ANALISIS JURNAL EKONOMI PENGANGGURAN T

ANALISIS JURNAL
“ANALISIS DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI DKI
JAKARTA”
Daniya Isaf
Program Studi D3 Sekretari
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Jakarta

Abstrak
Selain pertumbuhan ekonomi, salah satu aspek penting untuk melihat kinerja pembangunan
adalah seberapa efektif penggunaan sumber-sumber daya yang ada sehingga lapangan kerja
dapat menyerap angkatan kerja yang tersedia. Pertumbuhan ekonomi yang semakin
meningkat berarti produksi barang atau jasa yang dihasilkan meningkat. Dengan demikian
diperlukan tenaga kerja semakin banyak untuk memproduksi barang/jasa tersebut sehingga
pengangguran berkurang dan kemiskinan yang semakin menurun. Upaya menurunkan
tingkat pengangguran dan menurunkan tingkat kemiskinan adalah sama pentingnya. Secara
teori jika masyarakat tidak menganggur berarti mempunyai pekerjaan dan penghasilan, dan
dengan penghasilan yang dimiliki dari bekerja diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
hidup. Jika kebutuhan hidup terpenuhi, maka tidak akan miskin. Namun pada kenyataannya
pengangguran yang terjadi masih meningkat.


Keyword: analisis, pengangguran, kemiskinan

PENDAHULUAN

Pengangguran merupakan salah satu masalah yang mempengaruhi kondisi dan kinerja
perekonomian suatu daerah. Pihak-pihak yang bisa disebut dengan pengangguran adalah
seseorang yang belum mendapat pekerjaan ataupun yang sedang mencari sebuah pekerjaan.
Pembangunan ekonomi merupakan salah satu tujuan utama bagi negara sedang berkembang,
termasuk Indonesia. Pembangunan tidak hanya berkaitan dengan pertumbuhan tetapi juga
pada peningkatan kesejahteraan, keamanan, serta kualitas sumberdaya termasuk sumberdaya
manusia dan lingkungan hidup. Pembangunan ekonomi maupun pembangunan pada bidangbidang lainnya selalu melibatkan sumber daya manusia sebagai salah satu pelaku
pembangunan. Dengan pemanfaatan sumber daya manusia yang baik diharapkan dapat
mengurangi tingkat pengangguran yang ada dan kemiskinan akan berkurang. Namun
kenyataannya adalah berbeda. Pada jurnal dituliskan bahwa laju pertumbuhan lapangan kerja

jauh lebih lamban dari laju pertumbuhan GDP, dan pertumbuhan pesat dalam GDP sering
kali disertai ketimpangan dalam pembagian pendapatan yang makin besar (kemiskinan
relatif) dan kemiskinan absolut yang makin besar daripada beberapa golongan.

METODOLOGI


Analisis deskriptif-kualitatif disusun berdasarkan metode penelitian dengan pengujian
terhadap data sekunder yang peneliti peroleh dari berbagai sumber data, jurnal, artikel, buku,
majalah, internet, dan studi literatur ilmiah yang berkaitan dengan masalah pengangguran
terhadap kemiskinan.

KAJIAN TEORI

PENGANGGURAN
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari
kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan (Menurut Badan Pusat Statistik).
Jenis-Jenis Penggangguran menurut Sukirno (2008:328-331)
1. Berdasarkan Penyebabnya
a) Pengangguran Friksional, adalah pengangguran normal yang terjadi jika ada 2-3% maka
dianggap sudah mencapai kesempatan kerja penuh.
b) Pengangguran Siklikal, adalah pengangguran yang terjadi karena merosotnya harga
komoditas dari naik turunnya siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih
rendah dari pada penawaran tenaga kerja.
c) Pengangguran Struktural, adalah pengangguran karena kemerosotan beberapa faktor

produksi sehingga kegiatan produksi menurun dan pekerja diberhentikan.
d) Pengangguran Teknologi, adalah pengangguran yang terjadi karena tenaga manusia
digantikan oleh mesin industri.
2. Berdasarkan Cirinya
a) Pengangguran Musiman, adalah keadaan seseorang menganggur karena adanya fluktuasi
kegiatan ekonomi jangka pendek. Sebagai contoh, petani yang menanti musim tanam,
tukang jualan durian yang menanti musim durian, dan sebagainya.
b) Pengangguran Terbuka, pengangguran yang terjadi karena pertambahan lapangan kerja
lebih rendah daripada pertambahan pencari kerja.

c) Pengangguran Tersembunyi, pengangguran yang terjadi karena jumlah pekerja dalam
suatu kegiatan ekonomi lebih besar dari yang sebenarnya diperlukan agar dapat
melakukan kegiatannya dengan efisien.
d) Setengah Menganggur, yang termasuk golongan ini adalah pekerja yang jam kerjanya
dibawah jam kerja normal (hanya 1-4 jam sehari). Disebut Underemployment.

KEMISKINAN
Secara umum, kemiskinan diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam
mencukupi kebutuhan pokok sehingga kurang mampu untuk menjamin kelangsungan hidup
(Suryawati, 2004: 122).

Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan menurut Hartomo dan Aziz
(1997) yaitu:
1. Pendidikan yang Terlampau Rendah
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan
tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan atau keterampilan
yang dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk
dalam dunia kerja.
2. Malas Bekerja
Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan seseorang
bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.
3. Keterbatasan Sumber Alam
Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi memberikan
keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu miskin karena
sumberdaya alamnya miskin.
4. Terbatasnya Lapangan Kerja
Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat.
Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara
faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena keterbatasan
modal dan keterampilan.
5. Keterbatasan Modal

Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun
bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk
memperoleh penghasilan.

6. Beban Keluarga
Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha
peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak anggota
keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.
Menurut Sumodiningrat (1999) klasifikasi kemiskinan ada lima kelas, yaitu:
1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut selain dilihat dari pemenuhan kebutuhan dasar minimum yang
memungkinkan seseorang dapat hidup layak, juga ditentukan oleh tingkat pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan. Dengan demikian, tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas
antara keadaan yang disebut miskin atau sering disebut dengan istilah garis kemiskinan.
Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada dibawah
garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, seperti pangan,
sandang, kesehatan, papan dan pendidikan. Kemiskinan absolut merupakan kemiskinan yang
tidak mengacu atau tidak didasarkan pada garis kemiskinan. Kemiskinan absolut adalah
derajat dari kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan
hidup tidak dapat terpenuhi (Tambunan, 2006).

2. Kemiskinan Relatif
Sekelompok orang dalam masyarakat dikatakan mengalami kemiskinan relatif apabila
pendapatannya lebih rendah dibandingkan kelompok lain tanpa memperhatikan apakah
mereka masuk dalam kategori miskin absolut atau tidak. Penekanan dalam kemiskinan relatif
adalah adanya ketimpangan pendapatan dalam masyarakat antara yang kaya dan yang miskin
atau dikenal dengan istilah ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan relatif untuk
menunjukkan ketimpangan pendapatan berguna untuk mengukur ketimpangan pada suatu
wilayah. Kemiskinan relatif juga dapat digunakan untuk mengukur ketimpangan antar
wilayah yang dilakukan pada suatu wilayah tertentu. Pengukuran relatif diukur berdasarkan
tingkat pendapatan, ketimpangan sumberdaya alam serta sumberdaya manusia berupa
kualitas pendidikan, kesehatan, dan perumahan.
3. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh
faktor budaya yang tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan meskipun ada
usaha dari pihak luar untuk membantunya. Alfian (1980) mendefinisikan kemiskinan
struktural sebagai kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur
sosial masyarakat tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang
sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan struktural meliputi kekurangan fasilitas

pemukiman sehat, kekurangan pendidikan, kekurangan komunikasi dengan dunia sekitarnya.

Kemiskinan struktural juga dapat diukur dari kurangnya perlindungan dari hukum dan
pemerintah sebagai birokrasi atau peraturan resmi yang mencegah seseorang memanfaatkan
kesempatan yang ada.
4. Kemiskinan Kronis
a) Kemiskinan kronis disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kondisi sosial budaya yang
mendorong sikap dan kebiasaan hidup masyarakat yang tidak produktif.
b) Keterbatasan sumberdaya dan keterisolasian (daerah-daerah yang kritis akan sumberdaya
alam dan daerah terpencil).
c) Rendahnya derajat pendidikan dan perawatan kesehatan, terbatasnya lapangan kerja dan
ketidakberdayaan masyarakat dalam mengikuti ekonomi pasar.
5. Kemiskinan Sementara
Kemiskinan sementara terjadi akibat adanya:
a) Perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi
b) Perubahan yang bersifat musiman
c) Bencana alam atau dampak dari suatu yang menyebabkan menurunnya tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat

ANALISA

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran

dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan
menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan
menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Tingkat pengangguran yang terlalu
tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan

politik

keamanan dan sosial sehingga

mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
“Penelitian yang dilakukan oleh Brotherhood (2002) yang menyimpulkan bahwa pemerintah
mempunyai peran dalam menerapkan kebijakan yang sesuai. Jika pemerintah melakukan
investasi dalam penyediaan lapangan kerja, hal ini tidak hanya akan menjaga stabilitas
perekonomiannya, tetapi juga akan menciptakan banyak kesempatan bekerja.”
Pemerintah kini tengah melakukan berbagai upaya untuk dapat menekan angka
pengangguran. Upaya itu antara lain telah ditetapkannya Inpres No.3/2006 sebagai paket
kebijakan untuk terciptanya iklim investasi yang kondusif, yang meliputi aspek perpajakan,
kepabeanan, infrastruktur, ketenagakerjaan dan daya saing UKM. Paket kebijakan tersebut

diharapkan akan lebih efektif dan dapat dirasakan manfaatnya, terutama dengan terpuruknya

sektor riil, sehingga dapat menyerap pekerja yang lebih banyak. Kehadiran investor pun
diharapkan mampu memberikan imbas positif bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan
memecahkan problem pengangguran.
Beberapa kebijakan yang direncanakan oleh Gubernur DKI Jakarta dalam rangka membuka
kesempatan kerja diantaranya merekrut ribuan Pagawai Harian Lepas (PHL) serbaguna,
melarang pengangguran datang pasca lebaran, membebaskan persyaratan pendidikan formal
bagi warga agar dapat mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja. Seperti yang kita tahu
bahwa salah satu faktor kemiskinan adalah tingkat pendidikan yang rendah yang
menyebabkan seseorang tidak bisa melamar kerja dikarenakan kurangnya pendidikan dan
menyebabkan pengangguran.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisa bahwa timbulnya pengangguran disebabkan oleh sedikitnya ketersediaan
lapangan kerja karena tidak seimbangnya antara bertambahnya angkatan kerja dengan
peningkatan lapangan kerja. Standar pendidikanpun menjadi salah satu penyebab
pengangguran. Pengangguran yang tidak terkontrol akan menyebabkan kemiskinan.
Meningkatnya pengangguran akan diikuti pula dengan meningkatknya kemiskinan.
Kebijakan pemerintah sangat diperlukan untuk membuka sektor lapangan kerja baru dan
pelatihan-pelatihan agar adanya kesetaraan dalam kemampuan bekerja sehingga tidak ada

lagi perbedaan pendidikan atau kemampuan sehingga bertambah banyaknya pengangguran
dan menyebabkan kemiskinan.

DAFTAR PUSTAKA
Handoyo, Rossanto Dwi, Materi Pokok Ekonomi Sumber Daya Manusia , Cetakan 1, Jakarta:
Universitas Terbuka, 2006.
Bellate, Don, and Jackson, Mark, Ekonomi Ketenagakerjaan, Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990.
Sumodiningrat, G. 1999. Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan. IMPAC, Jakarta.
Alfian. 1980. Kemiskinan Struktural: Suatu Bunga Rampai. Penerbit Yayasan Ilmu-Ilmu
Sosial dan HIPIS, Jakarta
Suryawati, C.2005. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional. [Tesis]. Universitas
Diponegoro, Jawa Tengah.
Hartomo dan, Aziz. 1997. Ilmu Sosial Dasar . Bumi Aksara, Jakarta
Sadono Sukirno, 2000. Makro Ekonomi Modern. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
RUJUKAN JURNAL
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB), [S.l.], v. 2, n. 2, p. 63-70, apr. 2017. ISSN
2302-2663.
SWARAMARINDA, Darma Rika. ANALISIS DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP
KEMISKINAN DI DKI JAKARTA.

Available at: http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpeb/article/view/710
Date accessed: 30 apr. 2017.
IDENTITAS PENULIS JURNAL


Darma Rika Swaramarinda, S.Pd, M.S.E
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta