Pengaruh Promosi, Kepercayaan Dan Brand Equity Terhadap Minat Menabung Pada Pt Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Dan Banten, Tbk

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitan terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
2.1 :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian
Variabel
Metode
Hasil Penelitian
(Tahun)
Analisis
Arianis
Pengaruh Ekuitas 1. Ekuitas
Metode Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
(2010)
Merek Terhadap
Merek,
regresi

bahwa ekuitas merek Bank Muamalat
Proses Keputusan 2. Keputusa linear
Indonesia memiliki pengaruh positif dan
Pembelian
n
bergand signifikan terhadap proses keputusan
Konsumen : Studi
Pembelia a
pembelian konsumen. Pengaruh positif
Kasus
Bank
n
tersebut dapat diartikan bahwa semakin
Muamalat
baik kondisi ekuitas merek Bank Muamalat
Indonesia Cabang
Indonesia, maka akan memperbesar proses
Bandung
keputusan konsumen untuk menjadi
nasabah pada Bank Muamalat Indonesia

Cabang Bandung.
Agriani Pengaruh brand 1. Brand
Metode Temuan penelitian menunjukkan bahwa
(2012) equity
terhadap
equity
regresi
variabel brand equity yang terdiri atas
keputusan
2. Keputusa linear
brand
awareness,brand
association,
Pembelian mobil
n
bergand perceived quality, dan brand loyalty secara
Toyota
Cabang
Pembelia a
serentak (simultan) berpengaruh signifikan

Urip di Makassar
n
terhadap keputusan pembelian mobil
toyota. Uji Parsial (Uji t) diperoleh bahwa
variabel
brand
awareness
tidak
berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian, variabel brand association tidak
berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian, variabel perceived quality
berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian, dan variabel brand loyalty tidak
berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian. Sebesar 48,7% variabel
keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh
variabel independennya sedangkan sisanya
51,3% dijelaskan oleh variabel-variabel lain
di luar penelitian ini.

Rosvita Analisis pengaruh 1. Kualitas Metode Hasil uji regresi menunjukkan bahwa
(2010) kualitas
produk,
produk
Regresi variable kualitas produk berpengaruh
Harga,
promosi, 2. Harga
linear
positif dan signifikan terhadap keputusan
dan cuaca terhadap 3. Promosi bergand pembelian terhadap The Botol Sosro.
Keputusan
4. Cuaca
a
Variabel harga berpengaruh positif dan
pembelian teh siap 5. Keputusan
signifikan terhadap keputusan pembelian.

Universitas Sumatera Utara

minum

Dalam
pembelian
kemasan merek teh
botol sosro (Studi
Kasus
Pada
Mahasiswa
Fakultas
Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti
Judul Penelitian
Variabel
(Tahun)
Ekonomi S1 Reguler
di
Universitas
Diponegoro)

Soegoto
(2010)


Dinawan
(2010)

Variabel promosi berpengaruh positif dan
signifikan
terhadap
keputusan
pembelian.Variabel cuaca berpengaruh

Metode
Analisis
Metode
Regresi linear
berganda

Hasil Penelitian

positif
dan

signifikan
terhadap
keputusan
pembelian. Nilai koefisien
determinasi, hal ini berarti
keputusan
pembelian
dipengaruhi oleh variable
kualitas
produk,
harga,
promosi,
dan
cuaca,
sedangkan sisanya dapat
dijelaskan oleh variablevariable lainnya.
Pengaruh Nilai dan 1. Nilai
Metode Regresi Hasil
penelitian
Kepercayaan

2. Loyalitas linear berganda menunjukkan
adanya
terhadap Loyalitas
perbedaan kinerja nilai,
Nasabah Prioritas
kepercayaan, dan loyalitas
nasabah prioritas dari ke
empat bank yang disurvei.
Nilai
dan
Kepercayaan
nasabah prioritas secara
simultan
dan
parsial
berpengaruh
signifikan
terhadap Loyalitas Nasabah
prioritas
Analisis

Faktor- 1. kualitas
Metode
Hasil
penelitian
Secara
faktor
yang
produk
Regresi linear simultan variabel kualitas
Mempengaruhi
2. harga
berganda
produk
(X1),
harga
Keputusan
kompetiti
kompetitif (X2), citra merek
Pembelian
(Studi

f
(X3) dapat mempengaruhi
Kasus
Pada 3. citra
keputusan
pembelian
Konsumen Yamaha
merek
sedangkan variabel secara
Mio PT Harpindo 4. Keputusa
parsial yaitu kualitas produk,
Jaya Semarang)
n
harga
kompetitif,
citra
pembelia
merek,
tidak
dapat

n
mempengaruhi
keputusan
pembelian.

2.2 Promosi
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program
pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah

Universitas Sumatera Utara

mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka
mereka tidak akan pernah membelinya.
Gilbert (2003) menyatakan bahwa “Promosi dapat saja merangsang konsumen
mengunjungi toko, tetapi tampilan atau penataan produk oleh pengecer akan membuat
perbedaan pada tingkat penjualan.” Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk
komunikasi pemasaran, yakni segala aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan
informasi, mempengaruhi/membujuk dan/atau mengingatkan pasar sasaran atau
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk
yang ditawarkan perusahaan bersangkutan (Tjiptono, 2002).
Menurut Kotler dan Amstrong (2001)”Bauran promosi adalah tatanan alat-alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar
sasaran. Bauran promosi sebagai kombinasi perencanaan elemen-elemen kegiatan
promosi yang terdiri dari periklanan (advertising), promosi penjualan (sales promotion),
penjualan pribadi (personal selling), hubungan masyarakat (publicity), pemasaran
langsung (direct marketing)”.
Menurut Damayanti, (2006) tujuan promosi dalam perusahaan, yaitu :
1. Modifikasi tingkah laku
Dengan promosi perusahaan berusaha menciptakan kesan yang baik tentang dirinya
dan dengan demikian bisa merubah tingkah laku serta pendapat konsumen tentang
produk perusahaan sehingga mendorong pembelian produk.
2. Memberitahu
Kegiatan promosi dilakukan untuk memberitahu pasar yang dituju tentang penawaran
perusahaan perihal suatu produk.
3. Membujuk
Diarahkan terutama untuk mendorong pembelian, sering perusahaan tidak ingin
mendapat tanggapan instan dari konsumen, tetapi lebih mengutamakan kesan positif.
4. Mengingatkan

Universitas Sumatera Utara

Promosi ini dilakukan terutama untuk mengingatkan kepada masyarakat bahwa
produk perusahaan masih ada dipasaran.
Promosi merupakan salah satu bauran pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk
mengadakan komunikasi dengan pasarnya. Promosi juga sering dikatakan sebagai proses
berlanjut, karena dapat menimbulkan rangkaian kegiatan selanjutnya bagi perusahaan.
Terdapat beberapa jenis promosi yang sering digunakan, yaitu :
a. Iklan (Advertising)
Iklan merupakan bentuk promosi dengan menggunakan media cetak dan elektronik.
Iklan selama ini dipandang sebagai bentuk promosi yang paling efektif. Iklan
merupakan pesanpesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para
calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan
biaya semurah-murahnya. Iklan dapat mempengaruhi dua parameter kepuasan
konsumen, yaitu :
1. Iklan dapat membentuk perceived quality, yang kemudian akan mempengaruhi
penilaian terhadap kualitas secara keseluruhan dan pengaruh iklan semakin besar
bila konsumen tidak dapat mengevaluasi kualitas sesungguhnya. Iklan dapat
mempengaruhi perceived best yaitu keyakinan bahwa merek suatu produk adalah
terbaik dikelasnya dipengaruhi citra merek. Dari keyakinan diatas, banyak
perusahaan menyediakan biaya iklan yang besar untuk dapat memperkuat citra
merek dan kesadaran merek pada benak konsumen dengan tujuan akhirnya diharap
iklan dapat membantu perusahaan untuk meraih konsumen baru dan meningkatkan
loyalitas mereknya. Pada akhirnya konsumen yang terpengaruh dengan iklan
tersebut akan melakukan keputusan pembelian atas produk yang ditawarkan atau
melakukan perpindahan pada merek lain dari produk yang biasa dibeli.b. Penjualan
Pribadi (Personal Selling) Yaitu terjadi interaksi langsung, saling bertemu muka
antara pembeli dan penjual (Swasta, 2003). Komunikasi yang dilakukan oleh kedua
belah pihak bersifat individual, dalam hal ini penjual dituntut memiliki kecakapan

Universitas Sumatera Utara

dan keterampilan dalam mempengaruhi atau memotivasi pembeli dengan cara
mengemukakan manfaat yang akan diperoleh pembeli sehingga terjadi persesuaian
keuntungan.
2. Manfaat personal selling :
1. Adanya hubungan langsung dengan calon pembeli sehingga dapat mengamati
secara dekat karakteristik dan kebutuhan calon pembeli.
2. Membina berbagai macam hubungan dengan pembeli, mulai dengan
hubungan perdagangan sampai hubungan persahabatan yang erat.
3. Mendapatkan tanggapan dari calon pembeli.
c. Promosi penjualan
Promosi penjualan pada dasarnya memberikan insentif kepada konsumen untuk
membeli produk-produk yang ditawarkan. Bentuk-bentuk insentifnya meliputi
pemberian diskon atau potongan harga dan hadiah langsung serta mengikutsertakan
pembeli kedalam suatu undian yang berhadiah besar.
d. Publisitas
Publisitas yang digunakan bersama dengan cara mensponsori kegiatan-kegiatan
tertentu dalam masyarakat seperti olah raga dan kesenian. Walaupun efektivitas sering
dipertanyakan, namun dapat digunakan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada
masyarakat atau konsumen.
e. Pemasaran Langsung
Pemasaran langsung adalah sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau
lebih media periklanan untuk menghasilkan tanggapan yang dapat diukur dan atau
transaksi pada lokasi manapun”. Definisi diatas menekankan pada tanggapan yang
dapat diukur, khususnya pesanan pelanggan, oleh karena itu, pemasaran langsung
kadang-kadang disebut juga pemasaran pesanan langsung dan lebih menekankan pada
pelanggan daripada produk atau jasa.

Universitas Sumatera Utara

Pemasaran langsung memberikan banyak manfaat bagi pelanggan, Secara terinci
manfaat yang diperoleh dari pemasaran langsung dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagi penjual.
Dengan adanya pemasaran langsung dapat dibeli daftar alamat yang memuat
nama dari hampir semua kelompok orang-orang yang kegemukan, jutawan dan
seterusnya.
2. Bagi pembeli.
Dengan adanya pemasaran langsung, belanja dirumah dirasakan lebih
menyenangkan, nyaman, dan bebas pertengkaran. Juga dapat menghemat waktu
dan memberikan pilihan barang dagangnan yang lebih banyak serta dapat
melakukan belanja komparatif dengan melihat katalog.

2.3 Kepercayaan
2.3.1 Pengertian Kepercayaan
Kepercayaan adalah keinginan satu pihak untuk mendapatkan perlakuan dari
pihak lainnya dengan harapan bahwa pihak lainya akan melakukan tindakan penting
untuk memenuhi harapan tersebut, terlepas dari kemampuannya untuk memonitor atau
mengontrol pihak lain. Kepercayaan nasabah adalah semua pengetahuan yang dimiliki
oleh nasabah dan semua kesimpulan yang dimiliki oleh nasabah tentang obyek, atribut,
dan manfaat. Obyek dapat berupa produk, orang, perusahaan, dan segala sesuatu dimana
seseorang memiliki kepercayaan dan sikap (Mowen, 2001).
Morgan dan Hunt (2003) menyatakan bahwa kepercayaan timbul sebagai hasil
atas persepsi kredibilitas dan kebaikan hati (kepedulian) perusahaan. Kredibilitas
perusahaan menekankan kepada kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua
kewajibannya. Kebaikan hati (kepedulian) menekankan pada seberapa jauh perusahaan
dapat diandalkan oleh nasabah. Kepercayaan yang dikemukakan oleh Sheth dan Mittal
(2004) adalah bahwa kepercayaan merupakan kemauan orang untuk mempercayai

Universitas Sumatera Utara

kemampuan, integritas, dan motivasi pihak lain untuk melayani kebutuhan dan
kepentingannya.
Definisi trust menurut Doney and Canon (2005) yaitu “We define trust as the
perceived credibility and benevolence of a target of trust”. Hardin (2000) menjelaskan
kepercayaan

merupakan sebuah gagasan kognitif yang mirip dengan pengetahuan,

keyakinan dan jenis penilaian tertentu, kognitif dalam arti bahwa hubungan ini
didasarkan atas perasaan tertentu berkaitan dengan apa yang dianggap benar dan
terpercaya. Kepercayaan juga melibatkan pengharapan-pengharapan atas perilaku dari
pihak lain.
Menurut Soegoto (2010) Kepercayaan merupakan produk dihasilkan diantara
kedua pelaku dalam suatu pertukaran dengan lebih memperdulikan biaya dan manfaat
dari perilaku tertentu sebagaimana diatur dalam kontrak. Makna dari sebuah kepercayaan
adalah sebuah belief, sebuah perasaan, atau suatu harapan terhadap pihak lainnya yang
merupakan keahlian, keandalan, dan perhatian pihak lainya. Tingkat kepercayaan nasabah
diukur melalui indikator trust sebagaimana yang dikatakan Egan (2001), yang meliputi:
probity, equity, dan reliability.
Kepercayaan adalah keyakinan bahwa seseorang akan menemukan apa yang
diinginkan pada mitra pertukaran. Kepercayaan melibatkan kesediaan seseorang untuk
bertingkah laku tertentu karena keyakinan bahwa mitranya akan memberikan apa yang
diharapkan dan suatu harapan yang dimiliki seseorang bahwa kata janji atau pernyataan
orang lain dapat dipercaya (Barnes, 2003).
Kepercayaan yang dihasilkan antara konsumen dan merek merupakan pusat
pembentukan hubungan yang saling menguntungkan yang mengarah pada kepuasan dan
retensi nasabah (Hennig & Hansen, 2000). Kepercayaan didefinisikan sebagai keinginan
dan keyakinan untuk bergantung pada pertukaran mitra. Dalam hal yang sama,
kepercayaan sebagai keadaan psikologis yang terdiri dari maksud untuk menerima
kerentanan didasarkan pada perilaku harapan positif dari niat atau perilaku lain.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Jasfar (2009) kepercayaan adalah perekat yang memungkinkan
perusahaan untuk mempercayai orang lain dalam mengorganisir dan menggunakan
sumber daya secara efektif dalam menciptakan nilai tambah.
Menurut Norasiah (2009) bahwa kepercayaan adalah suatu prasyarat dalam
jabatan pemasaran untuk memelihara hubungan antara pelanggan dan penyedia jasa
layanan sebab pelanggan sering harus membuat suatu keputusan pembelian sebelum
mereka benar-benar mengalami layanan tersebut.
Menurut Luarn dan Lin (2003) bahwa kepercayaan adalah sejumlah keyakinan
spesifik terhadap integritas, kejujuran pihak yang dipercaya dan kemampuan menepati
janji dan kepercayaan juga sebagai keyakinan suatu kelompok dalam reliabilitas dan
integritas dari seorang patner.
Beberapa elemen penting dari kepercayaan yaitu:
a) Kepercayaan merupakan perkembangan dari pengalaman dan tindakan dimasa
lalu.
b) Watak yang diharapkan dari mitra seperti dapat dipercaya dan dapat dihandalkan.
c) Kepercayaan melibatkan kesediaan untuk menempatkan diri dalam resiko.
d) Kepercayaan melibatkan perasaan aman dan yakin pada diri mitra.
Menurut Kotler (2002) “kepercayaan adalah gagasan deskriptif yang dianut oleh
seseorang tentang sesuatu”. Kepercayaan mungkin didasarkan pada pengetahuan dan
opini. Kepercayaan merupakan tingkat kepastian konsumen ketika pemikirannya
diperjelas dengan mengingat yang berulang-ulang dari pelaku pasar dan teman-temanya.
Kepercayaan bisa mendorong maksud untuk membeli atau menggunakan produk dengan
cara menghilangkan keraguan.
Ganesan dan Shankar dalam Jasfar (2009) menjelaskan bahwa kepercayaan itu
merupakan refleksi dari dua komponen, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a. Credibility, yang didasarkan pada besarnya kepercayaan kemitraan dengan organisasi
lain dan membutuhkan keahlian untuk menghasilkan efektifitas dan kehandalan
pekerjaan.
b. Benevolence, yang didasarkan pada besarnya kepercayaan kemitraan yang memiliki
tujuan dan motivasi yang menjadi kelebihan untuk organisasi lain pada saat kondisi
yang baru muncul, yaitu kondisi dimana komitmen tidak terbentuk.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan adalah
rasa aman dalam interaksinya terhadap sesuatu yang diinginkan dan diharapkan sehingga
akan memberikan hasil yang positif bagi konsumen. Menurut Tjiptono (2002) indikator
kepercayaan pelanggan antara lain:
1. Brand Reliability, meliputi jasa yang sesuai dengan harapan, kepercayaan pada
produk dan jaminan kepuasan.
2. Brand intentions, kejujuran dalam menyelesaikan masalah, konsumen yang
mengandalkan produk yang digunakan dan jaminan ganti rugi dari pihak
perusahaan.
Menurut Flavian dan Giunaliu (2007), kepercayaan terbentuk dari tiga hal yaitu:
a) Kejujuran
Kejujuran adalah percaya pada kata-kata orang lain, percaya bahwa mereka akan
menepati janjinya dan bersikap tulus pada kita.
b) Kebajikan
Kebajikan adalah tindakan yang mendahulukan kepentingan umum dari pada
kepentingan pribadi.
c) Kompetensi
Kompetensi adalah persepsi atas pengetahuan, kemampuan untuk menyelesaikan
masalah, dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pihak lain yang dimiliki suatu
pihak.

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Indikator Kepercayaan
Kepercayaan adalah upaya bank untuk memberi keyakinan kepada nasabah atas
kualitas dan kehandalan jasa yang diberikan. Indikator dan itemnya adalah:

1) Reputasi bank
2) Memberikan jaminan atas pengamanan uang nasabah.
3) Mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah.
4) Melakukan inovasi produk jasa perbankan
Merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan
keistimewaan, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik
memberikan jaminan mutu. Agar dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
mengenai pengertian merek, berikut ini pengertian merek menurut beberapa ahli:
Pengertian merek menurut Simamora (2003) : “-----(simamora 2003 ngga ada
dalam daftar pustaka) Merek adalah nama, tanda, istilah, simbol, desain, atau
kombinasinya yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendiferensiasi
(membedakan) barang atau layanan suatu penjual dari barang atau layanan
penjual lain” Lamb, Hair & Mc Daniel (2001) berpendapat bahwa pengertian
brand adalah sebagai berikut : “Merek adalah suatu nama, istilah, simbol, desain,
atau gabungan keempatnya, yang mengidentifikasikan produk para penjual dan
membedakannya dari produk pesaing”. Sedangkan pengertian Merek menurut
Kotler (2002) “Merek adalah suatu nama, kata, tanda, symbol, atau desain, atau
kombinasi dari semuanya yang mengidentifikasikan pembuat atau penjual produk
dan jasa tertentu”.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa brand
adalah suatu nama, istilah, tanda, desain atau kombinasi dari semuanya yang
digunakan untuk mengidentifikasikan produk dan membedakan produk
perusahaan dengan produk pesaing.

Universitas Sumatera Utara

2.4 Brand Equity/Ekuitas Merek
Munculnya konsep brand equity/ekuitas merek dilatarbelakangi oleh pemikiran
bahwa merek yang kuat adalah suatu asset yang dapat dikalkulasi nilainya. Artinya merek
tersebut dapat diperjualbelikan sebagaimana asset lainnya dalam perusahaan. Pengertian
ekuitas merek menurut Kotler (2002) “ Ekuitas merek adalah nilai suatu merek berdasarkan
seberapa kuat merek tersebut mempunyai loyalitas merek, kesadaran konsumen akan nama
merek, kualitas yang dipersepsikan, asosiasi merek, dan berbagai asset lainnya seperti paten,
merek dagang, dan hubungan jaringan distribusi.”
Ekuitas merek yang tinggi memberikan sejumlah keuntungan kompetitif seperti
yang dikemukakan oleh (Kotler dan Amstrong, 2001), yaitu :
1. Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil
2. Perusahaan akan mempunyai posisi yang lebih kuat dalam negosiasi dengan
distributor dan pengecer
3. Perusahaan dapat mengenakan harga yang lebih tinggi daripada pesaingnya
4. Perusahaan lebih mudah untuk meluncurkan perluasan merek
5. Merek itu melindungi perusahaan dari persaingan harga yang ganas
Suatu nama perlu dikelola dengan cermat agar ekuitas merek tidak mengalami
penyusutan. Hal ini membutuhkan pemeliharaan atau peningkatan kesadaran merek, mutu,
dan fungsi yang diyakini dari merek itu. Ekuitas merek dapat menambah atau mengurangi
nilai produk bagi konsumen, ekuitas merek juga mempengaruhi rasa percaya diri konsumen
dalam mengambil keputusan pembelian.
Ekuitas merek (brand equity) adalah seperangkat asosiasi dan perilaku yang
dimiliki oleh pelanggan merek, anggota saluran distribusi, dan perusahaan yang
memungkinkan suatu merek mendapatkan kekuatan, daya tahan, dan keunggulan yang
dapat membedakan dengan merek pesaing (Astuti dan Cahyadi, 2007). Menurut Aaker
(2006), ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek

yang berkaitan

dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang

Universitas Sumatera Utara

diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan
perusahaan.
Kotler dan Keller (2007), mendefinisikan ekuitas merek sebagai nilai tambah yang
diberikan kepada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan dalam bentuk cara seorang
konsumen dalam berpikir, merasa, dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar,
dan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Knapp (2001), ngga ada dalam daftar pustaka
mendefinisikan ekuitas merek sebagai totalitas dari persepsi merek, mencakup kualitas
relatif dari produk dan jasa, kinerja keuangan, loyalitas pelanggan, kepuasan dan
keseluruhan penghargaan terhadap merek.
Menurut Astuti dan Cahyadi (2007), jika pelanggan tidak tertarik pada suatu merek
dan membeli karena karateristik produk, harga, kenyamanan, dan dengan hanya sedikit
memperdulikan merek,kemungkinan ekuitas mereknya rendah. Sedangkan jika para
pelanggan cenderung membeli suatu merek walaupun dihadapkan pada para pesaing yang
menawarkan produk yang lebih unggul, misalnya dalam hal harga dan kepraktisan, maka
merek tersebut memiliki nilai ekuitas yang tinggi (Astuti dan Cahyadi, 2007).
Pendekatan

ekuitas

merek

yang akan

digunakan

dalam penelitian

ini

adalahpendekatan ekuitas merek berbasis pelanggan. Pendekatan ekuitas merek berbasis
pelanggan akan memandang ekuitas merek dari sudut konsumen. Dasar pemikiran model
ekuitas merek berbasis pelanggan mengungkapkan bahwa kekuatan suatu merek terletak
pada apa yang telah dilihat, dibaca, didengar, dipelajari, dipikirkan, dan dirasakan
konsumen tentang merek selama ini (Kotler dan Keller, 2007).
Menurut Kotler dan Keller (2007), ekuitas merek berbasis pelanggan dapat
didefinisikan sebagai perbedaan dampak dari pengetahuan merek terhadap tanggapan
konsumen pada merek tersebut. Suatu merek dapat dikatakan memiliki ekuitas
merekberbasis pelanggan yang positif apabila konsumenbereaksi lebih menyenangkan
terhadap produk tertentu. Sebaliknya, suatu merek dapat dikatakan memiliki ekuitas
merek berbasis pelanggan yang negatif apabila konsumen bereaksi secara kurang

Universitas Sumatera Utara

menyenangkan terhadap aktivitas pemasaran merek dalam situasi yang sama. Ekuitas
merek dapat memberikan nilai bagi perusahaan (Durianto, 2004).
Berikut adalah nilai ekuitas merek bagi perusahaan:
1. Ekuitas merek yang kuat dapat membantu perusahaan dalam upaya menarik minat
calon konsumen serta upaya untuk menjalin hubungan yang baik dengan para
pelanggan dan dapat menghilangkan keraguan konsumen terhadap kualitas merek.
Seluruh elemen ekuitas merek dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen
karena ekuitas merek yang kuat akan mengurangi keinginan konsumen untuk
berpindah ke merek lain.
2. Konsumen yang memiliki loyalitas tinggi terhadap suatu merek tidak akan mudah
untuk berpindah ke merek pesaing, walaupun pesaing telah melakukan inovasi produk.
3. Asosiasi merek akan berguna bagi perusahaan untuk melakukan evaluasi atas
keputusan strategi perluasan merek.
4. Perusahaan yang memiliki ekuitas merek yang kuat dapat menentukan harga premium
serta mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap promosi.
5. Perusahaan yang memiliki ekuitas merek yang kuat dapat menghemat pengeluaran
biaya pada saat perusahaan memutuskan untuk melakukan perluasan merek.
6. Ekuitas merek yang kuat akan menciptakan loyalitas saluran distribusi yang akan
meningkatkan jumlah penjualan perusahaan.
7. Empat elemen inti ekuitas merek (brand awareness, brand association, perceived
quality, dan brand loyalty) yang kuat dapat meningkatkan kekuatan elemen ekuitas
merek lainnya seperti kepercayaan konsumen, dan lain-lain.
Model Brand Equity Ten merupakan suatu model yang dikembangkan oleh
David A. Aaker yang merupakan perluasan dari konsep ekuitas merek. Dalam model ini,
pengukuran dikelompokkan dalam lima kategori. Empat kategori pertama mewakili
persepsi konsumen tentang suatu merek melalui 4 dimensi ekuitas merek, yaitu kesadaran
merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek. Kategori kelima meliputi

Universitas Sumatera Utara

pengukuran dua jenis perilaku pasar (market behavior) yang mewakili informasi yang
diperoleh berdasarkan pasar. Penelitian ini hanya melakukan penelitian yang berdasarkan
pada persepsi konsumen. Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen
dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam
penggunaan atau kedekatan, dan asosiasi dengan berbagai karakteristik merek (Durianto,
2004). Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, maka semakin kuat pula daya tariknya
di mata konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut dan pada akhirnya akan
mengarah pada keputusan pembelian produk (Durianto, 2004).
Serangkaian aset dan kewajiban (liabilitas) merek yang berkaitan dengan suatu
merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh
sebuah barang atau jasa kepada perusahaan dan atau pelanggan perusahaan tersebut
(Aaker, 2006). Selanjutnya menurut Aaker, terdapat empat dimensi ekuitas merek yaitu
loyalitas merek (brand loyalty), mutu yang dirasakan (perceived quality), asosiasi merek
(brand associations) dan kesadaran merek (brand awareness). Sementara itu Kotler
(2002) menyatakan bahwa:
Nilai dari suatu merek berdasarkan pada sejauhmana merek itu mempunyai
loyalitas merek, kesadaran nama merek, anggapan mutu, asosiasi merek yang tinggi, dan
aset lain seperti paten, merek dagang dan hubungan distribusi.

2.5 Minat menabung
Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dan serta memberikan
jasa-jasa bank lainnya. (Kasmir, 2008).
Menabung adalah salah satu kegiatan yang penting untuk dilakukan setiap orang,
karena hasil tabungan tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan usaha
menjadi lebih besar daripada sebelumnya atau dapat digunakan untuk menanggulangi
berbagai kebutuhan yang mendesak. Tabungan yang dilakukan perseorangan bukan

Universitas Sumatera Utara

hanya bermanfaat bagi penabung itu sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi negara dan
masyarakat, karena tabungan tersebut dapat dijadikan modal usaha dan investasipinjaman
oleh orang lain (Maman, 2007).
Menurut Maman (2007) tabungan merupakan sebagian dari pendapatan yang
tidak dikonsumsi atau tabungan sama dengan pendapatan dikurangi dengan konsumsi.
Penelitian empirik menunjukkan bahwa orang kaya menabung lebih banyak daripada
orag miskin. Pengertian lebih banyak di sini bukan hanya dalam jumlah nominal, tetapi
juga dalam bentuk persentase dari seluruh pendapatannya (Samuelson dan Nordhaus,
2004). Orang yang sangat miskin sangat jelas tidak akan mampu menabung sama sekali
dan bahkan mungkin akan membelanjakan uang yang lebih banyak daripada
pendapatannya.
Faktor pertama yang mempengaruhi jumlah tabungan masyarakat yaitu
pendapatan perkapita. Pendapatan merupakan suatu gambaran tingkat kemampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam suatu waktu tertentu yang umum
digunakan biasanya satu bulan. Tingkat pendapatan ini sering dihubungkan dengan suatu
standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat
berdasarkan pendapatan sering digolongkan kedalam beberapa golongan yaitu:
masyarakat berpendapatan rendah, masyarakat berpendapatan menengah serta masyarakat
berpendapatan tinggi.
Pendapatan masyarakat ini secara langsung berpengaruh terhadap tingkat
kesehatan, pendidikan, kehidupan moral dan rasa harga diri atau status sosial seseorang
dibandingkan orang lain yang mempunyai golongan pendapatan
berbeda. Tingkat pendapatan juga mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
menabung. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka semakin tinggi pula
kemampuannya untuk menabung. Pendapatan perkapita dari berbagai negara,
pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
pendapatan perkapita suatu masyarkat terus menerus bertambah dalam jangka panjang.

Universitas Sumatera Utara

Analisisis tersebut menunjukan bahwa pendapatan perkapita bisa di gunakan untuk tiga
tujuan (Sadono, 2006), yaitu:
1. Menentukan tingkat kesejahteraan yang di capai suatu negara pada suatu tahun
tertentu.
2. Menggambarkan tingkat kelajuan atau kecepatan pembangunan ekonomi dunia di
berbagai negara.
3.

Menunjukkan jurang pembangunan di antara berbagai negara.
Konsep Pendapatan Tolak ukur yang paling banyak di pakai untuk mengukur

keberhasilan suatu perekonomian antara lain adalah pendapatan nasional, produk
nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi neraca pembayan luar negeri,
salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien secara makro adalah nilai ouput
nasional yang di hasilkan sebuah perekonomian pada suatu periode tertentu. (Rahardja,
2001).
Yang pertama, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
beberapa efisiensi sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga kerja, barang
modal, uang, dan kemampuan kewirausahawan digunakan untuk memproduksi barang
dan jasa. Maka semakin besar pendapatan nasional suatu negara semakin baik efisiensi
alokasi sumber daya ekonominya. Yang kedua, output nasional merupakan gambaran
awal tentang produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara, dimana alat ukur yang
dipakai untuk mengukur tingkat kemakmuran adalah output nasional perkapita. Nilai
output perkapita diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah
penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika angka output perkapita makin besar, maka
tingkat kemakmuran dianggap makin tinggi. Yang ketiga, besarnya output nasional
merupakan gambaran awal tentang masalah-masalah struktural (mendasar) yang dihadapi
suatu perekonomian. Jika sebagian besar output nasional dinikmati oleh sebagian kecil
penduduk, maka perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi
pendapatannya.

Universitas Sumatera Utara

Selain perhitungan pendapatan nasional, perhitungan pendapatan suatu daerah
(region) diperlukan guna mengetahui perbedaan pembangunan yang dilaksanakan antara
suatu daerah dengan daerah lainnya. Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah
seluruh nilai tambah dari seluruh produk yang dihasilkan oleh berbagai sektor yang
melakukan kegiatan usahanya disuatu daerah tanpa melihat kepemilikan atas faktor
produksi yang dipakai. Yang dimaksud dengan nilai tambah adalah nilai produksi
(output) dikurangi dengan biaya antara (input). Hasil perhitungan PDRB disajikan atas
dasar harga berlaku dan harga konstan.
a. Perhitungan Atas Dasar Harga Berlaku. PDRB atas dasar harga berlaku merupakan
jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang harus dihasilkan oleh unit-unit
produksi didalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan
harga tahun yang bersangkutan. Dilihat sifat barang dan jasa yang dihasilkan oleh
setiap sektor, maka penilaian Nilai Produksi Bruto (NPB) atau output dilakukan
sebagai berikut. Untuk sektor-sektor primer yang diproduksinya bisa diperoleh
secara langsung dari alam seperti pertanian, pertambangan, dan penggalian. Pertama
kali dicari kuantum pro dengan satuan standar yang biasa digunakan, setelah itu
ditentukan kualitas dari jenis barang yang dihasilkan satuan dan kualitas yang
dipergunakan tidak selalu sama antara satu kabupaten dengan kota provinsi dengan
kabupaten dan kota propinsi lainnya. Selain itu, diperlukan juga data harga
perunit/satuan dari barang yang dihasilkan. Harga yang dipergunakan adalah harga
produsen yaitu harga yang diterima oleh produsen atau harga yang terjadi pada
transaksi yang pertama antara produsen dengan konsumen.
b. Untuk sektor-sektor skunder terdiri dari sektor industri, listrik, air, gas, air minum,
serta sektor bangunan, perhitungannya sama dengan sektor primer. Data yang
diperlukan adalah kuantum produksi yang dihasilkan serta harga produsen masingmasing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

c. Untuk sektor-sektor yang secara umum produksinya berupa jasa seperti sektor
perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga
keuangan lainnya, sewa rumah, dan jasa perusahaan serta pemerintah dan jasa-jasa.
Untuk menghitung kuantum produksinya dilakukan dengan mencari indikator
produksi yang sesuai dengan masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor yang
bersangkutan. Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antar indikator
harga masing-masing komoditi/jasa pada tahun yang bersangkutan.
Perhitungan Atas Dasar Harga Konstan. Perhitungan atas dasar harga konstan
ini menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan
harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu.
Pada perhitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan atau sektoral. Juga untuk melihat struktur perekonomian suatu
kabupaten/daerah dari tahun ketahun. Pada dasarnya dikenal empat cara perhitungan nilai
tambah atas dasar harga konstan. Masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Revaluasi.
Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun
dengan harga pada tahun dasar. Hasilnya merupakan output dan biaya atas dasar
harga konstan. Selanjutnya nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dari
selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan. Dalam prakteknya,
sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya yang digunakan, karena mencakup
komponem input yang
sangat banyak disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua
keperluan tersebut.
2. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara
mengalihkan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi. Indeks produksi
sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang

Universitas Sumatera Utara

dihasilkan atau indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah
perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan janis kegiatan subsektor dan
sektor yang dihitung. Ekstrapolasi dapat dilakukan terhadap output atas dasar harga
konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap output
akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.
3. Deflasi.
Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai tambah
atas harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang
digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen (IHK),
indeks harga perdagangan besar (IHPB) dan sebagainya. Indeks harga tersebut dapat
pula dipakai sebagai inflator, dalam keadaan dimana nilai tambah atas harga berlaku
justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan
indeks harga tersebut.
4. Deflasi Berganda.
Dalam deflasi berganda ini yang dideflasi adalah output dan biaya antara, sedangkan
nilai tambah yang diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi
tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output
atas dasar harga konstan biasanya merupakan IHK atau IHPB sesuai cakupan
komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari
komponem input terbesar. Kenyataan sangat sulit malakukan deflasi terhadap biaya
antara, disamping karena komponem terlalu banyak juga karena indeks harganya
belum tersedia dengan baik.

Universitas Sumatera Utara