T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum dalam UndangUndang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga T1 BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsepsi Negara Hukum

  Ada beberapa konsepsi tentang negara hukum yang dapat dipelajari dari para ahli. Konsepsi-konsepsi tersebut dapat diuraikan di bawah ini.

  a. Menurut Julius Stahl, konsep Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah ‘rechtsstaat’ itu mencakup empat elemen penting, yaitu:

  1) Perlindungan hak asasi manusia

  2) Pembagian kekuasaan

  3) Pemerintahan berdasarkan undang-undang

  4) Pengadilan tata usaha negara. 1

  b. Sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah “The Rule of Law”, yaitu:

  1) Supremacy of Law.

  2) Equality before the law.

  3) Due Process of Law. 2 Keempat prinsip ‘rechtsstaat’ yang dikembangkan oleh Julius Stahl tersebut di

  atas pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga prinsip ‘Rule of Law’ yang

  1 JimlyAsshiddiqie; Hukum Tata Negara danPilar-PilarDemokrasi: SerpihanPemikiranHukum Media dan HAM; Op Cit.; h. 148.

  2 Ibid.

  dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk menandai ciri-ciri Negara Hukum modern di zaman sekarang.

  c. Menurut The International Commission of Jurist, menentukan pula syarat-syarat

  representative government under the rule of law, sebagai berikut: 3

  1) Adanya proteksi konsitusional,

  2) Adanya pengadilan yang bebas dan tidak memihak,

  3) Adanya pemilihan umum yang bebas,

  4) Adanya kebebasan untuk menyatakan pendapat dan berserikat,

  5) Adanya tugas oposisi,

  6) Adanya pendidikan civic.

  d. Menurut Jimly Asshiddiqie, berdasarkan berbagai prinsip negara hukum yang telah dikemukakan tersebut dan melihat kecenderungan perkembangan negara hukum modern yang melahirkan prinsip-prinsip penting baru untuk mewujudkan negara hukum, maka terdapat dua belas prinsip pokok sebagai pilar-pilar utama yang menyangga berdirinya negara hukum. Keduabelas prinsip tersebut adalah: 4

  1) Supremasi Hukum (Supremacy of Law)

  2) Persamaan dalam Hukum (Equality before Law)

  3) Asas Legalitas (Due Process of Law)

  4) Pembatasan Kekusaaan

  5) Organ-Organ Penunjang yang Independen

  6) Peradilan Bebas dan Tidak Memihak

  7) Peradilan Tata Usaha Negara

  8) Mahkamah Konstitusi (Constitutional Court)

  9) Perlindungan Hak Asasi Manusia

  10) Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat)

  11) Berfungsi Sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare Rechtsstaat)

  12) Transparansi dan Kontrol Sosial

  13) Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa

  3 Sri Sumantri, Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945, Cetakan IV, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989), hal. 12-13. Sebagaimana ada dalam Ibid, h. 148-149.

  4 JimlyAsshiddiqie, Gagasan Negara Hukum Indonesia; Sebuah makalah lepas; h. 8-15; Lihat http:www.jimly.commakalahnamafile135Konsep_Negara_Hukum_Indonesia.pdf

  DikunjungipadaJumat 3 Juli 2015, pukul 18.07 WIB. Lihat juga; Ibid, h. 149-150

  Khusus mengenai hubungan antara gagasan negara hukum dan konsep hak asasi manusia Jimly Asshiddiqie memberikan penjelasan khusus. Adanya perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia dengan jaminan hukum bagi tuntutan penegakannya melalui proses yang adil. Perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut dimasyarakatkan secara luas dalam rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia sebagai ciri yang penting suatu Negara Hukum yang demokratis. Setiap manusia sejak kelahirannya menyandang hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang bersifat bebas dan asasi. Terbentuknya Negara dan demikian pula penyelenggaraan kekuasaan suatu Negara tidak boleh mengurangi arti atau makna kebebasan dan hak-hak asasi kemanusiaan itu. Karena itu, adanya perlindungan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia itu merupakan pilar yang sangat penting dalam setiap Negara yang disebut sebagai Negara Hukum. Jika dalam suatu Negara, hak asasi manusia terabaikan atau dilanggar dengan sengaja dan penderitaan yang ditimbulkannya tidak dapat diatasi secara adil, maka Negara yang bersangkutan tidak dapat disebut sebagai Negara Hukum dalam arti yang sesungguhnya. Adanya perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia dengan jaminan hukum bagi tuntutan penegakannya melalui proses yang adil. Perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut dimasyarakatkan secara luas dalam rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia sebagai ciri yang penting suatu Negara Hukum yang demokratis. Setiap manusia sejak kelahirannya menyandang hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang bersifat bebas dan asasi.

  Terbentuknya Negara dan demikian pula penyelenggaraan kekuasaan suatu Negara tidak boleh mengurangi arti atau makna kebebasan dan hak-hak asasi kemanusiaan itu. Karena itu, adanya perlindungan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia itu merupakan pilar yang sangat penting dalam setiap Negara yang disebut sebagai Negara Hukum. Jika dalam suatu Negara, hak asasi manusia terabaikan atau dilanggar dengan sengaja dan penderitaan yang ditimbulkannya tidak dapat diatasi secara adil, maka Negara yang bersangkutan tidak dapat disebut sebagai Negara Hukum dalam arti yang sesungguhnya. Dalam pasal 28 I ayat 5 UUD 1945 menyebutkan bahwa untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam perundang-undangan.

2. Konsepsi Perlindungan Hukum

  Ada banyak pakar atau penulis yang memberikan definisi mengenai perlindungan hukum. Beberapa dapat dicantumkan di bawah ini.

  a. Satjipto Raharjo, mendefinisikan Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungannya tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat

  menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. 5

  b. Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa Perlindungan Hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi

  5 DefinisiPerlindunganHukuminidiambildari: http:tesishukum.compengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli

  Dikunjungipadatanggal 17 Januari 2017 pukul. 21.18 WIB.

  manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan. 6

  c. Abdul Mukhtie Fadjar menyebutkan bahwa: perlindungan hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini

  hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengans esama manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban

  untuk melakukan suatu tindakan hukum. 7

  d. Pasal 1 Angka 4 UU. RI No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, mengatur bahwa Perlindungan adalah segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan.

  e. Pasal 1 Angka 5 UU RI No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, mengatur bahwa Perlindungan Sementara adalah perlindungan yang langsung diberikan oleh kepolisian danatau lembaga sosial atau pihak lain, sebelum dikeluarkannya penetapan perintah perlindungan dari pengadilan.

  Sehubungan dengan beberapa pengertian tersebut, perlindungan hukum adalah segala daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai dengan hak-hak asasi yang ada sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak-hak Asasi Manusia.Pada prinsipnya perlindungan hukum tidak membedakan terhadap kaum pria

  6 Ibid. 7 Ibid.

  maupun wanita. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila haruslah memberikan perlindungan hukum terhadap warga masyarakatnya karena itu perlindungan hukum tersebut akan melahirkan pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia dalam wujudnya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam wadah negara kesatuan yang menjunjung tinggi semangat kekeluargaan demi mencapai kesejahteraan bersama.

3. Undang-Undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

  Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 selanjutnya disebut UU HAM, definisi Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

  martabat. 8 Dalam undang-undang ini pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia di tentukan dengan berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB, konvensi PBB tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita, konvensi PBB tentang hak- hak anak dan berbagai instrumen internasional lain yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia, Pancasila, UUD 1945 dan TAP MPR RI Nomor XVIIMPR.

  Berkaitan dengan hak-hak perempuan dan anak untuk memperoleh perlindungan dari tindak kekerasan dalam rumah tangga, pengaturan dalam UU HAM dapat dilihat dalam pasal 45 yang berbunyi “hak wanita dalam Undang-Undang ini adalah hak asasi manusia. Serta dalam pasal 50 diatur bahwa wanita yang telah dewasa danatau

  8 Pasal 1 angka 1 UU NOMOR 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 8 Pasal 1 angka 1 UU NOMOR 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

4. Konsepsi Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

  1. Pasal 1 Angka 1 UU RI No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan Dalam Rumah Tangga, mengatur bahwa Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, danataupenelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atauperampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

  2. Pasal 1 Angka 1 UU RI No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan Dalam Rumah Tangga, mengatur bahwa Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah jaminan yang diberikan oleh negara untukmencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga,dan melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga.

  3. Korban adalah orang yang mengalami kekerasan danatau ancaman kekerasan dalam lingkup rumahtangga.

  Seperti telah disampaikan dalam Sub Bab tentang Pembatasan Masalah, penulis tertari untuk mengangkat skripsi ini karena ada satu kata yang tegas yaitu kata penghapusan. Kata hapus adalah kata kerja kerja (verb) yang berarti (1) tidak terdapat Seperti telah disampaikan dalam Sub Bab tentang Pembatasan Masalah, penulis tertari untuk mengangkat skripsi ini karena ada satu kata yang tegas yaitu kata penghapusan. Kata hapus adalah kata kerja kerja (verb) yang berarti (1) tidak terdapat

  menghapuskan; peniadaan; pembatalan dan sebagainya. 9

B. Hasil Penelitian

  Hasil Penelitian dalam skripsi ini akan berusaha memperlihatkan gambaran umum, penyebab KDRT dan beberapa dokumen yang memberitakan tentang KDRT. Hal ini ditempuh oleh penulis dalam rangka memberi gambaran tentang persoalan hukum tentang dan di sekitar KDRT.

  Dokumen pemberitaan ini tidak sebagai unit amatan dalam rangka studi kasus, tetapi nantinya akan dihubungkan dalam Analisa, dengan dengan pentingnya penguatan norma hukum dalam ketentuan-ketentuan hukum, dan pengenalan atas UU No. 23 Tahun

  9 KamusBesarBahasa IndonesiaKBBI Online; Lihat: http:kbbi.web.idhapus ;DikunjungipadaSelasa 18 April 2017, pukul 08.43 WIB.

  DefinisiPerlindunganHukuminidiambildari: http:tesishukum.compengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli Dikunjungipadatanggal 17 Januari 2017 pukul. 21.18 WIB.

  2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah tangga, demi bekerjanya hukum secara nyata dalam urusan mengantisipasi dan menyelesaikan masalah hukum KDRT. 10

1. Gambaran Umum

  Di Indonesia. Almira At-Thahirah pada tahun 2006, menjelaskan bahwa sekitar 24 juta perempuan dari 217 juta penduduk Indonesia terutama di pedesaan mengakui pernah mengalami kekerasan dan yang terbesar adalah KDRT. Komnas perempuan pada tahun 2001 melakukan survei pada 14 daerah di Indonesia (Aceh, Palembang, Jambi, Bengkulu, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, NTT) menunjukkan bahwa kaum perempuan paling banyak mengalami kekerasan dan penganiayaan oleh orang-orang terdekatnya serta tindak perkosaan di lingkungan komunitasnya

  sendiri. 11 Selain daripada itu menurut Seto Mulyadi, terdapat 60 kekerasan terhadap anak dilakukan oleh orangtua mereka. 12

2. Sebab-sebab Terjadinya KDRT

  Menurut Achmad Chusairi, kekerasan terhadap istri pada rumah tangga disebabkan oleh adanya dominasi sumber ekonomi keluarga, memiliki persoalan psikis di mana

  10 Dalam hal ini sangat penting mengenal intisari dari ketentuan hukum tentang KDRT ini. Untuk itu silakan membaca Dewi Novirianti, Peri Umar Farouk, Bambang Soetono; Kekerasan Dalam Rumah

  Tangga;Badan Pembinaan Hukum Nasional Justice for the Poor Program, The World Bank – Social Development Office, Jakarta. Buku ini menjadi acuan utama untuk mengenal dan memperkenalkan UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, sebagaimana diacu dalam skripsi ini.

  11 Rohmat Wahab; Op Cit.; h. 2. 12 Ibid.

  trauma masa kecil dan tinggal dalam lingkungan dengan penuh kekerasan. 13 Perempuan yang tidak memiliki kemandirian ekonomi maka ia sangat

  tergantung pada suaminya. Suami yang memiliki persoalan psikis, baik tekanan pekerjaan maupun persoalan pribadi di luar rumah. Persoalan psikis itu mengakibatkan stress yang berujung pada tindakan kekerasan terhadap istri. Di samping itu, kekerasan yang dilakukan oleh suami berdasarkan hasil ingatan tentang kekerasan yang di alaminya pada masa kanak-kanak. Suami yang melakukan kekerasan terhadap istrinya adalah mereka yang penuh menerima perlakuan kekerasan di masa kecilnya baik oleh orang tuanya maupun lingkungannya. Trauma masa kecil kemudian diulang kepada istrinya sebagai semacam dendam atas pengalaman yang menyakitkan. 14

  Faktor-faktor yang menimbulkan dominasi suami terhadap istri menjadi dua factor, pertama faktor eksternal; kedua faktor internal. Dan dua faktor tersebut, menyimpulkan bahwa secara keseluruhan terdapat sedikitnya enam faktor yang

  menyebabkan dominasi suami terhadap istri, yaitu; 15

  a. Fakta bahwa laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.

  b. Masyarakat masih membenarkan anak laki-laki dengan didikan yangbertumpukan pada kekuatan fisik, yaitu untuk menumbuhkan keyakinan bahwa mereka harus kuat berani serta tidak toleran.

  c. Budaya yang mengkondisikan perempuan atau istri tergantung kepada laki-laki- laki atau suami, khususnya ekonomi.

  d. Adanya persepsi tentang kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga yang di anggap harus ditutup karena termasuk privasi suami istri dan bukan merupakan permasalahan sosial.

  e. Adanya pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama tentang penghormatan pada posisi suami, tentang aturan mendidik istri dan tentang ajaran kepatuhan istri terhadap suami.

  13 .Achmad Chusari, Kekerasan Terhadap Istri dan Ketidakadilan Gender; Jakarta,:Paradigma, 1997, h. 54.

  14 Ibid. 15 SaparinahSadeli, KekerasanTerhadapPerempuan di Indonesia. Jakarta. 2000. h. 4.

  f. Kondisi kepribadian dan psikologis suami yang tidak stabil (labil).

  Bila diperhatikan secara mendalam penjelasan di atas yang disampaikan oleh para ilmuwan, perbedaan (laki-laki dan perempuan secara sosial (gender)) menduduki peran yang sangat besar dalam menyumbang KDRT. Untuk merespons cara pandang tersebut, dalam dua dekade terakhir lahirlah kelompok feminis yang secara khusus

  menyoroti kedudukan perempuan dalam masyarakat. 16 Feminis berupaya menggugat kemapanan patriarkhi dan berbagai bentuk stereotip

  gender lainnya yang berkembang luas dalam masyarakat. Kaum feminism menyatakan bahwa semua manusia laki-laki dan perempuan di ciptakan seimbang dan serasi dan mestinya tidak terjadi penindasan antara satu dengan yang lainnya. 17

  Ada juga pendapat dari TO Ihromi tentang faktor-faktor yang menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga. 18

  a. Kurangnya komunikasi Komunikasi dalam suatu keluarga merupakan faktor utama yang menentukan keharmonisan suatu keluarga. Dengan adanya komunikasi maka antara anggota keluarga dapat terbuka kepada satu sama lain mengenai keluhan, uneg-uneg, ataupun hal-hal lain yang berkaitan dengan keluarga tersebut. Apabila sampai tidak ada suatu komunikasi dalam suatu keluarga tersebut maka dapat dipastikan akan memperbesar kemungkinan timbulnya konflik yang berujung pada kekerasan dalam rumah tangga dan hal ini sangat mungkin menimbulkan korban.

  b. Penyelewengan

  16 Ibid. 17 Ibid. 18 TOIhromi;.BungaRampaiSosiologiKeluarga; Jakarta,YayasanObor Indonesia, 1999, h.525 -528.

  Munculnya orang ketiga dalam hubungan suami istri merupakan masalah besar yang dihadapi oleh pasangan tersebut. Tak jarang hal itu akan menimbulkan perceraian ataupun mungkin menimbulkan suatu tindakan KDRT. Hal ini mungkin saja terjadi misalnya muncul kejadian seorang suami yang mempunyai wanita selingkuhan, saat sedang kencan tiba-tiba sang istri melihat perbuatan tersebut. Saat berada di rumah sang istri ingin menanyakan kebenaran hal yang di lihat, namun sang suami merasa tidak terima dan pada akhirnya akan berujung pada kekerasan fisik yang dilakukan sang suami kepada istri. Kebanyakan dalam kasus seperti ini yang menjadi tersangka adalah sang suami dan yang menjadi korban adalah sang istri ataupun sang anak yang menjadi pelampiasan dari penyelewengan ini.

  c. Frustasi Faktor ini biasanya muncul apabila sang suami sedang merasa putus asa dengan pekerjaan yang sedang ia jalani dan kemudian menimbulkan rasa frustasi yang begitu besar dalam dirinya. Di sisi lain sang istri terus menekan sang suami menjalankan tanggung jawabnya memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dengan keadaan yang seperti ini kemudian menyebabkan tingkat frustasi yang begitu membumbung besar pada diri sang suami yang kemudian membuat tingkat emosinya meledak. Maka pada akhirnya akan memicu munculnya tindakan KDRT akibat rasa frustasi dan pemahaman yang rendah diantara anggota keluarga tersebut.

  d. Perubahan status sosial

  Faktor penyebab ini merupakan faktor yang sering muncul pada suatu keluarga dalam masyarakat perkotaan dengan tingkat kehidupan ekonomi menengah ke atas. Dengan adanya keadaan demikian kemudian juga membuat tingkat gengsi yang tinggi pada keluarga tersebut. Masalah akan muncul apabila terjadi suatu keadaan misalnya yaitu berkurangnya sumber pendapatan, berakhirnya masa jabatan, dan hal lain yang berkaitan dengan hal tersebut. Dengan munculnya hal seperti itu kemudian membuat masing-masing anggota keluarga merasa malu dengan orang sekitar dan kemudian memberikan tekanan yang berlebihan kepada pihak yang berperan sebagai mencari nafkah, biasanya sang ayah. Akibatnya akan memicu munculnya potensi KDRT dalam keluarga tersebut.

  e. Kekerasan sebagai sumber daya menyelesaikan masalah Budaya berkaitan erat dengan faktor penyebab ini. Dikatakan demikian karena apabila seseorang laki-laki apabila dari sejak lahir sudah berada pada lingkungan yang keras dan terus di didik dengan nilai-nilai yang berhubungan dengan unsure kekerasan maka saat ia berkeluarga akan menggunakan kekerasan sebagai sarana yang paling tepat dan cepat untuk menyelesaikan suatu masalah. Kekerasan sudah seakan mendarah daging sehingga suatu masalah tidak akan mantap apabila tidak diselingi dengan tindak kekerasan. Misalkan, ada seorang pria yang berasal dari lingkungan keluarga preman. Dari kecil ia sudah di latih dan terbiasa dengan nilai-nilai kekerasan, saat ingin mendapatkan sesuatu yang ia inginkan maka harus bertengkar untuk memperolehnya. Hingga pada saatnya ia berkeluarga dan mempunyai seorang istri serta anak. Pada suatu waktu muncul masalah yaitu sang anak mendapat nilai yang buruk dalam raport sekolahnya. Sang bapak tidak e. Kekerasan sebagai sumber daya menyelesaikan masalah Budaya berkaitan erat dengan faktor penyebab ini. Dikatakan demikian karena apabila seseorang laki-laki apabila dari sejak lahir sudah berada pada lingkungan yang keras dan terus di didik dengan nilai-nilai yang berhubungan dengan unsure kekerasan maka saat ia berkeluarga akan menggunakan kekerasan sebagai sarana yang paling tepat dan cepat untuk menyelesaikan suatu masalah. Kekerasan sudah seakan mendarah daging sehingga suatu masalah tidak akan mantap apabila tidak diselingi dengan tindak kekerasan. Misalkan, ada seorang pria yang berasal dari lingkungan keluarga preman. Dari kecil ia sudah di latih dan terbiasa dengan nilai-nilai kekerasan, saat ingin mendapatkan sesuatu yang ia inginkan maka harus bertengkar untuk memperolehnya. Hingga pada saatnya ia berkeluarga dan mempunyai seorang istri serta anak. Pada suatu waktu muncul masalah yaitu sang anak mendapat nilai yang buruk dalam raport sekolahnya. Sang bapak tidak

  Seelau Seelau, 225, mengatakan bahwa dari beberapa kajian literatur, kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh laki ‐ laki terhadap perempuan hal ini lebih sering terjadi yaitu kekerasan yang dilakukan laki ‐ laki ditujukan kepada perempuan. Persepsi yang menjadi pelaku kekerasan lebih memungkinkan adalah laki ‐ laki dan yang mengalami kekerasan korbannya adalah perempuan hal ini

  berhubungan dengan stereotipe bias gender 19

  Hal tersebut terjadi,menurut Worthen Sullivan, 2005, diakibatkan adanya bias gender yaitu terdapat perbedaan ‐ perbedaan faktor biologis antara perempuan dan laki ‐ laki. Perempuan memang berbeda secara jasmaniah dari laki‐ laki, perempuan mengalami haid, dapat mengandung, melahirkan serta menyusui yang melahirkan mitos dalam masyarakat bahwa perempuan berhubungan dengan kodrat sebagai ibu. Perbedaan ciri ‐ ciri perempuan dan laki‐ laki terlihat sejak masa kanak‐ kanak di mana anak laki ‐ laki lebih banyak memperoleh kesempatan bermain di luar rumah dan mereka bermain lebih lama dari anak perempuan, permainan anak laki ‐ laki lebih bersifat kompetitif dan konstruktif hal ini disebabkan karena anak laki ‐ laki lebih tekun dan lebih efektif dari anak perempuan, serta permainan anak perempuan lebih banyak bersifat kooperatif serta lebih banyak di dalam ruangan. Perbedaanperbedaan biologis dan psikologis ini menimbulkan pendapat ‐ pendapat

  Bias Gender

  SebagaiPrediktorKekerasanDalamRumahTangga; JURNAL PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA; VOLUME 35, NO. 1, 1 – 20 ISSN: 0215-8884; h. 2Lihat: https:jurnal.ugm.ac.idjpsiarticledownload70965548 DikunjungipadaSelasa 18 April 2017, pukul 17.51 WIB.

  atau suatu kesimpulan di masyarakat dimana kesimpulan itu pada umumnya merugikan pihak perempuan. Kesimpulan itu antara lain adalah laki ‐ laki lebih unggul dan lebih pandai dibanding anak perempuan, laki ‐ laki lebih rasional dari anak perempuan, serta perempuan lebih diharapkan menjadi istri dan ibu. Perbedaan ini timbul karena sudut pandang yang terkadang salah menginterpretasikan perempuan sehingga menimbulkan diskriminasi atau kerugian dipihak perempuan. 20

  Stark Flitcraft, 1996 bahkan menegaskan bias gender itu berkorelasi dengan kekerasan dalam rumah tangga. Dari beberapa kajian literatur, istilah bias gender merujuk pada pandangan tentang maskulinisme dan feminimisme bahwa laki ‐ laki dan perempuan memiliki perbedaan mengenai diri atau identitas mereka masing ‐ masing. Teori individualis mengatakan bahwa perilaku agresi dan kekerasan dipelajari dari karakteristik maskulin seorang laki ‐ laki. Dengan melakukan kekerasan dalam rumah tangga laki ‐ laki merasa menunjukan jati dirinya sebagai

  laki ‐ laki sejati. 21

  Hal tersebut dapat dilihat dalam penelitian selama lebih dari dua dasawarsa. mengemukakan mengenai bias gender yang konsisten berkorelasi dengan kekerasan dalam rumah tangga. Dari beberapa kajian literatur, misalnya Ybarra, Wilkens dan Lieberman, 2007, istilah bias gender merujuk pada keadaan di mana individu yang lahir secara biologis sebagai laki ‐ laki atau perempuan, memperoleh pencirian sosial sebagai laki ‐ laki atau perempuan, melalui berbagai atribut maskulinitas atau

  20 Ibid. 21 Ibid, h. 4.

  feminitas, yang sering didukung oleh nilai ‐ nilai dan sistem simbol masyarakat yang bersangkutan. 22

  MenurutWitte, Schroeder, Lohr, 2006, hal tersebut dikarenakan adanya penggambaran bahwa lakilaki dianggap lebih berkuasa dan kuat jadi lebih agresif sehingga bisa menyebabkan kekerasan pada perempuan yang dilakukan dalam rumah tangga. 23

  Pada uraian lain, berdasarkan hasil penelitian, faktor penyebabTerjadinya kekerasan phisik disebabkan karena: (a) suami tidak bekerja, (b) suami tidak menentu pekerjaannya artinya kadang-kadang bekerja, kadang-kadang tidak, (c) suami temperamental artinya perilakunya kasar, sering marah, gampang emosional. Sedangkan kekerasan psikis, latar belakang penyebab terjadinya kekerasan masih ada kesamaan dengan penyebab terjadinya kekerasan fisik, sebab kekerasan psikis yang dapat mengakibatkan ketakutan, rasa tidak berdaya dan megakibatkan penderitaan psikis berat padakorban, disebabkan juga karena suami, ibu dalamrumah tangga yang temperamental sehingga perilakunya seringkali marah dan mudah emosional. Faktor lain yang menjadi penyebab tindak kekerasan terhadap perempuan karena pihak

  suami tidak mempunyai pekerjaan sehingga mudah emosional dan mudah marah. 24

3. Dokumentasi Kasus KDRT

  22 Ibid. 23 Ibid. 24 Arbaiyah Prantiasih, M Yuhdi, Siti Awaliyah; Model Perlindungan Hak Perempuan Korban Tindak

  Kekerasan Dalam rumah Tangga; Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 28, Nomor

  1, Pebruari 2015; h. 17. Lihat: http:journal.um.ac.idindex.phpjppkarticleview54352035 DikunjungipadaSabtu18 Maret 2017, pukul 11.48 WIB.

  Dalam bagian ini penulis akan menginformasikan beberapa kasus KDRT untuk kemudian membahasnya dalam Analisa, khususnya dalam hubungan dengan norma- norma hukum dari UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

  a. Istri Tertekan Dipaksa Suami “Threesome” dan Menguruskan Badan 40 Kg. 25

  LE (42), warga BSD, Tangerang Selatan, mengaku dipaksa suaminya, ES (50), untuk melakukan hal yang aneh-aneh. Selama 15 tahun umur pernikahan mereka, baru kali ini LE diminta melayani hubungan seks secara threesome (aktivitas seks yang melibatkan tiga orang dalam waktu bersamaan) dan diminta untuk menurunkan berat badannya secara drastis. Cerita berawal sejak tahun 2014. LE merasa suaminya mulai berubah dengan meminta untuk berhubungan seks secara threesome dengan salah satu terapis di tempat spa yang dikelola oleh LE. Namun, permintaan itu ditolak oleh LE yang diikuti dengan hinaan dari ES. Bahkan, ES sempat terang-terangan mengutarakan niatnya untuk menikah lagi alias berpoligami. "Saya dibilang kalau enggak mau threesome mau nikah lagi sama pegawai di tempat spa," kata LE di Pengadilan Negeri Tangerang, Kamis (2562015).

  25 Kompas – 25 Juni 2015; Andri Donnal Putera (Penulis) Ana Shofiana Syatiri (Editor); Istri Tertekan Dipaksa Suami "Threesome" dan Menguruskan Badan 40 Kg; Lihat:

  http:megapolitan.kompas.comread2015062514054021Istri.Tertekan.Dipaksa.Suami.Threesome.dan. Menguruskan.Badan.40.Kg Dikunjungi pada Selasa 18 April 2017, pukul 10.11 WIB.

  Sejak menolak melakukan threesome, dia sering dihina karena bentuk tubuhnya yang gemuk. Suaminya pun mendaftarkan LE yang memiliki berat badan sekitar

  90 kilogram ke pusat kebugaran. LE kemudian dibekali latihan rutin oleh lima personal trainer yang diminta langsung oleh ES. Singkat cerita, berat badan LE berhasil turun ke angka 50 kilogram. Namun, tidak lama setelah itu, ES kembali meminta LE mengizinkan dia berpoligami. Permintaan itu ditolak. Tak menyerah, pada September 2014, ES mengajukan surat izin poligami langsung kepada LE untuk ditandatangani. LE menolak menandatangani surat tersebut. Sementara itu, tekanan dari ES semakin menjadi hingga LE dirawat di Rumah Sakit (RS) Eka Medika, BSD. Di rumah sakit, LE sempat mau bunuh diri dengan sengaja meminum obat sampai overdosis, tetapi bisa diselamatkan. Dari saat itu, LE melaporkan ES ke polisi atas tuduhan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. Kasus tersebut sudah masuk ke ranah pengadilan, yakni Pengadilan Negeri (PN) Tangerang. ES dan LE beserta kuasa hukumnya hadir dalam sidang hari ini dengan agenda pemeriksaan saksi.

  b. Komnas Perempuan: Pemaksaan "Threesome" kepada Istri Termasuk

  Kekerasan Seksual. 26

  Kasus pemaksaan ajakan berhubungan seksual secara threesome, seperti yang dialami korban LE (42) di Tangerang Selatan, dapat digolongkan sebagai

  26 Kompas – 26 Juni 2015; Unoviana Kartika (Penulis) Hindra Liauw (Editor); Komnas Perempuan: Pemaksaan "Threesome" kepada Istri Termasuk Kekerasan Seksual; Lihat:

  http:megapolitan.kompas.comread2015062608400031Komnas.Perempuan.Pemaksaan.Threesome.k epada.Istri.Termasuk.Kekerasan.Seksual Dikunjungi pada Selasa 19 April 2017, pukul 10.24 WIB.

  kekerasan seksual. Pelaku tindakan tersebut terhadap LE adalah ES, suami korban. Komisioner Komisi Nasional Perempuan Indriyati Suparno mengatakan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dibagi menjadi empat bentuk, yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan penelantaran ekonomi. "Kalau kasusnya pemaksaan berhubungan seks secara threesome, itu bisa jadi memang kekerasan seksual. Ini bisa masuk kekerasan psikis. Apabila terjadi luka fisik, maka termasuk kekerasan fisik juga," tutur Indri kepada Kompas.com, Kamis (2562015). Menurut dia, meski dikategorikan menjadi empat bentuk, kasus kekerasan dalam rumah tangga biasanya tidak bisa berdiri sendiri. Dalam sebuah kasus, sering kali terdapat beberapa bentuk kekerasan."Biasanya, ditemukan gabungan bentuk kekerasan, bisa dua atau tiga bentuk," ungkap Indri. Stres dan depresi merupakan dampak paling umum yang dirasakan korban yang mengalami kasus KDRT. Bila dibiarkan, KDRT bisa berakibat fatal. Sayangnya, kata dia, biasanya kasus KDRT baru terungkap setelah kasusnya menjadi besar. Korban pun sudah menerima kekerasan yang berdampak parah. Ia pun mencontohkan kasus kekerasan seksual yang dilakukan ES terhadap LE. Korban telah menderita selama berbulan-bulan, bahkan LE sempat mencoba bunuh diri.

  c. KDRT Maut, Satu Meninggal dan Satu Kritis. 27 Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) berujung maut terjadi di Desa Geneng

  RT 03 RW 01 Kecamatan Batealit. Pelaku, Seradju (54) melakukan penganiayaan terhadap istri dan anaknya. Sang anak meninggal dan istri kritis. Korban meninggal bernama Afriyanto (15), siswa salah satu MTs di Raguklampitan Jepara. Adapun sang istri, Siti Hadroh (38) saat ini dalam kondisi kritis. Adik korban Siti, Sumanah (32) menjelaskan, kejadian terjadi sekitar pukul 05.00 WIB. Saat itu lingkungan sekitar rumah memang dalam kondisi sepi. “Yang kali pertama menemukan adalah tetangga kakak saya. Tetangga tersebut mendengar teriakan,” terang dia. Mendengar teriakan ini, tetangga langsung mendatangi rumah korban. Saat ditemukan kedua korban sudah dalam keadaan kritis. Pelaku awalnya melakukan tindak kekerasan terhadap istrinya. Melihat sang ibu dianiaya, Afriyanto mencoba menolong. Sayangnya, ia juga menjadi korban. “Mengetahui keduanya kritis, warga membawa ke puskesmas dan selanjutnya dirujuk ke RSUD Kartini,” terang dia. Sayangnya, nyawa Afriyanto tak tertolong.

  27 Suara Merdeka – 28 Oktober 2015; Adi Purnomo – Pewarta; KDRT Maut, Satu Meninggal dan Satu Kritis; Lihat:

  http:berita.suaramerdeka.comkdrt-maut-satu-meninggal-dan-satu-kritis Dikunjungi pada Senin 24 April 2017, pukul 06.51 WIB.

  d. KDRT Peringkat Pertama Kekerasan Terhadap Perempuan. 28 Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menduduki peringkat pertama kasus

  kekerasan terhadap perempuan di Jawa Tengah pada 2015. Menurut Divisi Informasi dan Dokumentasi LRCKJHAM Kota Semarang Witi Muntari menyatakan, ada 201 kasus dan korban KDRT selama 2015. “Peringkat kedua adalah kekerasan dalam pacaran sebesar 68 kasus dan 102 korban. Peringkat ketiga adalah prostitut dengan 48 kasus 479 korban,” kata Witi saat membeberkan data kekerasan terhadap perempuan selama 2015 di Semarang, Selasa (812). Adapun untuk korban kekerasan terhadap perempuan selama 2015, ada 477 kasus dengan 1.227 korban dan 21 diantaranya meninggal dunia. Sementara Kepala Operasional LRCKJHAM Eko Rusanto menyatakan, perlu didorong RUU Anti Kekerasan Seksual dalam pembahasan prolegnas. Pembahasan RUU Anti Kekerasan Seksual perlu segera dilakukan karena hanya dua bentuk kekerasan yang diakomodir dalam KUHP.

  e. Mengapa Wanita Masih Jadi Objek KDRT? 29 MENGERIKAN. Semarang darurat Kekerasan dalam Rumah tangga (KDRT).

  Lihat saja fakta ini: sebanyak 1.227 korban kekerasan terhadap perempuan

  28 Suara Merdeka – 8 Desember 2015; Puthut Ami Luhur (Pewarta); KDRT Peringkat Pertama Kekerasan Terhadap Perempuan; Lihat:

  http:berita.suaramerdeka.comkdrt-peringkat-pertama-kekerasan-terhadap-perempuan Dikunjungi pada Sabtu 24 April 2017, pukul 07.17 WIB.

  29 Suara Merdeka – 16 Desember 2015; Bambang Isti (Penulis); Mengapa Wanita Masih Jadi Obyek KDRT?; Lihat:

  http:berita.suaramerdeka.commengapa-wanita-masih-jadi-objek-kdrt Dikunjungi pada Sabtu 24 April 2017, pukul 08.02 WIB.

  terdaftar dalam laporan data situasi kasus kekerasan 2015 oleh Legal Resource Center untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC-KJHAM) Semarang. “Angka ini meningkat 100 persen dari 2014, yang hanya sebanyak 638 korban kekerasan,” tegas ketua LRC-KJHAM, Fatkhurozi. “Jumlah korban meningkat drastis, dan juga ada sebanyak 21 korban meninggal dunia,” ujarnya lagi ditemui di Kantor LRC-KJHAM di Jalan Kauman Raya no. 61A, Pedurungan, Semarang, Jumat (1112). Korban kekerasan ini terbagi dari beberapa jenis kasus. Ada delapan bentuk kasus, yakni kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kekerasan dalam pacaran, perkosaan, prostitut, buruh migran (Tenaga Kerja Wanita), perbudakan seksual, pelecehan seksual, dan trafiking. Kedelapan jenis itu memiliki jumlah kasus sendiri-sendiri, sehingga bila kedelapan jenis kasus dijumlahkan, maka didapatkan data sebanyak 477 kasus kekerasan terhadap perempuan di Jawa Tengah tahun 2015. Kekerasan Seksual Kekerasan terhadap perempuan sendiri juga terdiri dari beberapa bentuk, yakni kekerasan fisik, kekerasan psikologis, dan kekerasan seksual. “Yang paling banyak adalah kasus dalam bentuk kekerasan seksual, yang biasanya ada terdapat pada kasus KDRT. Yakni sebanyak hampir 70 persen dari total bentuk kekerasan yang ada,” ujar Oji. Jumlah korban kekerasan terhadap perempuan ini meningkat karena terdapat beberapa faktor. Faktor pertama adalah adanya deskriminasi jenis kelamin di berbagai bidang. Seperti pemahaman bahwa fisik perempuan lebih lemah dari

  laki-laki, sehingga menimbulkan mindset bahwa perempuan itu lemah. Kekerasan selalu mengarah kepada yang lemah, bukan kepada yang kuat. Faktor kedua adalah dampak dari faktor pertama, yakni karena ketiadaan peraturan perundang-undangan mengenai kekerasan terhadap perempuan, praktek tradisi, dan juga norma dan agama. “Contohnya seperti sebuah kasus di kota Semarang, adanya sebuah geng yang memiliki pemahaman bila tidak meniduri perempuan dianggap tidak jantan, dan sebagainya,” jelasnya. Hal itu, menurutnya, akan menimbulkan dampak kekerasan terhadap perempuan. Untuk mengatasi meningkatnya jumlah korban kekerasan terhadap perempuan, pihaknya telah melakukan beberapa tugas pokok. “Terdapat program-program yang kami laksanakan, di antaranya adalah penanganan kasus, seperti penanganan medis, psikologis, juga rumah aman,” tuturnya. Peraturan Daerah Selain itu, program yang lain adalah mengadakan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan, monitorin terhadap kasus-kasusnya, mengadakan laporan akhir di akhir tahun, dan juga melakukan asistensi kepada unsur pemerintah dalam pembuatan peraturan daerah. Selain itu unsur pemerintahan harus menepati janjinya dalam pembuatan aturan- aturan yang melindungi perempuan. Untuk meminimalisir kasus kekerasan terhadap perempuan, pemerintah sebenarnya memiliki andil yang besar dalam pembuatan aturan-aturan yang melindungi perempuan, namun sampai sekarang masih belum ada undang-undang resmi yang mengatur itu.

  Masyarakat juga harus mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang care terhadap perempuan. Dengan menciptakan kehidupan bermasyarakat yang peduli terhadap perempuan, stigma atau mindset deskriminasi jenis kelamin secara perlahan akan hilang, sehingga mampu menurunkan jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan.

  f. Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan Meningkat. 30 Kasus kekerasan terhadap perempuan di Kota Pekalongan mengalami

  peningkatan. Lembaga Perlindungan Perempuan Anak dan Remaja (LPPAR) Kota Pekalongan mencatat ada 30 kasus kekerasan terhadap perempuan terjadi sepanjang tahun 2015. Sebagian besar adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Tim Profesi LPPAR Kota Pekalongan Bidang Psikologi Nur Agustina mengatakan, jika dibandingkan dengan tahun 2014, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan meningkat.”Tahun 2014, kasus kekerasan terhadap perempuan tercatat hanya 19 kasus,” terangnya, Minggu (241). Dijelaskan dia, dari 30 kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi sepanjang tahun 2015, sebagian besar adalah kekerasan psikis. Setelah itu penelantaran, kekerasan fisik dan perkosaan. Sementara itu, jika dilihat dari tempat kejadian tindak kekerasan tersebut, sebagian besar adalah rumah tangga. Yakni sebanyak 21 kasus atau mencapai 70 persen dari jumlah kasus yang terjadi.

  30 Suara Merdeka – 24 Januari 2016; Isnawati (Pewarta); Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan Meningkat; Lihat:

  http:berita.suaramerdeka.comkasus-kekerasan-terhadap-perempuan-meningkat Dikunjungi pada Sabtu, 24 April 2017, pukul 07.13 WIB.

  g. KDRT Harus Dipandang Sebagai Masalah Kriminal, Bukan Persoalan Privat. 31

  Menurut data yang diperoleh oleh Komisi Nasional Perempuan, laporan kekerasan terhadap perempuan di ranah rumah tangga atau relasi personal sepanjang tahun 2015 mencapai 11.207 kasus dari total 16.217 kasus kekerasan terhadap perempuan. Dari jumlah tersebut, laporan dipilah dalam bentuk kekerasan terhadap istri (KTI) sebesar 60 persen, kekerasan dalam pacaran (KDP) 24 persen, kekerasan terhadap anak perempuan 8 persen. Sisanya, adalah kekerasan mantan suami, mantan pacar, dan kekerasan terhadap pekerja rumah tangga. Tingginya presentase kasus KTI, menurut Ketua Sub Komisi Pemantauan Komnas Perempuan, Indraswari, menunjukkan bahwa rumah belum menjadi tempat yang aman bagi perempuan. Menurut dia, hal tersebut terjadi karena ketimpangan relasi gender antara suami dan istri masih cukup besar. "Antara lain itu ditunjukkan dengan posisi subordinat istri dalam institusi perkawinan," ujar Indraswari di kantor Komnas Perempuan, Jakarta Pusat, Senin (722016).

  31 Kompas – 7 Maret 2016; Kristian Erdianto (Penulis) Sabrina Asril (Editor); KDRT Harus Dipandang Sebagai Masalah Kriminal, Bukan Persoalan Privat; Lihat:

  http:nasional.kompas.comread2016030718000671KDRT.Harus.Dipandang.Sebagai.Masalah.Krimi nal.Bukan.Persoalan.Privat Dikunjungi pada Selasa 18 April 2017, pukul 10. 49 WIB.

  Lebih lanjut, dia mengatakan, meskipun sudah ada payung hukum Undang- undang Nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), namun di tingkat implementasi banyak hal yang harus dibenahi. "Pembenahan perlu agar tidak kontra produktif, seperti misalnya ada kasus istri melaporkan KDRT, yang dilakukann suaminya, suami malah menuntut balik," ungkapnya. Tingginya kasus kekerasan dalam ranah personal khususnya terhadap istri, mendorong urgensi monitoring dan evaluasi UU Penghapusa KDRT. Menurut penuturan Indraswari, belum pernah diadakan monitoring dan evaluasi secara menyeluruh terkait implementasinya, meski telah berlaku selama 11 tahun. "Kekerasan di dalam rumah tangga harus dipandang sebagai masalah kriminal, bukan semata persoalan privat," ucap dia.

  h. Ibu Kota Masih Rentan KDRT. 32 Perempuan di Ibu Kota masih rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga,

  perkawinan di bawah umur, dan pelecehan seksual. Tak adanya pendidikan bagi pemberdayaan perempuan membuat perempuan tetap rawan terhadap kekerasan. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemimpin DKI Jakarta pada masa depan. Permasalahan yang masih dihadapi perempuan itu menjadi dasar penyelenggaraan "Festival Budaya Perempuan: 1001 Cerita Perempuan Ciliwung untuk Kesetaraan Perdamaian dan Penghapusan Kemiskinan" yang diadakan Institut KAPAL

  32 Kompas – 9 Desember 2016; Egidius Patnistik (Editor), Harian Kompas (Sumber); Ibu Kota MasihRentan KDRT (Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Desember 2016, di halaman

  28 dengan judul "Ibu Kota Masih Rentan KDRT".); Lihat: http:nasional.kompas.comread2016120919000041ibu.kota.masih.rentan.kdrt Dikunjungi pada Selasa 18 April 2017, pukul 10.33 WIB.

  Perempuan di Gelanggang Olahraga Remaja Jakarta Timur, Jalan Otista, Jakarta Timur, Kamis (812). Hadir pada acara itu calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan serta perwakilan dari tim kampanye calon gubernur DKI Agus Harimurti Yudhoyono dan Basuki Tjahaja Purnama. Festival itu menampilkan sejumlah tulisan kaum perempuan dari keluarga miskin terkait permasalahan kehidupan mereka sehari-hari yang rentan terhadap kekerasan dan kesulitan ekonomi. Marjinem (47), salah satunya, yang mengungkapkan kesulitan ekonomi akibat suaminya yang tak bekerja dan selingkuh. "Saya nyaris bunuh diri karena hasil saya berdagang sayuran hanya untuk membayar utang suami. Sampai anak saya putus sekolah karena saya kehabisan uang," ucapnya. Direktur Institut KAPAL Perempuan Misiyah mengatakan, kekerasan terhadap perempuan masih sangat rawan terjadi di tengah Jakarta yang metropolis. Hal itu terungkap dari catatan yang dituliskan 824 perempuan dari keluarga miskin di Jakarta. Mereka tergabung dalam Sekolah Perempuan yang didampingi Institut KAPAL Perempuan. Secara kualitatif, dari catatan itu tergambarkan bahwa perempuan masih menjadi obyek kekerasan. Kendati tulisan-tulisan itu berisi gambaran di lingkup keluarga miskin, lanjut Misiyah, kondisi serupa juga banyak dihadapi perempuan di kelas menengah. Hanya bedanya, perempuan kelas menengah memiliki pengetahuan dan akses untuk menggugat kekerasan yang dialami.

  "Di kelas menengah, kekerasan terhadap perempuan masih terjadi karena masih kuatnya budaya patriarki dan tak adanya pendidikan pemberdayaan perempuan," ucapnya. Penyuluhan terkait kesehatan reproduksi saja, kata Misiyah, belum ada di Jakarta. Hal itu menjadi salah satu penyebab pernikahan usia dini masih terjadi. Misiyah menambahkan, pemberdayaan perempuan tidak semata pemberdayaan ekonomi, tetapi juga membangun kesadaran perempuan akan hak-hak mereka di bidang pendidikan, kesehatan, dan dalam pengambilan keputusan. "Hal ini harus menjadi perhatian bagi para cagub DKI agar perempuan di Jakarta dapat lebih berdaya untuk memenuhi hak-haknya," katanya. Seusai menghadiri acara tersebut, cagub DKI Anies Baswedan menyampaikan pentingnya perempuan terdidik dalam keluarga. Seorang ibu yang terdidik dapat memberi pengasuhan yang baik terhadap anak-anaknya. "Ibu saya, contohnya, merupakan satu dari sebagian kecil kaum perempuan yang mengenyam pendidikan pada masa lampau. Hasilnya tidak hanya saya yang merasakan, tetapi juga generasi selanjutnya," ujar Anis. Firliana Purwanti, yang mewakili cagub Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengatakan, dalam program kerjanya, AHY memastikan penggunaan anggaran untuk melayani perempuan korban kekerasan. Siswi diperkosa Salah satu kasus kekerasan seksual terhadap perempuan terjadi terhadap DS (12), siswi kelas 1 SMP di Kecamatan Sukamulya, Kabupaten Tangerang, Banten. Ia

  diduga diperkosa gurunya, WR (30), saat berniat belajar melukis, Rabu (712). Pihak keluarga melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Balaraja, Kamis. Kepala Polsek Balaraja Komisaris Wiwin Setiawan membenarkan adanya laporan tersebut. "Kasus ini masih dalam penyelidikan. Kami masih meminta keterangan sejumlah saksi, termasuk saksi korban. Sementara petugas mengejar terduga pelaku. Petugas sempat mendatangi rumah terduga pelaku, tetapi sudah kosong," kata Wiwin. Berdasarkan laporan tersebut, kejadian bermula saat korban ditemani rekannya, EDH (12), tetangga terduga pelaku, mendatangi kediaman terduga pelaku. Korban ingin terduga pelaku membuatkan lukisan untuknya. Setelah menyampaikan maksud tersebut, EDH langsung pulang, sementara korban berada di rumah terduga pelaku. Saat itulah, terduga pelaku melakukan aksi bejatnya. "Terduga pelaku menyuruh korban menunggu di dalam kamar. Selanjutnya, ia masuk dan mengunci kamar itu. Di kamar itu, ia melakukan pelecehan seksual terhadap korban," ujar Wiwin. Seusai memerkosa korban, terduga pelaku membiarkan korban berlari keluar rumah. Korban lalu menuju rumah temannya, EDH, yang tinggal tak jauh dari rumah terduga pelaku.

  i. Cegah KDRT, Pengantin Perempuan India Diberi Hadiah Pentungan. 33

  Menteri Madhya Pradesh, Gopal Bhargava, memberikan pentungan kepada ratusan pengantin perempuan dalam pernikahan massal di negara bagian India itu

  33 Tempo – 1 Mei 2017; Cegah KDRT, NDTV – India Tody; Yon Dema; Pengantin Perempuan India Diberi Hadiah Pentungan; Lihat:

  https:dunia.tempo.coreadnews20170501121871252cegah-kdrt-pengantin-perempuan-india-diberi- hadiah-pentungan ; Dikunjungi pada Senin 8 Mei 2017, pukul 13.21 WIB.

  Pentungan itu diharapkan dapat melindungi para istri dari kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT yang biasa dilakukan para suami yang mabuk. Seperti dilansir NDTV, Senin 1 Mei 2017, Bhargava memberi kayu pemukul atau Mogri, yang biasa digunakan untuk membersihkan kotoran pada pakaian, kepada hampir 700 pengantin dalam upacara pernikahan massal pada Sabtu lalu Bhargava mengatakan dia menaruh perhatian penuh terhadap nasib wanita di pedalaman yang menghadapi kekerasan rumah tangga oleh suami pemabuk. "Setiap kali saya mengunjungi daerah pedesaan atau perkotaan, wanita mengeluh tentang kebiasaan minum suami mereka. Mereka memberi tahu saya bahwa apapun yang mereka dapatkan diambil oleh suami mereka untuk membeli alkohol. Selain mereka juga mengalami kekerasan fisik," kata Bhargava. Kayu berukuran hampir setengah meter panjang itu memiliki pesan tertulis, “Untuk memukul pecandu alkohol" dan "polisi tidak akan ikut campur". Bhargava merasa bahwa Mogri adalah langkah menuju membawa perubahan sosial, yang diperlukan untuk mengatasi ancaman kecanduan alkohol dan KDRT Penjualan minuman keras ilegal adalah isu utama di Madhya Pradesh.

  j. Pelaku Tabrak Istri Pernah Dilaporkan ke Polisi karena Kasus KDRT. 34

  Iwan, pelaku tabrak istri hingga tewas dengan menggunakan truk fuso, ternyata pernah dilaporkan keluarga istrinya ke polisi. Ia dituduh telah menganiaya sang istri, Dewi (35).

  34 Kompas – 3 Mei 2017, Ari Maulana Karang (Kontributor Garut – Penulis) Reni Susanti (Editor);Pelaku Tabrak Istri Pernah Dilaporkan ke Polisi karena Kasus KDRT; Lihat:

Dokumen yang terkait

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5