Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2011-2014)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kinerja perusahaan dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba
dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.
Manajemen akan memperlihatkan kinerja terbaik perusahaan melalui laporan
keuangan yang berisi informasi keuangan dan nantinya akan berguna bagi
pengguna informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi dan bisnis. Dalam
persaingan bisnis pada saat sekarang ini manajemen perusahaan harus
menunjukan kinerja yang terbaik untuk perusahaanya, karena baik buruknya
perusahaan akan mempengaruhi minat para investor untuk menanam investasi
di sebuah perusahaan. Selain bertanggung jawab untuk menampilkan performa
terbaik perusahaan, manajemen perusahaan bertanggung jawab untuk
menyediakan laporan keuangan perusahaan

bagi semua pihak yang

membutuhkan informasi keuangan perusahaan.
Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi, pengikhtisaran dan
pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Informasi yang
diberikan akan sangat berguna dalam mengambil berbagai keputusan. Menurut

Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan
perhitungan

laba-rugi

serta

laporan

perubahan

ekuitas.

Neraca

menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu
perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi

1
Universitas Sumatera Utara


memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban
yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas
menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan
perubahan ekuitas perusahaan.
Secara umum semua bagian dari laporan keuangan yang terdiri dari
laporan posisi keuangan, laba rugi, laporan laba ditahan, laporan arus kas,
catatan atas laporan keuangan adalah keseluruhan laporan yang disajikan.
Namun ada kecendrungan pemakai laporan keuangan hanya memperhatikan
laba yang terdapat dalam laporan laba rugi. Situasi ini didasari oleh manajemen
terutama dari kalangan manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi
tersebut, sehingga mendorong timbulnya disfunctional behaviour (perilaku
yang tidak semestinya).
Disfunctional behaviour tersebut dipengaruhi oleh adanya asimetri
informasi (information asymetry) dalam konsep teori keagenan (agency
theory). Asimetri informasi antara organisasi (agent) dan pemilik (principal)
dapat memicu manajer untuk melakukan disfuctional behaviour.

Asimetri


informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif
lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat
dibandingkan dengan principal.
Tindakan manajemen untuk melakukan perataan laba umumnya
didasarkan atas berbagai alasan, yaitu untuk memperbaiki citra perusahaan di
mata pihak eksternal dan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki

2
Universitas Sumatera Utara

risiko yang rendah (Foster, 1986 dalam Suwito dan Herawaty, 2005), maupun
untuk memuaskan kepentingannya sendiri, seperti mendapatkan kompensasi
dan mempertahankan posisi jabatannya (Juniarti dan Corolina, 2005).
Alasan apapun yang melatar belakangi manajemen melakukan perataan
laba, tetap saja tindakan tersebut dapat merubah kandungan informasi atas laba
yang dihasilkan perusahaan. Tindakan perataan laba ini menyebabkan
pengungkapan informasi mengenai laba menjadi menyesatkan. Oleh karena itu,
akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, khususnya pihak
eksternal (Jatiningrum, 2000). Akibatnya, investor mungkin tidak memperoleh

informasi akurat yang memadai mengenai laba untuk mengevaluasi hasil dan
risiko dari portfolio mereka.
Penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dengan melihat kondisi
keuangan perusahaan membuat manajemen konsisten terhadap laporan
keuangan. Kenaikan harga minyak mentah dunia pada tahun 2007 yang
mengakibatkan krisis keuangan global pada tahun 2008 mempengaruhi laba
yang diperoleh perusahaan manufaktur. Adanya krisis global ini membawa
dampak pada hampir semua aktivitas perekonomian. Laba perusahaan
mengalami penurunan dan kenaikan yang tajam. Akibat krisis global ini ada
kemungkinan perusahaan melakukan tindakan perataan laba untuk mengurangi
fluktuasi laba yang tinggi sehingga sesuai dengan target yang diinginkan.
Tindakan manajemen merugikan banyak pihak terutama investor karena
memberikan informasi yang salah. Hal ini lah yang memdorong peneliti untuk
3
Universitas Sumatera Utara

melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah hasil penelitian
yang dilakukan sebelum krisis global pada tahun 2008 konsisten dengan pada
saat krisis global terjadi.
Apapun tujuan dan alasan yang melatar belakangi manajemen melakukan

perataan laba, tetap saja tindakan tersebut dapat merubah kandungan informasi
atas laba yang dihasilkan perusahaan. Hal ini perlu diwaspadai oleh pengguna
laporan keuangan, karena informasi yang telah mengalami penambahan atau
pengurangan tersebut dapat menyesatkan pengambilan keputusan yang akan
diambil.
Perataan laba didorong oleh berbagai faktor. Faktor pendorong perataan
laba dapat dibedakan atas faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi
dan faktor laba. Faktor konsekuensi dari pilihan akuntansi merupakan kondisi
yang dipengaruhi oleh angka-angka akuntansi, sehingga perubahan akuntansi
yang mempengaruhi angka-angka akuntansi akan mempengaruhi kondisi laba
itu sendiri, sedangkan faktor laba adalah pengaruh dari angka-angka laba
periodik yang dengan sendirinya juga mendorong perataan laba. Perataan laba
tidak akan terjadi jika laba yang diharapkan tidak terlalu berbeda dengan laba
yang sesungguhnya.
Praktik perataan laba merupakan fenomena yang umum dan dilakukan di
banyak Negara. Namun demikian, praktik perataan laba ini, jika dilakukan
dengan sengaja dan dibuat-buat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang
tidak memadai atau menyesatkan. Akibatnya, investor mungkin tidak

4

Universitas Sumatera Utara

memperoleh

informasi

akurat

yang

memadai

mengenai

laba

untuk

mengevaluasi hasil dan risiko dari portofolio mereka.
Penelitian tentang berbagai faktor yang mempengaruhi income

smoothing telah banyak dilakukan, seperti penelitian Juniarti dan Corolina
(2013) menemukan bahwa perataan laba tidak dipengaruhi oleh ukuran
perusahaan dan return on asset. Hasil yang berbeda terlihat pada penelitian I
Nyoman Ari Widana dan WirawanYasa (2013) menunjukan bahwa
profitabilitas dan net profit margin berpengaruh terhadap perataan laba,
Sedangkan ukuran perusahaan, dividend payout ratio, dan financial leverage
tidak berpengaruh. Sri Widodo (2011) menyatakan bahwa net profit margin
dan return on asset tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Penelitianpenelitian sebelumnya mengenai perataan laba menunjukan ketidakkonsistenan
hasil penelitian sehingga peneliti tertarik untuk meneliti kembali tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba
Penelitian tentang perataan laba telah banyak dilakukan baik di Indonesia
maupun di luar negeri. Namun, penelitian tentang perataan laba tetap menarik
untuk diteliti mengingat tidak konsistennya hasil-hasil penelitian sebelumnya.
Ada beberapa ukuran yang digunakan untuk mendeteksi faktor-faktor yang
mendorong manajemen melakukan praktik perataan laba, antara lain faktor
ukuran perusahaan, return on asset, net profit margin, financial leverage,
variabel ini sering digunakan oleh manajer untuk memanipulasi laporan
keuangan, karena yang berhubungan dengan asset, kewajiban, dan penjualan
ialah alat yang digunakan untuk memlakukan perataan laba
5

Universitas Sumatera Utara

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan
yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan
dan rata–rata total aktiva”. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau
besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang berukuran
besar akan lebih cenderung untuk melakukan praktik perataan laba
dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena perusahaan besar cenderung
mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analis, investor, maupun
pemerintah dibandingkan perusahaan kecil. Untuk itu perusahaan besar
diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis.
Return on Assets (ROA) merupakan bagian dari salah satu teknik
analisis yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur
efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROA juga merupakan ukuran
penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan, yang mempengaruhi
investor untuk membuat keputusan. Perusahaan yang memiliki tingkat ROA
yang tinggi lebih memungkinkan untuk melakukan tindakan perataan laba
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih rendah karena manajemen
mengetahui kemampuan dalam mendapatkan laba di masa mendatang,
sehingga memudahkan manajemen untuk menunda atau mempercepat laba

Net profit margin (NPM) mencerminkan tingkat kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang diinginkan. Net profit margin
dianggap mempengaruhi perataan laba karena merupakan alat pengukur kinerja
manajemen yang penting sebagai dasar pembagian dividen kepada para
pemegang saham. Semakin tinggi net profit margin yang dihasilkan

6
Universitas Sumatera Utara

perusahaan, maka akan meningkatkan pula nilai tambah perusahaan tersebut di
mata para investor. Semakin tinggi net profit marginsemakin besar potensi
untuk melakukan perataan laba
Financial leverage diukur dengan perbandingan antara total kewajiban
atau utang dengan total aset. Menurut Sartono (2001) dalam Budiasih (2007)
financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai
investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko
yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan
yang semakin tinggi. Dengan adanya kondisi tersebut, manajemen perusahaan
cenderung untuk melakukan praktik perataan laba, maka semakin besar
financial leverage semakin besar potensi untuk melakukan perataan laba.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang
terdaftar di bursa efek indonesia periode 2011-2014, peneliti mengambil
populasi perusahaan pertambangan karena income smoothing atau perataan
laba sering terjadi pada perusahaan pertambangan dari pada perusahaan lain,
seperti

perusahaan

manufaktur,

perusahaan

perbankan.

Perusahaan

pertambangan relatif tidak stabil, laba ditentukan dengan harga jual sedangkan
harga jual ditentukan oleh pembeli, jka harga jatuh berarti laba kecil, jika kurs
dollar mengkuat maka laba besar, maka terjadilah perataan laba, laba yang
besar akan disembunyikan oleh perusahaan untuk mengantisipasi ketika

perusahaan tidak stabil.

7
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian ulang pada perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan
pertambangan karena perusahaan pertambangan memiliki jumlah perusahaan
yang banyak dibandingkan dengan jenis usaha lain dan juga karena pernah
terdapat adanya kasus manipulasi laporan keuangan dalam perusahaan
pertambangan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan
Laba Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia (2011-2014) ”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnnya, maka
penulis merumuskan permasalahan adalah apakah ukuran perusahaan, return
on asset, net profit margin, leverage berpengaruh terhadap perataan laba baik
secara simultan maupun parsial pada perusahaan pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnnya,
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ukuran
perusahaan, return on asset, net profit margin dan leverage berpengaruh
terhadap perataan laba baik secara simultan maupun parsial.

8
Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan penulis tentang faktor-faktor yang memperngaruhi perataan laba
pada perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia
2. Bagi akademisi, untuk menambah wawasan tentang perataan laba (income
smoothing) dan menambah literatur yang ada mengenai perataan laba.
3. Bagi Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai
masukan bagi perusahaan yang berhubungan dengan laba perusahaaan,
khususnya income smoothing
4. Bagi Peneliti Selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan referensi bagi penelitian lain dalam mengadakan penelitian lebih
lanjut tentang hal yang sama.

9
Universitas Sumatera Utara