BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS 1

BAB VI
SPESIFIKASI TEKNIS
VI.1 Ketentuan Pelaksanaan
VI.1.1 Bangunan Sementara
Bangunan sementara adalah bangunan direksi, bangunan kerja, gudang bahan-bahan,
dan lain-lain. Bangunan sementara dibuat di lokasi proyek. Besar kecilnya ukuran
bangunan sementara disesuaikan dengan kebutuhan. Bangunan direksi dan bangunan
kerja harus dilengkapi dengan 2 (dua) buah meja tulis, 2 (dua) buah kursi, ruangan
untuk buang air dan cuci tangan, perlengkapan dan penyediaan obat-obatan (P3K),
peti untuk menyimpan barang, lemari, dan lain-lain yang kira-kira diperlukan. Semua
bangunan sementara harus dibongkar setelah pekerjaan selesai, dan bekas
bongkarannya menjadi milik pemberi tugas.

VI.1.2. Ketentuan Penyelidikan Bahan/Alat
Semua ketentuan bahan yang harus disediakan oleh pemborong harus memenuhi
Standar Normalisasi Indonesia, dan Standar Pemeriksaan Umum Bahan-bahan
(PUBB), sedangkan untuk beton berlaku Peraturan Umum Beton Bertulang Indonesia
(PBBI).

Pemborong diwajibkan mengirim contoh-contoh bahan yang diberikan kepada
pemberi tugas, bahan yang kualitasnya diragukan akan dikirim ke kantor

Penyelidikan Bahan-Bahan Bangunan atas biaya pemborong.

Apabila ternyata terdapat bahan-bahan yang dinyatakan tidak baik oleh pemberi tugas
dilapangan pekerjaan, maka pemborong harus segera mengangkut bahan-bahan
tersebut keluar lapangan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari.

Pemborong wajib menyediakan barang-barang antara lain :


Concrete mixture

VI-1





Concrete internal




Vibrator



Concrete external vibrator



Pompa air
Water pass, dan lain-lain.

VI.1.3. Gambar-Gambar
Gambar-gambar kerja untuk seluruh pekerjaan harus selalu ada di lapangan setiap
waktu. Gambar-gambar kerja harus dalam keadaan jelas, dapat dibaca dan
menunjukkan perubahan-perubahan terakhir.

VI.1.4 Rencana kerja
Sebelum dimulai dengan pelaksanaan pekerjaan pemborong harus membuat rencana
kerja yang disetujui direksi dan diajukan selambat-lambatnya satu minggu setelah

pelulusan pekerjaan. Dalam rencana kerja harus dilampirkan Network Planning,
daftar staf ahli di lapangan, dan daftar peralatan.

VI.1.5 Peraturan Terkait
Tata cara pelaksanaan dan lain-lain yang berhubungan dengan peraturan
pembangunan yang sah berlaku di Republik Indonesia selama pelaksanaan kontrak
ini harus betul-betul ditaati. Peraturan-peraturan tersebut adalah :


Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan NI-3 (PUBB)



1965, NI-3 1963, PUBB 1969.



Peraturan Muatan Indonesia (PMI-NI 18/1969)




mingguan, bulanan, dan borongan)



Peraturan-peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971)

Peraturan Perburuhan Indonesia (tentang penggunaan tenaga harian,

Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-NI 5 1961)

VI-2




Peraturan Perusahaan Listrik Negara tentang instalasi listrik dan tenaga
(POL.L-NI 6)
Peraturan Perusahaan Air Minum Negara.


VI.2. Spesifikasi Teknis Material
VI.2.1 Umum
Seluruh material yang ditawarkan pemborong harus memenuhi persyaratan teknis
baik kualitas maupun ukurannya. Untuk material bekas pabrik yang ditawarkan
pemborong, harus ada data-data pokok yang dilampiri dengan brosurnya. Bagi
kontraktor yang memenangkan pelelangan harus menunjukkan contoh setiap material
yang ditawarkan untuk mendapatkan persetujuan direksi.

VI.2.2 Semen Portland
Semen Portland yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat dalam standar NIS.
Semen dapat diterima berdasarkan hasil penyelidikan selama 7 hari, disertai riwayat
kualitas dari penghasil semen selama 12 bulan terakhir.

Pemborong harus menyediakan gudang penyimpanan semen pada tempat-tempat
yang baik dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:







semen senantiasa terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain
yang merusak.
lantai gudang harus kuat dan minimal berjarak 30 cm dari atas tanah.
gudang harus cukup untuk memuat semen dalam jumlah besar sehingga
tidak menimbulkan kemacetan dalam penerimaan atau pengeluaran



semen.
semen dalam sak-sak tidak boleh ditumpuk lebih dari 2 m.

VI-3

VI.2.3. Agregat Kasar, Pasir, dan Batu
Segala cara yang dilaksanakan pemborong untuk pengangkutan, pembongkaran,
pengerjaan dan penimbunan agregat kasar, pasir, dan batu harus mendapat
persetujuan direksi.

Tempat penimbunan harus dibersihkan, diatur sedemikian rupa sehingga pasir atau

agregat kasar tersebut tidak berceceran, dan tidak terkena kotoran lain pada waktu
hujan atau kena air rembesan.
Pemborong atas biaya sendiri harus mengolah kembali pasir atau agregat kasar yang
kotor atau tercecer karena penimbunan yang tidak sempurna. Tinggi timbunan
maksimum adalah 1,23 m dan tidak boleh dipindahkan tempatnya kecuali atas
instruksi direksi.

a.

Pasir

Semua pasir yang diperlukan harus diperoleh pemborong dari sumber yang disetujui
direksi. Pemborong menanggung semua masalah dan biaya yang dibutuhkan untuk
memperoleh pasir tersebut.

Pemborong harus memberikan contoh pasir yang akan dipakai dalam jumlah yang
cukup sebelum pemakaian. Pasir harus bersih dan terbebas dari gumpalan-gumpalan
tanah, alkalis, bahan-bahan yang mengandung organik, dan kotoran-kotoran lainnya
yang dapat merusak.


Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan antara 2 sampai 32, atau sesuai
dengan PBI 1972, atau sesuai dengan ketentuan seperti tersaji dalam Tabel VI.1.

VI-4

Tabel VI.1. Kehalusan Pasir Beton
No
% Satuan Timbangan
Saringan
Tertinggal di Saringan
4
0-15
8
6-15
16
10-25
30
10-30
50
10-30

100
12-30
PAN
3-7
(Peraturan Beton Indonesia, 1972)

Apabila presentase yang tertinggal di saringan no 16 adalah 20%, maka batas
maksimum untuk yang tertinggal di saringan no 8 dapat naik sampai 20%. Pasir
pasang harus memenuhi gradasi seperti yang terdapat pada Tabel VI.2.

Tabel VI.2. Kehalusan Pasir Pasangan
No Saringan % Timbangan Melalui Saringan
8
100
100
15 (maksimum)
(Peraturan Beton Indonesia, 1972)

b.


Agregat Kasar

Agregat kasar yang diperoleh pemborong harus berasal dari sumber yang disetujui
oleh direksi. Pemborong harus menanggung semua permasalahan dan biaya yang
diperlukan untuk memperoleh agregat kasar tersebut. Agregat kasar harus bersih dan
bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah, tipis atau panjang-panjang, bahan
alkalis, atau organis dan substansi lain yang merusak. Berat substansi yang merusak
tidak boleh lebih dari 3 %.

Agregat kasar harus terdegradasi baik dengan ukuran 5–50 mm. Modulus kehalusan
butir harus berada antara 6,0–7,5 atau memenuhi standar PBI-1971. Agregat kasar

VI-5

yang tidak memenuhi ketentuan tersebut harus disaring kembali atas biaya
pemborong.

c.

Batu


Batu yang digunakan adalah batu kali atau batu pecah dari gunung atau batu-batu
besar yang bermutu granit, kwasit, dan trap yang mempunyai berat jenis minimum
2,40 gr/cm3 dan kekuatan tekan tidak kurang dari 40 kg/cm2, keras, kekar, bersih,
penuh, bebas pori-pori, dan bebas cacat belah-belah.

VI.2.4. Air
Air yang digunakan untuk pengadukan beton atau pembuatan spesi harus
menggunakan air tawar yang bersih dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:




tidak mengandung minyak dan bagian-bagian terapung/melayang



harus netral atau sedikit alkalis



adalah 1,5 % atau 15 gr/l

kadar sulfat maksimum adalah 0,5 % atau 5 gr/l, kadar klor maksimum

banyaknya KMnO4 maksimum yang dipakai untuk mengoreksi air kotor
organik didalam air adalah 1000 mg/l.

Apabila contoh air tidak dapat dilakukan, maka dalam hal keragu-raguan mengenai
air harus dilakukan percobaan perbandingan antara kekuatan tekanan mortal semenpasir dengan memakai air suling. Air tersebut dianggap dapat dipakai apabila
kekuatan tekanan mortal dengan pemakaian air tersebut pada umur 7 dan 28 hari
paling sedikit adalah 90 % kekuatan mortal dengan memakai air suling pada umur
yang sama.

VI.2.5. Baja Tulangan
Baja tulangan harus dari baja yang lunak dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2 dan
tegangan maksimum 5000 kg/cm2. Bahan-bahan tersebut dalam segala hal harus
memenuhi ketentuan PBI-1971 atau Jepang kelas 5.R.24 atau 4.24.

VI-6

Baja tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh
disimpan di tempat terbuka dalam waktu lama.

VI.2.6. Baja Struktur Profil
Penyediaan bahan harus lengkap dengan peralatannya dan disesuaikan dengan mutu
kelas I. Mutu baja profil, pelat-pelat simpul, baut, mur, dan paku keling harus
memenuhi persyaratan minimal yang mempunyai kekuatan normal 3700 kg/cm2.

Bahan-bahan yang dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan baja harus diperoleh dari
suplier yang disetujui oleh pemberi tugas. Pasangan-pasangan yang tepat, bentuk,
tebal ukuran, berat, dan detail-detail konstruksi yang ditunjukkan pada gambar harus
disediakan. Bahan baja kecuali ditentukan lain oleh pemberi tugas harus sesuai
dengan PUBB-56.

Baut dan paku keling yang digunakan untuk konstruksi harus mempunyai ukuran
yang sesuai dengan yang tercantum pada gambar. Kekuatan baut atau paku keling
minimal harus sama dengan kekuatan baja profil dan pelat simpul. Pemasangan baut
dan paku keling harus benar-benar kokoh.

VI.2.7 Standar Pipa
Jenis-jenis pipa yang dipergunakan dalam pengerjaan ini adalah pipa dari jenis
Ductile Cast Iron Pipe (DCIP). Pipa galvanis yang didatangkan dari suplier harus
dalam keadaan utuh/baru dan semua dalam keadaan terlindung, dan sesuai dengan
kelas yang disyaratkan dan memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:


pipa besi yang dimaksud disini adalah lengkap dengan soket dan



perlengkapan-perlengkapan sambungan



minimum hidrostatic test pressure harus mencapai 10 atm



penyambungan dilakukan dengan mengikuti ketentuan pabrik



pipa yang digunakan harus dari jenis kelas 1
pipa yang ditawarkan harus baru dan dijamin keutuhannya.

VI-7

VI.2.8 Perlengkapan Pipa
Perlengkapan pipa yang dimaksud adalah perlengkapan yang sesuai untuk macam
pipa yang digunakan. Sambungan dilakukan dengan union socket. Minimum
hidrostatic test pressure yang harus dicapai sesuai dengan yang berlaku untuk
pipanya.

VI.2.9 Gate Valve
Gate valve yang digunakan adalah Round Flange Valve dengan Direct Drive Non
Rising Stem. Kriteria lain yang harus dipenuhi:




minimun leakage pressure adalah 8 atm
spendel terbuat dari brause

VI.3 Persyaratan Teknis Pekerjaan Sipil/Konstruksi
Ruang lingkup pekerjaan sipil meliputi: pekerjaan persiapan, pekerjaan pematangan
tanah, pekerjaan pondasi, pekerjaan beton, pekerjaan bata dan plesteran, pekerjaan
kayu, pekerjaan atap, pekerjaan kaca, serta pekerjaan sarana jalan.

VI.3.1 Perkerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan awal dari kegiatan pembangunan. Lokasi tempat
pembangunan harus dibersihkan dari hal-hal yang dapat mengganggu kelancaran
kerja, misalnya: pohon, akar-akar tanaman, dan semak-semak di lokasi tersebut. Pada
tahap ini juga dibuat sarana penunjang lain seperti pembuatan kantor kontraktor dan
konsultan, pemasangan genset, dan lain-lain.

VI.3.2 Pekerjaan Pematangan Tanah
Pada tahap pekerjaan ini dilakukan persiapan lokasi pembangunan IPAL agar
mencapai elevasi yang telah direncanakan dalam gambar rencana penempatan unitunit pengolahan.

VI-8

Pekerjaan tanah tersebut meliputi:
a. pekerjaan pengukuran dan pematokan
b. pekerjaan pembersihan lokasi
c. pekerjaan penggalian
d. pekerjaan pengurugan.

Pekerjaan penggalian tanah dilakukan sesuai dengan pematokan yang telah
dilakukan. Klasifikasi jenis galian menurut tingkat kesulitannya untuk menentukan
pembiayaan adalah sebagai berikut:




galian tanah biasa
galian tanah keras/cadas merupakan tanah berbatu, umumnya untuk
menggali tanah ini digunakan bor atau dengan bahan peledak atau alat
khusus lainnya.

Galian tanah yang selalu berair akan menimbulkan masalah air tanah setelah
mencapai kedalaman gali lebih dari 0,2 dari permukaan air konstan. Bila perlu saat
dilakukan penggalian, galian harus diberi penguat dan dibuat agak miring sehingga
tidak terjadi longsor yang dapat mengganggu bangunan yang telah dibuat dan
menjaga para pekerja untuk bekerja dengan aman.

Daerah penggalian harus mempunyai saluran pembuangan air yang baik dan bebas
dari genangan air atau dapat juga digunakan pompa air, karena seluruh pekerjaan
sedapat mungkin dikerjakan dalam keadaan kering. Galian harus dibuat dengan lebar
berlebih untuk memasukkan unit-unit penyangga, penguat galian, peralatan
pembangunan sipil dan harus cukup untuk meletakkan dan menyambungkan pipa
dengan baik.

Harus dilakukan persiapan-persiapan tersendiri untuk menampung sementara bahan
galian, yang diperlukan untuk pengurugan kembali. Bahan galian yang tidak dapat
digunakan sebagai bahan urugan atau keperluan lain, diangkut dari lapangan untuk
dibuang ke tempat pembuangan akhir yang telah disepakati.

VI-9

a. Pekerjaan Pengurugan
Pengurugan harus dilakukan sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasinya serta
disebutkan dalam “Pekerjaan Tanah”. Pengurugan harus memenuhi ketentuanketentuan bahwa tanah yang digunakan bukan termasuk tanah lempung asli (kadar
clay