Pengaruh Aplikasi Biochar Sekam Padi Dan Kulit Biji Kopi Terhadap Hara P Dan Zn Serta Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Di Tanah Sawah Jenuh P
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat Kimia Tanah Sawah
Secara umum, tanah sawah memiliki ciri khas yang membedakannya
dengan tanah tergenang lainnya, yaitu adanya lapisan oksidasi di bawah
permukaan air akibat difusi O2 setebal 0,8-1,0 cm dan selanjutnya lapisan reduksi
setebal 25-30 cm dan diikuti oleh lapisan tapak bajak yang kedap air. Lapisan
tapak bajak ini merupakan lapisan yang terbentuk sebagai akibat dari adanya
praktek pengolahan tanah sawah dalam keadaan tergenang. Sedangkan
penggenangan tanah selama masa pertanaman padi dapat mereduksi Fe dan Mn,
sehingga mudah larut dan terjadi proses eluviasi Fe dan Mn. Dalam keadaan
tergenang, reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ menyebabkan warna tanah menjadi abu-abu.
Namun, dalam keadaan tergenang, dijumpai adanya lapisan tipis yang teroksidasi
berwarna kecoklatan. Pada saat tanah dikeringkan, Fe2+ kembali teroksidasi dan
akan menimbulkan karatan coklat pada tanah sawah (Mukhlis dkk, 2011).
Perubahan sifat kimia tanah sawah berkaitan erat dengan proses oksidasi
reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah yang menentukan tingkat
ketersediaan hara dan produktifitas tanah sawah. Perubahan kimia yang
disebabkan oleh penggenangan tanah sawah sangat mempengaruhi dinamika dan
ketersediaan hara. Keadaan reduksi akibat penggenangan akan merubah aktifitas
mikroba tanah dimana mikroba aerob akan digantikan oleh mikroba anaerob, yang
menggunakan sumber energi dari senyawa teroksidasi yang mudah di reduksi
yang berperan sebagai elektron seperti ion NO3-, SO42- , Fe3+, Mn4+
(Prasetyo dkk, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Selain pelumpuran, tanah sawah juga mengalami penggenangan dalam
periode tertentu untuk mendukung pertumbuhan padi sawah. Penggenangan yang
dilakukan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan elektrokimia seperti
potensial redoks, pH dan konduktivitas spesifik. Perubahan-perubahan tersebut
untuk tanah kering yang baru disawahkan berbeda dengan tanah sawah yang
sudah biasa mendapat penggenangan air secara periodik. Perubahan potensial
redoks akan mempengaruhi ketersediaan P, konsentrasi Ca2+, Mn2+, Cu+, dan
SO42- secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi konsentrasi Ca2+, Mg2+,
Zn+, dan lain-lain. Umumnya potensial redoks akan mendekati -200 mv, pH tanah
sekitar 6-7, dan konduktivitas spesifik meningkat (Hanafiah, 2005).
Dalam keadaan reduksi akibat penggenangan, oksigen yang terdapat dalam
pori-pori tanah dan air dikonsumsi oleh jasad mikro tanah, sehingga menyebabkan
terjadinya keadaan anaerob. Kegiatan jasad mikro aerob segera diganti oleh jasad
mikro anaerob yang menggunakan sumber energi dari senyawa yang mudah
direduksi antara lain SO42-, NO3-, Mn4+, Fe3+. Senyawa-senyawa tersebut di
lapisan reduksi segera direduksi menjadi S2- (sulfida), NO2- (nitrit), Mn2+
(Mangano), dan Fe2+ (ferro) (Adiningsih dkk, 2004). Terdapat tiga kelompok
mikroba tanah yang sangat berperan dalam proses perubahan kimia tanah sawah
yaitu mikroba aerob yang terdapat dalam lapisan oksidasi dan dalam air genangan
yang memanfaatkan oksigen yang terdapat dalam air genangan, serta mikrobamikroba fakultatif dan obligat anaerob pada lapisan reduksi (Prasetyo dkk, 2004).
Sifat kimia tanah sawah juga dipengaruhi oleh mineral liat. Tanah sawah
yang didominasi mineral liat tipe 2:1 (montmorilonit) akan sulit membentuk
lapisan tapak bajak karena sifat mengembang dan mengkerut dari mineral
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Tanah sawah yang didominasi oleh mineral smektit mencirikan
terjadinya akumulasi basa-basa dan lingkungan yang bereaksi netral hingga basis
dengan drainase tanah jelek, dan mempunyai muatan negatif (KTK) yang tinggi
karena adanya substitusi Al3+ dan Mg2+ (Prasetyo dkk, 2004).
Fosfor di Tanah Sawah
Pada tanah sawah tergenang, fosfor tersedia lebih tinggi dibandingkan bila
tanah dikeringkan. Peningkatan ini disebabkan oleh :
a. Reduksi ferri-fosfat menjadi ferro-fosfat yang mudah larut.
b. Tersedianya P-reductance soluble karena lapisan pembalut
yang
mengelilingi partikel fosfor menjadi larut.
c. Hidrolisis beberapa Fe dan Al yang mengikat P di tanah masam, sehingga
P yang terfiksasi menjadi tersedia pada pH yang lebih tinggi.
d. Meningkatnya mineralisasi P organik di tanah masam, karena proses
tersebut akan meningkat pada pH 6-7.
e. Meningkatnya kelarutan mineral apatit di tanah berkapur karena pH turun
menjadi 6-7.
f. Semakin besarnya diffusi H2PO4- di dalam volume larutan tanah yang
lebih besar.
(Mukhlis dkk, 2011).
Hasil mineralisasi dari P organik menjadi P anorganik merupakan faktor
penting bagi ketersediaan P di dalam agroekosistem. Dari hasil percobaan Linca
dan Kasno (2009) menunjukkan bahwa secara umum kadar P anorganik pada
tanah sawah lebih rendah dari pada tanah lahan kering. Meskipun banyak literatur
mendukung hipotesis mengenai reduksi Fe oksida serta hubungan antara potensial
Universitas Sumatera Utara
redoks dan larutan P (Murray and Hesterberg, 2006), dimana larutan P di dalam
tanah cenderung meningkat dalam kondisi reduksi. Vadas (1998) melaporkan
bahwa beberapa tanah mengalami kenaikan P terlarut dengan adanya reduksi,
akan tetapi pada contoh tanah lainnya menunjukkan penurunan P selama inkubasi.
Seperti dalam literatur lainnya disebutkan secara umum perubahan pada kondisi
aerobik lebih besar dari pada anaerobik (Westrich and Berner, 1984). Sehingga
dapat dikatakan bahwa oksida Fe tidak terlalu berpengaruh terhadap P terlarut
Linca dan Kasno (2009).
Akibat pemupukan P dalam jumlah yang banyak dan kontinyu dan
intensifikasi selama bertahun – tahun, telah terjadi penimbunan (akumulasi) P di
dalam tanah. P tanah yang terakumulasi ini dapat digunakan kembali oleh
tanaman berikutnya apabila reaksi tanah mencapai kondisi optimal untuk
pelepasan P tersebut. P total yang ada ditanah sawah tinggi tetapi P yang tersedia
bagi tanaman sangat sedikit dikarenakan P terikat oleh liat, bahan organik, serta
oksida dan Fe dan Al pada tanah yang pH nya rendah (tanah masam dengan pH 4
– 5,5) dan oleh pada Ca dan Mg yang pH nya tinggi (tanah masam dengan pH 7,6
– 8,5) (Yohana dkk, 2013).
Unsur hara P diserap oleh tanaman dalam bentuk ion ortho fosfat, terutama
H2PO4- dan HPO4-2. Serapan P oleh akar tanaman hanya melelui mekanisme
intersepsi akar, difusi dalam jarak pendek (0,02 cm) dan aliran massa, sehingga
efisiensi P umumnya sengat rendah hanya sekitar 10-25 % dari jumlah pupuk
yang diberikan. Pupuk P yang tidak diserap tanaman hanya sedikit yang hilang
tercuci bersama air perkolasi. Sejalan dengan waktu, sebagian besar menjadi P
Universitas Sumatera Utara
nonlabil yang tidak tersedia bagi tanaman, terfiksasi Al-P dan Fe-P pada tanah
masam dan sebagai Ca-P paada tanah Alkalis (Saraswati dkk, 2006).
Suatu hal yang menguntungkan dari sifat P adalah sangat stabilnya P di
tanah, sehingga kehilagan P akibat pencucian relatif tak pernah terjadi. Tetapi hal
ini pulalah yang menyebabkan kelarutan P dalam tanah sangat rendah yang
konsekuensinya ketersediaan P untuk tanaman relatif sangat sedikit. Faktor-faktor
yang mempengaruhi ketersediaan P di tanah yaitu : ( 1 ) tipe liat, (2) bahan
organik, ( 3 ) waktu, ( 4 ) temperatur, dan ( 5 ) pH tanah. Sedangkan Soepardi
(1983) menambahkan bahwa ketersediaan P organik tanah ditentukan oleh : pH
tanah, Fe, Al, Mn yang terlarut, ketersediaan Ca, jumlah dan tingkat dekomposisi
bahan organik, dan kegiatan jasad mikro (Kartasapoetra dan Sutejo, 1999).
Peranan P dan Zn pada Tanaman
Kebutuhan fosfor bagi tanaman adalah mutlak karena fosfor merupakan
hara makro dan esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Peranan
unsur ini selain untuk mempersiapkan energi kimia dan mengatur metabolisme
juga terlihat dalam berbagai proses enzimatik lainnya. Kekurangan hara fosfor
disamping dapat menghambat pertumbuhan tanaman juga dapat mencegah
penyerapan unsur hara penting lainnya. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
hambatan pertumbuhan akar yang akan berakibat terganggunya absorpsi unsur
hara. Pada daerah tropis, unsur P diperkirakan sebagai pembatas pertumbuhan dan
produksi tanaman urutan ketiga setelah air dan nitrogen. Karena itu ketersediaan
fosfor dalam tanah merupakan syarat utama bagi pertumbhtan dan perkembangan
tanaman (Ilyas dkk, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Fosfor berperan penting dalam sintesa protein, pembentukan bunga, buah
dan biji serta mempercepat pemasakan. Kekurangan P dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, anakan sedikit, lambat pemasakan dan
produksi tanaman rendah. Secara umum, fungsi dari fosfor dalam tanaman
dinyatakan sebagai berikut: (1) dapat mempercepat pertumbuhan akar semai, (2)
dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi
tanaman dewasa pada umumnya, (3) mempercepat pembungaan dan pemasakan
buah, biji dan gabah dan (4) dapat meningkatkan produksi biji-bijian
(Kartasapoetra dan Sutejo, 1999).
Fosfor (P) merupakan unsur yang diperlukan dalam jumlah besar (hara
makro). Jumlah P dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan nitrogen (N)
dan kalium (K). Tetapi, P dianggap sebagai kunci kehidupan (key of life).
Tanaman menyerap P dalam bentuk ion orthofosfat primer (H2PO4-) dan ion
orthofosfat sekunder (HPO42-). Kemungkinan P masih dapat diserap dalam bentuk
lain, yaitu pirofosfat dan metafosfat. Bahkan ada pendapat lain, bahwa
kemungkinan P diserap dalam bentuk senyawa fosfor organik yang larut air,
misalnya asam nukleat dan phitin. Fospor yang diserap dalam bentuk ion
anorganik cepat berubah menjadi senyawa fosfor organik. Kadar optimal P dalam
tanaman pada saat pertumbuhan vegetatif adalah 0,3 - 0,5% dari berat kering
tanaman (Rosmarkam, 2002).
Fungsi dan mobilitas Zn sangat penting dalam beberapa proses
biokimia tanaman padi. Zn terakumulasi dalam akar, tetapi dapat dipindahkan
(ditranslokasi) ke bagian-bagian lain tanaman yang sedang tumbuh. Fungsi Zn
dalam tanaman padi adalah sebagai penggerak beberapa reaksi enzim dan terlibat
Universitas Sumatera Utara
langsung dalam metabolisme N. Zn merupakan unsur mikro yang paling mobil
dibandingkan dengan unsur mikro lainnya, dan mobilisasinya berkaitan erat
dengan penuaan daun serta pembentukan biji (Ratmini, 2014).
Kekahatan Zn pada tanaman pertanian dapat diidentifikasi sejak awal, di
mana tanaman akan mengalami pemendekan ruas-ruas batang, daun menjadi kecil
dan sempit, dan tampak gejala klorosis di antara urat daun. Batas kritis seng (Zn)
tersedia dalam tanah adalah
Sifat Kimia Tanah Sawah
Secara umum, tanah sawah memiliki ciri khas yang membedakannya
dengan tanah tergenang lainnya, yaitu adanya lapisan oksidasi di bawah
permukaan air akibat difusi O2 setebal 0,8-1,0 cm dan selanjutnya lapisan reduksi
setebal 25-30 cm dan diikuti oleh lapisan tapak bajak yang kedap air. Lapisan
tapak bajak ini merupakan lapisan yang terbentuk sebagai akibat dari adanya
praktek pengolahan tanah sawah dalam keadaan tergenang. Sedangkan
penggenangan tanah selama masa pertanaman padi dapat mereduksi Fe dan Mn,
sehingga mudah larut dan terjadi proses eluviasi Fe dan Mn. Dalam keadaan
tergenang, reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ menyebabkan warna tanah menjadi abu-abu.
Namun, dalam keadaan tergenang, dijumpai adanya lapisan tipis yang teroksidasi
berwarna kecoklatan. Pada saat tanah dikeringkan, Fe2+ kembali teroksidasi dan
akan menimbulkan karatan coklat pada tanah sawah (Mukhlis dkk, 2011).
Perubahan sifat kimia tanah sawah berkaitan erat dengan proses oksidasi
reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah yang menentukan tingkat
ketersediaan hara dan produktifitas tanah sawah. Perubahan kimia yang
disebabkan oleh penggenangan tanah sawah sangat mempengaruhi dinamika dan
ketersediaan hara. Keadaan reduksi akibat penggenangan akan merubah aktifitas
mikroba tanah dimana mikroba aerob akan digantikan oleh mikroba anaerob, yang
menggunakan sumber energi dari senyawa teroksidasi yang mudah di reduksi
yang berperan sebagai elektron seperti ion NO3-, SO42- , Fe3+, Mn4+
(Prasetyo dkk, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Selain pelumpuran, tanah sawah juga mengalami penggenangan dalam
periode tertentu untuk mendukung pertumbuhan padi sawah. Penggenangan yang
dilakukan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan elektrokimia seperti
potensial redoks, pH dan konduktivitas spesifik. Perubahan-perubahan tersebut
untuk tanah kering yang baru disawahkan berbeda dengan tanah sawah yang
sudah biasa mendapat penggenangan air secara periodik. Perubahan potensial
redoks akan mempengaruhi ketersediaan P, konsentrasi Ca2+, Mn2+, Cu+, dan
SO42- secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi konsentrasi Ca2+, Mg2+,
Zn+, dan lain-lain. Umumnya potensial redoks akan mendekati -200 mv, pH tanah
sekitar 6-7, dan konduktivitas spesifik meningkat (Hanafiah, 2005).
Dalam keadaan reduksi akibat penggenangan, oksigen yang terdapat dalam
pori-pori tanah dan air dikonsumsi oleh jasad mikro tanah, sehingga menyebabkan
terjadinya keadaan anaerob. Kegiatan jasad mikro aerob segera diganti oleh jasad
mikro anaerob yang menggunakan sumber energi dari senyawa yang mudah
direduksi antara lain SO42-, NO3-, Mn4+, Fe3+. Senyawa-senyawa tersebut di
lapisan reduksi segera direduksi menjadi S2- (sulfida), NO2- (nitrit), Mn2+
(Mangano), dan Fe2+ (ferro) (Adiningsih dkk, 2004). Terdapat tiga kelompok
mikroba tanah yang sangat berperan dalam proses perubahan kimia tanah sawah
yaitu mikroba aerob yang terdapat dalam lapisan oksidasi dan dalam air genangan
yang memanfaatkan oksigen yang terdapat dalam air genangan, serta mikrobamikroba fakultatif dan obligat anaerob pada lapisan reduksi (Prasetyo dkk, 2004).
Sifat kimia tanah sawah juga dipengaruhi oleh mineral liat. Tanah sawah
yang didominasi mineral liat tipe 2:1 (montmorilonit) akan sulit membentuk
lapisan tapak bajak karena sifat mengembang dan mengkerut dari mineral
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Tanah sawah yang didominasi oleh mineral smektit mencirikan
terjadinya akumulasi basa-basa dan lingkungan yang bereaksi netral hingga basis
dengan drainase tanah jelek, dan mempunyai muatan negatif (KTK) yang tinggi
karena adanya substitusi Al3+ dan Mg2+ (Prasetyo dkk, 2004).
Fosfor di Tanah Sawah
Pada tanah sawah tergenang, fosfor tersedia lebih tinggi dibandingkan bila
tanah dikeringkan. Peningkatan ini disebabkan oleh :
a. Reduksi ferri-fosfat menjadi ferro-fosfat yang mudah larut.
b. Tersedianya P-reductance soluble karena lapisan pembalut
yang
mengelilingi partikel fosfor menjadi larut.
c. Hidrolisis beberapa Fe dan Al yang mengikat P di tanah masam, sehingga
P yang terfiksasi menjadi tersedia pada pH yang lebih tinggi.
d. Meningkatnya mineralisasi P organik di tanah masam, karena proses
tersebut akan meningkat pada pH 6-7.
e. Meningkatnya kelarutan mineral apatit di tanah berkapur karena pH turun
menjadi 6-7.
f. Semakin besarnya diffusi H2PO4- di dalam volume larutan tanah yang
lebih besar.
(Mukhlis dkk, 2011).
Hasil mineralisasi dari P organik menjadi P anorganik merupakan faktor
penting bagi ketersediaan P di dalam agroekosistem. Dari hasil percobaan Linca
dan Kasno (2009) menunjukkan bahwa secara umum kadar P anorganik pada
tanah sawah lebih rendah dari pada tanah lahan kering. Meskipun banyak literatur
mendukung hipotesis mengenai reduksi Fe oksida serta hubungan antara potensial
Universitas Sumatera Utara
redoks dan larutan P (Murray and Hesterberg, 2006), dimana larutan P di dalam
tanah cenderung meningkat dalam kondisi reduksi. Vadas (1998) melaporkan
bahwa beberapa tanah mengalami kenaikan P terlarut dengan adanya reduksi,
akan tetapi pada contoh tanah lainnya menunjukkan penurunan P selama inkubasi.
Seperti dalam literatur lainnya disebutkan secara umum perubahan pada kondisi
aerobik lebih besar dari pada anaerobik (Westrich and Berner, 1984). Sehingga
dapat dikatakan bahwa oksida Fe tidak terlalu berpengaruh terhadap P terlarut
Linca dan Kasno (2009).
Akibat pemupukan P dalam jumlah yang banyak dan kontinyu dan
intensifikasi selama bertahun – tahun, telah terjadi penimbunan (akumulasi) P di
dalam tanah. P tanah yang terakumulasi ini dapat digunakan kembali oleh
tanaman berikutnya apabila reaksi tanah mencapai kondisi optimal untuk
pelepasan P tersebut. P total yang ada ditanah sawah tinggi tetapi P yang tersedia
bagi tanaman sangat sedikit dikarenakan P terikat oleh liat, bahan organik, serta
oksida dan Fe dan Al pada tanah yang pH nya rendah (tanah masam dengan pH 4
– 5,5) dan oleh pada Ca dan Mg yang pH nya tinggi (tanah masam dengan pH 7,6
– 8,5) (Yohana dkk, 2013).
Unsur hara P diserap oleh tanaman dalam bentuk ion ortho fosfat, terutama
H2PO4- dan HPO4-2. Serapan P oleh akar tanaman hanya melelui mekanisme
intersepsi akar, difusi dalam jarak pendek (0,02 cm) dan aliran massa, sehingga
efisiensi P umumnya sengat rendah hanya sekitar 10-25 % dari jumlah pupuk
yang diberikan. Pupuk P yang tidak diserap tanaman hanya sedikit yang hilang
tercuci bersama air perkolasi. Sejalan dengan waktu, sebagian besar menjadi P
Universitas Sumatera Utara
nonlabil yang tidak tersedia bagi tanaman, terfiksasi Al-P dan Fe-P pada tanah
masam dan sebagai Ca-P paada tanah Alkalis (Saraswati dkk, 2006).
Suatu hal yang menguntungkan dari sifat P adalah sangat stabilnya P di
tanah, sehingga kehilagan P akibat pencucian relatif tak pernah terjadi. Tetapi hal
ini pulalah yang menyebabkan kelarutan P dalam tanah sangat rendah yang
konsekuensinya ketersediaan P untuk tanaman relatif sangat sedikit. Faktor-faktor
yang mempengaruhi ketersediaan P di tanah yaitu : ( 1 ) tipe liat, (2) bahan
organik, ( 3 ) waktu, ( 4 ) temperatur, dan ( 5 ) pH tanah. Sedangkan Soepardi
(1983) menambahkan bahwa ketersediaan P organik tanah ditentukan oleh : pH
tanah, Fe, Al, Mn yang terlarut, ketersediaan Ca, jumlah dan tingkat dekomposisi
bahan organik, dan kegiatan jasad mikro (Kartasapoetra dan Sutejo, 1999).
Peranan P dan Zn pada Tanaman
Kebutuhan fosfor bagi tanaman adalah mutlak karena fosfor merupakan
hara makro dan esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Peranan
unsur ini selain untuk mempersiapkan energi kimia dan mengatur metabolisme
juga terlihat dalam berbagai proses enzimatik lainnya. Kekurangan hara fosfor
disamping dapat menghambat pertumbuhan tanaman juga dapat mencegah
penyerapan unsur hara penting lainnya. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
hambatan pertumbuhan akar yang akan berakibat terganggunya absorpsi unsur
hara. Pada daerah tropis, unsur P diperkirakan sebagai pembatas pertumbuhan dan
produksi tanaman urutan ketiga setelah air dan nitrogen. Karena itu ketersediaan
fosfor dalam tanah merupakan syarat utama bagi pertumbhtan dan perkembangan
tanaman (Ilyas dkk, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Fosfor berperan penting dalam sintesa protein, pembentukan bunga, buah
dan biji serta mempercepat pemasakan. Kekurangan P dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, anakan sedikit, lambat pemasakan dan
produksi tanaman rendah. Secara umum, fungsi dari fosfor dalam tanaman
dinyatakan sebagai berikut: (1) dapat mempercepat pertumbuhan akar semai, (2)
dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi
tanaman dewasa pada umumnya, (3) mempercepat pembungaan dan pemasakan
buah, biji dan gabah dan (4) dapat meningkatkan produksi biji-bijian
(Kartasapoetra dan Sutejo, 1999).
Fosfor (P) merupakan unsur yang diperlukan dalam jumlah besar (hara
makro). Jumlah P dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan nitrogen (N)
dan kalium (K). Tetapi, P dianggap sebagai kunci kehidupan (key of life).
Tanaman menyerap P dalam bentuk ion orthofosfat primer (H2PO4-) dan ion
orthofosfat sekunder (HPO42-). Kemungkinan P masih dapat diserap dalam bentuk
lain, yaitu pirofosfat dan metafosfat. Bahkan ada pendapat lain, bahwa
kemungkinan P diserap dalam bentuk senyawa fosfor organik yang larut air,
misalnya asam nukleat dan phitin. Fospor yang diserap dalam bentuk ion
anorganik cepat berubah menjadi senyawa fosfor organik. Kadar optimal P dalam
tanaman pada saat pertumbuhan vegetatif adalah 0,3 - 0,5% dari berat kering
tanaman (Rosmarkam, 2002).
Fungsi dan mobilitas Zn sangat penting dalam beberapa proses
biokimia tanaman padi. Zn terakumulasi dalam akar, tetapi dapat dipindahkan
(ditranslokasi) ke bagian-bagian lain tanaman yang sedang tumbuh. Fungsi Zn
dalam tanaman padi adalah sebagai penggerak beberapa reaksi enzim dan terlibat
Universitas Sumatera Utara
langsung dalam metabolisme N. Zn merupakan unsur mikro yang paling mobil
dibandingkan dengan unsur mikro lainnya, dan mobilisasinya berkaitan erat
dengan penuaan daun serta pembentukan biji (Ratmini, 2014).
Kekahatan Zn pada tanaman pertanian dapat diidentifikasi sejak awal, di
mana tanaman akan mengalami pemendekan ruas-ruas batang, daun menjadi kecil
dan sempit, dan tampak gejala klorosis di antara urat daun. Batas kritis seng (Zn)
tersedia dalam tanah adalah