BAB 06 SPESIFIKASI TEKNIS

(1)

1

BAB VI

SPESIFIKASI TEKNIS

Keterangan :

Spesifikasi teknis disusun oleh panitia pengadaan berdasar jenis pekerjaan yang akan dilelangkan, dengan ketentuan :

1. tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup kemungkinan digunakannya produksi dalam negeri.

2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standart nasional 3. Metoda pelaksanaan harus logis, realistic dan dapat dilaksanakan 4. Jadual waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan 5. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama

minimal yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan

6. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan

7. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk 8. Harus mencantumkan kriteria kinerja produk ( output performance ) yang

diinginkan

9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.

PETUNJUK UNTUK PESERTA

Peserta Tender harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja,rencana kerja dan syarat ini dengan seksama untuk memahami benar-benar maksud dan isi dokumen tersebut secara keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan yang akan dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan karena peserta tidak membaca, tidak memahami, tidak memenuhi petunjuk , ketentuan dalam gambar, atau pernyataan kesalah-pahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.

BAGIAN I

KETENTUAN- KETENTUAN TEKNIS

PASAL 1 : PERATURAN- PERATURAN TEKNIS

Dalam pelaksanaan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat- Syarat ( RKS ) ini, maka akan berlaku dan mengikat peraturan- peraturan dibawah ini, termasuk segala perubahan dan tambahannya, yaitu :

1.1 Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia (AV.41) tahun 1941.

1.2 Keputusan- keputusan dari Mejelis Indonesia, untuk Abitrasi Teknik dari Dewan Teknik Bangunan Indonesia (DTPI).


(2)

2

1.3 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBI ) tahun 1971 / NI.2. 1.4 Peraturan Perencanaan Konstruksi Baja Indonesia (PPKBI) tahun

1980.

1.5 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI ) tahun 1971/NI.5. 1.6 Peraturan Muatan Indonesia (PMI) tahun 1970 / NI -18.

1.7 Peraturan Umum Listrik Indonesia ( PUMI ) tahun 1977. 1.8 Peraturan Umum Instalasi Listrik 1987.

1.9 Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.

1.10 Pedoman instalasi alarm kebakaran otomatis tahun 1980. 1.11 Pedoman Penanggulangan bahaya kebakaran tahun 1980.

1.12 Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung tahun 1985.

1.13 NFPA dan FOC sebagai pelengkap.

1.14 Peraturan-peraturan dan standar yang telah disesuaikan dengan peraturan dan standar internasional, antara lain VDE, BS, NEC, IEC , dsb.

1.15 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

1.16 Peraturan-Peraturan yang dikeluarkan oleh Dinas, Jawatan / Instansi Pemerintah setempat, yang berkaiatan dengan pelaksanaan bangunan.

PASAL 2 : PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS.

2.1. Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku dan mengikat, yaitu : 2.1.1. Gambar Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS). 2.1.2. Berita Acara Penjelasan ( Aanwijzing ).

2.1.3. Berita Acara Penunjukan.

2.1.4. Surat Keputusan Pimpinan Proyek / Kegiatan tentang Penunjukkan Pelaksana Pekerjaan.

2.1.5. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK ).

2.1.6. Surat Penawaran beserta lampir-lampirannya.

2.1.7. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

2.2. Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti rencana gambar bestek dan rencana kerja dan syarat- syarat (RKS), termasuk penambahan / pengurangan atau perubahan yang tercantum dalam berita acara Aanwijzing.

2.3. Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan rencana kerja dan syarat- syarat (RKS), maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat- syarat


(3)

3

2.4. Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana gambar bestek yang lain, maka diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya lebih besar.

2.5. Bila perbedaan - perbedaan tersebut diatas menimbulkan keragu - raguan, sehingga menimbulkan kesalahan - kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Pengawas atau Konsultan Perencana dan keputusan - keputusannya harus dilaksanakan.

BAGIAN II

PERSIAPAN PENDAHULUAN

PASAL 1 : RUANG LINGKUP PEKERJAAN PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DINAS PEKERJAAN UMUM

Pekerjaan :

PERENCANAAN BANGUNAN GEDUNG KANTOR DEKRANAS KOTA BANJARMASIN

Lokasi :

LINGKAR DALAM KOTA BANJARMASIN

PASAL 2 : IZIN BANGUNAN.

2.1. Setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dikeluarkan, maka izin bangunan dan izin lainnya akan diurus oleh Pemberi Tugas, namun pelaksanaan dan pembiayaannya akan ditanggung oleh Kontraktor. 2.2. Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor harus dapat menunjukkan kepada Konsultan Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti bahwa izin bangunan tersebut sedang diproses.

2.3. Tanpa adanya izin bangunan dari Instalasi yang berwenang, maka Kontraktor tidak diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk apapun disekitar lingkungan proyek.

2.4. Kontraktor diharuskan membuat papan nama Proyek sesuai dengan persyaratan yang berlaku pada daerah setempat dan harus dipasang paling lambat 7 hari setelah dimulai pekerjaan.


(4)

4

PASAL 3 : BANGSAL KONSULTAN PENGAWAS DAN BANGSAL KERJA / GUDANG

3.1. Kontraktor harus membuat bangsal Konsultan Pengawas yang berukuran 5 m x 8 m, dengan menggunakan bahan - bahan sederhana seperti tongkat, lantai papan, dinding papan/plywood, atap seng dan pintu harus dilengkapi dengan kunci yang baik serta cukup jendela dan ventilasi/penerangan. Kantor tersebut tidak bersatu dengan gudang atau bangsal kontraktor.

3.2. Bangsal Konsultan Pengawas tersebut harus diperlengkapi dengan Meja dan Kursi untuk pertemuan / rapat.

3.3. Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerja dan gudang untuk menyimpan bahan- bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya harus mempunyai kunci yang baik/kuat untuk keamanan bahan/perlengkapan.

3.4. Tempat mendirikan bangsal Konsultan Pengawas, bangsal kerja dan gudang, akan ditentukan kemudian dan dikonsultasikan dengan Pemberi Tugas.

3.5. Bangsal Konsultan Pengawas dan perlengkapannya, harus sudah siap dilokasi Bangunan, sebelum pekerjaan dimulai atau 10 hari sesudah SPMK diterima. Setelah selesai pekerjaan tersebut, bangsal dan perlengkapannya menjadi milik Pemberi Tugas.

3.6. Pembongkaran bangsal Konsultan Pengawas, bangsal kerja dan gudang adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor dan bahan bongkaran menjadi milik Pemberi Tugas.

PASAL 4 : JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE).

4.1. Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat jadwal pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan bahan bangunan dan tenaga kerja.

4.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang, terperinci Pelaksana Kontraktor :

- harus membuat rencana kerja harian, mingguan dan bulanan yang diketahui / disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.


(5)

5

- harus membuat gambar kerja, untuk pegangan / pedoman bagi kepala tukang yang harus diketahui Konsultan Pengawas Lapangan.

- harus membuat daftar yang memuat pemasukan bahan bangunan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan bangunan pada pasal 1.

4.3. Rencana Kerja (Time Schedule) diatas harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas.

4.4. Rencana Kerja (Time Sehedule), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor, paling lambat 7 (tujuh) hari kalender, setelah SPK diterima.

4.5. Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule), sebanyak 4 (empat) lembar kepada Konsultan Pengawas dan 1 (satu) lembar harus dipasang pada dinding bangsal kerja.

4.6. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi pekerjaan.

PASAL 5 : TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR

5.1. Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasanya dilapangan (Pelaksana), yang mempunyai pengetahuan dibidang Teknik Sipil/Bangunan, cakap, gesit dan berwibawa terhadap pekerja yang dipimpinnya dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan. Penunjukkan ini harus dikuatkan dengan surat resmi dari Kontraktor yang ditujukan kepada Pemberi Tugas dan tembusannya kepada Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas.

5.2. Pelaksana harus berpendidikan minimun Sarjana (S1) Jurusan Teknik Sipil dan mempunyai pengalaman kerja lapangan minimun 3 tahun.

5.3. Selain Petugas Pelaksana, maka Kontraktor diwajibkan pula melaporkan secara tertulis kepada Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas, tentang susunan organisasi pelaksana dilapangan dengan nama dan jabatannya masing- masing.

5.4. Bila dikemudian hari, menurut penilaian Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana tersebut dan harus memberitahukan secara tertulis tentang Pelaksana yang baru, demi kelancaran pekerjaan.


(6)

6

PASAL 6 : TENAGA KERJA / BAHAN / PERALATAN.

6.1. Kontraktor harus mendatangkan tenaga kerja yang berpengalaman dan ahli dibidang pekerjaannya masing- masing, seperti tukang pancang, tukang besi, tukang kayu, tukang batu, tukang pasang ubin/keramik, tukang cat, tukang atap, instalator mekanikal elektrikal dan tenaga kerja lainnya.

6.2. Sebelum bahan bangunan didatangkan ke lokasi Proyek, maka Pelaksana harus memberikan contoh bahan bangunan kepada Konsultan Pengawas Lapangan dan bila sesuai dengan persyaratan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan maka barulah boleh didatangkan dalam jumlah yang besar menurut keperluan Proyek.

6.3. Mengenai jumlah contoh bahan bangunan yang diberikan dapat dikonsultasikan dengan Konsultan Pengawas.

6.4. Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan Proyek, harus tepat pada waktunya dan kwalitetnya dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas.

6.5. Bahan bangunan yang tidak sesuai dengan persyaratan dan ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek, paling lambat 24 jam sesudah surat pernyataan penolakan dikeluarkan.

6.6. Bahan bangunan yang berada dilokasi Proyek dan akan dipergunakan untuk pelaksanaan bangunan, tidak boleh dikeluarkan dari lokasi Proyek.

6.7. Pelaksana harus menyediakan alat- alat yang diperlukan untuk pelaksanaan bangunan agar supaya pelaksanaannya dapat selesai sesuai dengan waktu yang disediakan. Alat- alat tersebut berupa mesin pengaduk beton, mesin pancang, vibrator, katrol, mesin pemotong besi, mesin pompa air, Theodolit, waterpass, compactor dan alat- alat berat/ringan lainmya yang sangat diperlukan.

6.8. Alat- alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak dapat dipakai, maka harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek.


(7)

7

PASAL 7 : KEAMANAN PROYEK.

7.1. Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang- barang milik Proyek, Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang

ada dilapangan, baik terhadap pencurian maupun pengrusakan. 7.2. Untuk maksud diatas. maka Kontraktor harus membuat pagar

pengaman dari bahan kayu dan seng serta perlengkapan lainnya yang dapat menjamin keamanan.

7.3. Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat- alat dan hasil.pekerjaan, maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu pelaksanaan.

7.4. Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat pemadam kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat- tempat yang strategis dan mudah dicapai.

PASAL 8 : KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN

8.1. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja, Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu Kontraktor harus mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi Jaminan Sosial Tenaga Kerja ( JAMSOSTEK ) sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.

8.2. Pada pekerjaan - pekerjaan yang mengandung resiko bahaya jatuh, maka Kontraktor harus menyediakan sabuk pengaman kepada pekerja tersebut.

8.3. Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat- obatan dan perlengkapan medis lainnya yang siap dipakai apabila diperlukan.

8.4. Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan yang serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke Rumah Sakit yang terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.

8.5. Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi syarat- syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung jawabnya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.


(8)

8

BAGIAN III

URAIAN PEKERJAAN

PASAL 1 : PEKERJAAN PERSIAPAN. 1.1. Pembersihan Lokasi.

1.1.1. Untuk pekerjaan pembersihan lokasi ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.

1.1.2. Tanah lokasi harus dibersihkan dari tumbuh – tumbuhan / pohon – pohon / akar – akar / tanah berhumus atau berlumpur, dalam batas lokasi lebih kurang 10 meter dari rencana bouwplank.

1.1.3. Bahan bongkaran pasal ayat 1.1.2., harus disingkirkan dari lokasi / lapangan pekerjaan.

1.1.4. Bila menurut Konsultan Pengawas atau Kontraktor, ada tumbuh – tumbuhan dan atau pohon yang tidak perlu disingkirkan, maka harus dikonsultasikan dengan Pemberi Tugas.

1.1.5. Tumbuh – tumbuhan dan pohon – pohon diluar lokasi ayat 1.1.1. , tidak boleh ditebang atau dibongkar, kecuali ada izin dari Pemberi Tugas.

1.1.6. Bila ternyata tanah berhumus atau berlumpur bekas bahan bongkaran pada ayat 1.1.1. , ternyata menurut penelitian dapat digunakan untuk tanah penghijauan dihalaman, maka tanah tersebut dikumpulkan dahulu disuatu tempat yang tidak mengganggu pekerjaan dan penggunaannya diatur kemudian.

1.1.7. Pembersihan lokasi dinyatakan selesai, bila telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas Lapangan.

1.2. Pengukuran Situasi.

1.2.1. Untuk pekerjaan pengukuran situasi ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.

1.2.2. Untuk menentukan ketepatan titik pondasi poer, titik sumbu kolom konstruksi dan lain – lain, dipergunakan alat ukur Theodolit.


(9)

9

1.2.3. Untuk menentukan titik sumbu kolom / titik tengah pondasi, harus dipasang patok – patok dari kayu galam, yang ditanam kan sedemikian rupa sehingga tidak bergerak dengan diberi cat merah dikepala galam dan ditengah – tengah permukaan galam dipasang paku.

1.2.4. Titik yang dimaksudkan pada ayat 1.2.2. , dapat dikontrol / diperiksa pada tanda – tanda yang terdapat pada papan bowplank.

1.2.5. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pengukuran situasi ini, harus diketahui dan disetujui Proyek, Pengelola Proyek dan Konsultan Pengawas.

1.3. Konstruksi Bouwplank.

1.3.1. Untuk pekerjaan konstruksi bouwplank ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.

1.3.2. Untuk membantu ketepatan berdirinya bangunan / titik sumbu pondasi / kolom konstruksi, maka harus dibuat konstruksi bouwplank yang kuat / tidak dapat bergeser karena pekerjaan disekitarnya.

1.3.3. Konstruksi bouwplank dibuat dari bahan setara papan lanan berkwalitet baik dengan ukuran 3/20 cm dan tongkat dari galam diameter 5 cm atau 7 cm panjang 3 meter dengan jarak satu sama lain adalah 100 cm dan ditanam sedemikian rupa, sehingga tidak mudah bergerak.

1.3.4. Papan bouwplank harus diratakan dibagian atas dengan jalan diketam sehingga lurus.

1.3.5. Pembuatan konstruksi bouwplank dinyatakan selesai, bila mendapat persetujuan Pengawas Lapangan.

1.3.6. Papan bouwplank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai  0,00.

PASAL 2 : PENENTUAN PEIL.

2.1. Untuk pekerjaan penentuan peil ini, harus diperhatikan rencana gambar dan bestek.

2.2. Untuk penentuan peil, diambil permukaan atas lantai dari bangunan utama.

2.3. Untuk pedoman menentukan ketinggian peil dari muka tanah, , Ketinggian permukaan tanah asal sampai kepermukaan lantai adalah ……….. m ( atau sesuaikan dengan gambar rencana ).


(10)

10

2.4. Untuk pedoman selanjutnya dari bangunan yang lain, maka harus dibuatkan patok permanen dari tiang beton bertulang yang ditanamkan kedalam tanah dan tidak mudah bergerak / bergeser. Patok ditanamkan sebelum pekerjaan bouwplank dimulai, tempat penanaman patok harus dikonsultasikan kepada pengelola proyek dan Konsultan Pengawas.

2.5. Pada patok yang dimaksudkan pada ayat 2.4. diatas harus dibuat tanda yang menunjukkan ketinggian lantai.

2.6. Ukuran ketinggian lantai dari bangunan yang lain, akan berpedoman kepada patok permanen yang dimaksudkan pada ayat 2.4.

PASAL 3 : PEKERJAAN TANAH / PASIR.

3.1. Untuk pekerjaan tanah/pasir ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek

3.2. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan galian tanah untuk pondasi, saluran air hujan, beerput dan lain – lain.

3.3. Pekerjaan urugan tanah bekas lubang galian dilaksanakan disekitar pondasi, sampai ketinggian yang ditentukan pada rencana gambar bestek.

3.4. Pengurugan kembali lubang yang dibuat pada ayat 3.3 dengan tanah bekas galian harus dikonsultasikan dengan Konsultan Pengawas Lapangan. Dan bila ternyata baik untuk tanah urug, artinya tidak bercampur dengan humus atau bahan - bahan lain yang mengganggu pemadatan tanah, maka dapat dipakai sebagai bahan urugan tersebut.

3.5. Pengurugan Halaman, bawah lantai dan bekas galian harus dengan pemadatan yang dilaksanakan lapis demi lapis, tebal sesuai gambar ditumbuk / dipadatkan sampai padat sampai mencapai ketinggian sesuai gambar.

3.6. Pengurugan pasir urug dibawah pondasi dan lantai, harus dilaksanakan sesuai gambar rencana dan dipadatkan.


(11)

11

PASAL 4 : PEKERJAAN PONDASI.

4.1. Untuk pekerjaan pondasi ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek

4.2. Pekerjaan Pondasi

4.2.1. Pondasi utama bangunan dipergunakan pondasi plat beton bertulang ( plat poer ) setempat-setempat, ukuran sesuai type pondasi atau sesuai dengan gambar rencana.

4.2.2. Dibawah pondasi plat poer dikerjakan lantai kerja beton campuran 1 : 3 : 5 dengan ketebalan sesuai gambar rencana.

4.2.3.

Dibawah pondasi plat poer dikerjakan pancangan

galam dengan Ø 10 – 12 dengan panjang 7 m’.

4.2.4.

Pemancangan dilakukan dengan alat pancang dengan

tripot dan kepala babi / penumbuk dengan berat sesuai

keperluan.

4.2.5.

Jumlah pancangan dilaksanakan sesuai jumlah dalam

gambar, dan kepala tiang pancang yang sudah pecah

saat ditumbuk supaya dihentikan dan dipotong sesuai

ketinggian.

PASAL 5 : PEKERJAAN BETON BERTULANG.

5.1. Untuk pekerjaan beton bertulang ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek .

5.2. Beton yang digunakan adalah beton Readymix 5.3. Tulangan

5.3.1. Semua baja tulangan yang dipakai berbentuk polos dan ulir dengan baja U-24 dan U-32, sesuai dengan standard PBI.1971/ atau SKSNI T-15-1991-03.

5.3.2. Sebelum baja tulangan di datangkan ke lokasi Proyek, maka kontraktor harus menyerahkan dahulu contoh- contoh baja tulangan yang dipakai kepada Pengawas Lapangan. Contoh baja tulangan pada masing- masing diameter sebanyak 3 batang dengan panjang 0,50 meter.


(12)

12

5.3.3. Baja tulangan yang dibengkokkan sama dengan atau lebih dari 90 derajat, hanya diperkenankan sekali pembengkokkan.

5.3.4. Baja tulangan harus bersih dari karat yang mengganggu kekuatan beton bertulang. Hal ini disesuaikan dengan PBI.1971/SKSNI T-15-1991-03.

5.3.5. Baja tulangan tidak boleh disimpan ditempat yang langsung berhubungan dengan tanah atau tempat terbuka dan harus dilindungi dari genangan air / air hujan.

5.3.6. Diameter tulangan yang dipakai harus memenuhi stardard ( sesuai gambar rencana ).

5.4. Bekisting.

5.4.1. Papan bekisting (cetakan beton) yang dipakai adalah dari bahan kayu kelas II dengan tebal 2 cm atau plywood tebal 6 mm dan apabila oleh Pengawas Lapangan dinyatakan rusak, maka tidak boleh dipakai lagi untuk pekerjaan berikutnya.

5.4.2. Tiang - tiang bekisting dapat dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran 5/7 cm atau galam diameter 8 - 10 cm dengan jarak maksimun 0,5 meter.

5.4.3. Konstruksi bekisting harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mudah bergerak dan kuat menahan beban diatasnya.

5.4.4. Pada bekisting kolom yang tinggi, maka setiap tinggi 2 meter harus diberi pintu untuk memasukkan spesi beton, sehingga terhindar terjadinya sarang - sarang kerikil.

5.4.5. Pada bekisting kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan perlengkapan pintu untuk membersihkan kotoran - kotoran, serbuk gergaji, potongan kayu, kawat pengikat dan lain- lain.

5.5. Pekerjaan Beton.

5.5.1. Semua pekerjaan beton menggunakan beton siap pakai

( Ready Mix )

5.5.2. Pekerjaan beton menggunakan beton mutu K-175 5.5.3. Sebelum pengecoran massal dimulai :

- Kontraktor diharuskan melakukan test mix – design dilaboratorium beton terhadap kuat tekan beton, sesuai


(13)

13

dengan ketentuan yang tercantum dalam PBI 71 – NI – 2 / SKSNI T – 15 – 1991 – 03.

- Laporan hasil test mix – design diatas merupakan pedoman kontraktor dalam melaksanakan pencampuran beton dilapangan.

- Pelaksana Kontraktor dan Konsultan Pengawas Lapangan harus mengadakan percobaan slump tentang jumlah air yang dipakai untuk campuran beton, sehingga memenuhi syarat kekentalan beton yang sesuai dengan PBI.71. / SKSNI T-15-1991-03.

- Bekisting harus dibersihkan dari potongan-potongan kayu, potongan-potongan- potongan-potongan kawat pengikat dan bahan- bahan lain yang merusak mutu beton.

- Sebelum pelaksanaan pengecoran, bekisting harus disiram air terlebih dahulu.

- Lubang - lubang yang terdapat pada bekisting supaya ditutup sedemikian rupa, sehingga air semen tidak dapat keluar.

5.5.4. Khusus pada pengecoran kolom beton bertulang yang langsung bertemu dinding batu bata atau kusen pintu / jendela / ventilasi / penerangan, maka sebelum pengecoran dimulai, Pelaksana harus mempersiapkan :

- angker untuk pasangan batu bata dari baja tulangan diameter 10 mm,panjang yang keluar dari kolom sama dengan 20 cm, dengan jarak satu sama lain 50 cm. - angker untuk kusen pintu / jendela / ventilasi /

penerangan sesuai gambar rencana.

5.5.5. Untuk penutup beton minimum (selimut beton) yang berhubungan dengan :

- air adalah 2,5 cm.

- untuk plat 1,5 cm, untuk balok 2 cm dan untuk kolom 2,5 cm.

5.5.6. Untuk pengecoran pelat beton dan balok tidak boleh berhenti ditengah- tengah bentang lapangan.

5.5.7. Penghentian pengecoran pelat, harus dimuka balok yang sudah dicor dan maksimal sejauh 0,15 x bentang pelat (dihitung dari ujung bawah pelat terakhir).


(14)

14

5.5.8. Penghentian pengecoran balok, sloof dan ring balk, harus dimuka titik tumpuan (kolom) yang sudah dicor dan maksimal 0,15 bentang balok.

5.5.9. Pengecoran dapat dimulai, bila keadaan bekisting dan tulangan sudah memenuhi syarat dan telah diperiksa oleh Konsultan Pengawas Lapangan serta mendapat izin pengecoran.

5.5.10. Untuk memperbaiki kepadatan beton, maka harus dipakai alat pemadat mesin vibrator. Lamanya pemakaian tidak boleh lebih 30 detik pada satu titik.

5.5.11. Khusus untuk pengecoran kolom, spesi beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter.

5.5.12. Pekerjaan beton yang permukaannya masih diplester, atau permukaan yang masih kena pekerjaan pengecoran lanjutan, maka permukaan beton tersebut harus dikasarkan dan bidang yang akan diplester atau disambung harus disiram air semen.

5.5.13. Setelah selesai pekerjaan pengecoran, maka beton harus dirawat selama masa pengikatan. Perawatan tersebut dilaksanakan dengan jalan mengalirkan air terus menerus pada permukaan beton atau menutup permukaan beton dengan karung goni atau bahan yang lain yang dapat basah terus menerus sampai selesai waktu pengikatan. Apabila ingin mempercepat waktu pengikatan boleh mempergunakan obat setelah mendapat ijin dari konsultan pengawas.

5.5.14. Lamanya perawatan khusus untuk pelat minimal selama 1 minggu dan selama perawatan itu beton tidak boleh mendapat beban yang berat.

5.6. Tangga.

5.6.1. Untuk pekerjaan tangga ini, perlu diperhatikan


(15)

15

PASAL 6 : PEKERJAAN DINDING 6.1. Dinding tembok.

6.1.1. Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek .

6.1.2. Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata dikerjakan, maka harus diperhatikan sudut- sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal maupun dengan bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.

6.1.3. Pasangan batu bata dengan spesi 1 PC : 2 pasir (trasraam) dilaksanakan pada pekerjaan :

- pasangan batu bata diatas sloof setinggi 20 cm diatas permukaan lantai.

- pasangan batu bata pada dinding kamar mandi/wc , setinggi dinding keramik (kurang lebih 160 cm).

6.1.4. Pasangan batu bata dengan spesi 1 PC : 4 pasir dilaksanakan pada pekerjaan dinding batu bata setengah batu, yang tidak termasuk pada ayat 6.1.3.

6.1.5. Pasangan batu bata dengan tebal setengah batu, boleh dilaksanakan seluas 12 meter persegi. Untuk maksud ini pasangan batu bata harus dibatasi oleh kolom konstruksi / kolom praktis dan sloof/balok/ring balk.

6.1.6. Pada pelaksanaan dinding batu bata tebal setengah batu, dalam 1 hari hanya boleh dilaksanakan sampai ketinggian maksimal 1 meter.

6.1.7. Dinding Kamar Mandi/WC dibagian dilapis dengan keramik ukuran sesuai gambar rencana dan warna keramik akan dikonsultasikan dengan Konsultan Perencana dan Pemberi Tugas.

6.1.8. Pasangan batu bata tebal setengah batu, harus memakai batu bata utuh, kecuali pada bagian tertentu yang terpaksa memakai batu bata setengah batu atau tiga perempat batu, seperti pada pertemuan sudut dinding atau pertemuan dinding dengan kolom.

6.1.9. Batu bata sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu sampai basah.

6.1.10. Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan spesi dan selanjutnya diratakan dan dirapikan.


(16)

16

6.2. Plesteran.

6.2.1. Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata bagian luar dan bagian dalam dengan tebal 1,5 cm.

6.2.2. Untuk pasangan dinding batu bata dengan spesi 1 PC : 2 pasir, harus diplester dengan spesi yang sama, demikian pula untuk pasangan dinding batu bata dengan spesi 1 PC : 4 pasir, harus diplester dengan spesi 1 PC : 4 pasir.

6.2.3. Permukaan dari dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan adukan semen dan air ( diaci ).

6.2.4. Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran, harus diayak dengan ayakan pasir berlubang 4 x 4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran yang kasar/rusak.

6.2.5. Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai kembali untuk bahan plesteran.

6.2.6. Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang sudah selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran tersebut, harus diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang sama dengan spesi yang belum dibongkar.

6.2.7. Untuk menghindari retak- retak pada dinding plesteran, maka harus dilaksanakan perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran dengan air, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.

6.3. Dinding Keramik.

6.3.1. Sebelum pemasangan dinding keramik dilaksanakan, maka dinding batu bata harus disiram air sampai basah. 6.3.2. Pemasangam keramik, harus benar vertikal waterpas,

jadi jangan sampai bergelombamg dan natnya harus rapat dan benar-benar horizontal dan vertikal.

6.3.3. Nat- nat pada pasangan keramik , harus diisi dengan semen yang berwarna sama dengan keramik tersebut. 6.3.4. Spesi yang dipergunakan untuk pemasangan keramik


(17)

17

6.3.5. Setelah pemasangan keramik dinyatakan selesai, maka permukaannya harus dibersihkan dari kotoran- kotoran yang menempel. Nat-natnya ditutup dengan semen Gips dengan warna yang sesuai.

6.4. Dinding Partisi.

6.4.1. Untuk pekerjaan dinding partisi ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.

6.4.2. Rangka dinding partisi dipasang rangka kayu lanan dikerjakan sesuai gambar.

6.4.3. Dinding partisi dipasang double kalsiboard tebal sesuai gambar rencana.

PASAL 7 : PEKERJAAN LANTAI.

7.1 Untuk pekerjaan lantai ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.

7.2 Untuk lantai bangunan dekranas dari plat beton bertulang tebal 12 cm, penulangan dikerjakan sesuai gambar rencana.

7.3 Penutup Lantai memakai bahan Keramik ukuran 40 x 40 pemasangan dilaksanakan dengan perekat spesi 1 PC : 3 pasir. 7.4 Khusus untuk lantai Kamar Mandi/WC menggunakan perekat

spesie 1 PC : 2 pasir.

7.5 Bahan Keramik yang dipakai adalah produkl Kwalitas I, harus betul - betul datar waterpass dan tidak boleh ada yang retak / pecah.

7.6 Pemasangan Keramik harus dikerjakan oleh tenaga yang benar-benar ahli, sehingga tidak terjadi pemasangan yang bergelombang dan nat-nat yang tidak lurus.

7.7 Pada setiap 9,0 M2 keramik, dipasang slang air kecil yang berdiameter + 5,0 mm di sekeliling keramik.

7.8 Bila terdapat pemasangan keramik yang harus dipotong, maka diusahakan pemasangannya pada pertemuan sudut lantai dengan dinding.

7.9 Setelah selasai pemasangan keramik, maka nat- natnya harus diisi dengan spesi semen dan air dengan warna yang sama dengan warna nya.


(18)

18

7.10 Bila terdapat pemasangan keramik yang tidak rata waterpass mendatar (bergelombang) dan tidak lurus maka harus dibongkar, dan diperbaiki kembali sampai permukaan lantai waterpass mendatar dan plint benar- benar lurus.

7.11 Cara Pemasangan Keramik :

7.12.1. Basahi permukaan plat lantai sampai tidak ada penyerapan air lagi ( pembasahan terus menerus, minimal selama 2 jam ).

7.12.2. Basahi bahan keramik yang akan digunakan dengan merendam seluruh bidang keramik, sedikitnya selama 15 menit. Dan baru diangkat sesaat akan dipasang.

7.12.3. Setelah terpasang, baik sebelum atau sesudah naat-naat diisi, kelembaban tetap dijaga dengan menutup bidang lantai yang selesai dipasang dengan karung goni basah sedikitnya selama 24 jam.

PASAL 8 : PEKERJAAN RANGKA KUDA-KUDA / ATAP

8.1 Untuk pekerjaan rangka kuda dan atap perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.

8.2 Rangka atap menggunakan rangka atap baja ringan setara Satria star.

8.3 Kontraktor diwajibkan untuk memperlihatkan brosur/sample, spesifikasi produk atap kepada pemilik proyek untuk mendapatkan persetujuan.

8.4 Sebelum produk dipasang diperiksa terlebih dahulu terhadap cacat atau kerusakan produk.

8.5 Pekerjaan dinyatakan selesai apabila sudah dilakukan pengetesan untuk memastikan produk berfungsi dengan baik dan pemasangan dilakukan dengan rapi dan baik.

8.6 Produk harus melampirkan Jaminan/Garansi dari pabrik 10 Tahun. 8.7 Untuk penutup bangunan dipasang atap genteng metal

menggunakan atap genteng metal tebal 0,25 mm yang disetujui oleh direksi.


(19)

19

8.9 Pekerjaan aksesoris ukiran banjar antara lain :

- Pilis motif tali bapintal & pucuk paku

- Papan kayu ulin atas pilis

- Jamang motif bunga & dedaunan

- Rumbai motif ekor ayam jago (plat beton) - atap

- Rumbai motif ekor ayam jago (plat beton) - teras

Untuk lebih jelas bentuk dan detailnya motif ukiran ini bisa dilihat pada gambar rencana.

8.10 Nok pemuung setara atap type C.

8.11 Ventilasi pada kuda – kuda geuvel dikerjakan sesuai gambar rencana dan dikerjakan list plesteran di sekeliling ventilasi dengan tebal 5 cm dan lebar 10 dan 20 cm.

8.12 Plafond kisi-kisi lanan terpasang lengkap dengan rangkanya dan pada sisinya diberi list kayu profil.

,

PASAL 9 : PEKERJAAN KUSEN / PINTU / JENDELA / VENTILASI

9.1 Untuk pekerjaan kusen / pintu / jendela / ventilasi, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek

9.2 Kusen dikerjakan berbahan alumunium warna coklat yang terpasang lengkap dengan karet. Dan Kusen dari kayu ulin 5/10. 9.3 Pasangan balok latai 10/15 pada bagian luar kusen alumunium

dikerjakan sesuai gambar rencana.

9.4 Pintu utama dari kaca tempered 12 mm lengkap dengan handle serta kunci tanam dan engsel.

9.5 Pintu lainnya memakai pintu kaca 5 mm rangka alumunium, pintu kaca 5 mm rangka alumunium dan pintu PVC kualitas baik.

9.6 Untuk jendela/ ventilasi kaca bening 5 mm rangka alumunium. 9.7 Pasangan kaca mati 5 mm.

9.8 Pekerjaan kusen-kusen, rangka / bingkai daun pintu, jendela, ventilasi harus dibuat pabrikasi. Bagian bawah tiang kusen pintu harus sampai tertanam pada lantai.

9.9 Bahan kaca yang akan dipasang, harus diperiksakan dahulu kepada Direksi dan bila disetujui barulah boleh dipasang.


(20)

20

9.10 Pemasangan kaca tidak boleh terlalu rapat, harus ada kelonggaran 2 - 3 mm, sehingga terhindar pecahnya kaca akibat pemuaian.

9.11 Daun pintu, daun jendela dan daun ventilasi buka, harus dapat dibuka/ditutup dengan mudah, tanpa ada gesekan yang kuat pada kusen atau lantai.

PASAL 10 : PEKERJAAN PLAFOND

10.1 Untuk pekerjaan plafond ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.

10.2 Plafond dikerjakan dari bahan gypsum tebal 9 mm dipasang tanpa nat yang terpasang lengkap dengan rangkanya. Pemasangannya sesuaikan dengan gambar rencana.

10.3 Bila dalam pemasangan lembaran plafond gypsum, terdapat bagian yang tidak rata atau melentur, maka harus dibongkar dan diperbaiki lagi sampai permukaannya betul- betul waterpass mendatar.

10.4 Pada pertemuan plafond dengan dinding dan kolom-kolom dipasang list gypsum.

10.5 Untuk perawatan dibuatkan pintu kontrol untuk bisa naik keatas / dalam plafond.

10.6 Comfound sambungan antar plafond dikerjakan sesuai gambar rencana.

10.7 Plafond kisi – kisi dari kayu lanan dikerjakan lengkap dengan rangka kayu lanan sesuai gambar rencana .

PASAL 11 : PEKERJAAN LISTRIK.

11.1. Sistem Distribusi Listrik 11.1.1. Kreteria Perancangan.

Perancangan sistem elektrikal sejauh mungkin diusahakan memenuhi kriteria-kriteria efektif. efsien dan aman serta mempertimbangkan faktor - faktor keandalan, ekonomis, fleksibilitas dan kemudahan operasi.Tidak luput dari perhatian adalah aspek pelaksanaan instalasi yang tidak mengganggu keindahan lingkungan .


(21)

21

11.1.2. Acuan Perancangan.

Di dalam proses perancangan sistem distribusi, di samping mengacau pada penjelasan penugasan, juga digunakan acuan berbagai standar, aturan dan pedoman, antara lain :

1. PUIL 1987.

2. Peraturan yang telah ditentukan PLN lainnya.

3. Pedoman Pengawsan Instalasi listrik, Depertemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 59/DP/ 1980. 4. Pedoman dan petunjuk Keselamatan Kerja PLN

No.48.

5. Peraturan-peraturan dan standar yang telah di sesuaikan dengan peraturan dan standar inter- nasional, antara lain VDE,BS,NEC,IEC dsb.

6. Peraturan-peraturan lainnya yang berlaku setempat.

11.1.3. Prinsip Distribusi Daya Listrik.

Secara umum, prinsip distribusi daya dapat di uraikan sebagai berikut :

11.1.3.1. Sumber daya utama.

Sumber daya utama bagi kebutuhan listrik gedung akan diperoleh dari listrik PLN melalui jaringan tegangan menengah 33 KV.

Daya tegangan menengah 33 KV tersebut akan di terima dari gardu PLN oleh panel utama tegangan menengah (MVMDP) untuk selanjutnya disalurkan ke trafo daya penurun tegangan , dari 200 KV A, 220 / 380 VA. Daya tegangan rendah keluaran trafo daya

diterima oleh panel utama tegangan rendah yang selanjutnya akan didistribusikan kepanel - panel daya tegangan rendah lainnya secara radial.


(22)

22

11.1.3.2. Sumber Daya Cadangan.

Untuk memungkinkan tetap tersedianya daya listrik pada saat sumber daya utama (PLN) padam, digunakan sumber daya cadangan berupa perangkat diesel- genset

Dengan pertimbangan ekonomis, kapasitas diesel genset akan disesuaikan dengan kebutuhan daya yang perlu dipertahankan kelangsungan operasinya, dalam hal in tidak semua beban dipandang perlu untuk tetap beroperasi .

11.1.3.3. Sistem Distribusi Daya.

Distribusi daya tegangan rendah dilakukan secara radial, dimulai dari panel LVMDP menuju panel-panel sub distribusi, panel-panel daya/ penerangan dan selanjutnya kebeban-beban listrik (penerangan, stop kontak, A/C, fan, pompa-pompa air dan lain sebagainya). Sistem distribusi daya yang diikuti adalah

sistem distribusi 3 fasa-empat kawat yang memenuhi standar distrribusi pentanahan Netral Pengaman ( PNP ).

Sistem ini dipilih karena sederhana, murah, mudah perawatannya dan cukup andal .

11.1.3.4. Instalasi Listrik Dalam Bangunan.

Instalasi listrik di dalam bangunan meliputi penye diaan daya bagi penerangan, stop kontak, beban-beban motor pompa, alat-alat khusus dan lain sebagainya .

Secara umum penyediaan listrik didalam bangunan di lakukan secara radial melalui panel daya dan penerangan yang terpisah dengan kabel Instalasi NYM dan NYY .

11.1.3.5. Sistem Penerangan.

Terdapat dua jenis sistem penerangan yang diguna- kan yaitu penerangan didalam bangunan dan penerang an diluar bangunan.


(23)

23

Fungsi utama penerangan didalam bangunan dirancang untuk memberikan level penerangan yang cukup tanpa menimbulkan kesan silau, ekonomis serta memberikan nilai tambah bagi estetika. Warna cahaya diusaha- kan serupa dengan cahaya alami.

11.1.4. Power House.

Seluruh peralatan utama untuk pelayanan daya listrik bagi gedung ini akan ditempatkan didalam power house yang terpisah dari bagunan utama. Power house ini tersusun atas ruang-ruang :

- Ruang panel utama dan trafo.

Ruang ini berisi panel utama tegangan menengah (MVMDP). panel utama tegangan rendah (LVMDP) dan trafo distribusi 200 KV/4000 V.

- Ruang diesel - genset. - Gardu PLN.

Ruangan ini ditempati oleh panel tegangan menengah 33 KV PLN yang digunakan untuk menerima daya listrik dari jaringan tegangan menengah 33 KV PLN dan membatasi daya yang disalurkan serta pengukuran pemakaian daya PLN oleh gedung

11.1.5. Pemilihan Peralatan sistem Distribusi.

Dalam menentukan jenis peralatan yang digunakan, dipertimbangkan penggunaan peralatan yang memper- hatikan hal-hal sebagai berikut :

- Menjamin kelangsungan penyediaan daya

- Mudah dioperasikan

- Mudah dirawat

- Tersedia suku cadang.

- Menjamin keselamatan operator

- Tahan lama

- Ekonomis.

11.1.6. Pemilihan Material Instalasi.

Dalam pemilihan material, pertimbangan dilakukan terhadap berbagai aspek, antara lain aspek fungsi-onal (rating peralatan dan level iluminasi/jenis cahaya), aspek estetika (bentuk, warna, dimensi) dan aspek


(24)

24

ekonomis (harga, ketersedian) dan aspek keandalan / keamanan (pemenuhan terhadap standar) dan lain sebagainya.

11.2. Instalasi Penangkal Petir.

Bangunan-bangunan yang perlu diamankan terhadap sambaran petir ditentukan oleh derajat kepentingan bangunan tersebut serta bentuk dan konstruksinya.

Metode yang digunakan adalah metode konvensional dengan kombinasi franklin rod dan sangkar faraday yang dilengkapi dengan konduktor-konduktor turun dan pentanahan secukupnya

Dalam pelaksanaannya. sistem instalasi harus juga memperhitungkan aspek estetika bangunan, terutama terhadap bentuk atap bangunan serta jalur konduktor turun terhadap tampilan dinding/kolom bangunan.

11.3. Penangkal Petir.

11.3.1. Untuk pekerjaan penangkal petir ini, perlu diperhatikan rancana gambar bestek lembar nomor dan Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIP) tahun 1983. 11.3.2. Pekerjaan penangkal petir harus sesuai dengan

gambar dan bestek

11.3.3. Spitz atau ujung penerima dari instalasi penangkal petir adalah dari bahan logam tembaga dengan bentuk dan panjang seperti pada gambar rencana.

11.3.4. Batang untuk meninggikan spitz dibuat dari GIP dengan diameter 1" yang diberi pelat dan angkur untuk pemasangan pada papan suri (ruiter). Pemasangan batang untuk meninggikan spitz ini, harus diusahakan agar tidak terjadi kebocoran pada atap atau bubungan. 11.3.5. Jarak antara spitz ke spitz dibuat kurang lebih 7,5 meter

dan jarak terjauh yang dilindungi dengan spitz adalah maksimum 12 meter.

11.3.6. Kawat penghantar harus diberi penahan / klem dengan jarak satu sama lain adalah 25 cm, sehingga kawat tersebut terjamin kelurusannya.

11.3.7. Untuk melaksanakan pekerjaan penahan/klem dengan hasil yang baik, maka pada setiap pelubangan pada atap atau bubungan, haruslah diberi rubber scalant yang baik, sehingga tidak terjadi kebocoran yang tidak diharapkan.


(25)

25

11.4. Sistem Tata Udara. 11.4.1. Sistem Ventilasi.

Sistem ventilasi yang dimaksud adalah sistem sirkulasi udara untuk keperluan pendinginan ruang mesin diesel serta untuk keperluan pengeluaran udara tidak sedap dari toilet.

Sistem ventilasi dilaksanakan dengan kipas udara (fan) dengan kapasitas disesuaikan dengan persyaratan pertukaran udara dalam ruang yang bersangkutan yaitu 10 – 15 kali dalam 1 jam (10-15 room air change per hour). 11.4.2. Air Conditioner (A/C)

Fungsi utama sistem air conditioner adalah untuk menciptakan suasana nyaman didalam ruang kerja agar produkvitas kerja penghuni bangunan meningkat dengan jalan menjaga kondisi udara ruang dalam batas – batas kenyamanan, yaitu temperatur 24 +/- 1 oc dengan kelembaban relatif (RH) 55 +/- , 5 %.

Terdapat berbagai sistem yang bisa digunakan untuk merealisir sistem air conditioner (A/C) didalam suatu bangunan Pemilihan sistem yang sesuai ditentukan oleh banyak faktor, antara alain investasi biaya operasi, ketersediaan, perawatan, kemudahan operasi dan lain sebagainya.

Untuk Gedung ini, Ditinjau dari kebutuhan kapasitas pendinginan, kemudahan operasi dan perawatan (tanpa mengurangi penilaian terhadap aspek investasi dan biaya operasional), dirancang untuk digunakan sistem A/C jenis multi split system yang memiliki banyak keunggulan antara lain :

- Teknologi sederhana, sehingga mudah diopersikan dan dirawat.

- Ketersediaan peralatan cukup di pasaran. - Biaya investasi relatip murah.

- Biaya operasional relatip murah karena bisa diopersikan secara independent (unit – perunit).

Sistem ini tersusun atas peralatan utama sebagai berikut : - OCH (Outdoor Condensing Unit) diletakkan di luar

bangunan.


(26)

26

- Pemimpinan Refrigerant, sebagai penghubung antara OCU dan FCU yang berfungsi sebagai jalan sirkulasi gas refrigerant.

- Pemimpinan drain, digunakan untuk membuang air kondensasi yang terjadi pada FCU.

11.4. Sistem Fire Alarm.

SYARAT-SYARAT KHUSUS TEKNIS PEKERJAAN FIRE ALARM PASAL 1. UMUM

Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Fire Alarm yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.

PASAL 2. PRINSIP PERENCANAAN.

Jenis fire alarm yang digunakan adalah pre signal system, yang hanya akan mengaktipkan alarm pada zone yang mendeteksi adanya kebakaran.

Sistem pengkabelan unit-unit deteksi mengikuti kelas A - 4 kawat (dengan kawat balik dari detektor zona terakhir menuju zone module) untuk memungkinkan mengalirnya arus supervisi pengkabelan.

Kemampuan deteksi dari smoke detector yang digunakan adalah sekitar 70 m2, sedangkan

kemampuan heat detector mempunyai daerah deteksi sekitar 40 m2.

Pengkabelan detektor menggunakan kabel NYA ukuran 2,5 mm2 yang diletakkan di dalam

konduit PVC high-impact heavy gauge.

Untuk memungkinkan sistem tetap beroperasi pada saat terjadinya pemadaman sumber daya utama, FACP dilengkapi dengan charger dan stand-by battery yang mampu digunakan minimal 20 jam.

Untuk menghasilkan sinyal alarm secara audio, digunakan vibrating bell berkekuatan min. 90 dB pada tiap zone, sedangkan sinyal visual dihasilkan oleh alarm lamp berwarna merah.

Manual station dipasang untuk memungkinkan diaktipkannya sistem secara manual apabila seseorang melihat adanya kebakaran sebelum detektor-detektor bereaksi.

Pada proyek ini digunakan 2 sistem fire alarm terpisah, masing-masing untuk bangunan utama dan bangunan power house.


(27)

27

PASAL 3. LINGKUP PEKERJAAN.

3.1. Pengadaan, pemasangan serta penyetelan unit pengontrol (fire alarm control panel - FACP / master control fire alarm - MCFA) berbasis mikroprosesor, kapasitas 4 zone. 3.2. Pengadaan serta pemasangan unit deteksi (detection unit / detector).

3.3. Pengadaan serta pemasangan kabel terminal box.

3.4. Pengkabelan sistem fire alarm dari FACP sampai unit-unit deteksi / detektor.

3.5. Mengadakan pengujian menyeluruh sehingga sistem tersebut dapat berfungsi dengan baik dan benar.

PASAL 4. KOMPONEN-KOMPONEN

Komponen-komponen yang termasuk dalam unit-unit deteksi adalah manual station serta fire detector.

Jenis fire detector yang digunakan adalah : a. Heat Detector

b. Smoke Detector

Kedua jenis ini mempunyai berbagai tipe yang dirancang sesuai dengan keperluan. Dipilih detector yang sesuai untuk masing-masing ruangan tersebut yaitu untuk bagian perkantoran digunakan heat detector dan untuk ruangan dengan kemungkinan pengumpulan asap digunakan detector yang lebih peka, yaitu smoke detector.

4.1. Combination ROR & Fixed Temperature Heat Detector. - operating voltage : 16 - 32 VDC

- stand-by current : 100 uA max. - alarm current : 47 mA max. - operating temperature : 135 oF

- relative humidity : 20 % - 85 % - temperature rise : 15 oF / menit

4.2. Manual Call Point.

Manual call point yang digunakan adalah dari jenis surface mounted, dilengkapi dengan kaca penutup (break glass), sistem kerja pull down dan tetap berada dalam posisi on sebelum di reset kembali.

Untuk tujuan testing, alarm dapat dibunyikan tanpa harus memecahkan kaca, dilakukan dengan menusukkan kunci khusus. Semua manual call point harus di-lengkapi dengan kaca cadangan. Untuk menjamin operasi yang lama, alarm contact harus dilapis emas (gold plated).


(28)

28

4.3. Alarm Bell.

Alarm bell harus tipe vibrating, seluruh bell harus bekerja pada 24 VDC polarized dengan 6 gong, kecuali disebut lain dalam gambar. Pemasangan pada ketinggian 75 cm di bawah langit-langit dengan cara "semi flush", minimum output suara adalah 90 dB atau lebih besar pada jarak 10 ft.

4.4. Alarm Horn.

Alarm horn harus cocok untuk pemakaian di dalam gedung maupun di luar gedung. Semua alarm horn bekerja pada 24 VDC polarized dengan level suara minimum 95 dB pada jarak 10 ft. Type pemasangan adalah semi flush mounted.

4.5. Fire Alarm Control Panel (FACP).

Unit ini terdiri atas power module, control module, alarm signal module dan zone module dengan kapasitas 4 zone.

Keseluruhan module harus disusun sedemikian rupa, sehingga penggantian module yang rusak dapat dilakukan dengan mudah tanpa mengganggu fungsi module lainnya. Semua indikator harus dapat dilihat dengan mudah dan jelas melalui jendela kaca pada pintu panel.

Panel kontrol bekerja pada tegangan 24 VDC yang dilengkapi dengan peralatan - peralatan sebagai berikut :

a. Lampu Indikator.

- lampu "alarm" (merah) dan lampu gangguan / "trouble" (kuning) untuk setiap zone pada zone module atau common trouble lamp dengan trouble selector. - lampu "power on" (hijau) yang menyatakan sumber daya tersedia dan sistem

sedang dalam keadaan berfungsi.

- lampu "AC power failure", yang menyatakan adanya gangguan pada rangkaian instalasi (short circuit rangkaian pada ground).

- lampu "low battery" yang menyatakan bahwa tegangan stand-by battery sudah tidak normal.

- lampu "bell circuit trouble" yang menyatakan adanya gangguan pada rangkaian bell / horn.

- lampu "common alarm" yang menyatakan terjadinya alarm di sistem akibat detektor bekerja.

- lampu "common trouble" yang menyatakan terjadinya trouble di sistem tersebut.


(29)

29

b. Tombol-tombol / Switch.

- "reset switch" yang berfungsi untuk mengembalikan ke kondisi normal setelah terjadi trouble atau alarm.

- "silence switch" yang berfungsi untuk mematikan buzzer atau bel bila alat tersebut berbunyi.

- "alarm lamp test switch" yang berfungsi untuk memeriksa apakah lampu-lampu alarm masih berfungsi dengan baik.

c. Catu Daya.

Sistem fire alarm bekerja dengan tegangan 24 volt DC dan dapat dikombinasikan dengan alat-alat dengan tegangan AC, misalnya AC bell dan lamp, dan harus mempunyai catuan ganda, yaitu :

- primary supply 220 VAC - secondary supply 24 VDC

Agar tetap beroperasi selama catu primer 220 V terputus, digunakan catu daya cadangan berbentuk stand-by battery yang mampu beroperasi selama minimum 20 jam (termasuk operasi bell dan alarm). Catu daya cadangan diletakkan di dalam FACP. Jenis batere yang digunakan adalah Ni-Cad.

Alat pengisi batere di letakkan di dalam FACP yang dilengkapi dengan booster power supply untuk memperbesar kapasitas arus bagi keperluan bell dan lain sebagainya.

4.8. Cara Kerja Sistem. a. Keadaan Normal.

Bilamana tidak terjadi gangguan/trouble atau deteksi kebakaran (alarm), maka sistem dalam keadaan normal yang ditandai dengan menyalanya lampu indikator hijau (AC pilot lamp). Dalam hal ini sistem mendapat catuan daya sumber daya utama 220 VAC dan batere.

b. Keadaan Darurat.

Apabila sumber daya utama padam maka sistem mendapat catu dari stand-by battery.

Hal-hal yang terjadi pada FACP :

Lampu kuning akan menyala (trouble lamp) disertai tanda-tanda yang dapat didengar (buzzer).


(30)

30

c. Keadaan Alarm.

Keadaan alarm akan terjadi apabila detektor mendeteksi adanya asap / panas / api atau manual call point diaktifkan.

Dalam keadaan tersebut alarm bell harus dapat bekerja otomatis.

Lampu merah (lampu alarm) dan lampu kuning pada FACP akan menyala, menunjukkan zone yang terjadi alarm. Dengan demikian daerah / ruangan yang dalam keadaan bahaya akan segera dapat diketahui.

d. Keadaan Gangguan (Trouble).

Bila terjadi gangguan pada sistem (pada detector circuit atau pada panel kontrol), maka :

- lampu kuning yang terdapat pada FACP harus menyala dengan diiringi suara buzzer yang bisa didengar jelas.

- lampu kuning yang terdapat pada zone module dari zone yang terganggu harus menyala.

PASAL 5. TEKNIS PELAKSANAAN.

5.1. Pemasangan fire alarm harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman di bidang pekerjaan ini dan pengerjaannya harus teratur.

5.2. Tidak diperkenankan adanya sambungan-sambungan pada hantaran, sambungan hanya terdapat pada box terminalnya. Pengawatan harus menggunakan konduit PVC high impact heavy gauge dengan ukuran disesuaikan dengan jumlah kawatnya. Masing-masing wiring diberi tanda untuk daerah mana kawat tersebut, supaya mudah dalam perbaikannya apabila ada kerusakan.

5.3. Kabel dari FACP ke CTB setiap zone masing-masing 2 pairs.

Kabel yang digunakan :

a. Kabel detector : NYA 1,5 mm2

b. Kabel bell : NYA 2,5 mm2

5.4. Dari hasil pengerjaan tersebut harus diserahkan diagram pengawatan lengkap (as built drawing) beserta petunjuk-petunjuk operasional lainnya.

5.5. Setiap selesai satu tahapan pekerjaan, harus dila-kukan pemeriksaan ulang sebelum dilakukanpengetesan secara keseluruhan.


(31)

31

5.6. Kontraktor harus dapat bekerja sama atau dapat dikoordinasikan dengan bagian pekerjaan lain, se-hingga apabila ada pekerjaan tambahan karena kurang koordinasi, menjadi tanggung-jawab Kontraktor.

PASAL 6. TRAINING.

Kontraktor harus secara lengkap menyediakan operator instruction manual dan memberikan minimum 7 hari training di lapangan kepada operator dari pihak Pemberi Tugas sampai dapat diterima kecakapannya.

PASAL 7. KETENTUAN LAIN.

Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memasukkan shop drawing kepada Direksi/Pengawas untuk memperoleh persetujuan, mengenai :

7.1. Connection diagram.

7.2. Skedul yang menunjukkan lokasi dan fungsi dari setiap peralatan. 7.3. Data-data spesifikasi.

7.4. Konfigurasi FACP.

Pengetesan terakhir (commissioning test) sesudah pemeriksaan akhir (final inspection), kalibrasi dan lain-lain harus dilakukan pihak Kontraktor dengan dihadiri oleh pihak Direksi / Pengawas dan Konsultan Perencana.

PASAL 8. M E R K.

Seluruh komponen sistem fire alarm harus diusahakan sedapat mungkin dari satu merk untuk menjamin service setelah sistem terpasang.

- Komponen utama fire alarm ex CHUBB atau setara. - Kabel instalasi ex SUPREME atau setara

- Cable conduit ex EGA atau setara

11.6. Pekerjaan dianggap selesai apabila :

11.6.1. Telah mendapat surat pernyataan bahwa instalasi baik dari direksi / Pengawas.

11.6.2. Semua persoalan mengenai kontrak dengan Pemilik telah dipenuhi, sehingga Pemilik dapat membenarkannya. 11.6.3. Seluruh instalasi terpasang telah ditest, bersama – sama


(32)

32

Pemilik dengan hasil baik, sesuai dengan spesifikasi teknis.

11.7. Kontraktor.

11.7.1. Hanya Kontraktor yang diundang yang berhak mengikuti pelelangan ini.

11.7.2. Yang dimaksud dengan Kontraktor didalam spesifikasi ini adalah badan pelaksana yang telah terpilih dan memperoleh kontrak kerja untuk penyedian dan pemasangan instalasi Mekanikal / Elektrikal ini sampai selesai.

11.7.3. Kontraktor harus memiliki tenaga ahli yang mempunyai PAS PLN kelas C untuk pekerjaan instalasi listrik dan PAS PAM kelas III (C) untuk pekerjaan plumbing dan kebakaran (Pemipaan) sebagai penanggung jawab dibidang masing – masing.

Kontraktor bertanggung jawab atas pelaksanaan instalasi Mekanikal / Elektrikal dalam proyek ini dan menempatkan seorang tenaga akhli yang setiap saat dapat berdikusi dan dapat memutuskan setiap persoalan teknis dan Administrasi di lapangan.

11.7.4. Kontraktor harus bersedia mengikuti peraturan – peraturan di lapangan yang ditentukan oleh Direksi / Pengawas. 11.7.5. Kontraktor wajib mempelajari dan memahami semua

undang – undang, peraturan – peraturan, persyaratan umum, maupun suplementernya, persyaratan standar internasional, persyaratan pabrik pembuat unit – unit peralatan, buku – buku dokumen pelelangan, bundel gambar – gambar serta segala petunjuk tertulis yang telah dikeluarkan.

11.7.6. Kontraktor dapat meminta penjelasan kepada Direksi / Pengawas atau pihak lain yang ditunjuk. Bilamana menurut pendapatnya pada dokumen – dokumen pelelangan, gambar – gambar atau lainnya terdapat hal – hal yang kurang jelas.

11.7.7. Kontraktor wajib mempelajari dan memeriksa juga pekerjaan – pekerjaan pelaksanaan dari pihak – pihak kontraktor lain yang ikut mengerjakan proyek ini apabila pekerjaan pihak lain dapat mempengaruhi kelancaran pekerjaannya.

Bilamana sampai terjadi gangguan, maka Kontraktor wajib mengerjakan saran – saran perbaikan untuk segenap


(33)

33

pihak. Apabila hal ini dilakukan. Kontraktor tetap bertanggung jawab atas segala kerugian – kerugian yang ditimbulkan.

PASAL 12 : PEKERJAAN KUNCI / ALAT PENGGANTUNG.

12.1. Semua daun pintu, harus dilengkapi dengan kunci tanam merk setara SES atau kunci yang berkwalitas sama dengan 2 slaag ( dua putaran ) dan lengkap dengan pegangannya.

12.2. Untuk pintu berdaun ganda, disamping kunci tanam harus dipasang masing- masing pada daun pintu, espagnollete tanam pada bagian atas dan bagian bawah.

12.3. Semua daun pintu harus dipasang engsel Nylon ukuran 5" dan masing- masing daun pintu dipasang sebanyak tiga buah. 12.4. Semua daun jendela buka harus dipasang :

- 3 buah engsel Nylon 4 ". - 2 buah grendel otomatis.

- 2 buah hak/kait angin siku stainless steel - 1 buah pegangan/tarikan.

12.5. Pada daun pintu Kamar Mandi/WC, harus dipasang grendel ACE. 12.6. Pemasangan kunci, grendel, engsel, hak angin dan pegangan,

harus memakai paku sekrup yang ukurannya disesuaikan lubang yang tersedia. Jadi tidak boleh pakai paku.

12.7. Paku sekrup untuk pemasangan alat- alat tersebut dalam ayat 12.6., harus ditanam dengan cara diputar dengan obeng. Jadi tidak boleh dipukul.

12.8. Semua pegangan, alat penggantung, grendel dan hak angin, harus terbuat dari baja yang di galvanisir.

12.9. Semua alat-alat tersebut diatas sebelum dipasang harus bermutu baik tidak cacat dan disetujui oleh Direksi.

PASAL 13 : PEKERJAAN SANITAIR

13.1. Untuk pekerjaan sanitair ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.


(34)

34

13.2. Pekerjaan Closed.

13.2.1. Closed yang dipakai adalah closed duduk setara produksi KIA.

13.2.2. Pipa yang menghubungkan closed dengan septictank , harus pipa PVC AW diameter 4".

13.3. Pekerjaan Bak Mandi

13.3.1. Bak air dibuat dari pasangan batu bata dengan spesie 1 PC : 2 pasir.

13.3.2. Dinding bagian luar dan bagian dalam dilapisi dengan keramik ukuran 10x20 dengan spesie 1 PC : 2 pasir. 13.3.3. Warna keramik, harus sama dengan keramik dinding

Kamar Mandi / WC. 13.4. Pekerjaan Wastafel.

13.4.1. Wastafel yang dipakai adalah produksi setara KIA Standar atau wastafel produksi sejenis KIA yang lengkap dengan kaca / cermin dan gantungan handuk

13.4.2. Pemasangan wastafel setara harus setinggi 80 cm dari permukaan lantai sampai kepermukaan atas wastafel.

13.4.3. Warna wastafel yang dipakai dikonsultasikan dengan Konsultan Perencana dan Pemberi Tugas.

13.5. Pekerjaan Beerput

13.5.1. B e e r p u t dibuat dari bahan rangka kayu ulin dan siring / penutup papan ulin ukuran 6/8 , 5/7 dan 2/20 sesuai rencana gambar dan bestek

13.5.2. dinding b e e r p u t, dari papan ulin 2/20 yang dipasang rapat / berdiri dan dipakukan pada rangka ulin 6/8 sesuai dengan rencana gambar bestek.

13.5.3. Untuk pembuangan udara kotor, diatas penutup berput , harus dipasang pipa besi galvanis diameter 2" dengan tinggi sesuai dengan gambar rencana.

13.5.4. Pada penutup b e e r p u t , dipasang kawat harmonika dan kemudian di plaster, kemudian harus dibuat lubang kontrol dan penutupnya yang sewaktu- waktu diperlukan dapat dibuka.


(35)

35

13.6. Pekerjaan Instalasi Air Bersih.

13.6.1. Untuk instalasi air bersih, harus dipakai pipa Galvanised Iron Pipe (GIP) jenis medium class dengan ukuran sesuai dengan rencana gambar dan bestek. 13.6.2. Sambungan - sambungan pipa harus menggunakan

fitting- fitting berdrat dengan diberi teplon tape kecuali pada tempat-tempat yang membutuhkan sambungan flent dan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas Lapangan.

13.6.3. Sambungan dengan las pada pipa galvanis tidak diperkenankan.

13.6.4. Bila pemasangan pipa menempel pada dinding, maka pipa tersebut harus diberi klam yang terbuat dari pelat besi yang berjarak satu sama lain adalah 2 m. Atau sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.

13.6.5. Bila pemasangan pipa tertanam didalam dinding tembok , harus dilaksanakan sebelum diplester,dan harus benar-benar tertutup dengan plesteran dengan hasil penyelesaian yang waterpass datar/vertikal.

13.6.6. Pipa pipa yang menembus lantai dan dinding tembok , harus dibuatkan sleve/spring dari pipa PVC yang lebih besar.

13.6.7. Untuk pemasangan kran, harus dilaksanakan sesuai dengan rencana gambar, bestek dan pekerjaan instalasi air bersih ini, dapat dinyatakan selesai, bila sudah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas Lapangan.

13.7. Pekerjaan Lainnya

- Jetwasher

- Floor drained

- Tempat wudhu pas. Bata berlapis keramik

- Kran air untuk tempat wudhu setara San-ei

- Meja dapur plat beton berlapis keramik + lemari

- Bak cuci stainless steel

- Kran untuk bak cuci setara San-ei


(36)

36

- Bak pembilas pas.bata berlapis keramik

- Bak pewarna pas.bata berlapis keramik

PASAL 14 : PEKERJAAN CAT–CATAN / PLITURAN.

14.1. Seluruh pekerjaan kayu, kusen, jalusi, kisi – kisi, bingkai daun pintu / jendela dan pintu panil, harus dicat kilap setara Nippon Paint. 14.3. Sebelum pekerjaan cat dilaksanakan , maka permukaan yang

akan dicat, harus dibersihkan dan dihaluskan dengan amplas. Kemudian dimenie, dicat dasar, didempul, diplummer dan diampelas rata / licin.

14.5. Untuk mengencerkan bahan cat dengan bahan pengencer, harus mentaati petunjuk Konsultas Pengawas Lapangan.

14.6. Semua pekerjaan pengecatan, harus dilaksanakan tanpa ada cacat/goresan yang membuat dinding rusak.

14.7. Pengertian cat pada pekerjaan ini meliputi bahan emulsi, enamel, vernis, sealer dan lain-lain.

14.9. Pelaksanaan pekerjaan cat untuk permukaan kayu harus dilaksanakan :

- lapis pertama dicat dengan dana alkyd primer

- lapis kedua dan ketiga harus dicat dengan danalux synthetic enamel.

14.10. Bahan cat dasar, cat lapis dan cat kilap, harus memakai cat yang masa pemakaiannya masih berlaku, sehingga warnanya masih sesuai dengan aslinya.

14.11. Bahan cat harus benar - benar diaduk sampai merata menjadi satu warna, sehingga warna cat sama pada permukaan yang dicat.

14.12. Penentuan warna bahan cat, harus dikonsultasikan dengan Pemilik Bangunan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.


(37)

37

PASAL 15 : PEKERJAAN LAIN - LAIN.

15.1. Pekerjaan Ukiran papan ulin pada teras depan dan Ukiran papan ulin pada teras samping.

15.2. Pekerjaan tangga utama : - pasangan keramik tangga - pasangan step nosing

- pasangan rilling tangga besi hollow PASAL 16 : PEKERJAAN PENYELESAIAN.

16.1. Yang dimaksudkan pekerjaan penyelesaian ini adalah pekerjaan- pekerjaan perbaikan sebelum serah terima pertama dilaksanakan.

16.2. Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari Proyek, Pengelola Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil yang memuaskan. PASAL 17 : PERATURAN PENUTUP

17.1. Meskipun dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus dipasang oleh Pemborong atau yang harus disediakan oleh Pemborong, tetapi tidak disebutkan atau diuraikan dalam penjelasan pekerjaan pembangunan ini, perkataan – perkataan tersebut diatas tetap dianggap ada dan dimuat dalam RKS ini.

17.2. Pekerjaan yang nyata – nyata menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan , tetapi tidak dimuat atau diuraikan dalam RKS ini , tetap diselenggarakan dan diselesaikan oleh Pemborong, harus dianggap seakan-akan pekerjaan ini dimuat dan diuraikan kata demi kata pada RKS ini untuk menuju penyerahan selesai yang lengkap dan sempurna sesuai menurut pertimbangan Direksi.


(1)

32

Pemilik dengan hasil baik, sesuai dengan spesifikasi teknis.

11.7. Kontraktor.

11.7.1. Hanya Kontraktor yang diundang yang berhak mengikuti pelelangan ini.

11.7.2. Yang dimaksud dengan Kontraktor didalam spesifikasi ini adalah badan pelaksana yang telah terpilih dan memperoleh kontrak kerja untuk penyedian dan pemasangan instalasi Mekanikal / Elektrikal ini sampai selesai.

11.7.3. Kontraktor harus memiliki tenaga ahli yang mempunyai PAS PLN kelas C untuk pekerjaan instalasi listrik dan PAS PAM kelas III (C) untuk pekerjaan plumbing dan kebakaran (Pemipaan) sebagai penanggung jawab dibidang masing – masing.

Kontraktor bertanggung jawab atas pelaksanaan instalasi Mekanikal / Elektrikal dalam proyek ini dan menempatkan seorang tenaga akhli yang setiap saat dapat berdikusi dan dapat memutuskan setiap persoalan teknis dan Administrasi di lapangan.

11.7.4. Kontraktor harus bersedia mengikuti peraturan – peraturan di lapangan yang ditentukan oleh Direksi / Pengawas. 11.7.5. Kontraktor wajib mempelajari dan memahami semua

undang – undang, peraturan – peraturan, persyaratan umum, maupun suplementernya, persyaratan standar internasional, persyaratan pabrik pembuat unit – unit peralatan, buku – buku dokumen pelelangan, bundel gambar – gambar serta segala petunjuk tertulis yang telah dikeluarkan.

11.7.6. Kontraktor dapat meminta penjelasan kepada Direksi / Pengawas atau pihak lain yang ditunjuk. Bilamana menurut pendapatnya pada dokumen – dokumen pelelangan, gambar – gambar atau lainnya terdapat hal – hal yang kurang jelas.

11.7.7. Kontraktor wajib mempelajari dan memeriksa juga pekerjaan – pekerjaan pelaksanaan dari pihak – pihak kontraktor lain yang ikut mengerjakan proyek ini apabila pekerjaan pihak lain dapat mempengaruhi kelancaran pekerjaannya.

Bilamana sampai terjadi gangguan, maka Kontraktor wajib mengerjakan saran – saran perbaikan untuk segenap


(2)

33

pihak. Apabila hal ini dilakukan. Kontraktor tetap bertanggung jawab atas segala kerugian – kerugian yang ditimbulkan.

PASAL 12 : PEKERJAAN KUNCI / ALAT PENGGANTUNG.

12.1. Semua daun pintu, harus dilengkapi dengan kunci tanam merk

setara SES atau kunci yang berkwalitas sama dengan 2 slaag ( dua putaran ) dan lengkap dengan pegangannya.

12.2. Untuk pintu berdaun ganda, disamping kunci tanam harus dipasang

masing- masing pada daun pintu, espagnollete tanam pada bagian atas dan bagian bawah.

12.3. Semua daun pintu harus dipasang engsel Nylon ukuran 5"

dan masing- masing daun pintu dipasang sebanyak tiga buah.

12.4. Semua daun jendela buka harus dipasang :

- 3 buah engsel Nylon 4 ".

- 2 buah grendel otomatis.

- 2 buah hak/kait angin siku stainless steel

- 1 buah pegangan/tarikan.

12.5. Pada daun pintu Kamar Mandi/WC, harus dipasang grendel ACE.

12.6. Pemasangan kunci, grendel, engsel, hak angin dan pegangan,

harus memakai paku sekrup yang ukurannya disesuaikan lubang yang tersedia. Jadi tidak boleh pakai paku.

12.7. Paku sekrup untuk pemasangan alat- alat tersebut dalam

ayat 12.6., harus ditanam dengan cara diputar dengan obeng. Jadi tidak boleh dipukul.

12.8. Semua pegangan, alat penggantung, grendel dan hak angin, harus terbuat dari baja yang di galvanisir.

12.9. Semua alat-alat tersebut diatas sebelum dipasang harus bermutu baik tidak cacat dan disetujui oleh Direksi.

PASAL 13 : PEKERJAAN SANITAIR

13.1. Untuk pekerjaan sanitair ini, perlu diperhatikan rencana gambar


(3)

34

13.2. Pekerjaan Closed.

13.2.1. Closed yang dipakai adalah closed duduk setara

produksi KIA.

13.2.2. Pipa yang menghubungkan closed dengan septictank ,

harus pipa PVC AW diameter 4".

13.3. Pekerjaan Bak Mandi

13.3.1. Bak air dibuat dari pasangan batu bata dengan spesie

1 PC : 2 pasir.

13.3.2. Dinding bagian luar dan bagian dalam dilapisi dengan keramik ukuran 10x20 dengan spesie 1 PC : 2 pasir. 13.3.3. Warna keramik, harus sama dengan keramik dinding

Kamar Mandi / WC.

13.4. Pekerjaan Wastafel.

13.4.1. Wastafel yang dipakai adalah produksi setara KIA Standar atau wastafel produksi sejenis KIA yang lengkap dengan kaca / cermin dan gantungan handuk

13.4.2. Pemasangan wastafel setara harus setinggi 80 cm

dari permukaan lantai sampai kepermukaan atas wastafel.

13.4.3. Warna wastafel yang dipakai dikonsultasikan dengan

Konsultan Perencana dan Pemberi Tugas.

13.5. Pekerjaan Beerput

13.5.1. B e e r p u t dibuat dari bahan rangka kayu ulin dan

siring / penutup papan ulin ukuran 6/8 , 5/7 dan 2/20 sesuai rencana gambar dan bestek

13.5.2. dinding b e e r p u t, dari papan ulin 2/20 yang

dipasang rapat / berdiri dan dipakukan pada rangka ulin 6/8 sesuai dengan rencana gambar bestek.

13.5.3. Untuk pembuangan udara kotor, diatas penutup

berput , harus dipasang pipa besi galvanis diameter 2" dengan tinggi sesuai dengan gambar rencana.

13.5.4. Pada penutup b e e r p u t , dipasang kawat

harmonika dan kemudian di plaster, kemudian harus dibuat lubang kontrol dan penutupnya yang sewaktu- waktu diperlukan dapat dibuka.


(4)

35

13.6. Pekerjaan Instalasi Air Bersih.

13.6.1. Untuk instalasi air bersih, harus dipakai pipa

Galvanised Iron Pipe (GIP) jenis medium class dengan ukuran sesuai dengan rencana gambar dan bestek.

13.6.2. Sambungan - sambungan pipa harus menggunakan

fitting- fitting berdrat dengan diberi teplon tape kecuali pada tempat-tempat yang membutuhkan sambungan flent dan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas Lapangan.

13.6.3. Sambungan dengan las pada pipa galvanis tidak diperkenankan.

13.6.4. Bila pemasangan pipa menempel pada dinding, maka pipa tersebut harus diberi klam yang terbuat dari pelat besi yang berjarak satu sama lain adalah 2 m. Atau sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.

13.6.5. Bila pemasangan pipa tertanam didalam dinding

tembok , harus dilaksanakan sebelum diplester,dan harus benar-benar tertutup dengan plesteran dengan hasil penyelesaian yang waterpass datar/vertikal.

13.6.6. Pipa pipa yang menembus lantai dan dinding

tembok , harus dibuatkan sleve/spring dari pipa PVC yang lebih besar.

13.6.7. Untuk pemasangan kran, harus dilaksanakan

sesuai dengan rencana gambar, bestek dan pekerjaan instalasi air bersih ini, dapat dinyatakan selesai, bila sudah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas Lapangan.

13.7. Pekerjaan Lainnya

- Jetwasher

- Floor drained

- Tempat wudhu pas. Bata berlapis keramik

- Kran air untuk tempat wudhu setara San-ei

- Meja dapur plat beton berlapis keramik + lemari

- Bak cuci stainless steel

- Kran untuk bak cuci setara San-ei


(5)

36

- Bak pembilas pas.bata berlapis keramik

- Bak pewarna pas.bata berlapis keramik

PASAL 14 : PEKERJAAN CAT–CATAN / PLITURAN.

14.1. Seluruh pekerjaan kayu, kusen, jalusi, kisi – kisi, bingkai daun pintu / jendela dan pintu panil, harus dicat kilap setara Nippon Paint.

14.3. Sebelum pekerjaan cat dilaksanakan , maka permukaan yang

akan dicat, harus dibersihkan dan dihaluskan dengan amplas. Kemudian dimenie, dicat dasar, didempul, diplummer dan diampelas rata / licin.

14.5. Untuk mengencerkan bahan cat dengan bahan pengencer,

harus mentaati petunjuk Konsultas Pengawas Lapangan.

14.6. Semua pekerjaan pengecatan, harus dilaksanakan tanpa ada

cacat/goresan yang membuat dinding rusak.

14.7. Pengertian cat pada pekerjaan ini meliputi bahan emulsi, enamel,

vernis, sealer dan lain-lain.

14.9. Pelaksanaan pekerjaan cat untuk permukaan kayu harus

dilaksanakan :

- lapis pertama dicat dengan dana alkyd primer

- lapis kedua dan ketiga harus dicat dengan danalux synthetic

enamel.

14.10. Bahan cat dasar, cat lapis dan cat kilap, harus memakai cat yang

masa pemakaiannya masih berlaku, sehingga warnanya masih sesuai dengan aslinya.

14.11. Bahan cat harus benar - benar diaduk sampai merata menjadi

satu warna, sehingga warna cat sama pada permukaan yang dicat.

14.12. Penentuan warna bahan cat, harus dikonsultasikan dengan

Pemilik Bangunan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.


(6)

37

PASAL 15 : PEKERJAAN LAIN - LAIN.

15.1. Pekerjaan Ukiran papan ulin pada teras depan dan Ukiran papan ulin pada teras samping.

15.2. Pekerjaan tangga utama : - pasangan keramik tangga - pasangan step nosing

- pasangan rilling tangga besi hollow

PASAL 16 : PEKERJAAN PENYELESAIAN.

16.1. Yang dimaksudkan pekerjaan penyelesaian ini adalah

pekerjaan- pekerjaan perbaikan sebelum serah terima pertama dilaksanakan.

16.2. Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan

pemeriksaan dari Proyek, Pengelola Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil yang memuaskan.

PASAL 17 : PERATURAN PENUTUP

17.1. Meskipun dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus dipasang oleh Pemborong atau yang harus disediakan oleh Pemborong, tetapi tidak disebutkan atau diuraikan dalam penjelasan pekerjaan pembangunan ini, perkataan – perkataan tersebut diatas tetap dianggap ada dan dimuat dalam RKS ini.

17.2. Pekerjaan yang nyata – nyata menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan , tetapi tidak dimuat atau diuraikan dalam RKS ini , tetap diselenggarakan dan diselesaikan oleh Pemborong, harus dianggap seakan-akan pekerjaan ini dimuat dan diuraikan kata demi kata pada RKS ini untuk menuju penyerahan selesai yang lengkap dan sempurna sesuai menurut pertimbangan Direksi.