Penggunaan Metode EWMA Dan GARCH Pada Perhitungan Value At Risk Saham LQ 45

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pasar modal memegang peranan penting dalam perkembangan perekonomian
suatu negara. Perkembangan pasar modal yang cukup pesat membuktikan bahwa
keberadaan pasar modal semakin dibutuhkan dalam upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat yang semakin tinggi.

Pasar modal unggul dalam kemampuan

penyediaaan modal jangka panjang. Pengusaha-pengusaha yang mebutuhkan modal
besar untuk investasi jangka panjang dapat menggunakan dana dari pasar modal.
Sedangkan untuk investasi jangka pendek, seperti kebutuhan modal kerja, pengusaha
dapat menggunakan dana-dana (misalnya kredit) dari perbankan.
Pasar modal adalah suatu wahana untuk menghimpun dana dari pemilik
modal (investor) untuk disalurkan kepada perusahaan (emiten) yang membutuhkan
dana melalui perdagangan instrumen jangka panjang.
Dengan adanya pasar modal, penyerapan dana perbankan yang hanya
berkonsentrasi pada perusahaan-perusahaan tertentu dapat dihindari. Pasar modal
memberi kesempatan kepada perusahaan-perusahaan kecil dan menengah untuk

memperoleh modal. Melalui pasar modal, investor juga dapat lebih mengoptimalkan
dana yang dimilikinya daripada jika menanamkan dana di bank.

Yang penting

adalah menetapkan saham yang akan dibeli dan pada harga berapa bila saham
tersebut diperdagangkan di pasar sekunder (Anoraga,dkk, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Dalam melakukan investasi di pasar modal, ada dua hal yang harus
dipertimbangkan seorang investor dalam mengambil keputusan, yaitu return (tingkat
pengembalian) dan risk (risiko).

Return merupakan hasil yang diperoleh dari

investasi. Sedangkan risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi
dari outcome yang diterima dengan yang diharapkan (Jogiyanto, 2003) . Risiko
dapat terjadi karena adanya ketidakpastian akan kejadian di masa yang akan datang
sehingga menimbulkan potensi kerugian. Return dan risiko memiliki hubungan yang

positif, artinya semakin tinggi risiko pada suatu saham, maka semakin tinggi juga
return yang dihasilkannya (high risk-high return ). Investor yang berani mengambil
risiko akan memilih saham-saham yang memiliki risiko tinggi agar memperoleh
return yang tinggi. Sedangkan, investor yang tidak berani mengambil risiko akan
memilih saham dengan risiko yang rendah.
Pemilihan strategi yang tepat diperlukan dalam melakukan investasi saham.
Umumnya, investor dapat melakukan strategi aktif dan strategi pasif. Pada strategi
aktif, investor sangat terlibat. Investor melakukan pemilihan saham, menganalisis
dan terus memonitor aktivitas pergerakan saham untuk mendapatkan return yang
tinggi. Biasanya strategi aktif digunakan dalam mencari keuntungan jangka pendek.
Pada strategi pasif, investor melakukan pemilihan saham yang mengikuti pergerakan
indeks harga saham sehingga return yang akan diterima sama dengan return indeks
harga saham. Strategi pasif biasa digunakan bagi investor yang mencari keuntungan
jangka panjang.

Universitas Sumatera Utara

Investor dapat memperkirakan pergerakan return saham yang akan dibeli
dengan mengacu pada suatu indeks yang menjadi tolak ukur ( benchmark). Indeks
juga dapat digunakan sebagai patokan untuk mengevaluasi kinerja suatu saham. Di

Indonesia, ada 5 indeks harga saham yang secara resmi tercatat di Bursa Efek Jakarta
(BEJ), yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks sektoral, indeks LQ 45,
Jakarta Islamic Index (JII) dan indeks individual.
Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya
tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian sekuritasnya kurang aktif
diperdagangkan. IHSG yang mencakup semua saham yang tercatat (yang sebagian
besar kurang aktif diperdagangkan) dianggap kurang tepat sebagai indikator kegiatan
pasar modal. Oleh karena itu, dibentuk alternatif indeks yang lain, yaitu indeks LQ
45 yang terdiri dari 45 saham-saham yang paling aktif diperdagangkan. (Jogiyanto,
2003). Dalam penelitian ini, indeks saham yang digunakan adalah indeks LQ 45.
Saham-saham pada LQ 45 termasuk saham blue chip , yaitu saham unggulan yang
mempunyai pengalaman panjang dan cenderung stabil.
Investor dapat mengacu pada indeks saham untuk melihat kinerja saham,
namun indeks saham tidak dapat membantu investor untuk mengurangi risiko. Salah
satu cara untuk meminimalisir risiko adalah dengan melakukan diversifikasi.
Menurut Jogiyanto (2003), diversifikasi sangat penting bagi investor, karena dapat
meminimumkan risiko tanpa harus mengurangi return yang diterima.

Prinsip


diversifikasi tertuang dalam kalimat “Don’t put all your eggs in one basket”, yang
mempunyai makna “Don’t risk everything all at once ”. Dengan menanamkan modal

Universitas Sumatera Utara

pada lebih dari satu jenis saham, risiko dapat diminimalisir ketika salah satu saham
bangkrut atau mengalami krisis diluar perkiraan. Hal yang sebaliknya akan terjadi
jika investor hanya menanamkan modal pada satu saham.

Risiko yang harus

ditanggung akan semakin tinggi karena hanya bergantung pada kinerja suatu saham.
Sebelum melakukan diversifikasi, investor tentu harus menetapkan sahamsaham yang akan dipilih dengan memperhitungkan tingkat return dan risiko dari
kombinasi saham sehingga risiko dapat ditekan dan memberikan return yang
maksimal. Maka dari itu, diperlukan suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk
menghitung risiko saham. Value at risk atau VaR adalah metode perhitungan risiko
yang cukup sering digunakan dengan kesederhanaan konsepnya dan kemampuan
dalam mengimplementasikan metodologi statistika yang beragam dan mutakhir.
VaR menghitung seberapa besar potensi kerugian atau risiko suatu aset selama
periode yang ditetapkan dengan tingkat kepercayaan tertentu.

Menurut Nugroho (2010), model volatilitas merupakan komponen pembentuk
dalam perhitungan value at risk. Model yang sesuai dengan metode value at risk
akan menciptakan hasil perhitungan yang akurat dan mencegah terjadinya kesalahan
investor dalam memprediksi kondisi masa yang akan datang . Ada berbagai cara
dalam mengukur volatilitas, dengan perbedaan karakter yang dapat mempengaruhi
tingkat kebenaran dari prediksi.

Volatilitas didefinisikan sebagai fluktuasi dari

return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode tertentu (Jogianto,

2003). Model-model volatilitas yang biasa digunakan, menurut Philip Best (1999)
adalah:

Universitas Sumatera Utara

1. Standard Deviation (SD) atau simpangan baku
2. Simple Moving Average (SMA) atau rataan bergerak
3. Exponential Weighted Moving Average (EWMA)
4. Autoregresive


Conditional

Heterocedasticity

(ARCH)

atau

Generalized

Autoregressive Conditional Heterocedasticity (GARCH)

Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa
dari beberapa

model volatilitas diatas,

model Generalized


Autoregressive

Conditional Heterocedasticity (GARCH) merupakan model yang paling unggul dari

model lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Eko Wisnu Warsitosunu (2009)
tentang perhitungan value at risk untuk indeks bursa saham menggunakan EWMA
dan ARCH/GARCH pada 15 indeks menunjukkan bahwa model pengukuran
volatilitas return yang tepat untuk data yang bersifat heterokedastis adalah EWMA
dan ARCH/GARCH.
Penelitian lain tentang implementasi pengukuran nilai value at risk portfolio
reksadana saham dengan estimasi volatilitas EWMA dan ARCH/GACRH dilakukan
oleh Lely Diana (2008) dengan hasil bahwa model volatilitas terbaik adalah dengan
metode ARCH/GARCH. Sementara dengan EWMA terdapat satu model yang tidak
valid. Begitu juga dengan penelitian oleh Dedy Sahat Tupal Parulian (2006) dalam
mengukur value at risk dengan estimasi volatilitas ARCH dan GARCH pada indeks
Hangseng, Nikkei, Kospi dan JSX yang memperlihatkan bahwa metode ARCH dan
GARCH menghasilkan uji validasi yang dapat diterima oleh ke empat indeks.

Universitas Sumatera Utara


Perhitungan risiko menjadi suatu hal yang sangat mendasar bagi setiap
investor yang berinvestasi di pasar modal. Untuk itu, penulis ingin meneliti tentang
perhitungan risiko saham. Penelitian ini memakai dua model volatilitas yang paling
umum digunakan dan berdasarkan beberapa penelitian terdahulu lebih akurat dari
model lainnya, yaitu EWMA dan GARCH. Pemilihan saham LQ 45 merupakan
saham yang banyak diminati investor dengan likuiditas dan nilai kapitalisasi pasar
yang tinggi serta prospek yang bagus. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Metode EWMA dan GARCH
pada perhitungan value at risk saham LQ 45”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik return dari saham LQ 45?
2. Berapa besar potensi risiko saham LQ 45 yang dihitung dengan VaR dengan
metode EWMA dan GARCH?
3. Bagaimana validitas dari model EWMA dan GARCH dalam menghitung
nilai VaR saham LQ45?
4. Model volatilitas manakah yang terbaik antara EWMA dan GARCH untuk
digunakan dalam perhitungan VaR saham LQ 45?


Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui karakteristik return dari saham LQ 45.
2. Untuk mengetahui berapa besar potensi risiko dari saham LQ 45 yang
dihitung dengan metode Value at Risk (VaR) melalui model EWMA dan
GARCH.
3. Untuk mengetahui bagaimana validitas dari model EWMA dan GARCH
dalam menghitung nilai Value at Risk (VaR) saham LQ45.
4. Untuk mengetahui model volatilitas yang terbaik antara EWMA dan GARCH
untuk digunakan dalam perhitungan Value at Risk (VaR) saham LQ 45.
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi investor
dalam melakukan investasi pada saham LQ 45.
2. Menambah wawasan dan informasi bagi para akademis untuk melakukan
eksplorasi terhadap investasi di pasar modal
3. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan pasar modal.


Universitas Sumatera Utara