Keanekaragaman Jenis Kantong Semar (Nepenthes spp.) di Cagar Alam Dolok Sibual Buali

14

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Lokasi Penelitian
A. Letak dan Luas
Ekosistem Cagar Alam (CA) Dolok Sibual Buali secara administrasi
pemerintahan terletak di 3 (tiga) wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Sipirok,
Kecamatan Padang Sidempuan Timur, dan Kecamatan Marancar, Kabupaten
Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan wilayah pengelolaan
hutan termasuk dalam wilayah kerja Seksi Konservasi Wilayah II yang
berkedudukan di Rantau Prapat, Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Sumatera Utara II (BBKSDA SUMUT, 2011).
Cagar Alam Dolok Sibual Buali secara geografis terletak pada koordinat
01°0’ - 01°37’ Lintang Utara dan 99°11’15” - 99°17’55” Bujur Timur. Cagar
Alam Dolok Sibual Buali terletak pada Daerah Aliran Sungai (DAS)
Barumun.Berdasarkan letak pada ketinggian di atas permukaan laut (dpl) maka
Cagar Alam Dolok Sibual Buali terletak pada ketinggian 750 s/d 1.819 m
dpl.Setelah beralih fungsi menjadi Cagar Alam, berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pertanian No.215/Kpts/Um/14/1982 tanggal 8 April 1982, maka Cagar
Alam


Dolok

Sibual

Buali

Register

3

memiliki

luas

5.000

hektar

(BBKSDA SUMUT, 2011).

B. Penataan Batas
Menurut BBKSDA SUMUT (2011), Kawasan Cagar Alam Dolok
Sibual Buali sebagian besar berbatasan dengan hutan rakyat dan kebun.


Bagian Utara berbatasan dengan wilayah Desa Bulumario dan Desa Huraba.

Universitas Sumatera Utara

15



Bagian Selatan berbatasan dengan wilayah Desa Sialaman, Sibio-bio, Aek
Sabaon Julu, Sukarame, Sugitonga, dan Sugijulu.



Bagian Timur berbatasan dengan wilayah Desa Sumuran, Hutaraja,
Mandurana, Aek Horsik, Paringgonan, Hasahatan, Pinang Sori, dan

Gunungtua Baringin.



Bagian Barat berbatasan dengan wilayah Desa Sugijae, Pasar Marancar,
Simaretung/Haunatas, Bonan Dolok, Tanjung Rompa, Janjimanaon, dan
Aek Nabara.

C. Topografi, Geologi dan Iklim
Cagar Alam Dolok Sibual Buali sebagian besar memiliki topografi
bergelombang dan berbukit.Terdapat 4 buah gunung utama/tertinggi dan 6 buah
anak gunung. Kemiringan lahan sebagian besar adalah curam (21-55%)
(BBKSDA SUMUT, 2011).
Iklim di Cagar Alam Dolok Sibual Buali ditandai dengan hujan yang
paling sering turun pada bagian utara dan barat kawasan, sehingga pada beberapa
lokasi banyak terdapat longsor. Sebagian besar kawasan sudah tertutup embun
mulai jam 17.00 WIB, sedangkan di beberapa bagian puncak mulai turun embun
jam 16.00 WIB. Angin bertiup dari arah barat menuju utara dan timur.Suhu
maksimum 29°C dan minimum 18°C (BBKSDA SUMUT, 2011).
D. Flora

Berdasarkan hasil survey identifikasi tanaman obat-obatan tahun 2002
oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara II, terdapat lebih dari
107 jenis tanaman obat-obatan yang terdapat di dalam Cagar Alam Dolok Sibual
Buali dan daerah sekitarnya. Pohon didominasi oleh famili Euphorbiaceae,

Universitas Sumatera Utara

16

Myrtaceae, Anarcadiaceae dan Moraceae, Dipterocarpaceae, Raflesia sp., Pinus
Merkusii,

Kecing

tanduk

(Castanopsis

aeaecuminatissima),


Hapas-hapas

(Exbucklandia populnea), Sengon (Albizia procera), Beringin (Ficus sp.).
Keadaan vegetasi di lapangan masih relatif baik, di dalam hutan masih banyak
ditemui pohon-pohon berdiameter 1 m (BBKSDA SUMUT, 2011).
E. Fauna
Berbagai jenis satwa terdapat di Cagar Alam Dolok Sibual Buali, beberapa
jenis

diantaranya

dilindungi

seperti

Mawas

(Pongo

abelli),


Siamang

(Hylobates sindactylus), Kambing Hutan (Capricornis sumatrensis), Harimau
Sumatera (Panthera tiggris sumatrae), Kuau (Argosianus argus), Rusa
(Cervus sp), dan lain-lain (BBKSDA SUMUT, 2011).

Deskripsi Nepenthes
Berdasarkan taksonomi Nepenthes spp. memiliki klasifikasi sebagai
berikut (Mansur, 2006) :
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas


: Magnoliopsida

Subkelas

: Dilleniidae

Ordo

: Nepenthales

Famili

: Nepenthaceae

Genus

: Nepenthes

Spesies


: Nepenthes sp.

Universitas Sumatera Utara

17

a
b

c
d
f

e

Gambar 1. Bagian tubuh dari kantung Nepenthes: a) Tutup Kantung, b) Peristome,
c) Wax Zone, d) Sulur, e) Digestive Zone, f) Sayap Kantiung (Baiti, 2012).

Tumbuhan dewasa Nepenthes spp. tumbuh memanjat pada tumbuhan lain.
Anakan dan tumbuhan yang belum dewasa daunnya tersusun dalam bentuk roset

akar yang dilengkapi dengan tendril pada setiap ujungnya.Sebahagian besar daun
dalam roset membentuk kantung yang membulat dan lonjong dengan dua sayap
yang terletak didepan tabung. Setelah dua sampai tiga tahun pertumbuhannya
relativ lambat, tumbuhan mulai masuk pada tahap memanjat.Internodus batang
memiliki jarak yang lebih panjang dari pada internodus pada roset (Clarke, 2001).
Saat ini tercatat 82 jenis Nepenthes spp. yang sudah dipublikasikan.
Tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai tumbuhan karnivora karena memangsa
serangga. Kemampuannya itu disebabkan oleh adanya organ berbentuk kantong
yang

menjulur

dari

ujung

daunnya.Organ

itu


disebut

pitcher

atau

kantong.Kemampuannya yang unik dan asalnya yang dari negara tropis itu
menjadikan Nepenthes spp. sebagai tanaman hias pilihan yang eksotis di Jepang,
Eropa, Amerika dan Australia. Namun, di Indonesia justru tak banyak yang
mengenal dan memanfaatkannya. Selain kemampuannya dalam menjebak
serangga, keunikan lain dari tanaman ini adalah bentuk, ukuran, dan corak warna

Universitas Sumatera Utara

18

kantongnya. Secara keseluruhan, tumbuhan ini memiliki lima bentuk kantong,
yaitu bentuk tempayan, bulat telur atau oval, silinder, corong, dan pinggang
(Witarto, 2006).


a. Akar
Menurut Clarke (2001) akar Nepenthes spp. merupakan akar tunggang,
sebagaimana tanaman dikotil lainnya.Perakaran tumbuh dari pangkal batang,
memanjang, dengan akar-akar sekunder di sekitarnya. Akar yang sehat berwarna
hitam dan tampak berisi (gemuk), tetapi perakaran Nepenthes spp. rata-rata kurus
dan sedikit, bahkan hanya terbenam sampai kedalaman 10 cm dari permukaan
tanah.Hal itu wajar karena Tumbuhan Nepenthes spp. umumnya tumbuh di lahan
yang miskin unsur hara sehingga diduga fungsi utama akar bukan untuk menyerap
unsur hara.

b. Batang
Batang Nepenthes spp. termasuk batang memanjat (Scandens), Penunjang
dapat berupa benda mati atau tumbuhan lain. Pada saat memanjat batang
menggunakan alat khusus untuk berpegangan, berupa sulur daun.Bentuk batang
Nepenthes spp. bervariasi ada yang segitiga, segiempat, membulat, bersudut, dan
lain-lain, tergantung jenis nya.Diameter batang pun sangat kecil yaitu antara 3-30
mm dengan warna bervariasi yaitu hijau, merah, ungu tua (Clarke, 2001).

c. Daun dan kantung
Menurut Purwanto (2007), variasi beberapa bentuk kantung Nepenthes spp.
adalah bentuk tempayan, bentuk telur, bentuk silinder, bentuk corong, dan
bentuk pinggang yang ditunjukkan pada Gambar 4 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

19

a

b

c

d

e

Gambar 2. Berbagai variasi bentuk kantung Nepenthes : a) bentuk tempayan, b) bentuk
telur, c) bentuk silinder, d) bentuk corong, dan e) bentuk pinggang.

Sulur daun (Tendril) adalah bagian yang menghubungkan kantung dengan
helaiaan daun. Panjangnya berbeda antara kedua jenis kantung.Kantung atas
biasanya memiliki sulur daun yang lebih panjang dibandingkan dengan kantung
roset (JGNC, 2000).
Bentuk daun Nepenthes spp. rata-rata lanset (Ovatus) dan lonjong
(Oblongus). Permukaan daun licin dan tidak berbulu.Tepi daun bervariasi, ada
yang rata, bergelombang dan bergerigi. Dari ujung daun muncul kantung dengan
bermacam-macam bentuk tergantung jenisnya. Menurut Mansur (2006), kantung
Nepenthes spp. dibedakan menjadi tiga yaitu kantung roset, kantung bawah dan
kantung atas. Kantung roset keluar dari ujung daun roset.Kantung atas keluar dari
ujung daun bagian atas, berbentuk corong, pinggang atau silinder, dan tidak
memiliki sayap. Bentuk tersebut memungkinkan serangga yang sedang terbang
pun dapat terperangkap oleh kantung. Kantung bawah muncul dari ujung daun
bagian bawah dan biasanya menyentuh tanah. Kantung bawah memiliki sayap
yang berfungsi sebagai tempat berpijak bagi serangga hingga mencapai mulut
kantung. Kantung merupakan alat pencernaan tanaman. Di dalam kantung,
serangga akan terbenam dalam cairan kantung. Cairan tersebut mengandung ion -

Universitas Sumatera Utara

20

ion positif sehingga bersifat asam, juga mengandung enzim proteolase, dan enzim
kitinase (Purwanto, 2007).

Penyebaran Nepenthes
Nepenthes dapat dijumpai mulai dari puncak gunung sampai pinggir
pantai, dengan ketinggian tempat mulai dari 0 – 3.000 m dpl. Dilihat dari segi
geografis, Nepenthes tumbuh di daerah tropis yang basah dan tersebar mulai dari
Madagaskar, Kepulauan Seychelles, Srilanka, India, Cina, Asia Tenggara, Papua,
Australia, dan Kaledonia Baru (Adrian, 2011).
Sumatera merupakan wilayah terbesar kedua dari penyebaran Nepenthes
spp. setelah Kalimantan. Saat ini hanya beberapa jenis alami saja dari Nepenthes
spp. yang ada di Sumatera yang telah teridentifikasi seperti N. adnat,N.
albomarginata, N. ampullaria, N. angasanensis, N. aristolochioides, N. bongso,
N. gracilis, N. diata, N. dubia, N. custachia, N. inermis, N. jacavelineae, N.
mirabilis, N. pactinata, N. raflesiana, N. reinwardtiana, N. spathulata, N.
sumatrana, N. tobaica dan masih ada beberapa jenis lagi yang merupakan
silangan alami. Habitat alami dari jenis Nepenthes sp. di Sumatera setiap tahunnya
semakin terancam, baik oleh pembalakan liar, kebakaran hutan maupun konversi
lahan hutan (Azwar, dkk., 2007).
Lokasi penelitian berada di dataran tinggi yang berada di ketinggian
1200 m dpl sampai 1500 m dpl. Tidak semua lokasi penelitian ditemukan jenis
Nepenthes yang sama. Jenis Nepenthes yang tumbuh sesuai dengan kondisi tanah
dan vegetasi yang ada. Setiap lokasi penelitian mewakili perbedaan ketinggian
dan vegetasi. Penyebaran Nephentes pada setiap lokasi dapat dilihat pada tabel 1.

Universitas Sumatera Utara

21

Tabel 1. Penyebaran Nepenthes pada setiap lokasi penelitian.
No .

Jenis

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nepenthes bongso Korth.
Nepenthes ovata Nerz dan Wistuba
Nepenthes reinwardtiana Miq.
Nepenthes rhombicaulis Sh. Kurata
Nepenthes sumatrana Miq.
Nepenthes tobaica Danser.

Lokasi penelitian
I
II
III
(1200 m dpl) (1400 m dpl) (1500 m dpl)
×
×

×


×


×


×
×

×



Pada ketinggian 1300 m dpl tidak ditemukan jenis Nepenthes.Pada
ketinggian ini tidak dilakukan pengambilan sampel. Kondisi lokasi pada
ketinggian 1300 m dpl adalah vegetasi dengan kerapatan yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan lokasi I dan lokasi III (Fadila, 2009).

Habitat Nepenthes
Nepenthes spp. hidup di tempat-tempat terbuka atau agak terlindung di
habitat yang miskin unsur hara dan memiliki kelembaban udara yang cukup
tinggi.Nepenthes spp. bisa hidup di hutan hujan tropik dataran rendah, hutan
pegunungan, hutan gambut, hutan kerangas, gunung kapur, dan padang savana.
Ketinggian tempat tumbuhnya, Nepenthes spp. dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu :Nepenthesspp. dataran rendah, menengah, dan dataran tinggi. Karakter dan
sifat Nepenthes spp. berbeda pada tiap habitat. Pada habitat yang cukup ekstrim
seperti di hutan kerangas yang suhunya bisa mencapai 30º C pada siang hari,
Nepenthes spp. beradaptasi dengan daun yang tebal untuk menekan penguapan air
dari daun.Sementara Nepenthes spp. di daerah savana umumnya hidup terestrial,
tumbuh tegak dan memiliki panjang batang kurang dari 2 m (Azwar, 2002).
Menurut Azwar, dkk (2007), Sumatera merupakan wilayah terbesar kedua
dari penyebaran Nepenthes spp. setelah Kalimantan. Saat ini hanya beberapa jenis

Universitas Sumatera Utara

22

alami saja dari Nepenthes spp. yang ada di Sumatera yang telah teridentifikasi
seperti N. adnat, N. albomarginata, N. ampullaria, N. angasanensis, N.
aristolochioides, N. bongso, N. gracilis, N. diata, N. dubia, N. custachia, N.
inermis, N. jacavelineae, N. mirabilis, N. pactinata, N. raflesiana, N.
reinwardtiana, N. spathulata, N. sumatrana, N. tobaica dan masih ada beberapa
jenis lagi yang merupakan silangan alami. Habitat alami dari jenis Nepenthes sp.
di Sumatera setiap tahunnya semakin terancam, baik oleh pembalakan liar,
kebakaran hutan maupun konversi lahan hutan.
Menurut Fadila (2013) di Cagar Alam Dolok Sibual buali ditemukan 6
jenis Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual-buali yaitu N. bongso, N. ovate, N.
reinwardtiana, N. rhombicaulis, N. sumatrana,dan N. tobaica dengan jenis yang
paling dominan adalah Nepenthesreinwardtiana. Serta penelitian lainnya yang
sebelumnya dilakukan di Sumatera Utara yaitu di Taman Wisata Alam Sicikehcikeh oleh Dariana pada tahun 2009 telah ditemukan 7 jenis Nepenthes yang
terdiri dari N. reinwardtiana, N. tobaica, N. spectabilis, N. rhombicaulis, N.
rigidifolia, dan 2 spesies hibrid alami yaitu N. reinwardtiana x N. spectabilis dan
N. reinwardtiana x N. tobaica. Penelitian yang dilakukan oleh Sufrizal pada tahun
2011 di Wisata Alam Taman Eden ditemukan 9 jenis Nepenthes yang terdiri dari
N. reinwardtiana, N. tobaica, N. spectabilis, N. rhombicaulis, N. ovata, N.
ampularia, dan 3 jenis diantaranya merupakan spesies hibrid alami yaitu N.
reinwardtiana x N. spectabilis,N. reinwardtiana x N. tobaica, dan N. rhombicaulis
x N. ovata. Jumlah Nephentes dalam persen dapat dilihat pada tabel 2.

Universitas Sumatera Utara

23

Tabel 2. Nilai jenis Nepenthes spp. dalam persen dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
No.
Jenis
1.
Nepenthes bongso Korth.
2.
Nepenthes ovata Nerz dan Wistuba
3.
Nepenthes reinwardtiana Miq.
4.
Nepenthes rhombicaulis Sh. Kurata
5.
Nepenthes sumatrana Miq.
6.
Nepenthes tobaica Danser.
Jumlah

Jumlah
27
78
152
85
22
103
467

Persentase
5.78
16.70
32.55
18.20
4.71
22.06
100

Pada Tabel 2 dapat diketahui jenis yang paling tinggi persentase jumlahnya
adalah N. reinwardtiana yaitu 32,55% diikuti oleh N. tobaica sebesar 22,06%.
Selanjutnya N. rhombicaulis memiliki persentase jumlah sebesar 18,20%, N. ovata
sebesar 16,70%, N. bongso sebesar 5,78%, dan jenis dengan persentase jumlah paling
kecil adalah N. sumatrana.Pada lokasi II faktor fisik lingkungannya sangat berbeda

dengan lokasi I dan lokasi III, perbedaan faktor fisik dipengaruhi oleh rapatnya
vegetasi pohon sehingga mempengaruhi iklim mikro diantaranya intensitas cahaya
lebih rendah. Keadaan seperti ini tentu sangat berpengaruh pada keanekaragaman
dan jumlah rumpun Nepenthes (Fadila, 2009).

Universitas Sumatera Utara