Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2011-2014)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk
tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini
penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka
akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika
penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka
perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan Houston 2001).
Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan
inventory cotrolability yang seharusnya dalam skala ekonomis besarnya

perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian
persediaan (Mukhlasin, 2002).
Menurut Ferry dan Jones (dalam Sujianto, 2001), “ukuran
perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total
penjualan dan rata–rata total aktiva”. Jadi, ukuran perusahaan
merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan.


10
Universitas Sumatera Utara

Keadaan yang dikehendaki oleh perusahaan adalah perolehan laba
bersih sesudah pajak karena bersifat menambah modal sendiri. Laba
operasi ini dapat diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar daripada
jumlah biaya variabel dan biaya tetap. Agar laba bersih yang diperoleh
memiliki jumlah yang dikehendaki maka pihak manajemen akan
melakukan perencanaan penjualan secara seksama, serta dilakukan
pengendalian yang tepat, guna mencapai jumlah penjualan yang
dikehendaki. Manfaat pengendalian manajemen adalah untuk menjamin
bahwa organisasi telah melaksanakan strategi usahanya dengan efektif
dan efisien.

Dalam aspek

financial, penjualan dapat dilihat dari sisi

perencanaan dan sisi realisasi yang diukur dalam satuan rupiah. Dalam
sisi perencanaan, penjualan direfleksikan dalam bentuk target yang

diharapkan dapat direalisir oleh perusahaan.

Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi
membutuhkan dukungan sumber daya organisasi (modal) yang semakin
besar, demikian juga sebaliknya, pada perusahaan yang tingkat
pertumbuhan penjualannya rendah kebutuhan terhadap sumber daya
organisasi

(modal)

juga

semakin

kecil.

Jadi

konsep


tingkat

pertumbuhan penjualan tersebut memiliki hubungan yang positif, tetapi
implikasi tersebut dapat memberikan efek yang berbeda terhadap

11
Universitas Sumatera Utara

struktur modal yaitu dalam penentuan jenis modal yang akan
digunakan.

Apabila perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana yang
semakin meningkat akibat pertumbuhan penjualan, dan dana dari
sumber intern sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain bagi
perusahaan untuk menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan,
baik hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru.

Total aktiva dipakai karena ukurannya lebih bagus karena
mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dengan menggunakan asset yang ada. Total aktiva adalah keseluruhan

aktiva lancar yaitu uang kas dan aktiva-aktiva lain atau sumber-sumber
yang diharapakan akan direalisasikan menjadi uang kas atau dijual atau
dikonsumsi selama siklus usaha perusahaan yang normal dalam waktu
satu tahun. (Baridwan, 2002:21)

2.1.2 Return On Asset
Menurut Hanafi dan Halim (2003:27), “Return on Assets (ROA)
merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan
profitabilitas

mengukur

kemampuan

perusahaan

menghasilkan

keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham
tertentu”. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah


12
Universitas Sumatera Utara

perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan
operasi untuk menghasilkan keuntungan.
Laba bersih (net income) merupakan ukuran pokok keseluruhan
keberhasilan perusahaan. Laba dapat mempengaruhi kemampuan
perusahaan untuk mendapat pinjaman dan pendanaan ekuitas, posisi
likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk berubah.
Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur serta
kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan
suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian
penganalisa di dalam menilai profitabilitas suatu perusahaan. Munawir
(2001:57) menjelaskan bahwa profitabilitas atau rentabilitas digunakan
untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan
dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan
dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin
atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan itu rentable. Bagi
manajemen atau pihak-pihak yang lain, rentabilitas yang tinggi lebih

penting daripada keuntungan yang besar.
Menurut Mardiyanto (2009: 196) “ROA adalah rasio yang
digunakan

untuk

mengukur

kemampuan

perusahaan

dalam

menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi”. Menurut
Dendawijaya (2003: 120) rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat
13
Universitas Sumatera Utara


keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik
pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset.
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) “ROA adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari
penggunaan aktiva”. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka
semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih.
Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan
kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan
perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena tingkat
pengembalian atau deviden akan semakin besar. Hal ini juga akan
berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal
yang akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh
terhadap harga saham perusahaan.
ROA dapat membantu perusahaan yang telah menjalankan
praktik akuntansi dengan baik untuk dapat mengukur efisiensi
penggunaan modal yang menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal
yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan sehingga dapat
diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah
satu langkah dalam perencanaan strategi.

2.1.3 Net Profit Margin
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
bersih. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006),

14
Universitas Sumatera Utara

Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih
dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer
operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga
penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya
untuk mengendalikan beban usaha.
Menurut Weston dan Copeland (1998), “semakin besar Net Profit
Margin

berarti

semakin


efisien

perusahaan

tersebut

dalam

mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya”.
Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin
produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk
menanamkan

modalnya

pada

perusahaan


tersebut.

Rasio

ini

menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari
setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi.
Hubungan antara laba bersih dan penjualan bersih menunjukkan
kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaan secara cukup
berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang
wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu
risiko. Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal tersebut
investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable atau tidak
2.1.4 Leverage
Leverage ratio digunakan untuk mengukur seberapa jauh

perusahaan dibiayai oleh hutang. Hal ini mengindikasikan seberapa

besar tingkat risiko perusahaan yang

dapat berdampak pada nilai

15
Universitas Sumatera Utara

perusahaan. Di duga bahwa semakin tinggi tingkat leverage ratio, maka
semakin besar risiko yang harus ditanggung oleh investor. Oleh karena
itu, agar tidak menambah tingkat risiko menjadi semakin tinggi, maka
pihak Manajemen cenderung tidak melakukan manipulasi terhadap
laporan keuangan, termasuk manajemen terhadap laba.
Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang
disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur
perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai
seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini
menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman
(Bank). Adapun Rasio yang dipakai adalah Total Debt to Total Asset
Ratio (DAR) Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar
dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio
ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai
oleh hutang. DAR lebih bagus digunakan menunjukan kita mengetahui
perusahaan kita mengelolah laba dengan menggunakan asset yang
dibelanjai oleh hutang.
Jin dan Machfoedz (1998) dalam Sucipto dan Purwaningsih
(2007) menemukan bahwa perusahaan yang melakukan praktik
perataan laba biasanya memiliki leverage operasi yang rendah.
Leverage oprasi yang rendah menunjukkan bahwa proporsi biaya tetap

lebih rendah, sedangkan proporsi biaya variabel lebih tinggi.

16
Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Perataan Laba
Perataan laba merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja
untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat
mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan harga saham perusahaan (Assih dkk., 2000).
Bieldman dalam Belkaoui (2000) menyatakan bahwa “perataan laba
didefinisikan sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil
fluktuasi pada tingkat laba yang dianggap normal bagi perusahaan”.
Rivard dkk., (2003) mendefinisikan “income smoothing sebagai sebuah
praktik

dengan

menggunakan

teknik-teknik

akuntansi

untuk

mengurangi fluktuasi laba bersih selama beberapa periode waktu”.
Alasan perataan laba oleh manajemen perataan laba sebagai suatu alat
yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang
dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara
artifisial (melalui metode akuntansi) maupun secara riil (melalui
transaksi). Tindakan perataan laba telah dianggap sebagai tindakan
yang umum dilakukan (Koch dalam Syahriana, 2006:15)
Alasan perataan laba adalah bertujuan untuk memperbaiki
hubungan dengan kreditur, investor dan karyawan serta meratakan
siklus bisnis melalui proses psikologis yaitu:
1. Mengurangi total pajak yang dibayarkan oleh perusahaan.

17
Universitas Sumatera Utara

2. Meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan karena
laba yang stabil akan mendukung kebijakan pembayaran dividen
yang stabil.
3. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena
pelaporan laba yang meningkat tajam memberi kemungkinan
munculnya tuntutan kenaikan gaji atau upah.
4. Siklus peningkatan dan penurunan laba dapat ditandingkan dan
gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.
5. Proposisi yang diajukan berkaitan dengan perataan laba adalah
kriteria yang digunakan manajemen perusahaan dalam memilih
metoda akuntansi adalah untuk memaksimumkan kepuasan atau
2.1.6 Teknik perataan Laba

Berbagai teknik yang digunakan dalam perataan laba diantaranya
adalah sebagai berikut:

1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan
transaksi melalui kebijakan manajemen itu sendiri (accrual),
misalnya: pengeluaran biaya riset dan pengembangan. Selain itu
banyak juga perusahaan yang menerapkan kebijakan diskon dan
kredit sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah
piutang dan penjualan pada akhir bulan terakhir tiap kuarter,
sehingga laba kelihatan stabil pada periode tertentu.

18
Universitas Sumatera Utara

2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer
memiliki kewenangan untuk mengalokasikan pendapatan dan atau
beban untuk periode tertentu. Misalnya, jika penjulan meningkat
maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan penelitian
serta amortisasi goodwill pada periode itu untuk mensabilkan laba.
3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan
dan kebijakan sendiri untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba
dalam katagori yang berbeda. Misalnya, jika pendapatan operasi
sulit untuk didefenisikan maka manajer dapat mengklasifikasikan
pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan non operasi.
Dalam hal ini dapat digunakan sewaktu-waktu untuk meratakan
laba melihat kondisi pendapatan periode itu.

Teknik-teknik itu memang mungkin untuk dilakukan karena
Prinsip Akuntasi Berterima Umum (PABU) memberikan berbagai
pilihan dalam mencatat berbagai peristiwa keuangan. Manajemen
memiliki keleluasan untuk mengganti satu metode ke metode lain.
Keleluasan untuk memakai teknik-teknik akuntansi dalam mencatat
terbukti telah disalahgunakan oleh manajemen untuk melakukan
perataan laba. Bahkan Koch (1981) mensinyalir bahwa perataan laba
banyak dilakukan dengan mengunakan teknik-teknik akuntansi yaitu
dengan merubah kebijakan akuntansi. (Sopa Sugiarto, 2003)

19
Universitas Sumatera Utara

Koch (1981) Menyatakan bahwa peratan laba dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu:

1. Artificial smoothing, perataan laba yang mengacu pada prosedur
akuntansi yang diimplementasikan dimana manajemen melakukan
tindakan untuk mengakui biaya dan atau pendapatan dari satu
periode ke periode lain (manipulasi melalui metode akuntansi).
2. Real smoothing, Perataan laba yang mengacu pada transaksi aktual
yang dilakukan oleh entitas dimana manajemen mempunyai
kendali terhadap transaksi yang akan mempengaruhi laba di masa
depan (manipulasi melalui transaski).

2.1.7 Sasaran Praktik Perataan Laba

Adapun yang dapat dijadikan sebagi sasaran praktik peratan laba
adalah aktivitas-aktivitas yang dapat digunakan oleh manajemen untuk
mempengaruhi aliran data atau informasi. Untuk menciptakan laporan
keuangan yang sesuai dengan keinginan manajemen, manejer dapat
memasukkan informasi yang akan datang kedalam laporan periode ini
atau sebaliknya (Priyo, 2001 dalam Ariyani, 2004).

Seperti yang

dikutip dari Jin dan Machfoedz (1998) instrumen yang dapat digunakan
dalam perataan laba antara lain adalah pendapatan, deviden, perubahan
dalam kebijakan akuntansi, biaya pensiun, pos luar biasa, kredit pajak
investasi, depresiasi dan biaya tetap, perubahan mata uang, klasifikasi
akuntansi dan pencadangan.

20
Universitas Sumatera Utara

Foster (1986) mengklasifiksikan unsur-unsur laporan keuangan
yang dijadikan dalam praktik perataan laba, yaitu;

1. Unsur Penjualan
1. Saat

pembuatan

faktur.

Misalnya:

penjualan

yang

sebenarnya untuk periode yang akan datang pembuatan
fakturnya dilakukan pada periode ini dan dilaporkan
sebagai penjualan periode ini.
2. Pembuatan pesanan atau penjulan fiktif.
3. Downgrading (penurunan) produk. Misalnya dengan cara
mengklasifikasikan produk yang belum rusak kedalam
kelompok produk yang rusak dan selanjutnya dilaporkan
telah terjual dengan harga yang lebih rendah dari harga
yang sebenarnya.
2. Unsur Biaya
1. Memecah

faktur.

Misalnya

pembelian/pesanan

dipecah

faktur

untuk

menjadi

sebuah
beberapa

pembelian/pesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa
faktur dengan tanggal berbeda kemudian dilaporkan dalam
beberapa periode akuntansi.
2. Mencatat prepayment (biaya dibayar dimuka) sebagai
biaya. Misalnya melaporkan biaya advertensi dibayar
dimuka untuk tahun depan sebagai biaya advertensi tahun
ini

21
Universitas Sumatera Utara

2.2 Review Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan pengaruh corporate governance
terhadap manajemen laba pernah dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain
disajikan pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
1

2

Peneliti
Juniarti
Corolina

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

dan Variabel Independen:
Ukuran Perusahaan
Profitabilitas

Hasil pengujian univariate
untuk H01, menunjukkan
bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan
Variabel Dependen:
atas ukuran perusahaan dan
Perataan Laba
sektor indsutri antara
perusahaan yang tergolong
dalam smoothing dan nonsmoothing, sedangkan
untuk profitabilitas, terdapat
perbedaan yang signifikan
pada kedua klasifikasi
perusahaan. Hasil pengujian
univariate tersebut tidak
didukung oleh hasil
pengujian multivariate pada
H02, yang menunjukkan
bahwa ukuran
perusahaan, profitabilitas dan
sektor
industri
tidak
berpengaruh terhadap
perataan laba.
I Nyoman Ari Variabel Independen:
profitabilitas dan net profit
Widana dan
ukuran
perusahaan, margin berpengaruh positif
Gerianta
profitabilitas, dividend signifikan terhadap tindakan
WirawanYasa
payout ratio, net profit
perataan laba. Sedangkan
(2013)
margin,
financial ukuran perusahaan, dividend
leverage
payout ratio, dan financial
Variabel Dependen:
leverage tidak berpengaruh
Perataan Laba
signifikan terhadap tindakan
perataan laba.

22
Universitas Sumatera Utara

3

Muhammad
Variabel Independen:
Yusuf
dan Ukuran
Perusahan,
Soraya (2004)
Profitabilitas, Leverage
Operasi
dan
Status
Perusahaan
Variabel Dependen:
Perataan Laba

4

Sri Widodo

Variabel Independen:
Net Profit Margin
Operating Profit Margin
Return On Asset

Variabel Dependen:
Perataan Laba

Total aktiva, profitabilitas
dan status perusahaan tidak
berpengaruh pada perataan
laba
sedangkan
untuk
leverage operasi perusahaan
dapat
dilihat
terjadi
perubahaan

Net profit margin dan return
on asset tidak berpengaruh
pada praktik perataan laba,
hanya margin laba usaha
yang dapat mempengaruhi
perusahaan untuk melakukan
tindakan tersebut

Juniarti dan Corolina menguji analisa faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perataan laba (income smoothing). Faktor yang diuji peneliti adalah
ukuran perusahaan, profitabilitas. Objek penelitian adalah perusahaan go public
yang terdaftar pada Bursa Efek Surabaya dengan mengambil 6 tahun penelitian
mulai tahun 1994-2001, tidak termasuk tahun 1997 dan 1998. Metode penelitian
yang digunakan metode puposive sampling. Pengujian hipotesis selanjutnya
dilakukan pengujian univariate dan multivirate. Hasil dari penelitian ini adalah
Hasil pengujian univariate untuk H01, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan atas ukuran perusahaan dan sektor indsutri antara perusahaan

23
Universitas Sumatera Utara

yang tergolong dalam smoothing dan non-smoothing, sedangkan untuk
profitabilitas, terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua klasifikasi
perusahaan. Hasil pengujian univariate tersebut tidak didukung oleh hasil
pengujian multivariate pada H02, yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan,
profitabilitas dan sektor industri tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
I Nyoman Ari Widana dan Gerianta WirawanYasa (2013) menguji
perataan laba serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang diuji
peneliti adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, dividend payout ratio, net profit
margin, financial leverage. Objek penelitan adalah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011. Metode penelitian
yang digunakan puposive sampling. Pengujian hipotesis selanjutnya dilakukan
dengan mengunakan regresi logistik binari. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
profitabilitas dan net profit margin berpengaruh positif signifikan terhadap
tindakan perataan laba. Sedangkan ukuran perusahaan, dividend payout ratio, dan
financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba.

Muhammad Yusuf dan Soraya (2004) menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi paraktik perataan laba. Faktor yang diuji peneliti adalah Ukuran
Perusahan, Profitabilitas, Leverage Operasi dan Status Perusahaan. Objek
penelitian adalah perusahaan asing dan non asing di indonesia dengan rentang
waktu 4 tahun yaitu tahun yaitu tahun 1998-2001. Metode penelitian analisis
kuantitatif. Pengujian hipotesis selanjutnya dilakukan dengan pengujian univariate
dan multivirate. Hasil dari penelitian ini adalah Total aktiva, profitabilitas dan

24
Universitas Sumatera Utara

status perusahaan tidak berpengaruh pada perataan laba sedangkan untuk leverage
operasi perusahaan dapat dilihat terjadi perubahaan
Sri Widodo (2011) menguji Analisa faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perataan laba (income smoothing). Faktor yang diuji peneliti adalah net
profit margin, operating profit margin, return on asset. Objek penelitian adalah

oerusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek jakarta dengan rentang waktu
4 tahun 2007-2010. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan t-test
jika terdistribusi normal data dan uji Mann-Whitney jika tidak terdistribusi normal
data, dan pengujian multivariat, menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian ini
adalah net profit margin dan return on asset tidak berpengaruh pada praktik
perataan laba, hanya margin laba usaha yang dapat mempengaruhi perusahaan
untuk melakukan tindakan tersebut

2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang
utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah
penelitian yang menjelaskan tentang variabel-variabel, hubungan antara variabelvariabel secara teoritis yang berhubungan dengan hasil penelitian terdahulu yang
kebenarannya dapat diuji secara empiris (Iskandar, 2008).

Berdasarkan latar

belakang dan tinjauan teoritis yang telah dijabarkan sebelumnya, maka kerangka
konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

25
Universitas Sumatera Utara

Ukuran Perusahaan
(X1)

Return On Asset
(X2)
Perataan Laba
Net Profit Margin

(Y)

(X3)

Leverage
(X4)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan besar
kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai
pasar saham, dan lain-lain. Semakin besar perusahaan maka akan mendapat
perhatian dari banyak pihak terutama pemerintah dan masyarakat. Adanya
perhatian dari banyak pihak ini menyebabkan perusahaan tidak ingin
memperlihatkan labanya yang berfluktuasi, sehingga praktik perataan laba
dilakukan. Laba yang berfluktuasi akan dinilai sebagai perusahaan yang
mempunyai kinerja kurang optimal dan penilaian pemerintah serta masyarakat

26
Universitas Sumatera Utara

tersebut akan merugikan perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu, perusahaan besar
diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan praktik
perataan laba (Nasser dan Herlina, 2003). Hal tersebut sesuai dengan penelitian
Budiasih (2007) yang menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba, semakin besar
ukuran perusahaan maka semakin besar potensi untuk melakukan perataan laba
Return on Assets (ROA) merupakan bagian dari salah satu teknik analisis

yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari
keseluruhan operasi perusahaan. ROA juga merupakan ukuran penting untuk
menilai sehat atau tidaknya perusahaan, yang mempengaruhi investor untuk
membuat keputusan. Perusahaan yang memiliki tingkat ROA yang tinggi lebih
memungkinkan untuk melakukan tindakan perataan laba dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih rendah karena manajemen mengetahui kemampuan dalam
mendapatkan laba di masa mendatang, sehingga memudahkan manajemen untuk
menunda atau mempercepat laba
Net profit margin (NPM) mencerminkan tingkat kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba bersih yang diinginkan. Net profit margin dianggap
mempengaruhi perataan laba karena merupakan alat pengukur kinerja manajemen
yang penting sebagai dasar pembagian dividen kepada para pemegang saham.
Semakin tinggi net profit margin yang dihasilkan perusahaan, maka akan
meningkatkan pula nilai tambah perusahaan tersebut di mata para investor.
Semakin tinggi net profit marginsemakin besar potensi untuk melakukan perataan
laba

27
Universitas Sumatera Utara

Financial leverage diukur dengan perbandingan antara total kewajiban

atau utang dengan total aset. Menurut Sartono (2001) dalam Budiasih (2007)
financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai

investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko
yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang
semakin tinggi. Dengan menggunakan asumsi bahwa investor atau pihak kreditur
adalah risk averse (menghindari atau menolak risiko), maka investor atau kreditur
akan enggan menanamkan modal atau meminjamkan dananya bila perusahaan
yang bersangkutan memiliki rasio leverage yang besar (Narsa dkk, 2003). Dengan
adanya kondisi tersebut, manajemen perusahaan cenderung untuk melakukan
praktik perataan laba, maka semakin besar financial leverage semakin besar
potensi untuk melakukan perataan laba. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
Subhekti (2008) yang menunjukkan bahwa variabel financial leverage
berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang akan diuji kebenarannya
dalam suatu penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan rumusan masalah
yang telah dibuat, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ukuran
perusahaan, return on asset, net profit margin, leverage berpengaruh terhadap
perataan laba baik secara simultan maupun parsial.

28
Universitas Sumatera Utara