SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR adendum

SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR
A. SPESIFIKASI UMUM
PASAL 01
URAIAN KEGIATAN

Kontraktor sebelum mulai melaksanakan pekerjaan diharuskan mengadakan survey,
penelitian dan pemahaman mengenai :
1.1 Dasar pelaksanaan pekerjaan.
Pemahaman mengenai ketentuan-ketentuan pekerjaan yang tercantum dalam :
Rencana kerja dan syarat serta gambar-gambar pelaksanaan untuk pekerjaan ini.
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan/Aanwijzing.
1.2 Lapangan/bahan yang tersedia.
Survei kondisi lapangan serta penelitian bahan-bahan bangunan yang akan
digunakan yang tersedia di pasaran dengan merujuk pada rekomendasi produsen
untuk barangbarang pabrikan.
1.3 Gambar-gambar secara menyeluruh.
Pemahaman gambar situasi, denah, arsitektur bentuk bangunan dan gambargambar detail konstruksi, serta melakukan analisis kebutuhan bahan dan menyusun
rencana kerja.
1.4 Pekerjaan yang harus diselesaikan.
Rangkaian pekerjaan yang harus diselesaikan dalam pelaksanaan
Lanjutan Pembangunan Gedung AULA PIH Batam

untuk paket pekerjaan ini mencakup:
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Tanah dan Pondasi
c. Pekerjaan Beton
d. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
e. Pekerjaan Pintu dan Jendela
f. Pekerjaan Keramik
g. Pekerjaan Plafond
h. Pekerjaan Cat
i. Pekerjaan Archifoam Listplank luar
j. Pekerjaan Rangka Atap dan Penutup Atap
k. Taman dan Pagar
l. Tangga Luar dan dalam
m. Septicktank

n. Pekerjaan Instalasi Air dan Listrik

PASAL 02
TITIK DUGA DAN UKURAN-UKURAN
Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus mempelajari substansi pekerjaan yang

harus dilakukan termasuk detail-detail ukuran dalam gambar lelang yang sudah
disepakati bersama menjadi gambar kontrak serta membuat ajuan gambar pelaksanaan
sebagai hasil sinkronisasi gambar rencana dengan kondisi di lapangan saat akan mulai
pekerjaan.
2.1 Lokasi proyek.
Terletak di Kota Batam.
2.2 Titik Duga.
Digunakan Bench Mark lokal dari hasil pengukuran lapangan yang merujuk pada
koordinat lokal yang terdapat di kawasan proyek.
2.3 Ukuran dalam gambar.
Ukuran-ukuran pada denah dan ukuran-ukuran tinggi telah ditetapkan dalam
gambar-gambar dengan catatan
a. Jika terdapat perbedaan ukuran antara gambar-gambar, maka yang
menentukan adalah ukuran-ukuran pada gambar dengan skala yang
lebih besar dan dikonsultasikan dengan Direksi.
b. Jika terdapat ketidak-sesuaian antara gambar dan RKS, harus segera
dikonsultasikan dengan Direksi.
c. Pengambilan dan pemakaian ukuran yang keliru sebelum selama dan
sesudah pekerjaan dilaksanakan menjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya.

d. Menetapkan ukuran dan sudut-sudut siku agar tetap dijaga dan
diperhatikan ketelitiannya.
e. Kontraktor harus bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan menurut
ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar dan bestek.
PASAL 03
PEKERJAAN PERSIAPAN
Kontraktor harus mempersiapkan suatu rencana kerja pra pelaksanaan baik yang
menyangkut kegiatan administrasi, teknis di kantor maupun beberapa pekerjaan
penyiapan fisik di lapangan.

3.1 Penyerahan Lokasi Pekerjaan.
Tempat Pekerjaan diserahkan kepada Kontraktor dalam keadaan seperti pada waktu
Pemberian Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing Lapangan)
3.2 Pembersihan Lapangan
Kontraktor atas petunjuk Direksi/Pengawas harus melakukan pembersihan lapangan
sedemikian rupa sehingga lahan bersih dari sisa-sisa bangunan lama yang akan
mengganggu pelaksanaan pembangunan.
3.3 Jalan Proyek
Jalan proyek merupakan jalan yang digunakan untuk pengangkutan material proyek.
Kerusakan jalan masuk menuju lokasi dan tempat pekerjaan yang disebabkan oleh

pelaksana pembangunan ini menjadi tanggung jawab Kontraktor, dan Kontraktor
wajib

memelihara

kondisi

jalan

selama

masa

pelaksanaan

pekerjaan

serta

memperbaiki sampai baik kembali pada saat akhir masa pelaksanaan pekerjaan

3.4 Air Proyek
Kontraktor harus menyediakan air bersih untuk proyek, pengadaan air bersih
tersebut dapat dari PAM bilamana mungkin atau dengan membuat sumur gali atau
sumur bor atau dari sumber lain yang berdekatan, dengan syarat air tersebut harus
memenuhi persyaratan untuk pembangunan seperti persyaratan yang tercantum
dalam SK. SNI. S-04-1989-F.
3.5 Papan nama Proyek.
Papan nama proyek dibuat dengan ukuran 1 x 2 m, dan dipasang dilokasi proyek, 1
(satu) minggu setelah Kontraktor menerima Surat Perintah Mulai Kerja, serta dijaga
keberadaannya selama proyek berlangsung. Papan nama proyek dibuat dari papan
dan tiang kayu 10 x 10 kayu kualitas baik, atau dibuat sesuai petunjuk Direksi.
Bentuk dan cara penulisan papan nama proyek mengikuti normalisasi Pemerintah
Daerah Setempat. Bila diharuskan oleh pihak Proyek, Kontraktor boleh memasang
papan nama proyek sesuai normalisasi dari Pemerintah Daerah Setempat pada awal
masa pelaksanaan pekerjaan.
3.6 Papan Reklame.
Kontraktor tidak diperkenankan menempatkan papan reklame dalam bentuk apapun
dalam lingkungan halaman, atau pada pagar halaman, kecuali dengan ijin pemberi
tugas
3.7 Penjagaan Dan Penerangan.


a. Kontraktor harus mengurus penjagaan di luar jam kerja (siang dan malam) dalam
kompleks pekerjaan termasuk bangunan yang sedang dikerjakan, gudang dan
lain-lain.
b. Untuk kepentingan keamanan dan penjagaan perlu diadakan penerangan/lampu
pada tempat tertentu.
c. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan dan alat-alat lain yang
disimpan dalam gudang dan halaman pekerjaan apabila terjadi kebakaran dan
pencurian, Kontraktor harus segera mendatangkan gantinya untuk kelancaran
pekerjaan.
d. Kontraktor harus menjaga jangan sampai terjadi kebakaran atau sabotase di
tempat pekerjaan, alat-alat pemadam kebakaran atau alat bantu lain untuk
keperluan yang sama harus selalu berada di tempat pekerjaan.
e. Segala resiko dan kemungkinan kebakaran yang menimbulkan kerugiankerugian
dalam pelaksanaan pekerjaan dan bahan-bahan material juga gudang dan lainlain, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3.8 Keselamatan Kerja.
a. Bilamana terjadi kecelakaan kerja, Kontraktor harus segera mengambil tindakan
dan memberitahukan kepada Direksi untuk disampaikan ke Pemimpin Proyek.
b. Kontraktor harus memenuhi/mentaati peraturan-peraturan tentang perawatan
korban dan keluarganya.

c. Kontraktor harus menyediakan obat-obatan yang tersusun menurut syaratsyarat
Palang Merah dan setiap kali sehabis digunakan harus dilengkapi lagi.
d. Kontraktor diwajibkan mentaati undang-undang tenaga kerja dan segera
mengurus ASTEK setelah SPK diterbitkan.
PASAL 04
BAHAN BANGUNAN
Dalam pelaksanaan fisik, sebelum memulai satu bagian pekerjaan kontraktor harus
mengajukan semacam lembar request atau lembar persetujuan yang disertai juga
dengan beberapa contoh material bahan bangunan yang akan digunakan baik dalam
bentuk contoh barang maupun brosur dan surat rekomendasi pabrikan. Pekerjaan baru
dapat dimulai setelah request memperoleh persetujuan dari Direksi.
4.1 Bahan Bangunan.

Yang disebut dengan bahan bangunan adalah semua bahan-bahan yang digunakan
dalam pelaksanaan sebagai tertera dalam uraian pekerjaan dan persyaratan
pelaksanaan ini serta gambar kerja.
Semua bahan bangunan harus berkualitas baik dan sesuai dengan syarat-syarat
yang tercantum dalam PUBB, PBI’71, SK SNI T-15-1991-03, AV, PTC, AUWI, AVE dan
PKKI.
4.2 Barang Pabrikan.

Penggunaan bahan pabrikan harus disertai dengan contoh barang yang didukung
surat rekomendasi dari pabrik mengenai proses produksi hingga kualitas barang
serta kemampuan penyediaannya. Contoh barang tersebut diajukan pada Direksi
dalam beberapa alternatif pilihan dan Direksi berhak untuk meminta keterangan
selengkap-lengkapnya tentang kondisi dan
spesifikasi barang tersebut.
4.3 Basecamp.
Jika diperlukan pekerjaan yang memerlukan tempat kerja selain tempat kerja yang
ada dilapangan atau fabrikasi di tempat lain (Basecamp), maka Kontraktor wajib
memberitahu kepada Direksi Lapangan, agar kualitas bahan maupun kualitas
pekerjan

sebelum

dikirimkan

ke

lapangan,


Direksi

bisa

dan

berhak

untuk

merekomondasi apakah layak untuk di kirim/pasang.
4.4 Air untuk bangunan.
a. Untuk pembangunan haruslah digunakan air tawar yang bersih dan bebas
mineral, zat organic, tanah lumpur, larutan alkalin dan lain-lain.
b. Jika air yang diambil dari saluran air minum atau sumber air lain yang ada tidak
mencukupi maka Kontraktor harus mengadakan air dengan mendatangkan atau
mengadakan sumber air sendiri yang memenuhi syarat.
4.5 Semen Portland.
a. Semen Portland (PC) yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi
syarat-syarat yang tercantum dalam PBI’71 secara visual berwarna abu-abu

kehijauan.
b. Kantong pembungkus tidak boleh rusak jahitannya sebelum sampai di tempat
pekerjaan.
c. Semen yang sudah mulai membatu tidak boleh dipergunakan.
d. Untuk menghindari terjadinya semen sampai membatu, Kontraktor diwajibkan
untuk menjaga stok semen jangan sampai melebihi kapasitas penggunaan (sesuai
dengan schedule).

e. Penyimpanan semen (gudang semen), agar dibuat tidak kemasukan air/air hujan
dan terpengaruh cuaca.
f. Semua semen yang digunakan harus keluaran pabrik yang sama dan hasil
produksi yang sama.
4.6 Kerikil
a. Untuk pekerjaan beton batu pecah atau koral dengan gradasi 2 sampai 3 cm,
bersih dari bahan organis atau kotoran lain sebelum digunakan harus dicuci
terlebih dahulu.
b. Kerikil yang akan digunakan untuk bahan beton (pengecoran) harus kerikil yang
keras tidak berpori.
c. Untuk pekerjaan rembesan kerikil dari kwarsa keras.
4.7 Pasir

a. Pasir beton yang digunakan adalah pasir yang bersih tidak mengandung bahanbahan organis kasar tajam memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam PBI’71.
b. Untuk pasir aduk pasir beton digunakan pasir yang kasar dan tidak mengandung
lumpur atau tanah (yang berkualitas baik)
c.

Penyetokan

material

terutama

pasir

agar

dipisahkan

sesuai

dengan

penggunaannya (jangan sampai tercampur).
4.8 Besi
a. Semua besi beton yang dipakai harus sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan.
b. Baja tulangan untuk diameter 6 mm dan 8 mm digunakan baja polos dengan
mutu baja tulangan U-24 atau memiliki tegangan leleh minimal 2.400 kg/cm2,
yang dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan SKSNI T-15-1991-03
untuk baja tulangan 1122, standard Jepang kelas S > R.22.
c. Baja tulangan untuk diameter > 10 mm digunakan baja ulir dengan mutu baja
tulangan U-32 atau memiliki tegangan leleh minimal 3.200 kg/cm2, yang dalam
segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan SK SNI T-15-1991-03 untuk baja
tulangan 1122, standard Jepang kelas S > R.22
d. Baja tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh
disimpan di udara terbuka untuk jangka lama.
e. Cara pembengkokan besi tulangan harus menurut peraturan yang tercantum
pada SK SNI T-15-1991-03.

f. Anyaman besi harus kokoh sehingga tidak berubah tempat selama pengecoran.
Selimut beton dibuat dengan beton decking (tahu beton) dari mortar semen
campuran 1 : 2 dengan ukuran 4 x 4 x 2.5 cm atau sesuai petunjuk Direksi.
g. Besi tulangan harus disatukan satu sama lain dengan kawat bendrat mutu sama
dengan baja tulangan kecuali jika Direksi menginstruksikan menggunakan las.
h. Sebelum pengecoran, kondisi baja tulangan harus bebas dari minyak, kotoran,
cat, karat atau bahan lain yang merusak.
4.9 Lain-lain
a. Semua bahan-bahan perlengkapan yang akan dipergunakan pada bangunan ini,
sebelumnya harus diperiksa oleh Direksi, dan baru dapat digunakan setelah
disetujui.
b. Penggunaan bahan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat bahan tersebut akan
ditolak atau dikeluarkan atas perintah Direksi setelah 2x24 jam dengan segala
resiko oleh Kontraktor.
c.

Apabila

diperlukan

pemeriksaan

laboratorium

atas

bahan,

maka

biaya

pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor.
d. Persyaratan bahan-bahan yang belum tertuang didalam RKS dan ada dalam
gambar, sebelum bahan tersebut didatangkan di lokasi proyek agar terlebih
dahulu dikoordinasikan dengan Direksi.
PASAL 05
PEKERJAAN URUGAN TANAH DAN PEMADATAN
5.1 Lingkup Pekerjaan
a. Peil tanah urugan dibuat untuk memperoleh elevasi seperti gambar rencana.
b. Pelaksanaan pemadatan setelah urugan tanah, hingga mendekati kepadatan tanah
asli.
5.2 Langkah Pelaksanaan
a. Peil tanah urugan dibuat untuk memperoleh elevasi seperti gambar rencana.
b. Tanah urugan diambil dari luar lokasi sejenis tanah padas, kecuali apabila pada
lokasi terdapat tanah urug yang menurut Direksi dapat digunakan sebagai bahan
urug.
c. Sebelum pekerjaan urugan tanah dimulai terlebih dahulu tanah humus dibuang
keluar lokasi.
d. Pekerjaan urugan dilaksanakan selapis demi selapis dengan tebal urugan 20 cm,
dan dipadatkan sampai mendapatkan kepadatan yang diinginkan (disyaratkan).
e. Pemadatan dikerjakan dengan alat pemadat mekanis.

f. Penyiraman dengan air pada setiap lapis proses pemadatan akan sangat
membantu upaya pemadatan tanah.
PASAL 06
PEKERJAAN GALIAN TANAH DAN URUGAN PONDASI
Selain untuk mendapatkan elevasi muka tanah rencana, pekerjaan galian tanah juga
banyak
dilakukan untuk pemasangan pondasi bangunan yang tentunya harus diikuti dengan
pelaksanaan pekerjaan urugan kembali setelah pondasi bangunan terpasang.
6.1 Lingkup Pekerjaan
a. Penggalian tanah untuk pembuatan pondasi bangunan.
b. Pengurugan kembali setelah pemasangan konstruksi pondasi.
c. Pemadatan tanah urugan kembali.
6.2Langkah Pelaksanaan
a. Pekerjaan persiapan pembuatan pondasi harus sesuai gambar, lereng galian harus
sedemikian rupa sehingga tidak mudah longsor.
b. Kontraktor diharuskan melapor kepada Direksi dan dimintakan
persetujuan/keputusannya sebelum mulai dengan pekerjaan penggalian untuk
pondasi terutama yang berkenaan dengan titik lokasi penggalian.
c. Setelah penggalian mencapai peil atau elevasi yang diinginkan, Kontraktor harus
memintakan persetujuan Direksi untuk memulai pekerjaan konstruksi.
d. Sisa-sisa/bekas-bekas pekerjaan penyiapan pondasi harus dibuang ke luar lokasi
sehingga air hujan lekas dapat mengalir ke saluran pembuang. Tanah antara tepi
galian dan bouwplank harus selalu rata, dan bersih dari timbunan.
e. Bekas parit-parit, lubang-lubang tanah galian di dalam pekerjaan harus ditimbun
dengan pasir dan dibasahi sampai padat, sehingga menutup lubang galian sampai
permukaan atas pondasi. Untuk lubang-lubang bekas galian di luar bangunan
penimbunannya dapat menggunakan tanah dari luar lokasi, penimbunan tanah
dikerjakan secara berlapis-lapis dan sampai mendapatkan ketinggian yang
diinginkan dan dipadatkan.
f. Urugan tanah guna mencapai peil yang ditentukan diambil/didatangkan dari luar
lokasi. Kecuali atas kebijaksanaan lain dari Direksi yang disetujui Pemimpin
Proyek. Urugan tersebut dipadatkan lapis demi lapis, tiap lapis 20 cm hingga
mendapatkan kepadatan yang diinginkan.
PASAL 07
PEKERJAAN PONDASI TANGGA

Pekerjaan pondasi tangga mencakup jenis pondasi yaitu pondasi telapak beton
bertulang
(foot plat) .
7.1 Lingkup Pekerjaan
a. Galian tanah pondasi telapak (foot plat) pada titik-titik kolom.
b. Penentuan titik pondasi harus menggunakan alat ukur misal thedolit, waterpass,
dll yang dikerjakan oleh tenaga ahli dibidangnya.
c. Semua pekerjaan beton bertulang yang terletak di bawah permukaan tanah yang
menerima langsung beban kolom bangunan.
d. Pembuatan bekesting pondasi dan sloof dari kayu.
e. Urugan kembali lubang galian setelah konstruksi terpasang.
7.2 Langkah Pelaksanaan
Terdiri dari satu kondisi pondasi dan satu kondisi pengurugan tanah kembali pada
sisa lubang setelah pondasi terpasang.
a. Pekerjaan galian tanah pondasi.
1. Semua tanah galian pondasi diletakkan minimal 1.00 m dari jarak lubang galian
tanah pondasi, agar tanah hasil galian tidak longsor dan masuk lagi kedalam
galian tanah.
2. Kedalaman galian tanah untuk pondasi harus sesuai gambar, dan mendapatkan
persetujuan dari Direksi.
3. Hasil galian tanah pondasi boleh digunakan sebagai tanah urug setelah terlebih
dahulu dibuang humusnya dan akar-akar pohon yang ada disekitarnya.
4. Untuk menghindari genangan air dalam lokasi pekerjaan agar dibuatkan paritparit
sementara untuk mengalirkan air.
b. Pondasi telapak beton bertulang.
1. Sebelum pasangan pondasi telapak dimulai terlebih dahulu kedalaman dan
lebar galian dikontrol apakah sudah sesuai yang diharapkan.
2. Jika terjadi galian tanah terlalu dalam, tidak diperkenankan mengurug
menggunakan tanah bekas galian agar kedalamannya sesuai dengan peil yang
diinginkan (sesuai gambar), harus menggunakan pasir.
3. Setelah kedalaman tanah tidak ada masalah (sesuai gambar), baru diurug
dengan pasir. Ketebalan urugan pasir dibuat sesuai gambar.
4. Untuk mencapai kepadatan urugan pasir harus disiram dengan air secukupnya.
6. Setelah urugan pasir, dihamparkan adukan beton campuran 1 : 3 : 5 yang
difungsikan sebagai lantai kerja.

7. Pemasangan tulangan dengan baja mutu U-32 dilakukan dengan tingkat presisi
yang tinggi mengingat perannya sebagai as bangunan.
8. Pengecoran plat pondasi menggunakan adukan beton dengan campuran beton
K225 sesuai yang ada dalam BOQ.
9. Pengecoran dilakukan sampai pada batas kolom paling bawah atau sesuai
dengan petunjuk Direksi.
10. Perawatan beton setelah pengecoran dilakukan sampai beton mengeras, dan
selama perawatan galian tidak boleh ditimbun.
11. Pengecoran pondasi dilanjutkan untuk kolom tegak sampai batas di atas muka
tanah atau pada sisi bawah balok sloof, atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
12. Setelah selesai begesting dibongkar. Lubang bekas galian diijinkan untuk
ditimbun.
c. Urugan kembali.
1. Pengurugan kembali lubang sisa galian dilakukan setelah mendapat ijin
Direksi.
2. Urugan kembali dapat menggunakan tanah bekas galian.
3. Pemadatan urugan kembali dilakukan untuk memperoleh kepadatan
mendekati kepadatan tanah asli.
PASAL 08
PEKERJAAN BETON
Pekerjaan beton merupakan salah satu bagian pekerjaan yang memerlukan perhatian
yang
serius dari Kontraktor dan Direksi dalam setiap proses dan keputusan yang diambil.
8.1 Lingkup Pekerjaan.
a. Pekerjaan beton bertulang yang dilakukan adalah pembuatan pondasi, kolom
,sloof, balok tangga, Pelat lantai, dan pekerasan semenisasi jalan,
b. Bagian-bagian pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan beton dan
dilakukan sebelum, sedang serta sesudah pengecoran adalah pembuatan
cetakan, persiapan dan penulangan, pengecoran, pemeliharaan, pembukaan
cetakan dan lain sebagainya.
c. Semua pekerjaan beton bertulang yang dilakukan harus disertai test beton di
lapangan yang hasilnya langsung dapat diperoleh, serta test beton di
laboratorium yang dilakukan di lembaga di luar proyek dengan biaya test
ditanggung oleh Kontraktor.
8.2 Persyaratan Umum

a. Konstruksi rangka bangunan dengan bahan struktur beton bertulang harus
menggunakan peraturan peraturan/normalisasi yang berlaku di Indonesia
seperti PBI’71 (Peraturan Beton Indonesia tahun 1971) dan atau SK SNI T–15–
1991-03, PMI (Peraturan Muatan Indonesia), dan lain-lain.
b. Peraturan beton
 Semua pekerjaan beton harus dipenuhi syarat-syarat yang ada pada

SK SNI T-15-1991-03.
 Syarat-syarat bahan untuk semua pekerjaan beton SK SNI T-15-1991-

03 pasal 3.1 sampai 3.9.
 Syarat pelaksanaan pekerjaan beton SK SNI T-15-1991-03 bagian 3 bab

4,5,6 berlaku seluruh pasal.
 Syarat-syarat pekerjaan tulangan SK SNI T-15-1991-03 bab 5 pasal 5.3

sampai 5.8.
 Perhitungan untuk pekerjaan beton bertulang berdasarkan SK SNI T-

15-1991-03.
 ______________Perhitungan muatan pada bangunan (PMI).

c. Penggunaan bahan bangunan.
 Kualitas campuran beton harus memenuhi syarat dengan campuran

beton ( sesuai yang ada dalam B O Q )
 Kualitas baja U-24 untuk baja polos dan U-32 untuk baja ulir.
 Setiap sambungan beton lama dan baru ditambahkan bahan additive

beton.
8.3 Langkah Pelaksanaan.
Langkah pelaksanaan pekerjaan beton bertulang terdiri dari kegiatan penyiapan
adukan, pemasangan tulangan, persiapan pengecoran atau pemasangan begesting,
pelaksanaan pengecoran, perawatan atau pemeliharaan beton, pembongkaran
begesting dan pelaksanaan uji laboratorium.
a. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton, Kontraktor harus meneliti gambargambar
kerja penulangan beton. Apabila terjadi keragu-raguan segera
menanyakan dan meminta jawaban Direksi sebelum memulai pelaksanaan
pekerjaan.
b. Adukan
 Adukan beton untuk konstruksi beton bertulang digunakan beton

dengan campuran K225 ( sesuai yang ada dalam BOQ )

 Adukan beton untuk konstruksi beton tidak bertulang menggunakan

adukan 1 : 3 : 5
c. Tulangan
 Membengkok dan meluruskan tulangan untuk beton bertulang harus

dilakukan dalam keadaan dingin. Batang tulangan harus dipotong dan
dibengkokkan sesuai dengan gambar kerja. Bila tidak tercantum
dalam gambar kerja, harus dimintakan persetujuan Direksi terlebih
dahulu.
 Tulangan harus bebas dari kotoran-kotoran dan karat, serta bahanbahan

lain yang mengurangi daya rekat.
 Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama

pengecoran tidak berubah tempat.
 Tulangan lengkung tidak boleh menempel pada papan cetakan atau

tumpuan lain. Untuk itu harus dibuat beton tahu (beton decking)
dengan tebal dan pemasangan sesuai dengan PBI ’71.
d. Persiapan Pengecoran
 Kontraktor harus membuat kotak takaran untuk adukan beton.
 Semua cetakan dibersihkan dari segala kotoran.
 Cetakan harus datar dan tegak lurus, kedudukan dan bentuknya tetap

tidak bergeser maupun bergerak pada waktu dan setelah pengecoran
tetapi mudah dibongkar.
 Cetakan dibuat dari kayu berkualitas sedang tebal 3 cm, dan

memenuhi syarat sesuai fungsinya. Sambungan-sambungan antara
papan dan balok harus rapat, rapi dan kuat.
 Apabila untuk rangka penyangga begesting digunakan kayu, maka

bahan kayu harus kering, lurus dan berupa kayu kina atau pinus atau
kayu berkualitas sedang yang lain. Jarak penempatan maksimum
antar penyangga adalah 60 cm. Dan direncanakan untuk memikul
muatan dibawah 1000 kg.
 Penyangga tidak boleh diberdirikan di atas tanah (harus dengan alas

papan).
 Penulangan diteliti kembali/disesuaikan dengan gambar, kalau ada

yang bengkok atau berubah posisi harus segera dibetulkan.
 Perubahan atau penambahan penulangan dan ukuran beton atau

perbedaan pelaksanaan dengan gambar kerja, harus sepengetahuan

dan sepersetujuan Direksi.
e. Pengecoran
 Pengecoran beton harus seijin tertulis dan sepengetahuan Direksi.
 Perbandingan adukan beton sesuai dengan ketentuan dalam Rencana

Kerja dan Syarat ini.
 Pembuatan campuran beton yang dilakukan setempat maka (1) angka

dalam perbandingan adukan menyatakan takaran dalam isi yang
ditakar dalam keadaan kering, (2) Takaran harus dibuat baik dan
kuat, sebelum dipakai dimintakan persetujuan Direksi, dan (3)
Pengadukan minimum 3 menit setelah semua bahan masuk ke dalam
drum pengadukan, adukan beton harus memperlihatkan susunan dan
warna yang sama.
 Penggunaan bahan-bahan pembantu harus terlebih dahulu disetujui

oleh Direksi.
 Begesting atau tulangan yang terkena percikan beton harus

dibersihkan sebelum pengecoran selanjutnya.
 Beton tak boleh dituang langsung dari ketinggian lebih dari 1,5 meter

untuk mencegah terlepasnya agregat dari campuran bahan
pengikatnya.
f. Pembongkaran Begesting
 Pembongkaran harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa hingga

menjamin seluruhnya keamanan beton yang telah dicor.
 Bagian struktur beton yang disangga dengan batang penyangga tidak

boleh dibongkar begesting maupun tiang penyangganya sebelum
elemen struktur tersebut mencapai kekuatan minimal untuk memikul
berat sendiri berikut bahan-bahan pelaksanaan di atasnya.
 Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari

pengawas, atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai
berikut:
- Bagian sisi balok 48 jam
- Balok tanpa beban konstruksi 7 Hari
- Balok dengan beban konstruksi 21 Hari
- Pelat beton 21 Hari
g. Perawatan beton.
 Upaya perawatan beton dilakukan selama proses pengerasan.

 Selama proses pengerasan, beton tiap hari harus disiram dengan

cukup air, selama minimum 1 (satu) minggu berturut-turut.
PASAL 9
PEKERJAAN DINDING
Penutup ruang atau dinding terbuat dari pasangan bataco pres. Kontraktor harus
melakukannya dengan ketelitian yang sebaik mungkin mengingat secara visual
kerapihan
hasil akhir pekerjaan salah satunya akan terlihat dari presisi dinding bangunan.
9.1 Lingkup Pekerjaan.
Pembuatan dinding dari pasangan bataco press yang sesuai dengan gambar.
9.2 Langkah Pelaksanaan.
Dinding pasangan bata
a. Batako yang akan dipergunakan untuk pasangan dinding harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh Direksi.
b. Bata kurang dari setengah panjang tidak boleh dipergunakan.
c. Pemasangan dinding batako harus benar - benar rapi, rata dan sesuai dengan alur
yang sebenarnya.
d. Pasangan bata dilakukan dengan campuran 1 PC : 4 Ps untuk semua pasangan batu
bata selain pasangan trasram.
e. Campuran 1 PC : 2 Ps digunakan untuk pasangan dinding kamar mandi, pasangan
diatas sloof maupun diatas balok setinggi 0.50 m, dan pasangan dinding yang
diperlukan kedap air.
f. Pemasangan dinding batako tidak diperbolehkan terjadi siar vertical yang segaris
g. Pemasangan dinding batako tidak diperbolehkan menggunakan batu batako
potongan, kecuali tempat-tempat tertentu yang diharuskan memakai batako
potongan.
h. Pasangan batu batako seluas maksimum 12 m2 harus diperkuat beton (kolom
praktis) 15 x 15 cm dengan tulangan pokok 4 Ø 10, beugel Ø 8 jarak 15 cm kecuali
sudah ada perkuatan lain.
i.Pasangan batu bata tidak boleh ditembus andang-andang.
PASAL 10
PEKERJAAN PLESTERAN DAN SPONENGAN
Kerapian pekerjaan plesteran dan sponengan ini sangat bergantung pada presisi hasil
pekerjaan beton struktur dan dinding bata yang sudah ada.
10.1 Lingkup Pekerjaan

a. Plesteran dilakukan untuk pekerjaan pasangan maupun beton seperti
tersebut dalam gambar.
b. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan profil beton, sponengan,
dan plester pasangan dinding seperti pada gambar.
10.2 Langkah Pelaksanaan
a. Campuran 1 PC : 4 Ps digunakan untuk pasangan dinding beton mengingat
fungsinya yang memerlukan kondisi kedap air.
b. Untuk hal-hal yang khusus diperlukan plesteran dengan menggunakan produk
sekualitas mortar (sesuai yang disyaratkan dalam gambar).
c. Sebelum pekerjaan plesteran dilakukan, bidang-bidang yang akan diplester
harus dibersihkan terlebih dahulu kemudian dibasahi dengan air agar
plesteran maupun siaran tidak cepat kering dan tidak retak-retak.
d. Untuk plesteran menggunakan bahan dari mortar setiap satu sisi muka dalam
satu ruas tidak boleh disisakan, harus selesai sekaligus.
e. Adukan untuk plesteran harus benar-benar halus sehingga plesteran tidak
pecah-pecah.
f. Tebal plesteran tidak boleh lebih dari 2,5 cm dan tidak boleh kurang dari 1,5
cm, kecuali menggunakan bahan produk dari mortar ketebalan plesteran bisa
1 cm.
g. Plesteran supaya digosok berulang-ulang sampai menutup mantap dengan
acian dari PC sehingga tidak terjadi retak atau pecah.
h. Pekerjaan plesteran terakhir harus lurus dan halus, rata dan tegak lurus
dengan bidang plesteran lainnya.
i. Plesteran baru harus dijaga sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pecah
dan sobek/retak dengan disiram air minimum 3 kali dalam 24 jam selama 7
hari berturut-turut.
j. Kontraktor tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan plesteran, tanpa seijin
dari Direksi.
PASAL 11
PEKERJAAN PINTU, JENDELA
Hasil dari pekerjaan pintu dan jendela sangat menuntut adanya bentukan presisi yang
ketat
dengan

tingkat

ketelitian

yang

cukup

tinggi,

diharapkan

kontraktor

dapat

mempekerjakan
tenaga tukang yang mempunyai pengalaman cukup dalam penanganan pekerjaan yang

sejenis.
11.1 Lingkup Pekerjaan.
a. Pembuatan balok ikat untuk kusen pintu dan jendela
b. Pemasangan kusen alumunium, daun jendela dan bovenlicht.
c. Perlengkapan daun pintu/jendela, seperti engsel, kunci, handel dan lain-lain.
d. Penyetelan pekerjaan kusen-kusen dan daun pintu/jendela menurut persyaratan
yang ada.
e. Pemasangan kaca dan lain lain.
11.2 Langkah Pelaksanaan.
Langkah pekerjaan ini mencakup kegiatan yang beragam namun berturutan dan
biasanya dikerjakan diluar lokasi proyek, untuk itu kontraktor harus dapat
menunjukkan kepada direksi lokasi base camp pengerjaannya dan memberikan uraian
methode pengerjaannya.
a) Pekerjaan balok ikat / latei
 Sebelum pemasangan kusen harus diperkuat dengan balok ikat, di sekeliling

lubang harus dicor balok ikat ukuran 15 x 15 cm seperti halnya kolom praktis.
b) Pekerjaan kusen
 Untuk semua pekerjaan menggunakan frame aluminium dengan kualitas baik

menurut penilaian Direksi.
 Penyetelan kusen dijaga agar permukaannya tidak cacat
 Bagian-bagian yang tertanam atau berhubungan langsung dengan pasangan

bahan lain, seperti misalnya tembok serta bagian dalam sambungan,
sebelumnya harus dibuat sampai rata agar kusen bisa menyatu dengan
sempurna.
 Kusen-kusen baru dilindungi supaya sudut-sudutnya tidak rusak selama waktu

penyetelan sampai pengecatan.
 Penyetelan kusen agar dilakukan sedemikian rupa, sehingga menghasilkan

pemasangan yang herizontal terhadap keselurah kusen dalam satu bangunan.
 Semua kusen pintu/jendela, bovenlicht terpasang harus dengan water pass.
 Di atas kusen dengan jumlah bentangan 1,10 m atau lebih harus dipasang

balok latei beton bertulang 1 PC : 2 Ps : 3 Kr tulangan 4 dia 12 beugel dia 8
jarak 15 cm. Semua sambungan frame aluminium dibuat secara teknis, rapi,
rapat dan kuat.
 Semua perkuatan sambungan harus menggunakan standar sambungan frame

aluminium.

 Semua ukuran frame aluminium yang tersebut dalam gambar adalah ukuran

jadi terpasang.
c) Pekerjaan daun pintu, jendela
 Semua rangka daun pintu/jendela menggunakan frame aluminium kualitas

baik.
 Pemasangan daun pintu harus tepat pertemuannya dengan kusen.
 Ukuran tebal frame daun pintu maupun daun jendela harus sesuai gambar.
 Pada tiap-tiap daun pintu dipasang 3 pasang engsel biasa yang dipasang dengan

sekrup kembang dan dipasang baut angin.
 Pemasangan sekrup engsel harus mengebor lubang kusen terlebih dahulu, tidak

boleh membuat lubang dengan paku.
d) Pengunci.
 Bahan serta jenis pengunci harus diserahkan kepada Direksi dalam beberapa

alternatif pilihan, dan yang digunakan adalah yang dipilih dan disetujui Direksi.
 Setiap pintu dilengkapi dengan kunci dua kali putaran berikut handel penarik

lengkap dengan perlengkapannya.
 Dalam penyetelan kunci pada pintu, agar semua kunci di beri minyak olie

sebelum dipasang dan dikontrol agar kunci tetap dalam keadaan baik.
 Dan setiap kunci masing-masing pintu agar diberi tanda dengan huruf (A – Z),

agar mudah dalam pengecekannya.
e) Pekerjaan Kaca.
 Untuk pekerjaan kaca baik ukuran dan jenisnya harus sesuai gambar.
 Cacat bahan kaca sebelum dan sesudah pemasangan akan ditolak.
 Semua kaca harus benar-benar rata dan tidak menggelombang.
 Sebelum dipasang kaca harus sudah mendapat persetujuan Direksi.
 Untuk jendela kaca mati yang luasnya lebih besar dari 0,8 m menggunakan

kaca tebal 5 mm, kaca digunakan yang berkualitas baik dan tidak
bergelombang maupun tergoresPemasangan kaca harus rapat, rapi dan diberi
spasi untuk kemungkinan mengembang dan menyusut atau diberi renggangan.
 Pemberian tanda pada kaca memakai kapur, dan tidak diperbolehkan

menggunakan potongan-potongan kertas yang ditempel dengan lem.
PASAL 12
PEKERJAAN LANTAI
Sebelum pelaksanaan pekerjaan lantai, kontraktor diharapkan sudah menyelesaikan
semua

pekerjaan struktur pada lantai yang bersangkutan, dan sudah membebaskan lantai
yang
akan dikerjakan tersebut terhadap semua aktivitas pelaksanaan pekerjaan berat.
12.1 Lingkup Pekerjaan
a. Untuk lantai menggunakan keramik 40 x 40 cm setara homogeneus, 60 X 60
cm setara homogeneus warna ditentukan kemudian.
b. Untuk dinding menggunakan keramik memakai 20 X 25 cm Setara Mulia Ikat
12.2 Langkah Pelaksanaan.
a. Bidang-bidang yang akan diberi penutup lantai harus sudah betul-betul bersih
rata dan sempurna.
b. Lapisan pasir bawah lantai harus sudah dipadatkan, dengan disiram air
sedikit demi sedikit.
c. Jika terdapat kekurang sempurnaan konstruksi yang berada di bawah lantai,
maka Kontraktor wajib menyempurnakannya. Dan apabila terdapat cacat
atau kurang baik yang diakibatkan kurang sempurnanya konstruksi-konstruksi
yang berada di bawah lantai maka Kontraktor harus membomgkar dan
memperbaikinya dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor.
d. Penghamparan adukan beton baik untuk rabat beton maupun plat beton
bertulang mengikuti Pasal 08 – Pekerjaan Beton dalam rencana kerja dan
syarat ini.
e. Permukaan lantai yang baru dikerjakan harus dijaga/dilindungi dari segala
gangguan misalnya tekanan, senggolan atau penggeseran sampai kondisi
beton cukup umur atau mengeras.
f. Perawatan permukaan lantai mengikuti Pasal Pekerjaan Beton dalam rencana
kerja dan syarat.
PASAL 13
PEKERJAAN CAT
Pengecatan dinding luar, ornament dan lisplank menggunakan jenis cat weathersield
setara ICI (3xsapu). Untuk pengecatan dasar diding bagian luar dan dinding bagian
dalam
memakai sealer. Pengecatan dinding bagian dalam menggunakan jenis cat setara
Nippon
Paint

(3xsapu).

Kontraktor

harus

menyediakan

bahan

cat

yang

baik

dengan

perlengkapan
pengecatan standard serta tenaga kerja yang sudah terbiasa dan berpengalaman dalam

bidangnya.
13.1 Lingkup Pekerjaan.
a. Pekerjaan cat tembok meliputi semua bagian dinding tembok, dan kolom,
kecuali yang di ekspose atau dilapisi batu alam.
b. Pekerjaan cat dan meni kayu meliputi semua kayu pada konstruksi kayu.
c. Pekerjaan cat dan meni besi meliputi pengecatan konstruksi yang menggunakan
besi.
13.2 Langkah Pelaksanaan.
Untuk pelaksanaan pekerjaan cat, selain methode atau cara pengecatan, kualitas
bahan cat juga sangat berpengaruh terhadap mutu yang dihasilkan.
a. Bahan
 Cat tembok berkualitas baik dan mudah dibersihkan.
 Cat besi yang digunakan berkualitas baik.
 Cat pigmen harus dimasukkan dalam kaleng untuk cat tembok 15 liter, cat

kayu 10 kg, dimana tertera nama perusahaan pembuatnya, petunjuk
pemakaian, formula, warna, nomor seri dan tanggal pembuatan.
 Semua cat yang akan dipakai harus mendapat persetujuan dari Direksi.
 Cat dasar (sealer) untuk pekerjaan cat tembok dan kayu digunakan merk

yang sama dengan merk cat yang dipilih.
 Cat meni digunakan sesuai dengan penggunaan cat.
 Bahan pengencer digunakan dari produksi pabrik.
 Warna-warna cat yang digunakan akan ditentukan oleh Direksi.

b. Cat tembok.
 Bidang yang akan dicat tembok sebelumnya harus dibersihkan dengan cara

menggosok memakai kain yang dibasahi dengan air. Setelah kering didempul
pada tempat yang berlubang sehingga permukaannya rata dan licin.
Selanjutnya diplamour secara merata dan di amplas/diambril, baru kemudian
dicat paling sedikit 2 (dua) kali dengan roller minimal 20 cm sampai baik
atau dengan cara yang telah ditentukan oleh pabrik dan tertera pada brosur
pemakaian dari pabrik penghasil cat.
 Pengecatan dilakukan sedemikian rupa sehingga menghasilkan pengecatan

yang rata dan baik.
 Pengecatan dilakukan setelah pekerjan pemasangan lantai selesai secara

keseluruhan.
 Pengecatan tidak boleh berganti ganti kuas, agar tidak tercampur warna

lain.
PASAL 14
PEKERJAAN MEKANIKAL-ELEKTRIKAL
A . Pekerjaan Mekanikal
14.1 Lingkup Pekerjaan.
a. Pengadaan dan pemasangan Intalasi pipa distribusi air bersih
b. Pengadaan dan pemasangan pipa air bersih, air kotor dan air kotoran
c. Pengadaan dan pemasangan Kloset
d. Pengadaan dan pemasangan Floor drain, kran air dan shower
e. Pengadaan dan pemsangan Wastafel
14.2 Langkah Pelaksanaan.
Langkah pelaksanaan menyangkut hampir semua aspek pemasangan dan
penyambungan distribusi air ATB.
a. Pipa Air.
 Seluruh instalasi air menggunakan pipa PVC dengan diameter 0.5 inch,

3/4 inch, 3 inch dan 4 inch Setara Wavin
 Penyambungan pipa menggunakan tee, elbow dan socket.
 Untuk air ATB meteran menggunakan dia ¾ atau disesuaikan dengan

kondisi existing
b . Alat-alat sanitair.
Perlengkapan saniter seperti Closed duduk, wastafel, kran Dinding
digunakan adalah ex Toto, KIA atau yang setara dimana pemasangan
mengikuti prosedur pabrik
B . Pekerjaan Elektrikal
Hasil dari pekerjaan ini merupakan satu bagian yang paling beresiko, mengingat sudah
sangat sering terjadi kebakaran gedung diakibatkan oleh adanya gangguan pada
jaringan
instalasi listrik. Untuk itu kontraktor diminta mempercayakan pelaksanaan pekerjaan ini
kepada ahlinya yang terbiasa menangani pekerjaan sejenis.
14.3 Lingkup Pekerjaan.
f. Pengadaan dan pemasangan kabel-kabel untuk instalasi penerangan dan stop
kontak.
g. Pengadaan dan pemasangan lampu.
h. Pengadaan dan pemasangan saklar dan stop kontak.
i. Pengadaan dan pemasangan alat-alat bantu instalasi.

j. Penyambungan jaringan PLN
k. Panel Listrik
14.4 Langkah Pelaksanaan.
Langkah pelaksanaan menyangkut hampir semua aspek pemasangan dan
penyambungan daya listrik dan instalasi listrik termasuk pemasangan beberapa
acessoriesnya.
b. Kabel.
 Seluruh instalasi di dalam kawasan digunakan jenis kabel NYA 2,5 dan

NYA 3 X 2,5, NYA 4 X 70 mm + E 35 mm , jumlah inti disesuaikan dengan
gambar.
 Seluruh instalasi ditanam di dalam tanah yang berhubungan langsung

dengan tanah, harus digunakan kabel jenis tanah NYFGb 0.6/1 KV dan
menggunakan pipa konduit.
 Sambungan kabel di dalam tanah tidak diperkenankan tanpa persetujuan

Direksi.
 Kabel yang digunakan harus kabel metal, atau yang setara dan telah lulus

uji dari PLN (mendapatkan sertifikat tanda uji dari LMK PLN).
c. Konduit.
 Konduit yang digunakan harus dari jenis PVC kecuali ditunjukkan lain

pada gambar.
 Peralatan bantu untuk konduit harus dilengkapi dan dipasang dengan cara

yang sebenarnya.
 Pada beberapa tempat yang menimbulkan getaran atau yang ditunjukkan

dalam gambar, harus digunakan flexibel konduit lengkap dengan alat-alat
bantunya.
d. Panel Listrik.
 Jumlah dan jenis komponen panel listrik ditunjukan dalam gambar.
 Tebal pelat besi yang digunakan minimum 1,5 mm.
 Bentuk panel listrik yang berdiri sendiri untuk panel utama (MDP

kapasitas minimal 50 Kva) dan panel tenaga, sedangkan yang terbenam di
dalam tembok untuk panel penerangan.
 Seluruh terminal untuk penyambungan ke luar harus ada sisi sebelah

kecuali stop kontak lantai atau yang ditentukan lain.
 Terminal kabel masuk disesuaikan dengan kabel masuk.
 Kabel masuk dilengkapi dengan “cable plug” (kabel schoen) yang

besarnya disesuaikan dengan ukuran kabel.
e. Circuit Breaker.
 Circuit Breaker untuk panel-panel utama harus mempunyai interupting

capacity minimum 22 KA sesuai dengan beban yang terpasang, dan
dilengkapi pengaman terhadap arus lebih, arus hubung singkat dan
tegangan di bawah nominal.
 Circuit Breaker untuk arus-arus cabang minimum mempunyai interupting

capacity 5 KS sesuai dengan beban yang terpasang.
 Fuse Load Break Switch
 Fuse Load break yang digunakan harus mampu memutuskan arus pada

saat beban penuh.
 Untuk fuse load break yang lebih besar dapat digunakan sepanjang fuse

pengaman yang dibutuhkan tetap sama seperti dinyatakan dalam gambar.
f. Sistem Tegangan.
Semua titik lampu yang mempunyai rumah dari logam dan stop kontak harus
disambungkan ke sistem pentanahan, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
g. Pentanahan
 Kontraktor wajib membuat suatu panel pentanahan yang baik, sesuai

dengan peraturan yang berlaku beserta syarat-syarat tercantum dalam
RKS ini serta gambar-gambar yang ada.
 Seluruh panel-panel harus ditanahkan dengan menggunakan kawat BC

sesuai gambar.
 Pengujian dilakukan oleh Kontraktor dengan disaksikan pihak Direksi.

h. Peralatan Tenaga
 Peralatan instalasi adalah material untuk melengkapi instalasi tersebut,

supaya kelihatan baik dan memenuhi persyaratan.
 Seluruh klem-klem kabel harus buatan pabrik dan tidak diperkenankan

membuat sendiri.
 Semua kabel yang terlihat mata (ekspose) harus diberi penahan dengan

klem sehingga kabel tersebut kelihatan lurus dan baik.
 Semua sambungan kabel harus dipilih dengan baik, sehingga tidak

menimbulkan beda tegangan satu sama lain, kemudian diisolasi PVC dan
terakhir diberi penutup atau dop. Dop ini disyaratkan berkualitas baik.
i. Lampu
 Lampu ruangan yang digunakan adalah Lampu Down light 10 W dan 18 W

lampu TL 2 X 18 W , lampu spot light 50 W dan Lampu hias ( harus ada
persetujuan dari direksi sebelum dipasang
 Fitting yang digunakan adalah fiting yang dibuat di dalam boks panel

(rapi dan aman).
 Pada bagian fitting yang bertegangan pada waktu pemasangan atau

penggantian lampu harus aman dari bahaya sentuhan.
j. Saklar
 Saklar yang digunakan jenis pemasangan in bow.
 Saklar yang digunakan terdiri dari 1 gang, 2 gang dan 3 gang
 Saklar yang digunakan setara Clipsal

k. Stop Kontak
 Stop Kontak yang digunakan jenis pemasangan in bow.
 Teknik pemasangan terdiri dari kabel fasa, kabel nol dan kabel netral.
 Stop kontak yang digunakan setara Clipsal

14.5 Petunjuk Pemeliharaan
a. Kontraktor wajib melengkapi buku/brosur petunjuk pemeliharaan/ perbaikan
peralatan yang diadakannya.
a. Peralatan yang harus diadakan petunjuk pemeliharaan tersebut antara lain
komponen panel, cara penanaman, lampu-lampu dan mof kabel.
b. Petunjuk-petunjuk tersebut harus diadakan dalam rangkap 3 (tiga) masingmasing
dimasukkan ke dalam satu map, disusun dengan baik dan diserahkan
kepada Pemberi Tugas.
14.6 Pengujian
1. Sebelum daya listrik dimasukkan ke instalasi, seluruh instalasi harus sudah
selesai diuji dan didapat hasil yang baik yang harus disaksikan dan disetujui
oleh Direksi.
2. Direksi berhak memerintah kepada kontraktor, setiap saat untuk melakukan
pengujian bila Direksi merasa bahwa pekerjaan tersebut sudah dapat diuji.
3. Kontraktor bertanggung jawab atas segala pengadaan alat dan tenaga untuk
pengujian.
4. Pengujian sebagian pekerjaan yang sudah selesai dapat merupakan bagian
dari pengujian keseluruhan, sehingga laporan test harus ditanda
tangani/diserahkan oleh pihak Pemberi Tugas dan Direksi.
5. Pengujian Tahanan/Hambatan Isolasi
 Pengujian tahanan isolasi instalasi listrik didasarkan atas peraturan yang

berlaku, ditambah dengan syarat-syarat sebagaimana diatur dalam pasal
tersebut.
 Pengujian tahanan/hambatan isolasi dilakukan dengan menggunakan

megger 1.000 volt putaran tangan.
 Pada saat pengujian semua titik lampu dan saklar harus dalam keadaan

terbuka
 Pengujian tahanan isolasi dari kabel tegangan 220 V / 380 V harus

menggunakan megger 500 Volts yang sudah dikalibrasi. Tahan isolasi
minimal yang harus dipenuhi adalah 0,5 Mega Ohm.
6. Bila didapat hasil tidak baik/kurang memuaskan pada suatu bagian instalasi,
kontraktor wajib memperbaikinya kembali, kemudian pengujian diulangi
sampai mendapatkan hasil yang baik. Pengujian dilakukan pada semua
bagian (group) instalasi.
PASAL 15
PEKERJAAN ATAP
Penyiapan pekerjaan atap yang dilakukan di luar lokasi proyek atau di base camp
merupakan satu bagian pekerjaan yang methode kerja serta kemajuan pekerjaannya
harus
selalu dilaporkan kontraktor, dan direksi berhak untuk melakukan check proses
pelaksanaan
pekerjaan sewaktu-waktu.
15.1 Lingkup Pekerjaan.
a. Memasang rangka atap seperti yang tercantum dalam gambar
b. Memasang penutup atap menggunakan atap Spandek type lurus dengan
ketebalan 0.38 mm.
15.2 Langkah Pelaksanaan.
Langkah pelaksanaannya terdiri dari penyiapan rangka atap terutama kuda-kuda
baja ringan, pemasangan rangka atap secara keseluruhan dan pemasangan penutup
atap. Dalam hal ini kontraktor harus benar-benar memperhatikan faktor
keselamatan tenaga kerja mengingat lokasi kegiatannya jauh di atas permukaan
tanah.
Rangka atap/Kuda-kuda balok sopi - sopi
 Rangka kuda-kuda berupa balok sopi – sopi dan gording canal C 150 X 65
X20 X 2.3 mm X 5.5 Kg/m1 sesuai dengan gambar.
 Baja yang digunakan untuk konstruksi harus baru dan tidak boleh

menggunakan baja bekas.
 Kontraktor harus mendapat persetujuan Direksi mengenai bahan baja
yang akan digunakan, dengan menunjukkan potongan baja serta surat
pengantar pabrikan.
 Kontraktor diharuskan mengambil ukuran-ukuran sesungguhnya di tempat
pekerjaan dan tidak hanya dari gambar-gambar kerja untuk memasang
pekerjaan pada tempatnya, terutama pada bagian yang terhalang oleh
benda lain.
 Setiap bagian pekerjaan yang buruk dan tidak memenuhi ketentuan di
atas, akan ditolak dan harus di ganti.
 Pekerjaan yang selesai harus bebas dari cacat yang membahayakan
konstruksi.
Penutup atap
 Bahan penutup atap berupa atap spandek motif lurus harus diajukan

kepada Direksi dalam beberapa pilihan, dan baru boleh digunakan
setelah mendapat persetujuan Direksi.
 Pemasangan atap dibuat sedemikian rupa agar mendapatkan

pasangan yang rapi dan teratur.
 Atap yang digunakan harus benar-benar yang berkualitas baik, ringan

dan kuat.
 Penutup atap yang digunakan harus kuat / tahan terhadap tekanan

dan terpaan angin hingga 192 km/jam.
 Penutup atap yang digunakan tahan lama, tidak berkarat dan tidak

berjamur atau rapuh.
PASAL 16
LAIN-LAIN
161 Sehubungan dengan adanya bab ini dan pasal demi pasal dalam spesifikasi, maka
Kontraktor wajib untuk mempelajari dan memahami gambar/bestek, daftar kuantitas
barang serta dokumen lelang lainnya agar dapat memberikan penawaran yang baik
dan dapat dipertanggungjawabkan.
16.2 Lampiran dan gambar-gambar yang termasuk lingkup pekerjaan ini, tapi belum
masuk
dalam uraian ini, adalah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari
dokumen ini, dan harus diikuti/dilaksanakan oleh Kontraktor sebagai bagian dari
penawarannya, agar diperoleh penyelesaian pekerjaan yang baik dan memenuhi

persyaratan.
B. SPESIFIKASI KHUSUS
Spesifikasi khusus merupakan satu kondisi yang mengatur beberapa pekerjaan secara
detail
dan khusus mencakup beberapa macam bagian pekerjaan dan ketentuan khusus dari
rangkaian pelaksanaan
01. Pekerjaan Tangga dan ralling dalam ruangan.
 Pemasangan ralling tangga besi hollow 2” t= 1.2 mm + pengecatan.+ kaca

Akrilik t = 8mm
Untuk Warna Cat harus ada persetujuan dari konsultan pengawas.
 Anak tangga di sesuaikan dengan gambar rencana dan menggunakan keramik

60 X 60 setara homogeneus,
dan bergaris tengah, serta Corner Bead berbahan metal, yaitu untuk
menutup bagian sudut dinding partisi.
Semua bahan di atas harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/MK,
Perencana dan Pemberi Tugas.
02 . Pekerjaan Penangkal Petir
Untuk Pekerjaan Penangkal petir menggunakan spitzen radius 100
meter untuk lebih detail telah di jelaskan dalam gambar rencana.
03. Pekerjaan Dinding Partisi untuk ruangan kantor lantai 2
Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan dinding partisi gypsum dan
termasuk pemasangan rangka sesuai yang disebutkan / ditunjukan dalam
gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
Persyaratan Bahan
Rangka vertical dan horizontal adalah Bahan Besi Hollow ( 40 mm X 40
mm )dengan ke tebalan 0,3 mm .Bahan yang dipakai harus dari barang
yang masih utuh dan baru
Penutup partisi Digunakan gypsum board yang bermutu baik produk
tebal = 9 mm.
Bahan penutup sambungan partisi : Compound atau bahan plester ex
UB400 atau produk lain yang setara. Paper tape yang berpori/berlubang
CATATAN
1. Untuk menghindarkan penolakan bahan dilapangan dianjurkan dengan
sangat agar sebelum sesuatu Bahan / Produk akan dibeli/

dipesan/diprodusir, terlebih dulu dimintakan Persetujuan dari Direksi
Pekerjaan atas kesesuaian dari Bahan/Produk tersebut dengan
Persyaratan Teknis, Guna diberikan persetujuan dalam bentuk tertulis
yang dilampirkan pada contoh/Brosur dari Bahan/Produk yang
bersangkutan untuk diserahkan pada Direksi Pekerjaan dilapangan.
2. Penolakan bahan dilapangan karena diabaikannya prosedur diatas
sepenuhnya merupakan tanggung jawab Kontraktor tanpa pertimbangan
keringanan apapun.
3. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai Contoh/Brosur seperti
tersebut diatas tidak melepaskan tanggung jawab Kontraktor dari
kewajibannya untuk mengadakan Bahan/Produk yang sesuai dengan
persyaratannya, serta tidak merupakan jaminan akan
diterima/disetujuinya seluruh Bahan/Produk tersebut dilapangan, sejauh
tidak dapat dibuktikan bahwa seluruh Bahan / Produk tersebut adalah
sesuai dengan Contoh/Brosur yang telah disetujui.