Pengaruh Return On Assets (Roa), Debt To Equity Ratio (Der) Dan Earning Per Share (Eps) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2010-2013

(1)

SKRIPSI

PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA

SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

TAHUN 2010-2013

OLEH

Sri Wahyuli Debora Sinaga 120522126

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Return On Assets (ROA), Debt to

Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) terhadapharga saham pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat iin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, November 2014 Yang membuat pernyataan,

Sri Wahyuli Debora Sinaga 120522126


(3)

ABSTRAK

PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA

SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

TAHUN 2010-2013

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui tentang pengaruh ROA, DER, dan EPS baik secara parsial atau simultan terhadap harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat oleh peneliti secara tidak lansung dari objek penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi. Variabel dependen yang digunakan adalah harga saham, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS). Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda untuk analisis statistik dan model regresi telah diuji terlebih dahulu dalam uji asumsi klasik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan Return On Assets (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa Return On Assets (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Kata Kunci: Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS) dan Harga Saham


(4)

ABSTRACT

THE EFFECT OF RETURN ON ASSETS (ROA), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) AND EARNINGS PER SHARE (EPS) ON

SHARE PRICE ON MINING COMPANY LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX)

YEAR 2010-2013

This study aims to test and find out about the effect of ROA, DER, and EPS either partially or simultaneously on share prices of mining companies listed on the Indonesian Stock Exchange 2010-2013.

The research is a quantitative study and the type of data used are secondary data obtained by researchers indirectly from the object of study. The data collection method used is the study documentation. The dependent variable used is the stock price, while the independent variables used were Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) and Earning Per Share (EPS). This study used multiple linear regression analysis for statistical analysis and regression models were tested first in the classical assumption.

The results showed that partially Earning Per Share (EPS) have a significant effect on stock prices while Return on Assets (ROA) and Debt to Equity Ratio (DER) had no significant effect on stock prices. Simultaneous testing indicates that the Return On Assets (ROA) and Debt to Equity Ratio (DER) and Earning Per Share (EPS) have a significant effect on stock prices.

Keywords: Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS) and stock price


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya berkat dan Kuasa-Nya lah penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Return On Assets (ROA), Debt To Equity Ratio (DER)

Dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Pada Perusahaan

Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2013”. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa pengarahan, bimbingan, bantuan, doa, dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses penyelesaian skripsi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuann dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, S.E., MAFIS., Ak., CPA selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak. Selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, S.E., M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak. selaku sekretaris


(6)

Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si., Ak. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, dan bimbingan dari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Kedua Orang Tua Penulis, Ayahanda Halomoan Sinaga, S.Pd dan Ibunda Purnama Sianipar, S.Pd serta Abang Ferry Indra Sinaga, S.T, Abang Aries Ricardo Sinaga, A.Md, Kakak Tri Ika Florida Sinaga, S.Farm dan Adik Panca Sinaga yang telah memberikan kasih sayang, didikan, perhatian, doa, serta dukungan moril dan materil kepada penulis.

6. Serta seluruh staf pengajar, staf Departemen Akuntansi, dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan penulis dalam pengetahuan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, November 2014 Penulis

NIM. 120922126


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Perumusan Masalah ...8

1.3 Tujuan Penelitian ...8

1.4 Manfaat Penelitian ...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ...10

2.1.1 Harga Saham ...10

2.1.1.1 Pengertian Harga Saham ...10

2.1.1.2 Pengertian Saham ...11

2.1.1.3 Jenis-Jenis Saham ...12

2.1.1.4 Analisis Saham ...14

2.1.1.5 Penilaian Saham ...16

2.1.1.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Harga Saham ...18

2.1.2 Return On Assets (ROA) ...20

2.1.2.1 Pengertian Return On Assets (ROA) ...20

2.1.2.2 Hubungan Harga Saham dengan Return On Assets (ROA) ...21

2.1.3 Debt to Equity Ratio (DER) ...22

2.1.3.1 Pengertian Debt to Equity Ratio (DER) ...22

2.1.3.2 Hubungan Harga Saham dengan Pengertian Debt to Equity Ratio (DER) ...23

2.1.4 Earning Per Share (EPS) ...24

2.1.4.1 Pengertian Earning Per Share (EPS) ...24

2.1.4.2 Hubungan Harga Saham dengan Earning Per Share (EPS) ...25

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ...27

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ...29

2.3.1 Kerangka Konseptual ...29


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ...32

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ...32

3.3 Jenis dan Sumber Data ...34

3.4 Metode Pengumpulan Data ...35

3.5 Defenisi Operasional ...35

3.6 Metode Analisis Data ...38

3.6.1 Uji Asumsi Klasik ...39

3.6.2 Metode Analisis Statistik ...43

3.6.3 Pengujian Hipotesis ...44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ...47

4.2 Analisis Hasil Penelitian ...48

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ...48

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ...49

4.2.2.1 Uji Normalitas ...49

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ...55

4.2.2.3 Uji Autokorelasi ...56

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas ...57

4.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda ...58

4.2.4 Pengujian Hipotesis ...60

4.2.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ...60

4.2.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ...61

4.2.4.3 Koefisien Determinasi (R2) ...63

4.3 Pembahasan ...65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...67

5.2 Keterbatasan ...68

5.3 Saran ...68

DAFTAR PUSTAKA ...69


(9)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

2.1 Ringkasan Peneliti Terdahulu ... 27

3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 33

3.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37

3.2 Hubungan Antar Variabel ... 46

4.1 Daftar Sampel Penelitian ... 47

4.2 Descriptive Statistics ... 48

4.3 One-Sample Kolmogorov-Simirnov Test ... 54

4.4 Coefficientsa ... 55

4.5 Model Summaryb ... 56

4.6 Coefficientsa ... 58

4.7 Coefficientsa ... 59

4.8 ANOVAb ... 61

4.9 Coefficientsa ... 62

4.10 Variables Entered/Removedb ... 63

4.11 Hubungan Antar Variabel ... 64


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 29

4.1 Histogram Dependent Variable ... 50

4.2 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual ... 51

4.3 Histogram Dependent Variabel ... 52

4.4 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual ... 53


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Populasi Penelitian ... 72

2 Data Variabel Penelitian

ROA, DER, EPS dan Harga Saham ... 78 3 Hasil Pengolahan Data SPSS 16.0 ... 80


(12)

ABSTRAK

PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA

SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

TAHUN 2010-2013

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui tentang pengaruh ROA, DER, dan EPS baik secara parsial atau simultan terhadap harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat oleh peneliti secara tidak lansung dari objek penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi. Variabel dependen yang digunakan adalah harga saham, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS). Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda untuk analisis statistik dan model regresi telah diuji terlebih dahulu dalam uji asumsi klasik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan Return On Assets (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa Return On Assets (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Kata Kunci: Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS) dan Harga Saham


(13)

ABSTRACT

THE EFFECT OF RETURN ON ASSETS (ROA), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) AND EARNINGS PER SHARE (EPS) ON

SHARE PRICE ON MINING COMPANY LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX)

YEAR 2010-2013

This study aims to test and find out about the effect of ROA, DER, and EPS either partially or simultaneously on share prices of mining companies listed on the Indonesian Stock Exchange 2010-2013.

The research is a quantitative study and the type of data used are secondary data obtained by researchers indirectly from the object of study. The data collection method used is the study documentation. The dependent variable used is the stock price, while the independent variables used were Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) and Earning Per Share (EPS). This study used multiple linear regression analysis for statistical analysis and regression models were tested first in the classical assumption.

The results showed that partially Earning Per Share (EPS) have a significant effect on stock prices while Return on Assets (ROA) and Debt to Equity Ratio (DER) had no significant effect on stock prices. Simultaneous testing indicates that the Return On Assets (ROA) and Debt to Equity Ratio (DER) and Earning Per Share (EPS) have a significant effect on stock prices.

Keywords: Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS) and stock price


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Harga saham merupakan salah satu indikator minat dari calon investor untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola usahanya. Kepercayaan investor atau calon investor sangat bermanfaat bagi emiten, karena semakin banyak orang yang percaya terhadap emiten maka keinginan untuk berinvestasi pada emiten semakin kuat. Semakin banyak permintaan terhadap saham suatu emiten maka dapat menaikkan harga saham tersebut. Sebaliknya, jika harga saham mengalami penurunan terus-menerus berarti dapat menurunkan nilai emiten dimata investor atau calon investor. Analisis mengenai harga saham yang biasa digunakan biasanya terdiri atas dua jenis yaitu analisis teknikal yang dipopulerkan oleh Charles H. Dow dengan The Dow Theory (Kodrat dan Kurniawan, 2010) dan analisis fundamental yaitu analisa ekonomi, analisa industri, dan analisa perusahaan.

Saham menjadi salah satu alternatif investasi di pasar modal yang paling banyak digunakan oleh para investor karena keuntungan yang diperoleh lebih besar dan dana yang dibutuhkan investor untuk melakukan investasi tidak begitu besar jika dibandingkan dengan obligasi. Tujuan perusahaan melakukan investasi saham adalah untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham dengan cara memaksimalkan nilai saham perusahaan yang pada akhirnya akan mencerminkan


(15)

harga saham tersebut. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki resiko yang tinggi sesuai dengan prinsip investasi yaitu low risk low return, high risk

high return. Seorang investor hendaknya benar-benar memahami tentang harga

saham dan kerap melakukan analisis harga saham terlebih dahulu agar tidak salah berinvestasi karena pergerakan harga suatu saham tidak dapat diperkirakan secara pasti.

Naik turunnya harga saham di pasar modal menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan berkaitan dengan isu naik turunnya nilai perusahaan itu sendiri. Krisis ekonomi global yang terjadi di tahun 2008 berdampak terhadap pasar modal Indonesia tercermin dari terkoreksi turunnya harga saham hingga 40-60 persen dari posisi awal tahun 2008 (Kompas, 25 November 2008), yang disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor asing yang membutuhkan likuiditas. Kondisi tersebut secara harfiah mempengaruhi nilai perusahaan karena nilai perusahaan itu sendiri jika diamati melalui kemakmuran pemegang saham yang dapat diukur melalui harga saham perusahaan di pasar modal. Index harga saham gabungan yang terkoreksi dari 1.757,258 pada awal Januari 2007 melemah ke basis point 1.256,704 pada awal September 2008 (Kompas, 25 November 2008). Hal ini juga tercermin dari banyaknya perusahaan yang mengalami penurunan laba sampai dengan mengalami kerugian sehingga menimbulkan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Harga saham dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Weston dan Brigham dalam Priatinah (2012) faktor yang mempengauhi harga saham adalah laba per lembar saham (Earning Per Share), tingkat suku bunga, jumlah kas


(16)

dividen yang diberikan, jumlah laba dari investasi yang didapat perusahaan

(Return On Asset) dan tingkat risiko seta pengembalian. Faktor lainnya yang dapat

mempengarahi pergerakan harga saham adalah faktor eksternal seperti penawaran dan permintaan, tingkat inflasi suatu negara, tingkat pajak, tingkat risiko, serta tingkat efisiensi pasar modal dapat mempengaruhi pergerakan harga saham.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, penulis akan menganalisis salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, yaitu kondisi perusahaan. kondisi perusahaan dalam hal ini diartikan sebagai kinerja keuangan perusahaan. kinerja perusahaan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena kinerja perusahaan berpengaruh dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah perusahaan mengalami perkembangan atau sebaliknya. Ukuran kinerja yang paling lama dan paling banyak digunakan adalah kinerja keuangan yang diukur dari laporan keuangan perusahaan. Analisis terhadap laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara perhitungan rasio keuangan. Jenis rasio keuangan yang sering digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan adalah rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio pasar.

Dengan melakukan analisis rasio keuangan, investor dapat mengetahui dan memprediksi harga saham suatu perusahaan berdasarkan kinerja keuangan dari perusahaan tersebut. Dalam hal ini, investor melakukan analisis fundamental dengan menggunakan beberapa data atau indikator seperti pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau pengembalian atas ekuitas (return on


(17)

sarana untuk menilai kinerja dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.

Yuliana (2007) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Return OnEquity (ROE), Net Profit Margin(NPM), Earning Per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ROE, EPS dan DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secaraparsial, penelitian menunjukan bahwa hanya ROE dan EPS yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Yurico (2010) menguji mengenai pengaruh

Cash Devidend Coverage, Operating Cash Flow per Share, Return on Equity,

Return on Assets, Total Assets Turnover dan EPS Terhadap Harga Saham Pada

Perusahaan Manufaktur di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Cash Devidend Coverage, Operating Cash Flow per Share, ROE, ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil uji secara parsial menunjukkan bahwa hanya EPS yang berpengaruh signifikan.

Pada tahun berikutnya, Priatinah (2012) menguji mengenai Pengaruh

Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS) dan Deviden Per Share

(DPS) terhadap harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan menunjukkan bahwa ROI, EPS, dan DPS secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham dan secara simultan


(18)

menunjukan Bahwa variabel ROI, EPS, dan DPS berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham.

Penelitian selanjutnya Richard (2013) menguji mengenai pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menujukkan bahwa secara parsial variabel Net Profit Margin, Return On Assets, Return On Investment, dan

Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara

simultan variabel Net Profit Margin, Return On Assets, Return On Investment, dan

Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Pada tahun berikutnya, Muclish (2014) menguji mengenai pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga Saham pada perusahaan makanan dan minuman Di bursa efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel EPS, NPM, ROA, dan ROE secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel EPS yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan variabel lainnya yaitu NPM, ROA, dan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham..

Dari berbagai rasio keuangan yang ada, peneliti tertarik menggunakan variabel Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per

Share (EPS). Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah dengan melihat sejauh mana investasi yang dilakukan investor disuatu perusahaan mampu memberikan return


(19)

yang sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan oleh investor. Dengan meningkatnya profitabilitas perusahaan berarti meningkatkan harga saham secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan perlembar saham (earning per

share). Penelitian yang dilakukan oleh Priatinah (2012) menunjukkan bahwa

Return On Assets (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham

sedangkan menurut Yurico (2010), Richard (2013) dan Muclish (2014) Return On

Assets (ROA) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas yang umumnya

digunakan untuk mengukur leverage suatu perusahaan. Bagi investor, semakin besar rasio ini semakin baik karena semakin sedikit tingkat pendanaan yang harus disediakan dan semakin besar tingkat pengembalian yang diharapkan (expected

rate of return). Namun, DER yang terlalu tinggi juga tidak baik karena tingkat

utang yang semakin tinggi akan memperbesar kemungkinan risiko gagal bayar

(risk of default) bunga pinjaman maupun pokok utang yang akhirnya dapat

mengakibatkan kebangkrutan perusahaan dan harga saham rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2007) dan Richard (2013) menunjukkan bahwa

Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Earning Per Share (EPS) adalah kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih berdasarkan jumlah saham yang dimiliki oleh investor untuk dibagikan kepada investor. Semakin tinggi Earning Per Share (EPS) semakin baik kinerja perusahaan tersebut karena semakin besar keuntungan yang dibagikan bagi investor dan harga saham semakin tinggi karena investor berusaha menanamkan modal semaksimal mungkin terhadap perusahaan itu. Penelitian


(20)

yang dilakukan oleh Yuliana (2007), Yurico (2011), Priatinah (2012) dan Muclish (2014) menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mereplikasi penelitian Richard (2013) dengan menggunakan perusahaan pertambangan. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang listing di BEI dan Variabel yang digunakan adalah Return On Assets (ROA), Debt to

Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS).

Alasan meneliti perusahaan pertambangan adalah karena merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan dan jasa pertambangan (seperti emas, batu bara, minyak bumi dan lain sebagainya). Dimana bahwa saham-saham pertambangan / komoditas adalah saham-saham yang lebih berisiko daripada saham-saham lainnya. Fluktuasi harga saham ini amat tinggi. Yang dapat turun dan naik cepat. Fluktuasi yang drastis ini tentu saja dapat mempengaruhi harga jual saham.

Fluktuasi pada perusahaan pertambangan ini memiliki pengaruh yang besar terhadap seluruh rangkaian proses produksi maupun aktivitas modern, sehingga apabila terjadi kenaikan atau penurunan harga pada perusahaan pertambangan tentu saja memiliki pengaruh besar terhadap seluruh kegiatan perekonomian dan kehidupan masyarakat dunia. Dimana jika fluktuasi harga komoditas perusahaan pertambangan sedang tinggi dan jika ingin berinvestasi jangka panjang, sebaiknya tidak bermain di saham-saham komoditas. Hal itu dikarenakan bahwa harga komoditas tersebut dapat turun, dan tentu saja dapat


(21)

naik lagi. Semua tergantung pada para investor. Apakah para investor dapat mengambil resiko tersebut? Dimana dengan risiko yang lebih tinggi, investor perlu mendapatkan return yang lebih tinggi pada saham-saham tersebut. Jika para investor merasa tidak akan mendapatkan return yang lebih tinggi, hindarilah saham-saham pertambangan/komoditas tersebut. Dengan begitu, jelas bahwa perusahaan pertambangan memiliki pengaruh terhadap harga saham.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013 ”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut “Apakah Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013?”


(22)

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hubungan variabel Return On Assets (ROA), Debt to Equity

Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham dapat

diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kesesuaian teori yang ada dengan hasil di lapangan.

2. Bagi calon investor

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi oleh calon investor.

3. Bagi pihak lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan sumber informasi dalam melakukan penelitian.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Harga Saham

2.1.1.1 Pengertian Harga Saham

Harga saham di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan atas suatu saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat lebih banyak orang yang menjual saham tersebut dibandingkan dengan orang yang berminat membelinya, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan.

Harga saham dapat berubah naik turun dalam hitungan yang begitu cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan dalam hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena banyaknya pesanan yang dimasukkan ke sistem JATS (Jakarta Autonomated Trading System). Pada lantai perdagangan Bursa Efek Indonesia terdapat 400 terminal komputer dimana para floor tracker dapat memasukkan pesanan yang diterimanya dari nasabah. Menurut Darmadji (2006:131) Pada monitor – monitor yang memantau perdagangan saham, tertera beberapa istilah harga saham, yaitu:

a. Previous price menunjukkan harga pada penutupan hari

sebelumnya.

b. Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat pembukaan sesi I perdagangan, yaitu jam 09.30 pagi.

c. High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.


(24)

d. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

e. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu

saham.

f. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan

harga yang terjadi.

g. Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu

saham pada saat akhir sesi II, yaitu jam 16.00 sore.

2.1.1.2 Pengertian Saham

Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang saham lainnya. Husnan (2005:29), “saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya”. Saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif yang dapat dipilih untuk berinvestasi.

Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, berarti investor telah menginvestasikan dana dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan kembali saham tersebut. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut dan porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut menurut Darmadji (2006:5). Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan sebagian pemilik perusahaan, sehingga


(25)

mereka berhak atas sebagian dari laba perusahaan. Namun hak tersebut terbatas karena pemegang saham berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi. Pada dasarnya saham dapat digunakan untuk mencapai tiga tujuan investasi utama sebagaimana yang dikemukakan oleh Kertonegoro (2010:108) yaitu:

a. Sebagai gudang nilai, berarti investor mengutamakan keamanan prinsipal, sehingga mereka akan mencari saham blue chips dan saham non-spekulatif lainnya.

b. Untuk pemupukan modal, berarti investor mengutamakan investasi jangka panjang, sehingga mereka akan mencari saham pertumbuhan untuk memperoleh capital gain atau saham sumber penghasilan untuk mendapat dividen.

c. Sebagai sumber penghasilan, berarti investor mengandalkan pada penerimaan dividen sehingga mereka akan mencari saham penghasilan yang bermutu baik dan hasil tinggi.

2.1.1.3 Jenis-Jenis Saham

Dalam transaksi jual dan beli di Bursa Efek, saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Menurut Darmadji (2006:6), ada beberapa sudut pandang untuk membedakan jenis-jenis saham yaitu:

a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim: 1) Saham Biasa (common stock)

Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim berdasarkan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila terjadi likuidasi, pemegang saham biasa yang mendapatkan prioritas paling akhir dalam pembagian dividen dari penjualan asset perusahaan. ciri-ciri dari saham biasa adalah sebagai berikut:

a) Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.

b) Memiliki hak suara (one share one vote).

c) Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan paling akhir apabila bangkrut setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.


(26)

2) Saham Preferen (Preferred Stock)

Saham preferen merupakan saham dengan bagian hasil yang tetap dan apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan asset. Saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Adapun ciri-ciri dari saham preferen adalah:

a) Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden. b) Tidak memiliki hak suara.

c) Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus.

d) Memiliki hak pembayaran sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditur apabila perusahaan dilikuidasi.

b. Ditinjau dari cara peralihan:

1) Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)

Pada saham atas unjuk tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah tangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapapun yang memegang saham ini, maka akan diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

2) Saham Atas Nama (Registered Stocks)

Saham atas nama merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

c. Ditinjau dari kinerja perdagangan:

1) Blue Chip Stocks

Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

2) Income Stocks

Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi.

3) Growth Stocks

Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

4) Speculative Stock

Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.


(27)

5) Counter Cyclical Stocks

Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.

2.1.1.4 Analisis Saham

Analisis saham umumnya dapat dilakukan oleh para investor dengan mengamati dua pendekatan dasar yaitu:

a. Analisis Teknikal

Menurut Husnan (2005:349), “analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu yang lalu”. Sutrisno (2005:330) menyatakan bahwa:

Analisis teknikal adalah pendekatan investasi dengan cara mempelajari data historis dari harga saham serta menghubungkannya dengan trading volume yang terjadi dan kondisi ekonomi pada saat itu. Analisis ini hanya mempertimbangkan pergerakan harga saja tanpa memperhatikan kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham. Pergerakan harga tersebut dihubungkan dengan kejadian-kejadian pada saat itu seperti adanya pengaruh ekonomi, pengaruh politik, pengaruh statement perdagangan, pengaruh psikologis maupun pengartuh isu-isu lainnya.

Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham di periode yang lalu dan upaya untuk menentukan kapan investor harus membeli, menjual atau mempertahankan sahamnya dengan menggunakan indikator-indikator teknis atau menggunakan analisis grafik. Indikator teknis yang


(28)

digunakan adalah moving average (trend yang mengikuti pasar), volume perdagangan, dan shortinterest ratio. Sedangkan analisis grafik diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai pola seperti key reserval,

head and shoulders, dan sebagainya. Analisis ini menggunakan data

pasar dari saham, seperti harga dan volume transaksi penjualan saham untuk menentukan nilai saham.

b. Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan faktor yang erat kaitannya dengan kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber daya manusia dan kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. Menurut Husnan (2005:315), “analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menetapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham”. Analisis ini sering disebut sebagai share price forecasting dan sering digunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas. Langkah yang paling penting dalam analisis ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Faktor yang dianalisis merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan, yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, sumber daya manusia, dan keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja perusahaan.


(29)

Menurut Sutrisno (2005:331), mengemukakan “analisis fundamental merupakan pendekatan analisis harga saham yang menitikberatkan pada kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham dan analisis ekonomi yang akan mempengaruhi masa depan perusahaan”. Analisis fundamental menitikberatkan pada rasio keuangan dan kejadian-kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Sebagian pakar berpendapat teknik analisis fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang. Beberapa faktor utama atau fundamental yang mempengaruhi harga saham yaitu penjualan, pertumbuhan penjualan, operasional perusahaan, laba, dividen, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), perubahan manajemen, dan pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan.

2.1.1.5 Penilaian Saham

Nilai saham yang akan dibayar oleh investor tergantung dari hasil yang diharapkan untuk diterima dan resiko yang terkandung dalam transaksi pembelian saham. Penilaian (valuation) dimaksudkan untuk dapat menentukan nilai suatu saham sehingga perlu diperoleh standar prestasi

(standar and performance) yang dapat digunakan untuk menilai manfaat

investasi saham yang bersangkutan. Standar prestasi ini berupa nilai instrinsik yang menunjukkan prestasi (hasil dan resiko) di masa depan dari suatu sekuritas.


(30)

Secara umum, keputusan membeli atau menjual saham ditentukan oleh perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya Halim (2005 : 31), dengan kriteria sebagai berikut :

1) Jika nilai intrinsik > dari harga pasar saham, maka saham tersebut undervalued artinya saham tersebut dinilai terlalu rendah. Oleh karena itu, saham tersebut sebaiknya dibeli atau ditahan sementara.

2) Jika nilai intrinsik = harga pasar saham, maka saham tersebut menunjukkan nilai yang wajar dan berada dalam kondisi keseimbangan. 3) Jika nilai intrinsik < harga pasar saham, maka saham tersebut overvalued,

artinya saham tersebut dinilai terlalu tinggi. Oleh karena itu, saham tersebut sebaiknya dijual.

Terdapat dua pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik saham berdasarkan analisis fundamental Halim (2005 : 21), antara lain :

a. Pendekatan Present Value

Pendekatan nilai saat ini (present value) dari suatu saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Dividen merupakan arus kas bagi para pemegang saham menurut pendekatan the dividen discount model. Model ini dikembangkan menjadi dua model pendekatan yaitu :

1) Model Tanpa Pertumbuhan Dividen (The Zero Growth

Model) Model ini didasarkan pada asumsi :

a) Keuntungan tidak berubah setiap tahunnya b) Semua keuntungan dibagikan sebagai dividen

Sehingga harga saham dirumuskan :

Dimana :

Po = Harga saham (nilai instrinsik) D = Dividen


(31)

r = Required rate of return (tingkat keuntungan yang dianggap relevan atau diharapkan)

2) Model Pertumbuhan Konstan (Constant Growth Model) Model ini didasarkan pada asumsi :

a) Tidak semua laba dibagikan

b) Laba ditahan diinvestasikan kembali Sehingga harga saham dirumuskan :

Dimana :

Po = Harga saham (nilai instrinsik) Di = Dividen pada periode i

r = Required rate of return (tingkat keuntungan yang

dianggap relevan atau diharapkan)

g = Growth of rate (pertumbuhan laba atau dividen di masa yang akan datang)

b. Pendekatan Price Earning Ratio (PER)

Dalam pendekatan ini harga saham (nilai instrinsik) dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

Po = harga saham (nilai instrinsik)

EPS = Earning Per Share (laba per saham) PER = Price Earning Ratio

2.1.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Saham

Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga saham tersebut akan ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek maka harga saham cenderung akan naik. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal


(32)

perusahaan. Menurut Alwi (2008:87), faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham yaitu:

1)Faktor Internal yaitu:

a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.

b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

c. Pengumuman badan direksi manajemen (management board of

director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur,

manajemen, dan struktur organisasi.

d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi.

e. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.

f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earning

Per Share (EPS), Dividen Per Share (DPS), price earning ratio, net

profit margin, return on assets (ROA), dan lain-lain.

2)Faktor Eksternal yaitu:

a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan

karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.

c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.

d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.


(33)

2.1.2 Return On Assets (ROA)

2.1.2.1 Pengertian Return On Assets (ROA)

Menurut Riyanto (2004:336) “Return On Assets (ROA) adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih”. Selain itu, Return On Assets (ROA) juga merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan jumlah aktiva yang tersedia diperusahaan. Peningkatan laba ini mempunyai efek yang positif terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam pencapaian tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang akan direspon secara positif oleh investor sehingga permintaan saham perusahaan dapat meningkat dan menaikkan harga saham perusahaan. Modigliani-Miller menyatakan bahwa nilai perusahaan akan tergantung hanya pada laba yang diproduksi oleh aktiva-aktivanya.

Return on Assets (ROA) merupakan penilaian profitabilitas atas total

asset, dengan cara membandingkan laba setelah pajak dengan rata-rata total aktiva. Menurut Kasmir (2008:202) “Return on Assets (ROA) menunjukkan efektivitas perusahaan dalam mengelola aktiva baik dari modal sendiri maupun dari modal pinjaman” investor akan melihat seberapa efektif suatu perusahaan dalam mengelola asset. Semakin tinggi tingkat Return on Assets (ROA) maka akan memberikan efek terhadap volume penjualan saham, artinya tinggi rendahnya Return on Assets (ROA) akan mempengaruhi minat


(34)

investor dalam melakukan investasi sehingga akan mempengaruhi volume penjualan saham perusahaan begitu pula sebaliknya.

Rasio Return On Assets (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut:

2.1.2.2 Hubungan Harga Saham dengan Return On Assets (ROA)

Menurut Syamsuddin (2009:63) dalam bukunya, manajemen keuangan perusahaan menyatakan bahwa: “para pemegang saham menaruh perhatian utama pada tingkat keuntungan baik sekarang maupun masa yang akan datang karena tingkat keuntungan ini akan memengaruhi harga saham-saham yang mereka miliki.”

Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Rasio ini penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang dilakukan investor disuatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan oleh investor, hal ini menyebabkan rasio yang selalu diperhatikan oleh calon investor sebelum menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.

Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan suatu perusahaan dan menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan


(35)

aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA, kinerja perusahaan semakin efektif. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati investor, Karena tingkat kembalian akan semakin besar. Hal ini juga berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain, ROA akan berpengaruh terhadap harga saham. Jadi, dengan meningkatnya profitabilitas perusahaan berarti meningkatkan harga saham secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan per lembar saham (earning per share) yang akan diterima oleh pemegang saham.

2.1.3 Debt to Equity Ratio (DER)

2.1.3.1 Pengertian Debt to Equity Ratio (DER)

Kasmir (2008:166) menyebutkan bahwa debt to equity ratio merupakan rasio yang diukur dari perbandingan antara total utang dengan ekuitas (modal sendiri). Rasio ini berguna untuk mengetahui perbandingan jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengukur sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar.

Bagi kreditor, semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena semakin besar risiko yang harus ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi investor maupun perusahaan, semakin besar rasio ini akan semakin menguntungkan karena menurut Brigham dan Houston dalam Richard (2013), “pendanaan


(36)

dengan utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas dan risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditor”.

Rumus untuk menghitung Debt to Equity Ratio adalah sebagai berikut:

2.1.3.2 Hubungan Harga Saham dengan Debt to Equity Ratio (DER) Menurut Brigham dan Houston dalam Richard (2013), “pendanaan dengan utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas dan risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditor”.

Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan perbandingan antara dana

pinjaman atau utang dan modal dalam upaya pengembangan perusahaan. Jika

Debt to Equity Ratio (DER) tinggi, ada kemungkinan harga saham

perusahaan cenderung rendah karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar hutangnya dibandingkan dengan membagi dividend kepada investor. Sebaliknya, jika Debt to Equity Ratio (DER) rendah, ada kemungkinan harga saham perusahaan cenderung tinggi karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan akan membagi dividend kepada investor.


(37)

2.1.4 Earning Per Share (EPS)

2.1.4.1 Pengertian Earning Per Share (EPS)

Menurut Fabozzi (2006:861), “earning per share adalah perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak dikurangi dividen saham preferen) dengan jumlah saham yang beredar selama periode perhitungan yang dilakukan”. Dengan demikian,

earning per share merupakan besaran pendapatan yang diterima oleh para

pemegang saham dari setiap lembar saham biasa yang beredar dalam periode waktu tertentu.

Menurut Tandelilin (2010:373), “earning per share adalah laba bersih setelah bunga dan pajak yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan”. Menurut Baridwan (2007:443), “laba bersih per saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar, dan akan dipakai oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan”. Tujuan perhitungan earning per share menurut Machfoedz (2006:356), adalah “untuk melihat kemajuan (progress) dari operasi perusahaan, menentukan harga saham, dan menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan”. Selanjutnya Syamsudin (2009:66) mengatakan bahwa “pada umumnya para pemegang saham tertarik dengan earning per share (EPS) yang besar karena hal tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan”.


(38)

Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai earning per share kecil, maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham turun.

Rasio Earning Per Share (EPS) dapat dirumuskan sebagai berikut:

2.1.4.2 Hubungan Harga Saham dengan Earning Per Share (EPS)

Menurut Weston dan Brigham dalam Priatinah (2012), “salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah laba per lembar saham

(earning per share). Seorang investor yang melakukan investasi pada

perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar lembar saham (earning per share) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik”. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.

Peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas modal yang diinvestasikan para pemegang saham akan memberikan pengaruh positif terhadap harga saham sampai pada batasan dimana laba per lembar saham (earning per share) dapat memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada investor. Oleh sebab itu, earning per share menjadi alat ukur yang


(39)

digunakan oleh para investor untuk memperkirakan kinerja perusahaan di masa depan. Pada umumnya pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan earning per share, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Semakin tinggi profit yang diterima oleh investor akan memberikan tingkat pengembalian investasi yang cukup baik. Hal ini akan menjadi motivasi bagi investor untuk mau melakukan investasi yang lebih besar lagi yang otomatis akan menaikkan harga saham perusahaan. Jumlah earning per share tidak berarti akan didistribusikan semuanya kepada pemegang saham biasa, karena berapapun jumlah yang akan didistribusikan tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran dividen.

Earning per share yang besar menandakan kemampuan perusahaan

yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan earning per share menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Semakin tinggi nilai earning per share akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham Darmadji (2006:139). Hal ini akan berakibat dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut juga menurun.


(40)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang berhasil ditemukan yang meneliti pengaruh variabel kinerja keuangan terhadap harga saham menunjukan hasil yang berbeda. Berikut ini rincian peneliti terdahulu:

Tabel 2.1

Ringkasan Tinjauan Peneliti Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Kesimpulan & Hasil Yuliana

(2007)

Pengaruh ROE, NPM, EPS dan DER Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ

Variabel independen: 1.ROE 2.NPM 3.EPS 4.DER Variabel dependen : 1.Harga saham

Hasil uji F menunjukkan bahwa ROE, EPS dan DER berpengaruh

Signifikan terhadap harga saham.

Hasil uji t menunjukan bahwa

Hanya ROE dan EPS yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Yurico (2010)

Pengaruh Cash Devidend Coverage, Operating Cash Flow per Share, Return on Equity, Return on Assets, Total Assets Turnover dan EPS Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan

Manufaktur di BEI.

Variabel independen: 1.Cash Devidend 2.Operating Cash Flow per Share 3.ROE 4.ROA 5.TATO 6.EPS Variabel dependen : 1.Harga Saham

Hasil uji F menunjukkan bahwa Cash Devidend

Coverage, Operating

Cash Flow per Share,

ROE, ROA

berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil uji t menunjukkan bahwa hanya EPS yang berpengaruh signifikan sedangkan yang lain tidak

berpengaruh signifikan. Priatinah

(2012)

Pengaruh Return On

Investment (ROI), Earning

Per Share (EPS) dan

Deviden Per Share (DPS)

terhadap harga saham perusahaan pertambangan Variabel independen: 1.ROI 2.EPS 3.DPS Variabel

Hasil uji F menunjukkan bahwa

ROI, EPS, dan DPS secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap


(41)

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2010

dependen : 1.Harga saham

harga saham.

Hasil uji t menunjukan Bahwa variabel ROI, EPS, dan DPS

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham Richard

(2013)

Pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen : 1.NPM 2.ROA 3.ROE 4.ROI 5.DER Variabel Dependen : 1.Harga Saham

secara parsial variabel

Net Profit Margin,

Return On Assets, Return

On Investment, dan Debt

to Equity Ratio tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara simultan variabel

Net Profit Margin,

Return On Assets, Return

On Investment, dan Debt

to Equity Ratio

berpengaruh signifikan terhadap harga saham

Muclish (2014)

Analisis pengaruh rasio profitabilitas terhadap

harga Saham pada

perusahaan makanan dan minuman Di bursa efek Indonesia Variabel Independen : 1.EPS 2.NPM 3.ROA 4.ROE Variabel Dependen : 1.Harga Saham

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel EPS, NPM, ROA, dan ROE secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel EPS yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan variabel lainnya yaitu NPM, ROA, dan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sumber: Peneliti (2014)


(42)

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menjelaskan bagaimana hubungan teori dengan faktor faktor penting yang telah diketahui dalam masalah tersebut. Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut ini:

H1

H2

H3

H4

Sumber : Peneliti, 2014

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Rasio ini penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang dilakukan investor disuatu perusahaan

Return On Assets (X1)

Debt to Equity Ratio (X2)

Earning Per Share (X3)


(43)

mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan oleh investor, hal ini menyebabkan rasio yang selalu diperhatikan oleh calon investor sebelum menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut. Semakin tinggi

Return On Assets (ROA) maka akan semakin tinggi deviden yang akan di bayar

kepada investor sehingga harga saham juga akan semakin tinggi karena investor akan cenderung banyak berinvestasi terhadap perusahaan yang menghasilkan laba.

Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan perbandingan antara dana

pinjaman atau utang dan modal dalam upaya pengembangan perusahaan. Jika

Debt to Equity Ratio (DER) tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan

cenderung rendah karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar hutangnya dibandingkan dengan membagi dividend kepada investor. Sebaliknya, jika Debt

to Equity Ratio (DER) rendah, ada kemungkinan harga saham perusahaan

cenderung tinggi karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan akan membagi dividend kepada investor.

Earning per share yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang

lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan earning per share menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Semakin tinggi nilai earning per share akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Hal ini akan


(44)

berakibat dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut juga menurun.

2.3.2Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2006 : 135). Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenaranya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan di awal, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

H

1 = Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per

Share (EPS) secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap harga

saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah menggunakan penelitian asosiatif kausal.Menurut Sanusi (2011:14) penelitian asosiatif kausal adalah “desain penelitian yang disusun untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat antarvariabel”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ROA, DER, EPS terhadap harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI dengan rancangan desain penelitian berikut :

a. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan data berbentuk rasio b. Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif dengan hubungan kausal c. Metode pengumpulan data berupa studi pengamatan

3.2 Populasi Sampel dan Penelitian

Menurut Sugiyono (2007:72) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2010-2013 yaitu berjumlah 39 perusahaan.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut dimana sampel yang diambil harus benar-benar representatif (Sugiyono, 2007:73). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel


(46)

dengan kriteria tertentu Jogiyanto (2004:79). Beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti dalam pengambilan sampel adalah:

1. Perusahaan Pertambangan yang terdaftar atau listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010, 2011, 2012, 2013.

2. Perusahaan Pertambangan yang menyajikan laporan keuangan yang telah diaudit dan lengkap pada tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013.

3. Perusahaan Pertambangan yang memperoleh laba pada tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 11 data perusahaan pertambangan dengan total sampel pelitian berjumlah 44(11x4). Daftar perusahaan yang menjadi sampel dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 3.1

Daftar Sampel Perusahaan

No Nama Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3

1 Adaro Energy Tbk √ √ √ 1

2 Aneka Tambang (Persero) Tbk √ √ √ 2

3 ATKP Resources Tbk √ - - -

4 Atlas Resources Tbk - - - -

5 Baramulti Suksessarana Tbk - - - -

6 Bayan Resources Tbk √ √ - -

7 Benakat Petroleu Energy Tbk √ √ - -

8 Berau Coal Energy Tbk √ - - -

9 Borneo Lumbung Energy & Metal Tbk √ - - -

10 Bumi Resources Tbk √ √ - -

11 Central Omega Resources Tbk √ - - -

12 Cita Kebun Raya Agri Tbk √ √ - -

13 Cita Mineral Investindo Tbk √ √ √ 3

14 Citatah Tbk √ - √ -

15 Darma Henwa Tbk √ √ - -


(47)

17 Elnusa Tbk √ √ - -

18 Energi Mega Persada Tbk √ √ - -

19 Garda Tujuh Buana Tbk √ √ √ 4

20 Golden Eagle Energy Tbk √ √ - -

21 Golden Energy Mines Tbk - - - -

22 Harum Energy Tbk √ - √ -

23 Indo Tambangraya Megah Tbk √ √ √ 5

24 J Resources Asia Pasific Tbk √ √ - -

25 Medco Energi International Tbk √ √ √ 6

26 Mitra Investindo Tbk √ - - -

27 Mitrabara Adiperdana Tbk - - - -

28 Perdana Karya Perkasa Tbk √ √ - -

29 Petrosea Tbk √ √ √ 7

30 Radiant Utama Interinsco Tbk √ √ √ 8

31 Ratu Prabu Energy Tbk √ √ √ 9

32 Resource Alam Indonesia Tbk √ √ √ 10

33 Samindo Resource Tbk √ √ - -

34 SMR Utama Tbk - - - -

35 Surya Esa Perkasa Tbk - - - -

36 Tambang Batu Bara Bukit Asam (Persero) Tbk √ √ √ 11

37 Timah (Persero) Tbk √ √ - -

38 Toba Bara Sejahtra Tbk - - - -

39 Vale Indonesia Tbk √ √ - -

Sumber: Data yang diolah penulis (2014)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam suatu skala secara numerik. Data yang digunakan merupakan data sekunder, yaitu data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain Umar (2008 : 60). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia


(48)

berupa laporan keuangan tahunan perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama tahun 2010 sampai tahun 2013.

Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pooling data. Menurut Jogiyanto (2004:54) “Panel data atau pooling data adalah gabungan dari data yang melibatkan satu waktu tertentu (cross

sectional) dan data yang melibatkan urutan waktu (time series)”.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data sekunder, teknik yang digunakan peneliti adalah studi dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa catatan-catatan, laporan keuangan, buku, jurnal maupun informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Data penelitian ini diperoleh melalui pustaka dan media internet dengan cara mengunduh laporan keuangan setiap perusahaan sampel setiap periode penelitian (2010, 2011, 2012 dan 2013) melalui website Bursa Efek

Indonesia

3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Menurut Jogiyanto (2004:62), “Definisi operasional menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalisasikan dalam riset.” Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA (Return On Asset), DER (Debt to Equity Ratio) dan EPS (Earning Per


(49)

Share). Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Harga Saham.

Pada penelitian ini, definisi operasional untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

1. Return on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk

mengukur kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA menggambarkan kinerja perusahaan dapat diukur dengan rumus laba setelah pajak dibagi total asset. Nilai ROA akan diketahui dari laporan keuangan perusahaan (Neraca dan Laba Rugi). Variabel ini menggunakan skala pengukuran rasio.

2. Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio solvabilitas (leverage) yang

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dari keseluruhan modal yang dimiliki untuk melunasi hutang perusahaan. DER menggambarkan kinerja perusahaan dapat di ukur dengan rumus total kewajiban dibagi dengan total modal (Equity). Nilai DER akan diketahui dari laporan keuangan perusahaan (Neraca). Variabel ini menggunakan skala pengukuran rasio.

3. Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang menunjukkan bagian laba

untuk setiap saham. Rasio EPS digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. EPS dapat diukur dengan rumus laba bersih dibagi jumlah saham beredar.


(50)

Nilai EPS akan diketahui dari laporan keuangan perusahaan (Neraca dan Laba Rugi). Variabel ini menggunakan skala pengukuran rasio.

4. Harga Saham adalah harga pasar yang tercatat setiap hari pada waktu penutupan (closing price) aktivitas di Bursa Efek Indonesia. Harga saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rata-rata harga saham tahunan yang diperoleh dari jumlah rata-rata harga saham bulanan dibagi 12. Berikut ini merupakan tabel yang menyajikan konsep dan operasionalisasi dari variabel yang diteliti :

Tabel 3.2

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Jenis

Variabel

Nama Variabel

Definisi Pengukuran Skala

Pengukura n

Independe n

Return On Asset (X1)

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dari modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih Rasio Debt to Equity Ratio (X2)

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dari keseluruhan modal yang dimiliki untuk melunasi hutang perusahaan Rasio


(51)

Earning Per Share

(X3)

Rasio yang menggambark an bagian laba untuk setiap saham Rasio Dependen Harga Saham (Y)

Harga yang dibentuk dari interaksi antara para penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakan gi oleh harapan mereka terhadap keuntungan perusahaan.

Rata-rata harga saham penutupan (closing

price) selama 1 periode

tertentu. Rasio

Sumber: Data yang diolah penulis (2014)

3.6 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi ini dapat digunakan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel dependen dan independen secara menyeluruh baik secara simultan atau secara parsial. Sebelum melakukan uji regresi linier berganda, metode ini mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi klasik guna mendapatkan hasil terbaik. Dalam penggunaan regresi berganda, pengujian hipotesis harus menghindari adanya kemungkinan penyimpangan asumsi-asumsi klasik. Tujuan pemenuhan asumsi klasik ini dimaksud agar variabel independen sebagai estimator atas variabel dependen tidak mengalami bias.


(52)

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik

Peneliti menggunakan bantuan program software SPSS 16.0 for windows

(Statistic Product & Service Solution) dalam penelitian ini. Pengujian asumsi

klasik dilakukan untuk menghindari atau mengurangi bias atas hasil penelitian yang diperoleh. Adapaun syarat yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas data populasi. Menurut gozali (2005:110) “Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal.” Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yg memiliki distribusi normal. Jika data berdistribusi normal, titik-titik plotnya harus berada pada suatu garis lurus. Sedangkan jika titik-titik tersebut membentuk seperti huruf S, maka menunjukkan bahwa data menjulur (skew) (Rochaety et.al, 2009:104). Uji ini dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain:

a. Pendekatan Kolmogrov-Smirnov

Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Hipotesisnya sebagai berikut:

H0 = data residual berdistribusi normal

Ha = data residual tidak berdistribusi normal

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%. Jika nilai Asymp.Sig (2 tailed) > taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya data residual


(53)

berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai Asymp.Sig (2 tailed) < taraf

nyata (α), maka Ha diterima artinya data residual tidak berdistribusi

normal.

b. Pendekatan Histogram

Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva normal yaitu kurva yang memiliki cirri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah mean, modus, dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau “kemencengan kurva” (skewness). Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif (arah kanan) dan bertanda negatif (arah kiri).

c. Pendekatan Grafik

PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis (sumbu x) melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). apabila plot dari keduanya berbentuk linier (didekati garis lurus), maka hal ini merupakan indikasi bahwa residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas/independen Ghozali (2005:91). Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel


(54)

independen antara yang satu dengan yang lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan korelasi di antara variabel independen. Jika nilai VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas di antara variabel independen.

Dasar pengambilan keputusan:

1) VIF >10 Antar variabel independen (ROA, DER dan EPS) terjadi korelasi/multikolinieritas.

2) VIF < 10 Antar variabel independen (ROA, DER dan EPS) tidak terjadi korelasi/multikolinieritas.

3. Uji Autokorelasi

Menurut Gozali (2005:95) “Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya)”. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan Durbin-Watson test. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian

Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Angka D-W (pada output Model Summary) di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

b. Angka D-W (pada output Model Summary) di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.


(55)

c. Angka D-W (pada output Model Summary) di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

4. Uji Heteroskedastisitas

Menurut gozali (2005:91) “Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ini terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain”. Jika variance dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Salah satu uji untuk mengetahui heteroskedastisitas adalah dengan melihat penyebaran dari variance residual pada diagram pencar

(scatter plot). Analisis pada gambar scatter plot yang menyatakan model

regresi linier berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika:

a. Titik-titik data menyebar di atas dan dibawah atau di sekitar angka 0 b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja

c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali

d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola

Uji ini juga dapat dilakukan melalui uji Glejser, yaitu dengan meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen. Apabila signifikansi > dari taraf nyata 5%, maka dianggap tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, dan begitu sebaliknya.


(56)

3.6.2 Metode Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi ini dapat digunakan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel dependen dan independen secara menyeluruh baik secara simultan atau secara parsial.

Dalam penelitian ini analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh return on assets, debt to equity, dan earning per share terhadap harga saham pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun persamaan regresi yang digunakan, yaitu:

Yi,t = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan:

Yi,t =Harga saham perusahaan i pada tahun t

a = Konstanta

X1 = Return on Assets (ROA)

X2 = Debt to Equity (DER)

X3 = Earning Per Share (EPS)

b1 = Koefisien regresi variabel X1

b2 = Koefisien regresi variabel X2


(57)

3.6.3 Pengujian Hipotesis

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima. Model pengujian yang dilakukan adalah uji F dan uji t.

1. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujiannya adalah:

Ho artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari return

on asset, debt to equity ratio dan earning per share terhadap harga saham.

Ha artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari return on

asset, debt to equity ratio dan earning per share terhadap harga saham.

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig.F > 0,05 maka

Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig.F < 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dan nilai


(58)

Ho diterima dan Ha ditolak jika Fhitung < Ftabel untuk α = 5%

Ho ditolak dan Ha diterima jika Fhitung > Ftabel untuk α = 5%

2. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig.t > 0,05 maka

Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig.t < 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai thitung juga dapat dibandingkan dengan nilai ttabel. Kriteria pengambilan

keputusannya yaitu:

Ho diterima dan Ha ditolak jika thitung <ttabel untuk α = 5%

Ho ditolak dan Ha diterima jika thitung > ttabel untuk α = 5%

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya variasi variabel terikat (dependent variabel) yang dipengaruhi oleh variasi variabel bebas (independent variabel). Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien derminasi multiple R2 (koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas). Apabila nilai R2 suatu regresi mendekati satu maka semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan


(59)

variabel dependen. Adjusted R square ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh faktor-faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.

Untuk memastikan tipe hubungan antar variabel dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3

Hubungan Antar Variabel

Nilai Interpretasi

0,0 – 0,19 Sangat Tidak Erat

0,2 – 0,39 Tidak Erat

0,4 – 0,59 Cukup Erat

0,6 – 0,79 Erat

0,8 – 0,99 Sangat Erat


(1)

Data Variabel Penelitian ROA, DER, EPS dan Harga Saham

No Kode

2010 2011 2012 2013

ROA DER EPS Harga

Saham ROA DER EPS

Harga

Saham ROA DER EPS

Harga

Saham ROA DER EPS

Harga Saham

1

ADRO 5,46 1,18 69,29 2.064,17 9,76 1,32 156,52 2.175 5,73 1,23 116,03 1.590,83 3,36 1,11 86,73 1.110

2

ANTM 13,71 0,27 175,61 2.240,83 12,68 0,41 202,13 1.967,08 15,19 0,54 313,81 1.460 1,87 0,71 42,98 12.950

3 ARTI 2,01 0,72 17,50 299,583 0,81 0,81 7,50 351,25 3,62 0,67 33,07 286,666 2,62 0,58 23,55 237,75

4 CITA 10,02 0,98 42,35 389,167 14,14 0,81 77,63 316,167 5,34 0,73 31,17 315 17,46 0,51 138,13 333,75

5 GTBO 0,19 0,74 0,34 66,167 15,91 0,42 29,55 187,667 57,70 0,29 376,76 3.311,25 2,77 0,14 9,74 2.830,83

6 ITMG 18,73 0,51 1.622,01 39.712,5 34,60 0,46 4.382,54 4.258,33 28,97 0,49 3.697,22 39.195,8 16,56 0,44 942,68 31.812,5

7 KKGI 31,49 0,72 166,03 1.450,42 46,04 0,49 450,20 5.135,42 22,73 0,42 228,11 4475 16,43 0,45 209,40 2.107,92

8 MEDC 3,87 1,86 237,54 3.035,42 18,88 2,02 1.329,37 2.568,75 0,71 2,15 54,72 1.857,08 0,52 1,87 46,31 2.025,83

9 PTBA 22,92 0,36 867,59 18.204,2 26,84 0,41 1.340,31 19.583,3 22,86 0,50 1.262,77 16.775 15,88 0,55 804,81 12.908,3

10 PTRO 18,99 0,84 3.756,00 18.383,3 13,95 1,37 4.726,41 34.491,7 9,27 1,83 470,77 9.137,08 2,64 2,18 190,31 12.908,3

11 RUIS 2,16 1,78 16,66 217,167 0,33 3,65 4,22 240,416 2,46 3,94 37,65 241,666 1,69 3,96 27,55 226,5


(2)

Data Variabel Harga Saham Sebelum Transformasi dan Setelah Transformasi Tahun 2010-2013

No Kode Sebelum Transformasi Setelah Transformasi

2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013

1 ADRO 2.064,17 2.175 1.590,83 1.110 7,63 7,68 7,37 7,01

2 ANTM 2.240,83 1.967,08 1.460 12.950 7,71 7,58 7,29 9,47

3 ARTI 299,583 351,25 286,666 237,75 5,70 5,86 5,66 5,47

4 CITA 389,167 316,167 315 333,75 5,96 5,76 5,75 5,81

5 GTBO 66,167 187,667 3.311,25 2.830,83 4,19 5,23 8,11 7,95

6 ITMG 39.712,5 4.258,33 39.195,8 31.812,5 10,59 8,36 10,58 10,37

7 KKGI 1.450,42 5.135,42 4475 2.107,92 7,28 8,54 8,41 7,65

8 MEDC 3.035,42 2.568,75 1.857,08 2.025,83 8,02 7,85 7,53 7,61

9 PTBA 18.204,2 19.583,3 16.775 12.908,3 9,81 9,88 9,73 9,47


(3)

HASIL PENGOLAHAN DATA SPSS 16.0

Lampiran 4 StatistikDeskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROA 44 .19 57.70 13.1782 12.73446

DER 44 .14 3.96 1.0777 .93932

EPS 44 .34 4726.41 6.5504E2 1196.55290

LNHargaSaham 44 4.19 10.59 7.6252 1.75633

Valid N (listwise) 44

Sumber: Data Olahan SPSS, 2014

Uji Normalitas Data (Sebelum Transformasi) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 44

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 7.98947553E3

Most Extreme Differences Absolute .223

Positive .212

Negative -.223

Kolmogorov-Smirnov Z 1.477

Asymp. Sig. (2-tailed) .026

a. Test distribution is Normal. Sumber: Data Olahan SPSS, 2014


(4)

Uji Normalitas Data (Setelah Transformasi) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 44

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.34961167

Most Extreme Differences Absolute .055

Positive .055

Negative -.038

Kolmogorov-Smirnov Z .364

Asymp. Sig. (2-tailed) .999

a. Test distribution is Normal. Sumber: Data Olahan SPSS, 2014


(5)

Sumber: Data Olahan SPSS, 2014

Hasil Uji Multikoliniearitas

Sumber: Data Olahan SPSS, 2014

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 7.079 .496 14.275 .000

ROA .025 .020 .181 1.224 .228 .676 1.479

DER -.241 .256 -.129 -.939 .353 .787 1.270

EPS .001 .000 .496 3.732 .001 .836 1.196

a. Dependent Variable: LNHargaSaham


(6)

Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .640a .410 .365 1.39931 1.548

a. Predictors: (Constant), EPS, DER, ROA b. Dependent Variable: LNHargaSaham Sumber: Data Olahan SPSS, 2014

Hasil Uji Heterokedastisitas

Sumber: Data Olahan SPSS, 2014

Uji Glejser Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta


Dokumen yang terkait

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 135 69

Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Return on Assets dan Status Penanaman Modal Terhadap Harga Saham Perusahaan Retail yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 80 93

Pengaruh Return On Asset, Debt to Equity Ratio, dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan LQ 45 yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 93 78

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Investment dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 73 97

Pengaruh Return on Asset (ROA), Earning per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham : Studi Empiris di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012

0 35 85

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009 – 2011

2 32 74

Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Equity, dan Earning Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 74 95

Pengaruh Return On Assets, Earning Per Share dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham dengan Dividen Tunai Sebagai Variabel Moderating Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 42 137

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Harga Saham pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 6 137

Pengaruh Return On Assets (Roa), Debt To Equity Ratio (Der) Dan Earning Per Share (Eps) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2010-2013

0 0 11