makalah ekonomi makalah ekonomi makalah ekonomi

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor
jasa keuangan:
Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel,
Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan
Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

FUNGSI
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan.
TUGAS
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai tugas melakukan pengaturan dan pengawasan
terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor IKNB.
VISI
Visi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan
yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, dan mampu mewujudkan
industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang berdaya saing global serta
dapat memajukan kesejahteraan umum.
MISI
Misi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah:
1. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara
teratur, adil, transparan, dan akuntabel;

2. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil;
3. Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

Dewan Komisioner

Muliaman D. Hadad, PhD
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
Muliaman Dharmansyah Hadad lahir di Bekasi, Jawa Barat, pada 3 April 1960. Lulusan sarjana
ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1984 ini melanjutkan pendidikan
S2-nya di John F. Kennedy School of Government, Harvard University, Massachusetts, Amerika
Serikat, pada 1990, dan memperoleh gelar Master of Public Administration setahun kemudian.
Pada 1996, Muliaman menyandang gelar PhD dalam bidang Business and Economics, dari
Monash University, Melbourne, Australia.
Muliaman mengawali kariernya sebagai staf umum di Kantor Bank Indonesia di Mataram sejak
1986. Pada 2003 dia diangkat sebagai Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan, dan dua tahun
kemudian dia menjabat sebagai Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan.
Muliaman Dharmansyah Hadad diangkat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia sesuai
Keputusan Presiden RI No.69/P Tanggal 22 Desember 2006 dan dilantik pada 11 Januari 2007.
Muliaman juga aktif sebagai ketua Masyarakat Ekonomi Syariah Indonesia dan menjadi pengajar
di beberapa perguruan tinggi seperti menjadi dosen Pascasarjana Universitas Indonesia dan

dosen Pascasarjana Universitas Trisakti, serta pernah menjabat Ketua Ikatan Alumni UI Fakultas
Ekonomi periode 2007-2010.
Sosok Sekjen Pengurus Pusat ISEI (2003-2006 dan 2006-2009) ini dilantik kembali untuk masa
jabatan kedua Deputi Gubernur BI sesuai Keputusan Presiden RI No.75/P Tanggal 21 Desember
2011 dan dilantik pada 29 Desember 2011. Pada 18 Juli 2012, Muliaman Dharmansyah Hadad
ditetapkan sebagai Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun 2012. Ketua Fokus Group Pengurus Pusat Ikatan Sarjana
Ekonomi Indonesia (PP-ISEI) ini dilantik pada 20 Juli 2012 oleh Ketua Mahkamah Agung untuk
masa jabatan 2012-2017.

DR. Rahmat Waluyanto, MBA
Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Ketua Komite Etik
Penyandang gelar Sarjana Akuntansi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ini telah lama
berkiprah di Kementerian Keuangan. Rahmat Waluyanto mengawali karier pada 1985 sebagai
staf pada Direktorat Pembinaan Badan Usaha Milik Negara, Direktorat Jenderal Moneter Dalam
Negeri, Departemen Keuangan.
Pada 2005, pria kelahiran Lampung, 3 Oktober 1956 itu diangkat sebagai Direktur Pengelolaan
Surat Utang Negara, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan dan setahun
kemudian diangkat sebagai Direktur Jenderal Pengelolaan Utang, Kementerian Keuangan hingga
Juli 2012. Rahmat Waluyanto yang juga lulusan MBA bidang Finance dari University of Denver,


Colorado, Amerika Serikat pernah menjabat sebagai Alternate Governor IMF atau Gubernur
Bank Indonesia yang menjadi Governor IMF di Washington, D.C., AS.
Pada 18 Juli 2012 silam, peraih gelar PhD dalam bidang Accounting dan Finance dari University
of Birmingham, Inggris, ini ditetapkan sebagai Anggota Dewan Komisioner OJK berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun 2012 dan pada 20 Juli 2012 mengambil sumpahnya di
hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-2017. Dan berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 72/P Tahun 2012, Rahmat Waluyanto diangkat sebagai Wakil Ketua Dewan
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan dan Ketua Komite Etik OJK merangkap anggota.

Nelson Tampubolon, SE, MSM
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Merangkap Kepala Eksekutif Pengawas
Perbankan
Penyandang gelar sarjana ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Parahyangan, Bandung,
Jawa Barat dan gelar Master of Science in Management (MSM) di Arthur D Little Management
Institute, Boston, Amerika Serikat, ini dilahirkan di Balige, Sumatra Utara, pada Januari 1954.
Nelson Tampubolon mengawali kariernya di Kantor Pusat Bank Indonesia sebagai Staf Umum
Pengawasan Bank selama setahun mulai 1982.
Pada 1983, dia menjalani tugas belajar di New York, AS, dan pada 1988 diangkat sebagai Kepala
Seksi di Bidang Pengembangan Organisasi BI. Setelah menjalani promosi dan rotasi di beberapa

direktorat, Nelson diangkat sebagai Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan pada 2002.
Sejak 2005 hingga 2008, dia menjabat sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia Singapura dan
selanjutnya sebagai Direktur Direktorat Internasional pada 2008 hingga Januari 2012.
Alumnus Lembaga Pertahanan Nasional Angkatan XIII (2005) ini ditetapkan sebagai Anggota
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P
Tahun 2012 pada 18 Juli 2012. Nelson Tampubolon mengucapkan sumpah di hadapan Ketua
Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-2017.

Ir. Nurhaida, MBA.
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Merangkap Kepala Eksekutif Pengawas
Pasar Modal
Perempuan kelahiran Padang Panjang, Sumatra Barat, pada 27 Juni 1959 ini meraih gelar
Insinyur di Bidang Kimia Tekstil dari Institut Teknologi Tekstil Bandung, Jawa Barat. Dia juga
menuntaskan pendidikan Master of Business Administration dari Indiana University,
Bloomington, Amerika Serikat.
Nurhaida mengawali jenjang kariernya di pemerintahan setelah bergabung di Kementerian
Keuangan pada 1989. Pada 2006, dia menjabat sebagai Kepala Biro Penilaian Keuangan
Perusahaan Sektor Riil di Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-

LK). Dia diangkat sebagai Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Kebijakan dan Regulasi Jasa

Keuangan dan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dengan Keputusan Presiden Nomor 20/M
Tahun 2011 Tanggal 21 Januari 2011.
Pada 18 Juli 2012 Nurhaida ditetapkan sebagai Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun 2012. Dia dilantik dan
mengucapkan sumpah di hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-2017.

DR. Firdaus Djaelani, MA
Anggota Dewan Komisioner OJK Merangkap Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan
Non-Bank
Firdaus Djaelani mengawali karier pegawai negeri sipil sebagai staf Departemen Keuangan pada
1981. Pria kelahiran Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta pada 17 Desember 1954 ini pernah
menjabat sebagai anggota ataupun ketua tim pelaksana berbagai penelitian dan persiapan
undang-undang seperti UU Asuransi, UU Dana Pensiun, UU Otoritas Jasa Keuangan (OJK), UU
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), UU Anti-Pencucian Uang, dan masih banyak lagi.
Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia jurusan Manajemen pada 1993 yang
berpengalaman sebagai regulator maupun pelaku industri di sektor perbankan maupun sektor
keuangan non-bank (khususnya asuransi) ini diangkat menjadi Direktur Direktorat Asuransi
DJLK, Departemen Keuangan, tepatnya sejak 2000 hingga 2006. Dia pernah menjabat sebagai
Direktur Penjaminan & Manajemen Risiko LPS sejak 2005 hingga 2008. Lulusan strata 2
jurusan Ekonomi di Ball State University, Indiana, Amerika Serikat, 1988, ini diangkat menjadi

Anggota Dewan Komisioner merangkap Kepala Eksekutif LPS pada 2008, hingga April 2012.
Penyandang gelar doktor dari Universitas Gadah Mada sejak 2012 ini juga aktif sebagai Ketua
Indonesia Senior Executive Association (ISEA), duduk dalam kepengurusan Ikatan Sarjana
Ekonomi Indonesia (ISEI), dan Penasihat Masyarakat Ekonomi Syariah sejak 2009. Sebelumnya
dia pernah menjadi anggota Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (2006-2011),
Wakil Perhimpunan Masyarakat Madani (2002-2006), dan Pengurus Badan Musyawarah Betawi
(1982-1990).
Firdaus Djaelani ditetapkan sebagai Anggota Dewan Komisioner OJK berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 67/P Tahun 2012 pada 18 Juli 2012. Dia mengucapkan sumpah atas
pelantikannya di hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-2017.

DR. Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono, S.H., LLM
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan yang Membidangi Edukasi dan
Perlindungan Konsumen
Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono mengawali kariernya sebagai staf di Bagian Pemeriksaan
Kredit, Urusan Perencanaan Pengawasan Kredit Bank Indonesia sejak 1980. Perempuan

kelahiran London, Inggris, pada 21 Juli 1954 ini meraih gelar sarjana hukum dari Universitas
Indonesia pada 1979 dan gelar Legum Magister dari Washington College of Law, The American
University, Amerika Serikat, pada 1984.

Pada 2001 penyandang gelar Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Indonesia itu diangkat sebagai
Deputi Direktur memimpin Direktorat Hukum Bank Indonesia dan pada 2003 diangkat sebagai
Direktur Direktorat Luar Negeri Bank Indonesia. Kusumaningtuti pernah menjabat sebagai
Direktur Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia pada 2006. Setahun
kemudian dia didaulat sebagai Direktur Direktorat Sumber Daya Manusia BI. Dan pada 2010,
Kusumaningtuti diberi amanat sebagai Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia New York,
AS, selama dua tahun.
Pada 18 Juli 2012 peraih gelar Master of Law International Law dan Legal Studies serta Phd di
The American University, Washington D.C., AS, ini ditetapkan sebagai Anggota Dewan
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun 2012
dan mengucapkan sumpah di hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-2017.

Prof. Dr. Ilya Avianti, S.E., M,Si., Ak. CPA
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Merangkap Ketua Dewan Audit
Sosok kelahiran Bandung, Jawa Barat, pada 7 Juli 1959 ini memulai karier sebagai dosen di
Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran, Bandung, pada 1985. Ilya Avianti juga meraih gelar
Sarjana Ekonomi dan Akuntan, Magister Sains Akuntansi, hingga Doktor Akuntansi di kampus
yang sama.
Sejak 2002 Ilya Avianti tercatat aktif di Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan terakhir menjabat
sebagai Ketua Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia. Dia juga

menjadi tenaga ahli Menteri Keuangan periode 2005-2006.
Pada 2007, Ilya menjadi tenaga ahli Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dua tahun kemudian,
posisinya beralih menjadi Pelaksana Tugas Auditor Utama Keuangan Negara VII pada Auditorat
Utama Keuangan Negara VII BPK RI merangkap staf ahli. Setelah menjadi kandidat Dewan
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Guru Besar sekaligus dosen tetap Fakultas Ekonomi
Unpad ini mundur dari jabatan yang telah didudukinya sejak 2010 tersebut.
Pada 18 Juli 2012, Ketua Dewan Konsultatif Dewan Standar Akuntansi Keuangan dan Anggota
Kehormatan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) itu ditetapkan sebagai Anggota Dewan
Komisioner OJK berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun 2012 dan disumpah di
hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-2017.

Dr. Ir. Anny Ratnawati, M.Sc
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Ex-Officio Kementerian Keuangan, Wakil
Menteri Keuangan Republik Indonesia

Anny Ratnawati mengawali kariernya sebagai pendidik sekaligus peneliti pada Program Studi
Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manjemen, Institut Pertanian
Bogor (IPB). Perempuan kelahiran DI Yogyakarta pada 24 Februari 1962 itu meraih gelar
Insinyur Agribisnis pada 1985, menuntaskan pendidikan Master of Science pada 1989, dan
mendapatkan gelar Doktor Ekonomi Pertanian pada 1996 di kampus yang sama.

Anny pernah mendapat tugas dalam OPEC Fund for International Development Governor for
Indonesia pada 2008. Dia juga menjabat sebagai Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan, Departemen Keuangan (Februari 2008 - Juli 2008). Pada 2008-2010, penyandang
master dan doktor bidang ekonomi makro dan sektor finansial ini menjabat sebagai Direktur
Jenderal Anggaran, Departemen Keuangan Republik Indonesia pada 2008, dan sebagai Wakil
Menteri Keuangan, Republik Indonesia sejak Mei 2010 hingga sekarang.
Pada 18 Juli 2012, Anny Ratnawati ditetapkan sebagai Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun 2012 dan mengucapkan
sumpah di hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-2017.

DR. Halim Alamsyah, SH, SE, MA
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Ex-Officio Bank Indonesia, Deputi
Gubernur Bank Indonesia

Nilai Strategis Otoritas Jasa Keuangan adalah
Integritas
Integritas adalah bertindak objektif, adil, dan konsisten sesuai dengan kode etik dan
kebijakan organisasi dengan menjunjung tinggi kejujuran dan komitmen.
Profesionalisme
Profesionalisme adalah Bekerja dengan penuh tanggung jawab berdasarkan kompetensi

yang tinggi untuk mencapai kinerja terbaik.
Sinergi
Sinergi adalah berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan baik internal
maupun eksternal secara produktif dan berkualitas.
Inklusif
Inklusif adalah terbuka dan menerima keberagaman pemangku kepentingan serta
memperluas kesempatan dan akses masyarakat terhadap industri keuangan.
Visioner
Visioner adalah memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat kedepan (Forward
Looking) serta dapat berpikir di luar kebiasaan (Out of The Box Thinking).
Struktur organisasi OJK terdiri atas:
1. Dewan Komisioner OJK
2. Pelaksana Kegiatan Operasional
Struktur Dewan Komisioner terdiri atas:
1. Ketua merangkap anggota;
2. Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota;
3. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;
4. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota;
5. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap anggota;

6. Ketua Dewan Audit merangkap anggota;
7. Anggota yang membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen;

8. Anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota Dewan Gubernur Bank
Indonesia; dan
9. Anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan pejabat setingkat
Eselon I Kementerian Keuangan.
Pelaksana kegiatan operasional terdiri atas:
1. Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis I;
2. Wakil Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis II;
3. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan memimpin bidang Pengawasan Sektor Perbankan;
4. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal memimpin bidang Pengawasan Sektor Pasar
Modal;
5. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya memimpin bidang Pengawasan Sektor IKNB;
6. Ketua Dewan Audit memimpin bidang Audit Internal dan Manajemen Risiko; dan
7. Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen memimpin
bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen.
Kode Etik OJK adalah norma dan azas mengenai kepatutan dan kepantasan yang wajib dipatuhi
dan dilaksanakan oleh seluruh Anggota Dewan Komisioner, Pejabat, dan Pegawai OJK dalam
pelaksanaan
tugas.
Komite Etik adalah organ pendukung Dewan Komisioner yang bertugas mengawasi kepatuhan
Dewan
Komisioner,
Pejabat,
dan
Pegawai
OJK
terhadap
Kode
Etik.
Nilai Dasar Kode Etik OJK ini dicerminkan dalam perilaku yang sesuai dengan Nilai Strategis
Organisasi OJK yakni Integritas, Profesionalisme, Transparansi, Akuntabilitas, Sinergi, dan
Kesetaraan.
Pungutan Otoritas Jasa Keuangan bisa dilakukan terhadap industri keuangan karena merupakan
amanat undang-undang dan manfaatnya dikembalikan ke industri tersebut berupa tumbuhnya
kepercayaan masyarakat.

"Financial Services Authority di sejumlah negara menerapkan hal yang sama, yakni bisa didanai
dari industri keuangan," kata Deputi Komisioner Pengawasan Industi Keuangan Non-Bank OJK
Ngalim Sawega dalam Media Gathering di Balikpapan, Kamis.
Ia menjelaskan, dengan pungutan itu, OJK bisa melakukan pengelolaan dan pengawasan dalam
rangka menjadikan industri keuangan yang sehat. Jika industri keuangan itu dinilai sehat maka
bakal mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Emiten, misalnya, jika ingin menerbitkan
obligasi atau saham kalau dinilai sehat oleh OJK maka "jualannya" pasti laku. Selain itu, bank
yang sehat dapat bebas menentukan besaran suku bunga simpanan nasabah tanpa ragu dan
merasa tertekan.
"KAP (Kantor Akuntan Publik) dan lembaga rating juga memungut fee, yang benefitnya datang
kemudian," katanya.
Ngalim menegaskan bahwa pengaturan dan pengawasan yang didanai antara lain melalui
pungutan bakal memberi kepastian bahwa industri keuangan dikelola dengan baik dan
keuntungannya akan diterima industri. Sementara pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsyi
mengatakan OJK masih harus menjelaskan struktur biaya dalam menentukan besaran pungutan
tersebut.
Besaran "fee" itu, katanya harus logis, rasional, beralasan, bisa diaudit dan akuntabel. Akuntabel
dalam pengertian terpercaya, diandalkan, dan terukur. Jika itu dipenuhi, maka secara politik OJK
telah menjaga keterwakilan industri, melakukan regulasi, pengawasan, kepastian hukum dan
penyelesaian sengketa. OJK per 1 Maret 2014 akan menarik pungutan kepada IKNB, bank dan
emiten sebesar 0,03 persen dari total aset. Besaranya akan naik secara bertahap hingga 0,045
persen pada 2016. Pungutan ini menimbukan pro-kontra di industri keuangan.