Kesulitan Belajar dan Faktor yang Mempen

Kesulitan Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya
A. Pengertian Kesulitan Belajar
Dalam keadaan di mana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya,
itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”.[1] Kesulitan belajar yang dimaksud disini
ialah kesukaran yang dialami siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran, kesulitan
belajar yang dihadapi siswa ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang
disampaikan/ditugaskan oleh seorang guru.[2] Dalam definisi lain dikatakan bahwa kesulitan
belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan
adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.[3]
Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar itu biasa dikenal dengan sebutan
prestasi rendah/kurang (under achiever). Anak ini tergolong memiliki IQ tinggi tetapi prestasi
belajarnya rendah (di bawah rata-rata kelas).[4]
Dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar ialah suatu keadaan dimana anak didik
tidak dapat menyerap pelajaran dengan sebagaimana mestinya. Dengan kata lain ia
mengalami kesulitan untuk menyerap pelajaran tersebut, baik kesulitan itu datang dari dirinya
sendiri, dari sekitarnya ataupun karena faktor-faktor lain yang menjadi pemicunya. Dalam hal
ini, kesulitan belajar ini akan membawa pengaruh negatif terhadap hasil belajarnya. Jika
kadang kita beranggapan bahwa hasil belajar yang baik itu diperoleh oleh anak didik yang
memiliki inteligensi di atas rata-rata, namun sebenarnya terkadang bukan inteligensi yang
menjadi satu-satunya tolak ukur prestasi belajar. Justru terkadang kesulitan belajar ini juga
turut berperan dalam mempengaruhi hasil belajar anak didik.

B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar
Secara umum faktor – faktor yang menyebabkan kesulitan belajar dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Faktor Internal
Faktor internal ini dapat diartikan faktor yang berasal dari dalam atau yang berasal dari dalam
individu itu sendiri, atau dengan kata lain adalah faktor yang berasal dari anak didik itu
sendiri. Faktor-faktor yang termasuk dalam bagian ini yaitu:[5]
a) Inteligensi (IQ) yang kurang baik.
b) Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau diberikan
oleh guru.
c) Faktor emosional yang kurang stabil.
d) Aktivitas belajar yang kurang. Lebih banyak malas daripada melakukan kegiatan belajar.
e) Kebiasaan belajar yang kurang baik. Belajar dengan penguasaan ilmu hafalan pada tingkat
hafalan, tidak dengan pengertian (insight), sehingga sukar ditransfer ke situasi yang lain.
f) Penyesuaian sosial yang sulit.
g) Latar belakang pengalaman yang pahit.
h) Cita-cita yang tidak relevan (tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari).
i) Latar belakang pendidikan yang dimasuki dengan sistem sosial dan kegiatan belajar
mengajar di kelas yang kurang baik.
j) Ketahanan belajar (lama belajar) tidak sesuai dengan tuntutan waktu belajarnya.


k) Keadaan fisik yang kurang menunjang. Misalnya cacat tubuh yang ringan seperti kurang
pendengaran, kurang penglihatan, dan gangguan psikomotor. Cacat tubuh yang tetap (serius)
seperti buta, tuli, hilang tangan dan kaki, dan sebagainya.
l) Kesehatan yang kurang baik.
m) Seks atau pernikahan yang tak terkendali.
n) Pengetahuan dan keterampilan dasar yang kurang memadai (kurang mendukung) atas bahan
yang dipelajari.
o) Tidak ada motivasi dalam belajar.
Selain itu, Oemar Hamalik menambahkan beberapa faktor yang berasal dari diri
sendiri yaitu:[6]
 Tidak mempunyai tujuan yang jelas.
 Kurangnya minat terhadap bahan pelajaran.




Kecakapan mengikuti perkuliahan, artinya mengertia apa yang dikuliahkan.
Kebiasaan belajar.
Kurangnya penguasaan bahasa.

Selain faktor di atas, faktor lain yang berpengaruh adalah faktor kesehatan mental
dan tipe-tipe belajar pada anak didik, yaitu ada anak didik yang tipe belajarnya visual,
motoris dan campuran. Tipe-tipe khusus ini kebanyakan pada anak ini relatif sedikit, karena
kenyataannya banyak yang bertipe campuran.[7]

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri, meliputi:
a. Faktor Keluarga, beberapa faktor dalam keluarga yang menjadi penyebab kesulitan belajar
anak didik sebagai berikut:
1) Kurangnya kelengkapan belajar bagi anak di rumah, sehingga kebutuhan belajar yang
diperlukan itu, tidak ada, maka kegiatan belajar anak pun terhenti untuk beberapa waktu.
2) Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orangtua.
3) Anak tidak mempunyai ruang dan tempat belajar yang khusus di rumah.
4) Ekonomi keluarga yang terlalu lemah atau terlalu tinggi.
5) Kesehatan keluarga yang kurang baik.
6) Perhatian keluarga yang tidak memadai.
7) Kebiasaan dalam keluarga yang tidak menunjang.
8) Kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan. Orang tua yang pilih kasih dalam
mengayomi anaknya.
9) Anak yang terlalu banyak membantu orang tua.[8]

b. Faktor sekolah, faktor sekolah yang dianggap dapat menimbulkan kesulitan belajar di
antaranya:
1) Pribadi guru yang kurang baik.
2) Guru tidak berkualitas, baik dalam pengambilan metode yang digunakan ataupun dalam
penguasaan mata pelajaran yang dipegangnya.
3) Hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis.

4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
c.
1)
2)


Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak.
Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar anak didik.
Cara guru mengajar yang kurang baik.
Alat/media yang kurang memadai.
Perpustakaan sekolah kurang memadai dan kurang merangsang penggunaannya oleh anak
didik.
Fasilitas fisik sekolah yang tak memenuhi syarat kesehatan dan tak terpelihara dengan baik.
Suasana sekolah yang kurang menyenangkan.
Bimbingan dan penyuluhan yang tak berfungsi.
Kepemimpinan dan administrasi. Dalam hal ini berhubungan dengan sikap guru yang egois,
kepala sekolah yang otoriter.
Waktu sekolah dan disiplin yang kurang.[9]
Faktor Masyarakat Sekitar
Dalam bagian ini, kesulitan belajar biasanya dipengaruhi oleh:
Media massa seperti bioskop, TV, surat kabar, majalah buku-buku, dan lain-lain.
Lingkungan sosial, seperti teman bergaul, tetangga, serta aktivitas dalam masyarakat.[10]
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, adapula faktor lain yang juga
menimbulkan kesulitan belajar pada anak didik. Faktor-faktor ini dipandang sebagai faktor
khusus. Misalnya sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar).

Sindrom (syndrome) berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya
keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Sindrom itu misalnya
disleksia (dyslexia), yaitu ketidakmampuan belajar membaca, disgrafia (dysgraphia), yaitu
ketidakmampuan belajar menulis, diskalkulia (dyscalculia), yaitu ketidakmampuan belajar
matematika.
Anak didik yang memiliki sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya
memiliki IQ yang normal dan bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas ratarata. Oleh karenanya, kesulitan belajar anak didik yang menderita sindrom-sindrom tadi
mungkin hanya disebabkan oleh adanya gangguan ringan pada otak (minimal) brain
dysfunction. (Muhibbin Syah, 1999: 165).[11]

[1] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,1991), h. 74.
[2] Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 88.
[3] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 235.
[4] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Op. Cit., h. 89.
[5] Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., h. 235-236.
[6] Oemar Hamalik, Metoda Belajar dan Kesulitan – Kesulitan Belajar, (Bandung: Tarsito, 1975), h. 139-142.
[7] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Op. Cit., h. 80-81.
[8] Syaful Bahri Djamarah, Op. Cit., h. 241-243.
[9] Ibid., h. 238-240.
[10] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Op. Cit., h. 87-88.

[11] Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., h. 236.

=======Artikel
baru==============================================
=====

Faktor yang mempengaruhi Kesulitan Dalam Belajar

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menyongsong era globalisasi ini, dibutuhkan suatu modal agar kita dapat
sukses melalui era ini. Modal yang terpenting adalah kualitas dari sumber daya manusianya
sendiri, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain tingkat pendidikannya.
Dibutuhkan bermacam faktor penunjang agar dapat tercapai tingkat pendidikan
optimal yang diharapkan. Selain sarana dan prasarana seperti tempat pendidikan, kondisi
sosial-ekonomi, lingkungan masyarakat, dan keluarga yang menunjang tercapainya tingkat
pendidikan yang baik, ada satu faktor penting lain yang berasal dari dalam sumber daya
manusianya sendiri, yaitu faktor kecerdasan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan kecerdasan anak, yaitu faktor internal (dari dalam diri anak itu sendiri) dan

faktor eksternal (faktor luar).
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan
untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang
menyebabkan kesulitan belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara
kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang
seobyektif mungkin.

B. Tujuan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :
a. Mengidintifikasi berbagai permasalahan kesulitan pembelajaran.
b. Mengkaji berbagai persoalan tentang permasalahan belajar.
c. Alternatif mengatasi permasalahan pembelajaran
C. Rumusan Masalah
1. Apa itu kesulitan belajar ?
2. Factor apa yang mempengaruhi kesulitan belajar
3. Ciri-ciri kesulitan belajar
4. Solusi dalam kesulitan belajar

BAB II
PEMBAHASAN


A.Pengertian Kesulitan Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut
teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon
Kesulitan belajar yang didefenisikan oleh The United States Office of Education
(USOE) yang dikutip oleh Abdurrahman (2003 : 06) menyatakan bahwa kesulitan belajar
adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan. Sedangkan menurut Sunarta (1985 :
7) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah “kesulitan yag dialami
oleh siswa-siswi dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah
dan perubahan tingkahlaku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh
sebagaimana teman-teman kelasnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kesulitan belajar adalah suatu
keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam berbagai
manivestasi tingkahlaku, baik secara langsung maupun tidak langsung.

B. Kesulitan Belajar
1. Learning Disorder
Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu
karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi
dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons
yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin
akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2. Learning Disfunction
Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak yang memiliki
postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah
dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3. Under Achiever
Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang
tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites
kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun
prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4. Slow Learner
Slow Learning atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi

intelektual yang sama.
5. Learning Disabilities
Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu
belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Dari sedikit penjelasan diatas, dirasakan bahwa orangtua perlu mengetahui bentuk kesulitan belajar
yang dialami oleh putra/puteri mereka agar lebih mengerti bentuk kesulitan yang putera/puteri mereka
hadapi. Banyak orangtua yang juga bertanya dan bingung tentang pendidikan dan prestasi belajar anak,
baik di sekolah maupun dirumah.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar
Menurut Slameto (2003 : 54), faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar
ada dua, yaitu :

1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar. Dalam
membicarakan faktor intern ini, penulis akan membahasnya menjadi 2 faktor, yaitu faktor
fisilogis dan faktor psikologis
a. Factor fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berperan terhadap kemampuan bagi seseorang,
anak yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda belajarnya dengan anak yang ada
dalam kelelahan. Anak-anak yang kurang gizi akan mudah cepat lelah, mudah mengantuk
sehingga dalam kegiatan belajarnya mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran.
b. Factor psikologi
Adapun yang termasuk faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar antara
lain adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan (Slameto,
1999 : 55)
 Perhatian - Menurut al-Ghazali (2001) dalam Slameto (2003) bahwa perhatian adalah
keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau
hal (objek) atau sekumpulan obyek.
 Bakat - Menurut Hilgard dalam Slameto (2003) bahwa bakat adalah the capacity to learn.
Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi
pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. Kemudian menurut Muhibbin
(2003) bahwa bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
 Minat - Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996) bahwa minat adalah menyakut
aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap
aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai
pengetahuan dan teknologi.
 Motivasi - Menurut Slameto (2003) bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan
yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak,
akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab
berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
Jadi, dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa motivasi siswa dalam proses belajar
mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar
siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam
menerima suatu mata pelajaran dengan baik.
2. Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dikelompokkan
menjadi tiga faktor, yaitu : Kesulitan Belajar
 Keluarga, yang meliputi cara orang mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah,
keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
 Sekolah, yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas
ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

Masyarakat, yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul,
dan bentuk kehidupan masyarakat.
D. Ciri-ciri kesulitan belajar dan Solusinya
1) Ciri-ciri Kesulitan Belajar
1. Prestasi belajar rendah, yaitu nilai yang capai dibawah rata-rata anak sekelas.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3. Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.
4. Anak didik menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar, seperti acuh, mudah tersinggung
dll.
5. Anak didik bertingkah laku yang tidak seperti biasanya, seperti murung, sedih, menyendiri
dari temannya dll.
6. Anak didik mendapatkan penurunan yang drastis dari prestasi yang diperoleh sebelumnya.
7. Anak didik sering tidak masuk tanpa keterangan.
8. Anak sering meninggalkan pelajaran tanpa alasan / bolos


E. Solusi dalam Kesulitan belajar
Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu dalam rangka mengatasi kesulitan
belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu : Kesulitan Belajar
1. Pengumpulan data - Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan
banyak informasi sehingga perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut
pengumpulan data.
2. Pengolahan data - Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada
artinya jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji
untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak.
3. Diagnosis, merupakan keputusan mengenai hasil dari pengolahan data.
4. Prognosis, merupakan aktivitas penyusunan rencana/program yang diharapkan dapt
membantu mengatasi masalah kesulitan belajar anak didik.
5. Perlakuan, yang merupakan pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang
mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis
tersebut.
6. Evaluasi, dimaksudkan untuk mengetahui apakah perlakuan yang telah diberikan berhasil
dengan baik, artinya ada kemampuan atau bahkan gagal sama sekali. (Ahmadi dan Widodo,
2000: 96) Kesulitan Belajar

BAB III
PENUTUP
Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para
pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar
maka dapat ditempuh melalui media klinik pembelajaran.
Klinik Pembelajaran merupakan wadah bagi guru untuk melakukan serangkaian upaya yaitu
kegiatan refleksi, penemuan masalah, pemecahan masalah melalui beragam strategi untuk meningkatkan
ketrampilan dalam mengelola pembelajaran. Strategi utama yang digunakan adalah Penelitian Tindakan
Kelas.
Karena Klinik Pembelajaran merupakan milik bersama para guru, maka tempat ini dapat
digunakan dengan bebas untuk berdiskusi, melakukan refleksi atau merenung tentang proses
pembelajaran yang telah dijalani, bersimulasi, misalnya bagaimana cara mengajarkan suatu konsep
dengan menyenangkan, dan membuat catatan bersama-sama dengan teman sejawat. Di Klinik
Pembelajaran, para supervisor akan membantu dalam melakukan berbagai kegiatan tersebut.

Dalam klinik pembelajaran analisis kesulitan pembelajaran dapat dilalui dengan identifikasi
kesulitan belajar, mengadakan diagnosis kesulitan belajar, melakukan bimbingan dan konseling belajar,
dan kemudian menetapkan model pembelajaran serta mengatasi kesulitan belajar.

=======Artikel
baru==============================================
=====

Faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar anak
Anak merupakan individu yang unik, karena memiliki perbedaan dalam kemampuan kognitif,
kepribadian, mapun ketrampilan fisik. Jika keunikan itu dipahami dan dihargai, maka
kemampuan anak dapat berkembangkan secara optimal. Berkenaan dengan perbedaan
individu, seyogyanya pelayanan pendidikan dan pembelajaran di sekolah berorientasi pada
perkembangan siswa melalui praktik dan aktifitas pendidkan untuk dapat mengakomodasi
perbedaan individu (Individual differences), dalam artian metode belajar yang disajikan pada
siswa mampu mengungkap tahap-tahap perkembangan dan pemahaman individu tersebut,
antara lain kematangan mental, kemampuan intelektual, minat belajar, serta keterampilan
sosialisasi dan emosinya.

Sejalan dengan bertambahnya usia anak, lingkungan kehidupannya juga bertambah luas. Oleh
karena itu persoalan-persoalan yang akan timbul baik di keluarga, sekolah, tempat bermain
menjadi tidak sesederhana yang kita bayangkan. Sebab dalam kehidupan sehari-hari
terkadang manusia mengalami hambatan dalam belajar baik dalam lingkungan keluarga
maupun aktivitas belajar mengajar dalam diri pribadi anak itu sendiri (M. Said Mursi, 2001)

Setiap individu tidak ada yang sama, perbedaan individu ini yang menyebabkan perbedaan
tingkah laku belajar dikalangan siswa. Dalam keadaan apapun, dimana siswa tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar
pada anak disebabkan oleh kurangnya dukungan dari lingkungan keluarga. Karena itu sendiri
merupakan lingkungan pertama yang dikenal anak dan memberikan pengalaman pendidikan
pertama (Koestoro P., 1996).

Secara umum anak yang mengalami kesulitan belajar mempunyai banyak perbedaan satu
dengan yang lain dibandingkan dengan kesamaan di antara mereka (Bassett et al, 1996 ;
Chalfant, 1989 ; National Joint Committee On Learning Disabelities, 1994) mereka biasanya
memiliki kelebihan tetapi mereka juga mengalami tantangan-tantangan.

Menurut Ahmad Tantowi (1990) dalam proses belajar itu sendiri ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi yaitu faktor internal (dalam diri sendiri). Faktor internal adalah semua
yang berasal dari individu itu sendiri meliputi faktor kematangan pertumbuhan, kecerdasan,
motivasi, serta bakat dan minat yang ia miliki. Sedangkan faktor ekstern (dari luar) adalah

faktor yang berkaitan dengan faktor sosial seperti perilaku guru, tekanan dari keluarga, dll.
Dimana aktivitas belajar individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar, kadang
lancar kadang tidak. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi tapi kadang sulit
konsentrasi (Abu Ahmadi dan Widodo, 1991).

Keluarga merupakan tempat permulaan bagi suatu proses pendidikan yang dialami individu.
Pendidikan yang berlandaskan pada kasih sayang, perhatian, penghargaan, dan kesabaran
akan menimbulkan rasa aman bagi anak. Jika hubungan orang tua dan anak terjalin dengan
baik maka anak akan merasa nyaman berada dekat dengan orang tua serta memudahkan
orang tua memberikan hadiah atau hukuman yang sepadan, anak juga akan merasa mudah
menerima dan meniru nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tua.

Prestasi belajar sangat ditentukan oleh oleh tingkat intelegensi dan lingkungan keluarga
maupun lingkungan sekolah dalam suatu proses belajar anak. Faktor ini sangat berpengaruh
terhadap prestasi belajar anak untuk mencapai suatu keberhasilan. Dengan tingkat intelegensi
yang tinggi dan dukungan lingkungan yang baik dapat menambah semangat seorang anak
untuk dapat lebih berprestasi yang baik dalam belajar, dan sebaiknya seorang anak memiliki
intelegensi rendah dan tidak ada dukungan keluarga maka dapat mengakibatkan
keterlambatan atau kesulitan dalam belajar (Abu dan Widodo, 1991 )

Orang tua hendaknya senantiasa mengikuti perkembangan anaknya di sekolah serta
berusaha mengetahui taraf kemampuan yang dimiliki anaknya (Liem Hwieiehio, 1990).
Selain faktor dalam diri anak dan faktor dari luar, faktor kepribadian juga mempengaruhi
seperti emosional, putus asa akan sangat mengganggu belajar. Kemampuan belajar anak
sangat penting karena dengan memberikan penghargaan kepada anak akan menimbulkan
mental yang sehat (Sumiati Ibnu Umar, 1994 )

Apabila seseorang anak berada dalam lingkungan keluarga yang rukun dan harmonis serta ia
mendapatkan apapun yang cukup dari orang tuanya, maka dapat diperkirakan anak tersebut
akan dapat menjalani kehidupannya secara tenang dan nyaman. Lingkungan sosial yang baik
dapat membantu anak untuk meraih prestasi yang lebih baik. Selain itu dengan adanya
perhatian dan pengawasan dari orang tua, anak akan belajar dengan sungguh-sungguh karena
merasa mendapatkan dukungan dan secara tidak langsung hal ini dapat mempengaruhi proses
belajar sehingga anak tidak mengalami kesulitan dalam belajar dan dapat memperoleh
prestasi yang diharapkan

=======Artikel
baru==============================================
=====

BELAJAR dan PERMASALAHANNYA
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Dengan demikian, para ahli banyak yang membuat definisi tentang belajar
yang berbeda, karena perbedaan sudut pandangnya.
Di bawah ini akan dikemukakan definisi belajar menurut beberapa ahli, di
antaranya :
1. Skinner dalam Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology :
The Teaching Learning Process, belajar adalah suatu proses adaptasi
yang berlangsung secara progressif.
2. Chaplin (1972) dalam Dictionary Psychology membatasi belajar dengan 2
macam :
a. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative
menetap sebagai akibat dari latihan dan pengalaman.
b. Belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat
adanya latihan khusus.
3. Hintzman (1987) dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory
berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada
diri organisme, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang
dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
4. Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning belajar adalah perubahan
yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam / keseluruhan
tingkah laku suatu organisme sebagai suatu hasil.
5. Reber (1989) dalam Dictionary of Psychology. Menurutnya ada 2 definisi
tentang belajar, yaitu :
a. Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan

b. Belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng
sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa proses belajar meliputi :
a. Perubahan yang secara umum menetap (relatively permanent)
b. Kemampuan bereaksi (response potentiality)
c. Dapat diperkuat (Reinforced)
d. Melalui praktek dan latihan (Practice)
2. Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan dalam Belajar
Perubahan tingkah laku merupakan salah satu tujuan belajar, namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam belajar. Faktor yang
mempengaruhi kesulitan dalam belajar ada 2 macam, yaitu :
a. Faktor Intern Belajar
Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam individu sendiri,
misalnya kematangan, kecerdasan, motivasi dan minat.
b. Faktor Ekstern Belajar
Faktor ekstern erat kaitannya dengan faktor sosial atau lingkungan individu yang
bersangkutan.

Misalnya

keadaan

lingkungan

keluarga,

lingkungan

masyarakat , guru dan alat peraga yang dipergunakan di sekolah.
a.1 Faktor Intern
* Kematangan
Karena kematangan mentalnya belum matang, kita akan sukar mengajarkan
konsep-konsep ilmu Filsafat kepada siswa sekolah dasar. Pemberian
materi

tertentu

akan

tercapai

apabila

sesuai

dengan

tingkat

pertumbuhan dan perkembangan individu atau siswa. Oleh karena
itu, baik potensi jasmani maupun rohaninya perlu dipertimbangkan
lagi kematangannya.
* Kecerdasan (IQ)
Keberhasilan individu mempelajari berbagai pengetahuan ditentukan pula oleh
tingkat kecerdasannya, misalnya, suatu ilmu pengetahuan telah
cukup untuk dipelajari oleh seseorang individu dalam taraf usia

tertentu. Tetapi kecerdasan individu yang bersangkutan kurang
mendukung, maka pengetahuan yang telah dipelajarinya tetap tidak
akan dimengerti olehnya. Demikian pula dalam hal-hal yang lain,
seperti dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, misalnya memasak
dan membuat mainan sederhana, dalam tingkat yang sama tidak
semuanya individu mampu mengerjakannya dengan baik.
* Motivasi
Motivasipun menentukan keberhasilan belajar. Motivasi merupakan dorongan
untuk mengerjakan sesuatu. Dorongan tersebut ada yang datang dari
dalam individu yang bersangkutan dan ada pula yang datang dari
luar individu yang bersangkutan, seperti peran orang tua, teman dan
guru.
* Minat
Minat belajar dari dalam individu sendiri merupakan faktor yang sangat dominan
dalam pengaruhnya pada kegiatan belajar, sebab kalau dari dalam
diri individu tidak mempunyai sedikitpun kemauan atau minat untuk
belajar, maka pelajaran yang telah diterimanya hasilnya akan sia-sia.
Otomatis pelajaran tersebut tidak masuk sama sekali di dalam IQnya.
b.1 Faktor Ekstern
* Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga pun sangat menentukan keberhasilan belajar. Status
ekonomi, status sosial, kebiasaan dan suasana lingkungan keluarga
ikut

serta

mendorong

terhadap

keberhasilan

belajar.

Suasana

keluarga yang tentram dan damai sangat menunjang keharmonisan
hubungan keluarga. Hubungan orang tua dan anak akan dirasakan
saling memperhatikan dan melengkapi. Apabila anak menemukan
kesulitan belajar, dengan bijaksana dan penuh pengertian orang
tuanya

memberikan

pandangan

dan

pendapatnya

terhadap

penyelesaian masalah belajar anaknya.
* Lingkungan Masyarakat
Peran masyarakat sangat mempengaruhi individu dalam belajar. Setiap pola
masyarakat yang mungkin menyimpang dengan cara belajar di
sekolah akan cepat sekali menyerap ke diri individu, karena ilmu yang

didapat dari pengalamannya bergaul dengan masyarakat akan lebih
mudah diserap oleh individu daripada pengalaman belajarnya di
sekolah. Jadi peran masyarakat akan dapat merubah tingkah laku
individu dalam proses belajar.
* Guru
Peran guru dapat mempengaruhi belajar. Bisa dilihat dari cara guru mengajar
kepada siswa, hal ini sangat menentukan dalam keberhasilan belajar.
Sikap dan kepribadian guru, dasar pengetahuan dalam pendidikan,
penguasaan teknik-teknik mengajar, dan kemampuan menyelami
alam pikiran setiap individu siswa merupakan hal yang sangat
penting. Oleh karena itu, guru sebagai motivator, guru sebagai
fasilitator, guru sebagai inovator, dan guru sebagai konduktor
masalah-masalah individu siswa, perlu menjadi acuan selama proses
pendidikan berlangsung.
* Bentuk Alat Pelajaran
Bentuk alat pelajaran bisa berupa buku-bukun pelajaran, alat peraga, alat-alat
tulis menulis dan sebagainya. Kesulitan untuk mendapatkan atau
memiliki alat-alat pelajaran secara langsung maupun tidak langsung
dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar siswa. Siswa akan
cenderung berhasil apabila dibantu oleh alat-alat pelajaran yang
memadai.

Alat

pelajaran

tersebut

akan

menunjang

proses

pemahaman anak. Misalnya, melalui praktek sederhana dari materi
pelajaran yang telah mereka pelajari.
* Kesempatan Belajar
Kesempatan belajar merupakan faktor yang sedang diupayakan Pemerintah
melalui Wajib Belajar (Wajar) Pendidikan Dasar 9 Tahun yang mulai
dicanangkan

tahun

pelajaran

1994/1995.

Pencanangan

Wajar

tersebut merupakan alternatif pemberian kesempatan kepada para
siswa, terutama bagi mereka yang orang tuanya berekonomi kurang
mampu.
Seorang anak yang tidak memiliki kesempatan belajar karena secara ekonomis
kurang mampu, tetapi di sisi lain anak tersebut berintelegensi tinggi,
maka ia akan menemukan hambatan dalam penyaluran aspirasi citacitanya secara utuh. Walaupun motivasi begitu tinggi untuk mencapai
tujuan yang diinginkannya, tetapi apabila tidak didukung oleh

ekonomi yang cukup, maka akan menemukan kendala yang relatif
serius. Begitu pula sebaliknya, seorang anak dari keluarga yang
mampu, memiliki intelegensi yang tinggi, bersekolah di sekolah
favourit, dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang serba ada,
belum tentu dapat belajar dengan baik, sebab masih ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi anak tersebut untuk belajar dengan
baik, seperti motivasi belajar, keharmonisan lingkungan keluarga,
jarak dari rumah ke sekolah yang cukup jauh sehingga melelahkan,
perhatian

khusus

dari

guru

kelas,

serta

hal-hal

lain

yang

memungkinkan ketidak berhasilan siswa tersebut.
3. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar
Beberapa cara mengatasi kesulitan dalam belajar dapat dilakukan dengan cara
belajar yang efektif dan efisien. Cara demikian merupakan problematika
yang perlu mendapatkan perhatian cukup serius. Orang tua dan Guru Kelas
kerap kali memberikan saran-saran kepada siswa agar rajin belajar karena
rajin adalah pangkal cerdas. Orang cerdas akan mampu mengembangkan
dirinya sesuai dengan perkembangan zaman yang serba kompleks.
Berikut ini beberapa alternatif dalam kesulitan belajar :
1. Observasi Kelas
Pada tahap ini observasi kelas dapat membantu mengurangi kesulitan
dalam tingkat pelajaran, misalnya memeriksa keadaan secara fisik
bagaimana kondisi kelas dalam kegiatan belajar, cukup nyaman, segar,
sehat dan hidup atau tidak. Kalau suasana kelas sangat nyaman, tenang
dan sehat, maka itu semua dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih
semangat lagi.
2. Pemeriksaan Alat Indera
Dalam hal ini dapat difokuskan pada tingkat kesehatan siswa khusus
mengenai alat indera. Diupayakan minimal dalam sebulan sekali pihak
sekolah melakukan tes atau pemeriksaan kesehatan di Puskesmas /
Dokter, karena tingkat kesehatan yang baik dapat menunjang pelajaran
yang baik pula. Maka dari itu, betapa pentingnya alat indera tersebut
dapat menstimulasikan bahan pelajaran langsung ke diri individu.
3. Teknik Main Peran

Disini, seorang guru bisa berkunjung ke rumah seorang murid. Di sana
seorang guru dapat leluasa melihat, memperhatikan murid berikut
semua yang ada di sekitarnya. Di sini guru dapat langsung melakukan
wawancara dengan orang tuanya mengenai kepribadian anak, keluarga,
ekonomi, pekerjaan dan lain-lain. Selain itu juga, guru bisa melihat
keadaan rumah, kondisi dan situasinya dengan masyarakat secara
langsung.
4. Tes Diagnostik Kecakapan/Tes IQ/Psikotes
Dalam hal ini seorang guru dapat mengetahui sejauh mana IQ seseorang
dapat dilihat dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan praktis dan
sederhana. Dengan latihan psikotes dapat diambil beberapa nilai
kepribadian siswa secara praktis dari segi dasar, logika dan privasi
seseorang.
5. Menyusun Program Perbaikan
Penyusunan program hendaklah dimulai dari segi pengajar dulu. Seorang
pengajar

harus

menjadi

seorang

yang

konsevator,

transmitor,

transformator, dan organisator. Selanjutnya lengkapilah beberapa alat
peraga atau alat yang lainnya yang menunjang pengajaran lebih baik,
karena dengan kelengkapan-kelengkapan yang lebih kompleks, motivasi
belajarpun akan dengan mudah didapat oleh para siswa.
Hendaklah semua itu disadari sepenuhnya oleh para pengajar sehingga
tidak ada lagi kendala dan hambatan yang dapat mempengaruhi
kegiatan belajar. Selain itu tingkat kedisiplinan yang diterapkan di suatu
sekolah dapat menunjang kebaikan dalam proses belajar. Disiplin dalam
belajar akan mampu memotivasi kegiatan belajar siswa.