil eksperimen dilakukan evaluasi
dengan membandingkan performa pembelajar dari kelompok eksperimen (pembelajar yang menggunakan fitur
personalisasi) dan kelompok kontrol (pembelajar yang tidak menggunakan fitur personalisasi). Perbandingan ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengoptimalan sistem yang dikembangkan dapat membantu
pembelajar. Adapun hasil dari perbandingan dengan uji statistik diperoleh bahwa performa pembelajar yang
menggunakan fitur personalisasi lebih baik dibandingkan dengan performa pembelajar yang tidak menggunakan
fitur personalisasi.
Kata kunci : personalisasi, e-learning, triple-factor, SCELE-PDE
1.
Pendahuluan
Dalam kegiatan pembelajaran, pada dasarnya
setiap pembelajar memiliki karakteristik, kebutuhan
dan preferensi yang berbeda. Dari segi kecepatan
dan kemampuan, terdapat pembelajar yang dengan
cepat mampu menangkap dan mengolah informasi
namun ada pula pembelajar yang lambat. Dari segi
preferensi format materi pembelajaran, terdapat
pembelajar yang menyukai materi berbentuk teks,
audio, atau video. Dari segi kenyamanan pun,
terdapat perbedaan, ada pembelajar yang nyaman
dan berkonsentrasi belajar di siang hari, namun ada
pula pembelajar yang lebih nyaman dan
berkonsentrasi jika belajar di malam hari.
Sayangnya, perbedaan pembelajar yang
mendasar tersebut kurang dapat diakomodasi pada
pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran
konvensional, pendidik memberikan perlakuan yang
sama kepada pembelajar. Hal tersebut membuat
pembelajar menjadi tidak nyaman, tertekan, dan
tidak dapat mengeluarkan performa terbaiknya
dalam belajar. Pada akhirnya terdapat pembelajar
yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran dengan
mendapatkan nilai yang baik, namun ada juga
pembelajar yang gagal dan harus mengulang.
Disisi lain, terdapat fenomena mengenai
tingkat penetrasi TIK yang tinggi baik di dunia
maupun di Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada hasil
survei yang dilakukan oleh ITU melalui Global ICT
developments [1] yang menyatakan bahwa 96,2 %
penduduk di dunia sudah menggunakan telepon
selular dan 38,8% sudah berlangganan internet
secara individu. Selain itu, data dari Indonesia
sendiri menyatakan bahwa pada tahun 2013, terdapat
63 juta pengguna internet [2]. Tingginya
pemanfaatan perangkat TIK dari tahun ke tahun ini
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan tak
terkecuali pada bidang pendidikan.
Pada bidang pendidikan, e-learning merupakan
salah satu media atau aplikasi yang digunakan untuk
menunjang
pembelajaran.
E-learning
memungkinkan pembelajar melakukan proses
pembelajaran dimana saja dan kapan saja sesuai
dengan
keleluasan
yang
diinginkan
[3].
Kemungkinan tersebut menjadi suatu peluang yang
dapat dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai perbedaan pembelajar.
Oleh karena itu, untuk mengakomodasi
perbedaan karakteristik, kebutuhan, dan preferensi
pembelajar dibutuhkan suatu sistem yang dapat
menangkap perbedaan tersebut sehingga dapat
dijadikan pertimbangan untuk memberikan sebuah
personalisasi pembelajaran. Sfenrianto dan Hasibuan
mendefinisikan bahwa personalisasi pembelajaran
merupakan sebuah strategi yang digunakan untuk
mengetahui kebutuhan peserta didik sehingga
peserta didik dapat belajar secara efektif [4].
Di Indonesia, terdapat beberapa penelitian yang
berkenaan dengan personalisasi e-learning [5,6].
Penelitian terkini mengenai personalisasi e-learning
adalah munculnya framework triple-factor yang
diusulkan oleh [6]. Berdasarkan framework tersebut,
paper ini dikembangkan dengan tujuan untuk
memberikan konten pembelajaran yang sesuai
dengan 36 tipe belajar yang ada pada kombinasi
triple-factor.
bagian kecil tersebut dapat digabung kembali secara
utuh sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
Dalam penelitian, learning object dapat
diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan. Santoso
mengklasifikasikan learning object berdasarkan
kebutuhan pembelajar, yang terbagi ke dalam tiga
level, yaitu: (1) level materi 1: berupa materi dalam
format slide, (2) level materi 2: berupa slide
ditambah dengan narasi dalam bentuk audio, video,
atau animasi, (3) level materi 3: materi pengayaan
yang disajikan dalam format Word, PDF, dan URL
[5].
Sfenrianto, mengklasifikasikan learning object
berdasarkan preferensinya. Learning object dibagi
kedalam tiga kelompok, yaitu: (1) materi singkat
(M) merupakan materi yang berisi poin-poin penting
dalam sebuah bahasan materi, (2) materi penjelasan
(P) berupa video, audio, dan animasi yang berisi
penjelasan materi pembelajaran lebih rinci, dan (3)
materi tambahan (T) [6].
2. Studi Literatur
2.1 E-learning dan Learning Management
System (LMS)
E-learning merupakan proses pembelajaran
yang disampaikan melalui media teknologi
komunikasi sehingga memungkinkan kebebasan
berinteraksi bagi penggunanya tanpa terhalang
batasan ruang dan waktu [3]. Secara lebih mendalam
lagi, Moore, Deane, dan Gaylen menyampaikan
bahwa e-learning merupakan sebuah media yang
mampu mentransformasikan pengalaman belajar ke
dalam pengetahuan [7].
E-learning memiliki beberapa karakteristik
yang
membedakan
dengan
pembelajaran
konvensional. Santoso menyampaikan bahwa pada
pembelajaran menggunakan e-learning tingkat selfregulated sangat tinggi dan memiliki paradigma
student-centered sehingga dibutuhkan kreativitas
dalam memotivasi pembelajar untuk terus
menggunakan e-learning [5]. Selain itu, Du, Liu,
dan Wei mengemukakan bahwa dengan e-learning,
waktu, tempat, dan jumlah pembelajar bisa tidak
tetap, dan akses ke sumber materi pembelajaran
melimpah [8].
Sebuah
e-learning
akan
berhasil
diimplementasikan
apabila
enam
faktor
penunjangnya lengkap dan memiliki performa yang
baik. Enam faktor tersebut adalah: pembelajar,
instruktur, teknologi, course, desain instruksional,
dan lingkungan [3]. Selain mempertimbangkan
faktor, implementasi e-learning tersebut dapat
ditunjang dengan fitur yang lebih banyak untuk
mendukung pembelajaran seperti fitur administrasi,
fitur interaksi seperti diskusi forum dan chat, serta
fitur lainnya. E-learning yang telah diperkaya
berbagai fitur yang ada tersebut dikenal sebagai
learning management system (LMS).
2.3 Personalisasi Konten Pembelajaran
Personalisasi pembelajaran merupakan strategi
yang digunakan untuk mengetahui karakteristik
pembelajar sehingga dapat belajar secara efektif [6].
Terdapat banyak pendekatan yang dapat dilakukan
dalam personalisasi pembelajaran. Dari segi proses
identifikasi karakteristik pembelajar, banyak peneliti
menggunakan faktor yang berbeda seperti gaya
belajar [5,6,11,12], motivasi [5,6,13], kemampuan
pengetahuan [6,12,14], dan faktor lainnya. Dari segi
teknik, terdapat beberapa pendekatan yang
digunakan peneliti diantarnya dengan menggunakan
data mining [12], semantik web [14], dan predefined
rule [5,6].
Personalisasi pembelajaran dapat dilakukan
dalam tiga bentuk. Pertama, personalisasi alur
pembelajaran merupakan personalisasi berupa
pemberian
rekomendasi
langkah-langkah
pembelajaran yang sesuai dengan preferensi
pembelajaran dalam mempelajari materi [11,15].
Kedua, personalisasi antarmuka media pembelajaran
merupakan personalisasi yang lebih difokuskan pada
perubahan tampilan dari media pembelajaran seperti
jenis font, ukuran font, tata letak menu, warna dan
gambar dari latar belakang [16]. Ketiga,
personalisasi konten pembelajaran merupakan
personalisasi berupa pemberian konten pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi
pembelajar [5,6].
2.2 Learning Object
Learning
object
merupakan
materi
pembelajaran dalam bentuk digital, berukuran kecil,
dapat didistribusikan (share) maupun digunakan
kembali (reusable) [9]. Learning object yang baik
haruslah memiliki sifat granulariti yang baik [10]
dimana learning object yang berukuran besar dapat
dipecah menjadi menjadi bagian-bagian yang kecil
tanpa kehilangan makna [10]. Kemudian bagian-
2.4 Framework Tipe Belajar Triple-Factor
Triple-factor merupakan sebuah framework
yang diusulkan oleh [4] untuk mengidentifikasi
karakteristik pembelajar berdasarkan TripleCharacterictic Model (TCM) yaitu gaya belajar,
motivasi dan kemampuan pengetahuan. Secara rinci
framework personalisasi yang diusulkan terdiri dari
3 layer utama, yaitu (1) learning layer, (2)
characteristic layer, dan (3) personalization layer.
Ilustrasi framework dapat dilih
lihat pada Gambar 1
berikut.
Tinggi
Log akses mater
teri pembelajar > rata-rata
akses kelompok
ok terhadap materi
Faktor terakhir dari
d
triple-factor untuk
mengidentifkasi
karakte
kter
pembelajar
adalah
kemampuan pengetahuan.
n. Kemampuan pengetahuan
ditentukan berdasarkan ga
gabungan dari nilai kuis dan
nilai tugas pembelajar. Addapun kategori kemampuan
pengetahuan dibagi berd
rdasarkan 4 interval nilai
sebagai berikut (lihat Tabe
bel 3).
Tabel 3. Kategori Kem
emampuan Pengetahuan
pada Trip
riple-Factor
Kategori
Gagal
Cukup
Baik
Sangat Baik
Gambar 1. Framework Trip
riple-Factor [17].
Pada learning layer, pem
embelajar melakukan
kegiatan pembelajaran. Semuaa aktivitas yang ada
direkam ke dalam learning log kemudian dipelajari
learning behavior pattern-nya.. Kemudian learning
behavior pattern dijadikan sebagai
seb
acuan untuk
mengidentifikasi karakteristikk pembelajar yang
terdiri dari gaya belajar, motiva
vasi, dan kemampuan
pengetahuan pada charactersticc layer.
l
Gaya belajar merupakan ffaktor pertama yang
diidentifikasi berdasarkan pe
perbandingan antara
jumlah aktivitas seorang pembelajar dalam
mengakses materi dengan rata-rata aktivitas
pembelajar secara berkelompokk yang dihitung pada
tabel frekuensi akses materi
eri sebagai batasan
(threshold). Adapun kategori
risasi gaya belajar
menggunakan atura pada tabel berikut.
be
Tabel 1. Kategori Gaya Bela
elajar pada TripleFactor.
Kategori
Suka-suka
Disiplin
Rajin
Deskripsi
si Penentu
Log akses materi pem
embelajar < rata-rata
akses kelompok terha
hadap materi
Log akses materi pem
embelajar = rata-rata
akses kelompok terha
hadap materi
Log akses materi pem
embelajar > rata-rata
akses kelompok terha
hadap materi
Kemudian, faktor kedua
ua dari triple-factor
adalah motivasi. Motivasi pembelajar dapat
ditentukan dengan membandingk
gkan jumlah aktivitas
pembelajar pada forum dengan
an rata-rata aktivitas
kelompok pembelajar terhadap
ap forum pada tabel
frekuensi. Motivasi pembelajarr terbagi
te
ke dalam tiga
kategori dengan penentuan seb
sebagai berikut (lihat
Tabel 2).
Tabel 2. Kategori Motivasi pada
pa Triple-Factor
Kategori
Rendah
Sedang
Deskripsi
si Penentu
Log aktivitas forum pem
embelajar < rata-rata
aktivitas kelompok pad
ada forum diskusi
Log akses materi pembbelajar = rata-rata
akses kelompok terhada
adap materi
Deskripsi Penentu
D
0>nilai>60
61>nilai>80
81>nilai>90
91>nilai>100
Kombinasi
darii
triple-factor
tersebut
menghasilkan 36 tipe bela
lajar. Selanjutnya kombinasi
tipe belajar ini dijad
jadikan informasi untuk
menentukan konten pembbelajaran yang sesuai pada
personalization layer. Adapun metode pada
personalization layer un
untuk menentukan konten
pembelajaran yang sesua
uai merupakan fokus pada
pada penelitian ini.
Menentukan Kompo
ponen Kebutuhan Sistem
Dalam
melakukann
personalisasi
konten
pembelajaran, terdapatt empat komponen yang
diperlukan untuk mengem
mbangkan dan menjalankan
sistem secara keseluruh
uhan. Komponen pertama
adalah fitur umum e-learning yang dapat
menangkap karakteristikk pembelajar. Fitur umum
yang digunakan yaitu fitu
itur resources, forum, quiz,
dan assignment. Kompo
ponen kedua adalah log
pembelajaran yang dibagi
agi kedalam dua jenis yaitu
log akses ke materi pemb
mbelajaran dan log aktivitas
pembelajar pada forum diskusi.
d
Komponen ketiga
adalah konten pembelajara
aran yang secara garis besar
dibagi ke dalam dua jenis
is yaitu materi pembelajaran
dan data diskusi dengann penjelasan
p
sebagai berikut
(lihat Tabel 4).
Tabel 4. Konten Pembelajaran
Pe
untuk
Person
onalisasi
3.
Jenis Konten
Materi singkat
Materi penjelasan
Kode
M
P
Materi tambahan
T
Forum umum
F1
Posting mandiri
F2
Menjawab
trigger/pemicu
F3
Deskripsi
Materi dalam bentuk slide
Materi dalam bentuk
audio, video, dan animasi
Materi berupa contoh,
latihan, dan link referensi
Forum yang menyediakan
informasi umum
mengenai course
Kegiatan pembelajar
melakukan posting
terlebih dahulu atau
memulai diskusi
Forum yang berisi
pertanyaan dari pendidik
yang dapat mentrigger
pembelajar untuk
berpartisipasi
Komponen terakhir adala
alah komponen data
evaluasi berupa nilai pembelaj
lajar yang digunakan
untuk menentukan kemampuan
an akhir pembelajar.
Setelah komponen kebutuhan sistem
s
diidentifikasi,
merancang dan mengimplemeentasikan algoritma
merupakan langkah selanjutnyaa ddari penelitian.
mentasi Algoritma
4. Rancangan dan Implem
Personalisasi Konten Pembela
lajaran berdasarkan
Tipe Belajar Triple-Factor
merancang algoritma
Pada tahapan ini, penelitii m
personalisasi konten pembelajar
jaran yang didasarkan
pada tipe belajar triple-factor. Algoritma sistem
personalisasi konten yang digunakan untuk
memberikan konten pembelaj
lajaran yang sesuai
karakteristik pembelajar sec
ecara garis besar
diilustrasikan pada Gambar 2 ber
erikut ini.
Gambar 2. Rancangan Algori
ritma Personalisasi
Konten Pembelaj
lajaran
Berdasarkan Gambar 2, ddapat dilihat bahwa
untuk mengetahui konten pembe
belajaran yang sesuai
dengan karakteristik pembelajar
jar, setiap tipe belajar
ditinjau kembali faktor penyu
yusunnya yaitu gaya
belajar, motivasi, dan kemam
mpuan pengetahuan.
Pada faktor gaya belajar dihitu
itung kembali jumlah
akses pembelajar pada materi
eri berdasarkan jenis
materi yang ada. Pada faktor
or motivasi, dihitung
jumlah aktivitas pembelajar terha
rhadap masing-masing
jenis forum. Pada faktor kemam
ampuan pengetahuan,
dilihat nilai yang dimiliki pemb
mbelajar termasuk ke
dalam kategori kemampuan pengeatahuan
p
yang
mana.
Hasil perhitungan dari ke
ketiga faktor tersebut
selanjutnya akan diproses masin
sing-masing oleh tiga
proses yang berbeda. Jumlah
ah akses pembelajar
terhadap masing-masing jenis m
materi pembelajaran
akan menjadi input untuk pros
roses penentuan level
materi pembelajaran. Luaran da
dari proses ini adalah
level materi yang sesuai dengan kebutuhan
pembelajar. Adapun proses pen
enentuan level materi
pembelajaran diilustrasikan pada
da Gambar 3 berikut.
Gambar 3. Proses Pen
enentuan Level Materi
Pembe
belajaran
Pada
proses
pe
penentuan
level
materi
pembelajaran dilakukan perbandingan
p
antara ratarata akses pembelajar terh
rhadap masing-masing jenis
materi yang tersedia. K
Kemudian rata-rata yang
diperoleh selanjutnya dira
irata-ratakan kembali untuk
memperoleh batasan (thres
reshold) untuk mencari jenis
materi mana yang sec
ecara rata-rata merupakan
preferensi paling tinggi
gi. Selanjutnya dilakukan
perbandingan antara rat
rata-rata akses pembelajar
terhadap masing-masingg materi dengan batasan
(threshold) yang telah dite
itentukan. Apabila rata-rata
akses pembelajar terhadap
ap jenis materi tersebut lebih
besar, maka jenis materii tersebut
t
akan ditampilkan.
Terdapat 3 level materi
ri pembelajaran yang dapat
ditampilkan yaitu: (1) leve
vel materi 1 yang terdiri dari
pemberian materi singkatt ssaja (M), (2) level materi 2
terdiri dari pemberian mat
ateri singkat disertai dengan
materi penjelasan (M+P)
P), dan (3) level materi 3
terdiri dari pemberiann materi singkat, materi
penjelasan, dan materi tam
mbahan (M+P+T).
Pada proses penentu
ntuan peningkatan motivasi
pada aktivitas forum, jumlah
jum
aktivitas pembelajar
terhadap masing-masingg forum (F1, F2, dan F3)
dijadikan sebagai input yang
ya akan diproses. Adapun
pemrosesan peningkatan m
motivasi dapat dilihat pada
Gambar 4 berikut.
Gambar 4. Proses Peenentuan Peningkatan
Motivasi pada Aktivitas
A
Forum.
Pada Gambar 4, dap
apat dilihat frekuensi akses
masing-masing forum ak
akan dibandingkan dengan
rata-rata kelompok pemb
mbelajar terhadap masingmasing jenis forum yaitu
itu Forum 1 (F1), Forum 2
(F2), dan Forum 3 (F3).. Apabila
A
ketiga jenis forum
tersebut termasuk ke dal
alam kategori sedang atau
rendah, maka aktivitas ppada forum tersebut perlu
ditingkatkan. Pada prose
ses penentuan peningkatan
motivasi terdapat 8 kemuungkinan jenis peningkatan
motivasi yang dapatt diberikan antara lain:
peningkatan terhadap F11 saja, F2 saja, F3 saja, F1
dan F2, F1 dan F3, F2 dan
an F3, semua forum (F1, F2,
dan F3), atau tidak adaa rekomendasi yang berarti
semua tingkat motivasii pada
p
semua forum sudah
tinggi.
Proses terakhir dari m
menentukan konten
pembelajaran yang sesuai keb
ebutuhan pembelajar
adalah penentuan next ta
target kemampuan
pengetahuan. Proses penentuan
an next target dapat
dilihat pada Gambar 5 berikut.
Gambar 5. Proses Penentu
tuan Next Target
Kemampuan Penge
getahuan.
Untuk menentukan nextt target kemampuan
pengetahuan pembelajar sebelum
umnya harus diketahui
posisi kategori KP terakhir ber
erdasarkan nilai yang
dimiliki. Setelah ketegori seb
ebelumnya diketahui,
maka sistem akan merekomendas
dasikan next target KP
satu tingkat diatas posisi sebelum
umnya.
Sebagai contoh, seorangg pembelajar dengan
tipe belajar tertentu setelah me
melalui ketiga proses
tersebut akan menghasilkan konten
ko
pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan seperti
s
ilustrasi pada
Gambar 6 berikut.
Gambar 6. Pemetaan Sebua
uah Tipe Belajar
dengan Konten Pembelajar
aran yang Sesuai
Kebutuhan.
n.
Adapun hasil dari dari rancangan
ra
algoritma
personalisasi
konten
pem
embelajaran
yang
dikembangkan diimplementasika
ikan ke dalam sebuah
learning management system
m (LMS) berbasis
Moodle. Hasil implementasi tersebut
te
diberi nama
Student Centered E-learning
ng Environment –
Personalisasi Dinamis E-learni
rning (SCELE-PDE).
Ilustrasi tampilan personalisasii konten
k
pembelajaran
untuk pembelajar dapat diliha
hat pada Gambar 7
berikut.
Gambar 7. Antarmuka Pers
rsonalisasi Konten
Pembelajaran pada SCELE-PDE
SC
5.
Eksperimen dan Hasil
Sistem diujicobakan kepa
pada 118 pembelajar
yang menjadi peserta matakulia
liah Penulisan Ilmiah
(PI) semester gasal tahun ajaran
aja
2013/2014 di
Fakultas Ilmu Komputer, Univer
versitas Indonesia. Uji
coba dilakukan selama sat
atu semester. Dengan tujuan
untuk mengetahui animo
mo aktivitas pembelajaran
dengan menggunakan fitur
f
personalisasi dalam
SCELE, maka peneliti
liti membagi dua tahap
pembelajaran, yaitu taha
hap (Minggu 1 hingga 7)
sebagai tahapan identifikas
kasi, dan Tahap 2 (Minggu 8
hingga 12) sebagai tahap
ap pemberian personalisasi.
Meskipun pembelajaran dilakukan
d
pada dua tahap,
sistem personalisasi kon
onten pembelajaran dapat
digunakan pada minggu-m
minggu awal pembelajaran.
Pemberian personalisasii akan
a
terus berubah apabila
nilai pada ketiga faktor ter
ersebut berubah.
Pada uji coba dipero
roleh pemetaan tipe belajar
ke dalam materi pembela
lajaran yang sesuai dengan
kebutuhan. Selain itu,, diamati pula perubahan
personalisasi setiap ind
individu. Sebagai contoh
dilakukan pengamatan terhadap
t
dua pembelajar
(lihat Tabel 5).
Tabel 5. Pengamatan
n Personalisasi Konten
Individu Pembelajar
P
Minggu 8 - 12
Minggu 1 – 7
N
o
Deskripsi
Tipe
Belajar
Personalisa
isasi
Kontenn
1
TB1:
GB:
Suka-suka
MTV:
Rendah
KP: Gagal
Level 3
(M+P+T)
MTV:
F1,F2,F3
Next KP:
Cukup
TB2:
GB:
Suka-suka
MTV:
Rendah
KP:
Cukup
Level 1 (M)
MTV: F1,
F2, F3
Next KP:
baik
2
TB2:
GB:
Suka-suka
MTV:
Rendah
KP:
Cukup
Level 1 (M)
(M
MTV: F1,
1,
F2, F3
Next KP:
Baik
TB23:
GB:
Disiplin
MTV:
Tinggi
KP: Baik
Level
3(M+P+T)
MTV:
F1,F2,F3
Next KP:
sangat baik
Catatan:GB: Gaya Belaja
ajar,
Kemampuan Pengetahuan.
Deskripsi
Tipe
Belajar
MTV:
Personalisasi
Konten
Motivasi,
KP:
Pada Tabel 5 dapat
pat diamati bahwa terdapat
pembelajar yang meng
ngalami perubahan pada
sebagian faktor yaitu leve
vel materi dan kemampuan
pengetahuan, namun ada juga pembelajar yang
mengalami perubahan pasa
pas semua faktor sehingga
merubah tipe belajar pembbelajar yang cukup tinggi.
Setelah uji coba dilaksanakan selanjutnya
dilakukan evaluasi untukk mengetahui
m
pengoptimalan
dari sistem yang dikemban
bangkan. Evaluasi dilakukan
dengan membandingkan performa
p
pembelajar yang
menggunakan fitur pers
rsonalisasi dalam SCELE
(kelompok eksperimen)) yaitu pada matakuliah
Penulisan Ilmiah (PI) 201
013/2014 dengan performa
pembelajar yang tida
dak menggunakan fitur
personalisasi SCELE (kelo
elompok kontrol) yaitu pada
mata kuliah PI dan Metodologi
M
Penelitian dan
Penulisan Ilmiah (MPP
PI) 2012/2013. Performa
pembelajar dilihat dari nnilai akhir yang diperoleh
dari nilai ujian dan kuis.
Untuk mengetahui si
signifikansi perbedaan nilai
rata-rata kelompok pembe
belajar, dilakukan tes one-
way ANOVA dan uji lanjutan multi perbandingan
dengan t-SCHEFFE. Hasilnya diperoleh, terdapat
perbedaan signifikan antara rata-rata nilai akhir
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
dengan nilai sig. sebesar 0,000 (p
PENDEKATAN TIPE BELAJAR TRIPLE-FACTOR DALAM
STUDENT CENTERED E-LEARNING ENVIRONMENT
Mira Suryani1, Zainal A. Hasibuan2, Harry Budi Santoso3
1,2,3
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indnesia
Fakultas Ilmu Komputer, Kampus Depok 16424
1
[email protected], 2 [email protected], [email protected]
Abstrak
Perbedaan karakteristik pembelajar yang kurang terakomodasi dengan baik pada pembelajaran konvensional
merupakan sebuah permasalahan yang harus segera diatasi untuk memperbaiki performa pembelajar.
Personalisasi pembelajaran dengan memanfaatkan e-learning memberikan keleluasan dalam memfasilitasi
perbedaan karakteristik, kebutuhan, dan preferensi setiap pembelajar. Perbedaan tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai informasi untuk personalisasi. Dengan mengadopsi pendekatan triple-factor, dikembangkanlah algoritma
yang mampu memetakan 36 tipe belajar triple-factor (gaya belajar, motivasi, dan kemampuan pengetahuan)
pada konten pembelajaran yang sesuai dengan masing-masing karaketeristik, kebutuhan, dan preferensi
pembelajar. Algoritma tersebut selanjutnya diimplementasikan ke dalam sebuah LMS Student Centered Elearning Environment (SCELE) yang dapat diakses oleh pembelajar. Dari hasil eksperimen dilakukan evaluasi
dengan membandingkan performa pembelajar dari kelompok eksperimen (pembelajar yang menggunakan fitur
personalisasi) dan kelompok kontrol (pembelajar yang tidak menggunakan fitur personalisasi). Perbandingan ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengoptimalan sistem yang dikembangkan dapat membantu
pembelajar. Adapun hasil dari perbandingan dengan uji statistik diperoleh bahwa performa pembelajar yang
menggunakan fitur personalisasi lebih baik dibandingkan dengan performa pembelajar yang tidak menggunakan
fitur personalisasi.
Kata kunci : personalisasi, e-learning, triple-factor, SCELE-PDE
1.
Pendahuluan
Dalam kegiatan pembelajaran, pada dasarnya
setiap pembelajar memiliki karakteristik, kebutuhan
dan preferensi yang berbeda. Dari segi kecepatan
dan kemampuan, terdapat pembelajar yang dengan
cepat mampu menangkap dan mengolah informasi
namun ada pula pembelajar yang lambat. Dari segi
preferensi format materi pembelajaran, terdapat
pembelajar yang menyukai materi berbentuk teks,
audio, atau video. Dari segi kenyamanan pun,
terdapat perbedaan, ada pembelajar yang nyaman
dan berkonsentrasi belajar di siang hari, namun ada
pula pembelajar yang lebih nyaman dan
berkonsentrasi jika belajar di malam hari.
Sayangnya, perbedaan pembelajar yang
mendasar tersebut kurang dapat diakomodasi pada
pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran
konvensional, pendidik memberikan perlakuan yang
sama kepada pembelajar. Hal tersebut membuat
pembelajar menjadi tidak nyaman, tertekan, dan
tidak dapat mengeluarkan performa terbaiknya
dalam belajar. Pada akhirnya terdapat pembelajar
yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran dengan
mendapatkan nilai yang baik, namun ada juga
pembelajar yang gagal dan harus mengulang.
Disisi lain, terdapat fenomena mengenai
tingkat penetrasi TIK yang tinggi baik di dunia
maupun di Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada hasil
survei yang dilakukan oleh ITU melalui Global ICT
developments [1] yang menyatakan bahwa 96,2 %
penduduk di dunia sudah menggunakan telepon
selular dan 38,8% sudah berlangganan internet
secara individu. Selain itu, data dari Indonesia
sendiri menyatakan bahwa pada tahun 2013, terdapat
63 juta pengguna internet [2]. Tingginya
pemanfaatan perangkat TIK dari tahun ke tahun ini
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan tak
terkecuali pada bidang pendidikan.
Pada bidang pendidikan, e-learning merupakan
salah satu media atau aplikasi yang digunakan untuk
menunjang
pembelajaran.
E-learning
memungkinkan pembelajar melakukan proses
pembelajaran dimana saja dan kapan saja sesuai
dengan
keleluasan
yang
diinginkan
[3].
Kemungkinan tersebut menjadi suatu peluang yang
dapat dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai perbedaan pembelajar.
Oleh karena itu, untuk mengakomodasi
perbedaan karakteristik, kebutuhan, dan preferensi
pembelajar dibutuhkan suatu sistem yang dapat
menangkap perbedaan tersebut sehingga dapat
dijadikan pertimbangan untuk memberikan sebuah
personalisasi pembelajaran. Sfenrianto dan Hasibuan
mendefinisikan bahwa personalisasi pembelajaran
merupakan sebuah strategi yang digunakan untuk
mengetahui kebutuhan peserta didik sehingga
peserta didik dapat belajar secara efektif [4].
Di Indonesia, terdapat beberapa penelitian yang
berkenaan dengan personalisasi e-learning [5,6].
Penelitian terkini mengenai personalisasi e-learning
adalah munculnya framework triple-factor yang
diusulkan oleh [6]. Berdasarkan framework tersebut,
paper ini dikembangkan dengan tujuan untuk
memberikan konten pembelajaran yang sesuai
dengan 36 tipe belajar yang ada pada kombinasi
triple-factor.
bagian kecil tersebut dapat digabung kembali secara
utuh sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
Dalam penelitian, learning object dapat
diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan. Santoso
mengklasifikasikan learning object berdasarkan
kebutuhan pembelajar, yang terbagi ke dalam tiga
level, yaitu: (1) level materi 1: berupa materi dalam
format slide, (2) level materi 2: berupa slide
ditambah dengan narasi dalam bentuk audio, video,
atau animasi, (3) level materi 3: materi pengayaan
yang disajikan dalam format Word, PDF, dan URL
[5].
Sfenrianto, mengklasifikasikan learning object
berdasarkan preferensinya. Learning object dibagi
kedalam tiga kelompok, yaitu: (1) materi singkat
(M) merupakan materi yang berisi poin-poin penting
dalam sebuah bahasan materi, (2) materi penjelasan
(P) berupa video, audio, dan animasi yang berisi
penjelasan materi pembelajaran lebih rinci, dan (3)
materi tambahan (T) [6].
2. Studi Literatur
2.1 E-learning dan Learning Management
System (LMS)
E-learning merupakan proses pembelajaran
yang disampaikan melalui media teknologi
komunikasi sehingga memungkinkan kebebasan
berinteraksi bagi penggunanya tanpa terhalang
batasan ruang dan waktu [3]. Secara lebih mendalam
lagi, Moore, Deane, dan Gaylen menyampaikan
bahwa e-learning merupakan sebuah media yang
mampu mentransformasikan pengalaman belajar ke
dalam pengetahuan [7].
E-learning memiliki beberapa karakteristik
yang
membedakan
dengan
pembelajaran
konvensional. Santoso menyampaikan bahwa pada
pembelajaran menggunakan e-learning tingkat selfregulated sangat tinggi dan memiliki paradigma
student-centered sehingga dibutuhkan kreativitas
dalam memotivasi pembelajar untuk terus
menggunakan e-learning [5]. Selain itu, Du, Liu,
dan Wei mengemukakan bahwa dengan e-learning,
waktu, tempat, dan jumlah pembelajar bisa tidak
tetap, dan akses ke sumber materi pembelajaran
melimpah [8].
Sebuah
e-learning
akan
berhasil
diimplementasikan
apabila
enam
faktor
penunjangnya lengkap dan memiliki performa yang
baik. Enam faktor tersebut adalah: pembelajar,
instruktur, teknologi, course, desain instruksional,
dan lingkungan [3]. Selain mempertimbangkan
faktor, implementasi e-learning tersebut dapat
ditunjang dengan fitur yang lebih banyak untuk
mendukung pembelajaran seperti fitur administrasi,
fitur interaksi seperti diskusi forum dan chat, serta
fitur lainnya. E-learning yang telah diperkaya
berbagai fitur yang ada tersebut dikenal sebagai
learning management system (LMS).
2.3 Personalisasi Konten Pembelajaran
Personalisasi pembelajaran merupakan strategi
yang digunakan untuk mengetahui karakteristik
pembelajar sehingga dapat belajar secara efektif [6].
Terdapat banyak pendekatan yang dapat dilakukan
dalam personalisasi pembelajaran. Dari segi proses
identifikasi karakteristik pembelajar, banyak peneliti
menggunakan faktor yang berbeda seperti gaya
belajar [5,6,11,12], motivasi [5,6,13], kemampuan
pengetahuan [6,12,14], dan faktor lainnya. Dari segi
teknik, terdapat beberapa pendekatan yang
digunakan peneliti diantarnya dengan menggunakan
data mining [12], semantik web [14], dan predefined
rule [5,6].
Personalisasi pembelajaran dapat dilakukan
dalam tiga bentuk. Pertama, personalisasi alur
pembelajaran merupakan personalisasi berupa
pemberian
rekomendasi
langkah-langkah
pembelajaran yang sesuai dengan preferensi
pembelajaran dalam mempelajari materi [11,15].
Kedua, personalisasi antarmuka media pembelajaran
merupakan personalisasi yang lebih difokuskan pada
perubahan tampilan dari media pembelajaran seperti
jenis font, ukuran font, tata letak menu, warna dan
gambar dari latar belakang [16]. Ketiga,
personalisasi konten pembelajaran merupakan
personalisasi berupa pemberian konten pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi
pembelajar [5,6].
2.2 Learning Object
Learning
object
merupakan
materi
pembelajaran dalam bentuk digital, berukuran kecil,
dapat didistribusikan (share) maupun digunakan
kembali (reusable) [9]. Learning object yang baik
haruslah memiliki sifat granulariti yang baik [10]
dimana learning object yang berukuran besar dapat
dipecah menjadi menjadi bagian-bagian yang kecil
tanpa kehilangan makna [10]. Kemudian bagian-
2.4 Framework Tipe Belajar Triple-Factor
Triple-factor merupakan sebuah framework
yang diusulkan oleh [4] untuk mengidentifikasi
karakteristik pembelajar berdasarkan TripleCharacterictic Model (TCM) yaitu gaya belajar,
motivasi dan kemampuan pengetahuan. Secara rinci
framework personalisasi yang diusulkan terdiri dari
3 layer utama, yaitu (1) learning layer, (2)
characteristic layer, dan (3) personalization layer.
Ilustrasi framework dapat dilih
lihat pada Gambar 1
berikut.
Tinggi
Log akses mater
teri pembelajar > rata-rata
akses kelompok
ok terhadap materi
Faktor terakhir dari
d
triple-factor untuk
mengidentifkasi
karakte
kter
pembelajar
adalah
kemampuan pengetahuan.
n. Kemampuan pengetahuan
ditentukan berdasarkan ga
gabungan dari nilai kuis dan
nilai tugas pembelajar. Addapun kategori kemampuan
pengetahuan dibagi berd
rdasarkan 4 interval nilai
sebagai berikut (lihat Tabe
bel 3).
Tabel 3. Kategori Kem
emampuan Pengetahuan
pada Trip
riple-Factor
Kategori
Gagal
Cukup
Baik
Sangat Baik
Gambar 1. Framework Trip
riple-Factor [17].
Pada learning layer, pem
embelajar melakukan
kegiatan pembelajaran. Semuaa aktivitas yang ada
direkam ke dalam learning log kemudian dipelajari
learning behavior pattern-nya.. Kemudian learning
behavior pattern dijadikan sebagai
seb
acuan untuk
mengidentifikasi karakteristikk pembelajar yang
terdiri dari gaya belajar, motiva
vasi, dan kemampuan
pengetahuan pada charactersticc layer.
l
Gaya belajar merupakan ffaktor pertama yang
diidentifikasi berdasarkan pe
perbandingan antara
jumlah aktivitas seorang pembelajar dalam
mengakses materi dengan rata-rata aktivitas
pembelajar secara berkelompokk yang dihitung pada
tabel frekuensi akses materi
eri sebagai batasan
(threshold). Adapun kategori
risasi gaya belajar
menggunakan atura pada tabel berikut.
be
Tabel 1. Kategori Gaya Bela
elajar pada TripleFactor.
Kategori
Suka-suka
Disiplin
Rajin
Deskripsi
si Penentu
Log akses materi pem
embelajar < rata-rata
akses kelompok terha
hadap materi
Log akses materi pem
embelajar = rata-rata
akses kelompok terha
hadap materi
Log akses materi pem
embelajar > rata-rata
akses kelompok terha
hadap materi
Kemudian, faktor kedua
ua dari triple-factor
adalah motivasi. Motivasi pembelajar dapat
ditentukan dengan membandingk
gkan jumlah aktivitas
pembelajar pada forum dengan
an rata-rata aktivitas
kelompok pembelajar terhadap
ap forum pada tabel
frekuensi. Motivasi pembelajarr terbagi
te
ke dalam tiga
kategori dengan penentuan seb
sebagai berikut (lihat
Tabel 2).
Tabel 2. Kategori Motivasi pada
pa Triple-Factor
Kategori
Rendah
Sedang
Deskripsi
si Penentu
Log aktivitas forum pem
embelajar < rata-rata
aktivitas kelompok pad
ada forum diskusi
Log akses materi pembbelajar = rata-rata
akses kelompok terhada
adap materi
Deskripsi Penentu
D
0>nilai>60
61>nilai>80
81>nilai>90
91>nilai>100
Kombinasi
darii
triple-factor
tersebut
menghasilkan 36 tipe bela
lajar. Selanjutnya kombinasi
tipe belajar ini dijad
jadikan informasi untuk
menentukan konten pembbelajaran yang sesuai pada
personalization layer. Adapun metode pada
personalization layer un
untuk menentukan konten
pembelajaran yang sesua
uai merupakan fokus pada
pada penelitian ini.
Menentukan Kompo
ponen Kebutuhan Sistem
Dalam
melakukann
personalisasi
konten
pembelajaran, terdapatt empat komponen yang
diperlukan untuk mengem
mbangkan dan menjalankan
sistem secara keseluruh
uhan. Komponen pertama
adalah fitur umum e-learning yang dapat
menangkap karakteristikk pembelajar. Fitur umum
yang digunakan yaitu fitu
itur resources, forum, quiz,
dan assignment. Kompo
ponen kedua adalah log
pembelajaran yang dibagi
agi kedalam dua jenis yaitu
log akses ke materi pemb
mbelajaran dan log aktivitas
pembelajar pada forum diskusi.
d
Komponen ketiga
adalah konten pembelajara
aran yang secara garis besar
dibagi ke dalam dua jenis
is yaitu materi pembelajaran
dan data diskusi dengann penjelasan
p
sebagai berikut
(lihat Tabel 4).
Tabel 4. Konten Pembelajaran
Pe
untuk
Person
onalisasi
3.
Jenis Konten
Materi singkat
Materi penjelasan
Kode
M
P
Materi tambahan
T
Forum umum
F1
Posting mandiri
F2
Menjawab
trigger/pemicu
F3
Deskripsi
Materi dalam bentuk slide
Materi dalam bentuk
audio, video, dan animasi
Materi berupa contoh,
latihan, dan link referensi
Forum yang menyediakan
informasi umum
mengenai course
Kegiatan pembelajar
melakukan posting
terlebih dahulu atau
memulai diskusi
Forum yang berisi
pertanyaan dari pendidik
yang dapat mentrigger
pembelajar untuk
berpartisipasi
Komponen terakhir adala
alah komponen data
evaluasi berupa nilai pembelaj
lajar yang digunakan
untuk menentukan kemampuan
an akhir pembelajar.
Setelah komponen kebutuhan sistem
s
diidentifikasi,
merancang dan mengimplemeentasikan algoritma
merupakan langkah selanjutnyaa ddari penelitian.
mentasi Algoritma
4. Rancangan dan Implem
Personalisasi Konten Pembela
lajaran berdasarkan
Tipe Belajar Triple-Factor
merancang algoritma
Pada tahapan ini, penelitii m
personalisasi konten pembelajar
jaran yang didasarkan
pada tipe belajar triple-factor. Algoritma sistem
personalisasi konten yang digunakan untuk
memberikan konten pembelaj
lajaran yang sesuai
karakteristik pembelajar sec
ecara garis besar
diilustrasikan pada Gambar 2 ber
erikut ini.
Gambar 2. Rancangan Algori
ritma Personalisasi
Konten Pembelaj
lajaran
Berdasarkan Gambar 2, ddapat dilihat bahwa
untuk mengetahui konten pembe
belajaran yang sesuai
dengan karakteristik pembelajar
jar, setiap tipe belajar
ditinjau kembali faktor penyu
yusunnya yaitu gaya
belajar, motivasi, dan kemam
mpuan pengetahuan.
Pada faktor gaya belajar dihitu
itung kembali jumlah
akses pembelajar pada materi
eri berdasarkan jenis
materi yang ada. Pada faktor
or motivasi, dihitung
jumlah aktivitas pembelajar terha
rhadap masing-masing
jenis forum. Pada faktor kemam
ampuan pengetahuan,
dilihat nilai yang dimiliki pemb
mbelajar termasuk ke
dalam kategori kemampuan pengeatahuan
p
yang
mana.
Hasil perhitungan dari ke
ketiga faktor tersebut
selanjutnya akan diproses masin
sing-masing oleh tiga
proses yang berbeda. Jumlah
ah akses pembelajar
terhadap masing-masing jenis m
materi pembelajaran
akan menjadi input untuk pros
roses penentuan level
materi pembelajaran. Luaran da
dari proses ini adalah
level materi yang sesuai dengan kebutuhan
pembelajar. Adapun proses pen
enentuan level materi
pembelajaran diilustrasikan pada
da Gambar 3 berikut.
Gambar 3. Proses Pen
enentuan Level Materi
Pembe
belajaran
Pada
proses
pe
penentuan
level
materi
pembelajaran dilakukan perbandingan
p
antara ratarata akses pembelajar terh
rhadap masing-masing jenis
materi yang tersedia. K
Kemudian rata-rata yang
diperoleh selanjutnya dira
irata-ratakan kembali untuk
memperoleh batasan (thres
reshold) untuk mencari jenis
materi mana yang sec
ecara rata-rata merupakan
preferensi paling tinggi
gi. Selanjutnya dilakukan
perbandingan antara rat
rata-rata akses pembelajar
terhadap masing-masingg materi dengan batasan
(threshold) yang telah dite
itentukan. Apabila rata-rata
akses pembelajar terhadap
ap jenis materi tersebut lebih
besar, maka jenis materii tersebut
t
akan ditampilkan.
Terdapat 3 level materi
ri pembelajaran yang dapat
ditampilkan yaitu: (1) leve
vel materi 1 yang terdiri dari
pemberian materi singkatt ssaja (M), (2) level materi 2
terdiri dari pemberian mat
ateri singkat disertai dengan
materi penjelasan (M+P)
P), dan (3) level materi 3
terdiri dari pemberiann materi singkat, materi
penjelasan, dan materi tam
mbahan (M+P+T).
Pada proses penentu
ntuan peningkatan motivasi
pada aktivitas forum, jumlah
jum
aktivitas pembelajar
terhadap masing-masingg forum (F1, F2, dan F3)
dijadikan sebagai input yang
ya akan diproses. Adapun
pemrosesan peningkatan m
motivasi dapat dilihat pada
Gambar 4 berikut.
Gambar 4. Proses Peenentuan Peningkatan
Motivasi pada Aktivitas
A
Forum.
Pada Gambar 4, dap
apat dilihat frekuensi akses
masing-masing forum ak
akan dibandingkan dengan
rata-rata kelompok pemb
mbelajar terhadap masingmasing jenis forum yaitu
itu Forum 1 (F1), Forum 2
(F2), dan Forum 3 (F3).. Apabila
A
ketiga jenis forum
tersebut termasuk ke dal
alam kategori sedang atau
rendah, maka aktivitas ppada forum tersebut perlu
ditingkatkan. Pada prose
ses penentuan peningkatan
motivasi terdapat 8 kemuungkinan jenis peningkatan
motivasi yang dapatt diberikan antara lain:
peningkatan terhadap F11 saja, F2 saja, F3 saja, F1
dan F2, F1 dan F3, F2 dan
an F3, semua forum (F1, F2,
dan F3), atau tidak adaa rekomendasi yang berarti
semua tingkat motivasii pada
p
semua forum sudah
tinggi.
Proses terakhir dari m
menentukan konten
pembelajaran yang sesuai keb
ebutuhan pembelajar
adalah penentuan next ta
target kemampuan
pengetahuan. Proses penentuan
an next target dapat
dilihat pada Gambar 5 berikut.
Gambar 5. Proses Penentu
tuan Next Target
Kemampuan Penge
getahuan.
Untuk menentukan nextt target kemampuan
pengetahuan pembelajar sebelum
umnya harus diketahui
posisi kategori KP terakhir ber
erdasarkan nilai yang
dimiliki. Setelah ketegori seb
ebelumnya diketahui,
maka sistem akan merekomendas
dasikan next target KP
satu tingkat diatas posisi sebelum
umnya.
Sebagai contoh, seorangg pembelajar dengan
tipe belajar tertentu setelah me
melalui ketiga proses
tersebut akan menghasilkan konten
ko
pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan seperti
s
ilustrasi pada
Gambar 6 berikut.
Gambar 6. Pemetaan Sebua
uah Tipe Belajar
dengan Konten Pembelajar
aran yang Sesuai
Kebutuhan.
n.
Adapun hasil dari dari rancangan
ra
algoritma
personalisasi
konten
pem
embelajaran
yang
dikembangkan diimplementasika
ikan ke dalam sebuah
learning management system
m (LMS) berbasis
Moodle. Hasil implementasi tersebut
te
diberi nama
Student Centered E-learning
ng Environment –
Personalisasi Dinamis E-learni
rning (SCELE-PDE).
Ilustrasi tampilan personalisasii konten
k
pembelajaran
untuk pembelajar dapat diliha
hat pada Gambar 7
berikut.
Gambar 7. Antarmuka Pers
rsonalisasi Konten
Pembelajaran pada SCELE-PDE
SC
5.
Eksperimen dan Hasil
Sistem diujicobakan kepa
pada 118 pembelajar
yang menjadi peserta matakulia
liah Penulisan Ilmiah
(PI) semester gasal tahun ajaran
aja
2013/2014 di
Fakultas Ilmu Komputer, Univer
versitas Indonesia. Uji
coba dilakukan selama sat
atu semester. Dengan tujuan
untuk mengetahui animo
mo aktivitas pembelajaran
dengan menggunakan fitur
f
personalisasi dalam
SCELE, maka peneliti
liti membagi dua tahap
pembelajaran, yaitu taha
hap (Minggu 1 hingga 7)
sebagai tahapan identifikas
kasi, dan Tahap 2 (Minggu 8
hingga 12) sebagai tahap
ap pemberian personalisasi.
Meskipun pembelajaran dilakukan
d
pada dua tahap,
sistem personalisasi kon
onten pembelajaran dapat
digunakan pada minggu-m
minggu awal pembelajaran.
Pemberian personalisasii akan
a
terus berubah apabila
nilai pada ketiga faktor ter
ersebut berubah.
Pada uji coba dipero
roleh pemetaan tipe belajar
ke dalam materi pembela
lajaran yang sesuai dengan
kebutuhan. Selain itu,, diamati pula perubahan
personalisasi setiap ind
individu. Sebagai contoh
dilakukan pengamatan terhadap
t
dua pembelajar
(lihat Tabel 5).
Tabel 5. Pengamatan
n Personalisasi Konten
Individu Pembelajar
P
Minggu 8 - 12
Minggu 1 – 7
N
o
Deskripsi
Tipe
Belajar
Personalisa
isasi
Kontenn
1
TB1:
GB:
Suka-suka
MTV:
Rendah
KP: Gagal
Level 3
(M+P+T)
MTV:
F1,F2,F3
Next KP:
Cukup
TB2:
GB:
Suka-suka
MTV:
Rendah
KP:
Cukup
Level 1 (M)
MTV: F1,
F2, F3
Next KP:
baik
2
TB2:
GB:
Suka-suka
MTV:
Rendah
KP:
Cukup
Level 1 (M)
(M
MTV: F1,
1,
F2, F3
Next KP:
Baik
TB23:
GB:
Disiplin
MTV:
Tinggi
KP: Baik
Level
3(M+P+T)
MTV:
F1,F2,F3
Next KP:
sangat baik
Catatan:GB: Gaya Belaja
ajar,
Kemampuan Pengetahuan.
Deskripsi
Tipe
Belajar
MTV:
Personalisasi
Konten
Motivasi,
KP:
Pada Tabel 5 dapat
pat diamati bahwa terdapat
pembelajar yang meng
ngalami perubahan pada
sebagian faktor yaitu leve
vel materi dan kemampuan
pengetahuan, namun ada juga pembelajar yang
mengalami perubahan pasa
pas semua faktor sehingga
merubah tipe belajar pembbelajar yang cukup tinggi.
Setelah uji coba dilaksanakan selanjutnya
dilakukan evaluasi untukk mengetahui
m
pengoptimalan
dari sistem yang dikemban
bangkan. Evaluasi dilakukan
dengan membandingkan performa
p
pembelajar yang
menggunakan fitur pers
rsonalisasi dalam SCELE
(kelompok eksperimen)) yaitu pada matakuliah
Penulisan Ilmiah (PI) 201
013/2014 dengan performa
pembelajar yang tida
dak menggunakan fitur
personalisasi SCELE (kelo
elompok kontrol) yaitu pada
mata kuliah PI dan Metodologi
M
Penelitian dan
Penulisan Ilmiah (MPP
PI) 2012/2013. Performa
pembelajar dilihat dari nnilai akhir yang diperoleh
dari nilai ujian dan kuis.
Untuk mengetahui si
signifikansi perbedaan nilai
rata-rata kelompok pembe
belajar, dilakukan tes one-
way ANOVA dan uji lanjutan multi perbandingan
dengan t-SCHEFFE. Hasilnya diperoleh, terdapat
perbedaan signifikan antara rata-rata nilai akhir
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
dengan nilai sig. sebesar 0,000 (p