Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Pada Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN KEUANGAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

SANDEY SIHOMBING 110503181

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

Lembar Penyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba Pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 2 April 2015

Sandey Sihombing 110503181


(3)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, winner/losser stock, nilai perusahaan, debt to equity ratio, dan

leverage financial terhadap perataan laba pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, winner/losser stock, nilai perusahaan, debt to equity ratio, dan leverage finansial sebagai variabel independen dan perataan laba sebagai variabel dependen.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dengan jumlah sampel 50 dari 84 perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2013. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perataanlaba, sedangkan winner/losser stock, nilai perusahaan, debt to equity ratio, dan leverage finansial tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Secara simultan ukuran perusahaan, winner/losser stock, nilai perusahaan, debt to equity ratio, dan leverage finansial berpengaruh terhadap perataan laba.

Kata kunci : Ukuran Perusahaan , Winner/losser Stock, Nilai Perusahaan, Debt to


(4)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the effect firm size, winner/losser stock, firm value, debt to equity ratio, and financial leverage to income smoothing at financial companies listed on Indonesia Stock Exchange. Variable used in this research are firm size, winner/losser stock, firm value, debt to equity ratio, and financial leverage as independent variable and income smoothing as dependent variable.

Method that used to selecting sample in this research is purposive sampling method with 50 total sample selected from 84 financial companies listed on Indonesia Stock Exchange year of 2010-2013. Statistic method used in this research is multiple regression linear.

The result of this research shown that firm size had significant effect to income smoothing, while winner/losser stock, firm value, debt to equity ratio, and financial leverage had no significant effect to income smoothing. And firm size, winner/losser stock, firm value, debt to equity ratio, and financial leverage simultaneously had significant effect to income smoothing

Keywords : firm size, winner/losser stock, firm value, debt to equity ratio, and financial leverage


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus untuk segala kasih, kebaikan dan pertolonganNya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi satu di antara syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Di dalam penulisan ini, penulis berterimakasih teristimewa kepada orangtua tersayang Netty Herawaty Manurung, Spd yang banyak memberikan dukungan secara moral maupun materiil, dukungan doa, kasih sayang serta waktu demi tersusunnya skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA, selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., CPA, dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Ketua dan Sektretasi Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Drs. Zainal A.T Silangit, Ak selaku dosen pembimbing ytang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, dan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Chairul Nazwar Msi, Ak selaku dosen penguji, dan Bapak Drs. Sucipto MM, Ak selaku dosen pembanding yang telah memberikan saran dan kritik yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini. Serta semua Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama perkuliahan, dan para pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah melayani dan membantu penulis selama perkuliahan.

6. Adik-adikku tersayang, Abdi, Oni, dan Johanes atas doa, semangat, dan motivasinya. Untuk kakak kelompokku kak Swy Purba, dan teman-teman terbaikku : Anastasia, Evi, Febrina, Lisbeth, Monik, Sinar, Yenni, Agung, Cermad, Feisal, Gary, Surya, dan Topan terima kasih untuk segalanya, masa-masa yang pernah ada kita lalui bersama-sama.. Serta rekan-rekan mahasiswa S1 Akuntansi 2011, penulis mengucapkan terima kasih atas kebersamaannya, semoga dapat menyelesaikan studi dengan mantap dan sukses selalu.


(6)

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu. penulis menerima segala saran dan kritik untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Medan, April 2015 Sandey Sihombing


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perataan Laba ... 9

2.2 Ukuran Perusahaan ... 14

2.3 Winner/Losser Stock ... 15

2.4 Nilai Perusahaan ... 17

2.5 Debt to Equity Ratio ... 18

2.6 Leverage Finansial ... 20

2.8 Penelitian Terdahulu ... 21

2.9 Kerangka Konseptual ... 27

2.9 Hipotesis Penelitian ... 28

2.9.1 Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba ... 28

2.9.2Winner/Losser Stock terhadap perataan Laba ... 29

2.9.3Nilai Perusahaan Terhadap Perataan Laba ... 30

2.9.4Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Perataan Laba ... 33

2.9.5Leverage Finansial Terhadap Perataan Laba ... 34

2.9.6Ukuran Perusahaan, Winner/Losser Stock,Nilai Perusahaan, Debt to Equity Ratio, Leverage Finansial Terhadap Perataan Laba ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 39

3.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 39

3.2.1 Variabel Dependen ... 39

3.2.2 Variabel Independen ... 40

3.2.2.1 Ukuran Perusahaan ... 40

3.2.2.2 Winner/Losser Stock ... 41

3.2.2.3 Nilai Perusahaan ... 42


(8)

3.2.2.5 Leverage Finansial ... 43

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 45

3.4 Jenis dan sumber Data ... 49

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 50

3.6 Metode Analisis Data ... 50

3.6.1 Statistik Deskriptif ... 50

3.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 51

3.6.2.1 Uji Normalitas ... 51

3.6.2.2 Uji Multikolinearitas ... 51

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 52

3.6.2.4 Uji Autokorelasi ... 52

3.6.3 Analisis Regresi Berganda ... 53

3.6.4 Pengujian Hipotesis ... 54

3.6.4.1 Uji Koefisien Determinan (R2) ... .. 54

3.6.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 55

3.6.4.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji T) ... 56

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 57

4.2 Perhitungan Index Smoothing ... 58

4.3 Analisis Hasil Penelitian ... 65

4.3.1 Statistik Deskriptif ... 65

4.3.2 Uji Asumsi Klasik ... 67

4.3.2.1 Uji Normalitas Data ... 67

4.3.2.2 Uji Multikolinearitas ... 69

4.3.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 71

4.3.2.4 Uji Autokorelasi ... 72

4.3.3 Analisis Regresi Berganda ... 73

4.3.4 Pembahasan Hipotesis ... 75

4.3.4.1Uji koefisien Determinasi (R2) ... 75

4.3.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 77

4.3.4.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji T) ... 78

4.4 Pembahasan Hipotesis ... 79

4.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba .... 79

4.4.2 Pengaruh Winner/Losser Stock Terhadap Perataan Laba .. 79

4.4.3 Pengaruh Nilai Perusahaan Terhadap Perataan Laba ... 80

4.4.4 Pengaruh Debt to equity Ratio Terhadap Perataan Laba ... 81

4.4.5 Pengaruh Leverage Finansial Terhadap Perataan Laba ... 82

4.4.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Winner/Losser Stock, Nilai Perusahaan, Debt to Equity Ratio, Leverage Finansial Terhadap Perataan Laba ... 83

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Keterbatasan ... 84


(9)

(10)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 21

3.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 43

3.2 Pengamatan Populasi ... 46

3.3 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Sampel ... 49

3.4 Tabel Nilai Durbin-Watson ... 53

4.1 Perusahaan yang Menjadi Sampel ... 57

4.2 Perhitungan Coefficients of Varians Earning ... 59

4.3 Perhitungan Coefficients of varians Revenue ... 61

4.4 Perhitungan Index Smoothing ... 64

4.5 Hasil Statistik Deskriptif ... 66

4.6 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 68

4.7 Hasil Nilai Tolerance dan VIF ... 69

4.8 Hasil Cofficient Correlations ... 70

4.9 Hasil Uji Park ... 72

4.10 Hasil Uji Run Test ... 73

4.11 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 74

4.12 Nilai Koefisien Determinasi ... 76

4.13 Hasil Uji Signifikansi Simultan ... 77


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 27 4.1 Normal Probability Plot ... 67 4.2 Hasil Scatterplot Heterokedastisitas ... 71


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Halaman

1 Proses Pemilihan Sampel ... 89

2 Perusahaan yang Menjadi Sampel ... 91

3 Hasil Tabulasi Data ... 92


(13)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, winner/losser stock, nilai perusahaan, debt to equity ratio, dan

leverage financial terhadap perataan laba pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, winner/losser stock, nilai perusahaan, debt to equity ratio, dan leverage finansial sebagai variabel independen dan perataan laba sebagai variabel dependen.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dengan jumlah sampel 50 dari 84 perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2013. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perataanlaba, sedangkan winner/losser stock, nilai perusahaan, debt to equity ratio, dan leverage finansial tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Secara simultan ukuran perusahaan, winner/losser stock, nilai perusahaan, debt to equity ratio, dan leverage finansial berpengaruh terhadap perataan laba.

Kata kunci : Ukuran Perusahaan , Winner/losser Stock, Nilai Perusahaan, Debt to


(14)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the effect firm size, winner/losser stock, firm value, debt to equity ratio, and financial leverage to income smoothing at financial companies listed on Indonesia Stock Exchange. Variable used in this research are firm size, winner/losser stock, firm value, debt to equity ratio, and financial leverage as independent variable and income smoothing as dependent variable.

Method that used to selecting sample in this research is purposive sampling method with 50 total sample selected from 84 financial companies listed on Indonesia Stock Exchange year of 2010-2013. Statistic method used in this research is multiple regression linear.

The result of this research shown that firm size had significant effect to income smoothing, while winner/losser stock, firm value, debt to equity ratio, and financial leverage had no significant effect to income smoothing. And firm size, winner/losser stock, firm value, debt to equity ratio, and financial leverage simultaneously had significant effect to income smoothing

Keywords : firm size, winner/losser stock, firm value, debt to equity ratio, and financial leverage


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Manajemen perusahaan bertanggung jawab untuk menyajikan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sarana komunikasi antara pihak manajemen perusahaan dengan pihak luar perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari laporan laba rugi, laporan arus kas, neraca, laporan ekuitas pemilik dan pemegang saham, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen perusahaan akan dianalisis dan dipergunakan oleh pihak luar sebagai salah satu informasi yang mendukung pengambilan keputusan. dengan menganalisis laporan keuangan maka akan dapat diketahui prospek dan resiko perusahaan di masa yang akan datang.

Laporan laba rugi merupakan salah satu jenis laporan keuangan. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi dari perusahaan. Laporan ini merupakan ukuran kinerja keuangan perusahaan. Di dalam laporan laba rugi ini terdapat rincian tentang pendapatan, beban, laba, dan rugi perusahaan dalam satu periode perusahaan.

Salah satu informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi ialah laba. Laba merupakan salah satu informasi yang sangat berguna untuk pengambilan keputusan. Menurut Subramayan, dan Wild (2010) “laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode besrsangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat. Dari informasi laba tersebut pihak luar akan menilai kinerja manajemen”.


(16)

Pihak luar perusahaan antara lain para analisis, investor, dan pemerintah biasanya akan berfokus pada informasi laba yang disajikan oleh manajemen perusahaan. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1 menyebutkan bahwa “informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain dalam melakukan penaksiran atas earning power perusahaan dimasa yang akan datang”. Hal tersebut sangat disadari oleh

pihak manajemen sehingga pihak manajemen akan melakukan berbagai cara untuk membuat laporan keuangan perusahaan tampak lebih baik. Salah satu cara yang digunakan ialah dengan melakukan praktik perataan laba.

Perataan laba merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan baik secara artificial yaitu dengan pemilihan metode akuntansi dan secara riil yaitu dengan transaksi. Praktik perataan laba dapat dilakukan oleh manajemen karena adanya kebebasan manajemen dalam memilih metode-metode akuntansi yang dapat memberikan peluang bagi manajemen untuk memaksimalkan penyajian laba. Menurut Barnae, Ronen, dan Sadan (dalam Widaryanti, 2009) “manajemen melakukan perataan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk memprediksi aliran kas dimasa depan”.

Praktik perataan laba tersebut dapat terjadi karena adanya persaingan yang timbul antara perusahaan yang satu dengan yang lain memaksa manajemen perusahaan untuk bekerja lebih baik lagi untuk meningkatkan laba perusahaan yang dipimpinnya. Peningkatan laba perusahaan tersebut akan mempengaruhi


(17)

minat inverstor untuk menarik atau menanam investasinya pada perusahaan tersebut. Jika laba perusahaan semakin tinggi maka minat investor untuk menanamkan investasinya di perusahaan tersebut akan semakin tinggi pula. Dengan demikian maka perusahaan akan mendapatkan tambahan dana untuk menjalankan operasi perusahaannya.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perataan laba antara lain ukuran perusahaan, winner/losser stock, nilai perusahaan, debt to equity ratio, dan

leverage finansial. Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala untuk menklasifikasikan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dihitung dengan ukuran pendapatan, total aset, dan total modal. Semakin besar ukuran pendapatan, total asset, dan total modalnya maka hal tersebut akan mencerminkan bahwa keadaan perusahaan tersebut semakin kuat. Perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan besar biasanya mendapat lebih banyak perhatian dari pihak investor, analisis , maupun pemerintah. Oleh sebab itu perusahan yang dikategorikan sebagai perusahaan besar diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis. Winner/losserstock merupakan perubahan harga saham suatu perusahaan dalam suatu periode. Saham suatu perusahaan dapat dikategorikan sebagai winner stock jika harga saham tersebut pada periode sekarang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Demikian sebaliknya saham perusahaan tersebut dikategorikan sebagai losser stock jika harga saham tersebut pada periode sekarang lebih rendah daripada periode berikutnya.

Tujuan perusahaan yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi dapat mengindikasikan kemakmuran


(18)

pemegang saham juga tinggi Nilai perusahan dapat memberikan kemakmuran kepada pemegang saham apabila harga saham perusahaan tersebut meningkat. Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio price to book value (PBV). PBV merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per saham. Debt to equity ratio (DER) adalah perbandingan hutang dan ekuitas suatu perusahaan dan menunjukkkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk menutupi seluruh kewajibannya. Leverage finansial merupakan rasio nilai buku seluruh utang terhadap total aktiva. Leverage finansial umumnya disebut juga dengan rasio utang (debt ratio). Debt ratio dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar utang yang digunakan perusahaan sebagai investasi dan menghasilkan laba yang dapat menutupi biaya bunga dan pajak pendapatan.

Kasus perataan laba sudah pernah terjadi di Indonesia antara lain kasus PT Kimia Farma Tbk. Perusahaan ini terbukti melakukan manipulasi laba. Pada tanggal 31 Desember 2001, manajemen kimia farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 Milliar, akan tetapi setelah dikaji ulang maka pada laporan keuangan yang baru keuantungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 Milliar, atau lebih rendah Rp 32,6 Milliar dari laporan keuangan sebelumnya. Hal ini bisa terjadi karena adanya overstated penjualan sebesar Rp 2,7 Milliar pada unit Industri Bahan Baku, overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 Milliar pada unit Logistik Sentral, overstated persediaan sebesar Rp 8,1 Milliar pada unit Pedagang Besar Farmasi, dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 Milliar. Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan penyajian persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan.


(19)

Kasus praktik perataan laba lainnya yang pernah terjadi di Indonesia yakni kasus manipulasi laporan keuangan pada PT Kereta Api Indonesia. Laporan keuangan yang terbukti dimanipulasi ialah laporan keuangan tahun 2005. Pada laporan keuangan tahun 2005 PT KAI mencatat bahwa perusahaan BUMN tersebut meraih keuntungan Rp 6,9 Miliar, padahal jika dikaji dan diteliti lebih rinci perusahaan tersebut sebenarnya mengalami kerugian sebesar Rp 63 Milliar. Kasus tersebut terungkap ketika ditemukan adanya beberapa kejanggalan pada laporan keuangan PT KAI. Kejanggalan tersebut antara lain pajak pihak ketiga yang sudah tiga tahun tidak dapat ditagih, tetapi pada laporan keuangan dilaporakan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005.

Kasus perataan laba yang lainnya yaitu kasus PT Bank Global Internasional Tbk. Pada tahun 2004 perusahaan ini diduga melakukan manajemen laba melalui praktik income smoothing yang mengakibatkan rasio kecukupan modal atau Capital Asequacy Ratio (CAR) dibawah 5% naik menjadi 40% hanny dalam kurun waktu 5 bulan.

Dengan adanya manipulasi terhadap laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, maka para pihak eksternal perusahaan bisa salah dalam mengambil keputusan. Pihak eksternal perusahaan melihat bahwa perusahaan yang diinvestasikannya mengalami laba padahal perusahaan tersebut mengalami kerugian atau manajemen perusahaan tersebut menaikkan labanya sehingga para investor berminat untuk berinvestasi pada perusahaan yang di pimpinnya.

Penelitian tentang pratik perataan laba sudah banyak di lakukan di Indonesia. Widaryanti, 2009 mengatakan bahwa ukuran perusahaan tidak


(20)

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap praktik perataan laba, sementara Arfan dan Wahyuni,2010 bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Olivya Pramono, 2013 mengatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap praktik perataan laba. Sedangkan Masodah, 2007 dalam Arfan dan Wahyuni yang mengatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER)berpengaruh terhadap perataan laba. Budiasih, 2009 membuktikan bahwa financial leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap praktik perataan laba, sedangkan Algery, 2013 menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh signifikan dan positif terhadap perataan laba. Arfan dan Wahyuni, 2010 membuktikan bahwa winner/losser stock secara parsial berpengaruh positif terhadap perataan laba, sementara Subhekti, 2008 mengatakan bahwa winner/losser stock tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Aji dan Mita, 2010 mengatakan bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap praktek perataan laba, sedangkan Sulistiyawati, 2013 mengatakan bahwa nilai perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Arfan dan Wahyuni, 2010. Perbedaaan penelitian ini dengan peneli sebelumnya adalah peneliti menambahkan beberapa variabel independennya yaitu winner/losser stock, dan leverage finansial. Perbedaan yang lainnya ialah penelitit terdahulu menggunakan perusahaan manufaktur sebagai objek penelitiannya sementara peneliti menggunan perusahaan keuangan.


(21)

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti praktik perataan laba di Indonesia karena terdapat perbedaaan hasil penelitian terdahulu dan karana adanya beberapa kasus praktik perataan laba yang terjadi di Indonesia. Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba Pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Apakah ukuran perusahaan, winner/losser stock, nilai perusahaan, debt to equity ratio, dan leverage financial berpengaruh terhadap perataan laba baik secara parsial maupun simultan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, winner/losser stock, nilai perusahaan, debt to euity ratio, dan leverage finansial terhadap perataan laba baik secara parsial maupun simultan.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti tentang praktik perataan laba dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.


(22)

2. Bagi Investor

Investor diharapkan untuk dapat lebih menganalisis laporan keuangan perusahaan yang menjadi tempat investasinya dan lebih berhati-hati lagi dalam mengambil keputusan.

3. Bagi Peneliti Lainnya


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perataan Laba

Seperti yang telah disebutkan pada bagian pendahuluan laba merupakan informasi yang digunakan oleh manajemen dan pemegang saham untuk mengambil keputusan. Laba digunakan untuk menilai kinerja manajemen dan menilai prospek perusahaan itu dimasa yang akan datang. Informasi laba terdapat pada laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Karena pentingnya informasi laba bagi para pemilik saham, maka manajemen perusahaan dapat melakukan kecurangan untuk menampilkan laba yang bisa menarik minat para pemilik saham. Selain itu karena kompensasi manajemen dan reputasi perusahaan tergantung dari laba bersih yang dilaporkan, maka manajemen juga akan cenderung melakukan tindakan tang dapat membuat laporan keuangan menjadi lebih baik termasuk dengan melakukan perataan laba. Hal tersebut bisa dilakukan oleh manajemen karena manjemen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan informasi yang dimiliki oleh para pemegang saham.

Hal tersebut didukung oleh teori agensi. Teori ini menyatakan bahwa adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh manajemen yang bertidak sebagai agent dan pemegang saham sebagai principal. Manajemen lebih memiliki banyak informasi dibandingkan pemegang saham dan kelebihan informasi ini dapat digunakan oleh manajemen untuk memenuhi kepentingan diri masing-masing. Belkaoui dan Riahi (2001) menyatakan bahwa terdapat dua alasan yang menyebabkan terjadinya divergensi antara perilaku mementingkan


(24)

dirir sendiri dan kerja sama yakni adverse selection dan modal hazard yang keduanya merupakan masalah berbasis informasi.

Harmono (2011) mengatakan “adverse selection merupakan kondisi yang menunjukkan posisi principal tidak mendapatkan informasi secara cermat mengenai kinerja manajemen yang telah menetapkan pembayaran gaji bagi agen (manajemen) atau progam kompensasi lain”. Sedangkan problem modal hazard sendiri menurut Lubis dan Putra (2014) merupakan “ masalah yang timbul pada saat manajer melakukan tindakan untuk kepentingan sendiri, karena tidak mungkin bagi pemegang saham untuk memonitor semua tindakan yang dilakukan manajer”.

Perataan laba merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan oleh manajemen karena kelebihan informasi yang dimiliki oleh manajemen. Menurut Belkaoui, Riahi (2001 : 104) “perataan laba dapat dipandang sebagi upaya yang secara sengaja dimaksudkan untuk menormalkan income dalam rangka mencapai kecenderungan atau tingkat yang diinginkan”. Beidelman dalam Belkaoi, Riahi (2001 : 104) mengatakan bahwa

Meratakan earnings yang dilaporkan dapat didefenisi sebagai pengurangan secara sengaja fluktuasi disekitar earnings tertentu yang dianggap normal bagi sebuah perusahaan. dalam pengertian ini perataan merepresentasikan sebuah upaya yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi tidak normal dalam earnings sepanjang diizinkan oleh prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat.

Defenisi lain tentang perataan laba yakni menurut Korch (1981) dalam Arfan dan Wahyuni (2010) “ suatu cara yang dilakukan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang


(25)

diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi, maupun secara riil melaui transaksi”. Praktik perataan laba adalah cara yang digunakan untuk mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang didapatkan tahun ini tidak terlalu jauh berbeda dengan laba yang didapatkan dengan tahun sebelumnya. Jadi menurut Yulianto (2007) dalam Arfan dan Wahyuni (2010) bahwa “ praktik perataan laba meliputi usaha untuk memperkecil jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual (laba yang direlisasikan) lebih besar dari laba normal, dan usaha untuk memperbesar laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih kecil dari laba normal.”

Watts dan Zimmerman (1986) dalam Suryandari (2012) menyatatakan ada tiga hipotesis yang melatar belakangi terjadinya income smoothing yakni :

1. The bonus plan hypothesis

Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajemen perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi dapat menggeser laba dari masa depan ke massa kini sehingga dapat menaikkan laba masa kini. 2. Debt covenant hypothesis

Manajemen perusahaan yang melakukan pelannggaran perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba, hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal. 3. Political cost hypothesis

Perusahaan yang lebih besar melakukan income smoothing dikarenakan aktivitasnya akan melibatkan hajat hidup orang banyak dan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan misalnya menaikkan pajak pendapatan perusahaan.

Menurut Foster (1986) dalam Widaryanti unsur-unsur laporan keuangan yang seringkali dijadikan sasaran untuk melakukan peratataan laba adalah :

Unsur Penjualan

 Pembuatan faktur penjualan, sebagai contoh penjualan yang sebenarnya untuk periodeyang akan datang pembuatan fakturnya dilakukan pada periode saat ini dan dilaporkan sebagai penjualan saat ini.

 Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif.

 Penururnan produk (downgrading), sebagai contoh dengan cara mengklasifikasikan produk yang belum rusak ke dalam produk rusak dan selanjutnya dilaporkan terjual dengan harga dari harga sebenarnya


(26)

Unsur biaya

 Memecah-mecah (splitding) faktur, misalnya faktur untuk sebuah pembelian atau pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal yang berbeda kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntansi.

 Mencatat biaya dibayar dimuka (prepayment) sebagai biaya, misalnya melaporkan biaya advertensi dibayar dimuka untuk tahun depan sebagai biaya advertensi tahun ini.

Menurut Athanasakou, Strong, dan Walker (2006) dalam Saputra (2009) tindakan perataan laba muncul dari perilaku yang rasional berdasarkan asumsi :

1) Manajer berusaha memaksimalkan utilitasnya.

2) Utilitas manajer bergantung pada nilai perusahaan dan kepuasan pemegang saham.

3) Kepuasan pemegang saham dan harga saham akan meningkat dengan adanya peningkatan laba dan stabilitas laba.

Salno dan Baridwan (2000) dalam Algerry (2013) mengungkapkan ada beberapa alasan manajer melakukan perataan laba yakni

1. Mengurangi total pajak terutang.

2. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil.

3. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah.

4. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak

Juniarti dan Corolina (2005) menyatakan bahwa ada beberapa tujuan manajemen melakukan perataan laba yakni :

1. Mencapai keuntungan pajak.

2. Memberikan kesan baik dari pemilik dan kreditor terhadap kinerja manajemen.

3. Mengurangi fluktuasi pada pelaporan laba dan mengurangi resiko sehingga harga sekuritasyang tinggi menarik pasar.


(27)

5. Menjaga posisi atau kedudukan manajemen dalam perusahaan.

Perataan laba dapat diakibatkan oleh dua jenis, yakni : 1. NaturalSmoothing (Perataan Alami)

Proses perataan laba secara inheren menghasilkan aliran laba yang rata. Peratan ini dapat diartikan bahwa sifat proses perataan laba itu sendiri menghasilkan suatu aliran laba yang rata. Hal ini dapat diamati dari perolehan pendapatan dari keperluan/pelayanan umum, dimana aliran laba yang ada akan rata dengan sendirinya tanpa ada campur tangan dari pihak lain.

2. Intentional Smoothing (Perataan yang disengaja)

Perataan laba ini berkaitan dengan situasi dimana rangkaian laba yang dilaporkan dipengaruhi oleh tindakan manajemen. Intentional smoothing

dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu real smoothing (perataan riil) dan artificial smoothing (perataan artifisial). Dascher dan Malcolm dalam Belkaoui, riahi (2001) membedakan antara perataan riil dan perataan artifisial sebagai berikut : “Perataan riil menunjuk pada transaksi aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan atas dasar pengaruh perataannya terhadap income, sedangkan perataan artifisial menunjuk pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan untuk memindahkan cost

dan/atau revenue dari satu periode ke periode yang lain”. Dengan kata


(28)

prosedur akuntansi yang memperbolehkan perubahan cost dan revenue

dari suatu periode akuntansi.

Selain perataan riil dan perataan artifisal, masih ada 3 jenis perataan laba lainnya yaitu :

1. Perataan melalui terjadinya peristiwa atau pengakuan. 2. Perataan melalui alokasi antar waktu.

3. Perataan melalui klasifikasi.

Menurut Belkaoui dan Riahi (2001) alam melakukan tindak perataan laba, manajer menemui beberapa hambatan yakni :

1. Mekanisme pasar kompetitif, yang mengurangi opsi yang tersedia bagi manajemen.

2. Skema kompensasi manajemen, yang terkait secara langsung dengan kinerja perusahaan.

3. Ancaman penggantian manajemen. 2.2 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan skala yang digunakan untuk mengukur besar kecilnya suatu perusahaan. Secara umum ukuran perusahaan ada tiga kategori yakni perusahaan besar (large firm) , perusahaan sedang(medium firm) , dan perusahaan kecil (smalll firm). Ada berbagai cara untuk menentukan ukuran perusaan antara lain : total aktiva, nilai perusahaan, log size, dan lain sebagainya. Nilai aktiva selalu dipakai untuk mengukur perusahaan. Menurut Wijaya (2009) “ total akita biasanya dipakai untuk mengukur perusahaan karena perusahaan yang besar selalu diidentikkan dengan total aktiva yang besar juga”. Begitu juga


(29)

dengan Rizal (2001: 41) dalam Hasanah (2013: 8) yang mengatakan bahwa “ukuran perusahaan adalah total akita yang dimiliki oleh perusahaan meliputi aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva lain-lain yang dimiliki perusahaan sampai dengan tahun pelaporan keuangan”. Perusahaan dengan nilai aktiva yang lebih besar akan lebih menarik perhatian investor, analisis, dan pihak lainnya.

Besar kecilnya perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan manajemen dalam melakukan operasi perusahaan. Kemampuan dalam mengoperasikan perusahaan tentu mempengaruhi pendapatan perusahaan tersebut. Menurut Madura (2001: 86) dalam Arfan, Wahyuni (2010)

Hipotesis mengenai ukuran perusahaan didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan besar secara lebih positif lebih sensitif terhadap peraturan pajak, peraturan menstransfer kekayaan oleh pemerintah, subsidivitas politis perusahaan bervariasi dengan ukurannya, sehingga perusahaan besar cenderung untuk mengadopsi prosedur akuntansi yang dapat menangguhkan laba yang dilaporkan. 2.3 Winner / Losset Stock

Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Menurut Anoraga (2011;58) dalam Algery (2013) “saham dapat didefenisiskan sebagai surat berharga sebagai bukti bahwa penyertaan atau pemilikan maupun institusi dalam suatu perusahaan. Bagi perusahaan yang menerbitkannya saham merupakan salah satu instrumen perusahaan untuk mencari tambahan modal untuk menunjang operasi perusahaan. Ketika investor ingin membeli saham suatu perusahaan maka terdapat dua keuntungan yang akan diperolehnya yaitu dividend dan capital gain. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham tersebut maka ia akan menanggung capital cost dari saham tersebut. Capital cost dari saham ialah dividen. Ketika


(30)

perusahaan mampu membayar dividen dan dividen yang dibayarnya meningkat setiap tahun maka harga sahamnya akan terus meningkat.

Harga saham suatu perusahaa merupakan suatu cerminan bagi investor mengenai nilai perusahaan tersebut. Semakin tinggi harga sahamnya maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dimata investor. Dengan tingginya harga sahamnya maka investor akan berasumsi bahwa manajemen perusahaan tersebut dapat mengelola dengan baik perusahaannnya dan dapat menghasilkan laba yang tinggi sehingga dapat memberikan return yang tinggi pula kepada para investornya. Hal ini didukung oleh pernyataan Wira (2011) dalam Algery (2013) yang mengatakan bahwa “: Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan return bagi para investor berupa capital gain yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap citra perusahaan.”

Oleh karena itu manajemen perusahaan akan berusaha agar harga sahamnya di pasaran tidak turun melainkan terus meningkat. Perubahan harga saham tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu winner stock dan

losser stock. Menurut Hendrawati (2001) dalam Arfan, Wahtuni (2010) “saham

winner adalah saham yang mengalami kenaikan harga dengan persentase yang paling besar dalam satu hari perdagangan, sedangkan saham losser adalah saham yang mengalami penururnan harga dengan persentase yang paling besar dalam satu hari perdagangan”. Begitu juga dengan Sunarto (2006) dalam Arfan, dan Wahyuni (2010) mengatakan bahwa “ winner stock adalah saham yang memiliki

return lebih besar daripada return rata-rata pasar atau disebut juga saham yang memiliki return positif, sedangkan losser stock adalah saham yang memiliki


(31)

return sama dengan atau lebih kecil dari return rata-rata pasar atau disebut juga dengan saham yang memiliki return negatif”.

2.4 Nilai Perusahaan

Tujuan dari perusahaan ialah untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik saham. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat diukur dengan nilai harga saham yang beredar di pasar, yang merupakan penilaian publik kepada manajemen perusahaan secara riil. Dikatakan secara riil menurut Harmono ( 2011) karena “terbentuknya harga dipasar merupakan bertemunya titik-titik kestabilan kekuatan permintaan dan titik-titik kestabilan kekuatan penawaran harga yang secara riil terjadi transaksi surat berharga dipasar modal antara para penjual (emiten) dan para investor, atau sering disebut ekuilibrium pasar”. Menurut Retno dan Priantinah (2012) “ Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat”. Maka semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula kemakmuran para pemegang saham. Menurut Fakhruddin dan Hardianto (2001 : 316) dalam Kurnia dan Ayuningtias (2013) “harga saham yang dimaksud disini adalah harga yang terjadi pada saat saham diperdagangkan dipasar atau tepatnya disebut harga penutupan”.

Price to Book Value (PBV) dapat digunakan untuk menilai perusahaan. PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya terhadap prospek perusahaan. Menurut Soliha dan Taswan (2002) dalam Kurnia dan Ayuningtias (2013) “hal ini juga yang menjadi keinginan perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham yang juga tinggi”. PBV


(32)

merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per saham.Nilai buku per saham merupakan perbandingan antara modal dengan jumlah saham yang beredar

Rasio PBV sangat membantu untuk menentukan saham-saham yang mengalami undervalued, saham yang overvalued, dan wajar. Saham dikategorikan undervalued jika harga saham dibawah nilai buku saham, dan saham dikategorikan overvalued jika harga saham diatas nilai buku saham. Dengan menentukan hal tersebut maka investor dapat strategi yang tepat untuk mendapatkan dividen dan capital gain yang tinggi. Dengan demikian menurut Brigham dan Gapenski (2006) dalam Kurnia dan Ayuningtias (2013) “untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik saham perusahaan harus dapat meningkatkan harga saham, karena harga saham yang tinggi atau naik dapat meningkatkan PBV.”

2.5 Debt to Equtiy Ratio (DER)

Perusahaan memerlukan dana untuk menjalankan operasi perusahaannya. Terdapat dua sumber pendanaan eksternal perusahaan yakni investor ekuitas biasanya disebut juga pemegang saham dan kreditor. Jika perusahaan memakai sumber daya dari pemegang saham maka perusahaan harus membayar dividen, dan jika perusahaan memakai sumber dana dari kreditor maka pada saat jatuh tempo perusahaan harus membayar pokok pinjaman disertai dengan bunga. Dana yang berasal dari kreditor disebut juga utang. Menurut Lubis dan Putra (2014) “debt merupakan kewajiban (liabilities) yang secara normal berhubungan dengan beban kas (fixed cash burden) disebut dengan debt service, yang akan


(33)

menyebabkan perusahaan gagal membayar (default) terhadap kontrak tersebut bila perusahaan tidak membayar”. Begitu juga dengan Sadalia (2010) yang berpendapat bahwa “ posisi utang suatu badan usaha menunjukkan jumlah uang orang lain yang digunakan dalam upaya memperoleh laba”.

Terdapat dua jenis utang yakni utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Utang jangka pendek ialah utang yang memiliki jangka waktu jatuh tempo tidak lebih dari satu tahun. Contohnya utang usaha, utang gaji, dan lain sebagainya. Sedangkan utang jangka panjang ialah utang yang memiliki jangka waktu jatuh tempo lebih dari satu tahun misalnya utang hipotik dan utang obligasi.

Ketika kreditor hendak menginvestasikan uangnya keperusahaan, maka ia akan menganalisis bagaimana kemampuan perusahaan dalam melunasi utang-utangnya. Menurut Sadalia (2010) hal ini disebabkan karena “semakin banyak utang badan usaha, maka semakin besar kemungkinan badan usaha tidak mampu memenuhi hak kreditor. Salah satu analisis laporan keuangan yang dapat dipakai ialah analitis solvabilitas. Solvabilitas yakni rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi utang-utangnya baik utang jangka panjang maupun utang jangka pendek. Rasio Solvabilitas yang akan dipakai pada penelitian ini ialah rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) atau sering juga disebut rasio DER.

Menurut Sadalia (2010) rasio debt to equity ratio adalah “perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Menurut


(34)

Masodah (2007) dalam Arfan dan Wahyuni ( 2010) “Debt to Equity Ratio merupakan salah satu rasio yang sangat penting karena berkaitan dengan masalah kesepakatan modal (trading on equity), yang dapat memberikan pengaruh posititf maupun negatif terhadap rentabilitas modal sendiri”.Rasio DER ini dapat dihitung dengan membandingkan antara total utang perusahaaan dengan total ekuitasnya. 2.6 Leverage Finansial

Harmono (2011) mengatakan bahwa” leverage finansial dapat diartikan sejauh mana strategi pendanaan melalui utang untuk digunakan investasi dalam meningkatkan produksi, dan menghasilkan kemampuan laba yang mampu menutupi biaya bunga dan pajak pendapatan. Leverage Finansial umumnya disebut juga dengan rasio utang (debt ratio). Menururt Sadalia (2010) rasio ini digunakan untuk “mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal yang biasa berasal dari kreditur. Sedangkan menurut Weston dan Copeland (1996) dalam Zulaikha dan Dewi menyebutkan bahwa “leverage financial atau disebut juga leverage factor adalah rasio nilai buku seluruh hutang terhadap total aktiva”.

Menurut Khasmir (2008) keuntungan yang akan didapat dengan mengetahui rasio leverage ini adalah :

1. Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lain;

2. Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap; 3. Mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap

dengan moal

4. Guna mengambil keputusan penggunaan sumber dana ke depan.

Secara umum semakin besar utang yang digunakan oleh perusahaan dalam hubungan dengan total aktiva maka semakin pula tuas keuangannya


(35)

(finansial leverage). Menurut Sadalia (2010) Tuas keuangan adalah “besarnya risiko dan hasil yang diharapkan melalui penggunaan pembiayaan dengan beban tetap seperti utang dan saham preferen. Semakin banyak utang, dengan beban tetap, atau tuas keuangannya, yang digunakan badan usaha maka semakin besar risiko dan hasil yang diharapkannya”. Debt Ratio dapat dihitung dengan membandingkan total kewajiban/utang dengan total aktiva perusahaan tersebut.

Menurut Lubis dan Putra (2014) ada tiga hal penting yang terkait dengan leverage financial yakni

1. Dengan meningkatkan penggunaan hutang berarti pemegang saham perusahaan tetap akan dapat mengontrol perusahaan dengan tidak meningkatkan investasi mereka pada perusahaan.

2. Kreditor akan melihat kepada ekuitas perusahaan, atau pemilik yang menyediakan dana dan melihat margin of safety, maka bila proporsi modal lebih tinggi dikeluarkan oleh para pemegang saham akibatnya akan semakin kecil resiko dari kreditor.

3. Bila perusahaan memperoleh pendapatan yang lebih besar dari bunga yang harus dibayarnya dari investasi yang dilakukannya dengan meminjam maka hal tersebut dianggap sebagai return (keuntunga) pemilik modal.

2.7 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang praktek perataan laba, antara lain :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel penelitian Cara yang Digunakan Hasil Penelitian Fatemeh Mohebi, Mohammad Mahmoodi, Naser Ail Yadollahzade h Tabari The Investigation of The Effect of Firm-Specific Accounting Variables on Income Smoothing of Companies :

Variabel Dependen : Income Smoothing Variabel Independen : Penelitian menggunaka n analisis regresi dan regresi logistik. Data yang Variabel firm size, debt ratio, dan profitability berpengaruh negatif


(36)

Evidence from Tehran Stock Exchange firm size, debt ratio, profitability, ownership structure digunakan adalah laporan data laporan keuangan perusahaan yang listing di Tehra Stock Exchange sebelum tahun 2010. terhadap income smoothing, sedangkan ownership structure berpengaruh positif terhadap income smoothing. Olivya Pramono Analisis Pengaruh ROA, NPM, DER, dan Ukuran

PerusahaanTerhada p Praktek Perataan Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011 Variabel Dependen : Income Smoothing Variabel Independen : ROA, NPM, DER, Size Firm Penelitian menggunaka n analisis regresi dan regresi logistik. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan badan usaha periode 2007-2011 yang diperoleh dari website

PT BEI (Bursa Efek Indonesia). Data akan dianalisis dengan menggunaka n Microsoft Excel 2007 dan SPSS 20.0 for Windows. ROA, NPM, DER, dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik income smoothing.


(37)

Arfan, dan Desry Wahyuni

Size, Winner/Loser Stock, dan Debt To Equity Ratio

Terhadap Perataan Laba (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) dependen : Perataan Laba Variabel Independen :

Firm Size,

Winner/Lose r Stock, dan Debt To Equity Ratio menggunaka n analisis regresi logistik dan Regression Logistic Binary. Data yang digunakan ialah dta sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diauit (annual report) perusahaan manufaktur tahun 2004 – 2007 yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM). firm size, dan winner/loser stock secara parsial berpengaruh positif terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, sedangkan variabel debt to equity ratio secara parsial tidak beprpengaru h positif atau berpengaruh negatif terhadap perataan laba. Sindi retno Noviana dan Etna Nur Afri Yuyetta

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2006 – 2010) Variabel dependen : perataan laba Variabel independen : profitabilitas , risiko keuangan, nilai perusahaan, Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data kuantitatif dengan menggunaka ROA, risiko keuangan, nilai perusahaan, kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham publik tidak memiliki


(38)

kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham publik, dan deviden payout ratio.

n program SPSS sebagai alat untuk menguji data tersebut. Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu dari tahun 2006 – 2010 dan sampel dipilih dengn menggunakn purposive sampling method. pengaruh signifikan terhadap perataan laba, sedangkan deviden payout ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba. Sandres Daniel H Pengaruh Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Net Profit Margin, Dan

Operating Profit Margin Terhadap Perataan Laba (Income

Smoothing) Pada Perusahaan Property, Real Estate And Building

Construction Yang Terdaftar Di BEI

Variabel dependen : Perataan laba Variabel independen : ukuran perusahaan, financial leverage, net profit

margin, dan

operating profit margin Penelitian ini menggunaka n analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Populasi penelitian nya ialah perusahaan property, Secara parsial Ukuran perusahaan, dan operating profit margin berpengaruh terhadap perataan laba, sedangkan financial leverage, dan net profit


(39)

real estate and buiding construction di Bursa Efek Indonesia dan pemilihan sampel menggunaka n purposive random sampling. bepengaruh terhadap perataan laba. Dan secara simultan variabel ukuran perusahaan, financial leverage, net profit

margin, dan

operating profit margin

Widaryanti Analisis Perataan laba Dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Variabel dependen : Perataan laba Variabel independen : ukuran perusahaan, pofitabilitas, finansial leverage, margin laba bersih, varian nilai saham perusahaan Penelitian ini menggunaka n analisis regresi dan regresi logistik. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang listing (dari tahun 2002 -2006) di BEI. Pengambilan sampel dengan menggunaka n tehnik purposive sampling. Variabel ukuran perusahaan, profitibiltas, finansial leverage, net profit margin, dan varian nilai saham tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tindakan perataan laba pada tingkat signifikansi 0.05. Marsidatul Hasanah Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage Financial Dan Kebijakan Dividen Terhadap Variabel dependen : perataan laba Variabel Penelitian ini menggunaka n analisis regresi dan regresi Ukuran perusahan berpengaruh terhadap praktik


(40)

Praktik Perataan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) independen : ukuran perusahaan, leverage financial, dan kebijakan dividen logistik. Populasi yang akan diamati adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 – 2010. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunaka n teknik purposive sampling. perataan laba, sedangkan leverage financial, dan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Juniarti dan Corolina

Analisa Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan – Perusahaan Go Public Variabel dependen : perataan laba Variabel independen : ukuran perusahaan, dan profitabilitas Penelitian ini menggunaka n analisis regresi Populasi diambil dari semua perusahaan go-public yang tercatat di Bursa Efek Surabaya dalam rentang waktu enam tahun, yaitu dari tahun 1994 sampai dengan 2001 tanpa melibatkan tahun 1997 dan 1998 Faktor ukuran perusahaan, profitabilitas , dan sektor industri tidak berpengaruh terhadap terjadinya tindak perataan laba.


(41)

2.10 Kerangka Konseptual

Berdasarkan telaah pustaka dari beberapa penelitian terdahulu, penelitian ini menggunakan variabel ukuran perusahaan, winner/loser stock, nilai perusahaan, debt to equity rasio, dan leverage finansial sebagai variabel independen dan perataan laba sebagai variabel dependen. Kerangka koseptual dalam penelitian ini aadalah sebagai berikut :

H1

H2

H3

H4

H5

H6

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Ukuran Perusahaan

(X1)

Winner/Loser Stock

(X2) Nilai Perusahaan

(X3)

Debt to Equity Ratio

(X4)

Leverage Finansial

(X5)

Perataan Laba (Y)


(42)

2.9 Hipotesis Penelitian

2.9.1 Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba

Ukuran perusahaan merupakan skala yang digunakan untuk mengukur besar kecilnya perusahaan. Secara umum ada tiga kategori ukuran perusahaan yakni perusahaan besar (large firm), perusahaan sedang (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm). Salah satu cara untuk mengukur suatu perusahaan ialah dengan melihat total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Hal ini didukung dengan penyataan yang diberikan oleh Wijaya (2009) yang mengatakan bahwa“ total akita biasanya dipakai untuk mengukur perusahaan karena perusahaan yang besar selalu diidentikkan dengan total aktiva yang besar juga”.

Perusahaan dengan jumlah aktiva yang lebih besar akan dikategorikan sebagai perusahaan besar. Perusahaan ini umumnya akan mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak seperti analisis, investor, maupun pemerintah. Oleh karena itu perusahaan ini akan berusaha semaksimal mungkin menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis. Moses (1987) dalam Arfan dan Wahyuni (2010) menemukan bukti bahwa “perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan perusahaan yang lebih kecil, karena perusahaan yang lebih besar menjadi subjek pemeriksaan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum.” Pernyataan ini didukung oleh Watts dan Zimmerman (1986) dalam Suryandari (2013) yang menyatakan bahwa ada tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya income smooting salah satunya ialah political cost hypothesis. Ia mengatakan bahwa “perusahaan yang lebih besar melakukan


(43)

income smoothing dikarenakan aktivitasnya yang melibatkan hajat hidup orang banyak dan dengan laba yang tinggi pemerintahn akan segera mengambil tindakan misalnya menaikkan pajak pendapatan perusahaan”.

Hal diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Marsidatul Hasanah(2008) dan Muhammad Arfan dan Desry Wahyuni (2010) yang mengatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik peratan laba. H1 : Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap perataan laba.

2.9.2 Winner/Losser Stock Terhadap Perataan Laba

Winner/Losser Stock menggambarkan perubahan harga saham suatu perusahaan dalam satu periode perusahaan. Dikatakan winner stock jika harga saham pada periode sekarang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya, sedangkan dikatakan losser stock jika harga saham pada periode sekarang lebih rendah dari harga saham periode sebelumnya. Investor lebih menyukai perusahaan yang mempunyai posisi winner stock karena akan memberikan keuntungan yang lebih besar kepada investor. Capital gain yang bisa didapatkan oleh investor akan lebih tinggi lagi karena jika harga saham terus meningkat maka harga jualnya juga akan meningkat. Dengan begitu capital gain yang akan didapatkan oleh investor lebih tinggi lagi. Harga saham yang tinggi juga akan menarik minat investor karena investor menilai manajemen perusahaan dapat mengelola usahanya dengan baik.

Oleh sebab itu manajemen perusahaan winner stock akan berusaha mempertahankan posisi perusahaannya pada posisi winner stock dan manajemen


(44)

perusahaan losser stock akan berusaha untuk meningkatkan posisi perusahaannya ke posisi winner stock. Salah satu cara yang akan dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempertahankan posisinya pada winner stock ialah dengan melakukan tindak perataan laba. Jika perusahaan tersebut terus mengalami peningkatan laba, maka investor akan semakin tertarik kepada perusahaan tersebut karena perusahaan tersebut dianggap dapat terus memberikan keuntungan kepada investor. Dengan begitu harga saham perusahaan tersebut dipasaran juga akan terus mengalami kenaikan dan perusahaan tersebut akan tetap pada posisi winner stock. Pernyataan ini didukung oleh Salno dan Baridwan (2000) dalam Arfan dan Wahyuni (2010) yang mensinyalir bahwa “ adanya kemungkinan manajemen perusahaan winner stock melakukan perataan laba untuk mencapai atau mempertahankan posisinya di kelompok winnor stock.” Selanjutnya Salno dan Baridwan (2000) dalam Arfan dan Wahyuni (2010) mengemukakan bahwa “hal ini dilatarbelakangi oleh kepentingan manajemen perusahaan winner stock untuk mencapai dan mempertahankan shareholder’s value melalui posisinya di kelompok winner stock dengan tetap menjaga variabilitas laba perusahaan dari waktu ke waktu.”

H2 : Winner/losser stock mempunyai pengaruh terhadap perataan laba. 2.9.3 Nilai Perusahaan Terhadap Perataan Laba

Salah satu tujuan dari perusahaan ialah meningkatkan kesejahteraaan pemiliknya. Investor akan berminat untuk membeli saham suatu perusahaan bila ia yakin bahwa perusahaan tersebut akan menjamin kesejahteraannya. Dengan


(45)

semakin tingginya nilai perusahaan maka akan ssemakin tinggi pula kemakmuran para pemegang sahamnnya. Menurut Retno dan Priantinah (2012) “ Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat

Harga saham merupakan cerminan dari nilai suatu perusahaan. harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran saham tersebut. Juka permintaan akan saham terus meningkat maka harga saham perusahaan tersebut juga akan mengalami peningkatan demikian sebaliknya. Hal ini juga dapat berarti bahwa jika semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, maka harga saham tersbut akan semakin tinggi. Harga saham suatu perusahaan dipasaran akan menentukan nilai perusahaan tersebut di mata investor. Jika harga sahamnya semakin tinggi maka akan semakin baik pula nilai perusahaan tersebut. Harga saham yang tinggi dapat menggambarkan bahwa manajemen perusahaan dapat mengelola perusahaannya dengan baik sehingga dapat menghasilkan laba. Hal ini sesuai dengan pernyataan Algery (2013) bahwa “ Semakin baik perusahaannya mengelola usahanya dalam memperoleh keuntungan, semakin tinggi juga nilai perusahaan tersebut di mata para investor.”

Pada prinsinya, tujuan investor membeli saham ialah untuk mendapatkan dividen serta dapat menjual saham tersebut pada harga yang lebih tinggi. Laba merupakan salah satu indikator untuk menarik minat invertor untuk berinvestasi pada suatu perusahaan. Para emiten yang menghasilkan laba yang semakin tinggi akan meningkatkan tingkat kembalian yang diperoleh para investor yang tercermin melalui harga sahamnya. Oleh karena itu manajemen dapat melakukan


(46)

manipulasi terhadap laba untuk dapat menarik minat investor karena manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan para pemegang saham. Salah satu praktik manipulasi laba yang dapat dilakukan oleh manajemen yakni dengan melakukan praktik perataan laba. Menurut Yulianto (2007) dalam Arfan dan Wahyuni (2010) bahwa “ praktik perataan laba meliputi usaha untuk memperkecil jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual (laba yang direlisasikan) lebih besar dari laba normal, dan usaha untuk memperbesar laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih kecil dari laba normal.” Dengan begitu setiap tahun perusahaan tidak akan mengalami penurunan laba melainkan peningkatan laba sehingga harga saham perusahaan tidak akan jatuh melainkan terus meningkat dan hal itu juga dapat meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Pernyataan ini didukung oleh Suranta dan Mediasturi (2004) dalam Noviana dan Yuyetta (2011) yang mengatakan bahawa “perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi cenderung akan melakukan perataan laba. Hal ini dikarenakan perusahaan akan cenderung menjaga konsistensi labanya agar nilai pasar perusahaan tetap tinggi sehingga dapat lebih menarik arus sumber daya ke dalam perusahaannnya”. Menurut Soliha dan Taswan (2002) dalam Kurnia dan Ayuningtias (2013) “hal ini juga yang menjadi keinginan perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham yang juga tinggi”.

Price to Book Value (PBV) dapat digunakan untuk menilai perusahaan. Sudana (2011) menyebutkan bahwa “perusahaan yang dikelola dengan baik dan beroperasi secara efisien dapat memiliki nilai pasar yang lebih tinggi


(47)

dibandingkan daripada nilai bukunya”. PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya terhadap prospek perusahaan. Rasio PBV sangat membantu untuk menentukan saham-saham yang mengalami undervalued, saham yang

overvalued, dan wajar. Rasio ini akan membandingkan nilai pasar harga saham dengan nilai bukunya. Nilai buku per saham merupakan antara modal dengan jumlah saham yang beredar. Oleh karena itu Brigham dan Gapenski (2006) dalam Kurnia dan Ayuningtias (2013) berpendapat bahwa “untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik saham perusahaan harus dapat meningkatkan harga saham, karena harga saham yang tinggi atau naik dapat meningkatkan PBV.”

H3 : Nilai perusahaan mempunyai pengaruh terhadap perataan laba. 2.9.4 Debt to Equity Ratio Terhadap Perataan Laba

Ketika kreditor hendak menginvestasikan uangnya keperusahaan, maka ia akan menganalisis bagaimana kemampuan perusahaan dalam melunasi utang-utangnya. Menurut Sadalia (2010) hal ini disebabkan karena “semakin banyak utang badan usaha, maka semakin besar kemungkinan badan usaha tidak mampu memenuhi hak kreditor. Salah satu alat analisis yang dapat dipakai oleh para investor ialah dengan menghitung debt to equity ratio (DER). Menurut Sadalia (2010) rasio debt to equity ratio adalah “perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya”.

Masodah (2007) dalam Arfan dan Wahyuni (2010) menjelaskan bahwa debt to equity ratio berpengaruh terhadap perataan laba karena “ debt to equity ratio yang tinggi mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan dalam


(48)

memperoleh dana tambahan karena minimnya modal yang digunakan untuk perlindungan utang, sehingga perusahaan tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.” Ketika perusahaan mempunyai tingkat hutang yang tinggi maka semakin tinggi pula resiko yang akan dihadapi investor sehingga investor akam meminta tingkat keuntungan yang tinggi pula. Hal ini dapat memicu perusahaan untuk melakukan tindak perataan laba karena tingkat utang perusahaan yang tinggi akan menpunyai risiko yang tinggi pula, maka laba perusahaan akan berfuktuasi sehingga perusahaan akan cenderung melakukan tindakan perataan laba. Hal ini didukung oleh pernyataan Belkaoui (2001 ;110) dalam Arfan dan Wahyuni (2010) mengatakan bahwa “ semakin tinggi rasio utang ekuitas suatu perusahaan maka semakin dekat perusahan terhadap kendala-kendala dalam perjanjian utang dan semakin besar probabilitas pelanggaran perjanjian sehingga memungkinkan manajer untuk melakukan metode-metode akuntansi untuk meningkatkan income.” Hal ini didukung pula oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Alfiana (2006) yang mengatakan bahwa “perusahaan yang mempunyai kontrak hutang akan lebih memilih prosedur akuntansi yang dapat meningkatkan earning dan aktiva untuk mengatasi masalah pelunasan hutang perusahaaan”.

H4 : Debt to equity ratio (DER) mempunyai pengaruh terhadap perataan laba. 2.9.5 Leverage Finansial Terhadap Perataan Laba

Leverage merupakan gambaran kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk meningkatkan tingkat penghasilan bagi pemilik dan pemegang saham. Leverage dapat diukur


(49)

dengan debt rasio yakni dengan melihat besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang. Rasio ini akan menjukkan berapa bagian aktiva yang dapat digunakan untuk menjamin utang. Menurut Helfert (2000) dalam Wijaya (2009) “penggunaan utang dengan baik dapat meningkatkan laba untuk pemilik perusahaan karena dana yang dipinjam pada tingkat bunga tetap dapat digunakan untuk investasi yang menghasilkan return yang lebih tinggi daripada bunga yang dibayarkan pada dana tersebut”. Ketika finansial leverage suatu perusahaan tinggi maka investor atau kreditor akan enggan untuk berinvestasi sehingga mempengaruhi kinerja perusahaan dan hal itu dapat menghambat usaha perusahaan untuk mempertahankan reputasinya. Oleh karena itu, perusahaan akan berusaha menurunkan financial leverage yang memiliki kecenderungan untuk meratakan laba. Menurut Yulia (2013) “perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi diduga melakukan perataan laba karena perusahaan terancam tidak dapat mengembalikan hutang (default) sehingga manajemen membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan.” Pendapat ini didukung Sartono (2004) dalam Noviana dan Yuyetta (2011) yang menyatakan “Semakin besar utang perusahaan semakin besar pula resiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba”. Begitu juga halnya dengan Algery (2013) yang mengatakan bahwa “financial leverage

juga diperkirakan berpengaruh terhadap perataan laba, karena semakin tinggi rasio leverage maka semakin tinggi resiko yang harus ditanggung oleh investor yang akan berinvestasi pada perusahaan, serta semakin tinggi pula kecenderungan


(50)

manajer meratakan laba”. Oleh karena itu ketika finansial leverage suatu perusahaan besar, maka perusahaan itu akan berusaha untuk membuat labanya tinggi atau stabil karena menurut Subramayam (2010) “jika tingkat laba tinggi(stabil) maka resiko perusahaan akan kecil.” Hal ini lah yang akan mendorong manajemen untuk mengurangi resiko perusahaannnya dengan berusaha untuk menstabilkan tingkat laba perusahaan dengan berbgai cara, termasuk dengan melakukan income smoothing.

H5 : Leverage finansial mempunyai pengaruh terhadap perataan laba.

2.9.6 Ukuran Perusahaan, Winner/Losser Stock, Nilai Perusahaan, Debt to Equity Ratio, Leverage Finansial Terhadap Perataan Laba

Perusahaan besar umumnya akan mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak seperti analisis, investor, maupun pemerintah. Oleh karena itu perusahaan ini akan berusaha semaksimal mungkin menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis. Perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan perusahaan yang lebih kecil, karena perusahaan yang lebih besar menjadi subjek pemeriksaan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum. Manajemen perusahaan akan berusaha agar harga sahamnya dapat terus meningkat setiap tahunnya. Kodisi ini disebut juga dengan winner stock dimana harga saham tahun ini lebih tinggi dibandingkan harga saham tahun sebelumnya. Oleh sebab itu manajemen perusahaan winner stock akan berusaha mempertahankan posisi perusahaannya pada posisi winner stock dan manajemen perusahaan losser stock


(51)

Salah satu cara yang akan dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempertahankan posisinya pada winner stock ialah dengan melakukan tindak

perataan laba. Harga saham merupakan cerminan dari nilai perusahaan. Manajemen perusahaan akan terus berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaannya termasuk dengan melakukan perataan laba. Dengan begitu setiap tahun perusahaan tidak akan mengalami penurunan laba melainkan peningkatan laba sehingga harga saham perusahaan tidak akan jatuh melainkan terus meningkat dan hal itu juga dapat meningkatkan nilai perusahaan tersebut.

Debt to equity ratio merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Ketika perusahaan mempunyai tingkat hutang yang tinggi maka semakin tinggi pula resiko yang akan dihadapi investor sehingga investor akam meminta tingkat keuntungan yang tinggi pula. Hal ini dapat memicu perusahaan untuk melakukan tindak perataan laba karena tingkat utang perusahaan yang tinggi akan menpunyai risiko yang tinggi pula, maka laba perusahaan akan berfuktuasi sehingga perusahaan akan cenderung melakukan tindakan perataan laba. Leverage finansial yang tinggi akan membuat investor atau kreditor akan enggan untuk berinvestasi sehingga mempengaruhi kinerja perusahaan dan hal itu dapat menghambat usaha perusahaan untuk mempertahankan reputasinya. Oleh karena itu, perusahaan akan berusaha menurunkan financial leverage yang memiliki kecenderungan untuk meratakan laba.


(52)

Arfan, dan Wahyuni (2010) dalam penelitiannya mengatakan bahwa”firm size, winner/losser stock, dan debt equity ratio secara simultan berpengaruh terhadap perataan laba. Hal ini bermakna bahwa perataan laba yang dilakukan diperusahaan manufaktur di BEI dapat ditentukan atau dipengaruhi secara bersama-sama oleh firm size, winner/losser stock, dan debt to equity ratio.”

Penelitian Wijaya (2009) menyimpulkan bahwa “Secara simultan ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan leverage operasional mampu menjelaskan perubahan indeks perataan laba sebesar 32,1%”.

H6 : Ukuran perusahaan, winner/losser stock, nilai perusahaan, debt to equity ratio, dan leverage finansial berpengaruh terhadap perataan laba.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian asosiatif. Variabel yang diteliti adalah ukuran perusahaan, winner/losser stock, nilai perusahaan, debt to equity ratio, dan

leverage finansial sebagai variabel independennya. Sedangkan variabel dependennya adalah perataan laba. Data yang digunakan adalah laporan tahunan (annual report) perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. Data diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia. 3.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

3.2.1 Variabel Dependen

Variabel terikat atau variabel tergantung (dependent varible) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain (Sanusi : 2011). Begitu juga dengan Erlina (2011) uang mengatakan bahwa “ variabel ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel sebab atau variabel bebas.” Jadi variabel dependen bisa juga dikatakan sebagai konsekuensi dari variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perataan laba. Status perataan laba suatu perusahaan diklasifikasikan dengan menggunakan model Eckel (1981). Indeks eckel digunakan untuk membedakan perusahaan keuangan yang melakukan perataan laba dan yang tidak melakukan perataan laba.

Rumus indeks perataan laba (eckel)

ΔI = perubahan penghasilan bersih / laba


(54)

CV = koefisien variasi (deviasi standar / expected value) CVΔS atau CVΔI √

CVΔS = coefficient variance perubahan pendapatan CVΔI = coefficient variance perubahan laba

Δx = perubahan pendapatan atau laba tahun n dengan tahun n-1

πΔx = rata-rata perubahan pendapatan atau perubahan laba Badan usaha tidak melakukan perataan laba, jika

Badan usaha melakukan perataan laba, jika

3.2.2 Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi varriabel lain (Sanusi : 2011). Begitu pula dengan Erlina (2011) yang mengatakan bahwa “ variabel ini merupakan variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam varaiabel dependen, atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel tak bebas (variabel dependen) dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatifbagi variabel dependen lainnya.” Variabel dependen ini sering disebut juga dengan variabel bebas, stimulus, dan prediktor.

3.2.2.1 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan skala yang digunakan untuk mengukur besar kecilnya suatu perusahaan. Secara umum ukuran perusahaan ada tiga kategori yakni perusahaan besar (large firm), perusahaan sedang (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm). Secara umum ukuran perusahaan diproksikan dengan total aktiva. Hal ini didukung oleh Rizal (2001 : 41) dalam Hasanah


(55)

(2008) yang mengatakan bahwa “ ukuran perusahaan adalah total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan meliputi aktiva tetap, aktiva tak berwujud dan aktiva lain-lain yang dimiliki perusahaan sampai dengan tahun pelaporan keuangan”. Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan Logaritma natural (Ln) dari total aktiva. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dengan rumus :

Ukuran Perusahaan = Ln Total Aktiva 3.2.2.2 Winner/Losser Stock

Sunarto (2006) dalam Arfan dan Wahyuni (2010) mengatakan bahwa “

winner stock adalah saham yang memiliki return lebih besar daripada return rata-rata pasar atau disebut juga dengan saham yang memiliki return positif, sedangkan losser stock adalah saham yang memiliki return sama dengan atau lebih kecil dari return rata-rata pasar atau disebut juga dengan saham yang memiliki return negatif”. Adapun yang dimaksud dengan return pasar dalam

penelitian ini adalah Indeks harga saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia.

Winner / losser stock merupakan variabel dummy. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut

dan Rmt –

Rt = Return Saham pada tahun t

Pt = Rata-rata harga saham penutupan bulanan pada tahun t Pt-1 = Rata-rata harga saham penutupan bulanan pada tahun t-1 Rmt = Return pasar pada tahun t


(56)

IHSGt-1 = IHSG (closing price) pada tahun t-1 Apabila :

Rt > Rmt, maka perusahaan berstatus sebagai winner stock (diberi nilai 1) Rt < Rmt, maka perusahaan berstatus sebagai loser stock (diberi nilai0) 3.2.2.3 Nilai Perusahaan

Pada penelitian ini nilai perusahaan akan diukur dengan menggunakan rasio Price to Book Value(PBV). Menurut Syahyunan (2004 ; 86) “rasio ini akan menunjukkan apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan diatas atau dibawah nilai buku”. Rasio PBV yang dihasilkan merupakan rasio antara nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku. Nilai buku per saham merupakan perbandingan antara modal dengan jumlah saham yang beredar.

3.2.2.4 Debt To Equity Ratio

Debt to Equity Ratio merupakan “ rasio antara total utang dengan total ekuitas dalam perusahaan yang memberi gambaran perbandingan antara total utang dengan modal sendiri (eqiuity) perusahaan (Sitanggang :2012). Rasio ini akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban melalui modal sendirir, dan dihitung dengan rumus :


(57)

3.2.2.5 Leverage Finansial

Harmono (2011) mengatakan bahwa “leverage finansial dapat diartikan sejauh mana strategi pendanaan melalui utang untuk digunakan investasi dalam meningkatkan produksi, dan menghassilkan kemampuan laba yang mampu menutupi biaya bunga dan pajak pendapatan.” Leverage finansial umumnya disebut juga dengan rasio utang (debt ratio). Menurut Sitanggang (2012 ; 24) “debt ratio merupakan rasio antara total utang dengan total aset yang memberi gambaran seberapa besar persentase total aset dibiayai dari utang”. Semakin besar rasio ini berarti semakin besar peranan utang dalam membiayai aset perusahaan dan sebaliknya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :

Tabel 3.1

Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No. Variabel Defenisi Indikator Skala

1 Perataan Laba Perataan laba dapat

dipandang sebagai upaya yang secara sengaja dimaksudkan untuk

menormalkan

income dalam rangka

mencapai kecenderungan atau tingkat yang diinginkan.

Perubahan laba dibagi perubahan pendapatan.

Nominal

2. Ukuran Perusahaan Skala yang digunakan untuk


(58)

mengukur besar kecilnya suatu

perusahaan. 3. Winner/Losser Stock Perubahan

harga saham suatu

perusahaan dalam satu periode perusahaan.

Variabel

dummy skor 1 untuk winner stock dan skor 0 untuk losser stock.

Nominal

4. Nilai Perusahaan Rasio antara nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku.

Nilai pasar saham dibagi nilai buku saham.

Rasio

5. Debt to Equity Ratio Rasio antara total utang dengan total ekuitas dalam perusahaan yang memberi gambaran perbandingan antara total utang dengan modal sendiri (equity) perusahaan.

Total utang dibagi total ekuitas.

Rasio

6. Leverage Finansial Rasio antara total utang dengan total aset yang memberi gambaran seberapa besar persentase total aset dibiayai dari utang.

Total utang dibagi dengan total aset.


(1)

Hasil Olah Statistik

Hasil Statisitk Deskriptif

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Perataan Laba ,5903 ,21077 33

Ukuran Perusahaan 28,3190 1,38337 33 Winner/Losser Stock ,5455 ,50565 33

Nilai Perusahaan 1,1739 ,65656 33

Debt to Equity Ratio 3,2387 2,63204 33 Leverage Finansial ,6436 ,22582 33

Grafik Normal Probability Plot


(2)

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 33

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,16520365 Most Extreme Differences Absolute ,091

Positive ,091

Negative -,080

Kolmogorov-Smirnov Z ,521

Asymp. Sig. (2-tailed) ,949

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Hasil Nilai

Tolerance

dan VIF

Model

Collinearity Statistics

Tolerance

VIF

1 (Constant)

Ukuran Perusahaan

Winner/Losser Stock

Nilai Perusahaan

Debt to Equity Ratio

Leverage Finansial

,668

,935

,753

,173

,159

1,497

1,070

1,328

5,788

6,295

Hasil

Coefficient Correlations

Coefficient Correlationsa

Model Leverage Finansial Winner/Lo sser Stock Nilai Perusaha an Ukuran Perusaha an Debt to Equity Ratio

1 Correlatio ns

Leverage Finansial

1,000 ,237 -,101 -,429 -,862

Winner/Losser Stock

,237 1,000 -,051 -,044 -,191

Nilai Perusahaan

-,101 -,051 1,000 -,184 ,332

Ukuran Perusahaan


(3)

Debt to Equity Ratio

-,862 -,191 ,332 ,179 1,000

Covarian ces

Leverage Finansial

,125 ,005 -,002 -,004 -,009

Winner/Losser Stock

,005 ,004 ,000 -8,040E-5 ,000

Nilai Perusahaan

-,002 ,000 ,003 ,000 ,001

Ukuran Perusahaan

-,004 -8,040E-5 ,000 ,001 ,000

Debt to Equity Ratio

-,009 ,000 ,001 ,000 ,001

a. Dependent Variable: Perataan Laba


(4)

Hasil Uji Park

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -6,290 9,091 -,692 ,495

Ukuran Perusahaan ,141 ,355 ,084 ,397 ,695

Winner/Losser Stock ,305 ,822 ,066 ,371 ,713

Nilai Perusahaan ,740 ,705 ,209 1,050 ,303

Debt to Equity Ratio ,347 ,367 ,393 ,945 ,353

Leverage Finansial -6,979 4,464 -,679 -1,563 ,130

a. Dependent Variable: LnU2i

Hasil Uji Run Test

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea ,00084

Cases < Test Value 16 Cases >= Test Value 17

Total Cases 33

Number of Runs 16

Z -,349

Asymp. Sig. (2-tailed) ,727 a. Median


(5)

Hasil Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2,645 ,719 3,676 ,001

Ukuran Perusahaan ,073 ,028 -,480 2,602 ,015

Winner/Losser Stock -,025 ,065 -,060 -,384 ,704

Nilai Perusahaan -,023 ,056 -,070 -,404 ,689

Debt to Equity Ratio -,053 ,029 -,656 -1,807 ,082

Leverage Finansial ,354 ,353 ,379 1,002 ,325

a. Dependent Variable: Perataan Laba

Nilai Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

dimension0

1 ,621a ,386 ,272 ,17985

a. Predictors: (Constant), Leverage Finansial, Winner/Losser Stock, Nilai Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Debt to Equity Ratio b. Dependent Variable: Perataan Laba

Hasil Uji Signifikansi Simultan

ANOVAb

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression ,548 5 ,110 3,390 ,017a

Residual ,873 27 ,032

Total 1,422 32

a. Predictors: (Constant), Leverage Finansial, Winner/Losser Stock, Nilai Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Debt to Equity Ratio


(6)

Hasil Uji Signifikansi Parsial

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2,645 ,719 3,676 ,001

Ukuran Perusahaan ,073 ,028 -,480 2,602 ,015

Winner/Losser Stock -,025 ,065 -,060 -,384 ,704

Nilai Perusahaan -,023 ,056 -,070 -,404 ,689

Debt to Equity Ratio -,053 ,029 -,656 -1,807 ,082

Leverage Finansial ,354 ,353 ,379 1,002 ,325