Pengembangan Potensi Ekowisata Di Desa Sosor Dolok Kecamatan Harian Kabupaten Samosir

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Ekowisata
Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya
yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai lawan dari wisata
massal. Perbedaan ini tentu berimplikasi pada kebutuhan pengelolaan yang tepat.
Berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegiatan yang
menaruh perhatian terhadap kelestarian lingkungan sumberdaya pariwisata.
Masyarakat ekowisata Internasional mengartikannya sebagai perjalanan wisata alam
yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat lokal (responsible travel to natural areas the conserves the
environment and improves

the well-being of local people) (The International

Ecotourism Society, 2000). Dari defenisi ini ekowisata dapat dilihat dari tiga
perspektif, yakni:
1.

Ekowisata sebagai produk
Ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam.


2.

Ekowisata sebagai pasar
Ekowisata diarahkan sebagai perjalanan yang mengupayakan kelestarian
lingkungan .

3.

Ekowisata sebagai pendekatan pembangunan
Menurut wikipedia (2009), ekowisata adalah salah satu kegiatan pariwisata
yang berwawasan lingkungan dengan menggunakan aspek konservasi

alam, aspek pemberdayaan social budaya, ekonomi masyarakat lokal serta
aspek pembelajaran dan pendidikan.
Simposium Ekowisata di Bogor pada 16-17 Januari 1996, mengeluarkan
rumusan mengenai ekowisata sebagai “Penyelenggaraan kegiatan wisata yang
bertanggung jawab di tempat-tempat alami atau daerah yang dibangun dengan kaidah
alam, yang mendukung berbagai upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Deklarasi quebec secara spesifik menyebutkan bahwa ekowisata merupakan
suatu bentuk wisata yang mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata yang berkelanjutan
yang membedakannya dengan wisata lain. Didalam praktik hal itu terlihat dalam
kegiatan wisata yang :
a.

Secara aktif menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya

b.

Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pengembangan dan
pengelolaan wisata serta memberikan sumbangan positif terhadap
kesejahteraan mereka

c.

Dilakukan dalam bentuk wisata yang independent atau organisasi dalam
bentuk kelompok kecil (UNEP, 2000). Dalam ini konsepsi ekowisata
mengacu kepada Deklarasi Quebec dimana pola pengembangan potensi
ekowisata yang ada diharapkan mengacu kepada bentuk kegiatan ekowisata

yang disarankan.

2.2 Karakteristik Pasar Ekowisata
Di tingkat global pertumbuhan pasar ekowisata tercatat jauh lebih tinggi dari
pasar wisata secara keseluruhan. Berdasarkan analisis The International Ecotourism
Society (2000) pertumbuhan pasar ekowisata berkisar antara 10-30 persen pertahun
sedangkan pertumbuhan wisatawan secara keseluruhan hanya 4 persen. Tahun 1998
WTO memperkirakan pertumbuhan ekowisata sekitar 20 persen. Di Indonesia
diperkirakan sekitar 25 persen wisatawan mancanegara pada tahun 1996 merupakan
ekowisatawan (ecotourist). Statistik ini menunjukkan bahwa perilaku pasar pariwisata
sedang berlangsung saat ini dan ekowisata akan menjadi pasar wisata yang sangat
prospektif di masa depan (The International Ecotourism Society,2000).
Selain sisi permintaan dari sudut penawaran juga terlihat fenomena menarik
dalam pasar ekowisata. Sekitar empat tahun yang lalu telah tercatat tidak kurang dari
600 penyelenggaraan perjalanan ekowisata, yang ini sangat penting dalam kaitan
dengan karakteristik ekowisata 85 persen di antaranya berskala kecil, namun bisnis
ekowisata ini mampu memutar omset sebesar US$ 250 juta (The International
Ecotourism Society, 2000), yakni :
1. Aspek pendidikan dan informasi wisatawan biasanya mempelajari lebih
dahulu latar belakang social dan budaya masyarakat di daerah tujuan

sebelum mereka memilih daerah tujuan. Wisatawan Amerika dan Inggris
mengaku menikmati pengalaman yang lebih baik dalam perjalanan ketika
mereka sebelumnya mempelajari kebiasaan-kebiasaan, budaya, lingkungan,
dan geografi masyarakat di negara tujuan .

2. Aspek sosial budaya daerah tujuan wisata. Wisatawan menaruh perhatian
besar pada budaya masyarakat di daerah tujuan wisata.
3. Aspek lingkungan seperti disebutkan di atas, aspek lingkungan yang alamiah
pada produk wisata menjadi incaran sebagian besar wisatawan global mulai
dari Amerika Utara sampai Eropa.
4. Aspek estetika, keindahan dan otensitas daya tarik wisata merupakan
kebutuhan yang elementer dalam berwisata. Konservasi DTW menjadi
penting dalam ekowisata .
5. Aspek etika dan reputasi. Meskipun iklim, biaya dan daya tarik menjadi
kriteria pilihan berwisata namun wisatawan sangat peduli pada etika
kebijakan dan pengelolaan lingkungan.
2.3 Potensi Ekowisata
Potensi ekowisata adalah semua objek (alam, budaya, buatan) yang
memerlukan banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi
wisatawan (Damanik dan Weber, 2006). Setelah berlakunya undang-undang nomor

10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, istilah objek wisata diganti menjadi daya tarik
wisata pengertian segala

sesuatu keunikan, keindahan dan nilai berupa

keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Dari pemahaman mengenai potensi ekowisata tersebut dapat disimpulkan
bahwa potensi ekowisata terkait dengan penawaran wisata. Elemen penawaran wisata
terdiri atas (Damanik dan Weber ,2006):

1.

Atraksi
Atraksi dibedakan menjadi atraksi yang tangible dan intangible yang
memberikan kenikmatan kepada wisatawan baik yang berupa kekayaan
alam, budaya dan hasil buatan manusia.

2.


Aksesbilitas
Cakupan aksesbilitas yang keseluruhan saran dan prasarana transportasi
yang melayani wisatawan dari, ke, dan selama didaerah tujuan tujuan
wisata.

3.

Amenitas
Fungsi amenitas lebih kepada pemenuhan kebutuhan wisatawan sehingga
seringkali tidak berhubungan lansung terkait dengan bidang pariwisata.

2.4 Pengelolaan Ekowisata
Suhandi (2001) menjabarkan bahwa pengelolaan ekowisata merupakan
penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat lami atau
daerah-daerah yang dibuat berdasarkan keindahan alam dan secara ekonomi
berkelanjutan

yang

mendukung


upaya-upaya

pelestarian

lingkungan

dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Dalam penelitian ini metode dasar
/pengelolaan

ekowisata

yang

dikembangkan

berdasarkan


perencanaan

dan

pengelolaan ekowisata.
A. Rencana pengelolaan ekowisata harus mencakup (Duman, dan Mooe,
2002) :
1. Penjabaran tujuan yang terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus

2. Perwilayahan
3. Strategi
4. Program
5. Aktivitas guna pencapaian tujuan
Pengelolaan umum mengatur penanganan kawasan lingkup yang lebih luas
(diluar daerah konversi) yang menjadi penunjang keberadaan daerah konservasi yang
kelak akan dibuat. Pada kawasan tersebut terdapat pemukiman warga dan kegiatan
sosial masyarakat sehingga pengolahan ekowisata secara umum dapat memberikan
manfaat.
B. Rencana Daerah Konservasi
1. Tema pengelolaan

2. Alternatif strategi
Penanganan daerah konservasi lebih terfokus pada pengelolaan kawasan untuk
tetap menjaga kelestarian, kelestarian dan ke khasan kawasan. Daerah ini akan
menjadi pusat perhatian dari pengembangan kegiatan ekowisata yang akan dilakukan.
Untuk mewujudkan cakupan dasar pengelolaan ekowisata pada sebuah
kawasan, langkah penyusunan,perencanaan dan pengelolaan ekowisata yaitu
(Drumm, dan Mooe, 2002):
C.

Perencanaan wilayah konservasi dan evaluasi awal wilayah
Perencanaan Wilayah Konservasi
1. Tahap Pertama
a. Mengidentifikasi sistem ekologi dan keragaman komunitas
b. Mengidentifikasi integritas ekologi

c. Menguji status keanekaragaman hayati
d. Menyusun tujuan konservasi wilayah
2. Tahap Kedua
a. Mengidentifikasi ancaman yang mengganggu tujuan konservasi
b. Penyusunan strategi pengelolaan

c. Mencari solusi ancaman
d. Evaluasi dan strategi
3. Evaluasi Awal Wilayah
4. Evaluasi strategi pengelolaan
5. Evaluasi pengembangan ekowisata
D. Pemeriksaan wilayah secara menyeluruh
1. Identifikasi ancaman strategis
2. Penentuan lokasi ekowisata
3. Atraksi yang dapat dinikmati
4. Penanggungjawaban atas kegiatan yang dilakukan
5. Monitoring yang baik
E. Analisis data dan menyiapkan rencana
Analisis Data
1. Pengumpulan data
2. Analisis untuk penyusunan konsep
3. Rencanaan pengolahan
4. Penjabaran tujuan dan strategi
5. Tujuan khusus

6. Aktivitas

7. Pembagian wilayah
8. Perlengkapan fasilitas
F. Implementasi rencana pengelolaan ekowisata
1. Implementasi Personil Pengelola
a. Kepemimpinan lembaga pengelola
b. Staff yang mengelola
c. Pelatihan dalam mengelola kawasan tujuan
d. Keterlibatan pihak lain
2. Implementasi Program Pengelolaan
a. Monitoring program
b. Evaluasi
c. Rencana kerja bulanan dan tahunan
d. Pelaporan dari suatu perkembangan system
G. Mengukur kesuksesan
1. Evaluasi hambatan konservasi
2. Evaluasi income generating untuk kegiatan konservasi
3. Evaluasi keuntungan masyarakat
2.5 Strategi Pengembangan Potensi Ekowisata
Pengelolaan potensi ekowisata merupakan upaya untuk memanfaatkan hingga
mendayagunakan potensi – potensi wisata khususnya potensi ekowisata untuk
kepentingan pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Konsep

pengelolaan ekowisata secara umum serupa dengan konsep pengelolaan kegiatan
yang berhubungan dengan pemanfaatan potensi alam. Sejumlah kawasan yang
memiliki daya tarik wisata alam yang umumnya merupakan daerah yang ditetapkan
sebagai pusat kegiatan pelestarian sumberdaya dan lingkungan. Untuk itu dalam
pemanfaatan nantinya perlu menerapkan prinsip pelestarian lingkungan. Seringkali
dalam upaya untuk memanfaatkan dan mengelola potensi ekowisata yang ada pihak
pengelola dihadapkan pada masalah klasik seperti lemahnya dalam pemantauan
kwalitas lingkungan, kondisi sarana dan prasarana dan kurangnya kemampuan SDM
dalam menjaga sumberdaya lingkungan yang ada (Mardiastuti, 2000). Penggunaan
istilah strategi pada penelitian ini mengacu kepada istilah Strategi Generik
dikemukakan oleh Porter (1980) yang mengidentifikasikan bahwa strategi generik
adalah suatu pendekatan strategi perusahaan dalam rangka mengungguli pesaing
dalam industri sejenis. Dalam prakteknya, setelah perusahaan mengetahui strategi
generiknya, untuk implementasinya akan ditindaklanjuti dengan langkah penentuan
strategi yang lebih operasional. Pada tahap akhir yang lebih detil, penjabaran yang
lebih detail dari strategi utama adalah strategi fungsional yang lebih menekankan
pada bidang – bidang fungsional. Berdasarkan penggambaran definisi strategi,
ekowisata dan pengelolaan ekowisata pada sub bab sebelumnya, ditetapkan
pengertian strategi pengelolaan potensi ekowisata yaitu : rangkaian upaya – upaya
strategis yang harus dilakukan untuk mengelola potensi ekowisata sehingga dapat
memberikan manfaat bagi kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

2.6 Studi Terdahulu
1. Analisis Strategi Pengembangan Kawasan Ekowisata
Penelitian ini membahas pengembangan jasa layanan ekowisata yang dengan
optimalisasi kesatuan usaha wisata, usaha benih dan usaha lain. Peneliti
membandingkan

potensi

pengelolaan

kawasan

pengembangan

hutan

dan

pengembangan ekowisata. Metode digunakan dengan metode survey melalui kegiatan
wawancara dan FGD dengan berbagai pihak yang terkait dengan tema kajian. Data
yang digunakan meliputi data primer yang dikaji melalui wawancara, diskusi (FGD),
observasi, sedangkan data sekunder dilakukan melalui review terhadap buku bahan
bacaan, laporan, dan peraturan perundangan. Kegiatan dalam penelitian ini antara
lain:
a. melakukan identifikasi factor
b. melakukan analisis faktor eksternal
c. melakukan analisis faktor internal
d. melakukan analisis SWOT/TOWS
e. melakukan analisis Portofolio dan selanjutnya
f. mengkaji prioritas melalui analisis QSPM.
Berdasarkan hasil SWOT dan analisa prioritas melalui analisis QSPM dihasilkan
beberapa alternatif strategi. Secara umum rencana tahapan kegiatan yang akan
dilakukan peneliti di Desa Sosor Dolok belum terdapat pemanfaatan potensi
ekowisata yang ada sehingga peneliti melakukan penelitian.

2. Studi Pola Pengembangan Ekowisata
Pengembangan ekowisata dilakukan karena sangat minimnya minat wisatawan
untuk menikmati paket atau atraksi wisata yang disajikan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui potensi ekowisata, kendala yang dihadapi, serta menemukan pola
yang tepat dalam mengembangkan ekowisata desa tersebut. Metode analisis data
dilakukan dengan cara analisis kualitatif menggunakan metode analisis SWOT
(Strenght, Weakness, Opportunity, and Threat) dan analisis komparatif (analisis
perbandingan).
Studi yang akan dilakukan di Sosor Dolok lebih bersifat komprehensif di mana
peneliti akan mengidentifikasi potensi ekowisata yang ada untuk dibuatkan strategi
pengelolaan potensi yang ada. Pada tahap selanjutnya adalah merumuskan strategi
operasional untuk pengembangan ekowisata yang akan ditawarkan.
3. Pengelolaan Ekowisata
a.

Ekowisata Daerah Aliran Sungai (DAS)
Untuk mewujudkan sebagai model pengelolaan ekowisata idaman sebagaimana

dalam visi pembangunan pariwisata Samosir daerah idaman yang paling indah dan
tempat tinggal masyarakat yang beriman, mandiri, kreatif, dinamis, sejahtera dan
penuh kasih persahabatan serta dilandasi berbagai nilai agama dan budaya tradisional,
bernuansa berkelanjutan, maka perlu dukungan berbagai faktor ketersediaan potensi
daya tarik objek wisata, sarana prasarana, peran lembaga terkait, dunia usaha, dan
masyarakat. Pendukung Objek Wisata DAS Harian adalah sebagai Model
Pengelolaan Ekowisata. Dukungan terhadap pengelolaan potensi daya tarik objek
wisata DAS Harian adalah ketersediaan prasarana jalan (jalan utama, jalan desa, dan

jalan setapak) sarana transportasi, informasi dan komunikasi serta akomodasi seperti
penginapan, rumah makan, warung suvenir, sanggar budaya dan sebagainya.
Dukungan lainnya berkaitan dengan sikap dan perilaku masyarakat.
Untuk mengembangkan DAS Harian sebagai model pengelolaan ekowisata,
maka selain didukung hasil analisis potensi daya tarik wisata, kondisi lingkungan,
ketersediaan prasarana jalan, fasilitas dan akomodasi, perlu pula didukung partisipasi
aparat terkait, dunia usaha dan masyarakat, serta dukungan berbagai unsur lain.
Unsur-unsur lain yang dimaksudkan adalah faktor kebijakan pemerintah daerah yang
berkaitan

dengan

peraturan

daerah

pembangunan daerah (PROPEDA),

(PERDA),
rencana

Undang-Undang,

strategis pembangunan

program
daerah

(RENSTRA), rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJMD), norma dan
nilai, serta sistem pengelolaan potensi daya tarik ekowisata. Pada penelitian di DAS
Harian ini dibahas bentuk kebijakan yang akan diambil, hanya saja belum
tergambarkan dengan jelas mengenai variabel penawaran kegiatan ekowisata yang
akan ada. Di dalam studi pengelolaan potensi ekowisata di Sosor Dolok, peneliti akan
menjabarkan secara detail potensi dan kendala yang ada di lokasi, kemudian
dilanjutkan dengan penyusunan dan perumusan strategi pengelolaan pada bagian
akhir menggunakan SWOT dan QSPM.
b.

Pengembangan Ekowisata pada Kawasan Hutan
Pengelolaan kawasan hutan yang mulai ditangani daerah dan keinginan

masyarakat lokal untuk dapat membangun sebuah kawasan yang berasaskan
lingkungan hidup, sehingga timbul lah keinginan masyarakat daerah tersebut untuk
dapat mengelola langsung kawasan hutan ini dengan tetap memperhatikan kelestarian

alam, disamping mereka juga mendapatkan insentif secara ekonomis untuk
kelangsungan anak cucunya. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan Economic Valuation yang berdasarkan Willingness to Pay bagi
wisatawan yang akan mengunjungi daerah tersebut atau dengan melakukan
perhitungan Opportunity Cost yang mungkin terjadi jika daerah tersebut dikonversi
menjadi sumber penghasilan lain bagi masyarakat sekitarnya. Ide dari Total
Economic Valuation yang telah lama di perkenalkan oleh para ahli adalah untuk
menilai sumber daya yang ada pada daerah tropis dan polusi yang terjadi pada daerah
tersebut. Skenario pembangunan kawasan tersebut diambil dengan melihat berbagai
potensi yang mungkin untuk mengubah kawasan tersebut dimasa depan dengan
memperhatikan aspirasi masyarakat yang ada di dalamnya.
Penggunaan metodologi lebih terfokus pada perumusan harga jasa produksi.
Dalam melakukan penelitian di Sosor Dolok peneliti tidak akan membahas secara
detail harga jasa ekowisata yang akan dikenakan tetapi lebih cenderung kepada
penetapan strategi pengelolaan potensi ekowisata.
2.7 Mekanisme Penentuan Strategi
Salah satu mekanisme penentuan strategi yang digunakan mengacu kepada
penentuan strategi utama berdasarkan konsep David (2000) yang membagi tahapan
penentuan strategi menjadi tiga bagian. Proses penyusunan strategis dilakukan
dengan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan
tahap pengambilan keputusan (Rangkuti, 2001). Tahap akhir analisis kasus adalah
memformulasikan keputusan yang akan diambil. Keputusannya didasarkan atas

justifikasi yang dibuat secara kualitatif maupun kuantitatif, terstruktur maupun tidak
terstruktur, sehingga dapat diambil keputusan yang signifikan dengan kondisi yang
ada.
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan
misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis
(strategic planner) harus menganalisa faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut
dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah
Analisis SWOT (Rangkuti, 2001).