Pengaruh Profitability, Leverage dan Firm Size Terhadap Bond Rating pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1 Pasar Modal
Perkembangan perekonomian saat ini menjadikan kebutuhan akan dana
untuk modal dalam setiap dunia usaha terus mengalami peningkatan. Kebutuhan
akan dana ini terlihat seiring dengan peningkatan jumlah pasar dan tuntutan
terhadap produk-produk yang berkualitas serta dalam rangka meningkatkan
aktivitas produksi. Demi memenuhi kebutuhan dana dari setiap dunia usaha
pemerintah melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga ekonomi membentuk
pasar modal sebagai solusi untuk perusahaan yang membutuhkan dana tambahan
dalam meningkatkan produksi.
Berdasarkan Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasar
modal (capital market) merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Dengan
demikian, pasar modal merupakan suatu wadah yang memberikan fasilitas

berbagai sarana dan prasarana dalam rangka melakukan kegiatan jual beli efek,
serta kegiatan lainnya yang terkait. Jogiyanto (2003:11) menyatakan bahwa pasar
modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka
panjang dengan menjual saham (stock) maupun menerbitkan obligasi (bond).
Ada berbagai instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal.
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal bersifat jangka panjang
13
Universitas Sumatera Utara

(lebih dari satu tahun) seperti saham (stock), obligasi (bond), waran (warrant),
right, reksa dana (mutual fund), dan berbagai instrumen derivatif seperti opsi
(option), kontrak berjangka (futures), dan lain sebagainya (Darmadji dan Hendy,
2006:2). Pasar modal merupakan perantara atau tempat bertemunya para pembeli
dan penjual yang ingin ikut serta dalam kegiatan jual beli instrumen keuangan di
pasar modal, sehingga instrumen keuangan yang ditawarkan di pasar modal harus
bersifat likuid dan efisien. Pasar modal dapat dikatakan likuid jika para penjual
dan pembeli dapat dengan mudah dan cepat dalam memenuhi kebutuhan mereka
seperti penjual yang ingin menjual produknya dan pembeli yang ingin membeli
suatu produk sesuai kebutuhan. Pasar modal dapat dikatakan efisien apabila harga
dari setiap surat berharga yang diperdagangkan menggambarkan nilai dari suatu

perusahaan secara akurat (Jogiyanto, 2003:12).
Adanya pasar modal membawa berbagai manfaat yang dapat dirasakan
oleh masyarakat, emiten, lembaga penunjang dan pemerintah. Darmadji dan
Hendy (2006:3) mengatakan, ada beberapa manfaat yang dapat dirasakan dari
adanya pasar modal dalam suatu negara, yaitu:
1.

Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi
dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

2.

Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya
diversifikasi.

3.

Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara.

4.


Memungkinkan penyebaran kepemillikan perusahaan sampai lapisan
masyarakat menengah.

14
Universitas Sumatera Utara

5.

Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.

6.

Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek
yang baik.

7.

Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang
bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi

investasi.

8.

Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol
sosial.

9.

Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan
manajemen profesional, dan penciptaan iklim berusaha yang sehat.

2.1.2 Obligasi
2.1.2.1 Pengertian Obligasi
Salah satu produk yang dikeluarkan oleh pasar modal adalah obligasi.
Obligasi dapat dijadikan sebagai solusi untuk perusahaan yang membutuhkan
dana dalam meningkatkan kegiatan operasional perusahaan. Menurut Bursa Efek
Indonesia, obligasi (bond) merupakan surat utang jangka menengah panjang yang
dapat dipindahtangankan yang berisi dari pihak yang menerbitkan untuk
membayar imbalan yang berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok

utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak yang membeli obligasi.
Beberapa pengertian obligasi menurut beberapa ahli, antara lain sebagai
berikut. Pendapat yang dikemukakan oleh Rivai et al. (2013:135), obligasi
merupakan salah satu instrumen keuangan yang cukup menarik bagi kalangan
investor di pasar modal ataupun bagi perusahaan dalam mendapatkan dana untuk

15
Universitas Sumatera Utara

pengembangan perusahaan. Rivai et al. juga mengatakan obligasi merupakan
surat berharga atau sertifikat yang berisikan kontrak antara pemberi pinjaman
dengan yang diberi pinjaman dimana surat obligasi merupakan selembar kertas
yang menyatakan bahwa pemilik kertas memberikan pinjaman kepada perusahaan
yang menerbitkan obligasi.
Menurut Harmono (2014:63) obligasi merupakan surat tanda utang kepada
kreditor berupa perorangan atau lembaga seperti yang tertera pada surat obligasi
yang didalamnya tercantum bunga yang harus dibayarkan termasuk ketentuan
pengembalian pokok dan angsuran pinjaman pada saat jatuh tempo. Sementara itu
Jogiyanto (2003:11) menyampaikan bahwa obligasi merupakan suatu kontrak
yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman

ditambah dengan bunga dalam kurun waktu tertentu yang telah disepakati.
Menurut Keown et al. (2011:232) obligasi merupakan suatu jenis utang
atau surat kesanggapun pembayaran dalam jangka panjang yang dikeluarkan oleh
peminjam dan berjanji untuk membayar kepada pemegangnya dengan jumlah
bunga yang tetap setiap tahunnya. Pendapatan tetap (fixed income) dalam obligasi
berarti pendapatan yang diperoleh pemilik obligasi, baik dalam bentuk kupon
maupun pokok, telah ditentukan waktu dan nilainya, serta tidak terpengaruh oleh
perubahan harga dari surat utang lainnya (Darmidji dan Hendy, 2006:16).
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan diatas, dapat
disimpulkan bahwa surat utang obligasi merupakan suatu instrumen keuangan
dimana terdapat kontrak perjanjian didalamnya antara investor dengan perusahaan
yang menerbitkan obligasi dimana perusahaan penerbit (bond issuer) berjanji

16
Universitas Sumatera Utara

untuk membayar bunga dari dana yang telah dipinjamkan dengan jumlah yang
tetap dan melunasi kewajiban pokoknya pada jangka waktu yang telah ditetapkan.
Terdapat beberapa keuntungan dari perusahaan yang menerbitkan obligasi,
yaitu tidak adanya campur tangan pemilik dana terhadap perusahaan, dan tidak

adanya controlling interest oleh pemilik obligasi terhadap perusahaan seperti
halnya perusahaan yang menerbitkan saham (Suta, 2003:274).
Pihak yang membeli obligasi (bond holder) akan mendapatkan keuntungan
melalui pembayaran kupon yang umumnya lebih besar dari tingkat suku bunga
bank. Selain itu bond holder dapat pula memperoleh keuntungan lain apabila
obligasi tersebut dijual dengan harga yang lebih tinggi dibanding harga belinya,
maka investor memperoleh capital gain. Kemudian, jika emiten (bond issuer)
mengalami kebangkrutan, maka pemegang obligasi memiliki hak yang lebih
tinggi atas kekayaan perusahaan dibanding dengan pemegang saham (Darmidji
dan Hendy, 2006:16).

2.1.2.2 Karakteristik Obligasi
Dunia investasi portofolio saat ini tidak akan asing lagi dengan investasi
berupa obligasi. Obligasi memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh saham,
yaitu obligasi memberikan bunga secara rutin sampai tanggal jatuh tempo serta
nilai pokok investasi yang bersifat tetap sampai tanggal jatuh tempo. Namun
menurut Keown et al. (2011:236), terdapat beberapa karakteristik pada investasi
obligasi yaitu:

17

Universitas Sumatera Utara

1.

Klaim terhadap Aset-aset dan Penghasilan Perusahaan
Ketika suatu perusahaan dalam keadaan tidak mampu lagi untuk melanjutkan
kegiatan operasional perusahaan (bangkrut), semua bentuk utang perusahaan
secara umum termasuk obligasi, harus lebih diutamakan untuk dibayarkan
sebelum saham preferen dan saham biasa. Jika obligasi tidak dibayar, badan
pengawas obligasi dapat menggolongkan perusahaan tersebut sebagai
perusahaan yang tidak mampu membayar utang.

2.

Nilai Nominal
Nilai Nominal merupakan nilai pokok dari suatu obligasi yang telah
ditetapkan sejak awal obligasi tersebut diterbitkan yang akan diterima oleh
pemegang obligasi saat obligasi jatuh tempo.

3.


Suku Bunga Kupon (the Interest Rate)
Suku bunga kupon pada obligasi menunjukkan besarnya persentasi bunga
terhadap nilai nominal obligasi yang akan dibayar pada waktu-waktu yang
telah ditentukan, misalnya setiap tiga bulan atau setiap enam bulan sekali
ataupun setiap tahunnya.

4.

Jatuh Tempo (Maturity)
Jatuh tempo merupakan tanggal dimana pemegang obligasi mendapatkan
pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimiliki yang
sekaligus mengakhiri masa berlaku suatu obligasi tersebut.

5.

Indenture (Surat Perjanjian Penerbit dan Perwalian Obligasi)
Indenture merupakan kesepakatan hukum antara perusahaan penerbit obligasi
dengan perwalian obligasi yang mewakili pemegang obligasi. Didalamnya


18
Universitas Sumatera Utara

terdapat persetujuan pinjaman yang mencakup uraian dari obligasi, hak
pemegang obligasi, hak perusahaan penerbit obligasi dan tanggung jawab
perwalian. Secara umum indenture berisikan tentang melarang penjualan
tentang piutang perusahaan, membatasi deviden saham biasa, pembatasan
penjualan atau pembelian aktiva tetap, dan pembatasan penawaran pinjaman.
Sedangkan secara khususnya ketentutan bersifat membatasi yang termasuk
surat perjanjian berusaha melindungi posisi keuangan pemegang obligasi
dibanding surat-surat berharga lainnya.
6.

Dapat Diperjualbelikan
Obligasi dapat diperjualbelikan seperti halnya saham. Jika suatu nilai obligasi
meningkat, maka pemegang obligasi dapat menjual obligasi tersebut melalui
dealer ataupun pialang obligasi. Pialang obligasi akan menerima fee atas
transaksi obligasi tersebut (Darmadji dan Hendy, 2006:19).

7.


Tingkat Penghasilan Sekarang
Tingkat penghasilan lancar mengacu pada perbandingan pembayaran bunga
tahunan pada harga obligasi sekarang di pasaran.

8.

Peringkat Obligasi (Bond Rating)
Peringkat obligasi mencakup suatu penilaian potensi resiko masa depan dari
obligasi. Peringkat obligasi dipengaruhi oleh proporsi modal terhadap utang
perusahaan, tingkat profitabilitas perusahaan, tingkat kepastian dalam
menghasilkan pendapatan, besar kecilnya perusahaan, dan sedikit penggunaan
utang subordinat.

19
Universitas Sumatera Utara

2.1.2.3 Jenis-jenis Obligasi
Terdapat beberapa jenis obligasi yang tersedia di pasar. Menurut Bursa
Efek Indonesia jenis-jenis obligasi yang diperdagangkan di pasar dibagi menjadi
beberapa kategori antara lain:
1.

Berdasarkan Penerbitnya, obligasi terbagi menjadi:
a. Corporate Bonds yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik
yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN) ataupun badan usaha
swasta.
b. Government Bonds yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat
suatu negara. Di Indonesia dikenal dengan Surat Utang Negara (SUN), dan
lainnya.
c. Municipal Bond yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah
untuk membiayai proyek-proyek yang yang berkaitan dengan kepentingan
publik (public utility).

2.

Berdasarkan Sistem Pembayaran Bunga, obligasi terbagi menjadi:
a. Zero Coupon Bonds yaitu obligasi yang tidak melakukan pembayaran
bunga secara berkala namun bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada
saat jatuh tempo.
b. Coupon Bonds yaitu obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara
berkala sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
c. Fixed Coupun Bonds yaitu obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah
ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan
secara berkala.

20
Universitas Sumatera Utara

d. Floating Coupon Bonds yaitu obligasi dengan tingkat bunga yang
ditentukan sebelum jangka waktu tersebut berdasarkan suatu acuan
tertentu seperti average time deposit (rata-rata tertimbang) yaitu tingkat
suku bunga deposito dari bank pemerintah atau swasta.
e. Combination Rate Bond yaitu obligasi yang besarnya kupon merupakan
kombinasi antara bunga tetap dan bunga mengambang.
3.

Berdasarkan Hak Penukaran atau Opsi, obligasi terbagi menjadi:
a. Convertible Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang
obligasi untuk mengkonversikan obligasi ke dalam bentuk saham
perusahaan penerbitnya.
b. Exchangeable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan kedalam jumlah
saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
c. Callable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada emiten (bond
issuer) untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sebelum masa
umur obligasi tersebut berakhir.
d. Putable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada investor yang
mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu
(strike price) sepanjang umur obligasi tersebut.

4.

Berdasarkan Jaminan atau Kolateralnya, obligasi terbagi menjadi:
a. Secured Bonds merupakan obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu
dari penerbitnya atau jaminan dalam bentuk lainnya dari pihak ketiga.
Dalam kelompok ini termasuk didalamnya:

21
Universitas Sumatera Utara

1) Guaranteed Bonds yaitu obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya
dijaminn dengan penanggungan dari pihak ketiga.
2) Mortgage Bonds yaitu obligasi yang pelunasan bungan dan pokoknya
dijamin dengan agunan hipotik atau aset tetap (fixed asset).
3) Colleteral Trust Bonds yaitu obligasi yang dijamin dengan efek yang
dimiliki penerbit dalam portofolionya.
b. Unsecured Bonds merupakan obligasi yang tidak dijaminkan dengan
kekayaan tertentu tetapi dijaminkan dengan kekayaan penerbitnya secara
umum.
5.

Berdasarkan Nominalnya, obligasi terbagi menjadi:
a. Conventional Bonds yaitu obligasi yang lazim diperjuangkan dalam satu
nominal, contohnya Rp 1 milyar per lot.
b. Retail Bonds yaitu obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai
nominal yang lebih kecil.

6.

Berdasarkan Perhitungan Imbal Hasil, obligasi terbagi kedalam dua kategori:
a. Conventional

Bonds

yaitu

obligasi

yang

diperhitungkan

dengan

menggunakan sistem kupon bunga.
b. Syariah Bonds yaitu obligasi yang diperhitungkan dengan menggunakan
perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini terdapat dua macam obligasi
syariah, yaitu:
1) Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang
menggunakan akad bagi hasil sehingga pendapatan yang diterima oleh

22
Universitas Sumatera Utara

investor atas obligasi tersebut diperoleh dengan cara mengetahui
pendapatan emiten.
2) Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan
akad sewa sehingga kupon bersifat tetap dan bisa diketahui atau
diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.

2.1.2.4 Peringkat Obligasi (Bond Rating)
Dalam rangka melakukan investasi obligasi, ada acuan yang akan
membantu para investor dalam menganalisa keputusan untuk berinvestasi
terhadap perusahaan yang menerbitkan obligasi. Acuan ini digambarkan dalam
bentuk peringkat obligasi atau bisa disebut dengan penilaian terhadap obligasi
suatu perusahaan. Darmadji dan Hendy (2006:18) mengatakan bahwa, agar
investor memiliki gambaran tingkat risiko ketidakmampuan perusahaan dalam
membayar kupon maupun mengembalikan pokok obligasi, dikenal suatu tingkat
yang menggambarkan kemampuan bayar perusahaan penerbit obligasi, tingkat
kemampuan dalam membayar kewajiban tersebut dikenal dengan istilah peringkat
obligasi (bond rating). Maka dari itu, jika seorang investor memiliki keinginan
melakukan investasi kedalam bentuk obligasi, maka investor tersebut harus
memperhatikan peringkat obligasi sebagai salah satu bentuk informasi sebelum
memutuskan berinvestasi dalam bentuk obligasi.
Peringkat obligasi (bond rating) merupakan skala resiko dari semua
obligasi yang diperdagangkan sehingga menunjukkan tingkat aman suatu investasi
obligasi bagi investor. Tingkat aman dalam berinvestasi dapat ditunjukkan dari
kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman.

23
Universitas Sumatera Utara

Untuk itu, dalam menentukan skala peringkat tersebut, diperlukan variabelvariabel yang mempengaruhi obligasi, kemudian dihitung. Dari perhitungan
tersebut ditemukan standar untuk mendapatkan peringkat tertentu (Lubis,
2008:201).
Saat suatu perusahaan (emiten) akan menerbitkan obligasi ataupun surat
utang lainnya, sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan pasar modal
bahwasanya obligasi yang akan diterbitkan harus terlebih dahulu diperingkat oleh
suatu lembaga independen yang bergerak sebagai pemeringkat efek. Lembaga
pemeringkat efek dapat membantu perkembangan pasar modal dengan
menerbitkan data statistik yang independen serta akurat mengenai efek yang
tercatat di bursa efek dalam bentuk data elektronis yang sesuai dengan kebutuhan
para pelaku serta analis pasar modal. Lembaga pemeringkat efek juga dapat
berperan penting dalam rangka memajukan pasar sekuritas yang memberikan
penghasilan tetap (fixed-income securuities) (Suta, 2003:201).
Menurut Brigham dan Houston (2010:300) terdapat faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi peringkat obligasi (bond rating), yaitu:
1.

Rasio keuangan suatu perusahaan yang baik. Jika semakin baik rasio
keuangan suatu perusahaan maka akan semakin tinggi peringkat obligasinya.

2.

Ketentuan hipotek. Jika obligasi dijamin dengan hipotek maka obligasi
tersebut memiliki nilai yang relatif tinggi terhadap jumlah utang yang
diobligasikan, dan peringkatnya pun akan meningkat.

24
Universitas Sumatera Utara

3.

Ketentuan subornasi. Apabila obligasi di subornasikan ke hutang lain maka
obligasi tersebut akan diberi peringkat yang seharusnya diberikan jika tidak
disubornasikan.

4.

Ketentuan jaminan. Jika utang suatu perusahaan lemah dijamin oleh
perusahaan yang kuat (biasanya kondisi lemah ini terjadi pada induk
perusahaan), maka obligasinya akan diberikan peringkat yang sama dengan
perusahaan yang kuat.

5.

Dana pelunasan. Apabila obligasi memiliki dana pelunasan maka hal ini akan
menjadi nilai tambah di mata lembaga pemeringkat.

6.

Jatuh tempo. Obligasi dengan waktu jatuh tempo yang lebih singkat dinilai
kurang berisiko dibandingkan obligasi dengan jangka waktu yang lebih
panjang, dan hal ini akan mempengaruhi peringkatnya.

7.

Stabilitas laba dan penjualan emiten.

8.

Regulasi atau peraturan yang berkaitan dengan industri emiten.

9.

Antitrust yang berkaitan dengan gugatan yang ditujukan pada perusahaan.

10. Operasi di luar negeri.
11. Faktor lingkungan hidup dan tanggung jawab produk.
12. Kewajiban atas produk.
13. Kewajiban pensiun.
14. Masalah ketenagakerjaan yang berpotensi muncul di masa mendatang yang
dapat memperlemah posisi perusahaan.

25
Universitas Sumatera Utara

15. Kebijakan akuntansi. Jika kebijakan akuntansi suatu perusahaan dan laba
yang dilaporkannya menjadi dipertanyakan, maka hal ini akan memberikan
dampak negatif pada peringkat obligasinya.
Peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga yang secara khusus bertugas
memberikan peringkat atas semua obligasi yang diterbitkan perusahaan. Hal ini
bertujuan agar investor dapat mengukur atau memperkirakan seberapa besar risiko
yang akan diterima dengan membeli obligasi (Darmadji dan Hendy, 2006:18).
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/31/DPNP Tanggal
22 Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang diakui Bank
Indonesia, terdapat tiga lembaga pemeringkat di Indonesia, yaitu PT Fitch Ratings
Indonesia, PT ICRA Indonesia, dan PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO).
Penelitian ini mengacu pada lembaga pemeringkat PT PEFINDO dikarenakan
PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat tertua di Indonesia yang telah berdiri
sejak tahun 1993 serta telah melakukan pemeringkatan terhadap lebih dari 500
perusahaan dan pemerintah daerah. PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat
pertama di Indonesia yang didirikan atas inisiatif BAPEPAM dan Bank Indonesia
serta merupakan suatu lembaga penunjang pasar modal di Indonesia. Sejak Tahun
1996, PEFINDO telah melakukan kerja sama dengan salah satu perusahaan
pemeringkat global yaitu Standard & Poor’s (S&P). PEFINDO juga merupakan
lembaga pemeringkat satu-satunya di Indonesia yang memiliki default data dan
default study yang dapat digunakan oleh perusahaan termasuk Bank Indonesia.

26
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Definisi Peringkat Obligasi (Bond Rating) PT PEFINDO
Peringkat
IdAAA

IdAA

IdA

IdBBB

IdBB

IdB

IdCCC

IdD

Arti
Sekuritas utang dengan peringkat idAAA merupakan peringkat tertinggi
yang diberikan oleh PEFINDO. Kapasitas obligor adalah superior relatif
dibanding obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi kewajiban
keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian.
Sekuritas utang dengan peringkat idAA hanya memiliki perbedaan yang
tipis dengan kualitas kreditnya yang sedikit berada dibawah peringkat
tertinggi karena memiliki kapasitas obligor yang relatif sangat kuat
dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai
dengan perjanjian, relatif dibanding dengan obligor Indonesia lainnya.
Sekuritas utang dengan peringkat idA menunjukkan kapasitas obligor yang
kuat dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang
sesuai dengan perjanjian dibanding obligor Indonesia lainnya. Namun,
sekuritas utang lebih rentan terhadap perubahan situasi dan kondisi
ekonomi yang merugikan.
Sekuritas utang dengan peringkat idBBB menunjukkan kapasitas obligor
yang memadai dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya
yang sesuai dengan perjanjian dibanding dengan obligor Indonesia
lainnya. Namun, perubahan kondisi ekonomi dapat memperlemah
kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban keuangannya.
Sekuritas utang dengan peringkat idBB menunjukkan kapasitas obligor
yang agak lemah dibanding dengan obligor Indonesia lainnya dalam
memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan
perjanjian. Obligor dihadapkan pada situasi dan kondisi keuangan,
perekonomian serta bisnis yang tidak menentu yang dapat mempengaruhi
kapasitas obligor dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
Sekuritas utang dengan peringkat idB menunjukkan kapasitas obligor yang
lemah dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya
dibanding dengan obligor Indonesia lainnya yang sesuai dengan
perjanjian. Namun, adanya perubahan kondisi keuangan, kondisi
perekonomian, ataupun kemungkinan kerugian dalam bisnis akan
memperburuk kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban
keuangannya.
Sekuritas utang dengan peringkat idCCC menunjukkan keadaan obligor
yang rentan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya
dan hanya dapat bergantung pada keadaan bisnis dan kondisi keuangan
yang membaik dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya tersebut.
Sekuritas utang dengan peringkat idD menunjukkan keadaan bahwa
sekuritas utang tersebut telah gagal bayar ataupun perusahaan penerbit
yang sudah berhenti berusaha.
Hasil peringkat dari idAA sampai idB dapat ditambahkan tanda plus(+)
ataupun minus(-) yang dapat menunjukan relatif kekuatan obligor dalam
suatu kategori peringkat.

Sumber : www.pefindo.com

27
Universitas Sumatera Utara

Zubir (2014:11) mengungkapkan bahwa obligasi perusahaan dengan
peringkat AAA, AA, A, BBB dinyatakan sebagai investment grade bonds
sedangkan peringkat BB dan B diklasifikasikan sebagai speculative bond, dan
peringkat CCC dan D dinyatakan sebagai non-investment grade atau bisa disebut
juga dengan high-yield bonds karena obligasi tersebut memberikan imbal hasil
(yield) yang tinggi tetapi juga memiliki potensi default risk yang besar.
Perubahan kemampuan perusahaan penerbit (bond issuer) dalam melunasi
kewajibannya dapat disebabkan oleh bencana alam atau kecelakaan industri
(industrial accident) ataupun adanya perubahan peraturan serta pengambil-alihan
(takeover) atau restrukturisasi perusahaan. Risiko ini disebut dengan risiko
peristiwa (event risk) dan dapat menyebabkan menurunnya peringkat obligasi
perusahaan penerbit (Fabozzi, 2000:518).

2.1.2.5 Risiko Obligasi
Sebagai salah satu produk pasar modal yang dijadikan sarana investasi,
obligasi memiliki resiko yang patut untuk diperhatikan oleh para investor. Apabila
terjadi kenaikan pada suku bunga, maka harga obligasi akan turun sehingga dapat
menyebabkan pembeli obligasi akan mengalami kerugian, tetapi sebaliknya jika
terjadi penurunan suku bunga, maka harga obligasi akan naik sehingga dapat
menyebabkan penjual akan merugi. Menurut Gumanti (2011:37) terdapat
beberapa jenis resiko yang ada pada obligasi, yaitu:
1.

Risiko Gagal Bayar
Resiko gagal bayar (default risk) adalah ketidakmampuan perusahaan yang
menerbitkan obligasi tersebut (issuer) membayar kembali utang pokok

28
Universitas Sumatera Utara

(principal) dan bunganya sebagaimana yang dijanjikan (Zubir, 2013:68).
Biasanya obligasi pemerintah merupakan obligasi tanpa risiko gagal bayar
karena pembayarannya dijamin oleh pemerintah/negara. Sedangkan pada
obligasi perusahaan risiko gagal bayar bergantung pada kesehatan keuangan
perusahaan yang tercermin pada laporan keuangannya, baik pada neraca
maupun laporan laba ruginya.
2.

Risiko Tingkat Bunga
Risiko tingkat bunga (interest rate risk) merupakan resiko yang disebabkan
oleh adanya perubahan tingkat bunga (interest rate). Bila tingkat bunga pasar
naik, maka harga obligasi akan turun. Bila obligasi tersebut dijual dalam
kondisi tingkat bunga tinggi, maka investor akan merugi.

3.

Risiko Inflasi
Risiko inflasi (inflation rate risk) merupakan risiko yang ditimbulkan karena
adanya perubahan tingkat bunga (interest rate). Faktor ini biasanya sulit
untuk diprediksi. Inflasi memiliki hubungan langsung dengan harga obligasi,
karena apabila inflasi di suatu negara tinggi, maka suku bunga akan naik yang
menyebabkan harga obligasi jatuh, begitupun sebaliknya.

4.

Risk of Call
Risk of Call atau sering juga disebut sebagai risiko ditarik kembali merupakan
risiko yang melekat pada pemegang obligasi (bond holder), yaitu risiko yang
terjadi akibat ketidakpastian antara arus kas dengan reinvestment risk yang
menyebabkan ditariknya obligasi sebelum tanggal jatuh temponya (Fabozzi,
1999:137). Risiko ini juga dapat diartikan bahwa penerbit obligasi (bond

29
Universitas Sumatera Utara

issuer) memiliki kewenangan untuk membeli balik (repurchase) obligasinya
pada harga tertentu dan waktu tertentu sebelum masa jatuh tempo.
5.

Risiko Likuidasi
Risiko likuidasi (liquidity risk) merupakan risiko yang mungkin dihadapi oleh
pemegang saham dan obligasi dimana pemegang (investor) memiliki
kemungkinan untuk mengalami kesulitan dalam menjual sekuritas yang
dimilikinya karena likuiditasnya yang rendah. Risiko ini timbul dari
kemungkinan tidak likuidnya sebuah obligasi atau tidak mudahnya menjual
sebuah obligasi di pasar sekunder (Frensidy, 2013:71).

6.

Risiko Politik dan Peraturan
Risiko politik dan peraturan (political and regulatory risk) merupakan risiko
investasi atau perubahan peraturan ataupun suasana politik pada suatu negara.
Perubahan peraturan yang dimaksud dapat berupa berubahnya tingkat pajak
ataupun lingkungan hukum.

7.

Risiko Usaha
Risiko usaha (business risk) merupakan risiko yang berkaitan dengan kinerja
perusahaan, nilai atau harga pasarnya banyak ditentukan oleh kinerja
perusahaan

secara

keseluruhan,

yang biasa

disebut

dengan

faktor

fundamental.
8.

Risiko Maturitas
Risiko maturitas ini adalah risiko yang berkaitan dengan masa jatuh tempo
obligasi (Frensidy, 2013:72). Secara umum, semakin lama jangka waktu

30
Universitas Sumatera Utara

sebuah obligasi, semakin besar pula tingkat ketidakpastian sehingga semakin
besar risiko maturitasnya.
9.

Risiko Pasar
Risiko pasar (market risk) merupakan risiko yang ditimbulkan oleh kondisi
pasar secara keseluruhan. Risiko pasar merupakan risiko agregat yang terjadi
di pasar dan akan membawa dampak langsung ataupun tidak langsung
terhadap para investor yang ada di pasar.

10. Reinvestment Risk
Reinvestment risk yaitu risiko dimana hasil yang diterima di masa depan
harus diinvestasikan kembali dalam suku bunga yang lebih rendah (Fabozzi,
1999:136). Kupon yang diterima investor diinvestasikan kembali pada tingkat
bunga yang lebih rendah daripada coupon rate. Obligasi yang tidak memiliki
reinvestment risk adalah zero coupun bond.
11. Risiko Nilai Tukar Mata Uang
Risiko nilai tukar mata uang (exchange rate risk) merupakan risiko yang
ditimbulkan oleh adanya perubahan nilai tukar mata uang suatu negara.
Adanya potensi investasi antar negara memungkinkan munculnya risiko
akibat dari perubahan nilai tukar mata uang.

2.1.3 Profitability
Rasio profitability menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam
menghasilkan laba, baik dari penjualan yang ada maupun dari total aset yang
dimiliki (Gumanti, 2011:114). Rasio profitability dapat diukur dengan return on
asset yang merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan

31
Universitas Sumatera Utara

menggunakan aset yang ada untuk dapat memperoleh laba ataupun keuntungan
yang diukur dari total aktiva nya. Apabila laba perusahaan tinggi maka akan
memberikan peringkat obligasi yang tinggi pula.
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi berarti juga memiliki
laporan keuangan yang baik sehingga kecil kemungkinan terjadinya gagal bayar.
Menurut Brotman (dalam Adams et al., 2000) semakin tinggi profitabilitas suatu
perusahaan maka akan semakin rendah resiko ketidakmampuan bayar suatu
perusahaan yang menjadikan semakin baiknya peringkat suatu perusahaan.

2.1.4 Leverage
Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam melunasi seluruh hutang-hutangnya atau dengan kata lain rasio ini juga
dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan
usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas. Rasio leverage
dapat diukur dengan debt to equity ratio yang membandingkan utang dan ekuitas
dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya (Syahyunan, 2013:92).
Jika rasio ini menunjukan angka yang tinggi maka menunjukkan juga
bahwa semakin tinggi risiko gagal bayar utang (default risk) yang akan dihadapi
perusahaan. Jika nilai dari rasio ini tinggi artinya beban utang perusahaan juga
tinggi, sehingga kemampuan perusahaan dalam membayar kembali kewajibannya
jika dikaitkan dengan aset atau modal perusahaan menjadi berat atau sulit.
Semakin tinggi rasio leverage, semakin tinggi risiko yang dihadapi perusahaan
(Gumanti, 2011:113).

32
Universitas Sumatera Utara

Rendahnya nilai rasio leverage dapat diartikan bahwa hanya sebagian kecil
aset perusahaan yang didanai dengan hutang dan semakin kecil pula default risk
perusahaan. Menurut Adams et al., (2000) semakin tinggi rasio leverage yang
ditunjukkan oleh sebuah perusahaan, semakin besar pula risiko kebangkrutan dan
risiko kegagalan dalam memenuhi kewajibannya dan hal tersebut dapat
mempengaruhi peringkat obligasi (bond rating) yang dimiliki perusahaan bahwa
semakin tinggi nilai rasio leverage maka akan semakin rendah peringkat yang
diberikan terhadap perusahaan.

2.1.5 Firm Size
Ukuran perusahaan (firm size) dapat diukur menggunakan total aset,
penjualan ataupun ekuitas. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan
dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki
prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga
perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding
perusahaan dengan total aset yang kecil. Bouzouita dan Young dalam Adams et
al. (2000) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki peringkat obligasi yang
lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil.
Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil potensi risiko
ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dan
semakin kecil pula ketidakpastian yang dimiliki oleh investor mengenai prospek
perusahaan ke depan, sehingga besarnya ukuran perusahaan akan berpengaruh
terhadap semakin tingginya peringkat obligasi. Sebaliknya, semakin kecil ukuran

33
Universitas Sumatera Utara

suatu perusahaan maka akan berpengaruh terhadap semakin rendahnya peringkat
obligasi yang diperoleh karena semakin besarnya tingkat risiko yang dimiliki
perusahaan.

2.2

Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi

peringkat obligasi telah dilakukan sebelumnya serta menunjukkan hasil yang
bervariatif. Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh
Werastuti (2015) mengenai prediksi peringkat obligasi yang dilihat dari faktor
keuangan dan nonkeuangan dengan memilih sampel pada perusahaan industri
nonkeuangan yang menerbitkan obligasi di BEI periode tahun 2009-2013 serta
menggunakan analisis Ordinal Logistic Regression (PLUM). Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa laba ditahan, aliran kas operasi, dan profitabilitas dengan
proksi return on asset berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Leverage
berpengaruh negatif pada peringkat obligasi. Laba operasi, total assets, maturity,
reputasi auditor, dan jaminan (secure) tidak berpengaruh terhadap peringkat
obligasi.
Yuliana et al. (2011) melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi prediksi peringkat obligasi. Dengan sampel 45 perusahaan
keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2010. Penelitian ini menggunakan
metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
empat variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap prediksi peringkat
obligasi pada tingkat α : 0,05 yaitu variabel size, profitability (ROA), jaminan
(secure), dan reputasi auditor. Sedangkan variabel leverage (DER), activity

34
Universitas Sumatera Utara

(TAT), market value ratio (PER), dan umur obligasi (maturity) tidak berpengaruh
signifikan dalam memprediksi peringkat obligasi karena memiliki nilai p-value
lebih tinggi dari tingkat signifikansi α : 0,05 . Secara bersama-sama variabel size,
leverage (DER), profitability (ROA), activity (TAT), market value ratio (PER),
umur obligasi (maturity), jaminan (secure) serta reputasi auditor memiliki
pengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi perusahaan keuangan yang terdaftar
di BEI.
Adrian (2011) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi peringkat obligasi dengan sampel 10 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2006-2009. Penelitian ini menggunakan analisis regresi
logistik. Menunjukkan hasil bahwa likuiditas dan umur obligasi berpengaruh
positif signifikan terhadap peringkat

obligasi

sedangkan leverage dan

profitabilitas tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Purwaningsih (2008) melakukan penelitian terhadap pemilihan rasio
keuangan terbaik untuk memprediksi peringkat obligasi pada 95 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2000-2006. Penelitian ini mengguunakan
dua alat statistik, yaitu analisis faktor (factor analysis) dan backward regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan regresi backward, rasio keuangan
yang dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi adalah rasio
LTLTA=Long Term Liabilities/Total Asset (rasio leverage), NWTA=Net
Worth/Total Assets (rasio leverage), CFOTL=Cash Flow from Operations/Total
Liabilities (rasio solvabilitas), dan SFA=Sales/Fixed Assets (rasio produktivitas).
Kemudian hasil yang ditunjukkan oleh analisis faktor, rasio keuangan yang

35
Universitas Sumatera Utara

terbaik untuk memprediksi peringkat obligasi adalah rasio CACL=Current
Asset/Current Liabilities (rasio likuiditas).
Andry (2005) melakukan penelitian terhadap faktor-faktor

yang

mempengaruhi prediksi peringkat obligasi pada 36 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEJ dan BES serta terdaftar dalam rating obligasi yang dikeluarkan
oleh PEFINDO tahun 2000-2002. Penelitian ini menggunakan metode analisis
regresi logit dengan membedakan investment grade dan non investment grade.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa growth, sinking fund, auditor, dan maturity
dengan umur kurang dari lima tahun akan mempengaruhi prediksi peringkat
obligasi, sedangkan size dan secure tidak memiliki pengaruh terhadap prediksi
peringkat obligasi.
Adams et al. (2000) melakukan penelitian dengan judul “the Determinants
of Credit Ratings in the united Kingdom insurance industry” menggunakan
metode analisis ordered probit model. Menunjukkan hasil bahwa liquidity,
profitability dan bentuk organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap
peringkat obligasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat A.M. Best,
sedangkan peringkat obligasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat S&P
menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan dan leverage
berpengaruh negatif signifikan.

36
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2
Deskripsi Penelitian Terdahulu
Nama dan
Tahun
Penelitian
Werastuti
(2015)

Yuliana et al.
(2011)

Adrian (2011)

Judul Penelitian

Variabel

“Analisis Prediksi
Peringkat
Obligasi
Perusahaan
dengan
Pendekatan
Faktor Keuangan
dan
Nonkeuangan”

Variabel Dependen
peringkat
obligasi

“Analisis Faktorfaktor yang
Mempengaruhi
Peringkat
Obligasi pada
Perusahaan
Keuangan yang
Terdaftar di BEI”

Variabel Dependen
peringkat
obligasi

“Analisis Faktorfaktor yang
Mempengaruhi
Peringkat
Obligasi pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEI”

Variabel Dependen
peringkat
obligasi

Metode
Analisis
Data
Ordinal
Logistic
Regression
(PLUM)

Variabel Independen
laba operasi,
laba ditahan,
aliran kas operasi,
leverage, total
assets,
profitabilitas,
maturity,
jaminan,
reputasi auditor

Laba ditahan, aliran kas
operasi dan profitabilitas
berpengaruh
positif
terhadap
peringkat
obligasi.
Leverage
berpengaruh
negatif
terhadap
peringkat
obligasi. Sementara laba
operasi, total assets,
maturity,
reputasi
auditor, dan jaminan
tidak
berpengaruh
terhadap
peringkat
obligasi.

Analisis
Regresi
Berganda

Secara parsial variabel
size, profitability (ROA),
jaminan (secure) dan
reputasi
auditor
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
prediksi
peringkat
obligasi. Serta secara
simultan variabel size,
leverage,
profitability,
activity, market value
ratio, maturity, secure,
serta reputasi auditor
berpengaruh
terhadap
prediksi
peringkat
obligasi.

Analisis
Regresi
Logistik

Hasil
penelitian
menyimpulkan
bahwa
likuiditas
dan umur
obligasi
berpengaruh
positif
terhadap
peringkat
obligasi
sedangkan leverage dan
profitabilitas
tidak
berpengaruh
terhadap
peringkat obligasi.

Variabel Independen
size, leverage,
profitability,
activity,
market value
ratio,
maturity,
secure,
reputasi
auditor

Variabel Independen
leverage,
profitabilitas,
likuiditas,
umur obligasi

Hasil Penelitian

37
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.2
Deskripsi Penelitian Terdahulu
Nama dan
Tahun
Penelitian
Purwaningsih
(2008)

Andry
(2005)

Adams et al.
(2000)

Judul Penelitian

Variabel

“Pemilihan Rasio
Keuangan Terbaik
untuk
Memprediksi
Peringkat
Obligasi: Studi
pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEJ”

Variabel Dependen
peringkat
obligasi

“Analisis Faktorfaktor yang
Mempengaruhi
Prediksi Peringkat
Obligasi”

Variabel Dependen
peringkat
obligasi

“The
Determinants of
Credit Ratings in
the United
Kingdom
Insurance
Industry”

Variabel Dependen
peringkat obligasi

Metode
Analisis
Data
Analisis
Faktor dan
Regresi
Backward

Variabel Independen
leverage,
likuiditas,
profitabilitas,
solvabilitas,
produktivitas

Variabel yang dapat
digunakan
untuk
memprediksi peringkat
obligasi dengan regresi
backward yaitu rasio
LTLA (rasio leverage),
CFOTL
(rasio
solvabilitas), dan SFA
(rasio
produktivitas),
Sementara
dengan
analisis faktor yaitu rasio
CACL (rasio likuiditas).

Analisis
Regresi
Logit

Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
variabel growth, sinking
fund, maturity dengan
umur kurang dari lima
tahun
dan
auditor
mempengaruhi prediksi
peringkat
obligasi,
sementara
size
dan
secure tidak memiliki
pengaruh
terhadap
prediksi
peringkat
obligasi.

Ordered
Probit
Model

Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
variabel
likuiditas,
profitabilitas dan bentuk
organisasi berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
peringkat
obligasi oleh A.M. Best,
sementara
peringkat
obligasi
oleh
S&P
menunjukkan
bahwa
likuiditas
berpengaruh
positif signifikan dan
kecukupan
modal
(leverage) berpengaruh
negatif signifikan.

Variabel Independen
growth, size,
sinking fund,
secure,
maturity,
auditor

Variabel Independen
kecukupan modal,
profitabilitas,
likuiditas,
pertumbuhan
perusahaan,
ukuran
perusahaan,
bentuk
organisasi,
reasuransi,
kegiatan bisnis

Hasil Penelitian

38
Universitas Sumatera Utara

2.3

Kerangka Konseptual

2.3.1 Profitability Terhadap Bond Rating
Rasio profitability menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam
menghasilkan laba, baik dari penjualan yang ada maupun dari total aset yang
dimiliki (Gumanti, 2011:114). Rasio profitability dapat diukur dengan return on
asset yang merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan
menggunakan aset yang ada untuk dapat memperoleh laba ataupun keuntungan
yang diukur dari total aktiva nya. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi
berarti juga memiliki laporan keuangan yang baik sehingga kecil kemungkinan
terjadinya gagal bayar. Menurut Brotman (dalam Adams et al., 2000) semakin
tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka akan semakin rendah resiko
ketidakmampuan bayar suatu perusahaan yang menjadikan semakin baiknya
peringkat suatu perusahaan.

2.3.2 Leverage Terhadap Bond Rating
Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam melunasi seluruh hutang-hutangnya atau dengan kata lain rasio ini juga
dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan
usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas. Rasio leverage
dapat diukur dengan debt to equity ratio yang membandingkan utang dan ekuitas
dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya (Syahyunan, 2013:92). Jika
rasio ini menunjukan angka yang tinggi maka menunjukkan juga bahwa semakin
tinggi risiko gagal bayar utang (default risk) yang akan dihadapi perusahaan dan

39
Universitas Sumatera Utara

menjadikan semakin rendah peringkat perusahaan yang diperoleh (Adams et al.,
2000).

2.3.3 Firm Size Terhadap Bond Rating
Ukuran perusahaan (firm size) dapat diukur menggunakan total aset,
penjualan ataupun ekuitas. Bouzouita dan Young dalam Adams et al. (2000)
menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki peringkat obligasi yang lebih
tinggi dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Semakin besar ukuran
perusahaan maka semakin kecil potensi risiko ketidakmampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjang dan semakin kecil pula ketidakpastian yang
dimiliki oleh investor mengenai prospek perusahaan ke depan, sehingga besarnya
ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap semakin tingginya peringkat
obligasi.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat
digambarkan kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:

Profitability

Leverage

Bond Rating

Firm Size

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

40
Universitas Sumatera Utara

2.4

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian teoritis, kerangka konseptual dan rumusan masalah

yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1.

Profitability berpengaruh signifikan terhadap bond rating pada perusahaan
nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2.

Leverage berpengaruh signifikan terhadap bond rating pada perusahaan
nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.

Firm size berpengaruh signifikan terhadap bond rating pada perusahaan
nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4.

Profitability, leverage, dan firm size, secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap bond rating pada perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.

41
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengumuman Bond Rating Terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Index Kompas 100 Tahun 2010-2014)

2 71 69

Analisis Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas dan Pertumbuhan Investasi terhadap Dividen Payout Ratio pada Sektor dan Subsektor Manufaktur di BEI

1 71 125

Pengaruh Profitability, Leverage dan Firm Size Terhadap Bond Rating pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 11 113

PENGARUH SIZE, LEVERAGE, PROFITABILITY, ACTIVITY, DAN Pengaruh, Size, Leverage, Profitability, Activity, Dan Market Value Ratio Terhadap Prediksi Peringkat Oblogai Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013.

0 2 15

ANALISIS PENGARUH ARUS KAS, LEVERAGE DAN FIRM SIZE TERHADAP ABNORMAL RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

3 11 129

Pengaruh Profitability, Leverage dan Firm Size Terhadap Bond Rating pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Profitability, Leverage dan Firm Size Terhadap Bond Rating pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Profitability, Leverage dan Firm Size Terhadap Bond Rating pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Profitability, Leverage dan Firm Size Terhadap Bond Rating pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Profitability, Leverage dan Firm Size Terhadap Bond Rating pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 13