Peran Ganda Istri Nelayan dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Kasus: Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Peran Istri
Kata peran diambil dari istilah teater dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kelompok-kelompok masyarakat. Peran adalah bagian yang
dimainkan pada setiap keadaan, dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan
diri dengan keadaan (Wolfman, 1989).
Adapun deksripsi mengenai peranan menurut Subandiroso (1987) adalah tingkah
laku yang diharapkan diperbuat seseorang sesuai dengan status yang tergantung
pada kedudukan yang dimilikinya. Peranan erat kaitannya dengan pelaksanaan
fungsi dan penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat sesuai dengan
kedudukannya.
Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi atau
tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat merupakan unsur yang statis yang menunjukkan tempat individu
dalam organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi
penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah seseorang
menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu

peranan (Soekanto, 2002).
Kaum wanita memiliki peranan yang berupa peran wanita sebagai ibu, sebagai
istri, sebagai individu wanita, dan sebagai anggota masyarakat. Setiap unsur peran
yang dimiliki memerlukan tanggung jawab yang berbeda dengan peran dirinya
7
Universitas Sumatera Utara

8

sebagai anggota masyarakat, dan akan berbeda pula dengan peran dirinya sebagai
individu. Meskipun demikian masing-masing unsur tersebut tidak boleh saling
bertentangan (Sujarwa, 2001).
Peran wanita setelah perkawinan adalah melahirkan, dimana peran ini dinamakan
peran reproduktif. Peran ini memang tidak bisa diganti oleh laki-laki karena
memang sifatnya kodrati, dan tidak bisa dihindari. Disamping melahirkan, wanita
secara tradisional harus melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak,
mencuci, membersihkan rumah, menjaga rumah, mengasuh anak, dan
mempersiapkan keperluan keluarga sehari-hari (Handayani, 2008).
Menurut Suwondo (1981), ada lima tugas utama wanita yang disebut panca tugas
wanita. Kelima panca tugas wanita itu adalah:

1. Sebagai istri supaya dapat mendampingi suami, sebagai kekasih dan sahabat
bersama-sama membina keluarga yang bahagia
2. Sebagai ibu pendidik dan pembina generasi muda supaya anak-anak dibekali
kekuatan rohani dan jasmani dalam menghadapi segala tantangan zaman dan
menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa
3. Sebagai ibu pengatur rumah tangga supaya rumah merupakan tempat aman
dan teratur bagi seluruh anggota keluarga
4. Sebagai tenaga kerja dan dalam profesi, bekerja di pemerintahan, perusahaan
swasta, dunia politik, berwiraswasta, dan sebagainya untuk menambah
penghasilan keluarga

Universitas Sumatera Utara

9

5. Sebagai anggota organisasi masyarakat terutama organisasi wanita, badanbadan sosial, dan sebagainya untuk menyumbangkan tenaga kepada
masyarakat.
Ibu memiliki areal pekerja domestik yang dapat diartikan oleh sebagian
masyarakat yang menyatakan secara sinis bahwa seorang ibu hanya sekedar
wanita yang memiliki tiga fungsi yaitu memasak, melahirkan anak, berhias, atau

hanya memiliki tugas dapur, sumur, dan kasur (Notopuro, 1983).
Menurut Sukri (2001) dalam budaya Jawa peran dan kedudukan wanita adalah
sebagai istri, pendamping suami dan sebagai ibu rumah tangga yang melahirkan,
menjaga, dan memelihara anak. Dalam Serat Candrarini dilukiskan wanita harus
bisa macak, manak, dan masak.
1. Macak
Yang berarti seorang perempuan harus bisa merias diri, berdandan, ataupun
berbusana yang sebaik-baiknya agar senantiasa tampak cantik, menarik dan
mempesona. Hal ini merupakan kewajiban pokok yang harus dijaga sebagai
bentuk perwujudan bekti dalam melayani suami. Dengan demikian, jika
perempuan selalu tampak menarik, ia akan membuat suami betah tinggal dirumah.
2. Manak
Pengertian tersebut tidak hanya sekedar mengandung, melahirkan, dan menyusui
saja tetapi juga menjaga, memelihara, dan mendidik anak. Kemampuan berhias
diri tampaknya bermuara kepada perempuan yang kedua ini karena dengan
menjaga kecantikannya seorang perempuan akan memiliki daya tarik bagi suami.

Universitas Sumatera Utara

10


3. Masak
Mengurusi dapur, karena mengurusi dapur perempuan sering disebut dengan
istilah kanca wingking. Namun, kepandaian memasak tidak hanya mengolah dan
menyediakan makan dan minum, tetapi juga mengatur anggaran belanja dengan
sebaik-baiknya. Sebagai wujud dari sikap bekti terhadap suami, dalam urusan
masak-memasak dan segala sesuatu yang berhubungan makan dan minum, istri
juga harus memperhatikan selera dan kesenangan suami
Menurut Kartodirdjo (1984), dalam lingkungan keluarga di suku Jawa, pria
berperan sebagai kepala keluarga, mempunyai kekuasaan sebagai pemberi
keputusan, menjadi pencari nafkah, menentukan status keluarga, dan memimpin
kerabat. Sedangkan, peranan wanita terbatas sebagai ibu terutama pendidikan
anak-anak dan pengaturan rumah tangga, sehingga ada istilah kanca wingking
(teman belakang) yang dipakai suami terhadap istri.
2.1.2 Peran Ganda Istri
Wanita yang bekerja dan sudah menikah berarti memiliki peran yang lebih dari
satu, yaitu di rumah dan di tempat kerja. Peran wanita yang lebih dari satu sebagai
ibu, istri, dan pekerja inilah yang disebut sebagai peran ganda (Gunarsa, 2000).
Menurut Mutawali (1987), peran seorang istri dapat dikembangkan dan dijabarkan
sesuai dengan fungsi serta perilakunya sebagai pengelola rumah tangga, sebagai

pencari nafkah tambahan, dan sebagai warga masyarakat.
1. Sebagai Pengelola Rumah Tangga
a. Mampu menciptakan rumah tangga yang tenang, sejuk, dan tentram
b. Selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan

Universitas Sumatera Utara

11

c. Pandai mengatur dan memanfaatkan waktu secara efisien
d. Mengatur kerapian letak perabotan rumah
e. Menyiapkan makanan sesuai dengan selera dan bergizi
f. Pandai berhemat, hidup sederhana, dan dapat menabung
2. Sebagai Pencari Nafkah Tambahan
a. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan agar dapat memberi
penghasilan tambahan untuk keluarga sesuai dengan kemampuannya
b. Mengembangkan potensi berwiraswasta dengan usaha-usaha ekonomi
produktif
c. Menggali, mengelola, dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada
3. Sebagai Warga Masyarakat

a. Sadar akan hak dan kewajibannya dan ikut berperan dalam pembangunan
b. Memelihara pergaulan hidup dan menjaga kerukunan bertetangga
c. Melestarikan asas-asas yang baik dan tumbuh dalam masyarakat
Menurut Lita (2014), peran istri menurut tujuannya dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
1. Peran publik, yaitu segala aktivitas manusia yang biasanya dilakukan diluar
rumah dan bertujuan untuk mendatangkan penghasilan. Peran yang dilakukan
para perempuan atau ibu rumah tangga karena ingin kondisi kesejahteraan yaitu
sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, persiapan materi berbagai
jaminan masa depan kehidupannya, ketentraman, dan keamanan.

Universitas Sumatera Utara

12

2. Peran domestik, yaitu aktivitas yang dilakukan di dalam rumah dan biasanya
tidak dimaksudkan untuk mendatangkan penghasilan, melainkan untuk
melakukan kegiatan kerumahtanggaan.
Pada dasarnya bagi wanita Indonesia, khususnya yang tinggal di daerah tertinggal
dan berekonomi miskin peran ganda bukanlah sesuatu yang baru. Bagi wanita

golongan ini peran ganda telah ditanamkan oleh para orang tua sejak masih
berusia muda, para remaja putri tidak dapat bermain secara bebas seperti layaknya
remaja

lainnya

karena

terbebani

kewajiban

bekerja

untuk

membantu

perekonomian keluarga (Soetrisno, 1997).
Hamid dalam Aryani (1994) menyatakan bahwa pada lapisan ekonomi rumah

tangga yang miskin, ada kecenderungan peran wanita sebagai pencari nafkah
semikin tinggi. Peran ini bukan untuk meningkatkan karir tetapi semata-mata
untuk kelangsungan hidup keluarga. Karena ada kecenderungan jika pendapatan
suami meningkat atau besar, maka curahan kerja istri untuk mencari nafkah
menurun. Adakalanya dalam rumah tangga keharusan istri bekerja di luar rumah
terhalang oleh tugas-tugas rumah tangga seperti mengasuh anak dan lain
sebagainya.
Istri mengambil peran publik sebagai bagian dari tanggung jawab menjaga
kelangsungan hidup rumah tangganya. Pengaturan aktivitas domestik dan publik
secara serasi telah memberikan kontribusi pada istri untuk memainkan peran yang
optimal dalam kedudukannya sebagai seorang istri, ibu anak-anak, dan tiang
ekonomi rumah tangga (Kusnadi, 2006).

Universitas Sumatera Utara

13

Jika dilihat berdasarkan budaya suku melayu, wanita suku melayu yang bekerja
saat ini, tidak terlalu dipermasalahkan karena perkembangan zaman serta kondisi
perekonomian yang menuntut, tetapi hal mendasar yang harus dimiliki wanita

melayu adalah mereka tetap tidak dapat melupakan kodratnya sebagai wanita dan
tetap menghormati pria sebagai pemimpin serta tidak melupakan tugas-tugasnya
sebagai seorang wanita dan ibu rumah tangga (Yusuf,2006).
Bagi masyarakat melayu pekerjaan dapat mengangkat status sosial seseorang.
Seseorang yang memiliki pekerjaan akan di hormati oleh masyrakatnya, dan di
jadikan tauladan. Sebaliknya, apabila orang yang malas bekerja, atau bekerja asal
jadi, tentu akan dilecehkan. Orang yang bekerja dengan keahliannya, bekerja
dengan cermat dan pengetahuan yang memadai, maka akan mendapatkan
kedudukan yang terhormat dalam masyarakat Melayu (Anonimous, 2011)
2.1.3 Pendapatan Keluarga
Pendapatan adalah sama dengan pengeluaran. Pendapatan yang dicapai oleh
jangka waktu tertentu senantiasa sama dengan pengeluaran jangka waktu tersebut.
Pendapatan senantiasa harus sama dengan pengeluaran karena kedua istilah ini
menunjukan hal yang sama hanya dipandang dari sudut pandang yang berbeda
(Winardi, 1975).
Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau
materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia.
Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota
rumah tangga dalam bentuk uang yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah
usaha rumah tangga atau sumber lain, dimana kondisi seseorang dapat diukur


Universitas Sumatera Utara

14

dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang
yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu
(Samuelson, 1995).
Pendapatan keluarga berasal dari tiga sumber yaitu berasal dari suami, istri dan
sumber lainnya. Menurut Mardiana (2004) pendapatan keluarga dapat dihitung
dengan cara menjumlahkan pendapatan istri, pendapatan suami dan pendapatan
anggota keluarga lainnya.
Pendapatan keluarga dapat juga diartikan sebagai jumlah penghasilan riil dari
seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga. Pendapatan keluarga
merupakan balas karya atau jasa atau imbalan yang diperoleh karena sumbangan
yang diberikan dalam kegiatan produksi. Pada umumnya pendapatan manusia
terdiri dari pendapatan nominal berupa uang dan pendapatan riil berupa barang
Secara konkritnya pendapatan keluarga berasal dari :
1. Usaha itu sendiri misalnya berdagang, bertani, membuka usaha sebagai

wiraswastawan
2. Bekerja pada orang lain misalnya sebagai pegawai negeri atau karyawan
3. Hasil dari pemilihan misalnya tanah yang disewakan dan lain-lain. Pendapatan
bisa berupa uang maupun barang misal berupa santunan baik berupa beras,
fasilitas perumahan dan lain-lain (Gilarso, 2008).
Pendapatan juga erat kaitannya dengan konsumsi dan tabungan. Menurut
Samuelson dan Nordhaus (1986), tabungan merupakan sebagian dari pendapatan
yang tidak dikonsumsi atau tabungan sama dengan pendapatan dikurangi dengan

Universitas Sumatera Utara

15

konsumsi. Penelitian empirik menunjukkan bahwa orang kaya menabung lebih
banyak daripada orang miskin. Pengertian lebih banyak di sini bukan hanya dalam
jumlah nominal, tetapi juga dalam bentuk persentase dari seluruh pendapatannya.
Orang yang sangat miskin sangat jelas tidak akan mampu menabung sama sekali
dan mungkin akan membelanjakan uang yang lebih banyak daripada
pendapatannya. Untuk menutupi seluruh kebutuhan hidupnya mereka akan
menggunakan tabungan yang sudah ada sebelumnya atau mengutang.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Teori Motivasi
Motivasi diartikan sebagai suatu kekuatan sumber daya yang menggerakkan dan
mengendalikan perilaku manusia. Motivasi sebagai upaya yang dapat memberikan
dorongan kepada seseorang untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki,
sedangkan motif sebagai daya gerak seseorang untuk berbuat, karena perilaku
seseorang cenderung berorientasi pada tujuan dan didorong oleh keinginan untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks pekerjaan, motivasi merupakan salah
satu faktor penting dalam mendorong seseorang untuk bekerja (Winardi, 2011).
Maslow dalam Siagian, (2004) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua
manusia memiliki kebutuhan pokok yang ditunjukan dalam 5 tingkatan yang
berbentuk piramid. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki
Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif
psikologis yang lebih kompleks, yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar
terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian
sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang
penting. Adapun gambaran hirarki kebutuhan Maslow adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

16

1. Physiology Needs (kebutuhan fisik dan biologis)
Merupakan

kebutuhan

yang

paling

utama

yaitu

kebutuhan

untuk

mempertahankan hidup seperti makan, minum, tempat tinggal dan bebas dari
penyakit. Selama kebutuhan ini belum terpenuhi maka manusia tidak akan
tenang dan dia akan berusaha untuk memenuhinya.
2. Safety and Security Needs (kebutuhan keselamatan dan keamanan)
Merupakan kebutuhan akan kebebasan dari ancaman jiwa dan harta, baik di
lingkungan tempat tinggal mapun tempat kerja. Kebutuhan ini merupakan
tangga kedua dalam susunan kebutuhan.
3. Affiliation or Acceptance Needs (kebutuhan sosial)
Merupakan kebutuhan akan perasaan untuk diterima oleh orang lain di
lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja, kebutuhan akan dihormati,
kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal, dan kebutuhan akan ikut serta.
4. Esteem or Status Needs (kebutuhan akan penghargaan)
Merupakan kebutuhan akan penghargaan diri atau penghargaan prestise dari
orang lain.
5. Self Actualization Needs (kebutuhan aktualisasi diri)
Merupakan realisasi lengkap potensi seorang secara penuh. Untuk pemenuhan
kebutuhan ini biasanya seorang bertindak bukan atas dorongan orang lain,
tetapi atas kesadaran dan keinginan diri sendiri.
2.2.2 Motivasi Berperan Ganda
Ada beberapa faktor yang mendorong wanita untuk bekerja, antara lain adanya
kemauan wanita untuk mandiri dibidang ekonomi yaitu berusaha membiayai
kebutuhan hidupnya dan mungkin juga kebutuhan orang lain yang menjadi

Universitas Sumatera Utara

17

tanggungannya dengan penghasilannya sendiri, adanya kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga disamping penghasilan suami, dan untuk
meningkatkan penghasilan keluarga (Sajogyo, 1985).
Menurut Mardikanto (1990) alasan mengapa wanita mengalokasikan waktunya
untuk bekerja, yaitu :
1.

Untuk menambah pendapatan keluarga (family income), terutama jika
pendapatan suami atau keluarga relatif kecil.

2.

Memiliki berbagai keunggulan (pendidikan, keterampulan, model relasi, dan
lain-lain), sehingga merasa lebih efisien untuk meniti karir dibanding jika
hanya melakukan pekerjaan rumah tangga.

3.

Untuk menunjukkan eksistensinya sebagai manusia (aktualisasi diri) bahwa
perempuan mampu berprestasi

4.

Untuk memperoleh status atau kekuasaan lebih besar di dalam kehidupan
rumah tangganya.

Adapun menurut Juliana (2009) motif yang melandasi tingginya tingkat
keterlibatan wanita dalam bekerja di antaranya adalah:
1. Kebutuhan finansial/ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga seringkali memaksa perempuan untuk ikut bekerja
untuk menambah penghasilan keluarga. Seringkali kebutuhan pokok rumah
tangga yang begitu besar dan mendesak, membuat suami dan istri harus bekerja
untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kondisi tersebut membuat sang istri
tidak mempunyai pilihan lain kecuali ikut mencari pekerjaan di luar rumah.

Universitas Sumatera Utara

18

2. Kebutuhan sosial
Perempuan memilih untuk bekerja karena mempunyai kebutuhan sosial relasional
yang tinggi. Tempat kerja mereka sangat mencukupi kebutuhan mereka tersebut.
Dalam diri mereka tersimpan suatu kebutuhan akan penerimaan sosial, akan
adanya identitas sosial yang diperoleh melalui komunitas kerja. Bergaul dengan
rekan-rekan di kantor menjadi agenda yang lebih menyenangkan dari pada tinggal
di rumah.
3. Kebutuhan aktualisasi diri
Bekerja adalah salah jalan yang dapat digunakan oleh manusia dalam menemukan
makna hidupnya. Dengan berkarya, berkreasi, mencipta, mengekspresikan diri,
mengembangkan diri, membagikan ilmu dan pengalaman, menemukan sesuatu,
menghasilkan sesuatu serta mendapatkan penghargaan, penerimaan, prestasi
adalah bagian dari proses penemuan dan pencapaian pemenuhan diri melalui
profesi atau pun karir. Bekerja merupakan suatu pilihan yang banyak diambil oleh
para perempuan di zaman sekarang terutama dengan makin terbukanya
kesempatan yang sama pada perempuan untuk meraih jenjang karir yang tinggi.
Perempuan sebagai individu yang bebas juga memiliki harapan-harapan,
kebutuhan-kebutuhan, minat-minat, dan potensinya sendiri. Menurut pandangan
psikologis humanistik, yang menenkankan nilai positif manusia, perempuan juga
membutuhkan aktualisasi diri yang seoptimal mungkin demi pengembangan
dirinya, yaitu sesuatu yang pada akhirnya juga membawa dampak positif pada
pengembangan umat manusia secara umum (Poewandari, 1995).

Universitas Sumatera Utara

19

2.2.3 Penggunaan waktu
Penggunaan waktu bekerja wanita dapat dibagi dalam dua pola yaitu pekerjaan
rumah tangga dan pola pencari nafkah. Dari hasil penelitian di dua desa di Jawa
Barat dan dua desa di Jawa Tengah disimpulkan bahwa jumlah jam kerja rata-rata
yang dipergunakan wanita untuk mencari nafkah lebih kecil dibandingkan dengan
jam kerja pria untuk melakukan kegiatan yang sama. Tingkat penghasilan
keluarga mempengaruhi pengaturan waktu wanita. Pekerja wanita dari rumah
tangga berpenghasilan rendah cenderung untuk menggunakan lebih banyak
waktunya untuk aktivitas produktif dibandingkan wanita dari rumah tangga yang
berpenghasilan tinggi (Jume’edi, 2005).
Keterlibatan wanita dalam pencarian nafkah menyebabkan waktu yang dicurahkan
dalam kegiatan rumah tangga berkurang dan diperlukan adanya pembagian kerja
di antara seluruh anggota keluarga. Waktu yang dicurahkan seorang wanita dalam
kegiatan pencarian nafkah mendapatkan imbalan berupa pendapatan sehingga
seorang wanita dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga
(Eliana, 2012).
2.3 Penelitian Terdahulu
Noor Aspasia (2013) dalam penelitiannya tentang “Peran Ganda, Curahan Waktu
Kerja, Dan Kontribusi Ekonomi Istri Pada Keluarga Petani” menunjukkan bahwa
peran pada sektor domestik yang melingkupi kegiatan mengenai pengelolaan
rumah tangga, pengasuhan, dan sebagainya didominasi oleh istri. Peran pada
sektor publik yang melingkupi kegiatan luar rumah seperti bekerja diladang
dilakukan bersama antara suami dan istri. Dalam memprioritaskan antara

Universitas Sumatera Utara

20

pekerjaan dan keluarga istri lebih memilih keluarga dibanding pekerjaan sehingga
contoh belum mampu menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Rata-rata
waktu kerja yang dialokasikan istri selama 6 jam 6 menit. Rata-rata kontribusi
ekonomi istri sudah cukup menambah pendapatan keluarga dengan persentase
sebesar 33,54%
Erna Puspita Nursanti (2007) dalam penelitianya tentang “Peran Istri Nelayan
Terhadap Pendapatan Rumah tangga Nelayan Di Kelurahan Karangsari
Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban” didapatkan bahwa besarnya pendapatan
yang diperoleh istri nelayan yang bekerja pada sektor informal di Kelurahan
Karangsari bervariasi yakni berkisar antara kurang dari satu juta rupiah sampai
dengan seratus ribu rupiah. Perbedaan pendapatan yang begitu tinggi ini
disebabkan oleh perbedaan jenis pekerjaan. Sumbangan pendapatan istri nelayan
terhadap pendapatan rumah tangga/keluarga diwujudkan dalam bentuk uang.
Sumbangan istri nelayan terhadap pendapatan keluarga dikatakan besar yaitu
sebesar 39,57% sehingga sumbangan tersebut sangat berarti bagi kemapanan
perekonomian keluarga.
Roma Y.F. Hutapea (2012) dalam penelitiannya mengenai “Peranan Wanita
Nelayan (Istri Nelayan) Jaring Insang Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga
Di Desa Bejaen, Perairan Rawa Pening Kecamatan Ambarawa Kabupaten
Semarang“ didapatkan bahwa pendapatan wanita yang bekerja di berbagai sektor
usaha memiliki penghasilan rata-rata Rp 634.000 perbulan dengan kontribusi
terhadap pendapatan keluarga sebesar 37,11%. Pendapatan wanita nelayan
terbesar perbulan Rp 2.000.000 dengan kontribusi sebesar 75,48% terhadap

Universitas Sumatera Utara

21

pendapatan keluarga dan pendapatan terendah Rp 300.000 dengan kontribusi
sebesar 26% tehadap pendapatan keluarga.
Ummi L. Y. (2015) dalam penelitiannya mengenai “Partisipasi Istri Nelayan
Pandega Sebagai Pengupas Ranjungan Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan
Keluarga Di Kelurahan Pacar Kecamatan Rebang Kabupaten Rembang”
didapatkan kontribusi pendapatan informan terhadap pendapatan keluarga masih
relatif kecil yaitu 29,82% dari total pendapatan keluarga. Hal ini menunjukkan
bahwa pendapatan istri nelayan berpengaruh kecil terhadap pendapatan keluarga.
Meskipun pendapatan keluarga mengalami peningkatan tetapi peran aktif istri
nelayan dalam kegiatan produktif belum mampu mensejahterakan keluarganya.
Pekerjaan para istri nelayan masih bersifat tradisional belum bisa berkembang
yang masih berupa pengupas rajungan biasa tanpa diolah lebih lanjut.
Lita Saragih (2014) dalam penelitiannya tentang “Peran Perempuan di Sektor
Domestik dan Sektor Publik (Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara III
Medan)” didapatkan bahwa motivasi dan tujuan yang mendorong wanita untuk
bekerja adalah faktor ekonomi. Wanita pekerja di PTPN III umumnya sudah
bekerja sebelum mereka menikah. Kemudian setelah mereka menikah ditambah
dengan keadaan suami yang berpenghasilan rendah sehingga tidak mampu
menanggulangi

kehidupan

keluarga.

Ada

juga

sebagian

suami

yang

berpenghasilan cukup namun terdapat motivasi-motivasi lain yang membuat
wanita berkiprah di sektor publik. Motivasi lainnya seperti pendidikan wanita
yang cenderung sudah tinggi sehingga membuat wanita ingin mengaplikasikan
pendidikan tersebut dalam hal bekerja.

Universitas Sumatera Utara

22

2.4. Kerangka Pemikiran
Pada keluarga nelayan dengan jumlah pendapatan yang tergolong rendah dan
tidak tetap, istri akan cenderung untuk ikut bekerja demi memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga. Istri yang bekerja akan menjalani suatu peran ganda yaitu
peran domestik (mengurus rumah tangga) dan peran publik (bekerja). Peran ganda
yang dijalani istri nelayan mengharuskan istri nelayan untuk membagi waktunya
antara mengurus rumah tangga dan bekerja.
Istri nelayan yang memilih untuk berperan ganda akan menghasilkan pendapatan
dari penggunaan waktu yang diberikannya untuk bekerja. Besarnya pendapatan
istri nelayan dihitung sebagai kontribusi pendapatan keluarga.
Selain itu dalam melakukan peran ganda ini istri nelayan termotivasi oleh fakotrfaktor tertentu. Adapun faktor motivasi istri nelayan untuk berperan ganda
diantaranya adalah kebutuhan ekonomi, kebutuhan sosial dan kebutuhan
aktualisasi diri. Faktor-faktor motivasi istri nelayan untuk berperan ganda ini akan
dilihat pengaruhnya terhadap pendapatan istri nelayan.

Universitas Sumatera Utara

23

Peran Ganda Istri Nelayan

PenggunaanWaktu
Mengurus RT

Penggunaan Waktu
Bekerja / Berusaha

Pendapatan istri
nelayan

Faktor Yang Memotivasi
Berperan Ganda :
1. Kebutuhan Ekonomi
2. Kebutuhan Sosial
3. Kebutuhan Aktualisasi
Diri

Keterangan :

Pendapatan
Anggota Keluarga

Pendapatan
Keluarga

Menyatakan Hubungan
Menyatakan Pengaruh

Gabar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

24

2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di
atas maka disusun hipotesis yang akan diuji kebenarannya sebagai berikut:
1. Penggunaan waktu istri nelayan lebih dominan digunakan untuk mengurus
rumah tangga dibandingkan untuk bekerja/berusaha.
2. Pendapatan istri nelayan dari hasil bekerja/berusaha berkontribusi kecil
terhadap pendapatan keluarga.
3. Faktor motivasi berperan ganda berpengaruh nyata terhadap pendapatan istri
nelayan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Peran Ganda Istri Nelayan dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Kasus: Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 5 100

Peran Ganda Istri Nelayan dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Kasus: Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 1 13

Peran Ganda Istri Nelayan dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Kasus: Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 1

Peran Ganda Istri Nelayan dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Kasus: Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 6

Peran Ganda Istri Nelayan dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Kasus: Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 4

Peran Ganda Istri Nelayan dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Kasus: Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 22

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan Ikan Tangkap (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 13

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan Ikan Tangkap (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 2

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan Ikan Tangkap (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 6

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan Ikan Tangkap (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 24