Analisis Daya Saing Ekonomi Kabupaten Labuhanbatu

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Daya saing (competitiveness) merupakan salah satu indikator yang lekat dengan

pembangunan ekonomi daerah. Daya saing merupakan kemampuan menghasilkan
produk barang dan jasa yang memenuhi pengujian internasional, dan dalam saat
kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan yang tinggi yang
berkelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan
kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal
(European Commission, 1999).
Pada era otonomi daerah ini pemerintah kabupaten/kota di Indonesia
menghadapi persoalan dalam membangun ekonomi daerahnya.Dalam menghadapi
persoalan pembangunan ekonomi, maka suatu daerah harus membangun
perekonomian yang memiliki daya saing dan efisien. Pada era otonomi daerah ini
maka program pembangunan ekonomi daerah harus desentralistis dan memiliki
daya saing, sehingga cakupannya lebih luas dan tidak hanya sekedar
pembangunan ekonomi daerah (Subandi, 2011 : 140).
Sementara itu, tren perekonomian negara-negara di dunia cenderung mengarah
kepada globalisasi dan desentralisasi.Sebagai antisipasi terhadapkecenderungan

globalisasi murni yang tertuang dalam WTO, beberapa negara yang memiliki
kesamaan kepentingan membentuk satu tempat global pada ruang lingkup yang
lebih sempit atau regional.Bentuk-bentuk regionalisasi ini seperti AFTA, APEC,
NAFTA, dan sebagainya merupakan upaya dari negara-negara yang tergabung

dalam organisasi tersebut untuk tetap dapat bersaing dalam kancah perekonomian
global.Namun, pembentukan organisasi tersebut menyebabkan semakin tingginya
tingkat persaingan antar negara. Bahkan di tahun 2015, Indonesia sudah harus siap
memulai AEC (ASEAN Economic Community) atau yang lebih dikenal dengan
MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang merupakan arus bebas perdagangan
barang dan jasa bahkan tenaga kerja dalam ruang lingkup negara-negara di
wilayah Asia Tenggara.
Menurut

laporan

World

Competitiveness Report


Economic

Forum

(WEF)

dalam

Global

tahun 2014-2015 (World Economic Forum, 2014)

menunjukkan bahwa posisi negara Indonesia berada di peringkat 34 dari 144
negara yang disurvei. Meskipun posisi ini mengalami kenaikan dari Global
Competitiveness Report tahun 2013-2014 yang Indonesia berada di peringkat 38,
namun Indonesia masih tertinggal dari beberapa negara-negara Asia Tenggara
lainnya yaitu, Singapore yang berada di peringkat ke-2, Malaysia peringkat ke-20,
dan Thailand peringkat ke-31. Untuk negara Asia ada Jepang peringkat ke-6,
Hongkong peringkat ke-7, Taiwan peringkat ke-14, Korea Selatan peringkat ke26,
dan China peringkat ke-28.

Dari laporan World Economic Forum diatas, dapat disimpulkan bahwa posisi
daya saing Indonesia masih tergolong lemah dibanding negara-negara lainnya
bahkan di wilayah Asia Tenggara Indonesia belum mampu mengimbangi
Singapore, Malaysia, dan Thailand, dan beberapa negara lain di kawasan Asia.
Lemahnya tingkat posisi daya saing Indonesia di karenakan dengan infrastruktur,

birokrasi yang tidak efektif dan tidak efisien,dan penentuan kebijakan yang tidak
stabil.
Tingginya tingkat persaingan antar negara ini tidak hanya akan berdampak
pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan, tetapi juga akan berdampak
langsung pada perekonomian daerah setelah pemberlakuan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal. Tantangan ini harus diartikan sebagai tuntutan bagi setiap
daerah di Indonesia untuk meningkatkan daya saing masing-masing daerah.
Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal akan berimplikasi pada kemampuan
daerah dalam meningkatnkan daya saing daerahnya masing-masing sebagai
penentu keberhasilan pembangunan di daerah tersebut (Abdullah dkk, 2002 : 6).
Untuk iu pertimbangan ekonomi dijadikan dasar dalam sistem birokrasi. Di sini,
birokrasi dituntut untuk dapat menggerakkan dan mendorong pertumbuhan
ekonomi serta pemberdayaan otonomi dan ekonomi.Dengan demikian, birokrasi
harus efektif dan efisien sehingga mampu membawa daerahnya memiliki daya

saing yang tinggi.
Dari hasil penelitian PPSK Bank Indonesia dan LP3E FE- UNPAD (2008)
dalam neraca daya saing daerah, kabupaten Labuhanbatu berada di peringkat ke65 peringkat ini masih dibawah kota Medan, dimana kota Medan di peringkat ke23 adapun peringkat kabupaten yang masih dibawahperingkat kabupaten
Labuhanbatu yaitu Kabupaten

Asahan yang berada di peringkat ke-73, dan

Kabupaten Deli Serdang di peringkat ke-95.
PDRB Provinsi Sumatera Utara atas dasar harga berlaku menurut
kabupaten/kota (miliar rupiah) “(GDRB theprovince of Sumatera Utara at current

market prices by regencies/municipalities (billion rupiahs)” bahwa kabupaten
Labuhanbatu tahun 2011 sekitar 8.550 miliar dan tahun 2012 mencapai sekitar
9.602 miliar.Selanjutnya berdasarkan harga konstan Labuhanbatuditahun 2011
sekitar 3.448 dan ditahun 2012 sekitar 3659.Kemudian berdasarkan laju
pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 dalam persen Labuhanbatu di
tahun 2011 sekitar 5,72 %.PDRB perkapita atas dasar harga berlaku Labuhanbatu
ditahun 2011 mencapai 20.041 ribu dan ditahun 2012sekitar 22.040 ribu.(BPS
Sumut).
Kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu kabupaten otonom yang ada di

Provinsi Sumatera Utara dengan beribukotakan Rantauprapat.Luas kabupaten ini
adalah 2.561,38 km2. Jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2013
sebanyak 430.178 jiwa dengan kepadatan 168,16 jiwa/km2. Daerah ini terbagi
menjadi 9 kecamatan yang terdiri dari 98 kelurahan/desa di Kabupaten
Labuhanbatu.
Persaingan antar daerah yang semakin ketat, membuat pemerintah daerah tak
terkecuali Kabupaten Labuhanbatu dituntut untuk lebih menyiapkan daerahnya
sebaik mungkin agar dapat menarik investasi ke Kabupaten Labuhanbatu.Dengan
demikian untuk meningkatkan daya saing ekonomi daerah perlu dikembangkan
sentra-sentra ekonomi daerah. Serta kesiapan pemerintah daerah secara sungguhsungguh dalam menata pengembangan kelembagaan, membuat kebijakan
pemerintah daerah yang lebih strategis, meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) , reformasi birokrasi, hingga pemberdayaan ekonomi daerah

secara menyeluruh merupakan kunci dalam pembangunan ekonomi daerah yang
kompetitif dan memiliki daya saing yang tinggi.
1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis


merumuskan masalah sebagai berikut: “Faktor- Faktor apa saja yang menjadi
penentu daya saing ekonomi di Kabupaten Labuhanbatu?”
1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

faktor - faktor penentu daya saing Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015.
1.4

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan tentang kondisi daya saing perekonomian Kabupaten
Labuhanbatu, Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan masukan, koreksi maupun bahan pertimbangan oleh kepala
daerah maupun instansi terkait dalam mengambil keputusan atau kebijakan
dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi sehingga mampu
mendorong kesejahteraan daerahnya.

3. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk melakukan penelitian
selanjutnya.