Analisis Daya Saing Ekonomi Kabupaten Labuhanbatu

(1)

Lampiran 1 Instrumen Penelitian

Wilayah :

______________

Kuisoner Penelitian

Analisis Daya Saing Ekonomi Kab/Kota di Propinsi

Sumatera Utara

A.

Identitas Responden

1. Nama Responden :

2. Badan Usaha : 1. PT 2. CV 3. UD 4. Lainnya...

3. Bidang Usaha : 1. Pertanian Pangan 5. Perdagangan

2. Industri 6. Hotel dan Restoran

3. Perikanan 7. Jasa-Jasa 4. Perkebunan 8. Lainnya, ...

4. Alamat Usaha/Kantor/Rumah : Kecamatan :

5. Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan 6. Berapa usia B/I/S saat ini : ___________ tahun

7. Pendidikan terakhir yang ditamatkan :

1. Tamat SMP atau sederajat 3. Sarjana Muda/D3 atau lebih tinggi

2. Tamat SMA atau sederajat 4. Lainnya,


(2)

B. Indikator Pembobotan Faktor Daya Saing Ekonomi

Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk membandingkan tingkat kepentingan dari masing-masing kriteria untuk indikator pembobotan faktor daya saing ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan cara memberi tanda silang (X) pada kolom yang telah disediakan di bawah ini dengan menggunakan Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan :

Nilai 1 = sama pentingnya Nilai 3 = sedikit lebih penting Nilai 5 = lebih penting

Nilai 7 = sangat lebih penting Nilai 9 = mutlak lebih penting 2,4,6,8 = nilai tengah

Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria

Kelembagaan Sosial Politik

Kelembagaan Ekonomi

Daerah

Kelembagaan Tenaga Kerja

Kelembagaan Infrastruktur

Sosial Politik Ekonomi

Daerah

Sosial Politik Tenaga Kerja

Sosial Politik Infrastruktur

Ekonomi Daerah Tenaga Kerja Ekonomi Daerah Infrastruktur

Tenaga Kerja Infrastruktur

Sisi kiri lebih penting Sisi kanan lebih penting

Dengan menggunakanSkala Penilaian Perbandingan Berpasangan di atas, variabel manakah yang menurut Bapak/Ibu/Saudara lebih penting dalam menentukan daya saing ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.

1. Faktor Kelembagaan

Untuk faktor kelembagaan, terdapat 4 variabel yang mempengaruhi faktor kelembagaan, yakni :

a) Variabel kepastian hukum

b) Variabel pembiayaan pembangunan c) Variabel aparatur


(3)

Sisi kiri lebih penting Sisi kanan lebih penting 2. Faktor Sosial Politik

Untuk faktor sosial politik, terdapat 3 variabel yang mempengaruhi faktor sosial politik, yakni :

a) Variabel stabilitas politik b) Variabel keamanan

a) Variabel budaya

Sisi kiri lebih penting Sisi kanan lebih penting 3. Faktor Perekonomian Daerah

Untuk faktor perekonomian daerah, terdapat 2 variabel yang mempengaruhi faktor perekonomian daerah, yakni :

a) Variabel potensi ekonomi b) Variabel struktur ekonomi

Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria

Potensi ekonomi

Struktur ekonomi

Sisi kiri lebih penting Sisi kanan lebih penting Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria

Kepastian hukum Pembiayaan Kepastian hukum Aparatur Kepastian hukum Perda

Pembiayaan Aparatur

Pembiayaan Perda

Aparatur Perda

Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria

Stabilitas politik Keamanan Stabilitas politik Budaya


(4)

4. Faktor Tenaga Kerja dan Produktivitas

Untuk faktor tenaga kerja dan produktivitas, terdapat 3 variabel yang mempengaruhi faktor tenaga kerja dan produktivitas, yakni :

a) Variabel biaya tenaga kerja

b) Variabel ketersediaan tenaga kerja c) Variabel produktivitas tenaga kerja

Sisi kiri lebih penting Sisi kanan lebih penting 5. Faktor Infrastruktur Fisik

Untuk faktor infrastruktur fisik, terdapat 2 variabel yang mempengaruhi faktor infrastruktur fisik, yakni :

a) Variabel ketersediaan infrastruktur fisik b) Variabel kualitas infrastruktur fisik

Sisi kiri lebih penting Sisi kanan lebih penting

C. Persepsi Masyarakat

Keterangan :

1 = Sangat Tidak Setuju ; 2 = Tidak Setuju ; 3 = Kurang Setuju ; 4 = Setuju ; 5 = Sangat Setuju

No

Item-Item Pertanyaan

Skala Likert

1 2 3 4 5

Kelembagaan A. Variabel Kepastian Hukum

1 Menurut B/I/S, konsistensi peraturan yang mengatur kegiatan usaha

sudah berjalan baik. 1 2 3 4 5

Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria

Biaya TK Ketersediaa

n TK

Biaya TK Produktivit

as TK Ketersedia

an TK

Produktivit as TK

Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria

Ketersediaan infrastruktur

Kualitas infrastruktur


(5)

2 Menurut B/I/S, penegakan hukum dalam kaitannya dengan dunia

usaha sudah baik. 1 2 3 4 5

3 Menurut B/I/S, pungli diluar birokrasi terhadap kegiatan usaha

semakin berkurang. 1 2 3 4 5

B. Variabel Keuangan Daerah

4 Menurut B/I/S, jumlah APBD yang ada sekarang ini telah sesuai

dengan kebutuhan. 1 2 3 4 5

5 Menurut B/I/S, realisasi APBD sesuai dengan rencana program dan

anggaran. 1 2 3 4 5

6 Menurut B/I/S, tingkat penyimpangan dalam penggunaan APBD

relatif rendah. 1 2 3 4 5

C. Variabel Aparatur dan Pelayanan

7 Menurut B/I/S, birokrasi pelayanan terhadap dunia usaha semakin

baik. 1 2 3 4 5

8 Menurut B/I/S, penyalagunaan wewenang oleh aparatur semakin

berkurang. 1 2 3 4 5

9 Menurut B/I/S, struktur pungutan oleh pemerintah daerah terhadap

dunia usaha sudah sesuai. 1 2 3 4 5

D. Variabel Peraturan Daerah

10 Menurut B/I/S, peraturan produk hukum daerah berupa pajak dan

retribusi sudah mendukung kegiatan dunia usaha. 1 2 3 4 5

11 Menurut B/I/S, implementasi Perda sudah sesuai dengan yang

ditetapkan. 1 2 3 4 5

Sosial Politik A. Variabel Stabilitas Politik

12 Menurut B/I/S, potensi konflik di masyarakat semakin menurun dan

dapat dideteksi. 1 2 3 4 5

13 Menurut B/I/S, intensitas unjuk rasa yang ada diwilayah ini semakin

menurun. 1 2 3 4 5

14 Menurut B/I/S, hubungan antara eksekutif dan legislatif semakin

baik. 1 2 3 4 5

B. Variabel Keamanan

15 Menurut B/I/S, gangguan keamanan terhadap aktivitas dunia usaha

semakin menurun. 1 2 3 4 5

16 Menurut B/I/S, gangguan keamanan terhadap masyarakat

dilingkungan sekitar tempat kegiatan usaha semakin menurun. 1 2 3 4 5

17 Menurut B/I/S, kecepatan aparat dalam menanggulangi gangguan

keamanan semakin baik. 1 2 3 4 5

C. Variabel Budaya Masyarakat

18 Menurut B/I/S, Partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam

perumusan kebijakan pemerintah daerah semakin meningkat. 1 2 3 4 5

19 Menurut B/I/S, keterbukaan masyarakat terhadap dunia usaha

semakin baik. 1 2 3 4 5

20 Menurut B/I/S, perilaku masyarakat terhadap diskriminasi semakin


(6)

21 Menurut B/I/S, adat istiadat masyarakat daerah semakin mendukung

kegiatan dunia usaha. 1 2 3 4 5

22 Menurut B/I/S, etos kerja masyarakat daerah semakin meningkat 1 2 3 4 5

Perekonomian Daerah A. Variabel Potensi Ekonomi

23 Menurut B/I/S, tingkat daya beli masyarakat cenderung semakin

meningkat. 1 2 3 4 5

24 Menurut B/I/S, perkembangan kondisi ekonomi semakin membaik. 1 2 3 4 5

25 Menurut B/I/S, kondisi harga-harga barang dan jasa relatif stabil dan

terjangkau. 1 2 3 4 5

26 Menurut B/I/S, tingkat kesejahteraan masyarakat cenderung semakin

membaik. 1 2 3 4 5

B. Variabel Struktur Ekonomi

27 Menurut B/I/S, nilai tambah atau kontribusi sektor primer semakin

meningkat. 1 2 3 4 5

28 Menurut B/I/S, nilai tambah atau kontribusi sektor sekunder semakin

meningkat. 1 2 3 4 5

29 Menurut B/I/S, nilai tambah atau kontribusi sektor tersier semakin

meningkat. 1 2 3 4 5

Tenaga Kerja dan Produktivitas A. Variabel Biaya Tenaga Kerja

30 Menurut B/I/S, besarnya upah tenaga kerja sesuai dengan ketentuan

UMK. 1 2 3 4 5

31 Menurut B/I/S, besarnya upah tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan

hidup masyarakat. 1 2 3 4 5

B. Variabel Ketersediaan Tenaga Kerja

32 Menurut B/I/S, jumlah angkatan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar

tenaga kerja. 1 2 3 4 5

33 Menurut B/I/S, tingkat pendidikan angkatan kerja sesuai dengan

kebutuhan pasar tenaga kerja. 1 2 3 4 5

C. Variabel Produktivitas Tenaga Kerja

34 Menurut B/I/S, tingkat produktivitas tenaga kerja yang ada relatif

tinggi. 1 2 3 4 5

35 Menurut B/I/S, tingkat produktivitas tenaga kerja sesuai dengan

besarnya upah yang ada. 1 2 3 4 5

Infrastruktur Fisik A. Variabel Ketersediaan Infrastruktur Fisik

36 Menurut B/I/S, ketersediaan jalan sudah memadai. 1 2 3 4 5

37 Menurut B/I/S, ketersediaan pelabuhan laut sudah memadai. 1 2 3 4 5

38 Menurut B/I/S, ketersediaan pelabuhan udara sudah memadai. 1 2 3 4 5

39 Menurut B/I/S, ketersediaan saluran telepon sudah memadai. 1 2 3 4 5


(7)

40 Menurut B/I/S, kualitas jalan sudah baik. 1 2 3 4 5

41 Menurut B/I/S, akses dan kualitas pelabuhan laut sudah baik. 1 2 3 4 5

42 Menurut B/I/S, akses dan kualitas pelabuhan udara sudah baik. 1 2 3 4 5


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, P., Alisjahbana, Armida, S., Effendi, N., Boediono, 2002. Daya Saing

Daerah, Konsep dan Pengukurannya di Indonesia, Edisi 1, BPFE,

Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu, dalam Angka tahun, 2014.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu, dalam Angka tahun, 2015.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, dalam Angka tahun, 2014.

Darwanto, Herry, 2011.Analisis Peringkat Daya Saing Indonesia 2008-2011,

Bappenas, Jakarta

Garbuz, Veronica., Bercu, Ana Maria, 2012. The Labour And Economic

Competitiveness Of Republic Of Moldova In The European Context,

Volume VII, Issue 2A

Huggins, Robert., Izush, Hiro., Prokop, Daniel., Thompson Piers, 2014. Journal

Regional Competitiveness, Economic Growth and Stages Of Development,

Vol 32. sv 2. 255-28

Hidayat, Paidi, 2012. “Analisis Daya Saing Ekonomi Kota Medan”, Jurnal

Keuangan dan Bisnis,

Irawati, Ira., Zulfadly Urufi, Renato Everardo Isaias Rezza Resobeoen, Agus Setiawan, Aryanto, 2008. “Pengukuran Tingkat Daya Saing Daerah Berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Variabel Infrastruktur dan Sumber Daya Alam, Serta Variabel Sumber Daya Manusia di Wilayah

Provinsi Sulawesi Tenggara”, Prosiding INSAHP5, Semarang.

Volume 4 Nomor 3, hal 228-238.

Indrawati, Dede, 2012. “Analisis Elemen-Elemen Prakondisi Pembentukan

Daerah Otonom Baru dan Daya Saing Investasi Daerah Otonom Baru (Studi di Kabupaten Bandung Barat)”.Skripsi.Depok.

KPPOD, 2005. “Daya Tarik Investasi 214 Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun 2004”, KPPOD, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad dan Anggi Rahajeng, 2005.“Daya Tarik Investasi dan Pungli

di DIY”, Jurnal Ekonomi Pembangunan

Millah, Anita Nur, 2013 “Analisis Daya Saing Daerah di Jawa”, Skripsi,

Semarang.


(9)

PPSK-BI dan LP3E FE UNPAD, 2008.Profil dan Pemetaan Daya Saing Ekonomi Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia. Rajawali Pers, Jakarta.

Porter, Michael E, 1990. The Competitive Advantage of Nation,The Free Press.

Saaty, Thomas L, 1990. Decision Making For Leader :The Analytic Hierarchy

Process For Decision in A Complex World, University of Pittsburgh,

Pittsburgh.

Sugiyono, Fx, 2004. “Peningkatan Daya Saing Ekonomi Indonesia”, Jurnal

Dinamika Ekonomi dan Bisnis

Taniredja, Tukiran., Hidayati Mustafidah, 2011. Penelitian Kuantitatif, Alfabeta,

Bandung

, Vol. 1 No. 1, hal 14-27.

Undang Undang Otonomi Daerah Terbaru, 2005. Pustaka Pelajar, Jakarta

World Economic Forum, 2014.The Global Competitiveness Report, Oxford

University Press, New York www.labuhanbatukab.go.id (5-12-2015)


(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian adalah langkah langkah sistematik atau prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memcahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Adapun metodologi penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara.Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu satu bulan.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mengkaji tentang faktor-faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara pada tahun

2015 dengan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP).

3.3 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini antara lain :

1. Kelembagaan

2. Sosial politik

3. Ekonomi daerah

4. Tenaga kerja dan produktivitas


(11)

3.4 Definisi Operasional

1. Kelembagaan yaitu suatu pola hubungan antara anggota masyarakat yang

saling mengikat, diwadahi dalam suatu jaringan atau organisasi dengan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal dan nonformal untuk bekerjasama demi mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Sosial Politik, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan

kekuasaan dan wewenang dalam pelaksanaan kegiatan sistem politik, yang banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial budaya.

3. Ekonomi Daerah, yaitu ukuran kinerja secara umum dari perekonomian

makro (daerah) yang meliputi penciptaan nilai tambah, akumulasi kapital, tingkat konsumsi, kinerja sektoral perekonomian, serta tingkat biaya hidup.

4. Tenaga Kerja, yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

5. Infrastruktur fisik, yaitu sebagai kebutuhan dasar fisik pengorganisasian

sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik dan sektor privat sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang berada dalam usia angkatan kerja yaitu 15 – 65 tahun dan bermukim di Kabupaten Labuhanbatu.


(12)

Berdasarkan data BPS (2013), jumlah penduduk yang berada dalam usia angkatan kerja berjumlah 190.589 jiwa dari total penduduk Kabupaten Labuhanbatu yang berjumlah 430.178 jiwa. Namun dalam penelitian ini ditetapkan jumlah sampel yang cukup representatif berdasarkan rumus Slovin:

N

n=

1+Ne2

n = besaran sampel

N = besaran populasi

E = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaranketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel)

3.6 Metode Pengambilan Sampel

Prosedur pengambilan sampel atau responden dilakukan secara purposive sampling, yaitu dengan menentukan sampel atau responden yang dianggap dapat mewakili segmen kelompok masyarakat yang dinilai mempunyai pengaruh atau merasakan dampak besar terkait daya saing ekonomi daerah.

Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknikini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.

Sesuai dengan penelitian sosial menurut Roscoe (1982:253) dalam Taniredja dan Mustafidah (2011:38) memberikan saran-saran untuk penelitian sebagai berikut :

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan


(13)

2. Bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.

3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi

atau regresi ganda misalnya). Maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali

dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independent + dependent) maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok

eksperimen dan kelompok control, jumlah anggota sampel masing – masing antara 10 sampai dengan 20.

Dalam penelitian ini sampel yang di ambil sebanyak 30 responden yang terdapat di 9 kecamatan yang terdiri dari 98 kelurahan/desa di Kabupaten Labuhanbatu. Adapun jumlah sampel berdasarkan kelompok masyarakat adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1.

Jumlah Sampel Berdasarkan Kelompok Masyarakat

No Kelompok Masyarakat Responden

1 DPRD 3

2 Staf Pengajar (Dosen / Guru) 3

3 Masyarakat Umum 4

4 Birokrasi 4

5 Perbankan 3

6 Non Perbankan 3

7 Pengusaha 10

Jumlah 30

3.7 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka jenis data yang digunakan adalah :


(14)

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak pertama yang menjadi objek penelitian.Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dan juga pengisian kuisioner terhadap kelompok masyarakat yang dijadikan sampel.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi secara resmi, buku-buku, majalah-majalah serta laporan lain yang berhubungan dengan penelitian.

Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Kuisioner

Para penduduk yang menjadi responden atau sampel dalam penelitian ini diberikan lembaran kuisioner. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi dari kelompok masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu.

2. Wawancara

Teknik wawancara dilakukan kepada kelompok masyarakat yang menjadi sampel adalah untuk menggali informasi yang lebih mendalam mengenai saran atau keluhan masyarakat secara langsung terhadap faktor-faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2015.


(15)

3.8 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam menganalisis daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2015 meliputi analisis deskriptif dan

Analytical Hierarchy Proses (AHP). Untuk lebih jelasnya lagi, metode yang

digunakan antara lain sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini memberikan gambaran tentang karakteristik tertentu dari data yang telah dikumpulkan. Data tersebut akan dianalisis sehingga menghasilkan gambaran mengenai persepsi masyarakat terhadap faktor-faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2015. Analisis data disajikan dalam bentuk tabulasi, gambar (chart) dan diagram.

2. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analisis ini digunakan untuk memberikan nilai bobot setiap faktor dan variabel dalam menghitung faktor-faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2015. Proses pemberian bobot indikator

dan sub-indikator (variabel) dilakukan dengan menggunakan Analitical

Hierarchy Process (AHP) melalui kuisioner untuk kelompok masyarakat yang

sudah ditentukan sebelumnya dari berbagai latar belakang disiplin ilmu. Dalam pembobotan suatu faktor atau variabel dapat dilakukan sesuai dengan persepsi manusia sehingga diharapkan mampu menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Selain itu, AHP juga mampu memberikan prioritas alternatif dan melacak ketidakkonsistenan dalam pertimbangan dan preferensi seorang responden (Saaty, 2002, dalam Hidayat, 2012)


(16)

Metode Analytical Hierarcy Process (AHP) awalnya dikembangkan oleh Prof. Thomas Lorie Saaty dari Wharton Business School sekitar tahun 1970.Metode ini digunakan untuk mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam pemecahan suatu permasalahan.Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang senantiasa dihadapkan untuk melakukan pilihan dari berbagai alternatif.Disini diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang telah dilakukan. Dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak dipengaruhi oleh satu factor saja melainkan multifactor dan mencakup berbagai jenjang maupun kepentingan.

Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinu.Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif.

Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan secara efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.


(17)

Analytical Hierarchy Process(AHP) dapat menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagiannya, serta menjadikan variabel dalam suatu hirarki (tingkatan).Masalah yang kompleks dapat diartikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria), struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia.

Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas.Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.Selain itu AHP juga memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan di dalam dan di luar kelompok elemen strukturnya.

Analytical Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik

yang terdiri dari :

1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan

berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan. Misalnya, jika A adalah k kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1/k kali lebih penting dari A.


(18)

2. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk dengan bola tenis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam hal berat.

3. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complete hierarchy)

walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna (incomplete

hierarchy).

4. Expectation, yang berarti menonjolkon penilaian yang bersifat ekspektasi dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif.

Secara umum pengambilan keputusan dengan metode AHP didasarkan pada langkah-langkah berikut :

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

dengan kriteria–kriteria dan alternaif–alternatif pilihan yang ingin di rangking.

3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan

kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing–masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam


(19)

5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.

6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung eigen vectordari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai

eigen vectormerupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis

pilihan dalam penentuan prioritas elemen–elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0,15 maka

penilaian harus diulang kembali.

Rasio Konsistensi (CR) merupakan batas ketidakkonsistenan (inconsistency)

yang ditetapkan Saaty.Rasio Konsistensi (CR) dirumuskan sebagai perbandingan indeks konsistensi (RI). Angka pembanding pada perbandingan berpasangan adalah skala 1 sampai 9, dimana :

 Skala 1 = setara antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang

lainnya

 Skala 3 = kategori sedang dibandingkan dengan kepentingan lainnya

 Skala 7 = kategori amat kuat dibandingkan dengan kepentingan lainnya

 Skala 9 = kepentingan satu secara ekstrim lebih kuat dari kepentingan

Prioritas alternatif terbaik dari total rangking yang diperoleh merupakan

rangking yang dicari dalam Analytical Hierarchy Process (AHP) ini. Dalam


(20)

beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain sebagai berikut (Saaty, 1990) :

a. Decomposition

Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami kalau sistem tersebut dipecah menjadi berbagai elemen pokok, kemudian elemen-elemen tersebut disusun secara hirarkis. Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur tertentu.

Pada tingkat tertinggi dari hirarki, dinyatakan tujuan, sasaran dari sistem yang dicari solusi masalahnya.Tingkat berikutnya merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.Suatu hirarki dalam metode AHP merupakan penjabaran elemen yang tersusun dalam beberapa tingkat, dengan setiap tingkat mencakup beberapa elemen homogen.Sebuah elemen menjadi kriteria dan patokan bagi elemen-elemen yang berada di bawahnya.Dalam menyusun suatu hirarki tidak terdapat suatu pedoman tertentu yang harus diikuti.Hirarki tersebut tergantung pada kemampuan penyusun dalam memahami permasalahan. Namun tetap harus bersumber pada jenis keputusan yang akan diambil.

Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria yang dibentuk sesuai dengan tujuan permasalahan, maka kriteria-kriteria tersebut harus memiliki sifat-sifat berikut :

1) Minimum


(21)

2) Independen

Setiap kriteria tidak saling tumpang tindih dan harus dihindarkan pengulangan kriteria untuk suatu maksud yang sama.

3) Lengkap

Kriteria harus mencakup seluruh aspek penting dalam permasalahan.

4) Operasional

Kriteria harus dapat diukur dan dianalisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan dapat dikomunikasikan.

b. Comparative Judgment

Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan criteria di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh dalam menentukan prioritas dari elemen-elemen yang ada sebagai dasar pengambilan keputusan. Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison.

Yang pertama dilakukan dalam menentapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu pengambilan keputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarki.Dalam perbandingan berpasangan ini, bentuk yang lebih disukai adalah matriks, karena matriks merupakan alat yang sederhana yang biasa dipakai, serta memberi kerangka untuk menguji konsistensi.Rancangan matrik ini mencerminkan dua segi prioritas yaitu, mendominasi dan didominasi.


(22)

Misalkan terdapat suatu sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah

n alternatif dibawahnya, Ai sampai An. Perbandingan antar alternatif untuk sub

sistem hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matriks n × n, seperti pada tabel 4 di

bawah ini :

Tabel 3.2.

Matriks perbandingan berpasangan

C A1 A2 A3 ….. An

A1 A2 A3 ….. An a11 a21 a31 ….. an1 a12 a22 a32 ….. an2 a13 a23 a33 ….. an3 … … … … … a1n a2n a3n ….. ann

Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1 (kolom)

yang menyatakan hubungan :

a. Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C dibandingkan

dengan A1 (kolom) atau

b. Seberapa jauh dominasi A1 (baris) terhadap A1 (kolom) atau

c. Seberapa banyak sifat kriteria C terhadap A1 (baris) dibandingkan dengan A1

(kolom).

Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari

skala perbandingan yang disebut Saaty pada tabel 5. Apabila bobot kriteria Ai

adalah Wi dan bobot elemen Wj maka skala dasar 1-9 yang disusun Saaty mewakili perbandingan (Wi/Wj)/1. Angka-angka absolute pada skala tersebut

merupakan pendekatan yang amat baik terhadap perbandingan bobot elemen Ai


(23)

Tabel 3.3.

Skala penilaian perbandingan

Skala tingkat

kepentingan Definisi Keterangan

1 Sama pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang

sama

3 Sedikit lebih penting

Pengalaman dan penilaian sedikit memihat satu elemen dibandingkan dengan pasangannya

5 Lebih penting

Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan dengan pasangannya

7 Sangat penting

Satu elemen sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat nyata dibandingkan dengan elemen pasangannya

9 Mutlak lebih penting

Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan yang tertinggi

2,4,6,8 Nilai tengah Diberikan bila terdapat keraguan penilaian

antara dua penilaian yang berdekatan Kebalikan Aij = 1/Aji

Bila aktivitas i memperoleh suatu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan i

Sumber: Thomas L. Saaty (1991)

Saaty menyusun angka-angka absolute sebagai skala penilaian

berdasarkan kemampuan manusia untuk menilai secara kualitatif, yaitu melalui ungkapan sama, lemah, amat kuat, dan absolute atau ekstrim.

Penilaian yang dilakukan oleh banyak partisipan akan menghasilkan pendapat yang berbeda satu sama lain. AHP hanya memerlukan satu jawaban untuk matriks perbandingan.

Jadi semua jawaban dari partisipan harus dirata-ratakan.Dalam hal ini Saaty memberikan metode perataan dengan rata-rata geometric atau geometric mean. Rata-rata geometric dipakai karena bilangan yang dirata-ratakan adalah deret bilangan yang sifatnya rasio dan dapat mengurangi gangguan yang ditimbulkan salah satu bilangan yang terlalu besar atau terlalu kecil.


(24)

Teori rata-rata geometric menyatakan bahwa jika terdapat n partisipan yang melakukan perbandingan berpasangan, maka terdapat n jawaban atau nilai numerik untuk setiap pasangan. Untuk mendapatkan nilai tertentu dari semua nilai tersebut, masing-masing nilai harus dikalikan satu sama lain kemudian hasil perkalian itu dipangkatkan dengan 1/n. Secara sistematis dituliskan sebagai berikut:

aij = (z1. z2. z3. …. zn)1/n dengan :

aij = Nilai rata-rata perbandingan berpasangan kriteria Ai dengan Aj untuk n partisipan

Zi = Nilai perbandingan antara A1 dengan Ai untuk partisipan i, dengan nilai i = 1, 2, 3, …, n

n = Jumlah partisipan

c. Synthesis of Priority

Dari setiap matriks Pairwise Comparison kemudian dicari Eigenvector dari

setiap matriks Pairwise Comparison untuk mendapatkan local priority.Karena

matriks Pairwise Comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk

mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis di antara local

priority.Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hirarki.Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority setting.

d. Logical Consistency

Salah satu asumsi utama model AHP yang membedakannya dengan model-model pengambilan keputusan lain adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak. Dengan model AHP yang memakai persepsi manusia sebagai inputnya maka ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam menyatakan persepsinya secara konsisten terutama kalau harus membandingkan


(25)

banyak kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka manusia dapat menyatakan persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak.

Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri didasarkan atas eigenvalue maksimum.Dengan eigenvalue maksimum, inkonsistensi yang biasa dihasilkan matriks perbandingan dapat diminumkan.

Rumus dari indeks konsistensi adalah: CI = (λmaks – n) ( n – 1) Dengan :

CI = Indeks konsistensi (λmaks = Eigenvalue maksimum

n = Orde maktrik

Dengan λ merupakan eigenvalue dan n ukuran matriks.Eigenvalue

maksimum suatu matriks tidak akan lebih kecil dari nilai n sehingga tidak mungkin ada nilai CI negatif. Makin dekat eigenvalue maksimum dengan besarnya matriks, makin konsisten matriks tersebut dan apabila sama besarnya maka matriks tersebut konsisten 100% atau inkonsistensi 0%. Dalam pemakaian sehari-hari CI tersebut biasa disebut indeks inkonsistensi karena rumus (2.2) di atas memang lebih cocok untuk mengukur inkonsistensi suatu matriks.

Indeks inkonsistensi di atas kemudian diubah dalam bentuk rasio inkonsistensi dengan cara membaginya dengan suatu indeks random. Indeks random menyatakan rata-rata konsistensi dari matriks perbandingan berukuran

1 sampai 10 yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National


(26)

Tabel 3.4.

Pembangkit Random (RI)

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49

CR = CI/RI

CR = Rasio konsistensi RI = Indeks random

Selanjutnya konsistensi responden dalam mengisi kuesioner diukur.Pengukuran konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat ketidak konsistensinan respon yang diberikan responden. Sato dalam Chow and Luk

(2005) telah menyusun nilai CR (Consistency Ration) yang diizinkan adalah CR <


(27)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Labuhanbatu 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Labuhanbatu

Kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu kabupaten yang berada di

Sumatera Utara dengan beribukotakan Rantauprapat.Pada mulanya luas kabupaten

Labuhanbatu adalah 9.223,18 km². Dengan dibentuknya Kabupaten Labuhanbatu

Utara dan Labuhanbatu Selatan maka luas Kabupaten Labuhanbatu menjadi

2.562,01 km²yang terdiri dari 9 kecamatan yaitu, Bilah Barat, Bilah Hilir, Bilah

Hulu, Panai Hilir, Panai Hulu, Panai Tengah, Pangkatan, Rantau Selatan dan

Rantau Utara.

Kabupaten Labuhanbatu di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Selat Malaka, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara dan disebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Riau.

4.1.2 Kondisi Demografis Kabupaten Labuhanbatu

Jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu berdasarkan data dari BPS pada tahun 2013 berjumlah 430.178 jiwa, yang terdiri dari 213.137 jiwa penduduk perempuandan 217.581 jiwa penduduk laki-laki dengan kepadatan penduduk sebesar 168,16 jiwa/km². Berikut data jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Labuhanbatu padatahun 2013.


(28)

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Dan Kepadatan penduduk Kab. Labuhanbatu Tahun 2013

No Kecamatan Jumlah Penduduk Laki-laki Jumlah Penduduk Perempuan Jumlah Penduduk Kepadapatan Penduduk (jiwa/km)

1 Bilah Barat 17.884 17.308 35.192 173,38

2 Bilah Hilir 26.047 24.939 50.986 118,34

3 Bilah Hulu 29.277 29.031 58.308 198,85

4 Panai Hilir 18.650 17.911 36.561 106,89

5 Panai Hulu 17.541 17.002 34.543 125,02

6 Panai Tengah 17.894 17.130 35.024 72,40

7 Pangkatan 16.422 16.065 32.487 91,39

8 Rantau Selatan 31.008 30.484 61.492 956,03

9 Rantau Utara 42.858 43.267 86.125 767,76

Sumber: BPS Kabupaten Labuhanbatu

Jumlah penduduk tertinggi adalah Kecamatan Rantau Utara sebesar 86.125 jiwa dan Kecamatan Rantau Selatan dengan 61.492 jiwa. Kedua kecamatan ini mempunyai jumlah penduduk lebih besar dari kecamatan lainnya, disebabkan karena kecamatan ini berada di pusat kota/ wilayah perkotaan, dan jumlah penduduk terendah adalah kecamatan Pangkatan sebesar 32.487 jiwa.

Kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Rantau Selatan sebesar 956,03 jiwa/km²dan kepadatan penduduk yang paling rendah adalah Kecamatan Panai Tengahsebesar 72,40 jiwa/km².

4.1.3 Kondisi Perekonomian Kabupaten Labuhanbatu

Kondisi ekonomi daerah Kabupaten Labuhanbatu dapat dilihat dari potensi unggulan daerah serta kondisi pertumbuhan ekonomi daerah atau PDRB.Dimana pada tahun 2003 Labuhanbatu menjadi salah satu daerah kabupaten/kota dengan ekonomi terbaik se-Indonesia.


(29)

Suatu perekonomian suatu kota/kabupaten dapat diukur dari PDRB kota/kabupaten tersebut. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2013 sebesar 6,13 persen. PDRB Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2012 atas dasar harga berlaku sebesar Rp 9.602,61 Miliar dan atas dasar harga konstan sebesar Rp 3.659,46 Miliar. Jika dilihat menurut lapangan usahanya maka sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB yaitu Rp 4.771,12 Miliar rupiah, dan diikuti sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai kontributor terbesar ketiga, sedangkan sisanya disumbangkan oleh enam sektor lainnya, dimana sektor penyumbang terkecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih.

Tabel 4.2

Nilai PDRB Harga Berlaku, Nilai PDRB Harga Konstan, dan Sumber Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2013

Sektor Usaha Nilai PDRB Harga Berlaku

Nilai PDRB Harga Konstan

Sumber Pertumbuhan (%)

Pertanian 2.154,.581,66 711.872,36 1,05

Pertambangan &

Penggalian 178.343,33 63.327,55 0,10

Industri Pengolahan 4.771.117,51 1.688.092,01 2,52

Listrik, Gas & Air

Bersih 39.595,13 16.180,36 0,02

Konstruksi 262.040,90 123.230,96 0,22

Perdagangan, Hotel &

Restoran 1.802.915,13 678.768,48 1,02

Pengangkutan &

Komunikasi 458.528,10 166.999,84 0,27

Keuangan, Persewaan &

Jasa Perusahaan 153.809,96 64.112,42 0,12

Jasa-jasa 1.073.929,41 366.421,59 0,68

Pertumbuhan PDRB Labuhanbatu 6,00


(30)

4.2 Profil Responden

Berdasarkan hasil tabulasi terhadap 30 responden yang dijadikan sebagai objek penelitian bahwa responden yang berjenis laki-laki lebih banyak yaitu sebesar 63% dan perempuan sebesar 37%. Kemudian dari segi usia yang telah di wawancarai yang berumur 21-30 sebesar 23%, yang berumur 31-40 sebesar 27%. Kemudian yang berumur 41-50 juga sebanyak 27%.Dan responden yang >50 sebanyak 23%.Sementara itu untuk tingkat pendidikan, responden yang tamatan D3/S1/S2 sebesar 80%.Kemudian tingkat pendidikan SMA/ Sederajat sebesar 20%.

Tabel 4.3

Karakteristik Responden

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-laki 19 63%

2 Perempuan 11 37%

Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)

1 21-30 7 23%

2 31-40 8 27%

3 41-50 8 27%

4 >50 7 23%

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SMA/Sederajat 6 20%

2 D3/S1/S2 24 80%

Sumber : Data Primer Diolah

4.3 Pembobotan dan Pemeringkatan Faktor Daya Saing Ekonomi

Daya saing ekonomi daerah merupakan representasi dari kinerja indikator-indikator pembentuknya. Semakin baik kinerja indikator-indikator-indikator-indikator pembentuknya, maka akan semakin tinggi daya saing ekonomi suatu daerah. Sebaliknya, apabila kinerja indikator-indikator pembentuk daya saing ekonomi tersebut rendah, maka


(31)

daya saing ekonomi daerah tersebut juga rendah.Untuk melihat daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu, maka terlebih dahulu ditentukan faktor-faktor penentu daya saing ekonomi dengan menentukan nilai bobot dari masing-masing faktor tersebut.

Pembobotan ini diperoleh dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy

Proccess (AHP) dengan bantuan Software yaitu Expert Choice.Pembobotan ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan faktor-faktor yang menentukan daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015.Bobot yang lebih besar dari suatu faktor menunjukkan bahwa faktor tersebut lebih penting dibandingkan dengan faktor lainnya dalam menentukan daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu.Berikut ini hasil pembobotan dari faktor-faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


(32)

Gambar 4.1

Nilai Bobot dari Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Kabupaten Labuhanbatu

Berdasarkan hasil nilai bobot dari beberapa faktor-faktor penentu daya saing Kabupaten Labuhanbatu 2015, diketahui bahwa bobot tertinggi adalah faktor infrastruktur fisik sebesar 0,289 kemudian diikuti oleh faktor perekonomian daerah sebesar 0,231.Lalu, disusul faktor tenaga kerja dan produktivitas sebesar 0,216.Kemudian faktor kelembagaan sebesar 0,143 dan faktor sosial politik sebesar 0,122.

Secara persentase, bobot faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten


(33)

Gambar 4.2

Persentase Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Kabupaten Labuhanbatu

Pada hasil pembobotan gambar diatas, faktor Penentu daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu menurut responden dipengaruhi tiga faktor dengan nilai bobot terbesar yaitu faktor infrastruktur fisik, perekonomian daerah, dan faktor tenaga kerja dan produktivitas.

Selanjutnya akan dijelaskan faktor penetu daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu berdasarkan pemeringkatan dan variabelnya

4.3.1 Faktor Infrastruktur Fisik

Infrastruktur fisik merupakan faktor utama yang penting bagi perkembangan perekonomian baik secara regional maupun nasional dalam pembobotan ini dengan pembobotan sebesar 0,289.Ketersediaan dan kualitas infrastruktur fisik yang baik dan memadai sangat mempengaruhi kelancaran perekonomian di suatu daerah. Semakin berkembang perekonomian, maka kebutuhan masyarakat akan ketersediaan infrastruktur fisik di daerah tersebut juga akan semakin besar.

29%

23% 21%

12%

15% Infrastruktur Fisik

Perekonomian Daerah

Tenaga Kerja dan Produktivitas Sosial Politik


(34)

Dimana untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang dinamis dan stabil tentu harus diiringi dengan pembangunan infrastruktur yang efektif dan efisien.

Salah satuinfrastruktur yang strategis yang perlu ditingkatkan kualitasnya untuk menunjang perekonomian yang berdaya saing tinggi adalah kualitas kondisi jalan.Kualitas jalan yang baik sangat mendukung mobilitas perekonomian yang menghubungkan antar kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu maupun dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera Utara.Berikut penulis lampirkan data kondisi jalan dalam tabel 4.4.

Tabel 4.4

Kondisi Jalan Kabupaten Labuhanbatu tahun 2014 No Kondisi Jalan Panjang Jalan

1 Baik 423,28 km

2 Sedang 266,64 km

3 Rusak 283,89 km

4 Rusak Berat 134,35 km

Total 1.108,17 km

Sumber : Labuhanbatu dalam angka 2015

Faktor infrastruktur fisik didukung oleh dua variabel yaitu variabel ketersediaan infrastruktur fisik dan variabel kualitas infrastruktur.Variabel ketersediaan infrastruktur fisikmemiliki nilai bobot sebesar 0,507atau 51%.Dan variabel kualitas infrastruktur fisik memiliki nilai bobot sebesar 0,493 atau 49%.

Persentase bobot dari masing-masing variabel faktor infrastruktur fisik dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


(35)

Gambar 4.3

Persentase Bobot Variabel Faktor Infrastruktur Fisik

Menurut tanggapan responden menunjukkan bahwa ketersediaan dan kualitas infrastruktur fisik sama-sama menjadi prioritas dalam faktor infrastruktur fisik. Berdasarkan hasil wawancara persepsi masyarakat Kabupaten Labuhanbatu dalam variabel ketersediaan infrastruktur fisik, sebesar 3% responden menyatakan sangat setuju dan 43% responden menyatakan setuju terhadap ketersediaan jalan di Kabupaten Labuhanbatu yang sudah memadai. Sekitar 43% responden yang menyatakan kurang setuju, dan 10% responden menyatakan tidak setuju jika ketersediaan jalan di Kabupaten Labuhanbatu sudah memadai.

Sementara itu, dalam ketersedian pelabuhan laut, sebesar 30% responden yang menyatakan setuju jika ketersediaan pelabuhan laut di Kabupaten Labuhanbatu sudah memadai. Sekitar 23% responden menyatakan kurang setuju, 23% responden menyatakan tidak setuju dan 23% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini . Sedangkan untuk ketersediaan pelabuhan udara, sekitar 37% responden menyatakan setuju, 17% responden menyatakan kurang setuju, 30% responden menyatakan tidak setuju dan 17% responden

51% 49%


(36)

menyatakan sangat tidak setuju jika ketersediaan pelabuhan udara di Kabupaten Labuhanbatu sudah memadai. Untuk ketersediaan pelabuhan udara sendiri, Kabupaten Labuhanbatu tidak memiliki pelabuhan udara.Oleh karena itu, semua responden yang telah diwawancarai menyatakan kurang setuju dan ketidaksetujuannya terhadap penyataan tersebut. Dan dalam ketersediaan saluran telepon, sebesar 3% responden menyatakan sangat setuju dan 80% menyatakan setuju jika ketersedian saluran telepon di Kabupaten Labuhanbatu sudah memadai. Hanya sekitar 17% responden yang menyatakan kurang setuju terhadap ketersediaan saluran telepon di Labuhanbatu.

Dalam variabel kualitas infrastruktur fisik, sebesar 3% menyatakan sangat setuju jika kualitas jalan di Kabupaten Labuhanbatu sudah baik dengan data di Bps Labuhanbatu tahun 2014 bahwa 423,28 km panjang jalan di Labuhanbatu memiliki kondisi baik. Sekitar 47% responden menyatakan setuju jika kualitas jalan di Labuhanbatu sudah baik dengan data BPS Labuhanbatu tahun 2014 bahwa 266,64 km panjang jalan di Labuhanbatu memiliki kondisi sedang, 37% menyatakan tidak setujujika kualitas jalan di Kabupaten Labuhanbatu sudah baik dengan data di Bps Labuhanbatu tahun 2014 bahwa 283,89 km panjang jalan di Labuhanbatu memiliki kondisi rusak dan 13% menyatakan sangat tidak setuju jika kualitas jalan di Kabupaten Labuhanbatu sudah baik dengan data BPS Labuhanbatu tahun 2014 bahwa 134,5 km panjang jalan di Labuhanbatu memiliki kondisi rusak berat.

Kemudian untuk akses dan kualitas pelabuhan laut di Kabupaten Labuhanbatu, sebesar 30% responden yang menyatakan setuju jika kualitas


(37)

pelabuhan laut di daerah ini sudah baik.Sekitar 27% responden menyatakan kurang setuju, 23% responden menyatakan tidak setuju jika akses dan kualitas pelabuhan laut di Kabupaten Labuhanbatu sudah baik. Sedangkan untuk akses dan kualitas pelabuhan udara, sekitar 40% responden yang menyatakan setuju, 17% responden menyatakan kurang setuju, 27% responden menyatakan tidak setuju dan 17% responden menyatakan sangat tidak setuju jika akses dan kualitas pelabuhan laut di Kabupaten Labuhanbatu sudah baik. Dan untuk kualitas saluran dan sambungan telepon di Kabupaten Labuhanbatu, 7% responden menyatakan sangat setuju dan 63% responden menyatakan setuju jika kualitas saluran dan sambungan telepon di daerah ini sudah baik dan sebesar 30% responden yang menyatakan kurang setuju dengan pernyataan ini.

4. 3. 2 Faktor Perekonomian Daerah

Perekonomian daerah sebagai faktor ekonomi yang utama dalam meningkatkan daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu.Walaupun dalam pembobotan ini merupakan prioritas kedua setelah infrastruktur fisik dengan nilai bobot sebesar 0,289. Hal ini memang tidak terlepas dari peran perekonomian daerah yang mutlak harus didukung adanya infrastruktur yang mendukung. Namun demikian, kondisi perekonomian daerah berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah. Dimana, kondisi perekonomian daerah yang baik akan mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat. Begitupun sebaliknya, jika perekonomian daerah cenderung berjalan stagnan maka pembangunan dan


(38)

pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut juga akan terhambat yang berimbas pada perekonomian secara regional maupun nasional.

Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa, struktur yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi di masing-masing sektor.

Secara umum ada tiga sektor yang cukup dominan dalam pembentukan total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Labuhanbatu tahun 2013 yaitu sektor industri pengolahan 43,79%, pertanian 19,78, sektor perdagangan 16,55%, dan sektor jasa-jasa sebesar 9,86%, sedangkan sektor-sektor yang lain memberikan kontribusi dibawah 5% adalah sektor pengangkutan dan komunikasi 4,21%, sektor bangunan2,41%, sektor pertambangan 1,64%, sektor keuangan 1,41%, dan sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,36%.

Secara keseluruhan struktur perekonomian daerah Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2009-2013 ditunjukkan pada table 4.5 dan table 4.6.


(39)

Tabel 4.5

Nilai PDRB Kabupaten Labuhanbatu tahun 2009-2013 Atas Dasar Harga Berlaku

Sektor Usaha Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Pertanian 1.293,81 1.469,44 1.633,17 1.873,23 2.154,58

Pertambangan & Penggalian 114,03 131,32 146,92 159,98 178,34

Industri 2.963,10 3.362,13 3.789,89 4.208,61 4.771,11

Listrik, Gas & Air Bersih 29,99 32,76 35,171 36,72 39,59

Bangunan 172,70 191,17 211,66 232,40 262,04

Perdagangan, Hotel &

Restoran 1.142,09 1.313,49 1.464,00 1.620,56 1.802,91

Pengangkutan & Komunikasi 295,97 337,20 373,46 413,03 458,52

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 92,29 104,42 116,98 134,18 153,80

Jasa-jasa 554,76 668,62 779,04 923,86 1.073,92

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu

Tabel 4.6

Struktur PDRB Kabupaten Labuhanbatu Menurut Lapangan Usaha/ Sektor Tahun 2011– 2013

No Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (%) 2011 2012 2013

1 Pertanian 19,10 19,51 19,78

2 Pertambangan & Penggalian 1,72 1,67 1,64

3 Industri 44,32 43,83 43,79

4 Listrik, Gas & Air Bersih 0,41 0,38 0,36

5 Bangunan 2,48 2,42 2,41

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 17,12 16,88 16,55

7 Pengangkutan & Komunikasi 4,37 4,30 4,21

8 Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 1,37 1,40 1,41

9 Jasa-jasa 9,11 9,62 9,86

PDRB 100,00 100,00 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu

Faktor perekonomian daerah didukung oleh 2 variabel yaitu variabel potensi ekonomi dan variabel struktur ekonomi yang memberikan kontribusi penting dalam mendukung daya saing ekonomi suatu daerah. Variabel potensi ekonomi memiliki bobot tertinggi sebesar 0,594 atau 59% dari keseluruhan bobot faktor


(40)

pendukung perekonomian daerah. Sedangkan variabel stuktur ekonomi memiliki bobot sebesar 0,406 atau 41%. Persentase dari masing-masing variabel indikator perekonomian daerah dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.4

Persentase Bobot Variabel Faktor Perekonomian Daerah

Berdasarkan persepsi masyarakat Labuhanbatu dapat dilihat bahwa variabel potensi ekonomi dianggap lebih penting dan menjadi prioritas dalam faktor perekonomian daerah dalam menentukan tingkat daya saing ekonomi di Kabupaten Labuhanbatu. Berdasarkan hasil wawancara persepsi masyarakat Kabupaten Labuhanbatu bahwa sebanyak 60% responden menyatakan setuju terhadap peningkatan daya beli masyarakat yang cenderung semakin meningkat, bahkan 3% menyatakan sangat setuju. Hanya sekitar 33% masyarakat yang menyatakan kurang setuju dan 3% menyatakan tidak setuju.Kemudian untuk perkembangan kondisi ekonomi yang semakin membaik, 57% responden menyatakan setuju, 33% responden menyatakan kurang setuju, 7% responden menyatakan tidak setuju dan 3% responden menyatakan sangat tidak setuju bahwa perkembangan kondisi ekonomi semakin membaik. Pada kondisi harga-harga

Potensi Ekonomi

59% Struktur

Ekonomi 41%


(41)

barang dan jasa relative stabil dan terjangkau, 50% responden menyatakan kurang setuju, 3% tidak setuju, 10% sangat tidak setuju dan 37% responden menyatakan setuju. Selanjutnya untuk tingkat kesejahteraan masyarakat yang cenderung semakin membaik, 27% responden kurang setuju, 63% responden setuju bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat cenderung semakin membaik, 7% tidak setuju dan 3% responden tidak setuju.

Kemudian pada variabel struktur ekonomi, 67% responden menyatakan setuju bahwa nilai tambah atau kontribusi sektor primer semakin meningkat.3% menyatakan sangat setuju.27% responden menyatakan kurang setuju nilai tambah atau kontribusi sektor primer semakin meningkat.Dan 7% tidak setuju bahwa nilai tambah kontribusi sektor primer semakin meningkat.Selanjutnya, 53% responden menyatakan setuju nilai tambah atau kontribusi sektor sekunder semakin meningkat.43% menyatakan kurang setuju, dan 3% menyatakan tidak setuju bahwa nilai tambah atau kontribusi sektor sekunder semakin meningkat.Kemudian 47% menyatakan setuju nilai tambah atau kontribusi sektor tersier semakin meningkat.47% menyatakan kurang setuju, dan 7% menyatakan tidak setuju nilai tambah atau kontribusi sektor tersier semakin meningkat.

Berdasarkan hasil analisis dan wawancara persepsi para responden, variabel struktur ekonomi dapat dikatakan semakin membaik, dan nilai tambah atau kontribusi sektor primer, sekunder, dan tersier cenderung semakin meningkat.Namun potensi ekonomi diharapkan dapat menjadi lebih baik lagi sehingga dapat meningkatkan daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu.


(42)

4. 3. 3 Faktor Tenaga kerja dan Produktivitas

Tenaga kerja merupakan salah satu indikator yang penting dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan daya saing ekonomi di suatu daerah.Meskipun faktor tenaga kerja dan produktivitas merupakan prioritas ketiga setelah infrastruktur fisik dan perekonomian daerah dengan memiliki bobot penilaian sebesar 0,216.Tenaga kerja dalam jumlah besar dan berkualitas akan meningkatkan daya saing ekonomi suatu daerah.

Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran. Di Kabupaten Labuhanbatu penduduk kelompok umur 30-34 tahun merupakan angkatan kerja dengan populasi tertinggi.Sedangkan penduduk kelompok umur 55-59 tahun merupakan angkatan kerja dengan populasi yang terendah. Kemudian sebagian besar penduduk usia angkatan kerja di Kabupaten Labuhanbatu bekerja di sektor pertanian. Sementara pertambangan dan penggalian menjadi sektor penyumbang angkatan kerja yang paling rendah. Tabel 4.7 dibawah ini menjelaskan secara detail angkatan kerja berdasarkan kelompok umur dan tabel 4.8 menunjukkan persentase penduduk 15 tahun keatas menurut lapangan pekerjaan dan jenis kelamin di Kabupaten Labuhanbatu.


(43)

Tabel 4.7

Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Labuhanbatu tahun 2013

No Kelompok Umur Laki –Laki Perempuan Jumlah

1 15 – 19 14.416 1.818 16.234

2 20 – 24 12.790 8.312 21.102

3 25 -29 18.459 6.250 24.709

4 30 – 34 16.449 10.839 27.288

5 35 – 39 14.507 6.935 21.442

6 40 – 44 13.254 7.220 20.474

7 45 – 49 8.714 5.066 13.780

8 50 – 54 10.084 5.162 15.246

9 55 – 59 3.882 778 4.660

10 60 + 7.297 1.332 8.629

Jumlah 119.852 53.712 173.564

Sumber : Bps Kabupaten Labuhanbatu

Tabel 4.8

Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2014

No Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Pertanian 64.57 23.064 87.221

2 Pertambangan & Penggalian 680 - 680

3 Industri Pengolahan 5.542 1.743 7.285

4 Listrik, Gas & Air Bersih 680 387 1.067

5 Bangunan 3.656 - 3.656

6 Perdagangan,Hotel & Restoran 14.749 19.661 34.410

7 Angkutan & Komunikasi 10.650 266 10.916

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.954 - 1.954

9 Jasa - jasa 14.654 13.664 28.318

Jumlah 116.722 58.785 175.507

Sumber : Labuhanbatu Dalam angka 2014

Faktor tenaga kerja dan produktivitas didukung oleh 3 variabel, yaitu variabel biaya tenaga kerja, variabel ketersediaan tenaga kerja dan variabel produktivitas tenaga kerja. Variabel biaya tenaga kerja memiliki bobot terendah sebesar 0,294 atau 30%, Variabel ketersediaan tenaga kerja memiliki bobot sebesar 0,349 atau 34% dan variabel produktivitas tenaga kerja memiliki bobot tertinggi sebesar 0,357 atau 36% dari keseluruhan bobot faktor pendukung tenaga kerja dan produktivitas. Persentase bobot dari masing-masing variabel dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


(44)

Gambar 4.5

Persentase Bobot Variabel Faktor Tenaga Kerja dan Produktivitas

Menurut tanggapan responden, variabel produktivitas tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja dianggap sangat penting dalam memberikan kontribusi pada faktor tenaga kerja dan produktivitas untuk menentukan tingkat daya saing ekonomi di Kabupaten Labuhanbatu.

Table 4.9

Data UMP Provinsi Sumatera Utara dan UMK Labuhanbatu tahun 2012-2016

Tahun UMP Sumatera Utara UMK Labuhanbatu

2012 1.035.500,00 -

2013 1.200.000,00 -

2014 1.375.000,00 1.827.000,00

2015 1.625.000,00 1.870.000,00

2016 1.811.875,00 -

Sumber :Disnakertrans Labuhanbatu

Tabel 4.10

PDRB Harga Berlaku, Jumlah Tenaga Kerja, dan Produktivitas Tenaga Kerja pada tahun 2011-2014

Tahun PDRB Tenaga Kerja Produktivitas Tenaga Kerja

2011 16.378.786 201.273 8.137.971

2012 18.004.423 165.376 10.886.962

2013 20.070.836 190.589 10.530.951

2014 22.130.048 190.189 11.635.819

Sumber :Labuhanbatu dalam angka 2015

Biaya Tenaga Kerja

29%

Ketersediaan Tenaga Kerja

35% Produktivitas

Tenaga Kerja 36%


(45)

Dari tabel di atas menunjukan setiap tahunnya pada tahun 2011 hingga tahun 2014 produktivitas tenaga kerja Labuhanbatu terus meningkat, ini dikarenakan adanya peningkatakan PDRB harga berlaku dan jumlah tenaga kerja di Labuhanbatu.

Dari hasil wawancara persepsi masyarakat Kabupaten Labuhanbatu dalam variabel biaya tenaga kerja, 37% responden menyatakan setuju terhadap besarnya upah tenaga kerja di Kabupaten Labuhanbatu sudah sesuai dengan ketentuan UMK. Sekitar 50% responden menyatakan kurang setuju, 10% responden menyatakan tidak setuju dan 3% responden menyatakan sangat tidak setuju jika besarnya upah tenaga kerja di Kabupaten Labuhanbatu sudah sesuai dengan ketentuan UMK. Sedangkan untuk melihat besarnya upah tenaga kerja apakah sudah sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat di daerah ini, 27% responden menyatakan setuju bahwa besarnya upah tenaga kerja di Kabupaten Labuhanbatu sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat. Sekitar 60% responden menyatakan kurang setuju, 3% responden menyatakan tidak setuju dan 10% menyatakan sangat tidak setuju jika besarnya upah tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat di Kabupaten Labuhanbatu.

Dalam variabel ketersediaan tenaga kerja, sebesar 30% responden menyatakan setuju jika jumlah angkatan kerja di Kabupaten Labuhanbatu sudah sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Sekitar 50% responden menyatakan kurang setuju, 10% responden menyatakan tidak setuju dan 10% menyatakan sangat tidak setuju jika jumlah angkatan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja di Kabupaten Labuhanbatu.Dan untuk melihat tingkat pendidikan


(46)

angkatan kerja apakah sudah sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, 23% responden menyatakan setuju dengan pernyataan ini. Sekitar 60% responden yang menyatakan kurang setuju, 13% responden menyatakan tidak setuju dan 3% menyatakan sangat tidak setuju jika tingkat pendidikan angkatan kerja di Kabupaten Labuhanbatu sudah sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.

Dalam variabel produktivitas tenaga kerja, untuk melihat tingkat produktivitas tenaga kerja yang ada di Kabupaten Labuhanbatu, sebesar 50% responden menyatakan setuju dan 50% menyatakan kurang setuju jika tingkat produktivitas tenaga kerja yang ada di Kabupaten Labuhanbatu relatif tinggi. Dan untuk melihat apakah tingkat produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Labuhanbatu sudah sesuai dengan besarnya upah yang ada, sebesar 37% responden menyatakan setuju dengan pernyataan ini. Sekitar 43% responden menyatakan kurang setuju, dan 20% menyatakan tidak setuju jika tingkat produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Labuhanbatu sudah sesuai dengan besarnya upah yang ada.

4. 3. 4 Faktor Kelembagaan

Faktor kelembagaan menjadi indikator yang penting untung mengukur seberapa jauh iklim sosial politik, peraturan daerah, sistem keuangan daerah dan aspek keamanan dalam menggerakkan dan mendorong aktivitas perekonomian agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.Pada tahun 2013, kabupaten Labuhanbatu secara wilayah administrasi terdiri dari 9 kecamatan.Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) daerah di Labuhanbatu 2013 adalah sebanyak 6.212 orang. Jika dirinci menurut golongan adalah golongan II


(47)

sebanyak 1.308 orang, golongan III sebanyak 3.257 orang, sedangkan untuk golongan IV ada sebanyak 1.544 orang dan masih terdapat 103 orang golongan I. Tabel 4.9 dibawah ini menjelaskan secara detail jumlah PNS dan golongannya di Labuhanbatu.

Tabel 4.11

Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Dinas/Instansi Pemerintahan dan Golongan di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2013

No Unit Kerja Golongan Jumlah

I II III IV

1. Sekretariat Daerah 5 44 91 55 195

2. Sekretariat DPRD 4 23 19 3 49

3. Inspektorat Kabupaten 1 2 26 6 35

4. Bappeda 0 4 27 5 36

5. Badan Lingkungan Hidup 0 7 23 5 35

6. Badan Kepegawaian Daerah 0 11 25 2 38

7. Badan Penanaman Modal 0 5 26 3 34

8. Badan Pemberdayaan Perempuan 0 6 53 6 65

9. BPRSU 2 165 189 12 368

10. Dinas Pendidikan 22 323 1666 1373 3384

11. Dinas Kesehatan 3 235 372 4 614

12. Dinas Bina Marga 7 35 54 4 100

13. Dinas Cipta Karya 1 12 41 3 57

14. Dinas Perindag, Koperasi & UKM 0 11 37 8 56

15. Dinas Kependudukan dan Capil 1 29 23 5 58

16. Dinas Sosial, Tenaga Kerja & Transmigrasi 1 4 25 4 34

17. Dinas Perhub. Komunikasi 9 38 33 3 83

18. Dinas Pendapatan 2 42 65 3 112


(48)

Tabel 4.12

Laporan Realisasi APBD Tahun 2013 (Jutaan Rupiah)

No Realisasi Anggaran Tahun (Rp.) 2013

1 Pendapatan 759,607

1.1 Pendapatan Asli Daerah 66,557

1.1.1 Pendapatan Pajak daerah 21,370

1.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah 26,685

1.1.3 Pendapatan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

12,000

1.1.4 Lain -lain pendapatan daerah yang sah 6,502

1.2 Dana Perimbangan 625,051

1.2.1 Dana Bagi Hasil 54,855

1.2.2 Dana Alokasi Umum 520,458

1.2.3 Dana Alokasi Khusus 49,738

1.3 Lain-Lain Pendapatan Yang Sah 68,000

1.3.1 Pendapatan Hibah 1.3.2 Dana Darurat

1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi Lainnya 68,000

1.3.4 Bantuan Keuangan dari Provinsi Lainnya 1.3.5 Lain – lain

2 Belanja 797,936

2.1 Belanja Tidak Langsung 411,188

2.1.1 Belanja Pegawai 383,302

2.1.2 Belanja Bunga 77

2.1.3 Belanja Subsidi

2.1.4 Belanja Hibah 11,130

2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 5,138

2.1.6 Belanja Bagi Hasil kpd Prov/Kab/Kota 1,500

2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab 8,591

2.1.8 Belanja Tidak Terduga 1,450

2.2 Belanja Langsung 386,748

2.2.1 Belanja Pegawai 49,330

2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 139,891

2.2.3 Belanja Modal 197,527

3 Pembiayaan Netto 38,328

3.1 Penerimaan Pembiayaan 40,118

3.1.1 SILPA TA Sebelumnya 40,118

3.1.2 Pencairan Dana Anggaran

3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah 3.1.5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

3.2 Pengeluaran Pembiayaan 1,790

3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan

3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 500

3.2.3 Pembiayaan Pokok Utang 90

3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah 1,200

3.2.5 Pembayaran Kegiatan Lanjutan 3.2.6 Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga Sumber : Labuhanbatu dalam angka 2015


(49)

Faktor kelembagaan didukung oleh empat variabel, yaitu variabel kepastian hukum, variabel pembiayaan pembangunan (keuangan daerah), variabel aparatur, dan variabel peraturan daerah.Seluruh variabel-variabel dalam faktor kelembagaan berada dibawah kendali pemerintah daerah.Variabel kepastian hukum memiliki bobot terbesar sebesar 0,323% atau 32%, Variabel pembiayaan pembangunan atau keuangan daerah memiliki bobot sebesar 0,218 atau 22%, variabel aparatur memiliki bobot sebesar 0,216 atau 22% dan variabel peraturan daerah memiliki bobot sebesar 0,243 atau 24%. Persentase dari masing-masing variabel faktor kelembagaan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.6

Persentase Bobot Variabel faktor Kelembagaan

Berdasakan hasil wawancara dengan responden, sebanyak 53% responden setuju dengan konsistensi peraturan yang mengatur kegiatan usaha sudah berjalan baik, 3% menyatakan sangat setuju, tetapi sebanyak 30% responden menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Mengenai penegakan hukum dalam

32%

22% 22%

24%


(50)

kaitannya dengan dunia usaha, sebanyak 43% responden menyatakan setuju, bahkan 7% sangat setuju. 37% responden menyatakan kurang setuju dan 13% tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Kemudian mengenai pungli diluar birokrasi terhadap kegiatan usaha semakin berkurang, sebanyak 37% menyatakan setuju, 30% menyatakan kurang setuju, 7% tidak setuju dan 27% sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Indikasi ini menyatakan bahwa sebagian besar responden merasa bahwa berjalannya proses penegakan hukum yang berkaitan dengan dunia usaha masih belum konsisten untuk ditegakkan sebagimana mestinya.

Dalam variabel keuangan daerah, sebesar 50% responden mengatakan setuju dan 3% mengatakan setuju bahwa jumlah APBD yang ada sekarang di Kabupaten Labuhanbatu telah sesuai dengan kebutuhan. Sekitar 17% responden mengatakan kurang setuju, 23% mengatakan tidak setuju dan 7% responden mengatakan sangat tidak setuju bahwa jumlah APBD yang ada sekarang telah sesuai dengan kebutuhan di Kabupaten Labuhanbatu. Selanjutnya untuk melihat apakah realisasi APBD di Kabupaten Labuhanbatutelah sesuai dengan rencana program dan anggaran, sebesar 3% responden mengatakan sangat setuju dan 43% responden mengatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Sekitar 60% responden mengatakan kurang setuju, 17% mengatakan tidak setuju dan 7% responden mengatakan sangat tidak setuju jika realisasi APBD sesuai dengan rencana program dan anggaran di Kabupaten Labuhanbatu. Dan untuk melihat tingkat penyimpangan dalam penggunaan APBD apakah relatif rendah, sebesar 3% responden mengatakan sangat setuju dan 27% responden mengatakan setuju


(51)

dengan hal ini. Sekitar 37% responden mengatakan kurang setuju, 17% responden mengatakan tidak setuju dan 17% responden mengatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini.

Dalam variabel aparatur dan pelayanan, untuk melihat apakah birokrasi pelayanan di Kabupaten Labuhanbatu terhadap dunia usaha sudah semakin baik, sebesar 3% responden mengatakan sangat setuju dan 53% responden mengatakan setuju dengan hal ini. Dan Sekitar 40% responden mengatakan kurang setuju, dan 3% responden mengatakan sangat tidak setuju jika birokrasi pelayanan di Kabupaten Labuhanbatu terhadap dunia usaha semakin baik. Selanjutnya untuk melihat apakah penyalahgunaan wewenang oleh aparatur di Kabupaten Labuhanbatu sudah semakin berkurang, sebesar 17% mengatakan setuju dengan pernyataan tersebut.Sekitar 53% responden mengatakan kurang setuju, 20% responden mengatakan tidak setuju dan 10% responden mengatakan sangat tidak setuju terhadap penyalahgunaan wewenang oleh aparatur sudah semakin berkurang di Kabupaten Labuhanbatu. Kemudian untuk melihat struktur pungutan oleh pemerintah daerah Kabupaten Labuhanbatu terhadap dunia usaha apakah sudah sesuai, sebesar 3% responden sangat setuju dan 30% responden mengatakan setuju dengan hal ini. Sekitar 50% responden mengatakan kurang setuju, 10% responden mengatakan tidak setuju dan 7% responden mengatakan sangat tidak setuju jika struktur pungutan oleh pemerintah daerah terhadap dunia usaha di Kabupaten Labuhanbatu sudah sesuai.

Dalam variabel peraturan daerah, untuk melihat apakah peraturan produk hukum daerah di Kabupaten Labuhanbatu berupa pajak dan retribusi sudah mendukung


(52)

kegiatan dunia usaha, sebesar 60% responden mengatakan setuju terhadap pernyataan ini. Sekitar 33% responden mengatakan kurang setuju, 3% responden mengatakan tidak setuju dan 3% responden mengatakan sangat tidak setuju jika peraturan produk hukum daerah berupa pajak dan retribusi sudah mendukung kegiatan dunia usaha di Kabupaten Labuhanbatu. Dan untuk melihat apakah implementasi perda di Kabupaten Labuhanbatu sudah sesuai dengan yang ditetapkan, sebesar 37% responden mengatakan setuju dengan pernyataan tersebut.Sekitar 50% responden mengatakan kurang setuju dan 13% responden mengatakan tidak setuju bahwa implementasi perda sudah sesuai dengan yang ditetapkan di Kabupaten Labuhanbatu.

4.3.5 Faktor Sosial Politik

Faktor sosial politik penting dalam menentukan daya saing ekonomi suatu daerah. Suatu kegiatan ekonomi tidak akan dapat berjalan lancar tanpa di dukung oleh keamanan dalam menjalankan dunia usaha, kondisi politik yang stabil, partisipasi, keterbukaan, serta perilaku masyarakat yang mendukung kegiatan usaha.Pada tahun 2013 jumlah anggota DPRD Kabupaten Labuhanbatu berjumlah 40 orang terdiri dari 35 orang laki-laki dan 5 orang perempuan.


(53)

Table 4.13

Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Labuhanbatu Menurut partai dan Jenis kelamin

Tahun 2013

No Partai

Laki-laki

Perempuan Jumlah

1. Partai Golkar 3 2 5

2. Partai Demokrasi Indonesia P 5 0 5

3. PartaiPersatuan Pembangunan 3 1 4

4. Partai Demokrat 4 0 4

5. Partai Hati Nurani Rakyat 3 1 4

6. Partai Keadilan Sejahtera 3 0 3

7. Partai Amanat Nasional 3 0 3

8. Partai Peduli Rakyat Nasional 2 0 2

9. Partai Perjuangan Indonesia Baru 1 0 1

10. Partai Bintang Reformasi 2 0 2

11. Partai Karya Peduli Bangsa 1 0 1

12. Partai Kebangkitan Bangsa 1 0 1

13. Partai Matahari Bangsa 1 0 1

14. Partai Pelopor 1 0 1

15. Partai Nas. Banteng Kerakyatan 1 0 1

16. Partai Bulan Bintang 1 0 1

17. Partai Buruh 0 1 1

Jumlah 35 5 40

Sumber : Labuhanbatu Dalam Angka 2014

Table 4.14

Banyaknya Keputusan DPRD Menurut Jenis Keputusan di Kabupaten Labuhanbatu Pada tahun 2010-2013

No Jenis Keputusan 2010 2011 2012 2013

1. Peraturan Daerah - - 4 -

2. Keputusan DPRD 9 14 4 6

3. Keputusan Pimpinan DPRD 13 2 - 4

4. Keputusan Daerah 4 4 - 2

5. Rapat – rapat 26 29 46 24

6. Lainnya - - - -

Total 52 49 54 36


(54)

Table 4.15

Banyaknya Perkara yang Masuk dan Diselesaikan Menurut Bulan di Labuhanbatutahun 2014

No Bulan Jenis Perkara

Perkara Pidana Perkara Perdata Jumlah

Dilaporkan Diselesai kan

Dilapor kan

Diselesai kan

Dilapor kan

Diselesai kan

1. Januari 493 263 54 6 547 269

2. Pebruari 1.365 1.146 58 9 1.423 1.155

3. Maret 1.489 1.298 69 14 1.558 1.312

4. April 986 819 67 17 1.053 836

5. Mei 1.231 1.059 62 15 1.293 1.074

6. Juni 987 839 57 13 1.044 852

7. Juli 717 545 47 13 764 558

8. Agustus 748 545 46 11 794 556

9. September 1.129 908 44 13 1.173 921

10. Oktober 1.124 920 51 20 1.175 940

11. November 1.148 947 38 14 1.186 961

12. Desember 3.080 2.817 40 11 3.120 2.828

Sumber: Labuhanbatu Dalam Angka 2015

Faktor sosial politik terdiri dari tiga variabel, yaitu variabel stabilias politik, variabel keamanan, dan variabel budaya masyarakat.Variabel stabilitas politik memiliki bobot terendah sebesar 0,234 atau 23%, variabel budaya memiliki bobot sebesar 0,344 atau 35%, sedangkan variabel keamanan memiliki bobot terbesar sebesar 0,422 atau 42% dari keseluruhan bobot faktor pendukung sosial politik. Dan Persentase dari masing-masing variabel faktor sosial politik dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


(55)

Gambar 4.7

Persentase Bobot Variabel Faktor Sosial Politik

Dari tanggapan responden, variabel keamanan menjadi prioritas yang paling penting dalam menentukan tingkat daya saing ekonomi di Kabupaten Labuhanbatu. Menurut hasil wawancara persepsi masyarakat di Kabupaten Labuhanbatu dalam variabel stabilitas politik untuk melihat potensi konflik di masyarakat, sebesar 3% responden menyatakan sangat setuju dan 70% responden menyatakan setuju jika potensi konflik di masyarakat Kabupaten Labuhanbatu semakin menurun dan dapat dideteksi. Sekitar 13% responden menyatakan kurang setuju, dan 13% responden menyatakan tidak setuju jika potensi konflik di masyarakat semakin menurun dan dapat dideteksi di Kabupaten Labuhanbatu.

Sementara itu, untuk intensitas unjuk rasa di Kabupaten Labuhanbatu, sebesar 10% responden mengatakan sangat setuju dan 63% responden mengatakan setuju jika intensitas unjuk rasa di Kabupaten Labuhanbatu semakin menurun. Sekitar 10% responden yang mengatakan kurang setuju, 10% responden mengatakan tidak setuju, dan 7% respondenmengatakan sangat tidak setuju jika intensitas unjuk rasa yang ada di Kabupaten Labuhanbatu semakin menurun. Dan

Stabilitas Politik

23%

Keamanan 42% Budaya


(56)

untuk melihat hubungan antara eksekutif dan legislatif di Kabupaten Labuhanbatu, sebesar 7% responden mengatakan sangat setuju dan 53% responden mengatakan setuju bahwa hubungan antara eksekutif dan legislatif di daerah ini semakin baik. Sekitar 27% responden yang mengatakan kurang setuju, 3% responden mengatakan tidak setuju dan 10% responden mengatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini.

Dalam variabel keamanan, sebesar 7% responden mengatakan sangat setuju dan 57% responden mengatakan setuju jika gangguan keamanan terhadap aktivitas dunia usaha di Kabupaten Labuhanbatu semakin menurun. Sekitar 30% responden yang mengatakan kurang setuju, 3% responden tidak setuju dan 3% responden sangat tidak setuju dengan pernyataan ini. Selanjutnya, sebesar 67% responden mengatakan setuju dan 7% sangat setuju jika gangguan keamanan terhadap masyarakat dilingkungan sekitar tempat kegiatan usaha semakin menurun di Kabupaten Labuhanbatu. Sekitar 23% responden yang mengatakan kurang setuju, dan 3% responden yang mengatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini. Kemudian, sebesar 60% responden mengatakan setuju dan 6% responden mengatakan sangat setuju jika kecepatan aparat dalam menanggulangi gangguan keamanan di Kabupaten Labuhanbatu semakin baik. Sekitar 30% responden mengatakan kurang setuju, dan 7% responden mengatakan tidak setuju dengan pernyataan ini.

Dalam variabel budaya, sebesar 83% responden yang mengatakan setuju jika partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam perumusan kebijakan pemerintah daerah di Kabupaten Labuhanbatu semakin meningkat.Sekitar 10% responden


(57)

mengatakan kurang setuju, dan 7% responden mengatakan tidak setuju dengan pernyataan ini.Selanjutnya, untuk melihat keterbukaan masyarakat terhadap dunia usaha di Kabupaten Labuhanbatu, sebesar 90% responden mengatakan setuju jika tingkat keterbukaan masyarakat terhadap dunia usaha di daerah ini semakin baik.Hanya sekitar 7% responden yang mengatakan kurang setuju dan 3% responden mengatakan tidak setuju dengan pernyataan ini. Untuk melihat perilaku masyarakat terhadap diskriminasi di Kabupaten Labuhanbatu, sebesar 7% responden mengatakan sangat setuju dan 60% responden mengatakan setuju jika perilaku masyarakat terhadap diskriminasi semakin menurun di daerah ini. Danhanya sekitar 30% responden yang mengatakan kurang setuju dengan pernyataan ini. Kemudian, sebesar 73% responden mengatakan setuju jika adat istiadat masyarakat daerah Kabupaten Labuhanbatu semakin mendukung kegiatan dunia usaha. Sekitar 20% responden yang mengatakan kurang setuju, 3% responden mengatakan tidak setuju dan 3% responden mengatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini. Dan untuk melihat etos kerja masyarakat daerah Kabupaten Labuhanbatu, sebesar 7% responden mengatakan sangat setuju dan 70% responden mengatakan setuju jika tingkat etos kerja masyarakat di daerah ini semakin meningkat. Sekitar 20% responden yang mengatakan kurang setuju, dan hanya 3% responden mengatakan tidak setuju jika etos kerja masyarakat daerah Kabupaten Labuhanbatu semakin meningkat.


(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

1. Faktor Infrastruktur fisik menjadi prioritas utama dalam faktor penentu daya

saing Ekonomi Kabupaten Labuhanbatu ditahun 2015 dengan nilai bobot tertinggi sebesar 0,289. Kemudian, faktor perekonomian daerah 0,231, faktor tenaga kerja dan produktifitas 0,216. Kemudian, diikuti oleh faktor kelembagaan 0,143 dan faktor sosial politik 0,122.

2. Untuk faktor infrastruktur,variabel yang mempengaruhi dalam faktor

infrastruktur yang paling penting adalah variabel kualitas infrastruktur sebesar 51% dari keseluruhan bobot faktor infrastruktur fisik. Dalam kualitas infrastuktur yang harus diperhatikan adalah kualitas jalan.

3. Untuk faktor perekonomian daerah variabel prioritas utama adalah potensi

ekonomi dengan melihat tingkat daya beli masyarakat, perkembangan kondisi ekonomi, tingkat kesejahteraan masyarakat dan juga kestabilan harga.

4. Untuk faktor tenaga kerja dan produktivitas, variabel yang dianggap paling

penting memberikan kontribusinya adalah variabel produktivitas tenaga kerja. Diikuti variabel ketersediaan tenaga kerja dan variabel biaya tenaga kerja.


(1)

4. Bapak Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberi masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dan memberikan saran dan kritik dalam skripsi ini 6. Bapak Haroni Doli Hamoraon S.E., M.Si selaku dosen penguji yang telah

banyak memberikan dukungan dan masukan berupa saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan 8. Kepada seluruh teman-teman Ekonomi pembangunan 2011 serta kepada

seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, termasuk bagi penulis sendiri.

Medan, Januari 2016


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Konsep Daya Saing Global ... 6

2.2 Konsep dan Definisi Daya Saing Daerah ... 8

2.3 Indikator Utama Daya Saing Darah ... 11

2.4 Penelitian Terdahulu ... 17

2.5 Kerangka Konseptual ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 22

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.3 Batasan Operasional ... 22

3.4 Definisi Operasional ... 23

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

3.6 Metode Pengambilan Sampel ... 24

3.7 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.8 Metode Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Labuhanbatu ... 39

4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Labuhanbatu ... 39

4.1.2 Kondisi Demografis Kabupaten Labuhanbatu ... 39


(3)

4.2 Profil Responden ... 42

4.3 Pembobotan dan Pemeringkatan Faktor Daya Saing ... 42

4.3.1 Faktor Infrastruktur Fisik ... 45

4.3.2 Faktor Perekonomian Daerah ... 49

4.3.3 Faktor Tenaga Kerja dan Produktivitas... 54

4.3.4 Faktor Kelembagaan ... 58

4.3.5 Faktor Sosial Politik ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(4)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kelompok Masyarakat ... 25

3.2 Matriks Perbandingan Berpasangan ... 34

3.3 Skala Nilai Perbandingan ... 35

3.4 Pembangkit Random (RI) ... 38

4.1 Penyebaran Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu ... 40

4.2 Nilai PDRB Harga Berlaku, Nilai PDRB Harga Konstan, dan Sumber Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2013 ... 41

4.3 Karakteristik Responden ... 42

4.4 Kondisi Jalan Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2014 ... 46

4.5 Nilai PDRB 2009-2013 Atas Dasar Harga Berlaku ... 51

4.6 Struktur PDRB Kabupaten Labuhanbatu Menurut Lapangan Usaha / Sektor Tahun 2011-2013 ... 51

4.7 Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Labuhanbatu Pada Tahun 2013 ... 55

4.8 Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin ... 55

4.9 Data UMP Sumatera Utara dan UMK Labuhanbatu... 56

4.10 PDRB Harga Belaku, Jumlah Tenaga Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja Tahun 2011-2014 ... 56

4.11 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Unit Kerja dan Golongan di Pemerintahan Daerah Labuhanbatu ... 59

4.12 Laporan Realisasi APBD Tahun 2013 ... 60

4.13 Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Labuhanbatu Menurut Partai dan Jenis Kelamin ... 65

4.14 Banyaknya Keputusan DPRD Menurut Jenis Keputusan di Kabupaten Labuhanbatu Pada Tahun 2010-2013 ... 65

4.15 Banyaknya Perkara yang Masuk Dan Diselesaikan menurut Bulan di Labuhanbatu Tahun 2014 ... 66


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Indikator Utama Penentu Daya Saing Ekonomi

Kabupaten Labuhanbatu ... 21

4.1 Nilai Bobot Dari Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Kabupaten Labuhanbatu ... 44

4.2 Persentase Faktor Penentu Daya Saing ... 45

4.3 Persentase Bobot Variabel Faktor Infrastruktur ... 47

4.4 Persentase Bobot Variabel Faktor Perekonomian Daerah ... 52

4.5 Persentase Bobot Variabel Faktor Tenaga Kerja ... 56

4.6 Persentase Bobot Variabel Faktor Kelembagaan ... 61


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Data Responden ... 74 2 Instrumen Penelitian ... 75