Analisis Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas dan Pertumbuhan Investasi terhadap Dividen Payout Ratio pada Sektor dan Subsektor Manufaktur di BEI

(1)

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, KEBIJAKAN HUTANG, FIRM SIZE, PROFITABILITAS DAN PERTUMBUHAN INVESTASI TERHADAP

DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA SEKTOR DAN SUBSEKTOR MANUFAKTUR DI BEI

TESIS

Oleh

CLARA DANICA

117019007/ IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

S

E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA

N


(2)

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, KEBIJAKAN HUTANG, FIRM SIZE, PROFITABILITAS DAN PERTUMBUHAN INVESTASI TERHADAP

DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA SEKTOR DAN SUBSEKTOR MANUFAKTUR DI BEI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

CLARA DANICA

117019007/ IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul:

Analisis Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas dan Pertumbuhan Investasi terhadap Dividen Payout Ratio pada Sektor dan Subsektor Manufaktur di BEI

adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya. Sumber–sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, April 2013

Yang membuat pernyataan

Clara Danica 117019007


(4)

THE ANALYSIS OF THE IMPACT OF CASH POSITION, LOAN POLICY, FIRM SIZE, PROFITABILITY AND THE GROWTH OF INVESTMENT ON DEVIDEND PAYOUT RATIO IN THE MANUFACTURE SECTOR AND SUBSECTOR IN THE INDONESIAN

STOCK EXCHANGE (BEI) ABSTRACT

The manufacturing company is a industrial sector give big contribution to the economic growth of Indonesia’s economic growth. The problem was faced that many manufacturing company which was registered in the Indonesian Stock Exchange which did not pay for the dividend continuously. This matter connected with cash position, loan policy, firm size, profitability and the growth of investment from those manufacturing company.

The research question was: How does cash position, loan policy, firm size, profitability and investation growth impact dividend payout ratio on manufacturing sector and subsector registered in Indonesian Stock Exchange simultaneously and partially.

This quantitative, descriptive study employee the theory Financial Management related to Dividend Payout Policy and Financial Ratio. The population of this study

At the level significance α = 5%, the results of this study simultaneously showed that cash position, loan policy, firm size, profitability and the growth of investment had influence on the dividend payout ratio of manufacturing sector and subsector in the Indonesian Stock Exchange.

was 134 manufacturing companies registered in the Indonesian Stock Exchange and 26 manufacturing companies were selected as the samples for this study based on criteria determined in this research. The data analysis obtained were analyzed theory multiple Linear Regression Analysis by using dummy variable.

At the level of significance α = 5% the result of study partially showed that on manufacturing sector and subsector of consumption good industry, cash position, firm size, and profitability had significant influence on the dividend payout ratio. While the variable of loan policy and investment growth did not have any significant influence on dividend payout ratio. Partially the result of study on basic chemical industry and multi various industry subsectors showed that cash position, firm size, and investment growth had a significant influence on the dividend payout ratio. While loan policy and profitability did not have significant influence on the dividend payout ratio.

The implication of this study was if the investor expected steady dividend level, they ought to do investment on consumption good subsector industry by considering; cash position ratio, firm size, profitability and investment growth.

Keywords: Cash Position, Loan Policy, Firm Size, Profitability, Investment Growth, Dividend Payout Ratio, Dummy.


(5)

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, KEBIJAKAN HUTANG, FIRM SIZE, PROFITABILITAS DAN PERTUMBUHAN INVESTASI TERHADAP

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA SEKTOR DAN SUBSEKTOR MANUFAKTUR DI BEI

ABSTRAK

Perusahaan manufaktur merupakan sektor industri yang memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Permasalahan yang dihadapi adalah bahwa banyak jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang tidak membayar dividen secara terus menerus. Hal ini berkaitan dengan cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasidari perusahaan manufaktur tersebut.

Rumusan masalah dalam penelitian ini : Bagaimana pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi terhadap dividend payout ratio pada sektor dan subsektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Manajemen Keuangan yang berkaitan dengan Kebijakan Pembayaran Dividen dan Rasio Keuangan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah 134 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 perusahaan manufaktur sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pada penelitian ini. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan variabel dummy.

Pada tingkat signifikansi α = 5%, menunjukkan bahwa hasil penelitian secara simultan cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi berpengaruh terhadap dividend payout ratio pada sektor dan subsektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian secara parsial pada sektor manufaktur dan subsektor industri barang konsumsi menunjukkan bahwa cash position, firm size dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap

dividend payout ratio. Sedangkan variabel kebijakan hutang dan pertumbuhan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian secara parsial pada subsektor industri dasar kimia dan aneka industri menunjukkan bahwa cash position, firm size

dan pertumbuhan investasi berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Sedangkan variabel kebijakan hutang dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.

Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa apabila investor ingin memperoleh pembayaran dividen yang stabil maka sebaiknya lebih memilih subsektor industri barang konsumsi dengan memperhatikan nilai dari variabel yang mempengaruhi besar kecilnya pembagian dividen, yaitu: cash position, kebijakan hutang dan profitabilitas.

Kata Kunci: Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas,Pertumbuhan Investasi, Dividend Payout Ratio, Dummy


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dengan semangat berkat dan rahmat dari-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang berjudul “Analisis Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang,

Firm Size, Profitabilitas dan Pertumbuhan Investasi Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Sektor dan Subsektor Manufaktur di BEI”.

Penulis telah banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril dan materil. Untuk itu dalam kesempatan ini izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M. Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA., selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 6. Bapak Dr Parapat Gultom, MSIE., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

memberikan pengarahan, bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 7. Bapak Prof Dr Amrin Fauzi., selaku Komisi Pembanding yang telah memberikan pengarahan

dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

8. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME., selaku Komisi Pembanding yang telah memberikan pengarahan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

9. Ibu Dr. Elisabeth Siahaan, M,Ec., selaku Komisi Pembanding yang telah memberikan pengarahan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

10.Seluruh Staff Pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.


(7)

11.Seluruh Staff Administrasi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yaitu: Kak Juli, Bang Galih, Kak Dori, Kak Yusna, Bang Ari. 12.Kedua orang tua penulis: Mafda Rio Sipayung dan Syahnah Fransisca Purba serta kedua adik

penulis: Dafrosa Megawati dan Daniel Hugo yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis dalam menyusun tesis ini.

13.Deus Levolt Sihombing yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis dalam menyusun tesis ini hingga selesai.

14.Rekan-rekan mahasiswa MIM 2011 kelas paralel angkatan XXI, yaitu: Devi, Mela, Gloria, Ainun, Glori, Iwani, Nirma, Sri Dirmayanti, Dewi, Adventris, Yuni, Noperindo, Amri, Ilham, Aulia, Rizal, Maulizar, Fahmi, Jona, Edi, Kusnandar, Saiful, Iwan, Wiliam, Saduriman, Adil, Syahputra, Lukman, Rudy, Hendra, Manson, Hadi.

15.Sahabat Kamsaw: Devona Reginaldis, Maria Rosa Anggraini, Caroline Imaculatta.

Penulis menyadari tesis ini belum sempurna, namun diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya bagi perkembangan penulisan dalam bidang Ilmu Manajemen Keuangan. Akhir kata penulis mengucapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi rekan mahasiswa lainnya.

Medan, April 2013

Penulis


(8)

RIWAYAT HIDUP

Clara Danica, lahir di Jakarta pada tanggal 08 Juni 1987. Anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Mafda Rio Sipayung dan Syahnah Fransisca Purba.

Pendidikan di mulai dari Sekolah Dasar Negeri Jatirahayu II Bekasi tamat dan lulus tahun 1999, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Swasta Trisakti 1 Medan, tamat dan lulus tahun 2002. Selanjutnya meneruskan Pendidikan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 5 Medan, tamat dan lulus pada tahun 2005. Tahun 2005 melanjutkan ke jenjang pendidikan Strata 1 Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen di Universitas Sumatera Utara, tamat dan lulus tahun 2009. Tahun 2011 mengikuti pendidikan di Program Studi S-2 Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Sejak Juni 2010 sampai saat ini bekerja di PT Bank Sumut Cabang Utama Medan dan saat ini menempati posisi sebagai analis kredit.

Medan, April 2013

Clara Danica


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1 Penelitian Terdahulu ... 15

2.2 Dividen ... 17

2.2.1 Pengertian Dividen ... 17

2.2.2 Pembayaran Dividen ... 18

2.2.3 Alasan yang Mempengaruhi Rasio Pembayaran Dividen ... 24

2.3 Rasio Keuangan ... 32

2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan ... 32

2.3.2 Cash Position ... 33

2.3.3 Kebijakan Hutang ... 34

2.3.4 Firm Size ... 35

2.3.5 Profitabilitas ... 36

2.3.6 Pertumbuhan Investasi ... 37

2.4 Kerangka Berpikir ... 38

2.4.1 Dividen Payout Ratio ... 38

2.3.2 Pengaruh Cash Position terhadap Dividen Payout Ratio ... 38

2.3.3 Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Dividen Payout Ratio. ... 39

2.3.4 Pengaruh Firm Size terhadap Dividen Payout Ratio ... 39

2.3.5 Pengaruh Profitabilitas terhadap Dividen Payout Ratio ... 40

2.3.6 Pengaruh Pertumbuhan Investasi terhadap Dividen Payout Ratio.. 40

2.3.7 Hipotesis ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

3.2 Jenis Penelitian ... 43

3.3 Populasi dan Sampel ... 43

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 45

3.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 45

3.7 Model Analisis Data Penelitian ... 46


(10)

3.7.2 Model Regresi Subsektor Industri Dasar Kimia ... 48

3.7.3 Model Regresi Subsektor Aneka Industri ... 50

3.7.2 Model Regresi Subsektor Industri Barang Konsumsi ... 51

3.8 Pengujian Asumsi Klasik ... 53

3.8.1 Uji Normalitas ... 53

3.8.2 Uji Multikolinieritas ... 53

3.8.3 Uji Autokorelasi ... 54

3.8.4 Uji Heteroskedastisitas ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

4.1 Hasil Penelitian ... 56

4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 56

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur di BEI ... 58

4.2 Deskripsi Variabel Penelitian ... 59

4.2.1 Rata-rata variabel independen dan dependen ... 59

4.2.2 Dekripsi Nilai Variabel Cash Position ... 62

4.2.3 Dekripsi Nilai Variabel Kebijakan Hutang ... 64

4.2.4 Dekripsi Nilai Variabel Firm Size ... 66

4.2.5 Dekripsi Nilai Variabel Profitabilitas ... 68

4.2.6 Dekripsi Nilai Variabel Pertumbuhan Investasi ... 70

4.2.6 Dekripsi Nilai Variabel Dividen Payout Ratio ... 72

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik Sektor Manufaktur ... 74

4.4 Hasil Analisis Data Sektor Manufaktur ... 78

4.4.1. Uji Secara Parsial ... 78

4.4.2 Uji Secara Serentak ... 80

4.4.3 Koefisien Determinasi ... 81

4.5 Hasil Uji Asumsi Klasik Per Sub Sektor Manufaktur ... 81

4.6 Hasil Analisis Data Per Sub Sektor Manufaktur ... 90

4.6.1 Uji Secara Parsial ... 90

4.6.2 Uji Secara Serentak ... 94

4.6.3 Koefisien Determinasi ... 96

4.7 Pembahasan ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 103

5.1 Kesimpulan ... 103

5.2 Saran ... 104


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jumlah Sektor Manufaktur yang Membagikan Dividen Periode

Tahun 2008–2011 ... 7

1.2 Jumlah Subsektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2008, 2009, 2010, 2011 ... 8

1.3 Subsektor Manufaktur yang Membagikan Dividen Periode Tahun 2008-2011 ... 8

3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Penarikan Sampel ... 34

3.2 Sampel Penelitian ... 34

3.3 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 46

3.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 55

4.1 Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur ... 58

4.2 Rata-rata Variabel Independen dan Variabel Dependen ... 59

4.3 Deskripsi Nilai Variabel Cash Position ... 62

4.4 Deskripsi Nilai Variabel Kebijakan Hutang ... 64

4.5 Deskripsi Nilai Variabel Firm Size ... 66

4.6 Deskripsi Nilai Variabel Profitabilitas ... 68

4.7 Deskripsi Nilai Variabel Pertumbuhan Investasi ... 70

4.8 Deskripsi Nilai Variabel Dividen Payout Ratio ... 72

4.9 Hasil Uji Normalitas Sektor Manufaktur ... 74

4.10 Hasil Uji Multikolinearitas Sektor Manufaktur ... 75

4.11 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 76

4.12 Hasil Uji Autokorelasi Sektor Manufaktur ... 76

4.13 Hasil Uji Heterokedastisitas Sektor Manufaktur ... 77

4.14 Hasil Uji t Sektor Manufaktur ... 78

4.15 Hasil Uji F Sektor Manufaktur ... 80

4.16 Koefisien Determinasi Sektor Manufaktur ... 81

4.17 Hasil Uji Normalitas Subsektor Industri Dasar dan Kimia ... 82

4.18 Hasil Uji Normalitas Subsektor Aneka Industri ... 82

4.19 Hasil Uji Normalitas Subsektor Industri Barang Konsumsi ... 83

4.20 Hasil Uji Multikolinearitas Subsektor Industri Dasar dan Kimia ... 84

4.21 Hasil Uji Multikolinearitas Subsektor Aneka Industri ... 84

4.22 Hasil Uji Multikolinearitas Subsektor Industri Barang Konsumsi ... 85

4.23 Hasil Uji Autokorelasi Subsektor Industri Dasar dan Kimia ... 85

4.24 Hasil Uji Autokorelasi Subsektor Aneka Industri ... 86

4.25 Hasil Uji Autokorelasi Subsektor Industri Barang Konsumsi ... 86

4.26 Hasil Uji Heterokedastisitas Subsektor Industri Dasar dan Kimia ... 89

4.27 Hasil Uji Heterokedastisitas Subsektor Aneka Industri ... 89

4.28 Hasil Uji Heterokedastisitas Subsektor Industri Barang Konsumsi ... 90

4.29 Hasil Uji t Subsektor Industri Dasar dan Kimia ... 91

4.30 Hasil Uji t Subsektor Aneka Industri ... 92


(12)

4.32 Hasil Uji F Subsektor Industri Dasar dan Kimia ... 94

4.33 Hasil Uji F Subsektor Aneka Industri ... 95

4.34 Hasil Uji F Subsektor Industri Barang Konsumsi... 95

4.35 Koefisien Determinasi Subsektor Industri Dasar dan Kimia ... 96

4.36 Koefisien Determinasi Subsektor Aneka Industri ... 97


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Berpikir ... 41 4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas Sektor Manufaktur ... 77 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas Subsektor Industri Dasar dan Kimia... 87 4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas Subsektor Aneka Industri ... 88 4.4 Hasil Uji Heterokedastisitas Subsektor Industri Barang Konsumsi... 88


(14)

THE ANALYSIS OF THE IMPACT OF CASH POSITION, LOAN POLICY, FIRM SIZE, PROFITABILITY AND THE GROWTH OF INVESTMENT ON DEVIDEND PAYOUT RATIO IN THE MANUFACTURE SECTOR AND SUBSECTOR IN THE INDONESIAN

STOCK EXCHANGE (BEI) ABSTRACT

The manufacturing company is a industrial sector give big contribution to the economic growth of Indonesia’s economic growth. The problem was faced that many manufacturing company which was registered in the Indonesian Stock Exchange which did not pay for the dividend continuously. This matter connected with cash position, loan policy, firm size, profitability and the growth of investment from those manufacturing company.

The research question was: How does cash position, loan policy, firm size, profitability and investation growth impact dividend payout ratio on manufacturing sector and subsector registered in Indonesian Stock Exchange simultaneously and partially.

This quantitative, descriptive study employee the theory Financial Management related to Dividend Payout Policy and Financial Ratio. The population of this study

At the level significance α = 5%, the results of this study simultaneously showed that cash position, loan policy, firm size, profitability and the growth of investment had influence on the dividend payout ratio of manufacturing sector and subsector in the Indonesian Stock Exchange.

was 134 manufacturing companies registered in the Indonesian Stock Exchange and 26 manufacturing companies were selected as the samples for this study based on criteria determined in this research. The data analysis obtained were analyzed theory multiple Linear Regression Analysis by using dummy variable.

At the level of significance α = 5% the result of study partially showed that on manufacturing sector and subsector of consumption good industry, cash position, firm size, and profitability had significant influence on the dividend payout ratio. While the variable of loan policy and investment growth did not have any significant influence on dividend payout ratio. Partially the result of study on basic chemical industry and multi various industry subsectors showed that cash position, firm size, and investment growth had a significant influence on the dividend payout ratio. While loan policy and profitability did not have significant influence on the dividend payout ratio.

The implication of this study was if the investor expected steady dividend level, they ought to do investment on consumption good subsector industry by considering; cash position ratio, firm size, profitability and investment growth.

Keywords: Cash Position, Loan Policy, Firm Size, Profitability, Investment Growth, Dividend Payout Ratio, Dummy.


(15)

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, KEBIJAKAN HUTANG, FIRM SIZE, PROFITABILITAS DAN PERTUMBUHAN INVESTASI TERHADAP

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA SEKTOR DAN SUBSEKTOR MANUFAKTUR DI BEI

ABSTRAK

Perusahaan manufaktur merupakan sektor industri yang memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Permasalahan yang dihadapi adalah bahwa banyak jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang tidak membayar dividen secara terus menerus. Hal ini berkaitan dengan cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasidari perusahaan manufaktur tersebut.

Rumusan masalah dalam penelitian ini : Bagaimana pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi terhadap dividend payout ratio pada sektor dan subsektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Manajemen Keuangan yang berkaitan dengan Kebijakan Pembayaran Dividen dan Rasio Keuangan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah 134 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 perusahaan manufaktur sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pada penelitian ini. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan variabel dummy.

Pada tingkat signifikansi α = 5%, menunjukkan bahwa hasil penelitian secara simultan cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi berpengaruh terhadap dividend payout ratio pada sektor dan subsektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian secara parsial pada sektor manufaktur dan subsektor industri barang konsumsi menunjukkan bahwa cash position, firm size dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap

dividend payout ratio. Sedangkan variabel kebijakan hutang dan pertumbuhan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian secara parsial pada subsektor industri dasar kimia dan aneka industri menunjukkan bahwa cash position, firm size

dan pertumbuhan investasi berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Sedangkan variabel kebijakan hutang dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.

Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa apabila investor ingin memperoleh pembayaran dividen yang stabil maka sebaiknya lebih memilih subsektor industri barang konsumsi dengan memperhatikan nilai dari variabel yang mempengaruhi besar kecilnya pembagian dividen, yaitu: cash position, kebijakan hutang dan profitabilitas.

Kata Kunci: Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas,Pertumbuhan Investasi, Dividend Payout Ratio, Dummy


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham. Investor lebih menyukai untuk mendapatkan tingkat pengembalian investasinya semakin tinggi dari waktu ke waktu. Tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen tidak mudah diprediksi. Hal itu disebabkan kebijakan dividen adalah kebijakan yang menimbulkan dilema bagi pihak manajemen perusahaan.

Kebijakan dividen dianalogikan sebagai puzzle karena kebijakan dividen merupakan teka teki yang sulit dijelaskan dan selalu menimbulkan tanda tanya bagi investor, kreditor dan kalangan akademisi. Penetapan jumlah yang tepat untuk dibayarkan sebagai dividen merupakan keputusan finansial yang sulit bagi pihak manajemen. Perusahaan mengahadapi masalah dalam hal alokasi laba yang mereka peroleh. Pihak manajemen harus membuat keputusan yang tepat dalam menentukan besarnya laba yang akan didistribusikan kepada pemegang saham dan yang akan dipertahankan sebagai reinvestasi untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan selanjutnya.

Pihak manajemen harus mampu membuat keputusan yang tepat untuk mengalokasi sejumlah laba yang telah diperoleh oleh perusahaan karena bila keputusan dalam alokasi tersebut salah maka akan menimbulkan masalah keagenan. Laba ditahan dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan internal. Namun jika laba yang ditahan semakin tinggi berarti pembayaran dividen akan semakin kecil dan begitu sebaliknya. Masalah keagenan juga potensial mengurangi keputusan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Alasannya karena pihak manajemen cenderung akan meningkatkan kesejahteraannya. Pembayaran dividen juga salah satu upaya


(17)

untuk mengurangi masalah keagenan tersebut. Oleh karena itu, pihak manajemen harus mampu untuk memprediksi kebijakan dividen perusahaan.

Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena dengan kestabilitasan dividen akan meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan. Para pemegang saham yang tidak bersedia mengambil resiko tinggi (risk aversion)

tentu akan memilih dividen daripada capital gain. Para pemegang saham seperti ini biasanya termasuk golongan investor jangka pendek dan sangat cermat mempertimbangkan kemana dananya akan diinvestasikan. Investor seperti ini tidak berniat untuk mengambil resiko demi

capital gain pada masa yang akan datang. Hal ini sesuai dengan the bird in the hand theory yang

dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner yang menyatakan bahwa pembayaran dividen mengurangi ketidakpastian dan resiko (Atmaja, 2008: 287). Dividen sekarang lebih menguntungkan dibandingkan dengan saldo laba kerena ada kemungkinan bahwa nantinya saldo tersebut tidak menjadi dividen pada masa yang akan datang.

Sumber dana untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan berasal dari sumber dana internal yang berbiaya murah dan sumber dana eksternal yang relatif lebih mahal yang berupa pinjaman dari kreditur. Dalam teori pecking order yang dikemukakan oleh Myers (Breley, Richard A. and Stewart C. Myers, 2001: 492-493), perusahaan mempunyai kecenderungan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan yaitu internal equity terlebih dahulu kemudian baru menggunakan hutang dan ekuitas yang diperoleh dari stock issues. Apabila internal equity

dianggap tidak mencukupi maka kemudian baru menggunakan external equity. Hal ini dikarenakan sumber dana internal lebih murah daripada menggunakan dana eksternal.

Kebijakan pembayaran dividen tergambar pada Dividend Payout Rationya (rasio pembayaran dividen) yaitu merupakan persentasi laba yang dibagikan dalam bentuk dividen


(18)

tunai. Kondisi likuiditas yang tergambar melalui rasio cash position (posisi kas), kebijakan hutang yang tergambar melalui Debt to Equty Ratio, firm size (ukuran perusahaan) tergambar melalui log natural jumlah aktiva setiap tahunnya, profitabilitas tergambar melalui rasio return on assets (laba terhadap aktiva) dan pertumbuhan investasi tergambar melalui perubahan total

assets pada tahun ini dan tahun sebelumnya.

Perusahaan yang membagi dividen akan membutuhkan dana perusahaan secara tunai yang cukup besar. Oleh karena itu, pihak manajemen akan melihat kondisi likuiditas perusahaan untuk membagikan dividen secara tunai. Dalam penelitian ini, posisi likuiditas perusahaan terlihat dari cash position. Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar maka semakin besar posisi kas maka akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2004) bahwa cash position memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Namun penelitian yang dilakukan oleh Imran (2011) bahwa variabel cash tidak memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen pada sektor engineering di Pakistan.

Kebijakan hutang diproksikan dengan rasio debt to equity ratio yang mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh

beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin

besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah, sehingga debt to equity ratio

mempunyai hubungan negatif dengan dividend payout ratio. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Liono, Mudji Utami dan Liliana Inggrit Wijaya (2009) bahwa debt to equity ratio


(19)

memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen pada perusahaan yang makanan dan minuman terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Namun penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2004) bahwa

debt to equity ratio tidak memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen pada perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Jakarta.

Ukuran perusahaan (size) berhubungan dengan fleksibilitas dan kemanpuan untuk mendapatkan dana dan mendapatkan laba dengan melihat pertumbuhan penjualan perusahaan. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga akan memungkinkan bagi perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang saham dalam jumlah yang besar. Perusahaan yang memiliki asset besar cenderung untuk membayar dividen dalam jumlah yang besar untuk menjaga reputasi di kalangan investor. Dengan demikian perusahaan besar tersebut tidak memerlukan laba ditahan yang cukup besar untuk membiayai investasi perusahaannya pada masa yang akan datang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2004) bahwa firm size memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen pada perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Namun penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2009) bahwa firm size tidak memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa

yang akan datang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula. Profitabilitas

diproksikan dengan return on assets menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi return on assets maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan


(20)

oleh Imran (2011) bahwa profitabilitas memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen pada sektor engineering di Pakistan . Namun penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2004) bahwa

profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen pada perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Jakarta.

Pertumbuhan investasi juga mempengaruhi besar kecilnya pembayaran dividen. Jika pertumbuhan investasi yang dilakukan besar maka jumlah dividen yang akan dibagikan akan kecil. Perusahaan dengan perkembangan cepat membutuhkan lebih besar dana untuk melakukan investasi. Kebutuhan dana pertama kali dipenuhi dari internal equity sehingga akan memungkinkan sebagian besar laba akan dialokasikan ke retained earning yang menyebabkan pembayaran dividen kecil. Perusahaan mempunyai kecenderungan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan yaitu internal equity terlebih dahulu kemudian baru menggunakan hutang dan ekuitas yang diperoleh dari stock issues. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Green, Peter and Michael Pogue (1993) bahwa investasi memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Irlandia. Namun penelitian yang dilakukan oleh Liono, Mudji Utami dan Liliana Inggrit Wijaya (2009) bahwa investasi tidak memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia. Besarnya pertumbuhan investasi yang dilakukan dapat diukur dari perubahan jumlah asset tahun ini dan tahun sebelumnya.

Perusahaan yang terdaftar di BEI tidak semuanya membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya, baik itu dalam bentuk dividen tunai maupun dividen saham. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pertimbangan-pertimbangan perusahaan dalam membuat keputusan kebijakan dan pembayaran dividen dalam setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan tidak ada


(21)

ketetapan dan aturan yang menetapkan besar kecilnya pembayaran dividen yang tepat kepada pemegang saham dengan jumlah yang efektif.

Sektor manufaktur merupakan jumlah sektor yang paling banyak yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) bila dibandingkan sektor lain. Hal itu menunjukkan bahwa peran sektor industri manufaktur dalam perekonomian di Indonesia menempati posisi dominan. Selain itu sektor manufaktur juga merupakan sektor yang paling banyak membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya selama kurun periode 2008-2011 dibandingkan sektor lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selama periode 2008-2011, ada sebanyak 26 perusahaan manufaktur yang membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut:


(22)

Tabel 1.1

Jumlah Emiten yang Terdaftar di BEI yang Membagi Dividen Periode 2008-2011

Emiten yang Terdaftar di BEI

Jumlah Perusahaan BEI Persentase Perusahaan

yang Membagi

Dividen Terdaftar

s/d Tahun 2011

Membagi Dividen 2008-2011

A. Penghasil Bahan Baku

13%

1. Pertanian 10 2

2. Pertambangan 15 3

Jumlah 25 5

B. Manufaktur

70%

1. Industri Dasar dan Kimia 61 6

2. Aneka Industri 40 8

3. Industri Barang Konsumsi 33 12

Jumlah 134 26

C. Jasa

17%

1. Properti dan Real Estate 46 2

2. Transportasi dan Infrastruktur 22 4

3. Keuangan 11 5

4. Perdagangan, Jasa dan Investasi 66 3

Jumlah 193 7

TOTAL 352 41 100.00%

Sumber:

Dari Tabel 1.1 dapat kita lihat bahwa sektor manufaktur yang paling banyak membagikan dividen secara berturut-turut selama periode 2008-2011, yaitu sebanyak 26 perusahan (70%). Dan secara berturut adalah sektor penghasil bahan baku dan sektor jasa yang membagikan dividen secara berturut-turut selama periode 2008-2011 ada sebanyak 7 perusahaan (17%) dan 5 perusahaan (13%).

Perkembangan perusahaan manufaktur setiap tahun meningkat dari pertumbuhan internal perusahaan. Selama periode 2008-2011, jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI juga meningkat setiap tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.2 :


(23)

Tabel 1.2

Jumlah Sektor dan Subsektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2008, 2009, 2010 dan 2011

Subsektor Manufaktur Jumlah Perusahaan yang Terdaftar di BEI

2008 2009 2010 2011

Industri Dasar dan Kimia 53 57 60 61

Aneka Industri 40 40 40 40

Industri Barang Konsumsi 30 31 32 33

TOTAL 123 128 132 134

Sumber:

Sektor manufakur terdiri dari beberapa sub-sub sektor, antara lain: subsektor industri dasar dan kimia, subsektor aneka industri dan subsektor industri barang konsumsi. Dari ketiga subsektor manufaktur tersebut, subsektor industri barang konsumsi merupakan subsektor yang paling banyak membagikan dividen secara berturut-turut kepada para pemegang sahamnya selama kurun periode 2008-2011, yaitu ada sebanyak 12 emiten. Sedangkan untuk subsektor industri dasar dan kimia serta subsektor aneka industri hanya ada 9 dan 8 emiten saja. Hal terlihat pada Tabel 1.3 berikut:

Tabel 1.3

Jumlah Sektor dan Subsektor Manufaktur Yang Membagikan Dividen Periode 2008-2011

Subsektor Manufaktur Jumlah Perusahaan yang Membagikan Dividen

2008 2009 2010 2011 2008-2011

Industri Dasar dan Kimia 19 25 28 25 6

Aneka Industri 10 13 13 17 8

Industri Barang Konsumsi 15 13 17 20 12

TOTAL 44 51 58 62 26


(24)

Grafik 1.1

Jumlah Sektor dan Subsektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2008, 2009, 2010 dan 2011

Sumber

Grafik 1.2

Jumlah Sektor dan Subsektor Manufaktur di BEI yang Membagikan Dividen Periode 2008, 2009, 2010 dan 2011

Sumber

Dari Grafik 1.1 dapat kita lihat bahwa jumlah subsektor industri dasar dan kimia merupakan subsektor yang jumlah emitennya paling banyak selama periode penelitian tahun 2008-2011 dibandingkan oleh subsektor manufaktur lainnya, yaitu subsektor aneka industri dan subsektor industri barang konsumsi.

Dari Grafik 1.2 kita lihat bahwa pada tahun 2008 subsektor aneka industri adalah subsektor yang paling sedikit membagikan dividen, yaitu 10 emiten sedangkan subsektor industri dasar dan kimia adalah yang paling banyak membagikan dividen, yaitu 19 emiten. Pada tahun 2009 subsektor aneka industri dan subsektor industri barang konsumsi adalah subsektor yang


(25)

paling sedikit membagikan dividen, yaitu 13 emiten sedangkan subsektor industri dasar dan kimia adalah yang paling banyak membagikan dividen, yaitu 25 emiten. Pada tahun 2010 subsektor aneka industri adalah subsektor yang paling sedikit membagikan dividen, yaitu 13 emiten sedangkan subsektor industri dasar dan kimia adalah yang paling banyak membagikan dividen, yaitu 28 emiten. Pada tahun 2011 subsektor aneka industri adalah subsektor yang paling sedikit membagikan dividen, yaitu 17 emiten sedangkan subsektor industri dasar dan kimia adalah yang paling banyak membagikan dividen, yaitu 25 emiten. Subsektor industri dasar dan kimia merupaka subsektor yang paling banyak membagikan dividen setiap tahunnya (2008, 2009, 2010 dan 2011) namun subsektor industri barang konsumsi adalah subsektor yang paling konsekuen dalam membagikan dividen secara berturut-turut selama periode penelitian, yaitu 2008-2011.

Dalam tulisan laporan Bank Dunia yang berjudul: ’’

Industri manufaktur adalah sektor yang paling dominan yang memberikan kontribusi sangat besar terhadap pertumbuhan sektor industri di Indonesia. Kontribusi terbesar

Mempercepat Laju: Revitalisasi Pertumbuhan di Sektor Manufaktur Indonesia’’ yang diluncurkan oleh kepala perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Stefan Koeberle menyatakan bahwa sektor manufaktur merupakan pendorong utama pertumbuhan berkualitas, cepat dan stabil bagi perekonomian secara keseluruhan. Sektor ini dinilai lebih tahan terhadap volatilitas harga di pasar internasional sehingga semakin besar kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) maka akan semakin stabil perekonomian suatu negara (Antara News, 10 Oktober 2012).

Produk Domestik Bruto (PDB) sejak tahun 1980 adalah berasal dari industri manufaktur. Bahkan pada periode 1980-1995, sektor industri manufaktur mampu mengubah status Indonesia menjadi negara semi industri.


(26)

Menurut Kementrian Perindustrian dan Perdagangan terdapat 9 sektor yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), antara lain :

Tabel 1.4

(1) sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2) sektor pertambangan dan penggalian, (3) sektor industri pengolahan, yang terdiri dari sektor migas dan non migas (manufaktur), (4) sektor listrik, gas dan air bersih, (5) sektor konstruksi, (6) sektor perdagangan, hotel dan restoran, (7) sektor pengangkutan dan komunikasi, (8) sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan, (9) sektor jasa-jasa. Pada sektor industri pengolahan, sektor industri non migas (manufaktur) merupakan sektor yang lebih banyak memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini dapat kita lihat pada tabel 1.4 berikut :

Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap Produk Domestik Bruto Periode 2008-2011

(PDB) Indonesia

Tahun Sektor Indutri Sektor Lainnya

Non Migas Migas

2008 23.01 4.80 72.19

2009 22.62 3.75 73.63

2010 21.55 3.27 75.18

2011 29.05 3.85 67.10

Sumber : www.kemenperin.go.id

Pertumbuhan internal perusahaan terlihat melalui kinerja keuangan dan prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Kondisi perusahaan yang terus berkembang dan semakin maju tercermin dari semakin baiknya kinerja keuangan yang dimiliki oleh perusahaan dan akan berdampak pada tingkat laba yang dihasilkan oleh perusahaan.

Perusahaan manufaktur dalam menjalankan operasionalnya mempunyai tujuan menghasilkan laba yang berkesinambungan. Perusahaan manufaktur yang mampu menghasilkan laba setiap tahunnya diharapkan mampu membagikan dividen kepada para investor sebagai


(27)

pemegang saham. Bagi perusahaan manufaktur, kebijakan pembayaran dividen merupakan salah satu keputusan penting yang dipertimbangkan karena berkaitan dengan kepentingan investor sebagai pemegang saham dan perusahaan. Dengan adanya pembagian dividen maka dapat meningkatkan keyakinan kepada pemegang saham terhadap prospek perkembangan perusahaan pada masa yang akan datang.

Investor sebagai pemilik modal tentunya mengharapkan perusahaan untuk dapat memberi laba dalam bentuk dividen yang meningkat setiap tahunnya. Perusahaan harus melakukan evaluasi kinerja keuangan perusahaan untuk dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan sehingga kinerja perusahaannya semakin meningkat dan dapat memberikan kepercayaan kepada para investornya dalam menanamkan modalnya di perusahaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul : ”Analisis Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas dan Pertumbuhan Investasi terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor dan Subsektor Manufaktur terdaftar di BEI”.

1. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh cash position , kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi terhadap Dividend Payout Ratio pada sektor Manufaktur yang terdaftar di BEI secara simultan dan parsial?

2. Bagaimana pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi terhadap Dividend Payout Ratio pada subsektor Industri Dasar Kimia yang terdaftar di BEI secara simultan dan parsial?


(28)

3. Bagaimana pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi terhadap Dividend Payout Ratio pada subsektor Aneka Industri yang terdaftar di BEI secara simultan dan parsial?

4. Bagaimana pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi terhadap Dividend Payout Ratio pada subsektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di BEI secara simultan dan parsial?

1. 3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size,

profitabilitas dan pertumbuhan investasi terhadap Dividend Payout Ratio pada sektor Manufaktur yang terdaftar di BEI secara simultan dan parsial

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size,

profitabilitas dan pertumbuhan investasi terhadap Dividend Payout Ratio pada Subsektor Industri Dasar Kimia yang terdaftar di BEI secara simultan dan parsial

3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size,

profitabilitas dan pertumbuhan investasi terhadap Dividend Payout Ratio pada Subsektor Aneka Industri yang terdaftar di BEI secara simultan dan parsial

4. Mengetahui dan menganalisis pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size,

profitabilitas dan pertumbuhan investasi terhadap Dividend payout ratio pada Subsektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di BEI secara simultan dan parsial


(29)

1. 4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu dasar pertimbangan dan masukan bagi pihak perusahaan secara umum untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dan memperhatikan kondisi likuiditas,

leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan keputusan perusahaan dalam melakukan

investasi dalam menentukan kebijakan pembayaran dividen kepada para pemegang saham. 2. Sebagai bahan kajian ilmu dan menambah referensi penelitian bagi Program Studi Magister

Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Sebagai peningkatan pemahaman dan menambah wawasan kepada peneliti dalam bidang manajemen keuangan khususnya analisis rasio keuangan dalam kaitannya dengan kebijakan pembayaran dividen.

4. Sebagai bahan referensi atau perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada masa yang akan datang demi mengembangkan ilmu pengetahuan baik secara umum maupun khusus terhadap ilmu pengetahuan yang dijadikan dasar penelitian ini.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembayaran dividend payout ratio. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu Nama dan

Tahun Penelitian

Judul Penelitian Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

Green and Michael (1993)

Dividen Policy and Its Relationship to Investment and Financing Policies : Empirical Evidence Using Irish Data

Investment, Financing Decision, Dividend Payout Ratio

Hasil penelitian menunjukkan bahwa investment dan Financial Decision mempengaruhi dalam pembayaran dividen pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Irlandia. Keputusan dividen akan muncul yang akan diambil dengan mengacu pada faktor eksogen stabilitas dividen, namun pertimbangan lainnya juga dipengaruhi oleh Investment dan

Financial Decision. Hasil ini mendukung argumen bahwa perusahaan Irlandia mengejar kebijakan dividen simultan Nasution

(2004)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend payout ratio pada Perusahaan Manufaktur Go Publik di Bursa Efek Jakarta selama periode 1999-2001

Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Profitability, Firm Size, Growth, Dividend Payout Ratio

Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut:

Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan semua variabel mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend payout ratio.

Hasil Uji Secara Parsial (Uji t)

menunjukkan variabel Cash Position (CP), Firm Size dan Growth yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Debt to Equity Ratio (DER) dan Profitability tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Anil dan Kapoor (2008)

Determinants of Dividend payout ratio - A Study of Indian Information Technology Sector

Return on Assets (ROA), Cash Flow, Growth dan Market to Book Value (MTBV), Dividend Payout Ratio

Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut:

Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa hanya variabel Return on Assets (ROA) dan Cash Flow


(31)

mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Growth dan Market to Book Value (MTBV) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio Liono, Mudji Utami dan Liliana Inggrit Wijaya (2009) Interpendensi Kebijakan Dividen, Fianancial Leverage dan Investasi : Pengujian Pecking Order Theory Kebijakan Dividen, Financial Leverage dan Investasi

Financial Leverage memiliki pengaruh terhadap Kebijakan Dividen sedangkan Investasi tidak memiliki pengaruh terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Puspita

(2009)

Analisis Faktor yang Mempengaruhi

Kebijakan Dividend

payout ratio pada perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

Cash Ratio, Growth, Size, Return on Assets (ROA), Debt to Total Assets (DTA), Debt to Equity Ratio (DER), Dividend Payout Ratio

Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut:

Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Hasil Uji Secara Parsial (Uji t)

menunjukkan bahwa variabel Cash Ratio, Return on Assets (ROA) dan Growth mempunyai pengaruh secara signifikan positif terhadap Dividend payout ratio (DPR). Sedangkan Size, Debt to Total Assets (DTA) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Kadir (2010) Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi

Kebijakan Dividen

pada Perusahaan Credit Agencies Go Publik

Return on Investment (ROI), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Assets Turnover, Dividend Payout Ratio

Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut:

Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).

Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa hanya variabel Current Ratio (CR) yang tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Return on Investment (ROI), Debt to Equity Ratio (DER) dan Assets Turnover mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).

Imran (2011) Determinants of

Dividend Payout

Policy: A Case of Pakistan Engineering Sector Earning Per Share (EPS), Profitabilitas, Cash, Growth, Size, Current Ratio (CR), Dividend Payout Ratio

Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut:

Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Hasil Uji Secara Parsial (Uji t)

menunjukkan bahwa variabel Earning Per Share (EPS), Profitabilitas, Growth, Size dan Current Ratio (CR) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel Cash tidak mempunyai pengaruh yang


(32)

signifikan terhadap Dividend Payout Ratio Danica (2013) Analisis Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas dan Pertumbuhan Investasi Terhadap Dividend payout ratio Pada Sektor dan Subsektor Manufaktur Di BEI

Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas, Pertumbuhan Investasi dan Dividend Payout Ratio

Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut:

Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) pada sektor manufaktur dan subsektor industri barang konsumsi menunjukkan bahwa variabel Cash Position, Firm Size dan Profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel Kebijakan Hutang dan

Pertumbuhan Investasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) pada subsektor industri dasar kimia dan subsektor aneka industri menunjukkan bahwa variabel Cash Position, Firm Size dan Pertumbuhan Investasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel Kebijakan Hutang dan Profitabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio

2. 2. Dividen

2.2.1 Pengertian Dividen

Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan menentukan nilai saham. Dividen tunai adalah sumber aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Laba ditahan merupakan pendapatan yang tidak dibagikan sebagai dividen karena merupakan bentuk pembiayaan intern (Sundjaja dan Barlian, 2002: 332).

Mathur (1988: 279) menyatakan “Dividend, in the normal use of the word, refer to that portion of retained earnings that is paid to stockholders. Dividend policy refers to the policy of guidelines that management uses in establishing the portion of retained earnings that is to be paid in dividend”. Levy and Sarnat (1990: 407) menyatakan “a dividend as a sum of money paid


(33)

to shareholders of a corporation out of earnings”. Keown, Scott, Martin and Petty (1999: 581)

menyatakan ’’A firm’s dividend policy include two basic components. First, the dividend payout ratio indicates. The amount of dividend paid relative to the company’s earnings. The second

component is the stability of the devidends over time’’. Kemudian Tampubolon (2005: 183)

berpendapat pendapatan korporasi yang dibagikan kepada pemegang saham disebut sebagai dividen.

Keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dapat berupa capital gain dan dividen. Capital gain adalah perolehan keuntungan dari selisih lebih antara harga jual dengan harga beli saham sedangkan dividen merupakan pendapatan yang diterima pemegang saham secara periodik dari sebagian laba bersih yang disisihkan oleh perusahaan. Dividen juga merupakan sebagai harapan bagi para investor, artinya pada titik tertentu para investor mengharapkan adanya pembagian laba dari laba yang diperoleh perusahaan.

Pembayaran dividen tunai kepada pemegang saham perusahaan diputuskan oleh dewan direksi perusahaan. Direksi umumnya mengadakan pertemuan yang membahas tentang dividen setiap kuartal atau setengah tahunan melalui mengevaluasi posisi keuntungan periode lalu dan menentukan posisi yang akan datang, menentukan jumlah dividen yang harus dibayar dan menentukan tanggal-tanggal yang berkaitan dengan dividen tunai.

2.2.2 Pembayaran Dividen

Kebijakan dividen mencakup keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. Salah satu komponen penting dalam kebijakan dividen adalah dividend payout ratio

yang menunjukkan jumlah dividen per saham (dividen per share) relatif terhadap pendapatan per saham (earning per share) atau jumlah dividen kas relatif terhadap laba setelah pajak (earning


(34)

after tax) yang tersedia untuk pemegang saham biasa. Menurut Sartono (2001: 281): ”Kebijakan

dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi pada masa datang”.

Gitosudarmo dan Basri (2002: 227) berpendapat bahwa politik dividen berpengaruh baik pada jangka panjang maupun bagian yang dibagikan kepada pemegang saham maka dalam hal ini terdapat 2 (dua) pendekatan dalam membahas masalah dividen:

1. Sebagai kebijaksanaan pembelanjaan jangka panjang

Dalam pendekatan ini berpandangan bahwa semua laba sesudah pajak yang diperoleh oleh perusahaan adalah merupakan sumber dana jangka panjang. Pengumuman atas pembagian laba sebagai dividen berarti pengurangan terhadap sumber dana jangka panjang yang dapat dipergunakan untuk membelanjai kebutuhan perkembangan usaha. Oleh karena itu pembagian dividen akan berakibat penekanan terhadap perkembangan usaha ataupun paksaan terhadap pencairan dana ekstern. Apabila perusahaan memiliki suatu rencana pengembangan usaha yang cukup menggembirakan pada masa depan maka perlu dipupuk sumber dana dari dalam perusahaan tersebut. Di samping itu apabila atas dasar pertimbangan biaya kapital yang rendah dituntut untuk membentuk struktur kapital yang dikehendaki diperbesarnya sumber dana modal sendiri.

2. Sebagai kebijaksanaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan

Dalam pendekatan ini berpandangan bahwa kebijaksanaan dividen mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga pasar dari saham yang beredar. Oleh karena itu maka manajer dalam hal ini dituntut untuk membagikan dividen sebagai realisasi dari harapan hasil yang


(35)

didambakan oleh seorang investor dalam mengeluarkan uangnya untuk membeli saham tersebut.

Menurut Tampubolon (2005: 185) ada beberapa kebijakan dividen yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:

1. Kebijakan Dividen yang Stabil (Stable Dividend per Share Policy)

Kebijaksanaan dividen yang stabil biasanya dilakukan korporasi yang mempunyai tingkat risiko yang rendah. Walaupun dalam satu tahun korporasi menunjukkan kerugian dan tidak memperoleh profit dividen, karena sudah menjadi suatu kebijaksanaan, maka dividen harus tetap dipertahankan untuk dibayar, demi mempertahankan atau menghilangkan konotasi negatif, baik terhadap investor yang sekarang maupun yang akan datang.

2. Rasio Konstan Pembayaran Dividen (Constant Dividend Pay Out Ratio)

Dengan kebijaksanaan seperti ini, suatu persentasi yang tetap dari pendapatan akan dibayarkan sebagai dividen. Oleh karena net income selalu berbeda-beda, maka dividen yang akan dibayarkan akan berbeda pula dengan pendekatan ini.

3. Kebijaksanaan Secara Kompromi (A Compromise Policy)

Kompromi adalah salah satu pendekatan yang terbaik di dalam menentukan kebijaksanaan dividen. Dalam menentukan suatu kebijaksanaan, dapat ditentukan suatu cara untuk mendapatkan jalan keluar yang sama–sama menguntungkan, baik kepada pemegang saham maupun bagi manajemen korporasi.

4. Kebijaksanaan Dividen Secara Residu (Residual Dividend Policy)

Di dalam kesempatan investasi suatu korporasi yang tidak stabil, korporasi menginginkan untuk mempertimbangkan suatu kebijaksanaan yang berfluktuasi. Dengan kebijaksanaan seperti ini, jumlah penghasilan yang ditahan tergantung pada adanya kesempatan–


(36)

kesempatan investasi dalam tahun tertentu. Dividen yang dibayarkan menunjukkan jumlah residu (residual amount) dari pendapatan setelah kebutuhan investasi korporasi dapat dipenuhi.

Brigham dan Houston (2001: 198) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan dividen dari preferensi investor, yaitu : teori ketidakrelevanan dividen, teori ”bird in the hand theory ” dan teori preferensi pajak.

1. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)

Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya, artinya nilai suatu perusahaan tergantung semata–mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan. Dengan demikian kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan.

2. Teori ”bird in the hand theory

Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen, risikonya lebih kecil. Miller dan Modigliani (MM) tidak setuju dan menganggap pendapat Gordon-Linther sebagai kekeliruan

”bird in the hand theory” karena menurut pandangan MM, kebanyakan investor

merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko


(37)

dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya.

3. Teori Preferensi Pajak

Teori preferensi pajak (tax preference theory) adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gain maka para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak.

Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Jika manajemen percaya bahwa dividend irrelevance theory dari M-M itu benar maka perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya dividen yang harus dibagikan.

2. Jika perusahaan menganut bird in the hand theory maka perusahaan harus membagi seluruh EAT (Earning After Tax) dalam bentuk dividen.

3. Jika manajemen cenderung mempercayai tax preference theory maka perusahaan harus menahan seluruh keuntungan atau dengan kata lain dividend payout ratio=0%.

Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002: 230) ada beberapa kebijaksanaan dividen yang dapat dilakukan yaitu:

1. Stable Dividend Policy (Kebijaksanaan Pembayaran Dividen yang Stabil)

Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam jumlah yang tetap, stabil yang makin naik dan stabil yang semakin menurun. Jadi besarnya dividen yang dibayarkan dalam jumlah yang selalu stabil walaupun terjadi fluktuasi dalam net income.


(38)

2. Fluctuating Dividend Policy (Kebijaksanaan Pembayaran Dividen yang Berfluktuasi)

Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan mendasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang dibayarkan relatif tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat keuntungannya.

3. Kombinasi Stable Dividend Policy dan Fluctuating Dividend Policy

Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil atau tetap, tetapi sebagian yang lain bersifat proporsional dengan tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba para pemegang saham masih mendapatkan dividen tetap dan apabila didapatkan keuntungan dari hasil operasinya didapatkan bagian dari keuntungan. Bagian dividen yang bersifat proporsional besarnya tidak sama dengan dividen yang menggunakan kebijakan fluktuatif.

Menurut Green, Peter dan Michael Pogue (1993: 69) menyatakan ada beberapa kebijaksanaan dividen yang dapat dilakukan yaitu:

1. A residual dividend policy, ie the level of dividend payments is determined by investment and financing policies, such that if there is a surplus of funds after the implementation of investment and financing policies, dividend will be paid.

2. An independent dividend policy, ie the desired payment is selected and either investment or financing policies, or both are adjusted. Clearly if this is the case, dividend will be determined by exogenous factors, such as the desire for dividend stability.


(39)

3. A simultaneous dividend poliicy, ie the dividend decision is neither totally residual or totally independent, rather consideration is given to both exogenous factors and to investment and financing policies.

2.2.3 Alasan yang Mempengaruhi Rasio Pembayaran Dividen

Ada beberapa alasan yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain (Sundjaja dan Barlian, 2002: 339) :

1. Peraturan hukum

a. Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat dibayar dari laba tahun-tahun yang lalu dan laba tahun berjalan.

b. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal dengan melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal.

c. Peraturan mengenai tak mampu bayar artinya perusahaan boleh tidak membayar dividen jika tidak mampu.

2. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Oleh karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

3. Membayar pinjaman

Jika perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau untuk pembayaran lainnya maka perusahaan dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo atau perusahaan dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya harus ada laba ditahan.


(40)

4. Kontrak pinjaman

Kontrak pinjaman, apalagi jika menyangkut pinjaman jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.

5. Pengembangan aktiva

Semakin cepat pertumbuhan perusahaan semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Semakin banyak dana yang dibutuhkan di kemudian hari, semakin banyak laba yang harus ditahan dan tidak dibayarkan.

6. Tingkat pengembalian

Tingkat pengembalian atas aset menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun tempat lain.

7. Stabilitas keuntungan

Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur seringkali dapat memperkirakan bagaimana keuntungan di kemudian hari. Maka perusahaan seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen dengan presentasi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.

Kemudian Levy dan Sarnat (1990: 417-418) berpendapat faktor – faktor yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen adalah:

1. Floatation and Transaction Costs

In practice retained earnings and new issues are not perfect substitutes. This is a consideration that may favor the use of retained earnings. Another factor that may favor the use of retained earnings is the existence of transaction costs. Shareholders who want to


(41)

increase their investment in the firm will prefer to forego cash dividend, thereby increasing the investment in the firm, without the need to pay commissions on share purchases.

2. Control

In order to ensure control, some firms operate under a self-imposed constraint that limits the amount of external financing which can be used. Such consideration are prevalent among closely held or family-held firms. New issues of common stock dilute control, while after a point further increases in debt become undesirabel or even impossible.

3. Informational Content of Dividend

In the real world, relevant information regarding a firm’s dividend can be (and probably) important purveyors of information to investors. Informational content of dividend is changes in the dividend rate that affect investors’ expectations regarding a firm’s future prospects.

4. Cash Position

A firm’s cash position is another important factor that influences long-run dividend policy. Clearly a cash dividend requires that the needed cash balance be on hand, so liquidity can also be a factor affecting the dividend decision. A rapidly expanding and very profitable firm is often plagued by chronic shortages of cash. Such a firm usually prefers to set a relatively low dividend payout ratio and to plow back most of its earnings into financing further growth. The firm could, of course, turn to the capital market for funds. However, the uncertainty caused by rapid expansion often leads to the establishment of a “safe” dividend policy - that is, one that can be maintained should the rate of growth in earnings decline in the future.


(42)

5. Stability of Earnings

In general, the greater the risk of larger fluctuations in future earnings, the greater probability that the firm will adopt a policy of setting a relatively low dividend payout ratio.

6. Legal Constraints

There may at times be a legal constraint against declaring cash dividend. Similarly, dividend can be paid only out of earnings; they are usually not permitted if they reduce the firm’s paid in capital.

Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002: 232) dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal financial perusahaan semakin kuat”. Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002: 232) besar kecilnya dividend payout ratio dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Faktor likuiditas

Semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout ratio.

2. Kebutuhan dana untuk melunasi utang

Semakin besar dana untuk melunasi utang baik maupun untuk obligasi hipotek dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat menurunkan dividend payout ratio


(43)

3. Tingkat ekspansi yang direncanakan

Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan berakibat mengurangi

dividend payout ratio karena laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktivitas.

4. Faktor pengawasan

Semakin terbukanya perusahaan atau semakin banyaknya pengawas cenderung akan memperkuat modal sendiri sehingga mengakibatkan kenaikan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin tertutupnya perusahaan akan menurunkan dividend payout ratio.

5. Ketentuan–ketentuan dari Pemerintah

Ketentuan–ketentuan tersebut dimaksud adalah yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran dividen.

6. Pajak kekayaan/ penghasilan dari pemegang saham

Apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka dividend payout ratio lebih tinggi dibanding apabila pemegang saham para ekonomi kuat yang kena

pajak.

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio harus dipertimbangkan oleh manajer keuangan. Menurut Sartono (2001: 292) ada beberapa faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakan dividen sebagai berikut:

1. Kebutuhan dana perusahaan

Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataannya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan, aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal pada masa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola (skedul)


(44)

pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen.

2. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbagan utama dalam banyak kebijakan dividen, karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai investasinya.

3. Kemampuan meminjam

Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan perusahaan untuk meminjam dana jangka pendek. Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar dividen.

4. Keadaan pemegang saham

Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high tax dan lebih suka memperoleh

capital gain, maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payout ratio yang rendah. Dengan dividend payout ratio yang rendah dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan investasi yang profitable.


(45)

Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividend payout ratio

yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif.

Halim (2007: 97) berpendapat bahwa manajer keuangan perlu memperhatikan faktor–faktor yang mempengaruhi kebjiakan dividen meliputi (a) posisi likuiditas; (b) kebutuhan pelunasan hutang; (c) pembatasan dalam perjanjian hutang; (d) tingkat ekspansi aset; (e) tingkat laba; (f) stabilitas laba; (g) akses ke pasar modal; (h) kendali perusahaan; (i) kemampuan meminjam.

Keown, Scott, Martin and Petty (1999 : 482) ’’three basic views about dividend are: ” 1. Dividend policy is irrelevant

2. High dividend increase stock value, this view says dividend are more certain than capital gains, has been called the bird in the hand theory. The belief that dividend income income has a higher value to the investor than does capital gains income because dividend are more certain than capital gains

3. Low dividend increase stock value

Pernyataan menurut Keown, Scott, Martin and Petty adalah bahwa ada tiga pendapat mendasar tentang dividen. Pendapat pertama yaitu ’’dividen adalah tidak relevan’’. Pendapat ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (MM) yang berpendapat bahwa pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham dan nilai perusahaan ditentukan oleh

earning power dari asset perusahaan. Pendapat kedua yaitu ’’dividen yang tinggi akan

meningkatkan nilai saham’’. Pendapat ini menyatakan bahwa investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa dividen daripada menunggu capital gain. Pendapat ini sesuai dengan bird in the hand theory. Pendapat ketiga yaitu ’’dividen yang rendah akan meningkatkan


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Secara simultan Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas, Pertumbuhan Investasi dan variabel dummy berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial Cash Position, Firm Size, Profitabilitas

dan variabel dummy_2 dan dummy_3 berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout

Ratio. Sedangkan variabel Kebijakan Hutang dan Pertumbuhan Investasi variabel

dummy_1 tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Dari ketiga subsektor manufaktur yang terdaftar di BEI, subsektor industri barang konsumsi merupakan subsektor yang paling banyak membagikan Dividend Payout Ratio selama periode penelitian 2008-2011

2. Secara simultan Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas, Pertumbuhan Investasi berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada subsektor industri dasar kimia di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial Cash Position, Firm Size dan Pertumbuhan Investasi berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel Kebijakan Hutang dan Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap

Dividend Payout Ratio.

3. Secara simultan Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas, Pertumbuhan Investasi berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada subsektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial Cash Position, Firm Size dan Pertumbuhan Investasi berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel


(2)

Kebijakan Hutangdan Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividen Payout Ratio.

4. Secara simultan Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas, Pertumbuhan Investasi berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada subsektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial Cash Position, Firm Size dan

Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel Kebijakan Hutang dan Pertumbuhan Investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap

Dividend Payout Ratio.

5.2 Saran

1. Pada sektor dan subsektor manufaktur, faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen adalah cash position, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi. Maka untuk dapat menarik investor dalam menginvestasikan dananya dalam bentuk dividen maka perusahaan mengharapkan dapat memperbesar cash position, firm size, profitabilitas dan menekan angka pertumbuhan investasi.

2. Cash Position dapat diperbesar dengan cara mempebesar saldo kas akhir tahun yaitu

dengan cara menambah harta lancar. Harta lancar dapat bertambah dengan menjual aset yang tidak lancar dan modal disetor. Dengan nilai cash position yang besar maka jumlah dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham juga akan besar sehingga hal tersebut dapat menarik minat para investor menginvestasikan dananya pada perusahaan.

3. Firm size perusahaan juga mempengaruhi pembayaran dividen. Perusahaan dengan ukuran

yang semakin besar cenderung akan membagikan dividen lebih banyak dibandingkan perusahaan dengan ukuran kecil. Maka diharapkan untuk meningkatkan jumlah dividen


(3)

perusahaan dapat membuat nilai dari total aktiva perusahaan meningkat sehingga pembayaran dividen juga akan meningkat. Hal ini dapat dilakukan dengan memproduktifkan kembali aktiva (fix asset dan current asset) yang kurang produktif menjadi produktif kembali, misalnya: menagih piutang yang belum tertagih.

4. Profitabilitas mempengaruhi pembayaran dividen. Semakin besar profitabilitas perusahaan akan meningkatkan jumlah dividen yang akan dibagikan. Profitabilitas dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan sales (penjualan), meningkatkan margin dan mengurangi beban-beban biaya.

5. Bagi para investor yang akan mengambil keputusan untuk melakukan investasi dalam bentuk saham dan mengharapkan dividen yang tinggi dibagikan oleh perusahaan maka sebaiknya investor mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang lain diluar dari

performance perusahaan atau kinerja perusahaan seperti berita yang beredar ditengah

masyarakat yang menyangkut berbagai hal seperti masalah ekonomi yang meliputi suku bunga, kurs valuta asing, berita emiten, kebijakan ekonomi dari pemerintah yang akan mempengaruhi keputusan perusahaan (emiten) di dalam pembagian dividen.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anil K and Kapoor S. 2008. ”Determinants of Dividend Payout Policy: A Case of Pakistan Engineering Sector”. International Research Journal of Finance and Economics. Year XIV, no 41

Atmaja, Lukas Setia. 2008. ”Manajemen Keuangan”. Cetakan Ketiga. Penerbit CV. Andi Offset. Yogyakarta.

Brigham, Eugene F. & Joel F. Houston. 2001. ”Manajemen Keuangan”. Edisi Kedelapan. Terjemahan Dodo Suhartono dan Herman Wibowo. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Breley, Richard A and Stewart C Myers. 2001. ”Principle of Corporate Finance”. Third Edition. Mc Graw Hill Company, Inc. New York

Damayanti, Susana dan Fatchan Achyani. 2006. ”Analisa Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan vol 5 No 1. April 2006

Frank, Murray and Vidhan K Goyal. 2002. ”Testing the Pecking Order Theory of Capital Structure”. Journal of Financial Economics.

Ghozali, H Imam. 2009. ”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Edisi Ketiga. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Gitosudarmo, H Indriyo dan H Basri. 2002. ”Manajemen Keuangan”. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta.

Green, Peter dan Michael Pogue. 1993. ”Dividend Policy and Its Relationship to Investment and Financing Policies : Empirical Evidence Using Irish Data”. Irish Academy of Managment Journal. Volume 14 Issue 2.

Halim, Abdul. 2007. ”Manajemen Keuangan Bisnis”. Edisi Empat. Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.

Hanafi, Mamduh H. 2005. ”Manajemen Keuangan”. Edisi Ketiga. BPFE. Yogyakarta.

Hidayat. 2010. ”Investasi dan Financial Constraints : Studi Empiris pada Bursa Efek Indonesia”.

Jurnal Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. April 2010.

Imran, Kashif. 2011. ”Determinants of Dividend Payout Policy: A Case of Pakistan Engineering Sector ”. The Romanian Economic Journal. University of Karachi. Year XIV, No 41.

Jensen, Michael C and Meckling W H. 1976. ”Theory of The Firm : manajerial behaviour, agency cost and ownership structure”. Journal of Financial Economic. Vol 3 No 4.


(5)

Kadir, Abdul. 2010. ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada Perusahaan Credit Agencies Go Publik”. Jurnal Manajemen dan Akuntansi. Volume 11 No 1. April 2011.

Keown, Arthur J John. D Martin, John. William Petty and David F Scott JR. 1999. : ”Basic Financial Management”. 8th

Keown, Arthur J John. D Martin, John. William Petty and David F Scott JR. 2008. ”Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan”. Edisi Kesepuluh. Terjemahan Marcus Prihminto Widodo. Penerbit PT. Indeks. Jakarta.

Edition. Prentice Hall International, Inc. New Jersey

Kuncoro, Mudrajat. 2003. ”Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi”. Erlangga. Jakarta

Kurshev, Alexander dan Ilya A Strebulaev. 2005. ”Firm Size and Capital Structure”. First Version. Journal of Stanford University.

Levy and Sarnat. 1990. ”Principles of Financial Management. Prentice Hall International, Inc. New Jersey.

Liono, Nency. Mudji Utami dan Liliana Inggrit Wijaya. 2009. ”Interpedensi Kebijakan Dividen,

Financial Leverage dan Investasi: Pengujian Pecking Order Theory”. Jurnal Manajemen dan Bisnis. Volume 8 no 1 Tahun 2009.

Mannes, Terry S. 1990. ”Introduction to Corporate Finance”. Mc Graw Hill Book Company. New York

Mathur, Iqbal. 1988. ”Introduction to Financial Management”. Third Edition. Mc Millan Publishing Company. New York

Muslich, Mohamad. 2003. ”Manajemen Keuangan Modern: Analisis Perencanaan dan Kebijaksanaan”. Cetakan Ketiga. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Nasution, Hasanul Aswadi. 2004. ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta”. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara (Tidak Dipublikasikan).

Puspita, Fira, 2009. ”Analisis Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout

Ratio Pada Perusahan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Tesis, Program Studi

Manajemen Universitas Diponegoro Semarang.

Riyanto, Bambang. 2001. ”Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta.

Ross. Stephen A Westerfield and Jaffe. 2000. ”Fundamental of Corporate Finance”. Fifth


(6)

Sartono, Agus . 2001. ”Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi”. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta.

Sudarsi, Sri. 2002. ”Analisis Faktor – faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Maret 2002.

Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2002. ”Manajemen Keuangan 2”. Penerbit PT Prenhallindo, Jakarta.

Sutrisno. 2000. ”Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi”. Penerbit Ekonosia. Yogyakarta.

Sutrisno, 2001. “Analisis Faktor–faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Publik di Indonesia”. Jurnal TEMA Vol. II, No. 1, Maret 2001.

Tampubolon, Manahan P, 2005. ”Manajemen Keuangan (Finance Management) : Konseptual, Problem & Studi Kasus”. Edisi Pertama. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor.

Tunggal, Amin W. 2000. ”Dasar–dasar Analisis Laporan Keuangan”. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio (DER),ROA, Cash Ratio, Asset Growth, dan Firm Size terhadap Dividen Payout Ratio (Studi Pada Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2009-2012).

1 15 13

ANALISIS PENGARUH INVESTASI , CASH RATIO, PROFITABILITAS, PERTUMBUMBUHAN PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP DIVIDEN PAYOUT RATIO (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI)

0 4 78

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, FIRM SIZE, DER (DEBT TO EQUITY RATIO) DAN ROA (RETURN ON ASSET) TERHADAP DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 17 31

ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO, FIRM SIZE DAN FREE CASH Analisis Pengaruh Current Ratio, Firm Size Dan Free Cash Flow Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Periode 2012-2015.

0 3 15

ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO, FIRM SIZE DAN FREE CASH Analisis Pengaruh Current Ratio, Firm Size Dan Free Cash Flow Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Periode 2012-2015.

0 4 15

Pengaruh Profitability, Liquidity, Free Cash Flow, dan Firm Size Terhadap Kebijakan Dividend Payout Ratio Pengaruh Profitability, Liquidity, Free Cash Flow, dan Firm Size Terhadap Kebijakan Dividend Payout Ratio(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur

1 6 16

Pengaruh Insider Ownership, Firm Size dan Cash Position terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI).

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Penelitian Terdahulu - Analisis Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas dan Pertumbuhan Investasi terhadap Dividen Payout Ratio pada Sektor dan Subsektor Manufaktur di BEI

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang - Analisis Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas dan Pertumbuhan Investasi terhadap Dividen Payout Ratio pada Sektor dan Subsektor Manufaktur di BEI

0 0 14

Analisis Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas dan Pertumbuhan Investasi terhadap Dividen Payout Ratio pada Sektor dan Subsektor Manufaktur di BEI

0 0 13