Pengaruh Return On Assets, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio, Dan Firm Size Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Terbuka Di Bursa Efek Indonesia

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman telah banyak membawa perubahan. Kemajuan
teknologi saat ini dan perkembangan dunia usaha dalam memasuki pasar bebas
telah menciptakan tingkat persaingan yang tinggi antar perusahaan. Hal ini
menimbulkan

tantangan

mempertahankan

tersendiri

posisinya

dan


bagi
untuk

setiap

perusahaan

menjaga

untuk

kelangsungan

bisa
hidup

perusahaannya.
Persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen
perusahaan untuk menampilkan performa terbaik dari perusahaan yang
dipimpinnya, karena baik buruknya performa perusahaan akan berdampak

terhadap nilai pasar perusahaan dan juga mempengaruhi minat investor untuk
menanam atau menarik investasinya dari perusahaan tersebut. Baik buruknya
performa dari sebuah perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan
itu sendiri.
Hal ini menimbulkan dua kepentingan antara manajemen dengan investor.
Manajemen ingin menampilkan bahwa perusahaannya memiliki performa yang
baik. Dan investor yang lebih menyukai berinvestasi pada perusahaan dengan laba
yang stabil, karena dianggap lebih aman. Hal ini terdapat pada teori keagenan.
Teori keagenan (agency theory) memiliki asumsi bahwa masing-masing individu
semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan
konflik kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent). Pihak

1
Universitas Sumatera Utara

2

principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan

profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan

pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal
memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Konflik
kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat
memonitori aktivitas agent sehari-hari untuk memastikan bahwa agent bekerja
sesuai dengan keinginan pemegang saham.
Dan asimetri informasi dapat terjadi ketika manajer memiliki informasi
internal perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif
lebih cepat dibandingkan pihak eksternal tersebut. Asimetri informasi dan konflik
kepentingan yang terjadi antara principal dan agent untuk menyajikan informasi
yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut
berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Asimetri informasi antara manajemen
(agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada
manajer untuk melakukan perilaku yang tidak semestinya (disfunctional
behaviour).

Manajer dapat melakukan tindakan disfunctional behaviour melalui laba
perusahaan. Karena laba merupakan salah satu informasi yang sangat penting
dalam laporan keuangan untuk pengambilan keputusan, dan sering digunakan
sebagai dasar dalam penentuan kompensasi manajemen (Hapsari, 2012). Laba
merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan

keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun pihak eksternal
perusahaan, karena melalui laba dapat dinilai tingkat kinerja manajemen, tingkat

Universitas Sumatera Utara

3

kemampuan menghasilkan laba dalam jangka waktu panjang, serta tingkat resiko
investasi dalam perusahaan tersebut. Hal ini menjadikan perhatian investor dan
calon investor terpusat pada laba suatu perusahaan. Maka dari itu, manajer dapat
melakukan tindakan disfunctional behaviour melalui tindakan perekayasaan laba
(earning mangement) .
Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi
kredibilitas laporan keuangan. Secara umum, para praktisi, para pelaku ekonomi,
pemerintah, asosiasi profesi, dan lainnya, beranggapan bahwa pada dasarnya
manajemen laba (earning mangement) merupakan perilaku opurtunis seorang
manajer untuk mempermainkan angka-angka dalam laporan keuangan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapainya. Perbuatan ini dikategorikan sebagai
kecurangan karena secara sadar dilakukan manajemen agar stakeholder yang
ingin mengetahui kondisi ekonomi perusahaan tertipu karena memperoleh

informasi palsu.
Sementara para akademis, beragumen bahwa pada dasarnya manjemen laba
merupakan dampak dari kebebasan seorang manajer untuk memilih dan
menggunakan metode akuntansi tertentu ketika mencatat dan menyusun informasi
dalam laporan keuangan. Meskipun setiap pihak berusaha mengungkapkan alasan
logis, sebenarnya terdapat satu benang merah antara kedua pendapat itu, yaitu
kedua belah pihak menyepakati bahwa manajemen laba adalah upaya untuk
mengubah, menyembunyikan, dan menunda informasi keuangan.
Menurut Scott (2009:405) terdapat 4 pola manajemen laba, yaitu: Taking a
Bath, Income Minimization, Income Maximization dan Income Smoothing. Dari

Universitas Sumatera Utara

4

keempat jenis strategi manajemen laba tersebut, perataan laba (Income
Smoothing) merupakan strategi yang banyak digunakan manajemen dalam

merekayaasa laporan keuangannya.
Perataan laba merupakan suatu perilaku yang rasional yang didasarkan atas

asumsi dalam positive accounting theory bahwa manajemen (agent) merupakan
individual yang rasional yang memperhatikan kepentingannya. Hal ini juga
sejalan dengan teori keagenan yang mana pihak agent mementingkan dirinya
sendiri dan manajemen dapat leluasa melakukan praktik perataan laba untuk
memanipulasi laba perusahaan agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu
berbeda dengan jumlah laba periode sebelumnya.
Income smoothing merupakan pola manajemen laba yang dilakukan

perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat
mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih
menyukai laba yang relatif stabil. Dan investor tetap merasa aman dalam
menginvestasi dananya di perusahaan tersebut. Tindakan ini menyebabkan
pengungkapan informasi mengenai penghasilan laba menjadi menyesatkan. Oleh
karena itu, akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan
keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, khususnya
pihak eksternal (Hasanah, 2013). Motivasi lainnya dinyatakan dalam penelitian
Dewi (2012) bahwa tindakan manajemen untuk melakukan perataan laba untuk
memberikan kesan baik kepada pemilik dan kreditor terhadap kinerja manajemen
dengan menghasilkan profit yang stabil, dan untuk menjaga posisi mereka dalam
perusahaan.


Universitas Sumatera Utara

5

Perusahaan

manufaktur

merupakan

perusahaan

yang

mempunyai

karakteristik utama mengolah sumber daya menjadi barang jadi melalui proses
pabrikasi. Perusahaan manufaktur termasuk emiten terbesar dari seluruh
perusahaan yang listing di BEI. Selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015

terdapat 142 perusahaan. Perusahaan manufaktur sebagai emiten terbesar
mempunyai peluang yang besar dalam memberikan kesempatan bagi para pelaku
pasar atau investor untuk berinvestasi. Hal ini menjadikan perusahaan manufaktur
selalu mendapatkan perhatian dan sorotan para pelaku pasar. Dari deskriptif
mengenai perusahaan manufaktur tersebut maka tidak menutup kemungkinan
terdapat indikasi manajemen dari beberapa perusahaan manufaktur melakukan
tindakan perataan laba. Hal tersebut dapat dilihat dari laporan laba-rugi dari
beberapa perusahaan menunjukkan besarnya laba yang relatif tidak stabil dari
tahun ke tahun.
Tabel 1.1
Data Net Sales dan Profit (Loss) After Tax Perusahaan Manufaktur
Terbuka Di Bursa Efek Indonesia (dalam jutaan rupiah)
No.

Net Sales

Perusahaan

PT. Supreme
Cable

1.
Manufacturing
& Commerce
PT. Voksel
2.
Electrik Tbk.
PT. Indospring
3.
Tbk.
PT. Kabelindo
4.
Murni Tbk.
PT. Jakarta
Kyoei Steel
5.
Works Tbk.
Sumber: www.idx.co.id

Profit (Loss) After Tax


2013

2014

2015

2013

2014

2015

5.751.042

3.703.268

3.533.081

104.962


137.619

159.120

2.510.818

2.003.353

1.597.736

39.093

(86.571)

277

1.702.447

1.866.977

1.659.506

147.608

127.820

1.934

1.032.787

919.538

967.710

7.678

20.499

12.760

91.708

86.480

142.408

(7.969)

(9.632)

(23.097)

Universitas Sumatera Utara

6

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa terdapat hal tidak
konsisten pada net sales dan profit (loss) after tax di beberapa perusahaan
manufaktur terbuka di Bursa Efek Indonesia.
PT. Supreme Calbe Manufacturing & Commerce mengalami penurunan
penjualan dari tahun 2013-2014 akan tetapi profit after tax mengalami kenaikan
signifikan pada tahun yang sama. PT. Voksel Electrik Tbk. terus mengalami
penurunan net sales dari tahun 2013-2015, sehingga mengalami kerugian pada
tahun 2014, namun pada tahun 2015 perusahaan berhasil memperoleh laba
walaupun net salesnya masih terus menurun drastis. PT. Indospring Tbk.
mengalami kenaikan net sales dari tahun 2013-2014 tetapi profit after tax
mengalami penurunan. PT. Kabelindo Murni Tbk. mengalami penurunan net sales
dari tahun 2013-2014 tetapi profit after tax mengalami kenaikan yang signifikan
pada tahun 2013-2014.
PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. mengalami kenaikan net sales dari
tahun 2014-2015 akan tetapi terdapat penurunan drastis bahkan kerugian pada
tahun yang sama. Hal ini menunjukan ketidakkonsistenan hubungan antara net
sales dengan net income dan bertentangan dengan teori yang disampaikan oleh

Siregar dan Widhiastuti (2006) dalam Dewi (2012) yang menyatakan bahwa
semakin besar penjualan maka laba yang akan diperoleh akan semakin besar pula
karena penjualan merupakan faktor penentu perolehan laba.
Income smoothing hypotesis merupakan salah satu tindakan manajer yang

dapat menjelaskan manajemen laba, yaitu tindakan menaksir bahwa laba dapat
dimanipulasi untuk mengurangi fluktuasi sekitar tingkat yang dipertimbangkan

Universitas Sumatera Utara

7

normal bagi perusahaan (Bartov, 1993). Alasan perataan laba yang dilakukan oleh
manajemen menurut penelitian Budiasih (2009) yaitu: sebagai rekayasa untuk
mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan yang dapat
mengurangi utang pajak, dapat meningkatkan kepercayaan investor karena
kestabilan penghasilan dan kebijakan dividen sesuai dengan keinginan, dapat
mempererat hubungan antara manajer dan karyawan karena dapat menghindari
permintaan kenaikan upah atau gaji oleh karyawan, memiliki dampak psikologis
pada perekonomian.
Praktik perataan laba merupakan suatu fenomena umum dan banyak terjadi
di beberapa Negara (Dewi, 2012). Praktik perataan laba dapat menyebabkan
pengungkapan laba yang menyesatkan. Apabila pihak eksternal tidak menyadari
adanya praktik perataan laba ini maka laba hasil rekayasa tersebut dapat
menyebabkan distorsi dalam pengambilan keputusan. Di sisi lain yaitu dari pihak
manjemen, praktik perataan laba ini juga akan menimbulkan kerugian yaitu harga
saham perusahaan yang semula overvalued bisa menjadi undervalued apabila
pihak eksternal mengetahui bila informasi yang disajikan manajer tidak benar.
Dalam penelitian ini, faktor-faktor finansial perusahaan yang digunakan
dalam penelitian dilihat dari faktor Return on Assets (Iskandar, 2014), Net Profit
Margin (Siregar, 2016) dan Dewi (2014), Debt to Equity Ratio (Styaningrum,

2016), dan Firm Size (Prabayanti dan Yasa, 2010).
Return on Assets (ROA) diduga berpengaruh terhadap perataan laba, karena

jika perusahaan memiliki ROA yang tinggi, menandakan bahwa laba yang
diperoleh perusahaan tinggi. Perusahaan yang memiliki laba yang tinggi akan

Universitas Sumatera Utara

8

cenderung melakukan praktik laba karena perusahaan akan menurunkan laba saat
memperoleh laba yang tinggi (Iskandar, 2014). Sehingga ROA berpengaruh
terhadap praktik perataan laba. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan
(Styaningrum, 2016) bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan karena semakin
tinggi tingkat ROA maka perusahaan itu akan menjadi sorotan publik, sehingga
perusahaan kemungkinan berusaha untuk tidak melakukan perataan laba karena
akan membahayakan kredibilitas perusahaan.
Net Profit Margin (NPM) diduga berpengaruh terhadap tindakan perataan

laba karena margin ini terikat dengan objek perataan penghasilan (Siregar, 2016).
Semakin besar Net Profit Margin menunjukan kinerja perusahaan yang produktif
untuk memperoleh laba yang tinggi melalui tingkat penjualan tertentu serta
kemampuan perusahaan yang baik dalam menekan biaya-biaya operasional
(Dewi, 2012). Namun penelitian kontradiktif ditunjukan oleh Styaningrum (2016),
bahwa net profit margin tidak berpengaruh terhadap perataan laba karena
kemungkinan perusahaan menggunakan pendanaan hutang yang cukup besar,
sehingga struktur modalnya optimal dan menghasilkan laba yang relatif rendah.
Margin laba yang rendah menunjukan tidak ada masalah dalam operasi
perusahaan sehingga perusahaan memiliki tingkat pengembalian yang tinggi bagi
para pemegang saham.
Dari hasil penelitian Styaningrum (2016) menunjukkan bahwa Financial
Leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh

terhadap praktik perataan laba. Semakin tinggi DER maka perusahaan cenderung
melakukan praktik perataan laba karena perusahaan berusaha menjaga variabilitas

Universitas Sumatera Utara

9

labanya agar terhindar dari perjanjian hutang. Namun berbeda dengan penelitian
Prabayanti dan Yasa (2010),dan penelitian Chi-Yih Yang,et (2010) yang
menunjukan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan
laba. Karena perusahaan dalam sampel penelitannya memiliki hutang yang
rendah, sehingga dalam membiyai aktivanya perusahaan tidak bergantung pada
hutang.
Dari hasil penelitian Dewi (2014) menunjukan bahwa, ukuran perusahaan
berpengaruh signifikaan terhadap praktik perataan laba, karena perusahaan yang
berukuran besar cenderung untuk melakukan praktik perataan laba dibandingkan
dengan perusahaan kecil, untuk menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis
dan bertambahnya pajak. Namun, menurut penelitian Prabayanti dan Yasa (2010)
Firm Size atau ukuran perusahaan diproksikan dengan total aktiva tidak

berpengaruh terhadap perataan laba karena perusahaan yang besar tidak
selamanya diidentifikasi dengan padat modal tetapi bisa pada padat karya,
sehingga total aktiva kurang tepat untuk menjadi tolak ukur Firm Size perusahaan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang menunjukan adanya kenaikan dan
penurunan penjualan yang tidak konsisten dengan kenaikan dan penurunan laba,
serta adanya research gap yang terdapat dari beberapa penelitian terdahulu yang
menyatakan hasil yang berbeda atau tidak konsisten terhadap variabel yang sama
terhadap pengaruhnya pada praktik perataan laba diatas. Hal ini menarik peneliti
untuk melakukan penelitian kembali terhadap variabel – variabel tersebut, maka
peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh
Return on Assets, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio, dan Firm Size

Universitas Sumatera Utara

10

Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Terbuka
di Bursa Efek Indonesia.

1.2 Rumusah Masalah
Berdasarkan fenomena dari latar belakang masalah, maka rumusan masalah
dari penelitian ini adalah Apakah Return on Assets, Net Profit Margin, Debt to
Equity Ratio, dan Firm Size berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada

perusahaan manufaktur terbuka di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh Return on Assets, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio,
Firm Size terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur terbuka di

Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitan ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan dasar
pertimbangan dalam memutuskan apakah perusahaan perlu melakukan praktik
perataan laba atau tidak.
2. Bagi Investor

Universitas Sumatera Utara

11

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada para investor dan
pengguna laporan keuangan perusahaan mengenai perataan laba yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan, sehingga informasi tersebut diharapkan
dapat menjadi bahan pertimbangan dan panduan dalam pengambilan
keputusan.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat secara
keseluruhan mengenai perataan laba yang terjadi diberbagai perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan nantinya akan memacu adanya suatu penelitian yang
lebih baik mengenai perataan laba perusahaan. Penelitian ini juga diharapkan
dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan para peneliti mengenai
perataaan laba perusahaan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Return On Assets (Roa), Debt To Equity Ratio (Der) Dan Earning Per Share (Eps) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2010-2013

8 121 96

Analisis Pengaruh Return On Equity, Return On Assets Dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Retail Di Bursa Efek Indonesia

1 79 97

Pengaruh Return On Assets, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio, Dan Firm Size Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Terbuka Di Bursa Efek Indonesia

2 43 148

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, NET PROFIT MARGIN DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP RENTABILITAS MODAL SENDIRI Pengaruh Debt To Equity Ratio, Net Profit Margin Dan Return On Assets Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek I

0 3 16

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, NET PROFIT MARGIN DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP RENTABILITAS MODAL SENDIRI Pengaruh Debt To Equity Ratio, Net Profit Margin Dan Return On Assets Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek I

0 2 14

Pengaruh Return On Assets, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio, Dan Firm Size Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Terbuka Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Return On Assets, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio, Dan Firm Size Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Terbuka Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Return On Assets, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio, Dan Firm Size Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Terbuka Di Bursa Efek Indonesia

0 1 37

Pengaruh Return On Assets, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio, Dan Firm Size Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Terbuka Di Bursa Efek Indonesia

0 2 4

Pengaruh Return On Assets, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio, Dan Firm Size Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Terbuka Di Bursa Efek Indonesia

0 0 21